You are on page 1of 28

Prinsip Kerja Generator sinkron

Prinsip Kerja Generator sinkron, Prinsip kerja generator Kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu generator sinkron berbanding lurus. Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua penghantar secara seri, yaitu penghantar a dan a. Untuk dapat lebih mudah memahami, silahkan lihat animasi prinsip kerja generator.

Gambar 1. Diagram Generator AC Satu Phasa Dua Kutub. Lilitan seperti disebutkan diatas disebut Lilitan terpusat, dalam generator sebenarnya terdiri dari banyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi pada masing-masing alur stator dan disebut Lilitan terdistribusi. Diasumsikan rotor berputar searah jarum jam, maka fluks medan rotor bergerak sesuai lilitan jangkar. Satu putaran rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus per detik atau 1 Hertz (Hz). Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1 Hz. Maka untuk frekuensi f = 60 Hz, rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk kecepatan rotor n rpm, rotor harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per detik (rps). Bila rotor mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub maka masing-masing revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus tegangan dalam lilitan stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari kecepatan rotor, dan diformulasikan dengan:

Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing terpisah sebesar 120 derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara seperti diperlihatkan pada kumparan a a, b b dan c c pada gambar 2. Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu dengan lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi sesaat : A = m. Sin t B = m. Sin ( t 120 ) C = m. Sin ( t 240 )

Gambar 2. Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut adalah: T = A +B + C, yang merupakan fungsi tempat () dan waktu (t), maka besar- besarnya fluks total adalah: T = m.Sin t + m.Sin(t 120) + m. Sin(t 240). Cos ( 240) Dengan memakai transformasi trigonometri dari : Sin . Cos = .Sin ( + ) + Sin ( + ), maka dari persamaan diatas diperoleh : T = .m. Sin (t + )+ .m. Sin (t ) + .m. Sin ( t + 240 )+ .m. Sin (t ) +.m. Sin (t + 480) Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan kelima akan silang menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapat fluksi total sebesar, T = m. Sin ( t - ) Weber . Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 dengan sudut putar sebesar . Maka besarnya tegangan masing-masing fasa adalah : E maks = Bm. . r Volt dimana : Bm = Kerapatan Fluks maksimum kumparan medan rotor (Tesla) = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber) = Kecepatan sudut dari rotor (rad/s) r = Radius dari jangkar (meter) Generator Tanpa Beban Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada kumparan jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu sebesar: Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. m. T Volt Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga tidak terdapat

pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (If). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar 3. Kondisi generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti diperlihatkan pada gambar 3b.

Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban Generator Berbeban Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada: Resistansi jangkar Ra Reaktansi bocor jangkar Xl Reaksi Jangkar Xa a. Resistansi Jangkar Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa (tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar. b. Reaktansi Bocor Jangkar Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor. c. Reaksi Jangkar Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar (A ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor(F), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar : Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan pada Gambar 4. yang mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban yang berbeda-beda.

Gambar 4a, 4b, 4c dan 4d. Kondisi Reaksi Jangkar. Gambar 4a , memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani tahanan (resistif) sehingga arus jangkar Ia sefasa dengan GGL Eb dan A akan tegak lurus terhadap F.

Gambar 4b, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat generator dibebani kapasitif , sehingga arus jangkar Ia mendahului ggl Eb sebesar dan A terbelakang terhadap F dengan sudut (90 ). Gambar 4c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif murni yang mengakibatkan arus jangkar Ia mendahului GGL Eb sebesar 90 dan A akan memperkuat F yang berpengaruh terhadap pemagnetan. Gambar 4d, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat arus diberi beban induktif murni sehingga mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari GGL Eb sebesar 90 dan A akan memperlemah F yang berpengaruh terhadap pemagnetan. Jumlah dari reaktansi bocor XL dan reaktansi jangkar Xa biasa disebut reaktansi Sinkron Xs. Vektor diagram untuk beban yang bersifat Induktif, resistif murni, dan kapasitif diperlihatkan pada Gambar 5a, 5b dan 5c.

