You are on page 1of 12

Pengertian Kepemimpinan

(Tinjauan dari berbagai sisi) H Achmad Fathoni Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan atau applied sciences dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Sebagai langkah awal dalam mempelajari dan mendalami persoalan kepemimpinan terlebih kepemimpinan Islam, perlu dipahami terlebih dulu pengertian kepemimpinan melalui bermacam-macam definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli yang berkecimpung dalam ilmu kepemimpinan. Definisi sebagai rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan, sempat menimbulkan selisih pendapat di antara para pakar. Di satu pihak berpendapat membicarakan definisi akan sungguh-sungguh merupakan maut, tetapi definisi tentang suatu pokok persoalan diperlukan. Demikian pula walaupun ada di antara para pakar berpendapat definisi suatu pokok pembicaraan (subject matter) tidak akan dapat membantu banyak tujuan, tetapi satu pendekatan yang memiliki alasan kuat, tampil bahwa definisi, memberikan satu landasan pemahaman fenomena untuk dipelajari. Dari definisi sesuatu pokok permasalahan (subject matter) akan dapat diperoleh keterangan atau frase yang mengungkapkan makna, atau ciri-ciri utama dari subject matter tersebut, baik berupa orang, benda, proses atau kegiatan. Para peneliti biasanya mendefinisikan "kepemimpinan" menurut pandangan pribadi mereka, serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi para pakar yang bersangkutan. Bahkan Stogdil membuat kesimpulan, bahwa: There are almost as many definitions of leadership as there are persons who have attempted to define the concept. 1 Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi
1

pengaruh. Dalam suatu definisi terkandung suatu makna atau nilainilai yang dapat dikembangkan lebih jauh, sehingga dari suatu definisi dapat diperoleh suatu pengertian yang jelas dan menyeluruh tentang sesuatu. Satu di antara definisi kepemimpinan yang bermacam-macam tersebut, mengemukakan: "Leadership is interpersonal influence exercised in a situation, and directed, through the communication process, toward the attainment of a specified goal or goals." (Tannembaum, Weshler & Massarik, 1961; h1m. 24) Definisi yang berbeda-beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum, seperti: a. di dalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih; b. di dalam melibatkan proses mempengaruhi, di mana pengaruh yang sengaja (intentional influence) digunakan oleh pemimpin terhadap para bawahan. Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing. Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang didasarkan pada serangkaian wacana dan pengalaman. Arti katakata ketua, pimpinan, kepala, presiden atau raja yang dapat ditemukan dalam heberapa bahasa hanyalah untuk menunjukkan adanya perbedaan antara 'pemerintah' dan anggota yang diperintah. Pemikiran yang mendalam tentang kepemimpinan lebih banyak terdapat di kalangan negara-negara Anglo-Saxon. The Oxford English Dictionary (1933) mencatat bahwa kata pemimpin dalam hahasa Inggris muncul pada tahun 1800. Bagaimanapun, kata kepemimpinan helum muncul sampai tahun 1800 (Mar'at, 1983: 8). Banyaknya definisi kepemimpinan hampir sama dengan jumlah orang yang mendefinisikannya. Namun demikian, terdapat banyak kesamaan di antara definisi-dcfinisi tersebut yang memungkinkan adanya pengklasifikasian terhadap definisi-definisi tersebut. Berikut ini beberapa pengertian kepernimpinan dilihat dari berbagai sisi kepernimpinan itu sendiri.

Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok. Dalam pengklasifikasian ini pemimpin dipandang sebagai pusat/ fokus dari perubahan, aktifitas dan proses kelompok. a. Cooley (1902) mengemukakan bahwa pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi, dan di lain pihak seluruh gerakan sosial bila diuji secara teliti akan terdiri dari berbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut. b. Mumford (1906-1907) mendefinisikan kepernimpinan sebagai keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial. c. Blackmard (1911) melihat kepernimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam diri seseorang sebagai cerminan kekuasaan dari keseluruhan. d. Chapin (1924) mernandang kepernimpinan sebagai titik polarisasi untuk kerjasama kelompok. e. Bernard (1927) mengemukakan bahwa pemimpin dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan dari para anggota kelompok, yang pada gilirannya la memusatkan perhatian dan pendayagunaan energi anggota kelompok ke arah yang diinginkan. f. Smith (1934) menguraikan berdasarkan ciri-ciri kepribadian pernimpin, yaitu bahwa kelompok sosial yang mencerminkan kesatuannya dalam aktifitas yang saling berhubungan selalu terdiri dari dua hal; pusat aktifitas dan individu-individu yang bertindak sesuai dengan pusat tersebut. g. Menurut Red] (1942), pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok. h. Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak bisa dipisahkan dari kelompok. akan tetapi pemimpin dapat dipandarzg sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi dilapangan. i. Senada dengan itu, Krech clan Crutchfield (1948) memaodang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok, pemimpin berperan sebagai agen primer dalam menentukan struktur kelompok, suasana kelompok. tujuan kelotnpok, ideologi kelompok, dan aktifitas kelompok. j. Knickerbocker (1948) berpendapat bahwa bila dilihat dari kerangka dinamika tingkah laku sosial, kepemimpinan adalah
3

