You are on page 1of 2

METABOLISME HOMOSISTEIN Senyawa homosistein pertama kali ditemukan tahun 1932 dan diberi nama oleh du Vigneaud.

Homosistein (2 amino 4 mercaptobutanoic acid) merupakan non protein sulfhydryl amino acid, yang metabolismenya terletak pada persimpangan antara jalur transsulfurasi dan remetilasi biosintesis metionin. Homosistein merupakan senyawa antara yang dihasilkan pada metabolisme metionin, suatu asam amino esensial yang terdapat dalam beberapa bentuk diplasma. Sulfhidril atau bentuk tereduksi dinamakan homosistein, dan disulfida atau bentuk teroksidasi dinamakan homosistin. Bentuk disulfida juga terdapat bersama-sama dengan sistein dan protein yang mengandung residu sistein reaktif (homosistein yang terikat protein), bentuk ini dinamakan disulfida campuran. Bentuk teroksidasi merupakan bagian terbesar (9899%) dalam plasma sedangkan bentuk tereduksi hanya 1% dari total homosistein dalam plasma.

Gambar 1. Siklus metionin dan jalur metabolisme homosistein

Metionin merupakan asam amino esensial yang mengandung sulfur yang didapat dari makanan. Walaupun asupan metionin yang dianjurkan di Amerika Serikat adalah 0,9 gram

per hari, umumnya masyarakat Amerika mengkonsumsi 2 gram metionin per hari. Asupan metionin yang tinggi dalam waktu lama akan meningkatkan kadar total homosistein dalam plasma (15-25 M/L) dan sudah merupakan risiko PKV. Homosistein bukan merupakan konstituen diet normal. Satu-satunya sumber homosistein adalah metionin yaitu suatu asam amino esensial yang mengandung sulfur yang diperoleh melalui asupan protein. Biosintesis metionin akan menghasilkan produk antara yaitu homosistein. Metabolisme homosistein dipengaruhi oleh asam folat, vitamin B6 dan B12 serta aktivitas berbagai enzim yang berperan pada jalur metabolismenya. Tahap pertama metabolisme homosistein adalah pembentukan S adenosil metionin (Gambar 1), yang merupakan donor metil terpenting pada reaksi transmetilasi. S adenosilmetionin, selanjutnya mengalami demitilasi membentuk S adenosil homosistein, yang kemudian dihidrolisis menjadi adenosin dan homosistein. Homosistein selanjutnya memasuki jalur transsulfurasi atau jalur remetilasi. Sekitar 50% homosistein yang memasuki jalur ini dan secara irreversibel berikatan dengan serin melalui pengaruh enzim sistasionin sintase, untuk membentuk sistasionin. Sistasionin ini selanjutnya dimetabolisme menjadi sistein dan ketobutirat melalui pengaruh enzim sistasionase. Sistein yang terbentuk dari homosistein ini akhirnya dirubah menjadi sulfat dan diekskresikan ke dalam urin. Pada jalur remetilasi, homosistein akan mengalami daur ulang menjadi metionin melalui 2 reaksi yang berbeda. Reaksi pertama memerlukan enzim 5 metiltetrahidrofolat homosistein metiltransferase (metionin sintase). Untuk aktivitas enzim ini dibutuhkan metilkobalamin sebagai kofaktor dan metiltetrahidrofolat sebagai kosubstrat. Metiltetrahidrofolat dibentuk dari tetrahidrofolat oleh pengaruh enzim metiltetrahidrofolat reduktase (MTHFR). Reaksi ini terjadi di semua jaringan. Jalur kedua dikatalisir oleh enzim betain homosistein metil transferase. Reaksi dengan betain ini terutama terbatas di dalam hati. Proses daur ulang serta penyimpanan homosistein akan menjamin penyediaan metionin yang cukup. Pada keadaan kelebihan metionin, dimanfaatkan jalur transfulfurasi dengan meningkatkan regulasi sistasionin sintase dan mengurangi regulasi jalur remetilasi, sedangkan bila terdapat defisiensi metionin dimanfaatkan jalur remetilasi.

You might also like