You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun. Untuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua, pendekatan selalu dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti poliuri, polidipsi atau polifagi. Demikian pula gejala komplikasi seperti neuropati, retinopati dan sebagainya, umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan fisik, kalau perlu pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pasien diabetes yang timbul pada usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainankelainan yang sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnya jamur pada tempat-tempat tertentu. Kriteria diagnosis DM dapat mengacu pada rekomendasi ADA (American Diabetes Association) yang tidak menunjukkan adanya pertimbangan spesifik umur. Diagnosis DM dibuat setelah dua kali pemeriksaan gula darah puasa > 126 mg/dl (dengan sebelumnya puasa paling sedikit 8 jam). Pasien perlu dipastikan tidak dalam kondisi infeksi aktif atau sakit akut dalam pemeriksaan ini. Atau gula darah acak > 200 mg/dl dengan gejala-gejala diabetes. Pengukuran hemoglobin terglikosilasi (HbA1c ) tidak direkomendasikan sebagai alat diagnostik, tetapi dipakai secara luas untuk memantau efektifitas pengobatan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah konsep medis dari Diabetes Melitus/DKA pada usia lanjut ? 2. Bagaimana konsep keperawatan dariDiabetes Melitus/DKA pada usia lanjut ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui konsep medis dari Diabetes Melitus/DKA pada usia lanjut. 2. Mengetahui konsep keperawatan dari Diabetes Melitus/DKA pada usia lanjut.

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Medis 2.1.1 Definisi Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009). 2.1.2 Etiologi Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena

mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar: Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik). Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri. 2.1.3 Patofisiologi Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat diterangkan seluruhnya, namun didasarkan atas faktor-faktor yang muncul oleh perubahan proses menuanya
Askep Gerontik Diabetes Melitus | 2

sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan life style, faktor perubahan neurohormonal khusunya penurunan kadar DHES dan IGF-1 plasma, serta meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin action despite age.3\ Berbagai faktor yang mengganggu homeostasis glukosa antara lain faktor genetik, lingkungan dan nutrisi. Berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua, yaitu faktor intrinsik yang terdiri atas faktor genetic dan biologik serta faktor ekstrinsik seperti faktor gaya hidup, lingkungan, kultur dan sosial ekonomi, maka timbulnya DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dapat mempengaruhi baik sekresi insulin maupun aksi insulin pada jaringan sasaran. Faktor resiko diabetes melitus akibat proses menua : Penurunan aktifitas fisik Peningkatan lemak Efek penuaan pada kerja insulin Obat-obatan Genetik Penyakit lain yang ada Efek penuaan pada sel

Menyebabkan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin gangguan toleransi glukosa dan diabetes melitus tipe 2. Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan hambatan pelepasan glukosa yang diperantarai insulin. Besarnya penurunan sekresi insulin lebih tampak pada respon pemberian glukosa secara oral dibandingkan dengan pemberian intravena. Perubahan metabolisme karbohidrat ini antara lain berupa hilangnya fase pertama pelepsan insulin. Pada lanjut usia sering terjadi hiperglikemia (kadar glukosa darah >200 mg/dl) pada 2 jam setelah pembebanan glukosa dengan kadar gula darah puasa normal (<126 mg/dl) yang disebut Isolated Postchallenge Hyperglikemia (IPH) . 2.1.4 Manifestasi Klinik Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 3

pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. 2.1.5 Penatalaksanaan Medis Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : a. Diet Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin. b. Latihan Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan. c. Pemantauan Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia. d. Terapi ( Jika diperlukan ) Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang komplikasi penyakit yang membahayakan. e. Pendidikan
Askep Gerontik Diabetes Melitus | 4

telah ditentukan untuk membatasi

Diet yang harus dikomsumsi Latihan Penggunaan insulin

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Glukosa darah sewaktu Kadar glukosa darah puasa Tes toleransi glukosa Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan: Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl 2.1.7 Komplikasi Berbagai komplikasi akibat DM sering diklasifikasikan secara berbeda, antara lain penggolongan antara komplikasi akut (ketoasidosis, koma hiperosmolar non ketotk) dan kronik (retinopati diabetika, neuropati diabetika, nefropati diabetika dan penyakit kardiovaskuler), klasifikasi berdasarkan komplikasi spesifik dari diabetesnya

(nephropati, retinopati dan neuropati) dan komplikasi makrovaskuler (penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan penyakit perifer) yang mungkin terjadi pada penderita non diabetik aan tetapi tampil lebih dini dan lebih berat pada penderita diabetes. 2.2 Konsep Keperawatan 2.2.1 Pengkajian a. Aktivitas / istrahat. Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan Kram otot, tonus otot menurun. Tanda : Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun. b. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi ; IM akut Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada extremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : 1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan tachicardia.