fungsi dari kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu dan terdiri dari hubungan antara individu dengan kelompoknya. Definisi-definisi yang dikemukakan di atas mengarahkan perrhatian kepada pentingnya struktur kelompok dan proses kelompok dalam pembahasan rnengenai kepemimpinan. Definisi yang dikemukakan oleh Cooley dan Mumford melihai bahwa kepemimpian bukan sekedar sebuah posisi istimewa dan selalu berada di barisan depan dalam sebuah kelorrzpok tetapi juga sebuah keunggulan individual atau kolektif dalam pengontrolan gejala-gejala sosial. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya. Teori kepribadian cenderung memandang kepernimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat pernimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya, biasanya mereka (ahli teori kepribadian) `lupa', menyinggung karakteristik timbal balik atau reciprocal dan interaktif dari/ dalam situasi kepemimpinan. a. Bowden (1926) mempersamakarr kepernimpinan dengan sifat kepribadian. b. Bigham (1927) mendefinisikarz pemimpin sebagai seorang individu yang memiliki sifat-sifat kepribadian dan karakter yang diinginkan (baik). c. Kilbourne (1925) mengajukan definisi yang sama. d. Ordway Tead (1929) melihat kepernimpinan sebagai perpaduan dari berbagai sifat yang yang mernungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan beberapa tugas tertentu. e. Bogardus (1934) mendefinisikannya sebagai kepribadian yang tampil dalam kondisi kelompok...tidak hanya kepemimpinan sebagai kepribadian dan gejala kelompok, tetapi menyangkut juga proses sosial yang rnelibatkan beberapa individu dalam kelompok mental di mana seoarang individu akan lebih dorninan daripada yang lainnya. f. Bogardus (1928) menggambarkan kepemimpinan sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat mebuat orang lain berada di bawah pengaruhnya

Kepemimpinan Sebagai Seni Mempengaruhi Orang Lain. Para ahli teori pengaruh sukarela (complaince induction theorist) cenderung rnemandang kepernimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin. Hal tersehut mencerminkan kurangnya pengakuan terhadap hak, keinginan dan kebutuhan anggota kelompok atau tradisi serta norma kelompok. a. Munson (1921 ) mendefinisikan kepernimpinan sebagai kemampuan meng-handel orang lain utrtuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerjasama yang besar. b. Allport (1924) mengemukakan bahwa kepemimpinan berarti kontak langsung secara bertatap muka antara pemimpin dan pengikut; hal ini merupakan sosial kontrol yang personal. c. Stuart (1927) rnendefinisikan kepernimpinan sebagai kemampuan yang memberi kesan tentang keinginan pemimpin, sehingga dapat menimbulkan kepatuhan. rasa hormat, loyalitas dan kerjasama. d. Bundel (1930) memandang kepemimpinan sebagai suatu seni untuk mempengaruhi orang lain mengerjakan apa yang diharapkan suapaya orang lain mengerjakannya e. Menurut Philips (1939) kepemimpinan adalah pembebanan, perneliharaan, dan pengerahan dari kesatuan moral untuk mencapai tujuan akhir. f. Bennis (1959) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses di mana seseorang mempengaruhi bawahannya untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkannya. Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh. Konsep pengaruh mengingatkan terdapatnya perbedaan tingkah laku individu yang mengakibatkan atau mempengaruhi aktivitas kelompok. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara pemimpin dan pengikut akan tetapi tidak harus selalu dicirikan dengan adanya dominasi, kontrol, dan pemaksaan pengaruh oleh pemimpin. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kepernimpinan dalam prakteknya akan mempengaruhi tingkah laku dan aktivitas kelompok. Pemakaian konsep pengaruh memperlihatkan langkah ke arah keadaan
5

