You are on page 1of 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi 2.1.1.

Klasifikasi Ikan nila merah (red tilapias) adalah nama yang diberikan oleh Dirjen Perikanan Indonesia untuk sejenis ikan kultur yang berasal dari Taiwan. Seperti halnya pada ikan nila biasa (Oreochromis niloticus L), ikan nila merah karena adanya berbagai sifat yang baik terutama dalam hal pertumbuhannya merupkan pertimbangan untuk dipasokkan pada tahun 1981 dalam rangka memperkaya jenis ikan kultur di Indonesia (Atmadibrata, 1987). Ikan nila merah dengan nama ilmiah Oreochromis sp (Lembaran Informasi Pertanian, 1987) merupakan hasil hibrida yang berasal dari perkawinan silang antara ikan nila dengan ikan mujair (sumantadinata dan subardja, 1979 ; watanabe, 1985). Di samping itu, ada pula yang menyebutkan bahwa ikan nila merah ini diduga berasal dari perkawinan silang antara ikan mujair albino dengan ikan nila (kuo, 1984 dalam iclarm newsletter, 1984). Liao dan chen (1983), migdalski dan fichter (1983) mengklasifikasikan ikan nila merah sebagai berikut : Filum Anak filum Kelas Anak kelas Bangsa Anak bangsa Suku Marga Jenis : chordate : vertebrata : osteicthyes : Actinopterygil : Percomorphil : Percoidei : Cichlidae : Oerochromis : Oreochromis sp.

2.1.2. Morfologi Ciri ciri ikan hibrida ini, terutama ciri morfometriknya tidak jauh berbeda dengan induknya, yaitu ikan nila dan ikan mujair ( Sumantadianata dan Subarna, 1979 ). Perbedaanya hanya pertumbuhanya yang relatif lebih cepat dan bentuk tubuhnya yang lebih melebar dengan ekor yang kuat serta warnanya kemerah merahan atau kuning keputih putihan ( Departemen Pertanian, 1988 ). Mulutnya terdapat di bagian ujung muka dan bentuk berupa celah agak melebar, mata berbentuk bulat dan tidak berkelopak serta berukuran relatif besar. Tutup insang terletak di kanan kiri kepala agak kebelakang ( Trevavas, 1982 ). Anggota badan berupa sirip, dimana sirip sirip tersebut umumnya terbentuk dari jari jari keras dan jari jari luunak. Sirip punggung memilki rumus ( D XV, 10 ), sirip ekor ( C II, 15 ). Sirip perut ( V I, 6 ) masing masing berjumlah satu buah, sedangkan sirip dada ( P 0,6 ) jumlahnya sepasang ( Gambar 1 ) ( Liptan, 1987 ). Ikan nila merah mudah dibedakan antara yang jantan dan betina dengan yang betina, terutama berdasarkan bentuk luar tubuhnya karena ikan jenis ini mempunyai sifat dimorfose seksual ( Liptan, 1987 ).

Gambar 1. Ikan Nila Merah ( Oreochromis sp ).

Ikan nila jantan ukuran badannya lebih tinggi dibanndingkan dengan betinanya. Pada ikan jantan memiliki satu lubang genital yang berupa tonjolan memanjang dan agak meruncing serta mengarah agak kebelakang yang berfungsi sebagai saluran air kencing dan sperma. Sedangkan pada yang betina memiliki dua buang lubang urogenital yang terpisah antara lubang pengeluaran air kencing dan lubang pengeluaran untuk telur, serta tonjolan tersebut bentuknya agak membundar dengan letak lubang pengeluaran air kencing di ujung papila dan lubang pengeluaran telur berada di tengah atau di depan lubang pengeluaran air kencing ( gambar 2 ) (liptan, 1987; sugiarto, 1988). Cara lain untuk membedakan jantan dan betina adalah apabila bagian perut yang jantan diurut ke arah belakang akan keluar cairan sperma yang berwana putih, dan yang betina tidak akan mengeluarkan cairan putih seperti yang terjadi pada jantan (liptan, 1987). Perbedaan lain yang dapat dilihat adalah pada bagian perut, pada yang jantan bagian perutnya agak mengempis sedangkan yang betinanya bagian perut agak membesar (sugiarto, 1988). Gambar

