You are on page 1of 92

Evaluasi Terhadap

InaTEWS
:

Harapan &, Kenyataan Pada Peristiwa 'Gempabumi Outer-Rise, 11 April 20Lz


"Bekerjakah sistem peringatan dini bunami lndonesia ?*

TIM KAJI CEPAT BERSAMA

@2412 Lembaga llmu Pengetahuan lndonesia {LlPl)


Pusat Penelitian Oseanografi

Katalog dalam Terbitan

Evaluasi Terhadap lnaTEWS, Harapan & Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi Orfer-Rr'se, 11 Apiil 2A12lTim Kaji Cepat Bersama. - Jakarta: Compress - LlPl, 2012. v + 87 hlm.; 17,6 x 25 cm

lsBN 978-979-3378-57-2
1.

Evaluasi

2. lnaTEWS

3. Peristiwa Gempabumi

'

Disain Sampul Disain lsi Penyunting

Eko Yulianto

Eko Eko Editor Eko Penulis dan Penelaah: Tim

Yulianto, R. Samiaji N. Yulianto, Adito M. Kodijat, Erma Maghfiroh, Henny DwiVidiarina Yulianto, lrina Rafliana KajiCepat Bersama

-d- E

E I Li s e 'a

Diterbitkan oleh: Program Pendidikan Publik dan Kesiapsiagaan-Pusat Penelitian Oseanografi LlPl Jln. Raden Saleh No. 43 Cikini, Jakarta - 10330 TelP/Fax. (021) 3901214 E-mail'. compresslipi@yahoo.com

DAFTAR ISI

PROLOG Bab Satu Bab Dua Bab Tiga

APAKAH lnaTEltUS BERFUNGSI ?


BANGUN.AN IOHAL InaTEWS

4
7 16 16 19
21 21

KRONOLOGI
LAYANAN PERINGATAN DINITSUNAMI DARI BMKG ARAHAN EVAKUASI DARI PEMERINTAH DAERAH RESPON INSTITUSI ANTARMUKA lnaTEWS Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Media Elektronik (Stasiun Televisi Nasional)

RESPOI{ MA-SYARAKAT Ketika BumiBergoyang


Evakuasi Spontan MelihatAir Laut Surut Menunggu Bunyi Sirine Ketika Sirine Berbunyi Pemanfaatan Tempat Evakuasi Sementara (TES) DUAJAM MFNCEKAM DI DUA KOTA

22 26 26 27 28 29 29
30 32 32 35 38
3B

Bab Empat

BANDAACEH
Bab Lima

PADANG

CERITA, KEBERHASILAI{ & KEGAGALAN

SADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Diseminasi Peringatan 1 Dan 2 Dilakukan Secara Tepat Waktu Diseminasi Peringatan 3 Dan 4 Berhasil Dilakukan Sebagian Mekanisme Konfi rmasi (Feed-Back) Penerimaan Pering atan Tidak Dirancang Gangguan Pada Peralatan Pemantau Gejala Alam Gangguan Pada Peralatan Penyebaran lnformasi Peringatan
Dini

39 39

40 40
41 41

Aktifasi Sirine Oleh BMKG


PEMERINTAH DAERAH INSTITUSIANTAR MUKA RESPON MASYARAKAT Kesalahpahaman Masyarakat Tentang lnformasi PeringatanDini Kesalah pahaman Masya rakat Tentan g Strateg i Evakuasi STRUKTUR ORGANISASI, SOP DAN KEMANDIRIAN PUSDALOPS Birokrasi Rantai Peringatan Dini & Permasalahan Wewenang Aktifasi Sirine Permasalahan Sistem Komunikasi

42 44 46 46 49
51

53 55

EvaluaSi Terhadap lnaTEWS . narapan & Kenyataan

Pada Peristiwa Gempabumi,

Outer-Bise, 11 April 2012

llt

Bab Enam

PERBANDINGAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI DI INDONESIA DAN JEPANG


KEPUTUSAN DISEMINASI PERINGATAN DAN AKTIVASI SIRINE DI TINGKAT NATIONAL RESPON TERHADAPARAHAN DI TINGKAT LOKAL DAN EVAKUASIMANDIRI PE RSAMAAN KARAKTE R MASYARAKAT I N DO N ES IA-J E PANG TERHADAP ARAHAN EVAKUASI

5B

59

62 63 65 65 66 66 67
7A

Bab Tujuh

LANGKAH.LANGKAH PERBAIKAN
REKOMENDASI UMUM REKOMENDASI KHUSUS Penguatan Di Mata RantaiAwal Sistem Peringatan Dini Tsunami Rekomendasi Rantai Peringatan EPILOG

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

72

73

lv

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . xanpan & Kenyataan

Pada

PeristiM Gempabumi, outer-Rrse, Ll AplI 2011

PROLOG

Rabu, pukul 15.40, 11 April 2A12. Berita tentang telah terjadinya gempabumi besar tersiar melalui berbagai jaringan SMS telepon'genggam, situs maupun jejaring sosial media. Berita terjadinya gempabumi berskala di atas 8 dan berpotensi tsunami yang mengancam wilayah barat $umatera beredar.Banyak orang yang menduga-duga dan mulai mencoba mengkaitkan gempabumi ini dengan gempabumi yang ditunggu-tunggu akan terjadi di Sumatera Barat. Seketika itu juga situs jaringan BMKG menjadisulit untukdiakses. Mungkin karena

banyak sekali orang ingin mengakses situs itu untuk rnendapatkan informasi tentang gempabumi yang baru saja terjadi. Belum ada yang mengetahui apakah tsunami benar-benar melanda. Situasi yang sangat genting berlalu dengan cepat hampir tanpa kepastian informasi. lnformasi yang muncul di media-media online adalah tentang kepanikan masyarakat yang berusaha rnenyelamatkan diri serta kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang terjadi dimana-mana di Kota Padang dan Banda Aceh,
Hingga beberapa jam kemudian kepastian terjadinya tsunarni masih tetap belum diketahui. Lembaga-lembaga yang menjadi mata rantai Sistem Peringatan Dini

Evaluasi Tefhadap lnaTEWS

. ttarapan

& Kenvataan Pada Paristjwa cempat umi, Outer-Rise, 11 April 2012

Tsunami lndonesia( lndonesia Tsunami Eady Waming Sysfem- lnaTWS), di pusat maupun di daerah, pun tidak dapat menjawab pertanyaan dari masyarakat hingga kapan harus bertahan di bukit. Hal ini memicu munculnya pertanyaan tentang bekerja atau tidaknya $istern Peringatan Dini Tsunami yang di bangun
Pemerintah lndonesia. Di kantor Cammunity Preparedness (Compress) LlPl, para punggawa Compress sedang mengadakan pertemuan, membicarakan kegiatan-kegiatan yang hendak

dilaksanakan di tahun 2A12" Berita terjadinya gempabumi besar dl Sumatera yang masuk melalui jejaring media sosial mengalihkan fokus pertemuan itu. Beberapa orang mencoba mencari konfirmasi tentang kebenaran berita itu dengan membuka situs-situs berita online. Eeberapa orang lainnya mencoba mengakses situs jejaring BMKG, namun gagal. Situs jejaring USG$ {United State
Geological Survey-Pusat Survei GeologiArnerikai Geologi dapat diakses narnun

berita tentang gempabumi itu belum muncul. Berita-berita tentang terjadinya gernpabumi ini makin ramaidisitus-situs berita online. Beberapa menit kennudian,
situs USGS mulai rnenayangkan informasi tentang terjadinya gempabumi dengan pusat di sebelah barat Pulau Sirneulue. Pembicaraan di perlemuan Compress

menjadi berfokus kepada gempabumi ini. Tiba-tiba terlontar ide dari salah
seorang punggawa Compress tentang kemungkinan untuk melakukan kaji cepat terhadap keberfungsian Sistem Peringatan DiniTsunami lndonesia. Harus diakui, dari kejadian-kejadian gempabumi berpotensitsunami pasca 20A4, hanya sedikit

yang telah digunakan untuk meninjau kembali efektivitas sistem peringatan dini ini secara utuh.Padahal, sistem ini telah dipecah-pecah menjadi beberapa
mata rantai dan tanggung jawab terhadap setiap rnata rantai diserahkan kepada beberapa pihak yang berbeda-beda. Meskipun hingga saat itu setiap pihak yang bertangggung jawab terhadap mata rantai itu telah banyak melakukan upaya sesuai dengan tanggung jawabnya, tidak ada yang tahu apakah upaya-upaya itu
rnernang efektif. Sernentara fakta yang mengemuka adalah pemahaman publik yang begitu beragam dan terpenggal-penggal tentang sirene, jalur evakuasi dan

tanggung jawab dalarn menyelamatkan diri. Masing-masing Kementerian dan Lembaga terkait juga tidak banyak mengEunakan kesempatan untuk secara bersama-sama melihat apa yang sudah berjalan baik, dan apa saja yang masih perlu dibenahi dari sistem ini.

Evaiuasi Terhadap InaTEWS

Hampan & Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise, L1 April 2012

Rabu malam, pukul19.00, LlPlmenginisiasikomunikasiinformalkepada lembaga-

lembaga terkait lnaTWS dan mengusulkan sebuah inisiatif bottom-up untuk membuat Joint Rapid Assessment atau Kaji Cepat Bersama, memanfaatkan kesempatan dari kejadian gempabumi 11 April 2A12 untuk mengulas efektivitas Sistem Perifigatan Dini Gunami lndonesia. Sudah 4 tahun berjalan sejak inagurasi $istem Peringatan Dini Tsunami lndonesia {11 November 2008), evaluasi komprehensif seperti ini tidak pernah dilakukan. Kalaupun dilakukan oleh beberapa lembaga berkepentingan, upaya itu hanya menyentuh elemenelemen tertentu dari sistem, dengan laporan yang bersifat tertutup.
Kamis pagi l2April 2012, 09.00 bertempat di Kantor LlPljalan Raden $aleh No. 43 Jakarta Pusat, dilakukan pertemuan pertama untuk membahas kepentingan lembaga terkait dalam inisiatif kaji cepat, serta kepentingan kolektif lembagalembaga lnaTEWS untuk melakukan kaji cepat ini. Tercapai kesepakatan untuk melaksanakan kaji cepat bersama dengan menggunakan sumberdaya dari masing-masing lembaga dan atau saling dukung antar lembaga terkait. Pertemuan inijuga membahas kerangka atau instrumen umum investigasi yang diharapkan dapat digunakan kelak dalam inisiatif-inisiatif kaji cepat berikutnya" $elain itu, pertemuan pertama ini menetapkan tiga lokus kajian, yaitu Jakarta (Nasional), Kota Banda Aceh dan Kota Padang. Tim terdiri dari LlPl, BMKG, BNPB, RISTEK, BPPT, GlZ, UNESCO-JTIC, UNDP dan KKP-Tohoku University. Di Banda Aceh, TDMRC-Universitas Syiahkuala, Universitas Syiahkuala-Program Pasca Sarjana, UNDP-DRRA bergabung ke dalam tim itu. Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta serta KOGAMI bergabung dengan tim di Kota Padang. Pertemuanpertemuan berikutnya dilakukan untuk membahas persiapan lapangan, temuan
lapangan dan konsolidasi temuan menjadi satu rangkaian utuh dari kajian rantai peringatan dini {end-fo -end).

Evaluasi Terhadap I naTEWS

. ttarapar & Kenyataan Pada Perisriwa

Genpabumi outr-Rise,

11

Ap.il 20L2

Bab Satu

APAKAH lnaTEWS BERFUNGSI ?


Gempabumi Samudera lndonesia 11 April 2412 hanya memicu tsunami kecil. Baik gempabumi maupun tsunaminya tidak menimbulkan kerusakan dan korban manusia. Namun gempabumi inimerupakan gempabumi besar berskala lebih dari B dan berpotensitsunami pertama yang menguji Sistem Peringatan DiniTsunami lndonesia {lnaTEWS) dan kapasitas respon masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapitsunami. Sistem ini sebenarnya telah diuji keberfungsiannya melalui latihan atau simulasi di ProvinsiAceh yaitu pada saat Tsunami Drill 2008, lndian Ocean Wave 2009 dan 2011. Simulasi atau latihan dalam skala kecil juga dilakukan diantara tahun-tahun tersebut. $istem inijuga telah diuji secara nyata setidaknya dua kali yaitu ketika terjadi gempabumi Padang, 30 September 2009, dan gempabumi Mentawai, 25 Oktober 2010. Meskipun beberapa permasalahan teridentifikasi secara jelas dalam ujian-ujian itu, sistem senantiasa dinyatakan telah berjalan dengan cukup baik dan perbaikan-perbaikan terhadap kelemahan-

Eva

luasi Terhadap l naTEWS

Harapan & Kenyataan Pada Per,stiwa Gempabumi, outer-Rise, 11 April 20t

kelernahannya selalu dijanjikan akan dilakukan. Laporan-laporan media cetak dan elektronlk berdasarkan kesaksian masyarakat

sekali lagi, mengindikasikan buruknya kinerja sistem ini ketika rnenghadapi


ancaman tsunarni 11 April 2A12. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sirene tidak berbunyi atau berbunyi lebih dari 30 menit setelah gempabumi ketika masyarakat sudah berbondong-bondong melakukan upaya evakuasi. Masih
berdasarkan laporan media, rnatinya listrik dan tidak bekerjanya sistem cadangan pendukung kelistrikan yang digunakan dalam sistem peringatan dini di daerah

menjadi sebab tidak dapat diberikannya arahan evakuasi kepada masyarakat tepat pada waktunya. Namun demikian, tidak diperoleh laporan apakah informasi peringatan dini sebagai dasar arahan evakuasi (yang wajib diberikan oleh pernerintah daerah) telah diberikan tepat pada waktunya dari NTWC {Nationat
Tsunami Warning Center), BMKG dalam hal ini, kepada pemerintah daerah.

Laporan-laporan media juga menyebutkan bahwa evakuasi yang dilakukan oleh masyarakat adalah reaksi spontan yang dipicu oleh guncangan cukup kuat" Masyarakat berbondong-bondong menuju ternpat perbukitan, tempat-tempat ibadahdan hanya sedikitsekaliyang memanfaatkan bangunan-bangunanevakuasi yangsudahdisediakan untukmenyelamatkan diri. Hal-haltersebutmengindikasikan pemahaman kapasitas respon masyarakat yang belurn terbangun sepenuhnya. Reaksi masyarakat yang baik menghadapi bahaya tsunami sangat ditentukan oleh kesadaran mereka akan adanya ancaman tsunami, pemahaman rnereka
tentang tata cara evakuasi, kemampuan melakukan evakuasi secara efisien dan pengetahuan mereka akan sistem peringatan dini lokal. Disepanjang pantaibarat

Sumatra dimana waktu datangnya tsunami sangat pendek, tidak akan lebih dari 30 menit setelah terjadinya gempabumi, reaksi spontan evakuasi yang dilakukan karena adanya guncangan tanah menjadi kunci untuk upaya penyelamatan jiwa. lnformasi peringatan dini dari NTWC selain harus disampaikan tepat waktu juga

harus diterjemahkan dengan cepat dan akurat rnenjadi arahan evakuasi oleh pemegang otoritas lokal dan disebarkan kepada publik secara luas. lnformasi ini
lebih berperan untuk memperjelas kepada masyarakat akan situasi yang sedang

terjadi apakah upaya evakuasi yang sedang dilakukan masyarakat harus terus dilanjutkan atau boleh dihentikan (karena tsunarniternyata tidak terjadi) sehingga

Evaluasi Terhadap l naTFWS . nanpan

& Kenyataan Pada Pe.istjwa 6enpabumi. outer-Rise,

L1.

April 2012

kepanikan lebih lanjut yang tidak perlu di tengah masyarakat dapat dicegah.
Secara khusus, laporan kajicepat ini lebih berfokus kepada kajian komprehensif (end-to-enS terhadap efektivitas rantai peringatan dini tsunami terhadap gempabumi dan tsunami 11 April 2412, pada ruang lingkup struktur dan kultur di tingkat pusat (nasional) dan daerah. Lokus kajian ini adalah Jakarta, Banda Aceh dan Padang. Perhatian khusus diberikan pada evaluasi keberhasilanlkegagalan rantai peringatan dini resmi dari BMKG ke daerah melalui BPBD Pusdalops (Badan Penanggulangan Bencana Daerah - Pusat PengendaliOperasi) hingga ke masyarakat, yang terkait erat dengan prosedur tetap dan infrakstrukturterpasang dl dua lokus tersebut.

$erangkaian proses telah ditalui, meliputi pengembangan instrumen kaji cepat menggunakan wawancara mendalam dan observasi, persiapan survei lapangan dan pertemuan untuk rnernbahas iemuan sementara, Survei dilakukan dalam rentang waktu antara tanggal 13 April hingga 1 Mei 2A12 di tiga lokus tersebut. Survei ini menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan kelompok diskusi terfokus untuk merunut kronologi berdasarkan waktu (timeline| dari sejak diterimanya informasi peringatan dini hingga diterima dan diresponnya informasi itu oleh berbagai pihak, baik media nasional, BNPB, BPBD Propinsi dan KabupatenlKota dan masyarakat. Sebuah kajian cepat terhadap respon rnasyarakat di Aceh dilakukan oleh Prof. Yozo Goto dan Muzailin Affan dengan menyebarkan angket kepada sekitan 800 orang Hasil kajian ini juga dipakal sebagai salah satu data dalarn laporan ini. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mernperbaiki dan meningkatkan kinerja sistern peringatan dini tsunami (lnaTEWS) yang sedang dibangun oleh pernerintah
lndonesia.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . *rapan &

Kenyataan Pada

PerirtiM empabrmi, outer-Rts,

ll

April 201.2

Bab Dua

BANGUNAN IDEAL INATEWS

Banyak wilayah pesisir di lndonesia yang rawan terhadap ancaman tsunami. lni karena pulau-pulau dimana pesisir-pesisir itu berada berhadapan langsung dengan zona subduksi yang menjadi sumber bagi gempabumi bawah laut. Karena pulau-pulau itu berada di atau dekat dengan zana subduksi maka tsunami yang dipicu oleh gempabumi bawah laut akan sampai ke daratan dalam waktu singkat, rata-rata sekitar 30 menit. Rentang waktu 30 menit adalah rentang waktu yang
singkat bagi masyarakat yang tinggaldi pantai untuk upaya penyelamatan diridari ancamantsunami. Apalagijika masyarakatitu tidakwaspadaterhadap keberadaan

ancaman tsunami setelah terjadinya gempabumi. Bencana gempabumi dan tsunami Aceh-Andaman, 26 Desember 2OA4 menjadi bukti betapa kondisi ketidakwaspadaan terhadap ancaman tsunami itu telah mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar. Menyadari kondisi itu Pemerintah lndonesia bertekad untuk membangun sebuah sistem peringatan diniyang kernudian disebut dengan nama Sistem Peringatan Dini Tsunami lndonesia {lnaTEWS).

