You are on page 1of 33

BLOK IV MODUL 3 ADAPTASI, CEDERA, dan KEMATIAN SEL KELOMPOK 4

Tutor Ketua Sekretaris Anggota

: drg. Franky Oscar, Sp.BM : Metta Shanti : Astuti Nadapdap : (1012007) (1212002) (1212006) (1212021) (1212031) (1212032) (1212039) (1212040) (1212041) (1212042) (1212007) (1212030)

Eries Sejahtera Sharon Amelia Siantar Jessica Noviana Dhinda Delima Hasdah F Lucia Trinovena Lasse Agnesia Handriana Khairani Puteri Freiza Nabila Fendy Chahyadi M. Iqbal R

Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha Bandung 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan-Nya sehingga makalah Adaptasi, Cidera, dan Kematian sel dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan penyempurnaan tugas makalah ini. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial modul ketiga pada blok empat. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan dan keseriusan sehingga besar harapan kami di kemudian hari makalah ini bisa membantu orang-orang yang membutuhkannya. Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat menerima apabila ada kritik, saran, serta masukan yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang . Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga makalah ini dapat membantu pengembangan topik makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Terima kasih.

Tim Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar.......................................................................................................ii Daftar isi ................................................................................................................iii Bab I Pendahuluan ................................................................................................1-4 1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1-2 1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2 1.3 Analisis Masalah..................................................................................2 1.4 Tujuan Pembelajaran ..........................................................................3 1.5 Terminologi..........................................................................................3-4 BAB II Isi.............................................................................................................5-28 2.1 Sel ......................................................................................................5-9 2.2 Otot polos, otot skelet, dan otot jantung................................9-12 2.3 Histologi pembuluh darah.................12-15 2.4 Sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi....15-21 2.5 Definisi dan Etiologi jejas.....21-22 2.6 Bentuk Adaptasi Sel.....23-25 2.7 Respon sel terhadap jejas......25-28 BAB III Kesimpulan ........................................................................................29 BAB IV Daftar Pustaka.....................................................................................30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ( Skenario) Tn. S, usia 60 tahun adalah seorang penderita post-stroke pada oatak kanan karena iskemia . Tn. S didiagnosis stroke sejak 3 bulan yang lalu dan kini tengah menjalani program rehabilitasi untuk memulihankan keadaannya.

Pemeriksaan Fisik: Tanda Vital : Tekanan darah : 160/85mmHg, Respirasi : 20x/menit, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37oC

Status Generalis : Kepala: conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/Leher : dalam bats normal Thorax : Pulmo dalam bats normal Jantung : bunyi jantung murmur (+), bats jantung kiri (tepat pada linea axillaris anterior) Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : Reflex fisiologis +/ Reflex patologis -/+ Atrofi pada lengan dan tungkai kiri (+)

Laboratorium : Glukosa puasa Glukosa darah 2 jam pp Kolesterol total Kolesterol LDL Kolesterol HDL Trigliserida : : : : : : 90 mg/dL 110 mg/dL 250 mg/dL 140 mg/dL 40 mg/dL 145 mg/dL

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah setiap penderita stroke yang menjalani rehabilitasi dapat

pulih sepenuhnya? 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 Mengapa orang stroke mengalami atrofi? Adakah hubungan hipertensi dengan stroke? Apa saja penyebab dari iskemia? Apakah dari pemeriksaan tanda vital ada keadaan yang tidak

normal? 1.2.6 Apa hubungan hipertensi dengan kolesterol?

1.3 Analisis Masalah 1.3.1 1.3.2 1.3.3 Belum tentu dapat pulih sepenuhnya Karena otot penderita jarang digunakan Ada,karena tekanan pembuluh darah yang tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah 1.3.4 1.3.5 Diduga karena kolesterol yang tinggi Ada, pada pemeriksaan tekanan darah penderita di dapat tidak normal

1.4 Tujuan Pembelajaran 1.4.1 1.4.2 1.4.3 1.4.4 1.4.5 1.4.6 1.4.7 1.4.8 Terminologi Mengetahui Sel, Organel Sel, serta fungsinya Mengetahui Jaringan Otot Mengetahui sistem sirkulasi Menjelaskan definisi jejas Etiologi jejas Menjelaskan bentuk-bentuk adaptasi sel Menjelaskan respon terhadap jejas (kematian sel)