Gambar 5a, 5b dan 5c. Vektor Diagram dari Beban Generator Berdasarkan gambar diatas, maka bisa ditentukan besarnya tegangan jatuh yang terjadi, yaitu : Total Tegangan Jatuh pada Beban:

= I.Ra + j (I.Xa + I.XL) = I {Ra + j (Xs + XL)} = I {Ra + j (Xs)} = I.Zs Menentukan Resistansi dan Reaktansi Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah generator, harus dilakukan percobaan (test). Ada tiga jenis test yang biasa dilakukan, yaitu: Test Tanpa beban ( Beban Nol ) Test Hubung Singkat. Test Resistansi Jangkar. Test Tanpa Beban Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian jangkar terbuka (tanpa beban) seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Percobaan dilakukan dengan cara mengatur arus medan (If) dari nol sampai rating tegangan output terminal tercapai.

Gambar 6. Rangkaian Test Generator Tanpa Beban. Test Hubung Singkat Untuk melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan dengan Ampermeter diletakkan diantara dua penghantar yang dihubung singkat tersebut (Gambar 7). Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus jangkar maksimum. Selama proses test arus If dan arus hubung singkat Ihs dicatat.

Gambar 7. Rangkaian Test Generator di Hubung Singkat. Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva karakteristik seperti diperlihatkan pada gambar 8.

Gambar 8. Kurva Karakteristik Tanpa Beban dan Hubung Singkat sebuah Generator. Impedansi Sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah:

, If = konstatn Test Resistansi Jangkar Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua terminal output sehingga dua fasa terhubung secara seri, Gambar 9. Resistansi per fasa adalah setengahnya dari yang diukur.

Gambar 9. Pengukuran Resistansi DC.

Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk menentukan nilai resistansi AC efektif , eff R . Faktor ini tergantung pada bentuk dan ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi kumparan. Nilainya berkisar antara 1,2 s/d 1,6 . Bila nilai Ra telah diketahui, nilai Xs bisa ditentukan berdasarkan persamaan:

Generator Sinkron Secara Umum


Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover) yang terkopel dengan rotor generator, sedangkan energi listrik diperoleh dari proses induksi elektromagnetik yang melibatkan kumparan rotor dan kumparan stator. Mesin listrik arus bolak-balik ini disebut sinkron karena rotor berputar secara sinkron atau berputar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan magnet putar. Generator sinkron secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk rotornya, yaitu generator turboatau cylindrical-rotor generator dan salient pole generator. Generator yang digunakan pada pembangkit lisrik yang besar biasanya merupakan jenis generator turbo yang beroperasi pada kecepatan tinggi dan dikopel dengan turbin gas atau uap. Sedangkan generator salient-pole biasanya digunakan untuk pembangkit listrik kecil dan menengah.

Gambar 1 (a) Salient-pole Rotor. (b) Cylindrical-rotor. Pada generator sinkron, arus searah dialirkan pada kumparan rotor yang kemudian menghasilkan medan magnet rotor. Rotor dari generator akan diputar oleh prime mover, menghasilkan medan magnet putar di dalam mesin. Pada stator generator juga terdapat kumparan. Medan magnet putar menyebabkan medan magnet yang melingkupi kumparan stator berubah secara kontinu. Perubahan medan magnet secara kontinu ini menginduksikan tegangan pada kumparan stator. Tegangan induksi ini akan berbentuk sinusoidal dan besarnya bergantung pada kekuatan medan magnet serta kecepatan putaran dari rotor. Untuk membuat generator tiga fasa, pada stator

ditempatkan tiga buah kumparan yang terpisah sejauh 120o satu sama lain, sehingga tegangan yang diinduksikan akan terpisah sejauh 120o satu sama lain pula.

Komponen Generator Sinkron


Secara umum ada dua komponen utama penyusun generator sinkron yaitu stator dan rotor. Stator merupakan bagian dari generator sinkron yang diam, tempat dimana tegangan induksi dibangkitkan. Sedangkan rotor merupakan bagian dari generator sinkron yang bergerak dan dialiri arus searah pada kumparannya. Pada stator, terdapat beberapa komponen utama, yaitu:

Rangka stator

Rangka luar yang biasanya terbuat dari baja berfungsi untuk menyokong struktur stator dan mempunyai kaki-kaki yang dipasang pada bagian fondasi. Rangka stator ini dibuat kokoh untuk mengatasi perubahan beban secara tiba-tiba atau hubung singkat tiga fasa.

Inti stator

Inti stator menyediakan jalur permeabilitas yang tinggi untuk proses magnetisasi. Inti stator dibuat berlaminasi untuk mengurangi rugi eddy current dan juga rugi histeresis. Bahan-bahan non-magnetic atau penggunaan perisai fluks yang terbuat dari tembaga juga digunakan untuk mengurangi stray loss.