Evaluasi TerhadaF lnaTEWS

. Harapan & Kenyataafl pada Pe.istiwa Gempabumi, Outer-8ise, 11 April 2012

Peringatan diniyang dibangun Pemerintah lndonesia itu adalah adalah kombinasi kemampuan teknologi dan kemampuan masyarakat untuk menindaklanjuti hasil

kerja teknologi itu. Peringatan dini sebagai bagian dari pengurangan resiko
bencanatidakhanya semata-mata mengenaiperingatan yang akuratsecarateknis, tetapijuga harus membangun pemahaman yang baik mengenai risiko, terjalinnya hubungan antara penyedia dan pengguna peringatan, dan juga kemampuan di
tingkat otoritas dan masyarakat untuk bereaksi secara benar terhadap peringatan

dini. Jika salah satu komponen tersebut tidak dipenuhi secara lengkap, maka
sistem secara keseluruhan bisa gagal.

Dalam lnaTEWS, BMKG diberi tanggung jawab untuk menyediakan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dan menyampaikannya kepada
Pemerintah Daerah sehingga informasi itu dapat ditindak lanjutioleh masyarakat. Pemerintah Daerah diberi tanggung jawab untuk mengolah informasi peringatan dini dari BMKG itu dan mengubahnya menjadi informasitentang arahan evakuasi yang harus diberikan kepada masyarakat. lnstitusi lainnya seperti BNPB, TNl,

POLRI bertanggung jawab sebagai institusi antarmuka yang mengestafetkan informasi peringatan dini dari BMKG ke Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Secara ringkas, para pemangku kepentingan lnaTEWS dan tanggungjawabnya
dijelaskan pada Gambar 2.'1.
!:'
t.s tt

'..4 -g

::..9? :'* $

'.: + .. tE

+ *bd l$d

6rs**

{c**s{l

d;e

bed** **&.;r

Gambar 2.1 . Bagan alur ini menjelaskan para pihak yang menjadi pemangku kepentingan dalam lnaTEWS serta tanggung

jawab setiap pemangku kepentingan itu. Bagan ini juga menjelaskan kaitan antar mata rantai di dalam lnaTEWS.

Evaluasi Tefhadap lnaTEWS . ganpan & (enyitaan

pada peristiwa Geopabumi, Outei,Rise, 11 April 2012

Untuk dapat menyediakan informasi peringatan dini itu, BMKG membangun berbagai perangkat observasi untuk memantau gempabumi dan tsunami. Perangkat untuk melakukan observasi terhadap gempabumi adalah seismograf dan GPS.' Perangkat untuk mengobservasi tsunami adalah buoy dan tide gauge. Datakata hasil observasi dari perangkat-perangkat itu dikirim ke pusat peringatan dini tsunami di BMKG melaluijaringan komunikasi dan diproses untuk mendapatkan skenario ancaman tsunami. Gambar 2.2 menunjukkan perangkatperangkat yang digunakan oleh BMKG itu.

Gambar 2.2. Berbagai perangkat yang digunakan oleh BMKG untuk melakukan observasi terhadap gempabumi dan
tsunami.

Ketika sebuah gempabumi terjadi di suatu tempat di wilayah lndonesia, BMKG akan menerbitkan informasi tentang gempabumi itu dan peringatan dini tsunami dalam waktu 5 rnenit setelah gempabumi terjadi. lnilah yang disebut sebagai Peringatan Dini 1 (PD 1). Peringatan Dini I ini akan diikuti oleh Peringatan Dini 2 (PD 2) yang berisi pembaharuanlpemutakhiran informasi tentang gempabumi dan ancaman tsunami itu. PD 2 dikeluarkan dalam waktu beberapa menit setelah dikeluarkannya PD 1. Ketika perangkat observasi tsunami (buoy, tide gauge)

Fvaluasi Terhadap lnaTfWS . xarapan & Xentataan

Fada Peristiwa cempabumi, outer-Rise, 11 Aptil 2012

berhasil memantau terjadinya perubahan rnuka air laut sebagai tanda terjadinya tsunami atau ketika ada saksi rnata yang melaporkan telah terjadinya tsunami di suatu tempat maka BMKG akan mengeluarkan Peringatan Dini 3 (PD 3) yang berisi informasi terkait bukti-bukti terjadinya tsunami itu. Jika gelombang

tsunami di wilayah-wilayah terlanda dilaporkan telah surut maka BMKG akan mengeluarkan Peringatan Dini 4 (PD 4) yang menginformasikan pengakhiran ancaman tsunami. Pada suatu kejadian gempabumi, setelah pengeluaran PD 1 dan PD 2 bisa jadi ternyata tidak terjadi tsunami. Pada situasi seperti ini maka BMKG akan mengeluarkan mengeluarkan PD 3 yang berisi informasi tentang pencabutan ancaman tsunami itu.
Pesan peringatan dini itu disampaikan oleh BMKG dalam dua versi yaitu versi singkat dan versi lengkapipanjang. Versisingkat disampaikan melalui moda WRS (Warning Receiver Sys/em) dalam format DVB (Dtgrfal Video Eroadcasf), dan SMS (Short Message Serurbe). Pesan lengkap/panjang disampaikan oleh BMKG melalui moda faksimili, surat elektronik (e-maifl dan dalam situs jejaring BMKG. Didalam pesan lengkap/panjang termuat juga informasitentang tingkat ancaman

tsunami di tingkat kabupaten dengan status "Awas", "Siaga" dan "Waspada". Penjelasan skematik tentang kronologi pengeluaran informasi Peringatan Dini oleh BMKG serta tingkat ancaman tsunami, moda yang digunakan serta para pihak penerimanya dicantumkan dalam Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Gambar
2.5 menunjukkan moda-moda yang digunakan oleh BMKG untuk menyampaikan informasi peringatan dini kepada para pemangku kepentingan dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami lndonesia.

10

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. narapan

& (enyataan Pada Perirtiwa cempabumi, outer-Rise, 11 Ap.ll ?0x?

GEMPABUMItenadi
T&T1
{5 mnt} T2

-----.*.-----.-

Prweu di BMKS

gis*ffiimg iEfffiasig6ffip* alas FsriiEal3n


Presss di PeRtinli

dmi tsJmnri dan saan r$sh 6f,,lKG

12-I3

{}&Gfi

I T4
T5

*---------"-*"---* _---

Ps*yamps:a* tifldakan &sFada m*syamkaf oleh Pomarifilsh DffiEh


Pross li!$akan rnasyarakat Prosss

lerr .-*T6.T9
{+l- 30

m*ila.ing

tsunami di

gM(G

WsHu k*tir

lilriiTiS

?arnaitl diiang
Pembaharuan ififoNrAasi deh SiStG

Gambar 2.3. Gambar ini menjelaskan alur kronologi penyampaian Peringalan Dini oleh BMKG serta tingkat ancaman
tsunaminya.

Gambar 2.4. Alur penyampaian informasi Peringatan Dini dari BMKG kepada para pihak pemangku kepentingan dalam
lnaTEWS dan alur informasi tentang arahan evakuasi dari Pemerintah Daerah.

Evaluasi Tefhadap lnaTEWS . ttanpan & Knyauan

Pada Peristiwa Gempabumi,

outer-Rise, 11 April 2012

11

Gambar 2.5. Moda-moda yang digunakan oleh BMKG untuk menyampaikan informasi peringatan dini tsunami kepada
para pemangku kepentingan lnaTEWS.

Pemerintah Daerah berkewajiban rnenerima informasi gempa bumi atau


peringatan dini tsunami dan saran dari BMKG secara langsung dan atau melalui

institusi-institusi antarmuka, dengan tepat dan sepanjang waktu (24ft) melalui berbagai alat komunikasi yang disebutkan di atas. Setelah itu, Pemerintah Daerah wajib mengeluarkan arahan evakuasi kepada masyarakat. Dengan demikian, Pemerintah Daerah harus mampu mengambil keputusan tentang arahan evakuasi apa yang harus disampaikan kepada masyarakat, berdasarkan informasi gempa, peringatan dini tsunami dan saran dari BMKG secara cepat dan tepat waktu melalui prosedur pengoperasian standar (SOP). Gambar 2.6 menunjukkan alur SOP dalam penyampaian informasi peringatan dinidari BMKG
dan arahan evakuasi dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

12

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Hampan

& (nyataan Pada Peristiwa Gempabumi, ouier-Rise, 11 Apfil 2012

AFliqti g9rypq
dirasakarr di daera6?

rlSAK

I
a

iYAl '? Y

-$'-

vr

i*6

ABahsh

tiwl('t pqriflg.tan:

'atrAsFAta"?

"

. YA. Ei6&

-.:

Koluar*an Arahsn Walpsda:


'Menjauhi pantai dan sungai!"

Gambar 2.6. Standart Operasion Procedure (SOP) penyampaian informasi peringatan dini dari BMKG dan arahan
evakuasi dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

Untuk menyebarkan informasi peringatan dini dan arahan evakuasi kepada


masyarakat, Pemerintah Daerah harus mempunyai perangkat komunikasi. Salah

satu alat yang digunakan untuk memerintahkan masyarakat agar melakukan evakuasi adalah sirine yang dibunyikan selama 3 menit dan berulang-ulang.
Jadi, bunyi sirine hanyalah tanda bahwa upaya evakuasi yang sedang dilakukan masyarakat harus terus dilanjutkan. Bunyi sirine bukanlah memastikan terjadinya tsunami. Keberhasilan Sistem Peringatan DiniTsunami itu juga menuntutadanya dukungan

masyarakat berupa respon. Oleh karena itu masyarakat harus memahami dengan baik sistem itu secara keseluruhan termasuk memahami produk-produk peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG dan produk arahan evakuasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Masyarakat juga dituntut untuk mampu memahami, memaknai dan merespon dengan benar dan baik semua gejalagejala alam yang terlihat dan terasakan.
Gambar 2.7 menjelaskan jenjang dalam lnaTEWS yang terdiri dari tiga yaitu Nasional, Pemerintah Daerah Propinsidan Kabupaten, serta Komunitas. Gambar itu juga menjelaskan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan
Komunitas/masyarakat dalam lnaTEWS. Gambar 2.8 menjelaskan hal-hal yang
Evaluasi Terhadap lnaTEWS . garapar & (ny?taan
Pada Peristiwa Gempabumi,

outer-Rise. 11 April 20L2

13

perlu dilakukan masyarakat dalam merespon gejala alam, informasi peringatan dini dan arahan evakuasiterkait dengan ancaman tsunami.
Kesiapsiagaan tsunami di daerah tergantung pada kesiapsiagaan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) dan masyarakat. Demi kesiapsiaagan menghadapi ancaman tsunami, Pemerintah Daerah bersama pemangku kepentingan lainnya

berkewajiban mengkaji risiko tsunami, mempersiapkan rencana kontinjensi dan evakuasi tsunami, mengembangkan kelembagaan dan infrastruktur untuk pelayanan peringatan dini, membuatperaturan daerah mengenaipenanggulangan bencana serta meningkatkan penyadaran masyarakat tentang risiko tsunami dan cara merespon.

19g

rr
g*
tz
c

infomagl g6mpa alau perlngata* dini tsunafri dan saran iln:uk tirdak lanjut dl daprah * ,aopr rrsAa{ *eprJa tratsrrai{6t
{

.:

ii

:* g:
9: .f; ;s ,:
g

ie

t:
i#
*

:
'K $s
*F
'I

i*
{:

Gambar 2.7 Jenjang dalam lnaTEWS yang terdiri dari tiga yaitu Nasional, Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten, serta Komunitas. Gambar itu juga menjelaskan tanggung jawab Pemerintah Pusai, Pemerintah Daerah dan Komunilas/
masyarakat dalam lnaTEWS.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

Harapan & Kenyataan Pada peristiwa Gempabumi, outr-Ri5e, 11 Aprlt 2012

t[ o

tt
at '!t

a .a

!a

.c.

r!.

Gambar 2.8 Hal-hal yang perlu dilakukan masyarakat dalam merespon gejala alam, informasi peringatan dini dan arahan evakuasi terkait dengan ancaman tsunami.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Harapan

& Kenyataan Pada peristiwa Gempabumi, outer-Rise, 11 April 2012

15

Bab Tiga

KRONOLOGI

Bab ini menjelaskan kronologi yang terjadi di setiap mata rantai peringatan dini tsunami. Mata rantai itu adalah Layanan Peringatan Dini Tsunami Dari BMKG, Arahan Evakuasi Dari Pemerintah Daerah, Respon lnstitusiAntarmuka lnaTEWS dan Respon Masyarakat.

LAYANAN PERINGATAN DINI TSUNAMI DARI BMKG

Pada pukul 15:40 WlB, atau satu menit limapuluh satu detik setelah terjadi gempabumi (pukul.15:38:29 WIB) kantor BMKG yang rnenjadi Pusat Nasional Pelayanan Peringatan Tsunami (Natianal Tsunami Warning Center - NTWC) mendapatkan liye Slgna/ dan stasiun berada dalam status 'blinking'. Dua detik kemudian, BMKG mendapatkan hasil otomatis pertarna untuk lokasi gempabumi
yaitu:

OT=15:38:32 WlB, 2.36 LU Krn.

92.98 BT' dengan Magnitude 8,5 kedalaman 10

16

Evaluasi Tefhadap lnaTEWS

Harapan & Kenvataan padr Perittiwa Gempabumi, cuter-Rise,

lL April 2012

Hasil ini segera disebarkan secara terbatas. Enam detik kemudian petugas BMKG

mengaktifasi perangkat Seiscomp3 interaktif, yang kemudian menghasilkan


informasi yang mengkoreksi parameter gempaburni menjadi

OT=15:38:29 WlB, 2.31 LU- 92.67 km.

Bl dengan Magnitude 8.9 kedalaman ,10

Sekitar tiga menit kemudian, BMKG mendapatkan informasi dari masyarakat di Banda Aceh, bahwa masyarakat merasakan getaran gempabumi. Kemudian pada pukul 15:43:23 WlB, atau empat menit lima puluh empat detik kemudian, BMKG memutuskan untuk r"nengeluarkan berita Peringatan Dini I dan menyebarkannya melalui multimoda (SMS, Fax, E-mail, WRS, website). lsi berita di dalarn format pesan pendek adalah:

"Peringatan Dini Tsunami di BENGKULU, LAMPUNG, NAD, $UMBAR, SUMUT, Gempabumi Mag:8.9 SR, '11-Apr-12, 15:38:29 WlB, Lok: 2.31 LU92.67 BT, kdlmn: 10 km ::BMKG".
Pada pukul 15:47:59 WlB, setelah dilakukan pemutakhiran $eisComP3 manual,

BMKG rnengeluarkan dan menyebarkan Peringatan Dini 2. lsi berita di dalam format pesan pendek adalah:

"Pemutakhiran Peringatan Dini Tsunami

di NAD, SUMUT, SUMFAR,

BENGKULU, LAMPUNG, Gempabumi Mag:8.5 SR, 11-Apr-12,15:38:33 WlB, Lok: 2.40 LU-92.99 BT, kdlmn: '10 km ::BMKG"" Log-book sirine di BMKG memperlihatkan tidak ada tanda-tanda sirene yang diaktifkan oleh Pernerintah Daerah, 10 menit setelah dikeluarkannya peringatan dini 1. Berdasarkan data tersebut, BMKG memutuskan untuk mengaktifkan sirine sesuai dengan kesepakatan bahwa jika lebih dari 10 menit setelah gernpabumi
berpotensi tsunami di atas Magnitudo 8 sirine tidak diaktifkan oleh daerah rnaka BMKG akan mengaktifkannya dari jarak jauh. Pada pukul 15:50 WIB sebanyak

enam sirine di Padang berhasil diaktifkan. Lima menit kemudian menyusul dua sirine di Bengkulu berhasil diaktifkan. Narnun, dari enam sirine di Aceh, empat sirine tidak berhasil di aktifkan.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Ha.apan

& Ketryataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise, 11 Aprit 2012

17

Pada pukul 173A:2A WIB yaitu beberapa menit sebelum BMKG memutuskan untuk mengeluarkan berita berakhirnya peringatan dini tsunami, tiba-tiba terjadi gempabumi sangat kuat. Pada interval waktu 56 detik, BMKG memperoleh hasil
awal secara otornatis yaitu

or=17:43:20 wlB, 1 .18 LU - 93.17 BT, dengan Magnitud e T.T kedalaman 10


km. Pada pukul 17:48:2A WIB atau pada menit ke 3 detik ke 7 setelah gempabumi kedua, BMKG melakukan penyebaran Peringatan Dini i, dengan keterangan dalam format pendek:

BENGKULU, LAMPUNG, NAD' SUMBAR, SUMUT, Gempaburni Mag:8.8 SR, 11-Apr-l2, 17:43:06 WlB, Lok: 0.ZB LU92.15 BT, kdlmn: 10 km ::BMKG"
Pada pukul 1 7:53:38 WlB, setelah melakukan perbaikan analisis melalui SeisCorn3

"Peringatan Dini Tsunami

di

manual, BMKG mengeluarkan dan menyebarkan Peringatan Dini 2 dilakukan dengan keterangan:

Gempabumi Mag: 8.1 sR, 11-Apr-1217:43:12wlB, Lok: 0.80 Lu-g2.43 BT (454 krn Barat Daya KAB-SIMEULUE-NAD), Kedlmn: 29 km, potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt::BMKG"
Sayangnya Dart Buayterdekat dengan lokasi gempabumi tidak dapat mendeteksi perubahan muka laut karena kondisinya rusak. Paling tidak ada 3 Euay di sekitar

nolnfo

perairanAceh, namun seluruhnya dalam kondisi rusak. Buoytsunamidi Simeulue misalnya, terlepas {drifting} dan hilang. lnformasi perubahan muka laut justru datang dari Buoy yang terletak di sebelah selatan lndia yang menjadi bagian dari jaringan IOTW$ (lndian Ocean Tsunami Warning $ysfem). Pencatatan data pasang surut dengan instrumen tide gauge {yang beroperasi menggunakan GTS- Global Telecom rn u nication Sysfem) tidak dilakukan secara real-time melainkan terinstalasi dengan jeda (delay) pembacaan data 15 menitl. lnformasitinggi tsunamiterdeteksioleh fide gauge pukul n.14 UTC (17.14 WIB) di Sabang dan Meulaboh yaitu rnasing-masing sebesar 0,31m dan 0,27m. pukul 10:54 uTc {17:54 wlB} tinggi tsunami di kedua lckasi menjadi 0,31m dan 1,06m
dan 0,15m diTeluk Dalam. Pukul 11:15 uTc (18:15 wlB), tsunamidi sabang dan
I
Presentssi EPPT

dw glc

dalam Rapat InaTWS, BMKG Jake:rta, 18 April 2Al2

1B

EvaluaSi Terhadap lnaTEWS . Harapan & Kenyataan pad? peristiwa cempabumi, ouaer-Rise,

11

Apd 2012

Meulaboh terobservasi masing-masing setinggi 0,06m dan 0,8m.