umum dan abstraksi dalam mendefinisikan kepemimpinan. Nash (1929) menyatakan adanya pengaruh yang mengubah tingkah laku orang. a. Ordway Tead (1935) mendefinisikan kepemimpinan sebagai aktivitas berdasarkan observasi, deskripsi, pengukuran, dan pengujian yang obyektif. mempengaruhi orang untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama.. b. Ralp M. Stogdill (1950) menyebutnya sebagai proses (tindakan) mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan dan pencapaian tujuan. c. Haiman (1951) menyatakan bahwa kemrnimpinan langsung adalah suatu proses interaksi di mana individu, biasanya dengan melalui media pereakapan mempengarrrhi tingkah laku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. d. Menurut Katz dan Kahn (1966) menganggap intisar-i kepemimpinan organisasional adalah bertambahnya pengaruh di atas pemenuhan mekanis dengan pengarahan secara rutin dari organisasi. Mereka melihat bahwa walaupun seluruh supervisor organisasi yang setaraf memiliki kekuasaan yang sama, mereka tidak sama efektif dalam penggunaannya di dalam mernpengaruhi individuindividu dan organisasi. e. Hollander dan Julian (1965) menyatakan bahwa kepemimpinan dalam arti luas secara tidak langsung melibatkan hubungan saling mempengaruhi antara dua orang atau lebih. f. Menurut Bass (1961), kepernimpinan adalah usaha individu untuk mengubah tingkah laku orang lain. Bila orang lain benar--benar berubah, maka bentuk perubahan tersebut rnerupakan kepemimpinan yang berhasil. Kepemimpinan Sebagai Tindakan Atau Tingkah Laku Menurut Carter (1953), tingkah laku kepernimpinan menandakan adanya keahlian tertentu, sehingga dapat dikatakan sebagai tingkah laku kepemimpinan.

a..

Shartle (1956) mendefinisikan tingkah laku kepemimpinan sebagai tingkah yang akan menghasilkan tindakan orang lain searah dengan keinginannya. b. Hemphill (1949) menyatakan bahwa kepernimpinan dapat didefinisikan sebagai tingkah laku seorang individu yang rnengarahkan aktivitas kelompok. c. Fiedler (1967) menawarkan definisi yang harnpir sama sebagai berikut: "Tingkah laku kepernimpinan biasanya diartikan sebagai suatu tindakan di mana pemimpin mengarahkan dan mengkoordinasi aktivitas kelompok. Tindakan yang terlibat di dalamnya adalah membentuk hubungan kerja, memuji atau mengkritik anggota kelompok dan memperlihatkan pertimbangan akan perasaan dan kesejahteraan anggota kelompok."

Para ahli teori tingkah laku tertarik untuk membuat suatu definisi yang berdasarkan observasi, deskripsi, pengukuran, dan pengujian yang obyektif. Kepemimpinan Sebagai Bentuk Persuasi Beberapa ahli teori terdahulu berasaha untuk menghilangkan adanya kesan pemaksaan dalam definisi kepemimpinan, dan tetap memakai konsep pemimpin sebagai faktor yang menentukan di dalam hubungannya dengan para pengikutnya. Dalam kerangka ini tampaknya lebih tepat menggunakan konsep persuasi. a. Schenk (1928) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan inspirasi daripada melalui pemaksaan langsung. b. Menurut Cleeton dan Mason (1934), kepemimpinan mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi manusia dan menghasilkan rasa aman dengan melalui pendekatan secara emosional daripada penggunaan otoriter. d. Copeland (1942) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain ... merupakan seni mempengaruhi orang melalui persuasi dengan contoh konkret. Dalam hal ini harus dihindari adanya intimidasi untuk memaksa orang lain bertingkah laku sesuai dengan keinginan dirinya.
7