Slot

Slot merupakan tempat untuk meletakkan kumparan stator yang dibentuk dengan sistem berbuku-buku.

Kumparan stator

Kumparan stator merupakan tempat terbentuknya tegangan induksi pada generator dan didesain untuk menghasilkan kutub-kutub elektromagnetik stator yang sinkron dengan kutub magnet rotor. Sedangkan pada bagian rotor terdapat tiga bagian utama, yaitu:

Collector ring atau slip ring

Collector ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor, tetapi dipisahkan oleh isolasi tertentu. Bagian ini merupakan bagian yang terhubung dengan sumber arus searah yang untuk selanjutnya dialirkan menuju kumparan rotor.

Kumparan rotor

Kumparan rotor merupakan bagian yang dialiri arus searah sebagai sumber medan magnet melalui sistem eksitasi tertentu.

Poros

Poros merupakan tempat untuk meletakkan kumparan rotor dan merupakan bagian yang terkopel dengan dan diputar oleh prime mover.

Prinsip Kerja Generator Sinkron


Prinsip kerja generator sinkron dapat dijelaskan dengan menggunakan dua kaidah sederhana. Kaidah pertama untuk rangkaian magnetik dan kaidah yang kedua untuk tegangan yang diinduksi pada sebuah konduktor yang disebabkan karena variasi medan magnet. Fluks dalam suatu rangkaian magnet yang mempunyai reluktansi Rm dihasilkan karena adanya magnetomotive force (mmf) Fm, dimana mmf itu sendiri berasal dari adanya arus I yang mengalir melalui lilitan berjumlah N. = Fm / Rm (1) dan Fm=IN (2) Bagian magnetik dan elektrik yang utama dari generator salient-pole dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Prinsip Kerja Generator Sinkron

Pada gambar 2 (a), arus searah dialirkan menuju kumparan rotor melalui brush dan collector ring. Produk antara arus medan I dan jumlah lilitan N menghasilkan Fm, sedangkan adanya reluktansi rangkaian magnet akan menghasilkan fluks magnet. Jalur fluks magnet ini ditunjukkan oleh garis putus-putus pada gambar 2 (b). Ketika rotor diputar, jalur fluks yang dibentuk karena adanya mmf Fm juga ikut berputar bersama putaran rotor. Hal ini diilustrasikan pada gambar kedua dari gambar 2 (b). Ketika fluks magnet memotong rangkaian magnetik dengan luas penampang A, maka kepadatan fluks B dapat dinyatakan sebagai berikut: B=/A (3) Gambar 2 (a) juga menunjukkan stator dengan lilitan tunggal sepanjang l. Ketika rotor berputar, fluks magnet rotor akan memotong lilitan stator dengan kecepatan v, sehingga electromotive force (emf) eind akan muncul, sesuai dengan persamaan: eind =(v x B) . l (4) Dengan arah yang sesuai dengan aturan tangan kanan Fleming sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 2 (a) di atas. Melalui penurunan matematis secara lanjut akan dihasilkan persamaan tegangan rms pada stator sebagai berikut: eind =k (5) Gambar 2 (b) menunjukkan bahwa ketika medan magnet berotasi, kepadatan fluks pada lilitan stator berubah. Ketika pole berhadapan dengan lilitan, kepadatan fluks celah udara B pada kondisi ini bernilai paling tinggi, dan akan bernilai nol ketika pole berada sejauh 90o dari lilitan. Oleh karena itu, besar emf induksi atau tegangan V akan bervariasi terhadap waktu sesuai dengan variasi kepadatan fluks di sekitar rotor. Hasil variasi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.Gelombang Tegangan Induksi Bentuk seperti gambar 3 akan terus berulang setiap kali rotor berevolusi. Frekuensi dari bentuk gelombang sinusoidal ini dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:

Dengan : f = frekuensi (Hz) ns = kecepatan sinkron (rpm) p = jumlah kutub Oleh karena itu, untuk menghasilkan frekuensi sebesar 50 Hz, generator berkutub dua harus berputar dengan kecepatan sebesar 3000 rpm, generator berkutub empat dengan kecepatan 1500 rpm, dan seterusnya. Jika jumlah lilitan pada stator ditambah, seperti yang tergambar pada gambar 4 (a), dan jika lilitan ini terpisah dengan jarak yang sama satu sama lain, maka keluaran tiga fasa sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 4.4 (b) dapat dibangkitkan.

