You are on page 1of 8

PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel oleh Dalla Valle dinamanakan Mikromeritika .

. Disperse koloidal mempunyai sifat karakteristik yaitu partikel-partikelnya tidak dapat dilihat di bawah mikroskop biasa, sedangkan partikel-partikel yang dari emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk-serbuk halus ukurannya berada dalam jarak penglihatan mikroskop ( Moechtar,1990 ). Mikromeritik adalah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil. Dalam bidang kefarmasian, informasi yang perlu diperoleh dari partikel (obat) ada 2 macam, yaitu informasi tentang ukuran partikel dan informasi tentang bentuk partikel. Data tentang ukuran partikel diungkapkan dalam diameter (ukuran ) partikel. Sementara itu, informasi bentuk partikel memberi gambaran luas permukaaan spesifik partikel yang bersangkutan dan konturnya (keadaaan kasar atau halus permukaan partikel). Semua data tersebut ada kaitannya dengan efek obat (Sudjaswadi,2002). Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranaan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Ukuran partikel yang juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat fisika, kimiawi dan farmakologi suatu obat. Secara klinik, partikel memiliki pelepasan obat dari sediaan yang diberikan baik secara oral, parenteral, rectal dan topical ( Moechtar, 1990). Dalam sekumpulan partikel yang heterogen, ada dua sifat yang penting untuk diketahui yaitu: 1. bentuk dan luas permukaan dari masing-masing partikel 2. jarak, ukuran dan jumlah atau bobot partikelnya jadi berarti juga luas permukaan totalnya ( Moechtar,1990 ). Banyak metode yang tersedia untuk menentukan ukuran partikel, antara lain yaitu: 1. Metode Mikroskopi optik Dapat digunakan mikroskop biasa untuk pengukuran ukuran partikel dalam jarak 0,2 100. Dalam metode ini, suatu emulsi atau suspensi diencerkan atau tidak ditaruh pada suatu slide atau niled cell dan diletakkan dibawah mikroskop. Eyepiece mikroskop dilengkapi dengan suatu alat micrometer di mana ukuran partikel dapat diperkirakan. Suatu kelemahan dari metode ini adalah bahwa diameternya diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel, panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan dari tebal partikel. Di samping itu, jumlah partikel

yang harus dihitung sekitar 300 500 agar diperoleh perkiraan yang baik dari distribusi membuat metode ini agak lamban dan agak melelahkan ( Martin, 1993). Dengan menggunakan mikroskop cahaya, menurut Voight partikel-partikel harus terpisahkan satu sama lain pada kaca obyek sehingga tampak jelas dari latar belakangnya dan sisi-sisinya haruslah tajam. Pada saat melapiskan suspensi pada kaca objek harus mengambil secara representatif (Voight, 1995 ). 2. Metode Pengayakan Metode pengayakan digunakan untuk pengukuran partikel diameter 50nm-500nm. Metode ini menggunakan satu seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National Bureau of Standards. Menurut metode USP untuk menguji kehalusan serbuk, suatu massa sampel diletakkan pada ayakan yang sesuai dalam suatu alat penggojog mekanis (shaker). Serbuk digojog selama periode tertentu dan bahan yang lolos dari satu ayakan dan yang tinggal pada ayakan berikutnya yang lebih halus, dikumpulkan, dan ditimbang (Sudjaswadi,2002). Ukuran dari bulatan dengan segera dinyatakan dalam garis setengahnya. Tetapi begitu derajat ketidaksimetrisan dari suatu partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah berarti. Dalam keadaan ini, tidak ada garis tengan yang unik untuk suatu partikel. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume dan tengah yang sama ( Martin, 1993 ).