2.1.3. Reproduksi dan Siklus Hidup Ikan nila merah adalah ikan air tawar yang cara reproduksinya bertipe seksual. Proses reproduksinya ikan nila merah tidak berbeda dengan induknya, yaitu tidak mempunyai musim dan tidak memerlukan perlakuan khusus ( Suugiarto, 1988 ). Ikan nila merah ini mulai matang kelamin sekitar umur 4 5 bulan dan masa pemijahan yang produktif berumur 1,5 2 tahun ( Departemen Pertanian, 1938 ). Berdasaekan hasil percobaan Carman ( 1985 ), secara jelas bbahwa ciri ciri induk ikan yang matang telur adalah bagian perutnya membesar, agak lembek dan lubang saluran telur terlihat merah dan membengkak. Sedangkan induk jantan yang matang gonad biasanya memperlihatkan warna putih bersih dan ujung sirip ekor serta sirip punggung berwarna merahh cerah. Apabila hendak memijah atau ikan dewasa telah siap untuuk melakuukan aktivitas reproduksinya, ikan ini berpasangan kemudian mencari tempat yang aman dan baik kondisinya untuk membuat sarang guna meletakkan telur telurnya. Apabila kondisi tidak sesuai untuk melakukan aktivitas reproduksi dan ikan masih dalam tahap belum dewasa, mereka selalu hidup berkelompok ( Mc. Bay, 1961; Sugiarto. 1988 ). Untuk mempersiapkan tempat memijah, induk jantan membuat sarang dengan mempergunakan mulut dan badannya. Sarangnya berupa lubang atau cekungan pada dasar kolam dengan diameter 20 -35 cm atau 30 35 cm dan kedalamanyya 3 6 cm. Apabila sarang telah siap, ikan jantan tersebut tetap menjaga sarang yang dibuatnya ( Sumantadinata, 1981; Sugiharto, 1988 ). Ikan betina, apabila melihat ikkan jantan berenang dengan cepat kemudiian berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dan selalu mengembangkan sirip punggungnya serta membuka mulutnya lebar lebar, ia akan tertarik dann mendekat ikan jantan tersebut. Selanjutnya terjadilah perkawinan diantara ikan jantan dan betina.

Pada proses perkawinan yang berlangsung ini, kedua ikan tersebut akan menggerak gerakan sirip ekornya dan saling menggigit alat genitalnya, dilanjutkan dengan berenang memasuki sarang yang tellah dibuat tadi. Ikan jantan melakukan gerakan memutar sambil menekan bagian bawah tubuhh ikan betina dengan depan kepalanya agar ikan betina mengeluarkan telur, ovumnya yang kemudian segera dibuahi oleh ikan jantan dengan cara melepaskan cairan spermatozoanya ke dalam air ( Mc. Bay, 1961; Axelhhod dan Vorderwinkles, 1974 ). Telur yang dibuahi, kemudian dikumpulkan di dalam mulut induk betina untuk ditetaskan , sedangkan ikan jantan kemudian meninggalkanya untuk mencari pasangan yang lain. Apabila telur menetas, anak anaknya baru dilepaskan dari mulutnya kalau sudah cukup kuat untuk berenang. Namun apabila ada bahaya, induknya akan membuka mulut dengan lebar dan anak anaknya tersebut memasuki mulut untuk kkembali melindungi ( Mc. Bay, 1961; Axelhhod dan Vorderwinkles, 1974 ). 2.1.4. Habitat dan Penyebaranya Ikan nila merah merupakan salah satu dari suku cichilidae yang memiliki sebaran cukup Luas. Ikan yang termasuk suku ini dapat hidup dan berkembang biak dengan baik di perairan umum (sungai, danau) maupun di perairan khusus (kolam air tawar, kolam air payau) dengan dasar berpasir atau lumpur sebagai tempat hidupnya (dirjen perikanan, 1972; sumantadinata, 1983). Ikan jenis ini berasl dari benua afrika, terutama bagian barat dan tengah, sungai nil serta lembah galilea (Israel). Berdasarkan sisa-sisa fosil yang ditemukan, jenis ini telah ada sejak jaman kretaceus kira-kira 70 juta tahub lau (dirjen perikanan, 1972; alamsyah, 1980; trewavas, 1982). Penyebaran ikan nila ini dapat secara alami maupun dipasokkan (introduksi) ke beberapa Negara di dunia, baik yang dipelihara di kolam-kolam maupun di perairan