Gambar 4. Pembangkitan Tiga Fasa

Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron


Jika eind pada persamaan (4) di artikel sebelumnya dilambangkan dengan EApada bagian ini, maka tegangan terminal generator satu fasa V akan sama dengan EA hanya jika generator beroperasi dalam keadaan tanpa beban. Untuk kondisi berbeban, maka dua nilai tegangan ini akan berbeda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara nilai EA dan V, antara lain: 1. Distorsi kepadatan fluks (medan magnet) celah udara oleh karena arus yang mengalir pada stator yang disebut armature reaction (reaksi jangkar). 2. Induktansi diri dari lilitan jangkar 3. Resistansi dari lilitan jangkar. Penyebab pertama yang menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi EA dan tegangan keluaran generator V, dan biasanya merupakan sumber utama terjadinya perbedaan nilai tersebut adalah reaksi jangkar. Ketika rotor generator diputar, tegangan EA akan diinduksikan

pada kumparan stator. Jika beban dipasang pada terminal generator, arus akan mengalir menuju beban. Akan tetapi, arus tiga fasa stator yang mengalir akan menimbulkan medan magnet di sekitar kumparan stator tersebut. Medan magnet stator yang menambah medan magnet rotor menyebabkan perubahan tegangan keluaran generator. Peristiwa ini disebut dengan reaksi jangkar karena arus jangkar (stator) mempengaruhi medan magnet yang pada mulanya memproduksi arus jangkar tersebut.

Gambar 5. Model Reaksi Jangkar Pada gambar 5 (a), digambarkan bahwa rotor berkutub dua diputar di dalam stator tiga fasa. Karena tidak ada beban yang terpasang, maka medan magnet BR akan menghasilkan tegangan induksi EA, dengan nilai maksimum yang berimpitan dengan arah BR. Jika diasumsikan sebuah beban induktif dipasang pada terminal generator, maka arus maksimum akan tertinggal dari tegangan induksi maksimum. Pengaruh ini digambarkan pada gambar 5 (b). Arus yang mengalir pada kumparan stator menghasilkan medan magnetnya sendiri. Medan magnet stator ini disebut dengan BS dan mempunyai arah yang ditunjukkan pada gambar 5 (c). Medan magnet BS menghasilkan tegangan sendiri, dan tegangan ini disebut dengan Estat dalam gambar 5 (c). Dengan adanya dua tegangan yang muncul pada kumparan stator, tegangan total merupakan penjumlahan tegangan induksi EA dengan tegangan reaksi jangkar Estat. V =EA + Estat Medan magnet total Bnet juga merupakan penjumlahan medan magnet rotor dan stator. Bnet = Bs + Br

Karena sudut EA sama dengan sudut BR, dan sudut Estat juga sama dengan sudut BS, maka medan magnet Bnet akan beririsan dengan V. Tegangan dan arus hasil reaksi jangkar ini ditunjukkan oleh gambar 5 (d). Pengaruh reaksi jangkar dapat direpresentasikan secara matematis dengan memperhatikan bahwa tegangan Estat terletak 90o dibelakang arus IA, dan juga dengan memperhatikan bahwa besarnya Estat berbanding lurus dengan arus IA. Jika X adalah konstanta proporsionalitas, maka tegangan reaksi jangkar dapat dituliskan sebagai berikut: V =EA jXIA lain yang berpengaruh terhadap besarnya tegangan keluaran generator V adalah adanya induktansi diri dan resistansi lilitan stator. Jika induktansi diri stator disebut LA(sehingga reaktansinya disebut XA), sedangkan resistansinya dilambangkan dengan RA, maka perbedaan total antara V dengan EA diberikan oleh persamaan berikut: V =EA jXIA jXAIA RAIA Jika diasumsikan bahwa reaktansi akibat reaksi jangkar dan reaktansi akibat induktansi diri disebut dengan reaktansi sinkron XS, maka persamaan akhir untuk tegangan keluaran V menjadi: V =EA - jXSIA RAIA Dengan persamaan di atas, maka rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6. Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Fasa