1.5 Terminologi 1.5.1 Post-stroke: fase setelah stroke (suatu kondisi dimana terjadi gangguan otak yang bersifat global, yang menyebabkan kecacatan bahkan kematian, dimana penyebab timbul lebih dari 24 jam dan penyebabnya adalah gangguan pembuluh darah yang menuju otak atau di daerah otak). 1.5.2 Iskemia: defisiensi darah terhadap suatu bagian, biasanya akibat konstriksi fungsional atau obstruksi pembuluh darah. 1.5.3 Conjunctiva anemis: conjunctiva yang berwarna pucat (anemis: penurunan jumlah eritrosit dan kuantitas hemoglobin dalam darah yang dibawah normal). 1.5.4 Sclera ikterik: sclera (lapisan luar bola mata yang liat dan normalnya berwarna putih) yang berwarna kekuningan (ikterik: perubahan warna kuning pada kulit, selaput lender dan bagian putih mata yang disebabkan oleh peningkatan jumlah bilirubin di dalam darah). 1.5.5 Murmur: bunyi auskultasi, terutama bunyi periodic berdurasi singkat berasal dari jantung atau pembuluh darah. 1.5.6 Kolesterol LDL: low-density lipoprotein; adalah lemak yang berlebih yang tidak dapat diserap lagi, sehingga disebut lemak jahat. (batas normal: < 130 mg/dL).

1.5.7

Kolesterol HDL: high-density lipoprotein; adalah kolesterol baik, menyerap lemak yang berlebihan (batas normal: > 35 mg/dL).

1.5.8 1.5.9

Pulmo: paru-paru. Linea axillaris anterior: garis yang melintasi tepi axilla bagian depan

. 1.5.10 Atrofi: pengecilan ukuran sel, jaringan, organ atau bagian tubuh. 1.5.11 Jejas:keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk mempertahankan keadaan homeostatis tubuh yang normal.

BAB II ISI 2.1 Struktur Sel dan Fungsinya Sel adalah unit terkecil mahluk hidup. Terdapat dua tipe sel yaitu sel prokariot dan sel eukariot. Perbedaannya adalah adanya membran yang membungkus inti sel, sehingga membentuk kompartemen. DNA pada prokariot tidak terorganisasi ke dalam nukleus sejati yang dikelilingi oleh selubung nuclear atau nuclear envelope. Disamping itu, sel prokariot tidak memiliki mitokondria dan kloroplas. DNA eukariot terorganisasi dalam nukleus dan dikelilingi oleh selubung nucleus yang terdiri dari dua membrane bilayer. Tiap sel dikelilingi oleh plasma membrane yang terbuat dari posfolipid lapis ganda (bilayer). Dari membrane sel ke arah dalam, merupakan sitoplasma yang terdiri dari cairan sel dan organel sel. 1. Intisel/nucleus Inti bertugas mengendalikan semua aktivitas sel mulai metabolisme hingga pembelahan sel. Pada sel eukariotik,inti diselubungi oleh membran inti (karioteka) rangkap dua dan berpori.sedangkan pada sel prokariotik inti tidak memiliki membran. Di dalam inti didapati cairan yang disebut nukleoplasma, kromosom yang umumnya berupa benang kromatin, dan anak inti (nukleolus) yang merupakan tempat pembentukan asam ribonukleat (ARN). 2. Membran sel Tersusun dari dari lapisan lipoprotein gabungan lemak dan protein. Membran sel berperan penting untuk proses disiologis yang memungkinkan sel untuk berkomunikasi dengan lingkunganya. Fungsi membran sel antara lain :
8

- Memelihara konsentrasi larutan sitosol yang berbeda dengan cairan ekstraselular - Transport ion, molekul, atau senyawa yang masuk dan keluar dari sel - Berinteraksi dengan sel yang lainnya - Tempat reaksi-reaksi imunologis Struktur membran sel : Fosfolipid terdapat dua ruang yaitu ruang ekstraselular dan ruang intraselular. Pada ruang ekstraselular terdapat fosfatidilkolin, spingomyelin, glikolipid, kolesteerol, dan karbohidrat, sedangkan pada ruang intraselular terdapat fosfatidilserin, fosfatidiletanolamin, dan fosfatidilinositol.

Protein yang terdiri dari protein transmembran (integral) dan protein perifer. Fungsinya adalah sebagai transporter ion, aktivitas enzimatik, reseptor

permukaan, identifikasi marker sel dan tempat perlekatan sitoskelet.

