You are on page 1of 5

Prospek Peran Pabrik Gula Dalam Meningkatkan Perekonomian Didaerah Dalam Konteks Kekinian

Oleh : Wisnu Nugroho (Dibuat Dalam Rangka Lomba Karya Tulis dan Penyiaran Yang Diadakan Oleh PTPN X (Persero))

A. Tentang Pabrik Gula Pabrik gula dalam hal ini merupakan suatu sektor perindustrian yang merupakan bagian dari klaster prioritas yang dikembangkan di Indonesia dalam bidang industry agro. Bila dilihat sejarahnya tentunya semua berawal dali diperkenalkannya pohon tebu oleh pedagang Cina sekitar abad ke -15. Adapun pabrik gula di Indonesia telah ada sejak tahun 1710 dimana saat itu kurang lebih telah 130 pabrik beroprasi. Keberadaan pabrik saat itu masih berorientasi pada pemanfaatan tenaga local dalam hal ini rakyat Indonesia guna dipekerjakan untuk memenuhi kebutuhan asing. Misalnya saja Tahun 1750 pabrik milik etnis Cina disewa untuk memproduksi gula untuk kebutuhan di Eropa terutama di pantai utara Jawa. Pabrik gula diberi kesempatan menyewa tanah rakyat dalam jangka waktu 3 tahun. Pasca kemerdekaan kondisi memunculkan kondisi yang idak stabil terhadap keberlangsungan pabrik gula terutama karena proses nasionalisasi pabrik pabrik tersebut yang tentunya dalam kondisi yang bisa dikatakan hancur. Butuh tenaga dan pemikiran yang ekstra baik untuk merehabilitasi kondisi pabrik pabrik tersebut untuk kembali Berjaya seperti dahulu, namun dalam konteks guna memberikan kesejahteraan rakyat. Diakui ataupun tidak, keberadaan pabrik gula yang tersebar didaerah menjadi sauatu sektor yang dibutuhkan oleh masyarakat agraris seperti di Indonesia ini terutama para petani tebu untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya. Jelas maka bagi penulis menarik untuk lebih dikaji secara lanjut

bagaimana peranan pabrik gula dalam membangun perekonomian terlebuh dalam konteks kekinian. B. Prospek Keberadaan Pabrik Gula Bila dilihat dari data yang ada terlihat betapa banyaknya pabrik gula yang ada saat ini, sekitar 62 pabrik masih beroprasi yang tersebar paling banyak di pulau jawa. Maka tidaklah mengherankan jika pemerintah memproyeksikan pabrik gula sebagai bagian klaster prioritas di bidang industri agro. Dalam situs kementrian perindustrian dirilis urutan klaster prioritas industri agro ini antara lain : (1) Industri pengolahan kelapa sawit; (2) Industri karet dan barang karet; (3) Industri kakao; (4) Industri pengolahan kelapa; (5) Industri pengolahan kopi; (6) Industri gula; (7) Industri hasil Tembakau; (8) Industri pengolahan buah; (9) Industri furniture; (10) Industri pengolahan ikan; (11) Industri kertas; (12) Industri pengolahan susu. Keberadaan pabrik gula di posisi keenam menunjukkan masih cukup tinggi dan menjajikannya gula menjadi salah komoditi unggulan Indonesia yang dapat dikembangkan lebih jauh mengingat kondisi bumi dan masyatrakat Indonesia yang agraris. Bukti nyatanya pemerintah di tahun 2013 rencananya akan dibangun pabrik gula modern di daerah Banyuwangi. Sebagai salah satu bahan pangan pokok, konsumsi gula selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ketergantungan konsumen terhadap konsumsi gula cukup besar karena kecilnya/lemahnya kecenderungan untuk mensubstitusikannya dengan gula buatan atau pemanis lain. Permintaan gula secara nasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman. Selama kisaran tahun 1973-2007, trend konsumsi gula secara nasional menunjukkan peningkatan dengan rata-rata tingkat konsumsi per tahun 2,1 juta ton dan pada tahun 2007 kisaran tingkat konsumsi (kebutuhan) gula secara nasional 3,8 juta ton. Untuk tahun 2012 Secara nasional, total kebutuhan konsumsi gula mencapai 5,2 juta ton. Angka ini terdiri dari