Gambar 6 menunjukkan sebuah sumber arus searah yang menyuplai rangkaian medan rotor yang dimodelkan dengan induktansi dan resistansi lilitan yang dipasang seri. Radj juga dipasang secara seri dengan RF untuk mengendalikan besar aliran arus medan. Sedangkan gambar lainnya merupakan representasi dari masing-masing fasa. Masing-masing fasa mempunyai tegangan induksi yang dirangkai seri terhadap induktansi sinkron XS dan resistansi seri RA. Tegangan dan arus dari rangkaian tiga fasa dalam kondisi yang seimbang mempunyai besar yang sama, tapi terpisah pada sudutnya sejauh 120o satu sama lain. Rangkaian tiga fasa dapat merupakan konfigurasi Y atau . Jika konfigurasi rangkaian tiga fasa berbentuk Y, maka tegangan terminal VT bernilai:

Sedangkan jika konfigurasi rangkaian tiga fasa berbentuk , maka tegangan terminal VT bernilai:

Gambar 7.Rangkaian Ekivalen Generator dengan Konfigurasi (a) Y dan (b) Karena tiga fasa dari generator sinkron identik dalam semua hal kecuali sudut fasanya dalam kondisi seimbang, maka akan lebih mudah menganalisa rangkaian ekivalen generator sinkron dengan menggunakan rangkaian ekivalen tiap fasa yang ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 8. Rangkaian Ekivalen Per-fasa Generator Sinkron

Diagram Fasor Generator Sinkron


Fasor digunakan untuk menggambarkan hubungan antara tegangan-tegangan arus bolak-balik. Gambar 9 menunjukkan hubungan diantara tegangan-tegangan arus bolak balik tersebut ketika generator mensuplai beban resistif murni (faktor daya nol). Total tegangan EA berbeda dari tegangan terminal V karena adanya tegangan jatuh resistif dan induktif. Semua tegangan direferensikan terhadap V yang diasumsikan bersudut 0o.

Gambar 9.Diagram Fasor Generator Sinkron dengan Faktor Daya Satu Gambar 10 mengilustrasikan diagram fasor untuk generator yang beroperasi pada faktor daya lagging dan leading. Perlu dicermati bahwa, untuk tegangan fasa dan arus jangkar yang sama, beban lagging membutuhkan tegangan induksi EA yang lebih besar daripada beban leading. Oleh karena itu, arus medan yang lebih besar dibutuhkan oleh beban lagging untuk mendapatkan tegangan terminal yang sama dengan beban leading. Untuk arus medan dan besar arus beban yang sama, tegangan terminal untuk beban lagging lebih kecil daripada beban leading.

Gambar 10. Diagram Fasor Generator Sinkron pada Faktor Daya (a) Lagging dan (b) Leading Pada mesin sinkron, besarnya resistansi RA sangatlah kecil dibandingkan dengan reaktansi sinkron XS. Jika resistansi sinkron diabaikan, maka sebuah persamaan penting untuk memperkirakan daya keluaran generator dapat diturunkan.

Gambar 11.Diagram Fasor yang Disederhanakan Daya keluaran generator dirumuskan sebagai berikut:

Dari diagram fasor pada gambar 11 terlihat bahwa

Sehingga persamaan akhir untuk perkiraan daya keluaran generator adalah:

Pengaruh Perubahan Beban pada Generator yang Beroperasi Sendiri


Ketika beban meningkat, daya aktif dan / atau daya reaktif yang diambil dari generator akan meningkat. Peningkatan beban akan meningkatkan arus beban yang diambil dari generator. Jika arus medan tidak diubah (fluks bernilai konstan) dan jika prime mover dijaga agar berputar pada kecepatan mekanik yang konstan (sehingga frekuensinya tetap), maka besar dari tegangan induksi (EA) akan bernilai konstan. Jika generator beroperasi pada faktor daya lagging dan beban tambahan diberikan pada faktor daya yang sama, maka besarnya IA akan meningkat dengan sudut di antara IA dan V yang tetap konstan dan oleh karenanya, tegangan reaksi jangkar jXSIA juga akan meningkat dengan tetap menjaga konstan sudutnya. Karena

jXSIA bertambah, sedangkan besar dari EA tetap konstan (gambar 12 (a)). Maka, ketika beban dengan faktor daya lagging bertambah, tegangan V turun dengan cukup tajam. Gambar 12 (b) mengilustrasikan pengaruh ketika generator ditambah beban berfaktor daya satu dan terlihat bahwa V turun sedikit. Gambar 12 (c) menggambarkan pengaruh ketika generator diberi beban tambahan dengan faktor daya leading, yaitu mengakibatkan tegangan V menjadi naik.