Pada pukul 18:16:47 WlB, berdasarkan data-data hasil pengamatan tsunami di stasiun tide gauge dari IOC {/nfer-governmental Oceanographic Commissian UNESCO! dan dari BIG {Badan lnformasi Geospasial}, BMKG kemudian mengeluarkan Peringatan Dini 3 yang berisi hasil observasi tsunami dan perbaikan status ancaman. lsi berita di dalam format pe$an pendek peringatan
dini 3 adalah:

"Pemutakhiran Peringatan Dini Tsunami akibat gempabumi mag: 8.3 SR, 11-l\PR-2012 15:38:35 WIB telah terdeteksi d|$ABANG (1I:{l0WlB} 0.06 m,MEULABOH (17:04WlB) 0.8 m ::BMKG"
Pada pukul 20:06:05, sekitar dua setengah jarn dari gempabumi kedua (dan 4 jam lebih dari gempabumi pertama) BMKG akhirnya menyebarkan peringatan dini 4

yang menyatakan Peringatan Dini Tsunami yang disebabkan oleh gempabumi 8,1 telah berakhir" lsi berita di dalam format pesan pendek peringatan 4 adalah: "Peringatan dini TSUNAMI yang disebabkan oleh gempabumi mag: 8.1 SR, tanggal: 11-Apr-I2 17:43:11WlB, dinyatakan telah berakhir ::BMKG"

ARAHAN EVAKUASI DARI PEMERINTAH DAER^AH


lnforrnasiPeringatan Din!{PDi
1

yang berisipesan tenatang terjadinyagempabumi

berpotensi tsunami disebarkan ke institusi-institusi antarmuka terrnasuk di antaranya adalah ke Pusdalops SPBA di Banda Aceh melalui WRS. Rekaman di alat tersebut menunjukkan bahwa PD 1 itu masuk ke WRS yang ada di kantor
Pusdalops BPBA. Tidak ada seorang petugas pun di kantor itu saat itu. Akibatnya, informasi PD 1 yang masuk melalui WRS itu tidak ada yang menindaklanjutinya.

Kepala BPBAAceh berusaha untuk menuju kantor Pusdalops. 'fidak jelas pada pukul berapa hal itu terjadi. Namun menurut laporan beberapa staf UNDP yang berkantor di dekat kantor Pusdalops, hingga sekitar 40 r"nenit setelah gempa kantor Pudalops masih kosong. Rekaman yang ada didalam komputerpendukung
aktifasi sirine di kantor Pusdalops menunjukkan bahwa ada upaya aktifasi sirinesirine yang ada di Banda Aceh dari kantor itu sebanyak dua kali yaitu pada pukul

Eva!uasiTerhadaplnaTEWS

Harapsn&KenyataanPadaPeristjwacempabumi,outer-Rise,11Ap.il2012

1g

17:09 WIB dan 17:12 WlB. Narnun rekaman di dalam komputer itu mencatat bahwa kedua upaya itu gagal dilakukan. Setelah menerima PD 1 melalui WRS, Kepala BPBD Kota Padang melakukan komunikasidengan BMKG untuk menanyakan apakah BMKG akan mengaktifasi sirine di Kota Padang. Kepala BPBD mendapatkan konfirmasi bahwa BMKG memang akan mengaktifasikan sirinenya. Kepala BPBD kemudian memutuskan untuk ikut mengaktifasikan B sirine Kota Padang setelah sirine BMKG terdengar.
Pada pukul 15:50 WIB atau menit ke-12 sirine BMKG yang berada di GORAgus

Salim berhasil diaktifasi. Kepala BPBD Kota Padang kemudian ikut mengaktifasi sirine Kota Padang. Enam dari delapan sirine Kota Padang berhasil diaktifasi pada pukul 15:51 WIB atau menit ke-13. Dua sirine tidak berbunyi.
Dua operator sedang berada di kantor Pusdalops Propinsi Sumatera Barat ketika

gempabumi terjadi. Penruira jaga saat itu sedang dalam perjalanan menuju kantor

Pusdalops. Petugas operator kemudian menerima informasi PD 1 melalui sms pada pukul 15:51 WIB atau di menit ke-13. Koordinat yang tercantum dalam informasi PD 1 itu kemudian diplotkan ke dalam peta yang ada di komputer di kantor Pusdalops sehingga tidak berapa lama kemudian petugas operator dan perwira jaga mengetahui posisi pusat gempabumi. Mereka menyimpulkan bahwa pusat gempabumi berada di luar jalur subduksi dan tidak akan rnemicu tsunami. Menurut petugas operator saat itu, sebelumnya Kepala Pusdalops Propinsi Sumatera Barat rnengajarkan kepada semua operator tentang gempaburnigempabumi di wilayah mana yang dapat atau tidak dapat memicu tsunami.

Namun demikian mereka tidak berani mengambil keputusan tentang arahan evakuasi. Akhirnya mereka mencoba berkomunikasi dengan kepala Pusdalops via telepon untuk mendapatkan arahan tentang rekomendasi arahan apa yang harus diberikan. Menurut mereka kepala Pusdalops juga menyimpulkan bahwa gempabumi yang berpusat di luar jalur subduksi itu tidak berpotensi tsunami.
Sayangnya kesimpulan itu oleh operator dan penruira jaga tidak dikomunikasikan kepada siapa pun. Bahkan beberapa orang RAPlyang aktif memantau komunikasi
radio mengatakan bahwa saat itu radio kornunikasi Pusdalops sedang tidak dalam

kondisi aktif. Meskipun Pusdalops tidak mengeluarkan rekomendasi arahan


2A
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
.

Harapan & Kenyataar Pada Peristiwa 6empabumi, outer-Rise, xL April

?0u

evakuasisecara resmi, beberapa orang yang berada di sekitar Kepala Pusdalops melaporkan bahwa Kepala Pusdalops mengkomunikasikan kesimpulan itu kepada beberapa orang pengambil keputusan di Padang dan Sumbar. Kepala Pelaksana BPBD Propinsi Sumbar juga menerima informasi PD 1 itu. la kemudian berinisiatif untuk menuju RRI Padang. Pada pukul 16:17 WIB atau menit ke-39, melalui RRI Kepala pelaksana BPBD Sumbar memberikan arahan kepada masyarakat dengan himbauan agar masyarakat yang mengungsi berhatihati dan yang tidak mengungsi tetap waspada. Saat program berita pukul 17:00
i

WIB disiarkan, walikota Padang juga sudah berada di RRI dan kemudian ikut menonangkan dan memberi arahan kepada masyarakat.

RESPON INSTITUSI ANTARMUKA lnaTEW$

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tanggal 11 April 2A12, pukul 14.00, jaringan listrik PLN di kantor BNPB padann. UPS pendukung perangkat komunikasi dan komputer tidak dapat berfungsi karena tenaganya ticiak terisi. lni sebagai disebabkan. oleh padamnya jaringan listrik PLN pada malam sebelumnya. Akibatnya, hingga pukul 15"40 tidak ada informasiyang dapat diterima oleh BNPB perihalkejadian gempabumi yang sedang terjadi diAceh. Seperti kejadian-kejadian sebelumnya,sirene penanda terjadinya gempabumi besar yang ada di ruangan Pusdatin {Pusat Data lnformasi) tidak
berbunyi. Sekitar empat belas menit setelah gempaburni, Sutopo, Kepala Pusat Data dan lnformasi BNPB, berlaridari ruang rapat menuju Pusdatin dan berteriak

memberitahukan bahwa terjadi gempabumi berpotensi tsunami. lnformasi ini dia terima melalui pesan pendek {SMS) di telepon genEgam pribadinya. Sutopo kemudian menyebarkan informasi peringatan dini ini melalui Broadcast rnessage (BBM} dari telepon genggam pribadinya. WRS (Warning Recefrer $ysfern), perangkat yang sudah dipasang oleh BMKG di Pusdatin tidak memperlihatkan adanya penerimaan informasitentang telah terjadinya gempabumi itu. Kemudian diketahui bahwa hal ini terjadi karena server Digital Broadcasting Video {DVB) tidak disiapkan dalam'auta on', sehingga saat dinyalakan, tidak dapat dengan serta merta memperlihatkan informasi peringatan dini tentang gempabumi yang
baru saja terjadi.
Evaluasi Tefhadap lnaTEWS . aanpan & Kenyataan
Pada Pe.isti@ Gempabumi, outer-Rise, 11 April

2012

21

Ketika jaringan listrik PLN kembali menyala, penruira jaga bergegas mencoba mengakses websife BMKG dan kemudian juga website USGS. Namun kedua website ini tidak dapat diakses. Sekitar 29 menit setelah gernpabumi, atau pukul 15.54, BNPB berhasil melakukan kontak dengan BPBD dan wakil masyarakat di Padang. Namun dari kontak ini belurn diperoleh informasi apakah gempabumi yang terjadi sore itu menimbulkan tsunami. Tindakan utama yang menurut BNPB penting untuk dilakukan saat itu adalah melakukan pengecekan situasi didaerah terdampak. Dari pengecekan in i, BN PB memperoleh informasi bahwa masyara kat panik dan berlarian, sedangkan jumlah korban belum dihitung. Pukul 16.37 (satu jam setelah gempabumi) Pusdatin BNPB menerima informasi Peringatan Dini 1 melalui moda faksimili. Saat itu tidak diketahui apakah informasi peringatan dini 1 ini juga diterirna oleh Pusdatin melalui moda surat elektronik (e-maifi karena tidak ada seorang pun yang berinisiatif untuk memeriksanya. Sekitar pukul 17.00, Pusdatin BNPB berhasil menghubungiAceh menggunakart moda radio komunikasi HF dan VHF. Sekitar pukul17.00 itu pula, BNPB dengan
Kementerian dan Lembaga terkait membentuk 3 tim Satuan Reaksi Cepat untuk diberangkatkan ke Aceh, Bengkulu, dan Sumatera Barat atas instruksi Presiden Republik lndonesia. lnstruksi ini disampaikan pada saat Presiden memberikan

siaran pers berkaitan dengan kunjungan Ferdana Menterl lnggris. BNPB


mengkontak BPBD Sabang dari Simeulue termasuk Kodim.

Pukul 19,00 Pusdatin BNPB membuat konferensi pers tentang peristiwa


gempabumi yang baru saja berlangsung. Data untuk konferensi pers ini yaitu hasil rekonstruksi kejadian gempabumi yang baru terjadi serta data pendukung lainnya dari USGS, disiapkan oleh lTB.

Media Elektronik (Stasiun Televisi Nasional)

Setelah menerima informasi peringatan dini 1 dari BMKG, beberapa media elektronik secara langsung menyiarkan peringatan inidengan memotong program yang tengah berlangsung. Sesuai dengan karakteristik dari media penyiaran tersebut maka langkah yang diambil sebagai tindak lanjut terhadap penerimaan
peringatan

dini 1 ini pun berbeda

beda.

22

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Harapan

& Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise, 11 April 2012

Penerimaan Pesan Peringatan DiniTsunarni dari EMKG

Media televisi dan radio menerima pesan peringatan dini melalui peralatan Warning Reciever Sysfem {WRS) yang telah diinstalasi oleh BMKG. WRS ini pada umumnya ditempatkan di Master Control Raam {MCR). Dari kunjungan ke
beberapa kantor media radio dan televisi, ada dua pihak di kantor ini memerlukan informasi peringatan dini yaitr.r Master Contral Raom {MCR) dan Kantor Berita Media. MCR akan langsung menyiarkan informasi peringatan dinitsunami ketika menerimanya dan Kantor Berita Media akan menindak lanjutipemberitaan dengan

memberikan informasi pada masyarakat. Karena WRS diletakkan di MCR maka jika KantorBerita Media berada berjauhan dariruangan MCR ini, pesan peringatan dini melalui WRS tidak akan dapat diterima langsung oleh Kantor Berita Media.
Media televisi dan radio juga rnenerima informasi peringatan dini melalui SM$. lnformasiperingatan dinimelaluiSM$ iniditerima melaluinomortelepon genggarn pribadi yang dimiliki oleh staf di media itu. Sebagian besar pelakr.r media nasional juga mengandalkan komunikasi rnelalui fasilitas broadcast dan 'group chat'dari
alat komunikasi (telepon genggam) pribadi. Setelah menerima informasiterjadinya

gempabumi di Aceh, kantor berita media berusaha mengakses urebsr'fe BMKG untuk mencari informasi lebih lanjut terkait gernpabumi itu. Namun r,yebsife BMKG tidak dapat diakses s'aat itu.
Media daerah diAceh dan Padang mengandalkan moda komunikasi melalui SMS dan melalui fasilitas broadcast dan 'graup chat'dari alat komunikasi (telepon genggarn) yang mereka gunakan. Tidak ada moda komunikasi lain yang dimiliki oleh media daerah ini yang terhubung secara langsung dengan BMKG" Hanya Televisi Aceh yang sudah dilengkapi dengan WRS yang dipasang oleh BMKG. Itlledia nasional dan daerah juga mengalami kesulitan menghubungi BMKG dan

BNPB karena belum ada jalur komunikasi khusus antara EMKG-BNPB dengan media.

Penyiaran dan Pemberitaan Peringatan DiniTsunami Oleh Media

Sesuai dengan prosedur yang ditetapkan di rnasing-masing media, secara otomatis tayangan ^Sfop Press" peringatan dini tsunami dari BMKG dalam format wRs akan memotong program siaran yang tengah berlangsung. Dari
EvaluaSi Terhadap lnaT[W5
. t"larapan

& Senyataan Pada Perisdwa 6empabumi, Outer-Rise, 11 April 201?

LJ

11 stasiun televisi yang telah menerima pemasangan WRS dari BMKG hanya I televisi nasional yang melakukan "Sfop Press" sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dan 2 stasiun televisi hanya menayangkan informasi peringatan dini 1 tsunami melalui teks berjalan {running textl. Tujuh stasiun televisi nasional telah berhasil menyiarkan informasi peringatan dini 1 ini (dengan menayangkan Sfop Press) dalam waktu 6 hingga 12 menit setelah gempabumi atau t hingga 7 menit setelah BMKG mengeluarkan peringatan dini 1 (lihat tabel). Tiga stasiun televisi menyiarkan peringatan dini 2 {yang merupakan pemutakhiran dari peringatan

dini 1) dalam waktu


BMKG.

t hingga 3 rnenit setelah peringatan

dini 2 dikeluarkan oleh

Kecepatan media dalam menayangkan peringatan dinitsunarni ini perlu diapresiasi mengingat semula media siaran ini diduga baru akan mampu menayangkannya

dalam waktu 5 hinggal0 menit setelah peringatan dikeluarkan oleh BMKG. Tabel 3,1 menunjukkan waktu penayangan peringatan dini 1 secara detail. Tabel tersebut juga memperlihatkan perbedaan dalam durasi penayangan peringatan
dini serta penggunaan suara tinggi {hightone) dalam menampilkan peringatan dini. Ketidakseragaman baik dalam bentuk maupun moda penayangan menunjukkan

masih diperlukannya advokasi dari Pemerintah kepada semua stasiun televisi supaya teryadi penyeragaman. dalam penayangan peringatan dini tsunami sehingga sesuai dengan ketentuan yang berlaku {PP No. 20 Kominfo 2006 & PP Rl No.50-2006).

Pada peristiwa gempabumi Samudera lndonesia, 11 April 2012, media hanya mengandalkan informasi peringatan dini yang disampaikan oleh BMKG melalui WRS dan SMS (yang berisi informasl peringatan dini 1 dengan versi singkat).
Awak media banyak yang tidak tahu bahwa produk peringatan dini BMKG secara keseluruhan terdiri dari peringatan dini t hingga 4. Banyak awak media juga tidak

tahu bahwa informasi peringatan dini tsunami itu disamping disarnpaikan oleh BMKG dalam versi ringkas melalui !\lRS dan SMS juga disampaikan dalam versi lebih lengkap melalui surat elektronlk (e-mail) dan faksimili. Ketidaktahuan awak rnedia tentang produk peringatan diniversi panjang initelah menyebabkan media selama ini tidak memanfaatkannya. Terlepas dari hal itu, media menyampaikan bahwa rnoda konnunikasi menggunakan faksimili saat ini dianggap tidak efektif lagi karena sudah tidak lazirn digunakan. Karenanya, di mesin faksimili seringkali
tidak tersedia kertas, tidak ada operator atau bahkan mesinnya sudah mengalami
4,t

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Harapan

& Kenyataan pada Peristiwa cempalrumi, Outer-Rise, 11.April 2012

kerusakan. Untukproses pemberitaan lebih lanjut, mediayang hanya mendapatkan informasi versi ringkas itu biasanya mencari informasi tambahan dari sumber lain, misalnya United sfafes Gealogical Survey (uSGs) untuk mengembangkan berita.
t

Media-media daerah (Padang dan Aceh dalam kajian ini) hanya mengakses media nasional untuk mendapatkan informasi tentang peringatan dlni tsunami. Media-media daerah ini belum tahu bahwa mereka dapat memperoleh informasi peringatan dini itu secara langsung dari BMKG melalui moda SMS.

lnstitusi Antarmuka di Daerah


lnformasiperingatandinidariBMKGjugadisebarkan ke institusi-institusiantarmuka di daerah di antaranya adalah ke Pusdalops BPBA di Banda Aceh melalui WRS. Rekaman di alat tersebut menunjukkan bahwa peringatan dini (PD) 1 diterima oleh WRS yang ada di kantor Pusdalops BPBA. Tidak ada seorang petugas pun di kantor itu saat itu. Bahkan menurut laporan beberapa orang, ruangan di mana semua peralatan peringatan dini berada memang lebih sering terlihat sepi dan
terkunci. Akibatnya, informasi PD 1 yang masuk melalui WRS itu tidak ada yang menindaklanjutinya. Di Banda Aceh, informasi PD 1 juga diterima oleh kantor RAPI PropinsiAceh melalui komunikasi radio.

WRS yang ada di kantor Pusdalops Propinsi Sumatera Barat tidak berfungsi. Femeriksaan yang dilakukan oleh BMKG regional terhadap alat ini setelah gempabumi menunjukkan bahwa ketidakberfungsian alat ini disebabkan oleh kadaluwarsanya kartu telepon yang digunakan karena tidak pernah diisi ulang. Petugas operator yang berada di kantor Pusdalops Propinsi Sumatera Barat menerima informasi PD 1 melalui sms pada pukul 15:51 WIB atau di menit ke-13. lnformasi PD 1 itu diterima Pusdalops Kota Padang pada menit ke-10 melaluiWRS. lnformasi Peringatan Dini 'l juga diterima oleh RRI Padang. Kepala Pelaksana BPBD Propinsi Sumbar juga menerima informasi PD 1 itu melalui telepon genggam pribadinya.