3. Beberapa organel dalam sel adalah: a) RetikulumEndoplasma. Retikulum endoplasma berhubungan dengan membrane bagian luar dari selubung nukleus. Terdapat dua tipe retikulum endoplasma, yaitu reticulum endoplasma halus dan reticulum endoplasma kasar. Retikulum endoplasma kasar berada lebih dekat dengan nukleus. Retikulum endoplasma halus merupakan area transisi dimana molekul kimia seperti protein yang dibuat oleh sel disimpan di lumen untuk ditransportasikan ke bagian sel lain. Potongan reticulum endoplasma halus disebut vesikula yang terpotong dari retikulum endoplasma halus dan berpindah ke tempat lain dalam sel untuk mentransfer isinya. Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena memiliki organel yang menempel pada retikulum endoplasma, yang menyebabkan terlihat kasar jika dilihat menggunakan mikroskop elektron. Retikulum endoplasma kasar dan asosiasinya dengan ribosom terlibat di dalam sintesis protein. b) Ribosom adalah organel yang terlibat langsung dalam sintesis protein. Terbuat dari RNA dan protein dan dibuat di nukleus (dari sebuah template DNA), lalu keluar ke sitoplasma untuk melakukan fungsinya. c) Aparatus golgi atau badan golgi berfungsi sebagai bagian sel pengirim dan penerima. Material diterima saat vesicle bersatu dengan Golgi
10

apparatus dan dikirimkan ke bagian lain saat vesicle lepas. Material sementara disimpan pada badan golgi dan beberapa reaksi kimia selanjutnya terjadi di sana. Aparatus golgi merupakan organel pendistribusi dan pengiriman untuk produk kimia sel. Aparatus golgi memodifikasi protein dan lemak yang dibuat di reticulum endoplasma dan menyiapkannya untuk diekspor ke luar sel. d) Mitokondria ditemukan pada semua sel eukariot, biasanya dalam jumlah banyak pada tiap sel. Mitokondria membakar gula untuk bahan bakar/energy dalam proses respirasi seluler, sehingga mitokondria disebut sebagai mesinnya sel. Mitokondria terdiri dari membrane luar yang halus dan membrane dalam yang berlekuk yang dipisahkan oleh ruang intermembran. Lekukan pada membrane dalam disebut krista dan ruang di dalam membrane dalam disebut matrik mitokondria. e) Lisosom memiliki fungsi utama sebagai pencerna (digestion) dan mengandung degradative enzymes. Lisosom memecah produk-produk limbah seluler dan debris dari luar sel menjadi komponen yang sederhana yang ditransfer ke sitoplasma sebagai bahan materi membangun sel baru. Lisosom Berbentuk kantong-kantong kecil dan umumnya berisi enzim pencernaan (hidrolisis) yang berfungsi dalam peristiwa pencernaan intra sel. Sehubungan dengan bahan yang dikandungnya lisosom memiliki peran dalam peristiwa: o pencernaan intrasel: fagositosis o eksositosis :pembebasan sekrit keluar sel o autofagi : penghancuran organel sel yang sudah rusak o autolisis : penghancuran diri sel dengan cara melepaskan enzim pencerna dari dalam lisosom ke dalam sel. Contoh peristiwa ini mencerna materi yang diambil secara

adalah proses kematian sel secara sistematis saat pembentukan jari tangan, atau hilangnya ekor berudu yang mulai beranjak

dewasa.Peroksisom merupakan badan mikro, berbentuk spherical dan terikat oleh membrane tunggal.
11