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 5

2) Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. 3) Disritmia, krekel : DVJ c. Integritas ego Gejala: Stress;tergantung pada orang lain Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi Tanda : ansietas,peka rangsang d. Elminasi Gejala : Perubahan pola berkemih(poliuria), nokturia Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih,infeksi. ISK buru/ berulang Nyeri tekan abdomen. Diare Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria atau terjadi hipovolemia berat ) Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun: hiperaktif (diare). e. Makanan / cairan Gejala : Hilang nafsu makan. Mual/muntah. Tidak mengikuti diet; meningkatkan masukan glukosa/karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu. Haus. Penggunaan diuretic (tiazid). Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek. Kekakuan/distensi abdomen, muntah. Pembesaran tyroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis/manis, bau buah (nafas eston). f. Neurosensori Gejala : Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia,
Askep Gerontik Diabetes Melitus | 6

gangguan penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas kejang. Tanda : Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Reflex tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA). g. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat). Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati. h. Pernapasan Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : Lapar udara. Batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi pernapasan. i. Keamanan Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit. Tanda: Demam, diaphoresis. Kulit rusak, lesi/ulserasi. Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak. Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam). j. Seksualitas Gejala: Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita. k. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Faktor risiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat.

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 7

Penggunaan obat seperti steroid, diuretic (tiazid); dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai pesanan. DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari. Pertimbangan rencana pemulangan: mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah. l. Pemeriksaan Diagnostik Gejala : 1) Glukosa darah : meningkat 100 200 mg/dl atau lebih. 2) Aseton plasma : positif secara menyolok. 3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat. 4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l. 2.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan : Diuresis osmotic (dari hyperglikemia) Diare, muntah Masukan dibatasi : mual, kacau, mental.

Ditandai dengan : Edema, suhu meningkat Perubahan keadaan mental Peningkatan pengeluaran urine, urine encer Kelemahan, haus, penurunan berat badan Kulit/membrane mukosa kering, turgor kulit turun Hipotensi, takikardia, perlambatan pengisian kapiler.

Kriteria Hasil/Kriteria Evaluasi : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat yang dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, pengeluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal. Tindakan Keperawatan : Tindakan / Intervensi Mandiri : 1. Kaji riwayat klien sehubungan dengan 1. Membantu memperkirakan kekurangan lamanya atau intensitas dari gejala seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan volume total. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik kehilangan air. 2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, 2. Merupakan indicator tingkat dehidrasi turgor kulit, dan membrane mukosa. atau volume sirkulasi yang adekuat
Askep Gerontik Diabetes Melitus | 8

Rasional

yang

meningkatkan

3.

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya 3. Hipovolemia perubahan tekanan darah ortostatik.

dimanifestasikan

oleh

hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemia saat tekanan darah sistolik turun 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.

4.

Pantau pola nafas seperti adanya 4. Paru pernapasan Kusmaul atau pernapasan yang berbau keton

megeluarkan

asam

karbonat

melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris

terhadap keadaan ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan harus berkurang bila ketosis terkoreksi 5. Pantau frekuensi dan kualitas 5. Hiperglikemia menyebabkan pernapasan peningkatan pola normal. kerja dan dan asidosis frekuensi tetapi

pernapasan, penggunaan otot bantu napas, adanya periode apnea dan sianosis

Akan

pernapasan,

pernapasan dangkal dan cepat, serta sianosis merupakan indikasi dari

kelelahan pernapasan atau kehilangan kemampuan melakukan kompensasi pada asidosis. 6. Pantau suhu, warna kulit, atau 6. Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah hal umu terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit

kelembapannya.