EValuaSi Terhadap lnaTEWS . Hanpan & Kenyataan

Pada Peristiwa

cempabumi, Outer-Rise, 11 April 2012

25

RESPON MASYARAKAT

Ketika Bumi Bergoyang


Setelah tsunami 2044, gempaburni telah beratus-ratus kali mengguncang bumi Aceh. Pada awalnya gempabumi-gempabumi itu terasa bagaikan teror. Trauma akibat tsunami 2A04 masih lekat di benak banyak orang. Sejalan dengan semakin menghilangnya rasa trauma itu, guncangan-guncangan gempabumi selanjutnya tidak lagi menimbulkan kekuatiran yang berlebihan. Apalagi guncanganguncangan itu terasa jauh lebih lemah dari pada yang pernah mereka rasakan di tahun 20A4 dan terbukti gempabumi-gempaburni itu tidak satu pun yang memlcu
tsunami.
Namun guncangan tanah yang terjadi pada hari Rabu,
11

April z}l2sungguh terasa

berbeda dari yang sudah-sudah. Semua orang yang diwawancara mengatakan bahwa permukaan tanah berayun-ayun dengan keras dan berlangsung cukup lama. Namun ayunan itu tidak sampai membuat orang limbung dan terjatuh. lni yang menurut mereka berbeda dari yang terjadi di tahun 20A4. Gempabumi 20A4 mengguncang keras sehingga tanah bergerak naik turun bukan mengayun. Kebanyakan orang limbung dan terjatuh karenanya. Guncangan di hari Rabu itu jauh lebih kuat dan lebih lama dari gempabumi-gempabumi lain sebelumnya. Kekuatiran bahwa gempaburni akan memicu tsunami muncul di benak banyak orang. Orang-orang segera bereaksi untuk menyelamatkan diri begitu guncangan
reda.

Respon masyarakat Padang terhadap guncangan gempabumi yang terjadi pada


hari Rabu 11 April 2A12 cukup beragam, Namun secara umum respon masyarakat

itu dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama adalah masyarakat yang secara spontan melakukan evakuasi. Kedua adalah masyarakat yang langsung menuju

pantai untuk mengamati air laut atau air sungai setelah guncangan reda. Ketiga adalah masyarakat yang hanya keluar rumah ketika terjadi guncangan namun kembali ke rumah lagi setelah guncangan usai.

26

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . narapan & (enyataan

Pada Peristiwa

cempabumi, outer-frlse, lL April 2012

Evakuasi Spontan
Kuatir bahwa gempabumi benar-benar akan memicu tsunami, sebagian besar orang yang'merasa berada didaerah ancaman tsunamimenghentikan aktivitasnya seketika itu *juga. Sebagian besar masyarakat segera melakukan evakuasi
menuju tempat yang lebih tinggi dengan menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Bahkan sebagian besar masyarakat yang tinggal di dekat Tempat Evakuasi Sementara (TES) juga menyelamatkan diri menuju tempat yang lebih tinggi.

Peringatan Dini 1 yang disebarkan oleh BMKG menjelang menit ke-5 muncul di beberapa stasiun televisi. Beberapa warga Banda Aceh melakukan evakuasi setelah mernbaca tayangan itu yang berisi informasi bahwa gempabumi yang baru saja mereka rasakan berpotensi tsunami.
Banyak warga Padang yang melaporkan bahwa guncangan gempabumi saat itu cukup kuat dan lama meskipun tidak sekuat guncangan yang terjadiditahun 2009. Kuatnya guncangan inilah yang rnennbuat mereka ketakutan bahwa gempabumi

itu akan memicu tsunami. Ketakutan mereka juga dipicu oleh santernya beritaberita di media yang menyebutkan bahwa dalam waktu tidak lama akan terjadi gempabumi besar yang bersumber dari megathrust. Ketika mereka merasakan guncangan itu banyak warga yang kemudian menduga bahwa gempabumi yang terjadi barangkali adalah gempabumi rnegathrusf itu. Maka tak ayal lagi banyak warga masyarakat yang langsung melakukan evakuasi setelah guncangan reda. Ada juga warga yang mulai melakukan evakuasi setelah melihat tayangan informasi peringatan dini 1 di televisi yang rnenyebutkan bahwa gempabumi
berpotensi tsunami.

Warga Kota Padang yang melakukan evakuasi umumnya berusaha menuju tempat yang tinggi yang jauh dari pantai. Beberapa warga yang diwawancara mengatakan bahwa selama ini sudah ada sosialisasi bahwa salah satu tempat aman itu adalah Gunung Pangilun. Sosialisasi yang dilakukan selama ini juga telah membentuk persepsi di masyarakat bahwa batas aman dari jangkauan
tsunamiadalah jalan bypass. lnilah alasan mengapa warga dengan menggunakan kendaraan bermotor seolah-olah berlomba-lomba untuk dapat melewati jalan bypass.

Evaiuasi Terhadap lnaTEWS

. narapan

& Kenyataan Pada Perietiwa 6empabumi, Outer-Rise,

1:L

April 2012

27

Persepsi lain tentang tempat yang tinggi dan aman dari jangkauan tsunami bagi sebagian besar masyarakat Padang adalah lndarung. Akibatnya, sebagian besar kendaraan yang digunakan untuk evakuasi menuju satu arah yang sama. Kemacetan lalu lintas pun tak terhindarkan dan terjadi di ruas-ruas jalan dan
persimpangan. Menurut laporan masyarakat, bahkan sampaisetidaknya setengah jam setelah gempabumi, konsentrasi kemacetan lalu lintas masih terjadi dijalan-

jalan pada jarak

hingga 3 km dari garis pantai.

Melihat Air Laut Surut


Meskipun mengkuatirkan gernpabumi akan memicu tsunami, banyak orang yang sedang berada di wilayah pantai tidak langsung melakukan evakuasi setelah guncangan gempabumi reda. Mereka justru bergegas mendekat ke pantai untuk memastikan apakah terjadi surut laut setelah gempabumi itu. Bahkan warga yang tinEgal tidak terlalu dekat dengan pantai juga berusaha memastikan terjadinya

tsunamidengan melihat surutnya air sungai, sebelum mereka memutuskan untuk menyelamatkan diri.
Beberapa orang yang diwawancara di Banda Aceh mengatakan bahwa mereka

tidak melihat air surut setelah.gempabumi pertama itu sehingga memutuskan untuk tidak melakukan evakuasi. Sementara beberapa orang melaporkan bahwa mereka melihat surutnya air lautsehingga seketika itu mereka menyelamatkan diri
dengan menggunakan kendaraan bermotor. Beberapa petugas polisi dari Polsek

Ulee Lheue dan beberapa masyarakat yang bekerja di Pelabuhan Ulee Lheue adalah beberapa orang yang menyaksikan surutnya air laut. Mereka mengatakan bahwa ada sebuah perahu tempel yang saat itu kandas yang mereka sangka diakibatkan oleh surutnya air laut. Ketika gempabumi kedua terjadi pada pukul 17:43 WlB, sebagian masyarakat masih berada di dekat pantai karena tidak melakukan evakuasi. Sebagian orang yang semula rnelakukan evakuasi akibat gempabumi pertama bahkan sudah ada yang kembali ke rumahnya masing- masing. Ketika gempabumi kedua itu terjadi mereka segera pergi menu.ju laut untuk mengamati kemungkinan surutnya air laut. Menurut laporan rnereka, air laut terlihat surut saat itu sehingga orang-orang itu kemudian bergegas meninggalkan pantai dan melakukan evakuasi menuju
tempat tinggi menggunakan kendaraan bermstor.
28
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
.

Harapan & Kenyataan Pada peristiwa cempabumi, outer-Rise,

Ll April 2011

Sebagian warga Padang juga pergi ke pantai untuk mengamati air laut. Mereka

ingin memastikan terjadinya surut laut sebelum mengambil keputusan untuk


menyelamatkan diri atau melakukan evakuasi" Kebanyakan masyarakat nelayan yang tinggal di sepanjang pantaijuga tidak secara spontan melakukan evakuasi. Mereka yakirl bahwa kalau gempabumi itu memicu tsunami maka mereka akan dapat melihat tanda-tandanya diantaranya adalah surutnya air laut. Maka banyak di antara mereka yang saat itu sedang menjala ikan di pantai tetap melakukan

aktivitasnya sambil mengamati keadaan air laut. Karena tidak melihat tandatanda surutnya air laut maka sebagian masyarakat nelayan itu tidak melakukan
evakuasi sama sekali.

Menunggu Bunyi Sirine


Beberapa orang sedang menunggui warungnya di Pelabuhan Ulee Lheue ketika

gempabumi terjadi. Namun beberapa dari mereka tidak segera melakukan evakuasi setelah gempabumi reda. Mereka rnendekat ke laut dan mengamati kemungkinan surutnya air laut. Beberapa dari mereka juga menunggu kemungkinan terdengarnya bunyi sirine yang menurut mereka merupakan tanda terjadinya tsunami. Hingga mereka meninggalkan pantai, bunyi sirine itu tidak
pernah mereka dengar.

Ketika Sirine Berbunyi


Ketika gempabumi 11 April 2A12 terjadi di Banda Aceh, dua buah sirine terlambat berbunyi diwaktu dua waktu yang berbeda. Saat itu warga masih dalam perjalanan

evakuasi dan masih banyak yang terjebak kemacetan lalu lintas. Sirine yang tibatiba berbunyi mengagetkan warga. Kepanikan masyarakat yang sedang melakukan evakuasi itu bertambah karena mereka rnenyangka bahwa bunyi sirine itu menjadi tanda bahwa tsunami benar-benar terjadi. Orang-orang yang sudah merasa berada di tempat yang aman dari jangkauan tsunami juga ikut panik. Mereka bahkan ada yang memutuskan untuk pergi ke tempat yang lebih tinggi dan jauh lebih jauh lagi guna menyelamatkan diri.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . Hanpan & Kenyataan

Pada Peristiwa

6empabumi, ouler-Rise,

11.

April 2012

29

Sirine di Kota Padang berbunyi lebih cepat daripada di Banda Aceh yaitu pada menit ke-12dan 13. Jumlah sirine yang berbunyidi Kota Padang pun lebih banyak daripada Banda Aceh yaitu 7 buah sehingga bunyi sirine dapat di dengar oleh banyak orang di Kota Padang.

Pada rnenit-menit itu kemacetan lalu lintas terjadi di ruas-ruas jalan dan persimpangan yang jaraknya t hingga 2 km dari pantai, Bunyi sirine seketika memperparah kemacetan itu karena masyarakat mengira bahwa bunyi sirine itu tanda bahwa tsunami benar-benar terjadi. Masyarakat yang semula tidak
melakukan evakuasimenjadi ikut paniksehingga kemudian ikut-ikutan melakukan evakuasi. Sementara warga masyarakat yang sedang melakukan evakuasi

bertambah kepanikannya karena rnereka merasa terjebak kemacetan di tempat yang belum aman darijangkauan tsunami. Beberapa warga melaporkan bahwa mereka melihat warga yang kemudian mulai memanjat pohon.

Sebagian masyarakat nelayan bahkan memiliki alasan lain mengapa mereka


tidak mau melakukan evakuasi bahkan ketika kemudian mereka mendengar bunyi sirine. lVlereka berpikir bahwa isu akan terjadinya gempaburni besar di Padang

dan bunyi sirine itu adalah upaya akal-akalan pemerintah supaya masyarakat pantai ketakutan dan kemudian menjualmurah tanahnya. Mereka mengira bahwa
pemerintah memang sedang berusaha membang u n jalan d i sekitar tempat ti ng gal mereka sehingga perlu menyebar isu gempabumi besar itu sehingga harga tanah di sekitar pantai menjadi murah.

Pemanfaatan Tempat Evakuasi Sementara (TES)

Sangat sedikit jumlah masyarakat Banda Aceh yang memilih menyelamatkan diri dengan naik ke atas TES yang tersedia. Bahkan warga yang tinggal sangat dekat dengan TES pun mernilih menjauh dari pantai sehingga hampir semua TES evakuasiyang ada di BandaAceh hanya dimanfaatkan oleh beberapa orang
saja.

Berbeda dari keadaan TES-TES lainnya, TE$ yang ada di Gleumpang cukup dipenuhi oleh rnasyarakat sekitar. Masyarakat yang tinggal di sekitar TES ini bergegas menuju TE$ ketika tanah mengayun keras. Mereka tidak bergegas naik ke atas TES tapi berkumpul di lantai bawah sambil melihat keadaan dan
30
EvaluaSi Terhadap lnaTEWS . Harapan & Kenyataan
Pada peristiwa Gempabuma,

outer-Bjse,

ll

April 2012

menunggu informasi dari beberapa orang yang sedang berusaha mengamati air
laut.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan warga mengapa mereka tidak memilih TES untuk rpenyelamatkan diri. TES-TES itu berada sangat dekat dengan laut sehingga dari atas TES mereka masih dapat melihat laut dengan jelas. lni membuat mereka merasa tidak nyaman berada di sana. Banyak warga juga tidak meyakini bahwa TES-TES itu marnpu bertahan dari terjangan tsunami karena

menurut mereka, TES-TES itu selama ini belum teruji. Beberapa orang juga berpendapat bahwa karena TES itu berada di dekat laut maka bisa jadi tinggi gelombang tsunami bahkan melewati tinggi TE$ itu. Alasan lainnya adalah bahwa selagi masih ada waktu maka mereka merasa lebih arnan untuk menyelamatkan diri menggunakan kendaraan menuju tempat yang tinggi yang jauh dari pantai. Beberapa orang juga menjelaskan bahwa TES evakuasi dibangun untuk tempat penyelamatan diri bagiwanita, anak-anak, orang tua, dan orang-orang yang tidak
memiliki kendaraan bermotor untuk menyelamatkan diri.

Di kota Padang, banyak warga yang mengetahui gedung-gedung yang sudah ditetapkan pemerintah sebagai TES. Namun seperti tvarga di Banda Aceh, masyarakat Padang juga tidak menjadikan TES-TES itu sebagai pilihan dalam
melakukan evakuasi. Warga lebih memilih menyelamatkan diri menuju tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Sebagian mereka beralasan bahwa mereka melihat banyak dari gedung-gedung TES itu yang mengalarni kerusakan ketika gempabumi tahun 2009 terjadi. lni membuat mereka tidak yakin bahwa TES itu cukup kuat menahan hantaman tsunami. Akh i rnya mereka memi ih menyelamatkan diri dengan menggunakan kendaraan ke tempat tinggi.
I

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . xarapan & Kenyataan

Pada Peristiwa Gempabumi,

outer-Rise, t

x.

April

2012

Bab Empat

DUA JAM MENCEKAM DI DUA KOTA

BANDAACEH
Gempa kembali mengguncang Tanah Rencong pada hari Rabu, 11 April 2012 pukul 15:38 WlB. Ayunan gempa itu barangkali memang cukup keras sehingga 4 dari 15 jaringan listrik PLN Regional Aceh mati seketika. Sebagian besar orang berusaha menyelamatkan diri menuju tempat tinggi. Sebagian lagijustru berlari menuju laut atau sungai. Sebagian lagi yang tinggal di dekat sirine namun tidak dapat segera menyelamatkan diri menunggu dengan cemas kalau-kalau sirine tiba-tiba berbunyi. Yang pasti semua orang itu sedang mengkuatirkan akan terjadinya tsunami.

Di Jakarta, pada 10 detik menjelang menit ke-S setelah gempa BMKG telah berhasil menyebarkan informasi Peringatan Dini 1 (PD 1) yang berisi informasi tentang gempa yang berpotensi tsunami. lnformasi ini disebarkan ke institusiinstitusi antarmuka termasuk di antaranya adalah ke Pusdalops BPBA di Banda
37
Evaluasi Terhadap lnaTEWS.
narapan & Kenyataan Pada Perisdwa Gempabumi,

outer Rise.11 April 2012

Aceh melaluiWRS. Rekaman di alattersebut menunjukkan bahwa PD 1 itu rnasuk ke WRS yang ada di kantor Pusdalops BPBA. Tidak ada seorang petugas pun

di kantor itu saat itu. Bahkan menurut laporan beberapa orang, ruangan di mana semua peralatan perlngatan dini berada memang lebih sering terlihat sepi dan
terkunci. Akibatnya, informasi PD 1 yang masuk melalui WRS itu tidak ada yang menindaklanjutinya.

PD 1 juga berhasil ditayangkan oleh beberapa stasiun TV mulai menit ke-6.


Namun kepanikan seolah sudah tidak memberi kesempatan bagi orang-orang untuk memperhatikan itu semua. lnformasi PD 1 justru diterima oleh kantor RAPI Propinsi Aceh melalui komunikasi radio. Menurut Ketua RAPI, mereka seketika berusaha mengontak dan mengkoordinasikan anggotanya terutama yang sedang berposisi di dekat pantai untuk memantau keadaan air laut. Sementara anggotaanggota lainnya diminta untuk memantau keadaan dan membantu proses evakuasi yang dilakukan masyarakat. Tidak ada rekomendasi arahan evakuasi resmi dari pihak yang berwenang. Akhirnya RAPI menEambil inisiatif untuk memberikan arahan evakuasi dengan menghubungkan pesawat komunikasi pantauan
lapangan antar anggota RAPI ke stasiun-stasiun radio. Beberapa anggota RAPI kemudian juga menghubungkan komunikasi itu dengan pengeras suara yang ada di masjid-masjid sehingga masyarakat yang sedang melaksanakan evakuasi ikut mendengarkan hasil-hasil pantauan lapangan itu. BMKG Jakarta berusaha memantau proses estafet penyampaian PD 1 termasuk

upaya-upaya aktifasi sirine oleh Pusdalops di BPBA- Hingga menit ke-10 tidak ada tandatanda bahwa sirine yang ada di Banda Aceh diaktifasi oleh Pusdalops BPBA. BMKG kemudian memutuskan untuk mengaktifasi sirine-sirine di Banda Aceh itu dari Jakarta pada menit ke-10. Sayang entah oleh sebab apa, upaya ini gagal sehingga sirine tidak berbunyi. Sementara semakin banyak masyarakat yang sedang melakukan evakuasi terjebak di ruas-ruas jalan dan persimpangan yang mengalami kemacetan.
Pada menitke-19, seluruh jaringan listrik PLN mati. Kepala Field EnginerPLN yang

sedang bertugas memutuskan untuk mematikan sebelas jaringan yang masih hidup karena mempertimbangan kemungkinan-kemungklnan akan terjadinya kerusakan jaringan dan atau bencana lain akibat gempa-gempa susulan atau