Gambar 12.Pengaruh Penambahan Beban (a) Lagging, (b) Resistif Murni dan (c) Leading terhadap Tegangan Terminal Dalam kondisi operasi normal, diinginkan agar tegangan tetap konstan sekalipun beban berubahubah. Variasi tegangan terminal dapat diatasi dengan memvariasikan besar EA, yaitu dengan memvariasikan medan magnet (dan juga fluks) generator. Sebagai contoh, ketika beban lagging ditambahkan pada generator, tegangan terminal akan turun. Dengan memperbesar arus medan IF melalui pengaturan sistem eksitasi maka EA akan meningkat karena meningkatnya fluks sehingga, pada akhirnya tegangan terminal juga akan meningkat. Proses ini akan terbalik untuk menurunkan tegangan terminal. Pengaruh perubahan beban terhadap tegangan terminal generator secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 13. Kurva Karakteristik Generator dalam Kondisi Berbeban

Sinkronisasi Generator dengan Jaringan Listrik


Untuk mensikronisasikan generator dengan jaringan listrik, (gambar 14) ada empat kondisi yang harus dipenuhi, yaitu:

Gambar 14.Sinkronisasi Generator ke Jaringan Listrik

Urutan fasa generator harus sama dengan urutan fasa jaringan listrik. Besar tegangan sinusoidal yang dihasilkan generator harus sama dengan besar tegangan sinusoidal jaringan listrik.

Frekuensi tegangan sinusoidal yang dihasilkan oleh generator harus sama dengan frekuensi tegangan sinusoidal jaringan listrik. Beda sudut fasa antara tegangan yang dihasilkan oleh generator dan tegangan yang dihasilkan oleh jaringan harus bernilai nol.

Secara praktis, suatu instrumen yang dinamakan synchroscope digunakan untuk mengukur perbedaan sudut fasa antara tegangan generator dengan tegangan jaringan. Selain itu, dua buah voltmeter juga digunakan untuk memastikan tegangan generator dan tegangan jaringan bernilai sama.

Gambar 15. Synchroscope Posisi jarum penunjuk synchroscope, yang mengindikasikan perbedaan sudut fasa antara tegangan generator dengan tegangan jaringan, akan berada pada posisi vertikal atau berada pada posisi pukul 12.00 jika perbedaan fasa antar keduanya bernilai nol. Kecepatan rotasi jarum penunjuk mengindikasikan perbedaan frekuensi dari dua tegangan. Jarum penunjuk akan berotasi pada arah slow ketika frekuensi generator lebih rendah dari frekuensi jaringan. Sebaliknya, jarum penunjuk akan berotasi pada arah fast ketika frekuensi generator lebih tinggi daripada frekuensi jaringan. Dalam prakteknya, synchronizing breaker ditutup ketika posisi jarum penunjuk sedikit berada pada arah fast, yaitu ketika frekuensi generator sedikit lebih tinggi daripada frekuensi jaringan, untuk memberikan waktu bagi penutupan breaker dan memastikan generator tidak berperilaku sebagai motor sesaat setelah breaker ditutup.

Operasi Paralel Generator pada Infinite Bus


Generator sinkron yang dihubungkan dengan sistem tenaga listrik yang berkapasitas sangat besar hanya akan memberikan sedikit sekali pengaruh pada sistem tenaga listrik tersebut. Kenyataan ini kemudian diidealisasikan menjadi konsep infinite bus. Infinite bus adalah sistem tenaga listrik yang sangat besar dimana tegangan dan frekuensinya tidak berubah, tidak peduli seberapa banyak daya aktif dan daya reaktif yang diambil dari atau disuplai ke sistem tenaga listrik tersebut. Jika generator yang mempunyai kapasitas lebih kecil dari 5% kapasitas sistem tenaga listrik dihubungkan pada sistem tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa generator tersebut dihubungkan dengan infinite bus. Karakteristik daya aktif-frekuensi dan daya reaktif-tegangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 16.Kurva (a) Frekuensi Vs. Daya dan (b) Tegangan Terminal Vs Daya Reaktif pada Infinite Bus Jika generator telah diparalelkan dengan infinite bus, generator akan mensuplai sejumlah kecil daya nyata dengan sedikit atau tidak mensuplai daya reaktif. Hal ini dapat digambarkan dalam house diagram seperti gambar 17