kemerahan, kering merupakan tanda dehidrasi. 7. Pantau masukan dan pengeluaran. 7. Memperkirakan pengganti, kebutuhan ginjal, cairan dan

fungsi

keefrktifan terapi yang diberikan. 8. Observasi mual, nyeri abdomen, 8. Kekurangan cairan dan elektrolit

muntah, dan distensi lambung.

mengubah motilitas lambung sehingga sering menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan kekurangan

volume cairan atau elektrolit. 9. Observasi adanya perasaan kelelahan 9. Pemberian cairan untuk perbaikan yang yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan cepat berpotensi menimbulkan

kelebihan cairan dan gagal jantung


Askep Gerontik Diabetes Melitus | 9

distensi vaskuler 10. Ukur berat badan setiap hari

kronis. 10. Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang

berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. 11. Pertahankan pemberian cairan 11. Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi yang 12. Menghindari pemanasan yang

minimal 2500 ml/hari. 12. Anjurkan lingkungan

menimbulkan rasa nyaman bagi klien

berlebihan terhadap klien lebih lanjut dapat menimbulkan kehilangan cairan.

Kolaborasi 1. Berikan terapi cairan sesuai indikasi Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.

Kolaborasi : 1. Cairan : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon klien secara individual .

Albumin, plasma, atau dekstran

Plasma ekspander (pengganti) di butuhkan jika mengancam jiwa atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha

rehidrasi yang telah dilakukan. 2. Pasang kateter urine 2. Memberikan pengukuran yang tepat terhadap pengeluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan retensi atau inkontinensia.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilin dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkayan metabolisme protein/lemak Penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran Status hipermetabolisme : pelepasan hormone stress (epinefrin, kortisol, dan hormone pertumbuhan), proses infeksi. Ditandai dengan : Nyeri abdomen dengan atau tanpa kondisi patologis Melaporkan masukan makanan tidak adekuat, kurang minat pada makanan. Penurunan berat badan, kelelahan, tonus otot buruk. Diare

Kriterias Hasil :
Askep Gerontik Diabetes Melitus | 10

Mencerna jumlah kalori/nutrient yang tepat. Menunjukkan tingkat energy biasanya. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya atau yang diinginkan dengan nilai labolatorium normal.

Tindakan Keperawatan : Tindakan / Intervensi Mandiri 1. 2. Identifikasi makanan yang disukai Observasi (perubahan tanda tingkat Mandiri 1. Kerjasama dalam perencanaan makan Pada metabolisme karbohidrat (gula darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin, maka terjadi hipoglikemi). Jika dalam keadaan Rasional

hipoglikemia 2. kesadaran, kulit

lembap atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas sakit

kepala, pusing)

koma, hypoglikemia ter jadi tanpa memperlihatkan kesadaran. perubahan tingkat

3.

Timbang berat badan sesuai indikasi

3.

Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

4.

Tentukan program diet, pola makan, dan 4. bandingkan dengan makanan yang

Mengidentifikasi penyimpangan terapeutik

kekurangan dari

dan

kebutuhan

dihabiskan klien 5. Auskultasi bising usus, catat nyeri 5. abdomen atau perut kembung, mual, muntah, dan pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi 6. Berikan makanan cairan yang 6.

Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan

motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik) Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien sadar dan gastrointestinal baik

mengandung nutrisi dan elektrolit.

7.

Anjurkan

libatkan

keluarga

dalam 7.

Meningkatkan

rasa

keterlibatannya,

perencanaan makanan

memberi informasi pada keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Kolaborasi 1.

Kolaborasi Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat daripada memantau gula dalam urine

Lakukan pemeriksaan gula darah dengan 1. finger stick

2.

Pantau

pemeriksaan

laboratorium 2.