Evaluasi Terhadap lnaTEWS. gaepan & Kenyataan

Pada Peristiwa 6empabumi, outer'Rise,11 April 2012

33

pun tsunami. Beberapa masjid kemudian menyalakan gen-sef untuk dapat terus mengumandangkan komunikasi radio dan pantauan lapangan dari para anggota RAPI melalui pengera$ suara masjid.
Teknisi PT. PSN (Pasific Satelit Nusantara) di BandaAceh berusaha menghubungi

kantor P$N Jakarta rnelaluitelepon seluler untuk melaporkan tidak berfungsinya sirine di Banda Aceh. Kepadatan lalu lintas komunikasi menyebabkan upaya itu sulit dilakukan. Baru pada sekitar pukul 16:43 WIB komunikasi itu berhasil dilakukan. Petugas PSN di Jaka(a menjelaskan kepada teknisi PSN di Banda Aceh bahwa kegagalan aktifasi sirine itu disebabkan oleh padatnya lalu lintas sinyal saat itu (congesf). Teknisi PSN itu kemudian bertanya apakah sirine perlu diaktifkan dan men-linta petunjuk cara mengaktifkannya. Terdengar di telepon diskusiantara petugas PSN di Jakarta tentang perlu tidaknya sirine diaktifasikan. Menurut petugas PSN di Jakarta sirine perlu dihidupkan secara manual di setiap lokasi sirine berada. Sirine terdekat dari posisi teknisi PSN saat itu adalah di Kantor Gubernur. Maka dengan bimbingan petugas PSN dari Jakarta melalui telepon, teknisl PSN mengaktifasi sirine itu sekitar pukul 16:48 WIB atau menit ke-70 setelah gempa. Kepala BPBAAceh berusaha untuk menuju kantor Pusdalops. Tidak jelas pada pukul berapa hal itu terjadi. Namun menurut laporan beberapa staf UNDP yang berkantor di dekat kantor Pusdalops, hingga sekitar 40 menit setelah gempa kantor Pudalops masih kosong. Rekaman yang ada di dalam komputer pendukung
aktifasi sirine di kantor Pusdalops menunjukkan bahwa ada upaya aktifasi sirinesirine yang ada di Banda Aceh dari kantor itu sebanyak dua kali yaitu pada pukul

17:09 WIB dan 17:12 WlB. Namun rekaman di dalam komputer ltu mencatat bahwa kedua upaya itu gagal dilakukan. Sementara itu petugas P$N yang telah berhasil mengaktifasi sirine di kantor gubernur kemudian bergerak ke sirine berikutnya menggunakan sepeda motor. Di tengah jalan dia ditelepon oleh petuga* P$N dari Jakarta yang menanyakan
keadaan dan apakah air laut surut. la menjawab bahwa ia sedang tidak berada di dekat laut sehingga tidak bisa melihat air laut. Namun ia sedang berada di

atas jembatan dan tidak melihat surutnya air sungai" Akhirnya petugas PSN Jakarta meminta teknisi itu untuk menyalakan lagi satu sirine yang terdekat dan memintanya untuk menyelamatkan diri setelah itu. Maka teknisi itu kemudian menuju sirine yang berada di Kahju. Pada pukul 17:2A WIB atau menit ke-101
1A JA
EvaluaSi Terhadap lnaTEWS . uarapan & Kenyataan
Pada Pe.jstiwa

empabumi, Outer-Rir, l:t Apri{ ?012

setelah gempa, sirine di Kahju berhasil diaktifasi secara manual. Pada pukul 17:43 WIB BMKG mengeluarkan informasi PD 1 untuk gempa kedua
ini yang memiliki besaran 8,1. Namun saat itu sebagian besar masyarakat sudah

mencapai ternpat-tempat yang mereka anggap aman dari jangkauan tsunami. Sebagian masyarakat masih dalam perjalanan untuk menyelamatkan diri atau baru memulai upaya evakuasi ketika gempa kedua ini terjadi. Pada pukul 19:45 WIB atau menit ke-237 dari gempabumi pertama, secara lisan kepala BMKG mengeluarkan pernyataan "all-cleaf'.

Runutan peristiwa terkait komunikasi rantai peringatan dini


ditampilkan pada Gambar 4.1.
: a*t k*6 {15'38}
B.rd. ffili

di Banda Aceh

Gernpa 8,5

r*de mrgFitu&

teriadi, 4 jdirqan PLtl di

Acdb

sckeli*a

i , , , I :

n*enrt

f+e 6$;rt4) *t?llgw nE iryecgk*n "s{o9-p$' . :*e*il k*-19 t15:S4

ktit{gt

Oini !. Frqpa 8,f skaJs

mry6"do.

: . , : . i I ,

: netlke*10{15:tt8}3trlKGmeigrktihsi3:TAEHSMKGJ*sgtg{d}PLl* r*ematikan sd{$uh JtrfEEn tis$ik. ,. ment ke ?fi {16:48}

lllihsi

drhe di lfthju

3#rt

ttanual dcb Stni$

P$},1

rnenilte-Sr (1709iupayad*ihisidrlenebbiPlsdabpsProp{Bi

Ar.h{gagd}.

',. :.
Gambar

r*itke-93(17:12)Upayaitlib3isifneft?dsldPusdalopsPro$*s,fGht$Sl).

i*"-*':X':;Tj,I,*.XX:,fff*'T,Lu*.,,,*,*,

4-l

Kronologi peristiwa sepanjang rentang waktu kdtis di Kota Banda Aceh

PADANG Padang berbeda dari BandaAceh. Guncangan gempa yang terjadi pada hari Rabu 11 April 2012 itu tidaklah terlalu keras. Meskipun semua orang yang ada didalam ruangan merasakan guncangan gempa itu, beberapa orang yang sedang berada di luar ruangan tidak merasakannya. Jaringan listrik PLN di Kota Padang juga

tetap menyala meskipun komunikasivia telepon seluler sulit dilakukan warga. Peringatan Dini 1 yang disebarkan oleh BMKG menjelang menit ke-S muncul di
Evaluasi Terbadap lnaTEWS . ttanpan & vsrytaan
Pada

Periltim Gspabumi

ouredi*,

11Apt$ ?012

35

beberapa stasiun televisi. Beberapa warga melakukan evakuasi setelah membaca tayangan itu yang berisi informasi bahwa gempa yang baru saja mereka rasakan

berpotensitsunami. lnformasi PD 1 itrir diterima Pusdalops kota Padang pada menit ke-10 melalui WRS. Pusdalops Propinsi Sumbar baru rnenerima PD 1 itu pada menit ke-13 melalui SMS. WRS yang ada di kantor Pusdalops Propinsi $umbar tidak berfungsi. Pemeriksaan yang dilakukan BMKG regional terhadap alat ini setelah gempa menunjukkan bahwa ketidakberfungsian alat ini disebabkan oleh kadaluwarsanya kartu telepon yang digunakan karena tidak pernah diisi ulang. Setelah menerima PD 1 melalui WRS, Kepala BPBD Kota Padang melakukan komunikasi dengan BMKG untuk rnenanyakan apakah BMKG akan mengaktifasi sirine di Kota Padang. Kepala BPBD mendapatkan konfirmasi bahwa BIMKG memang akan mengaktifasikan sirinenya. Kepala BPBD kemudian memutuskan untuk ikut mengaktifasikan 8 sirine Kota Padang setelah sirine BMKG terdengar.
Pada pukul 15:50 WIB atau menit ke-12 sirine BMKG yang berada di GOR Agus

Salim berhasil diaktifasi. Kepala BPBD Kota Padang kemudian ikut mengaktifasi sirine Kota Padang. Enam dari delapan sirine Kota Padang berhasil diaktifasi pada pukul 15:51 WIB atau menit ke-l3. Dua sirine tidak berbunyi.
Dua operator sedang berada di kantor Pusdalops Propinsi Sumbar ketika gempa terjadi. Perwira jaga saat itu sedang dalam perjalanan menuju kantor Pusdalops.

Petugas operator kemudian menerima informasi PD 1 melalui sms pada pukul 15:51 WIB atau di menit ke- '13. Koordinat yang tercantum dalam informasi PD 1 itu kemudian diplotkan ke dalam petayang ada di computer di kantor Pusdalops sehingga tidak berapa lama kemudian petugas operator dan penvira jaga mengetahui posisi pusat gempa. Mereka menyimpulkan bahwa pusat gempa berada di luar jalur subduksi dan tidak akan memicu tsunami. Menurut petugas operator saat itu, sebelumnya Kepala Pusdalops Propinsi Sumbar mengajarkan kepada semua operator tentang gempa-gempa di wilayah mana yang dapat atau tidak dapat memicu tsunami.

Namun dernikian mereka tidak berani mengambil keputusan tentang arahan evakuasi. Akhirnya mereka mencoba berkomunikasi dengan kepala Pusdalops via telepon untuk mendapatkan arahan tentang rekomendasi arahan apa yang harus diberikan. Menurut mereka kepala Pusdalops juga menyimpulkan bahwa gempa yang berpusat di luar jalur subduksi itu tidak berpotensi tsunami.
36
Evaluasi Terhadap lnaTEWS . xarapan & (enyataan
Pada Peristiwa

6empabumi, Ouier-Riee, :l'1 Apfli 2012

Sayangnya kesimpulan itu oleh operator dan perwira jaga tidak dikomunikasikan kepada siapa pun. Bahkan beberapa orang RAPI yang aktif memantau komunikasi radio mengatakan bahwa saat itu radio komunikasi Pusdalops sedang tidak dalam

kondisi aktif. Meskipun Pusdalops tidak mengeluarkan rekomendasi arahan evakuasisecdra resmi, beberapa orang yang berada disekitar Kepala Pusdalops
melaporkan bahwa Kepala Pusdalops mengkomunikasikan kesimpulan itu kepada beberapa orang pengambil keputusan di Padang dan Sumbar.

lnformasi Peringatan Dini 1 diterima oleh RRI Padang sehingga RRI kemudian memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat untuk waspada. Kepala Pelaksana BPBD PropinsiSumbarjuga menerima informasiPD 1 itu. la kemudian berinisiatif untuk menuju RRI Padang. Pada pukul 16:17 WIB atau menit ke39, melalui RRI Kepala pelaksana BPBD Sumbar memberikan arahan kepada masyarakat dengan himbauan agar masyarakat yang mengungsi berhati-hati dan yang tidak mengungsi tetap waspada. Saat program berita pukul 17:00 WIB disiarkan, walikota Padang juga sudah berada di RRI dan kemudian ikut
menenangkan dan memberi arahan kepada masyarakat. Runutan peristiwa terkait komunikasi rantai peringatan dini di Padang ditampilkan pada Gambar 4.2.
,-

flErl heo

fiS'381

krF

SF sllu magnihrb

teti*i,

!**ryan

Fl-H

8#lde

Acfi rrsii

*elt(a
Ef*a

: . ], I ' ., . :

,
:

$nEke.+ (lS:{i}} BIliKG ::lele$arln Ftsr*ttgffin Dhi


.. rne*t k+8 t15:tt4l

t.

;rbbgw mersya*gteffi f*optres$'

ingtal Diti

ggl*a

E$

a!fi,h#'

t. : ,' : ;:

r *En*te-Io{lt:4s}EMrGmeng*t{aisidedaiBlrKcJa*atitgro*}.

: : : t :

- r*4r,"-19{15:5f}PLHne4lrtitgrsrrunjelirgltistit

- n:*nl fe

?0 {16 4S}

. ' ,

- .:rer*t

h-91

Altlihtl :irlre di l&tdu ar tHtilel d.h h*?f3i Pgl.a (t? oel ilFla d$F8g $hirE rletsli Plsd& F$pinsi

A#eh

strd],

F*{ritks$}{17:12}Upryaa*tibisi&ernidrift{bl6FP:oF'i.rsiA*et{gq*q. . mnit l(-lot {1?:20} A$ifsi eiri}6 & l(dtiu !c.rd ril*rld #r iBknbi P*}l

rcnR*e-124{1?:63} : {senltke-*?{1345)
SIIKS r*engetuarlcan

grgngi4f

gemp3ke-z,8.r

$l

: El,lKG rrrest,aden , Fr4'gg1"pd4tsg.


erlee

&altnh?ez{*33*0i Pt-l qeflJale!*n seSagbaiafngilts#k

rglm
Gambar4.2 Kmnologi peristiwa sepanjang rentrang waKu kritis di Kota Padang

-,-

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . Hanpan & (enyataan

Pada

Pqistiw Gffpabumi, Outer-Ris,

Atnl 2o1z

37

Bab Lima

CERITA KEBERHASILAN & KEGAGALAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Peristiwa gempabumi Samudera lndonesia 11 April 2012 dapat dikategorikan sebagai sebuah kejadian langka dimana dua peristiwa gempabuml besar di atas magnitudc B di dua titik berbeda tapi berdekatan dalam rentang waktu kejadian yang sangat berdekatan. Gempabumi kedua yang dicatat oleh BMKG sebesar magnitudo B,B pada pukul 17:45 WIB bukan gempabumi susulan (aftershock) dari gempabumi pertama yang terjadi pada pukul 15.38 WlB. lrnplikasi dariterjadinya gempabumikedua iniadalah tidak dapat diberikannya informasi Peringatan Dini4 (berisi informasi tentang Pengakhiran tsunami) dari gempabumi pertama karena gempabumi kedua terjadi sesaat sebelum Peringatan Dini 4 itu dlkeluarkan oleh BMKG. Para pelaku dalam mata rantai peringatan dini tsunami maupun masyarakat tidak menyadari hal ini meskipun informasi itu tersebut tercantum dalam produk peringatan dini tsunami (PD 'l) kedua yang dikeluarkan BMKG pada pukul17.4B WlB. Berita gempa besar kedua ini pada umumnya dianggap
38
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
. Harapan

& Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer'Rise, 1l Aprit 2012

gempabumi susulan dengan besar yang berbeda.

Diseminasi Qeringatan 1 Dan 2 Dilakukan Secara Tepat Waktu

Pada gempabumi pertama dan kedua, penyebaran Peringatan Dini 1 dan 2 dilakukan secara tepat waktu yaitu beberapa detik sebelum menit kelima. Pencapaian BMKG yaitu kemampuan untuk menyampaikan PD 1 dan PD 2 ini
sangat konsisten dalam beberapa kejadian gempabumi yang berpotensi tsunami terakhiryaitu gempabumi Padang, 30 September2009 dan gempabumi Mentawai, 25 Oktober 2UA.

Menurut pengakuan BMKG, informasi PD 1 dan PD 2 disamping disampaikan kepada Pemerintah Daerah juga telah disebarkan kepada institusi-institusi antarmuka. Pengakuan ini belum terkonfirmasi dalam kajian ini. Jika pengakuan ini benar maka kemampuan menyampaikan PD 1 dan PD 2 dalam waktu kurang dari 5 menit setelah gempabumi ini sangat pantas diapresiasi.

Diseminasi Peringatan 3 Dan 4 Berhasil Dilakukan Sebagian


Peringatan Dini3 untuk gempabumipertama baru dihasilkan dan disebarkan lebih dariZ,Sjam setelah gempabumiitu atau sekitar satu jam setelah kejadian tsunami

di Sabang dan Meulaboh terdeteksi. Dilain pihak, BMKG dalam kebijakannya


memutuskan untuk mengakhiri peringatan tsunami sekurang-kurangnya 1,5 jam setelah gernpabumijika tidak menerima konfirmasi dari perangkat pemantau dan atau darisaksi mata tentang terjadinya tsunamiyang dipakaisebagaidasar untuk mengeluarkan peringatan dini 3. Oleh karena itu, jika tidak terjadi gempabumi kedua, maka besar kemungkinan, peringatan dini 4 untuk gempa Mag:8.5 yang terjadi pukul '15:38:29 WIB akan dikeluarkan sebelum menerima peringatan

dini 3 (yang diterima lebih dari 2,5 jam setelah gempabumi).Untuk kejadian dua kali gempabumi ini, BMKG hanya mengeluarkan dan menyebarkanperingatan dini 4 untuk kejadian gempabumi kedua, sementara peringatan dini 3 untuk gempabumikedua tidak dikeluarkan.

Menurut BMKG belum ada SOP untuk kejadian yang tidak biasa ini, yaitu
terjadinya sebuah gempabumi besar yang diikuti oleh sebuah gempabumi besar
Evaluasi Tefhadap lnaTEWS,
Harapan & Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi,

outer

Rise, 11 Apral 2012

?q

lainnya pada waktu yang tidak terlalu lama. Pembuatan SOP ini perlu segera dilakukan bukan saja karena alasan kasus gempabumi 11 April 2012 tapi juga untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan kejadian lain. Misalnya jika ada sebuah gempabumi besar yang diikuti oleh gempabumi-gempabumi susulan dengan magnitudo di atas 6,5.

Mekanisme Konfirmasi (Feed-Backl Penerimaan Peringatan Tidak


Dirancang
Tidak terdapat mekanisme konfirmasi yang dirancang untuk mengetahui bahwa seluruh informasi peringatan dini yang telah terkonfirmasi terkirim dari kantor
BMKG juga terkonfirmasi diterima para pengguna melalui berbagai peralatan dan

tepat waktu. Mekanisme ini perlu dibuat untuk memantau bekerja atau tidaknya perangkat-perangkat yang digunakan untuk keperluan itu. Mekanisme ini juga akan sangat berguna untuk mengevaluasi efektivitas sistem secara periodik.

Gangguan Pada Peralatan Pemantau Gejala Alam


Pada kasus gempabumi Samudera lndia
11

April 2A12, alat pemantau perubahan

muka laut, buoy, tidak ada yang berfungsi sama sekali. lni mengakibatkan PD 3 tidak dapat dikeluarkan oleh BMKG tepat pada waktunya yaitu sebelum
gelombang tsunami mencapai pantai. PD 3 ini sangat penting mengingat tingkat kepercayaan masyarakat kepada sistem ini akan terbentuk dengan lebih baik jika PD 3 dapat dikeluarkan berdasarkan data dari buoy.

Pada kasus gempabumi Samudera lndia 11 April 2012, PD 3 dikeluarkan berdasarkan perolehan konfirmasi te$adinya tsunami dari alat tide gauge. Jika pengeluaran PD 3 didasarkan kepada konfirmasi telah terjadinya tsunami dari
peralatan tide gauge maka golden time atau lead time yang dihasilkan dari sistem peringatan dini ini akan lebih pendek lagi. Apalagi tide gauge yang terpasang

selama ini tidak mampu memantau posisi muka laut secara real-time sehingga konfirmasitentang terjadinya tsunamiyang didasarkan kepada pantauan alattide gauge akan selalu memiliki jeda waktu.

4A

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . ranpan &

Kenyataan Pada Pedstiwa Gempabumi,

ourer-lire, 1x April 2ox2

Gangguan Pada Peralatan Penyebaran lnformasi Peringatan Dini


WRS menjadi moda utama pengiriman informasiperingatan dinidan terbukti paling

cepat dalam menyampaikan peringatan dini dengan isi pesan paling lengkap. Peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG (Peringatan Dini 1-4) tidak diterima secara komplit oleh para pengguna karena berbagai kendala teknis komunikasi, misalnya perangkat WRS yang sudah terpasang ternyata kurang berfungsi dengan baik di beberapa tempat, tidak tersedianya cadangan sumberdaya listrik menghentikan proses penerimaan informasi peringatan dini, informasiperingatan dini melalui moda faksimili tidak diterima, SM$ terlambat diterima; rnaupun kendala non teknis seperti alamat email dan atau nomor telepon genggam resmi lembaga belum didaftarkan ke BMKG, pesan email dan atau SMS diterima di alamat dan nomor telepon pribadi, emailtidak dibuka, dan lain sebagainya. $itus jejaring BMKG yang berfungsi sebagai salah satu sumber informasi peringatan dini pada tanggal 11 April 2A12 mengalami hambatan dikarenakan jumlah pengunjung yang berusaha mengakses situs itu menlngkat dengan drastis dan menyebabkan "crash" {informasi dari BMKG pada waktu tersebut situs BIVKG 400.000 kunjungan).