f) Peroksisom atau Badan Mikro. Peroksisom merupakan kantong kecil yang berisi enzim katalase, berfungsi menguraikan peroksida (H2O2) yang merupakan sisa metabolisme yang bersifat toksik menjadi air dan oksigen. Organel ini banyak ditemui pada sel hati. Glioksisom adalah badan mikro pada tumbuhan, berperan dalam proses pengubahan senyawa lemak menjadi sukrosa. g) Sitoskeleton : jalur berpindahnya organella pada sel, terdiri dari: o Mikrotubulus : membentuk pergerakan kromosom, organel, silia, & flagella. o Intermediate filament. o Microfilament: membantu kontraksi otot, bentuk sel, & pergerakan sitoplasma. 2.2 Jaringan Otot Jaringat otot mempunyai fungsi untuk menghasilkan gerakan. Gerakan ini termasuk gerakan tubuh secara keseluruhan maupun gerakan bagian-bagian tubuh yang satu terhadap yang lain.Sel-sel otot berbentuk panjang, maka sering juga disebut sebagai serat otot. Tetapi serat otot berbeda dengan serat kolagen atau elastis karena sel otot mempunyai ini sel, sehingg sel otot dikategorikan sebagai sel hidup. Hampir semua jaringan otot berasal dari mesodermal, kecuali M. Spinchter pupil dan mioepitel yang berasal dari jaringan ectodermal. Di sekitar kumpulan serat otot, terdapat jadingan fibrosa yang berfungsi untuk mengikat serat-serat otot dan membantu otot dalam melakukan kontraksi agar lebih efektif. Di jaringan fibrosa berjalan pula serabut syaraf dan terdapat pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh darah diperlukan oleh

karena jaringan otot melakukan kerja mekanik, maka membutuhkan suatu jala kapiler yang luas untuk memberi nutrisi dan oksigen dan juga untuk membuang sisa-sisa metabolisme yang toksik.

12

Berdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan dalam 3 kelompok. 1. Otot polos / otot visceral Memiliki 1 inti di tengah Berbentuk gelondong Tidak dipengaruhi oleh kehendak (involunter) Menanggapi rangsangan secara lambat Terutama terdapat pada organ-organ berongga (contoh: saluran pencernaan, pernafasan, dinding pembuluh darah) Kontraksinya dipengaruhi oleh system syaraf otonom, tetapi ada juga yang dipengaruhi oleh hormon Beberapa otot polos juga mempunyai kemampuan untuk mensintesis protein 2. Otot skelet / otot bercorak Memiliki banyak inti di tepi Berbentuk silindris Dipengaruhi oleh kehendak (volunteer) Menanggapi rangsangan dengan cepat Memiliki daerah gelap terang yang tersusun rapi / lurik Melekat pada tulang atau fascia Berdasarkan sifat gerakan: o Gerak antagonis: terjadi apabila otot-otot pendukungnya bekerja saling berlawanan, yaitu satu otot berkontraksi dan otot pasangannnya berelaksasi o Gerak sinergis: Terjadi apabila otot-otot pendukungnya bekerja saling mendukung. Artinnya, otot-otot tersebut berkontraksi secara bersamaan dan berelaksasi pun secara bersamaan untuk menghasilkan suatu gerak. 3. Otot jantung Memiliki banyak inti di tengah

13

Berbentuk seperti otot lurik, silindris, namun bercabang membentuk anyaman Bekerja seperti otot polos, yakni tidak sadar/involunter. Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini

tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.

14

Perbedaan Otot Lurik, Otot Polos, dan Otot Jantung pada Jaringan Otot

2.3 Histologi Pembuluh Darah 2.3.1 Pembuluh Darah Kecil Arteri kecil / Arteriol Tunika intima: Terdiri dari selapis sel endotel. pada arteriol yang sangat kecil tidak ditemukan membrana elastika interna. membrana elastika interna ditemukan pada arteriol dengan ukuran 40 atau lebih. Tunika media: terdiri dari otot polos yang tersusun konsentris 1-5 lapis.

Tunika adventitia: terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serabut kolagen dan elastis. tidak terdapat mmbrana elastika eksterna.

15

Vena kecil / Venula Tunika intima: terdiri dari selapis sel endotel. tidak didapatkan membrane elastika interna.

Tunika media: terdiri atas otot polos. pada bagian ini lebih tipis dari pada arteriol.

Tunika adventitia: terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis.

2.3.2

Pembuluh Darah Sedang

Arteri sedang / Arteri Muskuler Tunika intima: Terdiri dari selapis sel endotel gepeng. sel endotel langsung melekat pada membrana elastika interna.

Tunika media: Terdiri dari lapisan ototpolos yang tersusun konsentris. di bagian luarnya terdapat membrana elastika eksterna yang lebih tipis dari pada membrana elastika interna. Tunika adventitia: terdiri dari jaringan ikat longgar yang memiliki fibroblast. terdapat berkas elastin dan kolagen yang memanjang.

Vena sedang Tunika Intima: Terdiri dari selapis sel endotel gepeng. antara tunika intima dan media dibatasi anyaman serabut elastis. membrane elastika interna tidak membentuk lapisan yang kontinyu.

