You are on page 1of 5

1. Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (COOH) dan amina (biasanya NH2).

Pada asam amino, sebuah atom C mengikat empat gugus yaitu : gugus karboksil, gugus amina, satu buah atom hidrogen dan satu gugus sisa (rantai samping, gugus R).

Rantai samping pada asam amino (gugus R) yang berbeda-beda pada asam amino menentukan struktur, ukuran, muatan elektrik dan sifat kelarutan dalam air. Klasifikasi asam amino berdasarkan muatannya pada larutan dengan pH netral (pH 7) a. Asam amino netral yang tidak bermuatan, dikarenakan adanya reaksi Zwitter. Asam amino yang termasuk golongan ini yang tidak mempunyai gugus rantai samping yang bermuatan. Asam amino tersebut adalah alanin, asparagin, sistein, glutamine, glisin, isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin b. Asam amino bermuatan negatif yang mempunyai gugus karboksil dan bersifat asam. Asam amino tersebut adalah asam aspartat dan asam glutamate. c. Asam amino bermuatan positif yang mempunyai gugus amino dan bersifat basa. Asam amino yang termasuk golongan ini adalah arginin, histidin, dan lisin

Klasifikasi asam amino berdasarkan rantai samping (R)

a. Asam amino dengan rantai samping alifatik, yaitu glisin, valin, leusin, isoleusin, dan alanin. b. Asam amino yang mengandung gugus hidroksil (-OH), yaitu serin dan treonin. c. Asam amino yang mengandung sulfur, yaitu sistein dan metionin d. Asam amino yang mempunyai gugus asam atau amida-nya, yaitu asam glutamat dengan glutamine dan asam aspartat dengan asparagin e. Asam amino yang mempunyai gugus basa pada rantai sampingnya, yaitu arginin, lisin, dan histidin f. Asam amino yang mempunyai rantai samping berupa gugus aromatik, yaitu fenilalanin, tirosin, dan triptofan g. Asam amino yang mempunyai rantai samping berupa asam imino, yaitu prolin Klasifikasi asam amino berdasarkan kepolarannya

a. Asam amino netral yang polar, yaitu asparagin, sistein, glutamin, serin, dan treonin. b. Asam amino bermuatan yang polar, yaitu arginin, lisin, histidin, glutamate, dan aspartat c. Asam amino netral yang non polar, yaitu alanin, glisin, isoleusin, leusin, metionin, valin, dan prolin d. Asam amino yang relatif polar (kepolarannya sangat rendah), yaitu fenilalanin, triptofan, dan tirosin.

2. Reaksi asam amino dalam tubuh dengan zat bahan pengawet atau obat-obatan. Molekul obat diubah menjadi lebih polar artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal oleh bantuan enzim. Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut stimulan sistem saraf pusat (SSP). Senyawa ini memiliki nama kimia methylphenethylamine. Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Struktur Amfetamin

Metabolisme obat yang terjadi dalam tubuh dengan bantuan enzim melalui dua tahap reaksi. Tahap pertama adalah reaksi mengubah molekul obat secara oksidasi, reduksi dan hidrolisis. Sedangkan pada tahap kedua adalah reaksi penggabungan molekul-molekul obat dengan senyawa-senyawa pada tubuh . Pada tahap ini mengubah obat menjadi metabolit yang lebih polar, yang awalnya bersifat inaktif, kurang aktif atau lebih aktif dari bentuk aslinya. Yang termasuk reaksi tahap 1 adalah oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Tahap pertama yaitu oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi adalah oksidasi pada gugus aromatis dan mengubah amina sekunder menjadi hidroksilamina. Selanjutnya adalah tahap reduksi. Pada tahap ini terjadi perubahan senyawa nitro menjadi amina yang sesuai. Selanjutnya adalah proses hidrolisis dengan bantuan enzim. Pada metabolisme amfetamin digunakan enzim monoamine oksidase (MAO). Amfetamin berkontribusi terhadap kemampuannya untuk melepaskan dopamin dari neuron, termasuk tindakan sebagai inhibitor monoamine oksidase , suatu enzim yang bertanggung jawab atas kerusakan dopamin di dalam sitosol, sehingga menigkatkan kemampuan untuk meningkatkan sintesis dopamin. Hal ini lah penyebab mengapa

amfetamin dapat meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Karena sintesis dopamin meningkat akibat adanya inhibitor

monoamine oksidase yang berperan dalam hidrolisis amfetamin. Pada tahap kedua, terjadi reaksi penggabungan metabolit dengan komponen endogen (misalnya asam amino). Dengan asam amino, metabolit obat-obatan berkonjugasi dengan asam karboksilat dalam asam amino. Reaksi konjugasi ini berfungsi untuk mendetoksifikasi metabolit. Asam karboksilat membentuk derivat-derivat KoA dalam tubuh dan bereaksi dengan asam amino untuk membentuk konjugatnya.

You might also like