bebas ( dirjen perikan, 1972; phillipart dan ruwet, 1982). Penyebaran diketahui hampir di seluruh dunia terutama di daerah tropis, baik di air tawar dan di air payau maupun di daerah pantai (iclarm newsletter, 1984; watanbe 1985). Di asia tenggara, jenis ini baru pertama kali dijumpai pada tahun 1930 an, yang kemudian dari asia tengara ini disebarkan lagi ke Negara-negara amerika utar, eropa, pasifik, dan asia lainya seperti Taiwan , Thailand dan Filipina yang kemudian mendapat perhatian utama di Negaranegara tersebut (iclarn, 1984; watanabe, 1985). Menurut kuo (1984) dalam periode 1977-1982 produksi ikan nila semakin meningkat setelah diterapkannya sistim budidaya seks tunggal (monosex culture). Kemajuan lebih pesat lagi dimulai sejak penemuan strain hasil persilangan antara mujair albino dengan ikan nila. Ikan nila merah ini masuk ke Indonesia sejak tahun 1981 melalui balai penelitian perikanan air tawar bogor dari Taiwan. Setelah dilakukan beberapa kali penelitian pertumbuhan, selanjutnya disebarkan keseluruh Indonesia, seperti jawa, Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi (departemen pertanian, 1988). 2.1.5. Pakan Salah satu faktor yang diperlukan dalam perkembangan usaha budidaya ikan adalah pakan. Pakan oleh ikan dibutuhkan sejak mulai hidup larva, dewasa, sampai tahap ikan dapat dikonsumsi atau tua. Faktor yang merangsang ikan untuk melakukan aktvitas makan adalah rangasangan yang diterima indera seperti rasa, bau maupun waktu pemberian pakan ( Lagle et al , 1977 ). Pemberian pakan tambahan perlu diberikan walaupun pada dasarmya ikan ini sangat tergantung kepada jenis jenis pakan yang tersedia di perairan , sehingga untuk pertumbuhan yang lebih baik perlu diberikan pakan tambahan ( HUAT, 1970; Sumantadinata, 1981). Pakan yang diperlukan oleh ikan harus cukup, baik secara

kualitas maupun kuantitas dan juga harus disesuaikan dengan sifat sifat atau kebiasaan makan dari ikan tersebut. Ikan jantan ini memilih jenis jenis pakan tertentu yang disukai, dan tergantung kepada umur atau ukuran badan ikan ( Hardjakulia, 1973 ). Pada stadium larva, sebagian makanan yang dibutuhkan masih berasal dari persediaan kuning telur sepenuhnya habis, dan sebagian lagi diperoleh dari makanan yang berasal dari luar tubuhnya. Periode paling kritis yang sering menimbulkan kematian tinggi adalah pada masa larva. Hal ini karena pada masa itu perubahan bahan makanan dari makanan asal kuning telur ke pencarian makanan dari luar ( Jangkaru, 1974;Lagler et al , 1977 ). Adapun makanan yang disukai ikan nila pada masa benih adalah zooplankton, seperti Rotatoria, copepoda, dan cladocera , dan apabila semakin besar maka jumlah zooplankton yang dimakan semakin sedikit ( Hardjamulia, 1978 ). Demikian pula untuk ikan kecil umurnya lebih suka memakan algae yang menempel di kolam atau dinding kolam (Hardjamulia, 1978 ).

You might also like