ISI MATERI Metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel adalah mikroskopik, pengayakan, sedimentasi, dan penentuan volume partikel. Akan tetapi, yang dibahas dalam makalah ini adalah metode mikroskopi dan metode pengayakan. 1. Metode mikroskopi Metode mikroskopi dilakukan untuk menentukan ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop biologis Olimpus Model CHS / CHT. Sebelum digunakan, mikroskop biologis ini arus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan diameter partikel sebenarnya dan untuk mengeleminasi kesalahan dalam mengukur diameter. Kalibrasi dilakukan dengan cara menghimpitkan angka nol pada mikrometer objektif dengan angka nol pada mikrometer okuler, kemudian mencari titik lain (kira-kira 2-3 titik) yang juga berimpit. Kemudian menentukan okuler dengan jarak tiap skala objektif. Kalibrasi diusahakan dilakukan untuk setiap perbesaran. Angka kalibrasi didapatkan dengan rumus : skala objektif jarak setiap skala pada lensa objektif (0,01mm/10m) skala okuler Bahan yang digunakan adalah Amylum manihot. Amylum manihot dibuat menjadi suspensi, sebagai pelarut digunakan air. Tujuan dibuatnya suspensi adalah agar partikelpartikel amylum dapat berdiri pada keadaan alamiahnya, sehingga mudah diamati ,dihitung ukuran partikelnya, dan dapat diketahui bentuk partikel serta dimensinya. Suspensi yang dibuat tidak boleh terlalu pekat ataupun terlalu encer. Bila terlalu pekat, partikel akan membentuk gumpalan dan menumpuk sehingga sulit diamati dan diukur. Namun bila terlalu encer, maka partikel yang terambil jumlahnya akan terlalu sedikit padahal partikel yang dibutuhkan cukup banyak, sehingga akan membuat praktikan akan sering mengambil sampel. Keadaan suspensi yang encer masih lebih baik dibandingkan terlalu pekat karena dalam keadaan encer partikelnya mudah diamati dan diukur. Cara untuk mengatasi apabila suspensi terlalu pekat dapat dengan mengganti suspensi yang terlalu pekat dengan suspensi yang lebih encer atau dapat juga langsung menambahkan pelarut langsung ke objek glass yang berisi suspensi pekat tersebut. Metode mikroskopik ini dilakukan perhitungan 500 partikel, karena jumlah ini dianggap dapat mewakili partikel polidespers, bila partikelnya monodispers digunakan perhitungan 300 partikel. Tipe polidispers disini berarti bahwa ukuran diameter partikel

heterogen dan mempunyai range yang lebar. Karena adanya range lebar ini, diperlukan adanya grouping ( pembagian kelompok menurut jarak diameter dari yang terkecil hingga terbesar). Pada metode ini distribusi frekuensinya berdasarkan jumlah partikel. Tujuan grouping adalah untuk memudahkan pembacaan data serta untuk efisiensi sehingga memperoleh kurva distribusi normal. Ukuran partikel ada 2 macam yaitu : a. b. Monodispers yaitu ukuran partikel hampir sama atau homogen, range kecil Polydispers yaitu ukuran partikel yang satu dengan yang lain terlampau jauh. Ukuran partikel monodispers baik untuk sediaan obat bentuk suspensi dan suppositoria (sediaan yang mudah terdispersi), sedangkan ukuran partikel yang polidispers baik untuk sediaan obat yang berbentuk tablet dan granul. Keuntungan metode mikroskopik adalah a. b. c. Langsung dapat diukur diameternya menggunakan skala mikrometer Diameter yang diukur lebih pasti karena pengukuran dilakukan satu per satu partikel Dapat melihat bentuk partikel secara langsung Kerugian dari metode mikroskopis adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan menggunakan metode ini. 2. Metode pengayakan Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran partikel berdasarkan nomor mesh. Metode ini merupakan metode langsung karena ukuran partikel dapat dilhat secara dua dan tiga dimensi. Metode ini menggunakan satu seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh The National Bureau of Standars. Ayakan pada umumnya digunakan untuk memilah-milah partikel yang lebih besar, namun jika digunakan secara hati-hati dapat digunakan untuk mengayak sampai ukuran 44 m. Dalam percobaan, digunakan ayakan elektrik yang terdiri dari 7 ukuran (nomor mesh), yaitu 12, 14, 16, 20, 30, 40, dan 50 yang disusun dari nomor mesh terkecil sampai terbesar, dari atas ke bawah. Nomor mesh menunjukkan banyaknya lubang dalam 1 inchi. Sebelum digunakan, ayakan harus dibersihkan dengan kuas agar tidak mengubah ukuran lubang pengayak yang telah dikalibrasi.