Di beberapa daerah -peralatan pendukung aktifasi sirine mengalami gangguan fiaringan sibuk, jaringan listrik PLN padam, baterei cadangan pendukung listrik
tidakada atau tidakterisitenaga). lnimengakibatkan sirine itu tidakdapatdiaktifasi dari Pusat (NTWC) oleh BMKG.

Aktifasi Sirine Oleh BMKG


Sirene-sirene yang dinyalakan secara terpusat oleh BMKG, bukan oleh pemerintah daerah menimbulkan kebingungan di daerah, karena rupanya sejak awal BMKG belum melakukan sosialisasi kebijakan mereka menyangkut persyaratan aktifasi sirine dari pusat (NTWC). Persyaratan itu adalah untuk gempabumidengan magnitudo diatas 8 dan jika dalam 10 menit pemerintah daerah tidak menyalakan sirene sebagai perintah evakuasi, maka BMKG akan mengambil alih pengaktifasian sirine itu dari pusat. Disamping sosialisasi itu, BMKG perlu memikirkan untuk membuat perubahan aturan dasar menyangkut

Evaluasi Terhadap lnaTEWS.

riarapan & (enyataan Pada Peristiwa Gerpabumi, outer-Rise,

Ll April

2012

41

pemberian arahan evakuasi. Dalam aturan dasar itu, wewenang arahan evakuasi diserahkan kepada pemerintah daerah. Jika aturan itu tidak diubah maka tindakan

dengan masud baik oleh BMKG itu akan dianggap melanggar hukum oleh pihakpihak yang merasa dirugikan oleh tindakan BNPB itu.

PEMERINTAH DAERAH

Kisah gempabumi Samudera lndia 11 April 2012 boleh dikatakan sebagai kisah yang sebagian besar menggambarkan kegagalan Pemerintah Daerah dalam menjalankan kewajibannya untuk memberikan arahan evakuasi kepada
masyarakat yang terancam tsunami. Kisah ini sebenarnya bukan yang pertama. Sebelumnya pada peristiwa gempabumi Padang, 30 September 2009 dan gempabumi Mentawai, 25 Oktober 2010 hal yang sama juga terjadi (lihat Hoppe & Mahadika,2011 dan Yulianto et al., 2011) Peristiwa gempabumi Samudera lndonesia 1 1 April 2012 adalah gempabumi yang terjadi akibat pergerakan sesar atau patahan yang berada diwilayah Bumbungan Luar (Oufer-Rise). Wilayah Bumbungan Luar adalah wilayah tepian palung pada

. sisi lempeng samudera. Pada wilayah lempeng samudera, pergerakan sesarnya


umumnya adalah horizontal atau setidaknya dominan horisontal. Sesar di bawah laut yang bergerak horizontal sempurna memang tidak akan memicu tsunami. Namun demikian tidak semua gempabumi di wilayah Bumbungan Luar ini dipicu oleh pergerakan sesar yang berarah horizontal. Dalam catatan sejarah, beberapa tsunami besardipicu oleh pergerakan sesar berarah vertikal diwilayah. Contohnya adalah gempabumi Sumba, 19 Agustus 1977 . Gempabumi ini memiliki magnitudo
Mw. 8,3 membangkitkan tsunami setinggi 12 meter di Pulau Sumba dan 5 hingga

8 meter di Pulau Sumbawa. Beberapa contoh gempabumi Bumbungan Luar lainnya yang memicu tsunami adalah gempabumi Sanriku 1933 (Mw. 8,6),
gempabumi Samoa 29 September 2009 (Mag. 8,1). Gempabumi Sanriku memicu tsunami dan merenggut korban jiwa sebanyak 3000 orang. Catatan sejarah tentang gempabumi Bumbungan Luar yang memicu tsunami itu menunjukkan, menarik kesimpulan bahwa sebuah gempabumitidak akan memicu tsunamitidak dapat hanya di dasarkan kepada lokasi pusat gempabuminya saja. Pada kasus gempabumi Samudera lndonesia 11 April 2A12 ini, kesimpulan yang diambil oleh operator dan penruira jaga di Pusdalops Sumatera Barat dan Kepala
42
Evaluasi Terhadap lnaTEWS.
garapan & Kenyataan Pada peristiwa Gempabumi, outer-Rise,11 April 2012

Pusdalops Sumatera Barat bahwa gempabumi bumi itu tidak mernicu tsunami boleh dikatakan sangat gegabah. Kalau pada saat itu tsunami tidak melanda maka itu hanya sebuah kebetulan semata-mata karena faktanya tsunami kecil terjadi dan teramati di Sabang dan Meulaboh.
Tidak adanya operator dan perwira jaga di kantor Pusdalops PropinsiAceh pada saat gempabumi Samudera lndia terjadi mengindikasikan perlunya pembenahan menyeluruh dalam pola manajemen Pusdalops. Baik diAceh maupun di banyak

daerah lain sebagian besar staf operator Pusdalops bekerja dengan basis kontrak. Apa yang terjadi di Pusdalops Propinsi Aceh rnemunculkan keraguan
atas komitmen staf operator yang dipekerjakan dengan basis kontrak itu.
Baik di PropinsiAceh, Sumatera Barat, Kota Banda Aceh maupun Kota Padang, Pusdalops belum melibatkan para pihak yang berpotensi rnembantu operasi

Pusdalops yang bersifat sepanjang waktu (2417). Para pihak itu adalah POLRI, TNl, PMl, RAPI, oRfRl dan sebagainya. Meskipun Pusdalops Kota padang dan Propinsi Sumatera Barat mengaku telah sering melibatkan para pihak itu dalam rapat koordinasi, mereka belum dilibatkan secara aktif sebagai bagian dari Pusdalops. Keterlibatan mereka bahkan cenderung bersifat perorangandan bukan institusional. Pada kasus gempabumi Samudera lndia, 'll April 2012,di Kota Banda Aceh, RAPI telah memainkan peran yang signifikan ketika Pemerintah Daerah tidak mampu melakukannya baik dalam menyebarkan informasi peringatan dini maupun dalam memberikan arahan evakuasi kepada masyarakat. RAPI juga cukup berperan pada peristiwa gempabumi ini di Kota Padang. Kisah kegagalan lain dan merupakan perulangan dari kisah kegagalan serupa yang terjadisebelumnya adalah kegagalan Pusdalops Propinsidalam memberikan arahan evakuasi kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten/Kota. lni melahirkan ide tentang perlunya pemikiran untuk lebih menguatkan peran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam lnaTEWS. lde ini juga dilandaskan kepada pemikiran bahwa ada wilayah KabupatenlKota yang berada di wilayah ancaman tsunami sementara ibukota propinsinya justru tidak berada di wilayah ancaman tsunami. Pada situasi demikian, jika muncul ancaman tsunami maka "sense of cnsis' Pusdalops Propinsi akan lebih rendah daripada Pusdalops Kabupaten Kota. Disamping itu, penguatan peran Pusdalops Kabupaten/Kota juga akan memangkas rantai birokrasi dalam penyampaian informasi peringatan dinidan arahan evakuasi. lni akan berkonsekuensiterhadap penambahan rentang
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
. Harapan

& Kenyataan pada perirtiwa Gempabumi, Outer-Rise, 11 Aoril

t01a

43

waktu golden time yang dimiliki oleh rnasyarakat untuk menyelamatkan diri.

IN$TITUSIANTAR MUKA

Dalam peristiwa gempabumi Samudera lndia ini, tidak semua institusi-institusi antarmuka yang telah ditetapkan sebagaimata rantai pendukung baik di dalam penyebaran informasi peringatan dini maupun arahan evakuasitelah ikut berfungsi sesuai dengan perannya. Di Kota Banda Aceh misalnya, rantai pendukung
seharusnya dapat menggantikan rantai utama yang mengalami kegagalan dalam penyebaran informasi peringatan dini tsunami. Hal ini ternyata tidak terjadi. lni

menegaskan kembali perlunya pelibatan institusi-institusi antarmuka ini secara aktif atau sebagai bagian dalam Pusdalops.
Media elektronik baik stasiun televisi maupun radio telah terbukti perannya yang signifikan dalam penyebaran informasi peringatan dini dan arahan evakuasi.

Namun masih ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk leblh memperkuat peran media di masa mendatang. Secara ringkas, permasalahan-permasalahan yang perlu dibenahi menyangkut penguatan peran media dalam lnaTEWS dicantumkan di dalam Tabel 5.1 dan 5.2.

44

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . xarapan & Kenyataan

Pada perishwa

cempabumi, Outer-Rjse, t 1 April l01a

Tabel5.1 Permasalahan*errnaslahan didalam penerimaan Pesan Peringatan Dini oleh media


elektronik.

Moda penedmaan pedngatan {ini oleh Media masih terbatas pada WRS dan SMS

Moda komunikasiWR5 dan


5M5 adalah moda yang

PenempaanW$ dikantor
media (MCRdan lGntor Bedta) ksan pedngatan dini melalui SMS ditedma melalui telepon genggam personil, bukan nomor rcsmi
Pesan

efektif dan cepat namun isi pesan singkat dan terbatas Moda komunikasiemail

tidak/belum efektif dimanfaatkan


Alamat email resmi media televisi belum didaftarkan keBMKG

Nomortelepon genggam instansi belum didaftarkan


keBMKG

pringatan dini

melalui emaildan fax tidak diterirna / belum dimanfaatkan. Website BMKG mengalami hambatan karena 'Gash'

Penguatan perangkat komunikasi antara BMKG dengan Media, baik melalui WRS, 5M5, maupun email Pendaftann ulang dari nomor telepon genggam resmi dan alamat email resmi dari media tbaikdi ruang Masfer Contral Room- MCR, maupun dikantor berita media - News Center) Ujicoba komunikasi paling tidak I kalidalam sebulan. Uji coba kesiapan paling tidak 3 kali dalam setahun untuk menguji kesiapan semua pihak dalam menerima peringatan dini. Dipertimbangkan moda komunikasi lain seperti Bl ackbe rry Messenger (B BM ): Adanya group BBM media dengan BMKG dan BNPB

. .

Adanyapenyebaran peringatan dini melalui BBM


fbroadcasf sysfem) dengan

mendaftarkan no Pin dari Media dan juga pihakterkait yang berkepentingan. leningkatkan peranlfungsi moda komunikasi sosial lain seperti

facebookdan twitter
Moda komunikasiWRS juga perlu untuktelevisi dan radio daerah.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

ttarapatr & Ksyataan

Fda Peristim Gemp"bumi, outer-Rise, 11 April

2012

45

Tabel 5"2 Permasalahan-permasalahan di dalam penyiaran dan pemberitaan peringatan dini tsunamioleh media.

Prosedur penyiaran

peringatan dini tsunami Pemahaman produk peringatan dini yang masih


terbatas.

Media telah berhasil menyiarkan infiormasi peringatan dini 1 ini dalam

Memberikan apresiasi pada media yang telah menyia*an

waktu6-Smenitsetelah
gempa

tl -

7 menit setelah

lidak seragamnya cara


penayangan peringatan dini (Gambar, Durasi, Suara, dan penempatan logo). Penantauan pelakanaan penyiaran penyiaran peringatan dini oleh Media belum ada

BMKG mengeluarkan

peringatan dini tL untuk

gempa kedua tidaksemua


media tv manayangkan Stop
Press

peringatan dini tsunami secara cepat Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi media terkait dengan produk perinEatan dini tsunami.
Dibuat kesepakatan, panduan, dan peraturan

Media belum mengetahui dan/atau mengerti isi dan makna peringatan dini

terkait dengan
penyeragaman penayangan

peringatan dini tsunami


Kerjasama dengan Komisi Penyiaran lndonesia
(KPl) untuk melakukan

tsunami 1 -4 mempengaruhi pola pengembangan berita


Media merasa kurang mendapatkan informasi {berita dan gambar) pada masa-masa peringatan dini

tsunami

pemantauan dan pembinaan dalam penayangan peringatan dini tsunami sesuai dengan peraturan yang berlaku KEMENKOMINFO bersama KPI mempertegas Peraturan

Menkominfo No.2O/P/M.
KOMINFO/2006 & PP Rl No. 50 2006 dengan sanksi dan

pengawasannya

RESPON MASYARAKAT Kesalahpa haman lllasyarakat Tentang lnformasi Peringatan Di n i

Reaksi spontan masyarakat terhadap guncangan gempabumi 11 April 2412 baik di Banda Aceh maupun Padang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah masyarakat yang langsung melakukan evakuasi sesaat setelah gempabumi karena kekuatiran gempabumi akan memicu tsunami. Kelompok kedua adalah masyarakat yang merasa perlu memastikan tanda-tanda teriadinya tsunami sebelum kemudian memutuskan perlu tidaknya melakukan evakuasi.

46

Evaluasi Terhadap lnaTEWS. Hanpm &

Kenydtaan Pada

lKimGeBpahmi, outs-Ri*, 11Agil 2012

Baik kelompok pertama maupun kedua sudah memahami bahwa gempabumi besardapat memicu tsunami. Narnun ketika menjawab pertanyaan tentang ciri-ciri gempabumi besar yang dapat mernicu tsunami, kedua kelompok itu mernberikan gambaran serupa yaitu gempabumi yang guncangannya sangat kuat. Ketika ditanya apa*ah mereka akan melakukan evakuasi atau memastikan terjadinya tsunami sebelum memutuskan perlunya evakuasi jika merasakan guncangan gempabumi yang lebih lemah dari guncangan gempabumi ll April 2012, mereka menjawab "tidak". Ketika pertanyaan itu diulangi dengan menekankan bahwa meskipun guncangannya lemah namun guncangan itu cukup lama lebih darisatu menit, mereka tetap menjawab "tidak". DiAceh masyarakat menggunakan kuatnya guncangan gernpabumi tahun 2004 sebagai referensi untuk sebuah gempabumi yang mungkin mernicu tsunami sedangkan di Padang referensi masyarakat adalah gempabumi tahun 2009. Guncangan gempabun'ri 11 April 2012 menurut mereka sudah mendekati kedua referensi itu sehingga mereka berpikir bahwa gempabumi itu mungkin memicu tsunami. Pemahaman masyarakat Padang tentang ciri-ciri gempabumi kuat dan
referensinya itu sama dengan pemahaman masyarakat Pulau Pagai Selatan dan

Utara sesaat sebelum mereka mengalami gempabumi dan tsunami 25 Oktober 2010 (lihat Yulianto et al., 2011 ).
Pemahaman masyarakat tentang ciri gempabumi kuat di atas disarnping karena pengalaman, kemungkinan besar juga karena kesalahan materi intervensi yang

diberikan melalui media atau secara langsung oleh berbagai pihak di dalam kegiatan-kegiatan pendidikan pengurangan risiko bencana. Sampai saat ini dalam sebagian besar materi-rnateri cetak baik pamflet, buku rnaupun VCDI DVD menyebutkan bahwa ciri gempabumi besar adalah gernpabumi yang guncangannya membuat orang terjatuh atau sulit berdiri. $angat sedikit materi yang menyebutkan bahwa ciri gempabumi besar bukan sernata-rnata kuatnya guncangan namun yang lebih penting adalah lamanya guncangan. Dalam materi-materi itu tidak belurn diperkenalkan fenomena tsunami eartttquake alau slaw earthquake yaitu gejala gempabumi besar yang mannpu memicu tsunami, menimbulkan guncangan yang lemah (kadang-kadang bahkan tidak terasa) namun cukup lama yaitu di atas satu menit.

Eva

luasi Terhadap lnaTEWS

- narap6n

& Kenl'ataan pada peristiwa Gempab!mi, Outer-Rise,

ll

Aprit 20].2

47

Dalam materi-materi pendidikan pengurangan risiko bencana yang saat ini beredar

di masyarakat juga tidak menyebutkan fenomena skenario terburuk berkaitan


dengan ancaman tsunami. Beberapa dari skenario itu adalah bahwa tsunami boleh jadi terpicu oleh longsoran bawah laut yang diakibatkan oleh guncangan
gempabumi di bawah skala magnitudo 6 (misalnya tsunami Majene tahun 1969), dan bahwa tsunami di pantai barat Sumatera bisa bersumber dari gerakan sesar

di hawah laut yang berposisi lebih dekat ke Pulau Sumatera sehingga hanya
memberikan "tsunami lead-time" 1A-15 menit dan bukan 30 rnenit.

Tindakan masyarakat yang ingin memastikan terjadinya tanda-tanda tsunarni sebelum memutuskan perlu tidaknya evakuasi juga menjadi tanda adanya kesalahpahaman tentang saat yang tepat untuk melakukan evakuasi. Dalam banyak materi cetak tentang kesiapsiagaan menghadapi tsunami memang disebutkan tanda-tanda terjadinya tsunamiseperti surutnya air laut, garis hitam di cakrawala, suara ledakan seperti bom atau suara menderu seperti pesawat dan bau garam rnenyengat. Namun sebagian besar materi-materi itu memang tidak
menekankan atau sekedar menyebutkan bahwa evakuasi harus segera dilakukan ketika sebuah gernpabumi besar terjadi. Dalam kebanyakan materi-materi itu juga tidak disebutkan secara tegas bahwa pada banyak kasus tsunami, evakuasiyang dilakukan setelah terlihat atau terjadinya salah satu dari tanda-tanda tsunami itu umumnya sudah sangat terlambat sehingga mereka yang melakukannya hampir selalu menjadi korban tsunami.

Disamping tentang peringatan dini alami di atas, kesalahpahaman masyarakat juga terjadi berkaitan dengan teknologi peringatan dini yaitu sirine. Ada dua kesalahpamaham terkait sirine yaitu tentang mekanisme aktifasi sidne dan tentang makna bunyi sirine. Keduanya berkaitan dan rnenjadi pangkal permasalahan evakuasi pada kasus gempabumi 11 April 1A12.