Gula darah menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol sehingga glukosa dapat

(glukosa darah, aseton, pH, HCO3)

masuk ke dalam sel dan digunakan


Askep Gerontik Diabetes Melitus | 11

untuk sumber kalori. Saat ini, kadar aseton menurun dan asidosis dapat dikoreksi 3. Berikan pengobatan insulin secara 3. Insulin reguler memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV karena absorpsi dari jaringan subkutan sangat lambat 4. Berikan larutan glukosa (dekstrosa, 4. Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah sekitar 250 mg/dl. Dengan metabolisme karbohidrat mendekati normal,

teratur melalui IV

setengah salin normal)

perawatan diberikan untuk menghindari hipoglikemia 5. Konsultasi dengan ahli gizi 5. Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

3. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan : Kelemahan otot Ketidakadekuatan oksigenasi jaringan Penurunan produksi energy metabolic

Ditandai dengan : Mengungkapkan kekurangan energi yang tak kunjung habis dan berlebihan Kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja, kecenderungan kecelakaan Meningkatnya keluhan fisik Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

Kriteria Hasil : Mengidentifikasi pola keletihan setiap hari Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang

memengaruhi toleransi aktivitas Mengungkapkan peningkatan tingkat energi Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi

Tindakan Keperawatan : Tindakan/Intervensi Mandiri 1. Mandiri Pendidikan dapat memberikan motivasi


Askep Gerontik Diabetes Melitus | 12

Rasional

Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. 1.

Buat

jadwal

perencanaan

dan

untuk meningkatkan tingkat aktifitas meskipun klien sangat lemah.

identifikasi aktifitas yang menimbulkan kelelahan. 2. Diskusikan penyebab keletihan seperti 2. nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, peningkatan untuk ADL. 3. Pantau nadi, frekuensi napas, serta 3. tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktifitas 4. Ajarkan seperti : a. Modifikasi lingkungan b. Rencanakan sering 5. Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda 5. dan gejala yang menunjukkan makan sedikit tapi tekhnik konservasi energi 4. upaya yang di[erlukan

Dengan mengetahui penyebab keletihan dapat menyusun jadwal aktifitas.

Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

Memungkinkan

aktivitas

yang

berkesinambungan, menunjang harag diri yang positif.

Membantu

dalam

mengantisipasi

terjadinya keletihan yang berlebihan.

peningkatan aktivitas penyakit, dan mengurangi aktifitas, seperti demam, penurunan berat badan, keletihan makin memburuk. 6. Anjurkan partisipasi untuk klien meningkatkan 6. dalam melakukan Memungkinkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi.

aktifitas sehari-hari sesuai kebutuhan.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) dengan faktor resiko meliputi : Kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.

Kriteria hasil /kriteria evaluasi: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi Mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi. Tindakan Keperawatan : Intervensi Mandiri : 1. Observasi tanda infeksi dan Klien dengan infeksi biasanya telah Rasional

peradangan (demam, kemerahan, mencetuskan keadaan ketoasidosis atau pus, sputum purulen, warna urine infeksi nosokomial. keruh, atau berkabut)
Askep Gerontik Diabetes Melitus | 13

2. Tingkatkan

upaya

penjegahan Mencegah timbulnya infeksi silang (

dengan melakukan cuci tangan yang infeksi nosokomial). baik. 3. Pertahankan tehnik aseptik pada Kadar glukosa darah yang tinggi akan prosedur invasis (pemasangan infus, menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kateter perawatan. 4. Berikan perawatan kulit dengan Sirkulasi perifer bisa tergangu dan foley), pemberian kuman.

teratur, masase daerah tulang yang menyebabkan resiko kerusakan kulit atau tertekan, jaga kulit tetap kering, iritasi serta infeksi. serta linen kering dan tidak

berkerut. 5. Lakukan perubahan posisi. 6. Anjurkan makan dan Mencegah gterjadinya resiko infeksi. minum Menjaga keseimbangan nutrisi, cairan, dan elektrolit.

adekuat (sekitar 3000 ml/hari).

7. Lakukan pemeriksaan kultur dan Mengidentifikasi organisme sehingga dpat sensitivitas sesuai indikasi. 8. Berikan antibiotik yang sesuai. memberikan terapi antibiotik yang terbaik. Penanganan awal membantu mencegah timbulnya spesies.

1.2.3 Evaluasi Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien diabetes mellitus dilakukan berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan sebelumnya pada tujuan.

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Dalam proses penyembuhan DM sangat dibutuhkan kerja sama antara perawat, klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya 3.2 Saran Untuk dapat menentukan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif hendaknya para perawat meningkatakan pengetahuan tentang konsep medik dan keperawatan

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 15

DAFTAR PUSTAKA Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta. Kushariyadi, Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, 2010, Salemba Medika : Jakarta

Askep Gerontik Diabetes Melitus | 16

You might also like