Tunika Media:
16

lebih tipis dari arteri sedang terdiri dari otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh kolagen yang memanjang.

Tunika Adventitia: terdiri dari jaringan ikat longgar dengan berkas-berkas elastin dan kolagen. tunika adventitia lebih tebal daripada tunika media.

2.3.2

Pembuluh Darah Besar

Arteri Besar Tunika intima: terdiri dari selapis sel endotel polygonal. dibawah endotel terdapat lapisan sub endotel yang berasal dari anyaman serabut kolagen. otot polos dan serabut elastis bercabang yang saling berhubungan membentuk fibroblast Tunika media: terdiri dari lembaran elastis yang konsentris dan berlubang-lubang sehingga disebut membrana elastika fenestrate diantara membrana elastika fenestrate terdapat sel-sel otot polos terdapat membrane elastika interna seperti arteri sedang.

Tunika adventitia: terdiri dari jaringan ikat longgar relative lebih tipis dibandingkan tunika media Membrana elastika fenestrate paling luar dapat disebut juga membrana elastika eksterna. Vena Besar Tunika intima: terdiri dari selapis sel endotel. terdapat jaringan ikat elastis.
17

Tunika media: sangat tipis. terdapat sedikit otot polos yang dipisahkan serabut kolagen.

Tunika adventitia: Merupakan lapisan utama dari dinding vena besar. tebalnya beberapa kali lipat dari tunika medianya. terdiri dari berkas berkas otot polos longitudinal dan juga terdapat jaringan pengikat.

2.4 Sistem Syaraf Sistem syaraf dapat dibagi menjadi (1) sistem syaraf pusat/central nervous system(CNS) (otak, medula spinalis) dan sistem syaraf

tepi/perpheral nervous system(PNS) (peripheral ganglia, syaraf-syaraf, akhiran syaraf yang menghubungkan ganglia dengan SSP dan reseptor dan effektor tubuh). SSP dan SST mempunyai morfologi dan fisiologis yang berbeda.

Gambar : SSP dan SST

18

2.4.1

Sistem Syaraf Pusat (Central Nervous System) Sistem syaraf pusat mengkoordinir susunan syaraf somatis/sadar dan susunan syaraf otonom dalam mengatur fungsi tubuh. SSP disusun oleh otak dan medula spinalis, keduanya berkembang dari neural tube dan embryo. Komponen dasar SSP adalah neuron dan glia(oligodendroglia, astrocytes, sel ependym dan microglia). Sel Syaraf Utama Neuron, terdiri dari badan sel saraf dengan tonjolan yang disebut dendrit sebuah axon, selubung myelin, berkomunikasi satu dengan lainnya melalui sinaps dengan perantaraan neurotransmiter. Neuroglia, yang jumlahnya sekitar lima kali lipat dari jumlah neuron, merupakan sel yang menyokong, mengisolasi, dan memberi nutrisi untuk jaringan saraf. Pada susunan saraf pusat, neuroglia terdiri dari oligodendroglia, astrocytes, sel ependym dan microglia

Gambar : komponen neuron Otak Bagian dari otak adalah belahan serebral, cerebellum, dan truncus cerebri. Belahan cerebral terdiri dari bagian luar atau substansia grisea(berwarna abu-abu), terdiri dari sel-sel tubuh dan bagian dalam, atau
19

substansia alba (berwarna putih) yang terdiri dari axon-axon, sedangkan ruangannya diisi oleh cerebrospinal fluid (CSF). Cerebellum mempunyai dua lobus lateral dan sebuah bagian di tengahnya. Komponen dari batang otak didefinisikan sebagai diencphalon, mesencephalon, pons dan medulla. Dalam penggunaan umum, istilah batangotak biasanya menunjukkan mesencephalon, pons dan medulla oblongata. Medulla spinalis Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem syaraf pusat yang terletak superior 2/3 dari canalis vertebra. Medula spinalis merupakan pusat refleks murni. Meninges

Gambar : meninges Meninges adalah jaringan ikat yang menutupi dan mengelilingi, melindungi dan menahan otak dan medula spinalis yang terdapat di cavitas cranii dan canalis vertebral. Terbentuk dari 3 lapis membran :

20

Dura mater Arachnoidea mater Pia mater

: lapisan paling luar dan paling tebal : lapisan lebih dalam dari duramater : lapisan yang menempel pada otak dan spinalis medula

Meninges dan cairan otak (cerebrospinal fluid/CSF) mengelilingi dan melindungi SSP.