Seluruh masyarakat dan sebagian besar aparat di Banda Aceh dan Padang mengira bahwa sirine-sirine tsunami akan berbunyi secara otomatis yaitu ketika tsunami terjadi. Beberapa orang mengira bahwa sirine itu memiliki sensor sehingga ketika sensor itu tersentuh gelombang tsunami rnaka sirine secara
otomatis akan berbunyi. Tidak ada masyarakat yang mengetahui bahwa sirine itu berbunyi karena ada petugas yang mengaktifasikannya. Tidak ada masyarakat

yang mengetahui bahwa bunyi sirine bukan penanda terjadinya tsunami.Tidak ada masyarakat yun6l*"ngetahui bahwa bunyi sirine hanyalah tanda bagi
48
Evaluasi Terhadap lnaTEWS . nampan &
Kenyataan Fada Perlsriwa Gemtabumt, ourer-Rise, 11 Aprtl 2012

masyarakat untuk melakukan atau melanjutkan evakuasi karena gempabumi itu berpeluang untuk memicu tsunami.
Sebagai akibat kesalahpahaman itu masyarakat di Banda Aceh maupun Padang baik yang sgdang melakukan evakuasi maupun yang tidak menjadi panik atau

bertambah kepanikannya. Masyarakat yang semula tidak melakukan evakuasi karena yakin bahwa tsunami tidak terjadi menjadi panik dan ikut melakukan evakuasi secepatnya. Masyarakat yang sedang melakukan evakuasi bertambah kepanikannya ketika mendengar sirine. Kemacetan lalu lintas menjadi semakin parah dan beberapa kecelakaan lalu lintas terjadi.
Kebanyakan aparat dan lebih-lebih masyarakat juga tidak memahami makna kodekode dalam informasi peringatan dini resmi dari pemerintah misalnya Peringatan

Dini 1 , 2, 3, dan 4. Masyarakat boleh jadi tidak terlalu perlu memahami makna kode-kode itu namun aparat terutama yang terkait dengan pengurangan risiko bencana seharusnya memahaminya. Apalagi BMKG sering menggunakan kodekode itu dalam penjelasannya kepada masyarakat.
Kesalahpahaman masyarakattentang peringatan dinitsunami alami menunjukkan bahwa sesungguhnya pendidikan dan intervensiyang sudah dilakukan selama ini

sesungguhnya efektif. Namun masih adanya ketidaklengkapan dan kesalahankesalahan materi yang disampaikan kepada masyarakat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman itu. Sedangkan kesalahpahaman masyarakat terkait sirine dan kode-kode peringatan dini resmi pemerintah lebih disebabkan tidak adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang itu. Selama ini sosialisasitentang hal itu lebih ditujukan kepada aparat pemerintah.

Kesalahpahaman Masyarakat Tentang Strategi Evakuasi


Hingga sekitar menit ke-60 setelah gempabumi 11 April 2012, banyak ruas jalan dan persimpangan di Kota Banda Aceh yang terendam tsunami pada tahun 2004 masih dipadati oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan dalam melakukan

evakuasi. Hal serupa terjadi di kota Padang yaitu hingga menit ke-60 setelah gempabumi, banyak ruas jalan dan persimpangan yang berada 0 hingga 2 km dari pantai masih dipadati kendaraan. Jika tsunami serupa dengan tsunami 2004

Evaluasi Terhadap InaTEWS

. Harapan

& Kenyataan Pada Peristiwa cempabumi, outerRise, 11 April 2012

49

melanda Kota Padang dan Banda Aceh niscaya korbannya masih akan sangat
besar.

Kemacetan lalu lintas di Banda Aceh dan Padang disebabkan oleh dua hal. Hal pertama adalah banyaknya masyarakat yang melakukan evakuasi dengan menggunakan kendaraan. Hal kedua adalah arah evakuasi yang mengerucut pada satu atau dua tujuan saja. Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan dalam melakukan evakuasi karena beberapa alasan. Pertama, masyarakat ingin menyelamatkan diri dengan menuju tempat yang lebih tinggidan aman yang berada di luar jangkauan tsunami. Menurut persepsi masyarakat Banda Aceh dan Padang, tempat aman di kedua kota tersebut berada pada jarak yang terlalu jauh untuk dicapai sesegera mungkin

tanpa kendaraan. Mereka berpikir bahwa dengan menggunakan kendaraan,


mereka akan dapat mencapai tempat itu dengan cepat.
Kedua, masyarakat cenderung ingin memastikan bahwa seluruh anggota keluarga

mereka berada pada posisi aman. Salah satu cara untuk memastikan hal itu adalah dengan melakukan evakuasi bersama-sama seluruh anggota keluarga. Karena di saat kejadian banyak keluarga yang posisi anggota keluarganya terpisah-pisah sementara sebelumnya mereka tidak pernah membuat rencana yang disetujui sebagai titik pertemuan keluarga (meeting point) maka banyak orang yang berusaha mengumpulkan keluarganya dahulu sebelum melakukan
evakuasi bersama-sama. Untuk mengumpulkan anggota keluarga, banyak orang yang harus berkendaraan melawan arus lalu lintas kendaraan dan orang-orang

yang melakukan evakuasi. lni menjadi salah satu faktor yang memperparah
kemacetan lalu lintas.

Ketiga, bagi banyak orang yang tinggal di perkotaan, kendaraan disamping menyangkut prestise, adalah investasi atau simpanan berharga yang harus diupayakan untuk diselamatkan sebisa mungkin. Simpanan ini diharapkan dapat dimanfaatkan jika berada dalam keadaan darurat. Hal ini secara psikologis serupa dengan pemikiran para petani di lereng Gunung Merapi yang tidak mau mengungsi jika sapi-sapinya tidak diungsikan bersamanya.
Keempat, waktu kejadian gempabumi 11 April 2A12 adalah sesaat menjelang puncak kepadatan lalu lintas jam pulang kerja. Jalanan sudah mulai padat

50

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Harapan

& Ken)"raan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise, 11 April 2012

kendaraan. Banyak orang yang telah bersiap pulang menggunakan kendaraannya atau sudah berada dalam perjalanan pulang.

Dalam keadaan jalanan penuh dengan kendaraan, baik di Banda Aceh maupun di Fadang persepsi tempat aman rnengerucut ke satu tempat. Bagi masyarakat BandaAceh, tempat aman adalah arah menuju Bundaran Lambaro dan kemudian menuju Medan. Bagi masyarakat Padang, tempat aman adalah arah menuju lndarung. Akibatnya, sebagian besar kendaraan mengarah ke tempat itu. lnilah penyebab utama kemacetan. Apalagi, baik di Padang maupun Banda Aceh, rambu-rambu penunjuk arah evakuasi sangat sulit dijumpai.Apalagi pada jalanjalan di luar lingkungan pantai. Kalau pun ada, rambu-rambu tadi berukuran kecil
sehingga kurang jelas.

Kondisi ini jelas merupakan ironi. Kota Banda Aceh dan Padang adalah dua dari tiga kota (kota ketiga adalah Yogyakarta) yang pernah mengalami bencana dan sekaligus banyak mendapatkan intervensi pengurangan risiko bencana dari pemerintah dan LSM. Kedua kota itu dan terutama Padang seolah-olah sudah dipersepsikan sebagai kota yang paling siap menghadapi bencana tsunami dl lndonesia. Gempabumi 11 April 2A12 membuka mata semua orang bahwa persepsiitu eenderung salah. Jika Padang dan BandaAceh saja jauh dari kondisi siap menghadapi tsunami, bagaimana dengan kota-kota lainnya yang tidak atau hanya sedikit rnendapatkan intervensi pengurangan risiko bencana ?

STRUKTUR ORGANISASI, SOP DAN KEMANDIRIAN PUSDAI.OPS Permasalahan yang paling jelas yang menghambat keberfungsian Pusdalops dalam memberikan rekomendasi arahan evakuasi adalah keanggotaannya yang eksklusif (tidak lintas institusi). lni terlihat di Pusdalops Propinsi Aceh dimana staf Pusdalops hanya berasal dari BPBD Propinsi. Pusdalops memerlukan keberadaan staf yang melakukan pengawasan (monitoring) setiap saat tanpa henti. Untuk keperluan itu mau tidak mau harus ada pemberlakuan sistem gilirjaga (shift). Pada sisi lain, peraturan pegawai negeri di lndonesia secara umum dan kebiasaan yang telah berlaku selama inijelas tidak memungkinkan perberlakuan sistem gilir jaga ini. Mungkin inilah yang menjadi alasan mengapa para staf Pusdalops yang bertanggung jawab terhadap Sistem Peringatan Dini Tsunami hampir semuanya adalah pegawai kontrak. Status pegawai ini tentunya sangat
Evaluasi Terhadap lnaTEWS . nanpan
& Keoyataan pada perisriwa Gempabumi, Ourer-Rise, 11 Ap.il

2012

bertentangan dengan tanggung jawabnya yang sangat besar yang berkaitan dengan upaya penyelamatan jiwa ribuan bahkan jutaan masyarakat.
Akibatnya jelas, kantor Pusdalops PropinsiAceh justru lebih sering terlihat kosong tanpa aktivitas sama sekali. Wajar saja jika Peringatan Dini 1 yang sebenarnya

diterima oleh alat WRS di Kantor Pusdalops Propinsi Aceh dari BMKG Jakarta tidak ditindaklanjuti oleh siapa pun karena di kantor Pusdalops saat itu tidak ada satu pun petugas jaga. lnstitusi yang memiliki sistem gilir jaga 2417 adalah TNI dan POLRI. Sayangnya Pusdalops Propinsi Aceh tidak melibatkan TNI dan POLRI sebagai bagian dari anggotanya. Dalam Sistem Peringatan Dini di Aceh, TNI dan POLRI berposisi sebagai rantai pendukung penyampaian inforrnasi peringatan dini tsunami dari pusat ke daerah. Dengan demikian, sekalipun TNI dan POLRI mengetahui informasi peringatan dini itu, mereka tidak mempunyai kewenangan apa pun atau keharusan untuk menggunakan informasi itu sebagai dasar untuk memberikan arahan evakuasi. Pusdalops Propinsi Sumatera Barat meskipun menyatakan sudah memasukkan anggota dari unsur TNl, POLRI dan beberapa institusi lainnya, komitmen keterlibatan anggota-anggota tersebut bersifat personal bukan resmi institusional. TNI dan POLRI menyatakan iiOat pernah diajak berkoordinasi atau dimintai komitmennya untuk terlibat secara resmi dalam Pusdalops. Pada kondisi
demikian maka TNI dan POLRI sebagai institusitetap tidak memiliki kewenangan dalam memberikan arahan evakuasi atau menggunakan informasi peringatan

dini untuk memberikan arahan evakuasi. Peran TNI dan POLRI dalam rantai peringatan dini tsunami di Sumatera Barat masih terbatas sebagai pendukung dalam penyampaian informasi peringatan dini dari BMKG Jakarta ke Pudalops
Propinsi. Permasalahan lain yang juga menjadi harnbatan dalanr keberfungsian Pusdalops

adalah ketiadaan Prosedur Tetap (SOP). Permasalahan ini jelas terlihat di Pusdalops Propinsi $umatera Barat. Meskipun Kepala Pusdalops menyatakan
bahwa institusinya sudah memiliki Protap, kenyataannya Protap yang dimaksud tidak lebih dari sebuah pedoman umum. lni terbukti ketika gempa 11 April 2A12
terjadi, satgas Pusdalops di Pusat Krisis tidak mampu secara mandirimenentukan rekomendasi arahan evakuasi. Petugas operator dan penrvira jaga yang ada di
52
Evaiuasi Terhadap lnaTEWS . larapan &

Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise,

11.

April 2012

Pusat Krisis hanya mampu memplot ke dalam peta posisi koordinat pusat gempa.

Untuk menentukan rekomendasi arahan evakuasi, mereka harus berkonsultasi dengan Kepala Pusdalops yang sedang berada di luar kota. Dari kasus inijelas sekali pentingnya Protap (yang sangat terperinci) bagi Pusdalops. Jika Protap yang terperinli ini ada maka siapa pun yang sedang berada pada posisi petugas
operator dan Perwira Jaga di Pusdalops akan mampu menentukan rekomendasi arahan evakuasi.

Birokrasi Rantai Peringatan Dini


Sirine

&

Permasalahan Wewenang Aktifasi

Seperti kita ketahui bersama bahwa filosofi dari peringatan dini adalah tersedianya waktu yang cukup (golden time) untuk menyelamatkan diri bagi warga di lokasi

bencana. Mengingat tsunami

di lndonesia bersifat lokal (near-field tsunami),

rentang golden time ini secara umum sangat pendek berkisar antara 10-60 menit.

Pada kasus Sumatera, kisaran golden time ini bahkan kurang dari 30 menit. Galden timeyang pendek initentunya akan semakin berkurang jika penyampaian informasi peringatan dini dan arahan evakuasinya harus melalui rantai birokrasi yang berbelit dan pan'jang.
Pada Sistem Peringatan Dini saat ini, informasi peringatan diniakan disampaikan

oleh BMKG kepada Pusdalops Propinsi. Biasanya BMKG mampu mengeluarkan Peringatan Dini 1 pada menit ke-5 setelah gempa. Pada kondisigempa berpotensi tsunami, Pusdalops Propinsi akan mengolah inforrnasi itu untuk menghasilkan rekomendasi arahan. Pengolahan ini tentunya memerlukan waktu beberapa menit. Pada saat uji coba, pengolahan ini memerlukan waktu sekitar 3-4 menit.
Rekomendasi yang d ihasilkan kemud ian harus d ikomu n ikasikan kepada Komando

Pengendalian (KODAL) untuk mendapatkan persetujuan guna disampaikan kepada masyarakat. Anggota KODAL setidaknya terdiri dari Gubernur, Wakil Gubernur, Pangdam, Kapolda. Pada kasus Aceh Komandan Lanud lskandar Muda, Komandan Lanal Sabang dan Ketua DPRAjuga menjadianggota KODAL. Jika setiap terjadi ancaman tsunami semua anggota KODAL dapat dihubungi maka persetujuan arahan evakuasi dalam hal ini terkait dengan pengaktifasian sirine mungkin baru diperoleh dalam waktu 1-2 menit. Jika tidak maka untuk mendapatkan persetujuan itu akan memerlukan waktu lebih lama lagi. Jadi
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
. garapan

& Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, ouier-Rise, 11 April 2012

53

setidaknya diperlukan waktu tambahan sekitar 5-7 menit dari penerimaan PD 1 sebelum sirine dapat diaktifasi. Jika PD 1 berupa gempa berpotensi tsunami dapat diterima Pusdalops pada menit ke-6 maka petugas Pusdalops Propinsi baru dapat mengaktifasisirine pada menit ke-11 hingga 13. Jika totalgolden time adalah 30 menit sisanya tinggal 17 menit. Tentu ceritanya akan lain jika BMKG memiliki kewenangan untuk mengeluarkan arahan evakuasi dalam kaitan ini adalah wewenang untuk mengaktifasi sirine untuk setiap gempa yang berpotensi tsunami. Jika hal ini terjadi, sirine akan dapat diaktifkan setidaknya pada menit ke-S setelah gempa sehingga sisa golden time masih 25 menit.
Terkait dengan wewenang aktifasi sirine, harus ditegaskan lebih dulu bahwa sirine

adalah alat arahan evakuasi. Dengan demikian jika aktifasi sirine dilakukan oleh BMKG maka hal ini melanggar ketentuan PP 21 yang menyatakan bahwa arahan evakuasi adalah wewenang pernerintah daerah. Dalarn ketentuan itu BMKG hanya benruenang menyampaikan informasi peringatan dini. Namun ketentuan di dalam PP 21 ini sebenarnya sangat berlawanan dengan filosofi golden time di
atas. Pada kasus gempa 11 April 2412 di BandaAceh, jika tsunami benar-benarterjadi,

banyak masyarakat yang menunggu bunyi sirine untuk melakukan evakuasi, akan menjadi korban. Lebih-lebih jika sirine diharapkan menjadi satu-satunya penanda evakuasi (rnisalnya karena gempa adalah tsunamiearthquake sehingga guncangan dirasakan sangat lemah atau bahkan tidak dirasakan masyarakat. Apalagijika fenomena initerjadi di daerah-daerah dengan golden timeyang sangat pendek, kurang dari 15 menit, seperti pulau-pulau di sebelah barat Sumatera atau wilayah-wilayah pantai utara Bali dan Nusa Tenggara) maka birokrasi rantai peringatan harus ditiadakan sama sekali. BMKG harus diberi wewenang penuh untuk mengaktifasi sirine ini sesegera mungkin mengingat institusi inilah yang pertama kali mengetahuiapakah sebuah gempa berpotensi atau tidak berpotensi tsunami. Karena kondisi-kondisi di atas, ketentuan wewenang itu harus tanpa syarat apapun termasuk syarat besaran gempa. Seberapa pun besaran gempa, jika terdapat potensi tsunami bersamanya maka BMKG harus mengaktifasi
sirine.

Jika wewenang aktifasi sirine sepenuhnya diberikan kepada BMKG maka


Pusdalops hanya diberiwewenang arahan evakuasi lainnya selain aktifasi sirine.

Namun belajar dari kasus gempa 11 April 2412 di Padang dimana Pusdalops
54
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
.

Harapan & Kenlataan Pada Peristiwa 6empabumi, outer-Rise,

x.1

April 2012

Propinsi tidak mampu memberikan rekomendasi arahan evakuasi untuk wilayah-

wilayah Propinsi Sumbar yang jauh dari Kota Padang seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kabupaten-Kabupaten lainnya (bahkan tidak mampu juga memberikan rekomendasi arahan evakuasi untuk kota Padang) sementara
Pusdalops t<6ta padang justru lebih cepat memberikan arahan evakuasi kepada

warga dengan mengkatifasi sirine kota maka wewenang pemberian arahan evakuasi tampak lebih efektif dan efisien jika diberikan kepada Pusdalops
Kabupaten/Kota. Hal serupa terjadi di PropinsiAceh dirnana Pusdalops Propinsi gagal memberikan rekomendasi arahan evakuasi kepada warga masyarakat di Kabupaten-Kabupaten lain di Propinsi Aceh bahkan di kota Banda Aceh
sekalipun.

Pertimbangan lain untuk memberikan wewenang arahan evakuasi kepada Pusdalops Kabupaten/Kota adalah mengingat banyak sekali kabupaten yang terpapar ancaman tsunarni sementara ibukota propinsi yang membawahi
kabupaten itu jauh dari laut sehingga tidak terpapar ancaman tsunami (contohnya: Sumatera Utara, JawaTengah, Jawa Barat, Sulawesi Barat). Pada daerah-daerah itu jika wewenang arahan evakuasi diberikan kepada Pusdalops Propinsi maka akan muncul potensi pengurangan golden time yang signifikan akibat rantai birokrasi maupun kegagalan komunikas Pemberian wewenang kepada BMKG untuk mengaktifasi sirine dan pemindahan

wewenang arahan evakuasi dari Pusdalops Propinsi kepada Pusdalops Kabupaten lKota memiliki konsekuensi mutlak yaitu perlunya perubahan ketentuan-ketentuan dalam PP 21. Namun mengingat tujuan pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa dengan menyediakan golden time sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat maka hal ini mutlak harus dilakukan. Perubahan itu juga sekaligus
akan rnemperkuat Sistem Peringatan Dini Tsunami lndonesia {lnaTEWS).