Gambar 17. Diagram Frekuensi Vs Daya Sesaat Setelah Diparalelkan

Jika generator yang telah diparalel mempunyai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi sistem (gambar 18), frekuensi no-load generator akan lebih kecil daripada frekuensi operasi sistem. Pada keadaan ini, daya yang disuplai oleh generator bernilai negatif (generator mengkonsumsi energi listrik karena beroperasi sebagai motor). Oleh karena itu, generator yang diparalelkan pada sistem harus mempunyai frekuensi yang sedikit lebih tinggi daripada frekuensi sistem untuk memastikan bahwa generator akan mensuplai daya dan tidak mengkonsumsi daya.

Gambar 18. Diagram Frekuensi Vs Daya Jika Frekuensi No-Load Lebih Rendah daripada Frekuensi Sistem Ketika governor setpoint ditingkatkan untuk menggeser frekuensi no-load generator ke atas, frekuensi sistem akan tetap konstan (frekuensi infinite bus tidak akan berubah) sehingga daya keluaran generator meningkat. House diagram dan diagram fasor yang mengilustrasikan hal ini dapat dilihat pada gambar 19 (a)

Gambar 19. Pengaruh Peningkatan Governor Setpoint pada (a) House Diagram dan (b) Diagram Fasor Dari diagram fasor pada gambar 19 (b) terlihat bahwa besar EA tetap konstan karena IF dan tidak berubah, sedangkan EA sin (yang besarnya proporsional terhadap daya keluaran generator sepanjang VT tetap konstan) meningkat. Ketika governor setpoint ditingkatkan, frekuensi no-load dan daya keluaran generator akan kembali meningkat. Seiring peningkatan daya, besarnya EA akan tetap konstan, sedangkan EA sin akan terus meningkat. Gambar 19 (b) mengilustrasikan diagram fasor generator ketika daya aktif telah disesuaikan pada nilai yang dibutuhkan. Terlihat pula pada diagram fasor, bahwa generator mempunyai faktor daya leading, yang berarti generator mengkonsumsi daya reaktif. Untuk menyesuaikan faktor daya agar generator dapat mensuplai daya reaktif, maka penyesuaian besar arus medan juga diperlukan dengan menjaga daya aktif tetap bernilai konstan.

Daya aktif akan tetap bernilai konstan sekalipun besar arus medan diubah-ubah karena hal berikut:

Besar daya masukan generator adalah Pin = indm Prime mover mempunyai karakteristik torsikecepatan yang tetap untuk governor setting yang tertentu, dan kurva karakteristik ini hanya akan berubah jika governor set point diubah. Karena generator dihubungkan dengan infinite bus, kecepatannya tidak dapat berubah. Jika kecepatan generator tidak berubah dan governor set point tidak diubah, daya yang disuplai generator akan tetap konstan. Karena daya yang disuplai tidak berubah ketika arus medan disesuaikan nilainya, maka IA cos dan EA sin (yang proporsional terhadap daya) tidak akan berubah.

Oleh karena hal tersebut di atas ketika arus medan ditingkatkan, fluks meningkat, sehingga EA meningkat. Jika EA meningkat, tetapi EA sin tetap konstan, maka fasor EA akan bergeser sepanjang garis daya konstan sebagaimana terlihat pada gambar 20 . Karena V bernilai konstan, sudut dari jXSIA berubah, sehingga besar IA akan berubah. Jika diperhatikan, maka hasil akhir dari peningkatan arus medan adalah jarak yang proporsional terhadap Q (IA sin) akan meningkat. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa, peningkatan arus medan pada generator sinkron yang bekerja paralel terhadap infinite bus akan meningkatkan daya reaktif keluaran generator.

Gambar 20. Pengaruh Peningkatan Arus Medan Generator

Sistem Eksitasi Generator Sinkron


Sistem eksitasi merupakan sistem pemberian arus searah pada kumparan medan yang terdapat pada rotor generator guna menghasilkan tegangan induksi pada kumparan jangkar yang terdapat pada stator generator. Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator sinkron, sistem eksitasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem eksitasi dengan menggunakan sikatdan sistem eksitasi tanpa sikat. Sistem eksitasi dengan menggunakan sikat terdiri dari:

1.Sistem eksitasi dengan menggunakan generator arus searah 2.Sistem eksitasi statis
Sedangkan sistem eksitasi tanpa sikat terdiri dari:

1.Sistem eksitasi tanpa menggunakan pilot exciter 2.Sistem eksitasi dengan menggunakan pilot exciter Sistem Eksitasi dengan Generator Arus Searah
Sistem eksitasi dengan menggunakan generator arus searah merupakan sistem eksitasi konvensional, dimana arus searah yang dialirkan pada kumparan rotor diperoleh dari generator arus searah yang terkopel dalam satu poros dengan generator sinkron.