2.4.2

Sistem Saraf Tepi (Perifer)

Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), yang terdiri dari saraf dan ganglia (tunggal ganglion). Ganglion adalah simpul-simpul saraf yang berasal dari berbagai bagian tubuh. Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi tulang. Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Sistem saraf perifer dapat dibedakan : a. Sistem saraf somatik Sistem saraf somatik (saraf sadar) merupakan sistem saraf yang berada pada kulit, otot rangka, dan tendon yang bekerja menurut sistem kesadaran kita. Fungsinya adalah menerima dan menghantarkan informasi dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat dan menyampaikan perintah dari sistem saraf pusat ke otot rangka. Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. 12 pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan
21

kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik. Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut : 1. Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemah- kan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu. 2. Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin. 3. Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan informasi tersebut ke otak, otak akan menterjemahkan informasi tersebut dan mengisyaratkan tangan dan kaki untuk bergerak membersihkan kamar. b. Sistem saraf otonom Sistem saraf otonom (tak sadar) merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang bekerja mengatur dan mengendalikan otot dan jantung, otot-otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Disebut sistem saraf otonom karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menuruti kemauan kita atau kehendak kita.

Sistem saraf otonom terdiri atas : sistem saraf simpatik Sistem saraf simpatik meliputi saraf-saraf keluar pada daerah vertebrata torak dan vertebrata lumbar, oleh karena itu sistem saraf ini disebut juga sistem saraf torakolumbar. Pada sistem saraf simpatik, serabut-serabut saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang tidak langsung menuju efektor, melainkan terlebih dahulu membentuk sinaps di dalam ganglion.

22

Sistem saraf parasimpatik Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaringjaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.

Sistem Saraf Parasimpatik Mengecilkan pupil Merangsang sekresi saliva -

Sistem Saraf Simpatik Memperbesar pupil Menghambat sekresi saliva Mempercepat denyut jantung Bronkus berdilatasi Menghambat kerja pankreas Kantung kemih berelaksasi Menghambat kelamin kerja organ

Memperlambat denyut jantung Bronkus berkontraksi -

Merangsang kerja pankreas Kantung kemih berkontraksi Merangsang kerja organ kelamin

23

Tabel Fungsi Saraf Simpatik dan Parasimpatik

Gambar Fungsi Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik

2.5 Jejas Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik, diferensiasi, dan lain-lain pada sel normal. Sel akan selalu mempertahankan keadaan homeostasis/steadystate terut. Beban fisiologik yang berat dapat menimbulkan adaptasi selulerbaik fisiologi maupun morfologi sehingga mencapai keadaan steady state yang berbeda atau baru. 2.5.1 Definisi Jejas Jejas sel adalah keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk mempertahankan keadaan homeostasis yang normal .

24

2.5.2 Etiologi jejas: 1. Hipoksia a. Daya angkut oksigen berkurang: anemia, keracunan CO b. Gangguan pada sistem respirasi c. Gangguan pada arteri: aterosklerosis 2. Jejas fisik a. Trauma mekanis: ruptura sel, dislokasi intraseluler b. Perubahan temperatur: vasodilatasi, reaksi inflamasi c. Perubahan tekanan atmosfer d. Radiasi 3. Jejas kimiawi a. Glukosa dan garam-garam dalam larutan hipertonis yang dapat menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit b. Oksigen dalam konsentrasi tinggi c. Zat kimia, alkohol, dan narkotika 4. Agen biologik: virus, bakteri, fungi, dan parasit 5. Reaksi imunologik a. Anafilaktik b. Autoimun 6. Faktor genetik: sindrom Down, anemia sel sabit 7. Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis
25

2.6 Bentuk Adaptasi Selular Terdapat 4 tipe adaptasi sel, yaitu : 1. Hipertrofi Hipertrofi adalah pertambahan organ akibat adanya pertambahan ukuran sel pada organ. Etiologi : suatu respon adaptif yang terjadi apabila terjadi peningkatan beban kerja suatu sel sehingga kebutuhan sel akan oksigen dan zat gizi meningkat yang akan menyebabkan pertumbuhan sebagian besar struktur dalam sel. Hipertrofi dapat terjadi berupa fisiologik / patologik yang disebabkan oleh peningkatan kebutuhan fungsional atau rangsangan hormonal spesifik. Contoh : Hipertrofi fisiologik Terjadi pada jaringan yang terdiri atas sel permanen misalnya : otot skelet pada binaragawan yg mengalami pembesaran otot. Hipertrofi patologik Terjadi pada jantung yang dipotong melintang, kapasitas jadi lebih mengecil dan kerja jantung akan semakin berat.