e. Koonts dan O'Donnell (1955) memandang kepemimpinan sebagai aktivitas membujuk manusia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Definisi kepemimpinan sebagai bentuk persuasi cenderung banyak diminat oleh para mahasiswa (yang mendalami politik dan gerakan sosial), para ahli teori militer, dan industri yang bertentangan dengan konsepsi otoriter. Pandangan mereka belum cukup berpengaruh dalam mempertajam teori dan penelitian Kenyataan memperlihatkan bahwa persuasi merupakan ke.kuatan untuk mempertajam harapan dan keyakinan dalam bidang politik, sosial, agama, dan karenanya akan tampil dan lebih diperhatikan dalam penelitian mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan Sebagai Hubungan Kekuasaan Kekuasaan dipandang sebagai bentuk dari hubungan saling mempengaruhi Dalam hal ini dapat diobservasi bahwa pemimpin cenderung untuk mentransformasikan leadership opportunity ke dalam hubungan kekuasaan yang terbuka. a. Raven dan French (1958) mendefinisikan kepemimpinan dalam kerangka perbedaan hubungan kekuasaan diantara para anggota suatu kelompok Kekuasaan/ kekuatan interpersonal dipandang sebagai akibat kekuatan maksimum di mana A dapat membujuk B minus kekuatan daya tahan di mana B dapat bergerak dalam arah yang berlawanan. Dalam hal ini terdapat lima dasar kekuasaan, coercive power dan kekuasaan yang sah. b. K.F. Janda (1960) mendefi.nisikan kepemimpinan sebagai tipe hubungan kekuasaan yang berciri persepsi anggota kelompok tentang hak anggota kelompok untuk menentukan pola tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelompok. c. Warriner (1955) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu bentuk hubungan antara manusia/individu yang mempersyratkan konformitas dengan tindakan masing-masing individu. d. Menurut Gerth dan Molls (1953), kepemimpinan dipandang secara umum, adalah hubungan antara pemimpin dengan
8

yang dipimpin dimana pemimpin lebih banyak mempengaruhi daripada dipengaruhi karena sebagai suatu hubungan kekuasaan. Kpemimpinan mungkin diketahui dan mungkin pula tidak oleh pemimpin atau pengikut. e. Smith (1948) dan Bass (1960) menyamakan kepemimpinan dengan kontrol dari proses interaksi. Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan a. Menurut Covey (1928), pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti. b. Bellows (1959) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota kelompok, termasuk pemimpin, dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dalam waktu dan kerja yang singkat. c. Knickerbocker (1948), berpendapat fungsional kepemimpinan adalah bila pemimpin dipeersepsi oleh para anggota kelompok sebagai pengendali dalam pemuasan kebutuhan mereka. d. Cattel (1951) mendefinisikan pemimpin sebagai sseorang individu yang menghasilkan kepribadian kelompok (group sintality) yang berbeda seandainya ia tidak ada dalam kelompok tersebut. Sintality diartikan sebagai suatu penampilan dari kelompok dalam usahanya mencapai tujuan. Jadi, kepemimpinan dapat diukur dari akibat yang ditampilkan oleh kelompok tersebut. e. RC. Davis (1942) memandang kepemimpinan sebagai kekkuatan dinamik yang merangsang motivasi dan koordinasi oranisasi dalam mencaai tujuan. f. Urwick (1953) menyatakan bahwa pemimpin adalah penampilan individual yang dapat menggambarkan tujuan bersama tidak saja hanya bagi anggota kelomok tetapi juga anggota di luar kelompok. g. K. Davis mendefinisikan kepemimpinan sebagai factor manusia yang mempersatukan kebersamaan kelompok
9

seta motivasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan Sebagai Akibat dari Interaksi a. Bogardus (1929) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses social, yang merupakan interstimulasi soaial menjadi penyebab penggantian tujuan lama menjadi tujuan baru beberapa individu dengan tetap menjaga posisi masing-masing. b Figors (1935). berpendapat bahwa kepernimpinan merupakan suatu proses dari stimulasi bersama. Dengan keberhasilan saling mempengaruhi dari perbedaan individual, energi dikendalikan dalam lingkaran sebabakibat. c. Anderson (1940)) menyatakan bahwa pemimpin yang sesungguhnya di dalam pandangan psikologis adalah seseorang yang dapat membuat perbedaan individual, yang dapat menghasilkan banyak perbedaan dalam kelompok sehingga dari padanya dapat dimunculkan tujuan bersama. d. Merton (1969) memandang kepemimpinan sebagai hubungan interpersonal yang berdasarkan keinginan dan bukannya berdasarkan keharusan. Kepemimpihan Sebagai Perbedaan Peran. Menurut teori peran (role theory), setiap anggota suatu masyarakat menempati posisi tertentu. Begitu pula halnya pada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi Dalam hal ini Jennings (1944) memandang kepernimpinan muncul sebagai suatu cara berintaraksi yang melibatkan tingkah laku oleh dan untuk individu, yang pada akhirnya diangkat oleh individu lainnya untuk memainkan peranan sebagai pemimpin. a. Gibb (1954) memandang kepernimpinan kelompok sebagai suatu posisi yang timbul dari proses interaksi itu sendiri, b. Menunrt Gordon (19.55) kepemimpinan dapat dikonsepsikan sebagai suatu interakaksi antara individu dengan kelompok, atau lebih tepatnya antara individu dengan anggota kelompok. Setiap partisipan dalam
10