Arus searah yang dihasilkan oleh generator arus searah ini dialirkan pada kumparan rotor melalui sikat dan slip ring untuk menghasilkan tegangan induksi pada kumparan stator (jangkar) generator sinkron.

Gambar 21.Sistem Eksitasi dengan Generator Arus Searah Sistem eksitasi dengan menggunakan generator arus searah ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

Generator arus searah yang terkopel pada poros yang sama dengan generator sinkron menjadi beban tambahan bagi prime mover. Penggunaan sikat untuk menyalurkan arus searah pada rotor generator sinkron maupun sikat yang terdapat pada generator arus searah itu sendiri mengakibatkan adanya tegangan jatuh pada sikat yang menyebabkan rugi-rugi daya yang cukup besar. Penggunaan sikat dan slip ring membutuhkan perawatan yang tinggi karena sikat harus diperiksa secara teratur. Selain itu, generator arus searah sendiri mempunyai keandalan yang rendah.

Oleh karena masalah-masalah tersebut, maka dikembangkan sistem eksitasi lain, yaitu sistem eksitasi statis, untuk meningkatkan sistem eksitasi yang masih menggunakan sikat ini.

Sistem Eksitasi Statis


Sistem eksitasi statis menggunakan peralatan eksitasi yang tidak bergerak, yang berarti bahwa peralatan eksitasi tidak ikut berputar bersama rotor generator sinkron. Pada sistem eksitasi ini, generator tambahan tidak lagi diperlukan dan sebagai gantinya, sumber eksitasi berasal dari keluaran generator sinkron itu sendiri yang disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan rectifiier.

Gambar 22. Sistem Eksitasi Statis Sistem eksitasi statis mempunyai kualitas yang lebih baik daripada sistem eksitasi konvensional dengan menggunakan generator arus searah. Namun, penggunaan sikat masih menjadi permasalahan pada sistem eksitasi ini.

Sistem Eksitasi tanpa Sikat tanpa Pilot Exciter


Sistem eksitasi ini menyalurkan arus searah pada kumparan rotor tanpa menggunakan sikat. Sistem eksitasi ini terdiri dari sebuah generator arus bolak-balik yang mempunyai kumparan medan yang terletak pada stator dan kumparan jangkar yang terletak pada poros rotor. Sejumlah kecil arus tiga fasa disearahkan dan digunakan untuk mensuplai kumparan medan pada exciter yang terletak di stator. Keluaran kumparan jangkar exciter (pada rotor)disearahkan menjadi arus searah dengan menggunakan rectifier tiga fasa yang juga terpasang pada poros rotor dan kemudian dialirkan ke kumparan medan utama. Besarnya arus medan yang dialirkan menuju rotor generator utama dapat dikendalikan dengan sejumlah kecil arus medan exciter yang terletak pada stator.

Gambar 23. Sistem Eksitasi tanpa Sikat tanpa Pilot Exciter Sistem eksitasi tanpa sikat membutuhkan perawatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem eksitasi dengan menggunakan sikat karena tidak adanya kontak mekanis antara rotor dengan stator.

Sistem Eksitasi tanpa Sikat dengan Menggunakan Pilot Exciter


Sistem eksitasi tanpa sikat dapat dibuat sama sekali tidak bergantung pada sumber listrik eksternal dengan menggunakan pilot exciter berukuran kecil. Pilot exciter terdiri dari sebuah generator arus bolak-balik dengan magnet permanen yang terpasang pada poros rotor dan kumparan tiga fasa pada stator. Pilot exciter menghasilkan daya yang dibutuhkan oleh rangkaian medan exciter yang digunakan untuk mengendalikan rangkaian medan generator utama. Ketika

pilot exciter digunakan, generator dapat beroperasi tanpa sumber listrik dari luar.

Gambar 24. Sistem Eksitasi tanpa Sikat dengan Menggunakan Pilot Excite

You might also like