2. Metaplasia Perubahan reversibel dimana perubahan tersebut terjadi pada satu jenis sel dewasa (epitel dan mesenkim) yang akan digantikan oleh sel dewasa lainnya. Etiologi : biasanya terjadi sebagai respon terhadap cedera atau iritasi yang berkelanjutan sehingga menyebabkan atau menghasilkan peradangan kronis pada jaringan. (sel-sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan peradangan kronis akan menggantikan jaringan semula)
26

Contoh : Perubahan sel pada saluran pernafasan. Perubahan ini terjadi dari perubahan sel epitel kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat (sebagai respon terhadap perokok dalam jangka panjang) 3. Atrofi Atrofi merupakan pengurangan ukuran yang disebabkan oleh mengecilnya ukuran sel atau mengecilnya/berkurangnya (kadang-kadang dan biasa disebut atrofi numerik) sel parenkim dalam organ tubuh. Atrofi dapat disebabkan oleh berbagai faktor tergantung pada jenis atrofi tersebut. Sebelum membahas mengenai penyebab terjadinya, maka harus diketahui terlebih dahulu jenis-jenis atrofi agar pembahsannya lebih spesifik. Secara umum, terdapat dua jenis atrofi, yaitu atrofi fisiologis dan atrofi patologis. Atrofi fisiologis : beberapa organ tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan atau pertumbuhan. Artrofi patologis : jika alat tubuh tersebut organ tubuh tersebut tidak menghilang ketika sudah mencapai usia tertentu. Secara umum, atrofi dapat terjadi karena hal-hal/kondisi berikut. 1. Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang 2. Hilangnya stimulus/rangsangan saraf 3. Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin 4. Kekurangan nutrisi 5. Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan

mengakibatkan pengecilan organ tersebut). 4. Hiperplasia Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh karena pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru. Sama halnya dengan atrofi, terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan
27

patologis. Contoh yang sering kita temukan pada kasus hyperplasia fisiologis yaitu bertambah besarnya payudara wanita ketika memasuki masa pubertas. Sedangkan hyperplasia patologis sering kita temukan pada serviks uterus yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Sel-sel pada serviks tersebut mengalami penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini diakibatkan oleh sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu pertumbuhan yang besar.

2.7 Respon Seluler Terhadap Jejas 2.7.1 Nekrosis/Kematian Sel Proses kematian sel disebut nekrosis. Kematian yang terutama terjadi pada sel-sel secara individual maupun secara kelompok. Sebelum terjadi proses kematian biasanya didahului oleh perubahan-perubahan ultra struktural yaitu perubahan-perubahan morfologik sel karena jejas. Etiologi nekrosis: Iskemia (anoksia) Agen fisik Agen kimia Agen biologis

Jenis-jenis nekrosis: Nekrosis koagulative Sitoplasma dari sel akan mati dan menjadi opague, disebabkan karena koagulasi dari protein. Koagulasi sel yang terjadi akan berbentuk massa yang terus masih ada walaupun gambaran interselulernya telah hilang.

28

Etiologi nekrosis ini biasanya suatu iskemi yang berat yang terjadi tiba-tiba, terjadi pada organ-organ ginjal, jaunting, glandula adrenal, juga pada jejas kimiawi, misalnya keracunan HgCL pada tubulus renal proksimal. Dasar koagulasi mungkin karena adanya denaturasi atau proteinprotein lainnya. Nekrosis Koliguativa / nekrosis pencairan / liquefaction necrosis Disini terjadi disolusi enzimatik yang berlansung cepat dan total pada sel dengan akibat terjadi destruksi yang total diseluruh sel. Keadaan ini paling sering terdapat di otak, juga ditemukan pada suatu abses (pembentukan penanahan karena suatu infeksi, terbentuk suatu rongga yang berisi pus). Pada abses terjadi proses autolysis/heterolysis, dimana akibat local dari bakteri terjadi akumulasi dari leukosit, dan akumulasi ini terjadi atas leukosit yang sudah mati yaitu berupa pus. Nekrosis caseosa Merupakan variasi tertentu dari nekrosis koagulativa yang disebabkan infeksi kuman tubercolosa. Disebut caseosa karena sesuai dengan gambaran morfologiknya, isi dari nekrosis terlihat berwarna putih kuning seperti keju. Histologik : daerah nekrosis tampak sebagai suatu debris (sisa-sisa penghancuran) berupa bentuk yang amorf, granuler, yang dibentuk oleh selsel yang telah mengalami koagulasi dengan suatu pinggir yang tegas berupa jaringan inflamasi dengan gambaran yang khas karena reaksi