interaksi ini dapat dikatakan memainkan peranan dan dengan berbagai cara peran-peran tersebut baru didiferensiasikan antara satu dengan lainnya. Dasar untuk diferensiasi ini tampaknya merupakan masalah pengaruhmempengaruhi yang timbul di antara individu, pemimpin dan para anggota kelompok lainnya. c. Sherif (1956) memandang kepemimpinan sebagai suatu peranan dalam suatu skema hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal-balik antara pemimpin dengan anggota lainnya. Peran kepemimpinan ditentukan, seperti peran lainnya. oleh harapan-harapan yang baku (norma) yang sangat sulit serta membutuhkan banyak penghargaan dan tanggung jawab yang lebih besar daripada posisi lainnya. Kepemimpinan Sebagai Inisiasi Struktur. Teori ini mernandang kepemimpinan tidak sebagai penempatan satu posisi atau permainan peran, tetapi sebagai proses pementukan dan pemeliharaan struktur peranan. a. Smith (1935) menyarnakan kepemimpinan dengan pengelolaan diferensiasi social melalui proses pemberian stimulus yang akan diintegrasikan oleh orang lain. b. La Piere dan Farnsworth (1936) memandang situasi dapat dibedakan antara yang satu dengan lainnya oleh keluasanya yang ditata oleh seorang anggota suatu kelompok. Organisasi seperti itu biasaanya disebut sebagai kepemimpinan Yang berbeda u n t u k setiap situasi sosial dalam hal sifat dan tingkatannya. c. Gouldner (1950) rnenyatakan bahwa terdapat perbedaan stimulus yang ditimbulkan oleh pengikut dan yang , berasal dari pemimpin, hal ini merupakan kemungkinan bagi pembentukan tingkah laku kelompok. Stimulasi dari pemimpin lebih besar kemungkinannya untuk membentuk tingkah Iaku kelomnpok karena antara lain, adanya legitimasi yang dimiliki oleh pemimpin. d. Bavelas (1960) mendefinisikan kepemimpinan organisasional sebagai fungsi dari pemeliharaan
11

keefektifan operas ional dalam sistem pengambilan keputusan yang terdiri dari atas pengelolaan organisasi. Dari berhagai macam pendapat tentang pengertian kepemimpinan terdapat dua hal yang dominan yaitu mempengaruhi dan saling mempengaruhi. Perbedaan antara mempengaruhi dan saling mernpengaruhi adalah hahwa mempengaruhi mengandung kesan searah, sedang saling mempengaruhi mengandung makna timbal balik. Apabila dilihat dalam kenyataan kerjasama antara sekelompok orang meskipun mempengaruhi berkesan seolah-olah satu arah tetapi yang dipengaruhi pastilah bereaksi apapun reaksinya. Jadi sebenarnya dalam pengertian mempengaruhi terkandung pula pengertian timbal balik Atas dasar itu dapatlah disusun definisi kepemimpinan yang mudah dipaham yaitu, rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia beker jasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Sutarto, 1991:5). Cara mempengaruhi dapat bermacam-macam, antara lain dengan memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan perintah, memberikan imbalan, melimpahkan wewenang, mernpercayai bawahan, memberikan penghargaan. memberi kedudukan, memberi tugas, memberi tanggung jawab, memberi kesempatan mewakili, mengajak, membujuk, meminta saran, meminta pendapat, meminta pertimbangan, memberi kesempatan berperan, memenuhi keinginan, memberikan motivasi, membela, mendidik, membimbing, rncrnberi petunjuk, mempelopori, mengantarkan, mengobarkan semangat, menegakkan disiplin, memberikan teladan, mengemukakan gagasan baru, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan perubahan, memberikan ancaman, memberikan hukuman, dan lain-lain.

12

You might also like