Di dalam percobaan ini, sampel yang dipakai adalah granul sebanyak 100 g. granul yang dipakai sebanyak 100 g karena 100 g merupakan jumlah optimum sampel untuk pengayakan yang cukup mewakili populasi sampel. Selain itu, jika jumlahnya terlalu sedikit, granul akan terlalu cepat turun dan sebaliknya, jika terlalu banyak, granul akan susah jatuh (terayak) dan bias membentuk agregat. Granul yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam ayakan teratas. Penuangan granul harus tersebar merata agar partikel yang besar tidak menutupi lubang ayakan, sehingga partikel kecil dapat lolos. Pengayakan granul dilakukan selama 5 menit karena 5 menit merupakan waktu optimum lama pengayakan. Pengayakan tidak boleh dilakukan terlalu lama karena dapat terjadi pengikisan atau pemecahan partikel karena tumbukan antarpartikel yang terlau lama. Sampel yang tertinggal harus ditimbsng dengan teliti. Pengayakan dilakukan hingga selisih bobot antara pengayakan pertama dan berikutnya kurang dari 5% supaya granul yang ada sesuai dengan ukuran ayakannya (seleksi oleh pengayak). Dari percobaan yang telah dilakukan, pengayakan dilakukan sebanyak 7 kali, pada pengayakan ketujuh ini , selisih bobot antara pengayakan sebelumnya sudah kurang dari 5%. Selisih bobot granul tersebut dihitung dengan menggunakan rumus : X 100%

Contoh perhitungan metode pengayakan : Berat tanpa granul = 314,0 g Berat total I = 323,4 g Berat granul I = berat total I berat tanpa granul = 323,4 g 314,0 g = 9,4 g

Berat total II

= 321,3 g

Berat granul II = berat total II berat tanpa granul = 321,3 g 321,3 g = 7,3 g

=( =

x 100% x 100%

= 22,34 % Setelah didapatkan , dicari %bobot kumulatifnya.

Factor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan : Massa sampel Sampel yang massanya makin besar, tekanannya juga semakin besar Waktu pengayakan Pengayakan yang terlau lama memungkinkan adanya partikel yang hancur Intensitas getaran Semakin tinggi getaran, semakin banyak tumbukan dan menyebabka partikel yang di ayak tidak sesuai ukuran masing-masing Pengambilan sampel Sampel yang baik adalah sampel yang mewakili semua ukuran yang ada dalam populasi Keuntungan metode pengayakan : Praktis Cepat

Tidak bersifat subyektif Lebih mudah diamati, tidak membutuhkan ketelitian mata pengamat

Kekurangan metode pengayakan : Tidak dapat menentukan diameter partikel karena ukuran partikel diperoleh berdasarkan nomor mesh ayakan Tidak dapat melihat bentuk partikel Ukuran partikel tidak pasti karena partikel dapat mengalami agregasi karena getaran

Aplikasi dalam bidang Farmasi: Ukuran partikel mempengaruhi pelepasan obat Ukuran partikel mempengaruhi formulasi Pengendalian ukuran partikel penting untuk mencapai sifat alir yang diperlukan

Daftar Pustaka

Martin, A., 1993, Farmasi Fisika, Buku II, 1022-1023, 1036-1038, UI Press, Jakarta Moechtar, 1990, Farmasi Fisika, 169, UGM Press, Yogyakarta Sudjaswadi,R., 2002, Hand Out Kimia Fisika, 111-113, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi V, 45, 47, 51,UGM Press, Yogyakarta

You might also like