granulamatosa. Nekrosis gangrenosa Nekrosis ini biasanya disebabkan oleh suatu proses ischemia dan biasanya diikuti invasi bakteri. Nekrosis ini biasanya terjadi pada anggota tubuh, paling sering anggota gerak bawah. Mula-mula terjadi suatu nekrosis
29

koagulativa karena enzim-enzim yang dikeluarkan bakteri atau leukosit yang telah memasuki jaringan nekrosis. Apabila pola koagulasi menonjol disebut juga sebagai gangrene kering , sedangkan apabila pola invasi bakteri menonjol dan terjadi liquifaksi disebut gangrene basah.

2.7.2

Apoptosis Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram yang dirancang tubuh untuk menghilangkan populasisel yang tidak diinginkan. Biasanya disebut aksi bunuh diri

A. Penyebab Apoptosis 1) Penyebab Fisiologik Destruksi sel yang terprogram selama embryogenesis Involusi jaringan yang bergantunng hormon (misalnya,

endometrium, prostat) pada orang dewasa Penghapusan sel dalam populasi sel yang mengadakan profilasi (misalnya, epitel kripta intestin) untuk mempertahankan jumlah sel yang tetap Kematian sel yang sudah melaksanakan tugasnya (misalnya, sel neutrofil sesudah responin flamasi akut) Penghapusan limfosits wareaktif yang berpotensi berbahaya Kematian sel yang ditimbulkan olehsel-sel T sitotoksik (untuk menghilanngkan sel yang terinfeksi virus atau sel neoplasma).

2) Penyebab Patologis : Iskemia Ultraviolet dan x-iradiasi Panas yang tinggi Agenantikanker
30

Agen yang mengganggusitoskeleton Manusia yang terinfeksi virus immunodeficiency (limfosit)

Perbedaan Nekrosis dan Apoptosis

31

BAB III KESIMPULAN

Struktur maupun fungsi sel diatur melalui program genetik, diferensiasi, dan lain-lain pada sel normal. Sel akan selalu mempertahankan keadaan

homeostasis/steadystate terut. Beban fisiologik yang berat dapat menimbulkan adaptasi seluler baik fisiologi maupun morfologi sehingga mencapai keadaan steady state yang berbeda atau baru. Keadaan yang mengganggu kemampuan sel-sel tubuh untuk

mempertahankan keadaan homeostasis yang normal dikenal dengan jejas. Ada tujuh etiologi dari jejas yaitu : Hipoksia, Jejas fisik, Jejas kimiawi, Agen biologik: virus, bakteri, fungi, dan parasit, Reaksi imunologik, Faktor genetik: sindrom Down, anemia sel sabit, Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis. Ketika ada jejas tubuh mulai beradaptasi. Ada empat macam bentuk-bentuk adaptasi yaitu : atropi, hyperplasia, hipertropi, dan metaplasia. Ketika tubuh tidak dapat beradaptasi dengan baik, maka terjadilah respon seluler terhadap jejas. Respon seluler ini dapat berupa kematian sel yang dikenal dengan apoptosis dan nekrosis. Proses kematian sel disebut nekrosis. Kematian yang terutama terjadi pada sel-sel secara individual maupun secara kelompok. Sebelum terjadi proses kematian biasanya didahului oleh perubahan-perubahan ultra struktural yaitu perubahan-perubahan morfologik sel karena jejas.

32

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. http://biologimediacentre.com/struktur-sel/ 2. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/23/adaptasi-jejas-dankematian-sel/ 3. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/biologi-sel/sel/ 4. Lodish, H., D. Baltimore, A. Berk., S.L. Zipursky, P. Matsudaira, J. Darnell. 1995. Molecular Cell Biology. Scientific American Books, New York. 5. Kierszenbaum AL. histology and Cell Biology: An Introduction to Pathology, 2nd ed. Mosby, 2007.

33

You might also like