demand gula untuk industri sebesar 2,5 juta ton/tahun dan demand untuk konsumsi rumah tangga langsung sebesar 2,7 juta ton/tahun. Sementara itu, supply gula untuk industri hanya dapat dipenuhi sekitar 2,1 ton/tahun. Angka ini merupakan hasil pemotongan kuota sebesar 400 ribu ton dari tahun sebelumnya, diperkirakan untuk tahun 2012 ini produksi pabrik gula masih deficit sekitar 600 ribu ton . Hal ini menunjukkan belum adanya keseimbangan antara jumlah kebutuhan gula dengan jumlah produksi gula yang dihasilkan secara nasional. Ini berarti pula menunjukkan beta masih tingginya prospek keberadaan pabrik gula untuk membangun perekonomian di segala lini, terutama di daerah karena pesebaran pabrik gula di daerah daerah. C. Peranan Pabrik Gula Dalam Membangun Ekonomi Didaerah Pada masa sekarang, menurut pengamatan penulis, peran pabrik gula dalam meningkatkan ekonomi daerah cukup signifikan. Bagi penulis semua ini terlihat dengan betapa tingginya kebutuhan gula secara nasional dengan jumlah pabrik dan produksiya yang belum simbang menunjukkan adanya posisi dan prospek yang tinggi pabrik gula berperan dalam pembangunan ekonomi di daerah. Adapun hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penciptaan lapangan kerja, Pada musim giling, tentu saja pabrik gula membutuhkan banyak sekali tenaga, baik di kebun, operasi sopir truk yang mengangkut tebu dari kebun ke lokasi pabrik, tenaga produksi, ataupun tenaga pengangkut. Maka jelaslah kondisi ini memungkinkan adanya penyerapan tenaga kerja dari masyarakat daerah bahkan yang berpendidikan rendah sekalipun. Logikanya tentu hal ini banyak mempengaruhi sektor lain misalnya sektor perdagangan kecil. Diluar musim giling, masyarakat dapat menjadi tenaga dikebun guna merawat tanaman tanaman tebu. Bila mungkin masyarakat yang memiliki lahan luas menanam tebu di lahannya dengan harapan dapat di beli oleh pabrik tebu. Bila ada

masyarakat yang memiliki keahlian dibidang tehik permesinan dapat dimanfaatkan tenaganya untuk meremajakan mesin mesing pengolahan gula. 2. Pemanfaatan Situasi Seperti halnya bila ada pangkalan super truk, maka akan banyak pedagang eceraan yang menjajakan makanan harga murah bagi para supir, demikian pula dengan hal ini makin banyak tenaga kerja berkumpul, makin banyak pula masyarakat sekitar yang dapat menjajakan dagangannya bagi para tenaga kerja.

3. Penyewaan lahan Sudah bukan hal yang asing lagi bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia jaman dulu memiliki lahan yang rata rata amat luas. Biasanya bila di desa desa hanya dimanfaatkan sebagai lahan tanam padi dan palawija, bila tidak mampu digarap terbengkalai ditumbuhi rumput dan menjadi lapangan untuk bermain kambing. Dengan adanya pabrik gula maka lahan lahan yang demikian dapat dimanfaatkan guna media tanam tebu yang tentunya dengan menyewa lahan tersebut dari masyarakat sekitar. Hal ini berarti pula ada tambahan ekonimi pula bagi masyarakat sekitar. Atau bila dimungkinkan bahkan lebih dari itu, masyarakat pemilik lahan menenami lahannya dengan tebu dan dia sendiri yang merawatnya (double income).

4. Pendidikan Ekonomi Keberadaan pabrik gula didaerah, melaui program CSR nya dapat dialokasikan dengan pengembangan pendidikan yang baik bagi kemajuak

ekonomi di daerah tersebut. Misalnya dengan bekerjasama dengan sokolah sekolah kejuruan yang ada sehingga lulusan sekolah kejuruan tersebut dapat ditarik menjadi tenaga di pabrik kerja tersebut. Ada efek simbiosis mutualisme yang terbentuk antara pabrik dan masyarakat.

D. KESIMPULAN Peran pabrik gula dalam mengemmbangkan perekonomian di daerah sangatlah besar dan berpotensi besar. Hal ini dapat ditinjau dari baiknya prospek usaha pabrik gula dimasa yang akan dating ditambah tinggi dan semakin meningkatnya kebutuhan gula nasional. Lebih lanjut keberadaan pabrik gula memicu geliat ekonomi di daerah baik melalui penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan situasi, penggunaan lahan yang kurang termanfaatkan melalui sewa, dan melalui program CSR dalam sektor pendidikan berbasis pada kesejahteraan ekonomi.

You might also like