You are on page 1of 7

TUGAS

MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN

IKAN YANG MELAKUKAN FERTILISASI INTERNAL


5 contoh spesies ikan fertilisasi secara internal Oleh: SUKO HARSONO NIM. 115080113111012 M01

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Fertilisasi merupakan suatu proses kompleks, dimana terjadi penggabungan antara gamet jantan (sperma) dan gamet betina (sel telur). Pada dasarya, fertilisasi mempunyai dua fungsi, yaitu menyebabkan telur berkembang menjadi embrio, dan untuk memasukkan inti jantan yang haploid ke dalam sitoplasma sel telur (Berril, 1971). Proses fertilisasi dimulai apabila sperma benar-benar telah melekat pada telur. Masuknya sperma diikuti oleh suatu perubahan cepat dan dramatik dalam telur itu sendiri. Meskipun banyak sperma dapat masuk ke dalam telur, namun hanya satu sel sperma yang memberikan nukleusnya (inti) pada bakal zigot. Peristiwa terakhir dalam fertilisasi adalah pembentukan inti zigot yang diploid, dilanjutkan dengan pembelahan mitosis yang pertama dari sel, untuk kemudian dimulai tahap perkembangan embrio (Kimball, 1994). Pembuahan atau fertilisasi merupakan asosiasi gamet, dimana asosiasi ini merupakan mata rantai awal dan sangat penting pada proses fertilisasi. Rasio pembuahan sering digunakan sebagai parameter untuk mendeteksi kualitas telur. Penggabungan gamet biasanya disertai dengan pengaktifan telur. Selama fertilisasi dan pengaktifan, telur-telur ikan teleostei mengalami reaksi kortikal. Kortikal alveoli melebur, melepaskan cairan koloid, dan selanjutnya memulai pembentukan ruang periviteline (Kjorsvik et al., 1990 dalam Utiah, 2006). Kortikal alveoli muncul setelah terjadinya fertilisasi dan reaksi kortikal yang tidak lengkap menunjukkan kualitas telur yang jelek. Beberapa hal yang mempengaruhi pembuahan adalah berat telur ketika terjadi pembengkakan oleh air, pH cairan ovari, dan konsentrasi protein (Lahnsteiner et al., 2001).

5 contoh spesies ikan yang tergolong dalam fertilisasi internal: 1. Ikan Molly (Poecilia latipinna)

Gambar 12. Ikan molly Ikan Molly (Poeciliaa latipinna) adalah salah satu komoditi ikan hias air tawar di Indonesia. Ikan Molly termasuk dalam jenis ikan live brearer (melahirkan). Ikan ini bersifat omnivore. Ukuran tubuhnya relatif cukup besar, maksimal sekitar 12 cm. Hingga kini sudah banyak varietas yang beredar di pasaran dengan warna dan bentuk tubuh yang beragam akibat persilangan dan mutasi. 2. Ikan Pari (Dasyatis kuhlii)

Gambar 13. Ikan Pari Last dan Stevens (2009) dalam Jayadi (2011) menyatakan bahwa ikan pari (rays) termasuk ikan bertulang rawan dalam grup Cartilaginous. Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed), sepasang sirip dada (pectoral fins) melebar dan menyatu dengan sisi kirikanan kepalanya, sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari umumnya mempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai cemeti (Gambar 1). Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut sting-rays. Mata ikan pari umumnya terletak di bagian samping

kepala. Posisi dan bentuk mulutnya adalah terminal dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui celah insang (gill openingsatau gill slits) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian bawah (ventral). Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut clasper letaknya di pangkal ekor. Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak (vivipar) dengan jumlah anak antara 5-6 ekor. 3.Ikan Hiu (Carcharinus sp.)

Gambar 11. Ikan hiu Ikan hiu adalah salah satu dari spesies Elasmobranchii. Ikan hiu dapat tumbuh menjadi sangat besar dan panjang mencapai 255 cm. Ciriciri ikan hiu yang matang gonad adalah mempunyai panjang 130-145 cm pada jantan dan 120-135 pada betina. Selain itu pada jantan terdapat pemanjangan clasper pada sirip anal sebagai organ reproduksi (Godknecht, 2004 dalam Wira, 2007). Ikan hiu melakukan pemijahan dengan cara fertilisasi internal. Ketika betina siap kawin ,maka betina akan mengeluarkan zat feromon sebagai zat penarik perhatian atau perangsang untuk jantan. Ketika jantan mencium zat tersebut, maka jantan akan mengejar betina dan menangkapnya dengan giginya (Karleskint, 1998). Hal ini akan menyebabkan luka pada betina, tetapi kulit betina lebih keras sehingga kulit mereka tetap terlindung. Setelah menemukan posisi yang tepat, maka clasper jantan akan dipenetrasikan ke dalam kloaka betina. Penetrasi ini terjadi secara vertical dan akan berlangsung selama kurang lebih 2 menit. Setelah itu jantan akan terbaring di dasar lautan selama I menit lalu kemudian berenag ke lautan yang lebih dalam (Godknecht, 2004 dalam Wira, 2007).

4. Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)

Gambar 9. Ikan gurame Setelah sarang selesai dibuat, induk jantan cepat-cepat mencari dan merayu induk betina untuk bersamasama memijah disarang. Induk betina ini akan menyemprotkan telur-telurnya kedalam sarang melalui lubang sarang yang kecil, kemudian jantan akan menyemprotkan spermanya, yang akhirnya terjadilah pembuahan didalam istana ijuk ini. Tidak seperti halnya ikan mas yang pemijahannya hanya beberapa jam saja, pemijahan ikan gurame ini biasanya berlangsung cukup lama. Induk jantan bertugas menjaga sarang selama pemijahan berlangsung.Setelah pemijahan selesai, biasanya giliran induk betina yang bertugas menjaga keturunannya, dengan terlebih dulu menutup lubang sarang dengan ijuk atau rumputan kering. Dengan nalurinya sebagai orang tua yang baik, biasanya induk betina ini menjaga anaknya dengan tak lupa mengipaskan siripnya terutama sirip ekor kearah sarang. Gerakan sirip induk betina ini akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Air dengan kandungan oksigen yang cukup akan membantu menetaskan telur-telur dalam sarang. Sebab seperti diketahui, telur pun butuh oksigen dalam prosesnya menjadi benih ikan. Sementara dengan kasih sayang induk betina menjaga keturunanya, induk jantan akan kembali menyusun sarang dan memikat induk betina yang lainnya untuk melanjutkan keturunannya. Dari atas kolam kita bisa mengetahui induk-induk yang telah memijah tanpa turun ke kolam dengan melihat adanya bau amis, dan terlihat adanya lapisan minyak tepat di atas sarang pemijahan. 5. Ikan Kakap merah (Lutjanus argentimaculatus)

Gambar 10. Ikan kakap merah Ikan kakap merah jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari pada betina, biasanya ikan yang siap memijah akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan gelap (antara tanggal 25-30 kalender Hijriah) pada suhu air antara 22oC - 25C. Pada saat proses pemijahan secara alami, induk jantan akan mengambil inisiatif yang diawali dengan menyentuh dan menggesekkan tubuh pada salah satu induk betina. Setelah itu baru induk jantan yang lain ikut bergabung, memutari induk betina membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air. Selain pemijahan secara alami dapat juga menggunakan pemijahan secara buatan yaitu dengan metode rangsang hormonal secara injeksi atau dengan implantasi (Kungvankij, et al. 1986 dalam Kadarwati, L. 1997).

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2001. PEMBENIHAN IKAN TAWES (Puntius Javanicus. Blkr). Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id. Diakses Pada tanggal 11 oktober 2012. BERRIL, N.J. 1971. Developmental biology. Mc Graw-Hill Book Company, New York : 535 pp Daelami, D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya. Dao, Yunias. 2011. PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS). http://yunias19ocean.blogspot.com/2011_0101 archive. html. Diakses Pada tanggal 11 oktober 2012.

Jayadi, M.I. 2011. ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PARI (Dasyatis kuhliiMller & Henle, 1841) YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN PAOTERE MAKASSAR. Skripsi. KIMBALL, J.W. 1994. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta: 755 hal. Kuncoro, E.B. 2002. Ikan Siklid. Jakarta: Penebar Swadaya. Lahnsteiner, F., B. Urbanyi, A. Horvarth, and T. Weismann. 2001. Biomarkers for egg quality determination in cyprinid fish. Aquaculture, 195:331-352. Lingga, P. 2002. Ikan Mas Kolam Air Deras. Jakarta : Penebar Swadaya. Wira, M. 2007. Tingkah Laku Pemijahan Biota Akuatik. http://maswira.blogspot. Com/2007/12/tingkah-laku-pemijahanbiota-akuatik.html. Diakses Pada tanggal 11 oktober 2012.

Suyanto, R. 1994. Nila. Jakarta ; Penebar Swadaya. Tampubolon, G.H., dan E. Mulyadi. 1989. Synopsis Ikan Kerapu di Perairan Indonesia. Balitbangkan, Semarang. Utiah, A. 2006. Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17? dan Tiroksin. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

You might also like