Permasalahan Sistem Komunikasi


Terlepas dari keadaan jaringan listrik PLN, dua daritiga sistem komunikasi sinyal

sirine yang dipasang di Kota Banda Aceh yaitu GSM dan Byru didukung oleh baterei cadangan. Satu sistem komunikasi lainnya yaitu VSat tidak didukung oleh baterei cadangan. Penjelasan yang diberikan oleh teknisi PT. PSN (provider
fvaluasi Terhadap lnaTEWS
. Narapan

& Kenyataan Pada Peristiwa cempabumi, outer-Rise, xx

April?012 55

ketiga sistem komunikasi itu) di lapangan, petugas PSN di Jakarta menjelaskan bahwa kegagalan aktifasi sirine oleh BMKG disebabkan oleh kondisi kepadatan lalu lintas komunikasi (congesf) setelah gempa terjadi. Teknisi PSN di Kota Padang menjelaskan bahwa sistem komunikasi sinyal pendukung sirine terpisah dari komunikasi sinyal untuk telepon bergerak (mobile-pttone). Komunkasi sinyal sirine menggunakan saluran komunikasi data. Jika penjelasan ini benar maka alasan "cangesf' menjadi dipertanyakan. Jika penjelasan ini tidak benar maka ketiga sistem komunikasi sinyal sirine dipertanyakan keandalannya dan boleh jadi hal inilah yang menyebabkan ketidakberfungsian sistem itu pada saat gempa

ll

April 2A12 terjadi.

Di pihak lain, peran RAPI yang begitu dominan baik di Banda Aceh maupun
Padang menunjukkan bahwa sistem komunikasi radio lebih dapat dihandalkan. Sistem ini terbukti dapat menjangkau area yang sangat luas termasuk daerah terpencil. Lebih dari itu sistem komunikasi radio inidisamping telah menjaditulang punggung komunikasi di seluruh institusi militer dan Kepolisian juga dimiliki oleh banyak institusi lain seperti PMI dan Depkes serta masyarakat yang tergabung dalam organisasi komunikasi radio (RAPI dan ORARI). Sistem komunikasi juga tidak mengharuskan dukungan listrik darijaringan PLN karena adanya dukungan baterei. Lebih dari itu, jika komunikasi radio ini dijadikan salah satu moda komunikasi utama oleh BMKG dalam penyampaian informasi peringatan dini tsunami dan jika BMKG juga memiliki kewenangan dalam penyampaian arahan
evakuasi maka informasi PD 1 yang sekaligus berfungsisebagaiarahan evakuasi

sudah akan mencapai simpul-simpul rantai peringatan dini dan antarrnukanya seperti RAPI, media dan bahkan langsung ke masyarakat pada saat yang
bersamaan yaitu menit ke-S atau 6 setelah gempa. Jika kewenangan aktifasisirine ada di tangan BMKG maka bunyi sirine sebagai tanda bahwa gempa berpotensi

tsunami akan terdengar hanya sedikit lebih cepat dari pada sampainya informasi PD 1 itu ke ujung-ujung simpul peringatan dini dan masyarakat. Penyampaian informasi peringatan dini dan arahan evakuasi melalui SMS juga terbukti efektif menjangkau petugas dan masyarakat. $ayangnya meskipun SMS menjadi salah satu moda resmi penyampaian informasi peringatan dini dari

56

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

narapan & (enyataan Pada Peristiwa

6eilpabumi, outer-Rise,

1.1

Aprll ?01?

BMKG, nomor-nomor telepon (HP) yang dituju bukanlah nomor-nomor resmi institusi tetapi nomor-nomor pribadi. Hal ini menimbulkan masalah ketika nomor penerima informasi yang dituju sedang bermasalah (tidak aktif karena sebab apapun) atau si pemilik nomor sedang berada di luar kantornya. Dua hal ini akan mengurangi ientang gotden time yang ada. Moda komunikasi penyampaian informasi peringatan dini melalui WRS (DVB) terlihat efektif. Namun peristiwa di kantor Pusdalops Propinsi Sumatera Barat di manaWRStersebuttidakterisipulsa sehinggatidak berfungsipada saatdiperlukan
menjadi contoh kelalaian yang dapat terjadi dan menggagalkan keberlangsungan komunikasi dengan moda ini.

Penyampaian informasi peringatan dini dan arahan evakuasi lewat e-mait juga sangat diperlukan karena melalui e-mailinformasidan arahan yang lebih lengkap dapat diberikan. Namun moda e-mail ini perlu dipastikan bahwa ada petugas

yang memeriksa/ mengencek/membuka email tersebut. Klasifikasi ancaman


tsunami di setiap wilayah yang terpapar juga lebih efektif jika disampaikan lewat e-mail. Pada kasus gempa 11 April 2012, klasifikasi ancaman itu diterima oleh Pusdalops Propinsi Surnatera Barat. Namun operator Pusadalops tidak mampu

untuk memahami mgkna dari klasifikasi itu sehingga lnformasi yang ada di
dalamnya tidak digunakan sebagai landasan untuk memberikan arahan evakuasi bagi daerah-daerah yang terpapar tsunami.

[valuasi Terhadap lnaT[WS

nanpan & (enyataan Pada Perlstiwa Gempabumi. outer-Rlse, 11 April

2012

57

Bab Enam

PERBANDINGAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI DI INDONESIA DAN JEPANG

Berbagai kesenjangan pada Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami lndonesia terlihat dari pembahasan-pembahasan sebelumnya. Kesenjangan ini perlu

diperkecil untuk mengoptimalkan sistem yang tengah dikembangkan. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut, dibutuhkan suatu acuan pada kasus serupa yang dipandang cukup berhasil dalam memberikan pelayanan peringatan dini
kepada masyarakat. Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami yang diterapkan oleh Jepang dipandang mampu memberikan acuan untuk menekan kesenjangan yang teridentiifikasipada

kajian ini. Oleh karenanya komparasi antara sistem peringatan di lndonesia dan Jepang perlu disajikan dalam kajian ini. Komparasidifokuskan kepada keputusan

58

Evaluasi Terhadap lnaTEWS.

narapan & Kenyataan Pada perishwa Gempabumi, ooterRise,

ll

Aprit 2012

evakuasi dan penyebaran arahan, respon masyarakat terhadap arahan yang disebar serta karakter masyarakat yang perlu disebarluaskan untuk menjamin efektivitas sistem peringatan.

KEPUTUSAN DISEMINASI PERINGATAN DAN AKTIVASI SIRINE DITINGKAT NATIONAL

Jepang mengambil keputusan arahan evakuasi berdasarkan analisis dan


konfirmasi hasil berbagai moda pendeteksi tsunami seperti buoy, sensor bawah laut dan sebagainya. Keputusan arahan evakuasi diambil oleh pemerintah daerah berdasarkan jenis warning yang didiseminasikan oleh JMA (Japan Meteorological Agency). Perintah evakuasi dilakukan untuk merespon tipe peringatan'tsunami warning'. Ada 2 kemungkinan tsunami yang termasuk dalam tipe peringatan jenis ini, pertama tsunami dengan perkiraan ketinggian antara 0.5-2 m, dan yang kedua tsunami dengan ketinggian > 3m. Peringatan dini yang dirilis JMA pertama kali (PD 1 kalau di lndonesia) didasari oleh simulasi komputer (sejenis dengan DSS yang ada di BMKG saat ini) yang beberapa tahun terakhir memperlihatkan banyak kelemahan terutama untuk tsunami yang dibangkitkan oleh gempa sangat besar atau uniuk tsunami yang tergolong 'fsun ami earthquake' . PD 1 ini tidak hanya berisikan informasi spasial daerah yang diperkirakan akan terkena dampak landaan tsunami berdasarkan tipe warning JMA, tetapi juga diikuti oleh informasi perkiraan ketinggian tsunami dan waktu tiba. Dua informasi terakhir ini (perkiraan tinggi dan waktu tiba tsunami) yang dijadikan dasar oleh pemerintah daerah untuk menekan tombol evakuasi (yang kemudian diteruskan juga oleh polisi dan pemadam kebakaran). Untuk kasus khusus gempa yang sangat kuat (misalnya seperti kejadian 2011), JMA akan mengeluarkan notelcatatan untuk mempertegas/memperkuat pemerintah daerah untuk perintah evakuasi, misalnya seperti teks dibawah yang dicetak miring.

MajorTsunami and Tsunami have been issued. PACIFIC COAST OF TOHOKU

Evaluasi Terhadap InaTEWS. tarapan & Kenyataan

Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise,11 April 2012

59

CENTRAL PART OF PACIFIC COAST OF HOKKAIDO IBARAKI PREF. KUJUKURI AND SOTOBO AREA, CHIBA PREF. IZU ISLANDS

Evacuate from the seashore immediately to the safe places near the above
coasfs. Tsunami attentians are in effect at some of the ather coasfs

nou

TsunamiWarning <Major Tsunami> -IWATE PREF,


MIYAGI PREF. FUKUSHIMA PREF. <Tsunami> CENTRAL PART OF PACIFIC COAST OF HOKKAIDO PACIFIC COAST OF AOMORI PREF. IBARAKI PREF. KUJUKURIAND SOTOBO AREA, CHIBA PREF. IZU ISLANDS

Evacuate from the seashore immediately to the safe places near the above coasfs.

Karena basis data simulasi tsunami tidak bisa merepresentasikan perkiraan tsunamisecara tepat, JMAdan beberapa instansi pengelola perangkat penunjang EWS (buoy, bottom gauge pressure, coastal bottom pressure gauge dan GPS buoy) dalam 5, 10,20 menit berikutnya akan menyampaikan tambahan informasi berdasarkan data nyata dari komponen tersebut diatas untuk merevisi estimasi
tinggi dan waktu tiba yang sebelumnya sudah dikeluarkan oleh JMA.

JMA menyebarkan peringatan dini melalui beragam moda seperti Sirine, TV radio, internet, dan jaringan telepon genggam. Namun perlu dicatat bahwa JMA tidak mengirim pesan singkat (SMS), tetapi memberikan link yang bisa diakses
oleh siapa saja yang memiliki telepon genggam. Untuk sirene, Jepang menggunakan 2 metode aktivasi. Metode pertama adalah aktivasi sirine tersentral yang terhubung ke Pusat Krisis (emergency office).

Pusat Krisis di Jepang berbeda dengan BNPB/BPBD di lndonesia. Pusat Krisis ini lebih mendekati kepada pelayanan 911 diAmerika Serikat. Pada Pusat Krisis ini, aktivasi sirine dilaksanakan setelah mendapat informasi dari JMA. Sirine
60
EValuasi Terhadap lnaTEWS. Harapan & Kenyaraan
Pada Peristiwa Gempabumi,

outerRise,

ll

April 2012

yang terhubung dengan Pusat Krisis adalah sirine yang berada fasilitas publik, pemukiman dan sekolah.
Metode aktivasi sirine kedua adalah sirine yang diaktivasi secara manual dalam lingkup yangterbatas, seperti pantai wisata, fasilitas hiburan, kawasan industri

dan perkantoran, dan sebagainya. Sirine ini diaktivasi oleh seorang penanggung jawab berdasarkan informasi yang disebarkan oleh JMA.

Di beberapa tempat yang diidentifikasi tidak memiliki akses terhadap sirine,


pemerintah daerah dengan bantuan mobil patroli polisi, pemadam kebakaran, petugas gawat darurat, TN I dan organ isasi di luar BPBD memberikan pengumuman dari pengeras suara yang terpasang di mobil. Pengumuman tidak hanya berkisar kepada arahan evakuasi yang diperoleh dari JMA, tapi juga informasi terkait metode evakuasi, dan informasi lain yang bersifat menenangkan dan memperkuat semangat masyarakat yang sedang melaksanakan evakuasi. Pembelajaran yang dapat diambil dari kondisi Jepang dalam pengambilan keputusan arahan evakuasidan aktivasisirine yang diharapkan dapat memperkecil kesenjangan yang terjadi adalah : 1. Keputusan arahan evakuasi diambil oleh pemerintah daerah berdasarkan jenis warnrng beselrta estimasi ketinggian tsunami dan waktu tiba pada daerah
terkait.

2. Keputusan arahan evakuasi yang dibuat oleh pemerintah daerah diperkuat oleh
berbagai moda pendeteksi yang bekerja sekaligus dan mengirimkan informasi hasil deteksi dalam waktu yang singkat secara bersamaan.

3. Penyebaran arahan evakuasi dilaksanakan dengan berbagai jenis moda secara terpusat dan didukung oleh pemerintah daerah. Dukungan juga wajib diberikan oleh institusi di luar BPBD. 4. Aktivasi sirine menandakan evakuasi harus segera dilaksanakan. 5. Aktivasi sirine dilaksanakan secara terpusat oleh lembaga yang ditunjuk ditambah dengan dukungan daerah dan pengelola lokasi-lokasi yang telah
ditentukan.

6. Penempatan sirine-sirine utama diperhitungkan secara teliti pada fasilitas


umum, pemukiman dan sekolah. Pemerintah daerah dan dunia usaha mengisi

kekosongan pelayanan peringatan yang tidak dapat dilayani oleh sirine

Evaluasi Tefhadap lnaTEWS

. garapan

& Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise, 11 April

2012

utama.

7. Dalam prosesnya, pemerintah daerah membantu penyebaran arahan yang dikeluarkan oleh pemerintah nasional. Pemerintah daerah juga sekaligus
bertugas untuk menjamin proses evakuasi berjalan dengan lancar.

RESPON TERHADAP ARAHAN


MANDIRI

DI TINGKAT LOKAL DAN EVAKUASI


dari

Di Jepang kemampuan respon masyarakat terhadap arahan dibangun

aktifitas komunitas yang berkelanjutan dalam lingkup jumlah yang kecil. Sehingga dalam jangka panjang terbentuk 'prosedur operasi luar kepala' yang membuat segala sesuatunya pada saat bencana dilaksanakan tanpa komando. Ke mana

harus evakuasi, berapa lama di tempat evakuasi, ke mana Tempat Evakuasi Sementara yang harus di tuju, kapan dapur umum harus dibuka, siapa yang membersihkan toilet dan sebagainya telah dapat dilakukan dengan otomatis. Kondisi ini meminimalisasi kepanikan yang tidak perlu saat evakuasi dan kondisi darurat bencana.

$elain itu, rnasyarakat Jepang memiliki koordinator untuk memandu proses


evakuasi yang ditunjuk oleh komunitas dari anggotanya sendiri. Koordinator ini bersifat sukarela. Koordinator hanya dilengkapioleh 2hal, yaitu radio komunikasi dan pemahaman terhadap prosedur evakuasi. Koordinator ini selain bertugas

untuk memandu proses evakuasi, juga bertugas untuk mengatasi panik di


masyarakat.
Pada saat melaksanakan evakuasi maupun tanggap darurat, masyarakat Jepang

selalu berusaha untuk mendapatkan informasi terbaru dari berbagai media. Oleh karenanya berbagai moda penerimaan siaran 'broadcasf yang bersifat portabel seperti radio dan televisi (dengan menggunakan telepon genggam) selalu terdapat

dalam kelompok-kelompok masyarakat yang sedang melaksanakan evakuasi. Pembelajaran yang dapat diambil dari kondisi Jepang dalam respon terhadap arahan dan evakuasi mandiri yang diharapkan dapat memperkecil kesenjangan yang terjadi di lndonesia adalah :

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. uarapan

& Kenyataar Pada PeristiM cempabuni, Outer-Rise,

it

Ap.il 201.2

1.

Seluruh masyarakat membentuk kelompok-kelompok keci dengan satu koordinator.

Idi

tingkat komun itas

2. Koordinator

yang ditunjuk bersifat sukarela dan memiliki perangkat radio

komunikasi serta memahami benar prosedur evakuasi di daerahnya.


3. Kelompok-kelompok ini merencanakan evakuasi dan merencanakan kegiatan

saat tanggap darurat bencana. Berdasarkan perencanaan tersebut, kelompokkelompok ini melaksanakan latihan dari perencanaan yang telah disusun bersama secara rutin.
4. Setiap kelompok harus selalu memiliki akses terhadap informasi dari radio dan

televisi.

PERSAMAAN KARAKTER MASYAFI/AKAT ARAHAN EVAKUASI

DON ESIA-J EPANG TERHADAP

Dari berbagai kajian dan wawancara dari masyarakat di Aceh, terlihat ada
beberapa persamaan karakter Masyarakat lndonesia dengan Masyarakat Jepang. Persamaan tersebut adalah:
1.

Sebagian besar masyarakat mempercayai bahwa pemerintah (dalam hal ini BMKG-JMA) memberikan informasi peringatan tentang ada atau tidaknya tsunami sesuai dengan kondisi yang berkembang. Untuk lndonesia, perlu ditingkatkan kemampuan untuk memberikan arahan evakuasi secepat dan seakurat mungkin kepada masyarakat yang membutuhkan. Akurasi arahan yang diberikan perlu didukung dengan moda pendeteksiyang beragam serta moda penyebaran arahan yang tersebar dalam satu arahan yang sama.
Masyarakat telah memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan evakuasi

2.

mandiri.

Di lndonesia, evakuasi mandiri pada umumnya dilaksanakan


dan pengalaman kejadian tsunami sebelumnya.

berdasarkan pengetahuan

Namun demikian, perlu ditingkatkan kemampuan evakuasi masyarakat


untuk dapat melaksanakan evakuasi mandiri secara bermartabat, terencana,

berdasarkan metode terukur serta terorganisir, menghindari kepanikan,


sehingga mampu memperkecil jatuhnya korban akibat kesalahan pelaksanaan evakuasi mandiri.
Evaluasi Terhadap lnaTEWS . xarapaft & Kenyataan
Pada Perlstiwa Gempabumi,

outer-fiise,

ll

Aprit

2012

63

3.

Masyarakat lndonesia memiliki kemauan untuk memberikan pertolongan setelah tibadi tempat aman. Di lndonesia, perlu lebih diperjelas mekanisme saling tolong menolong dengan membangun perencanaan dan latihan terus menerus serta mobilisasi sumber daya terkait pemenuhan kebutuhan saat
krisis dan tanggap darurat bencana. Pengembangan karakter tenggang rasa dan santun dalam kondisi darurat perlu ditumbuhkan dengan membangun

rasa aman di tengah masyarakat yang berada pada lokasi pengungsian. Pembangunan rasa aman dapat dilaksanakan dengan adanya sedikit jaminan ketersediaan akses terhadap kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi secara
mandiri dan bermartabat.

64

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

Harapan & Kenyaraan Pada

perietiw Gempabumj, outerRise, 11 April 2012

Bab Tujuh

LANG KAH-LANG KAH PE RBAI KAN

REKOMENDASI UMUM Untuk kasus gempabumi dan tsunami lokal di lndonesia, proses pengambilan keputusan untuk memberikan arahan evakuasi sangat berpeluang untuk mengurangi golden timelwaktu kritis yang dapat digunakan oleh rnasyarakat untuk menyelamatkan diri. Keputusan evakuasiyang mendasarkan kepada status peringatan dini dari BMKG-NTWC, akan memberi masyarakal golden time yang lebih panjang sehingga masyarakat diharapkan dapat melakukan penyelamatan diri secara mandiri. Dengan demikian, referensi tindakan yang perlu dilakukan

dapat dilihat dari informasi yang diterima baik dari rantai BMKG-Pemerintah Daerah-masyarakat, maupun rantaiBMKG-Media-masyarakat. Perintah evakuasi

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . Harapar & Kenyataan

Pada Peris*wa Gempabumi, Outer-Rire. 11

Ap*l

2012

65

yang diperkuat dengan aktifasi sirene di daerah, dapat diteruskan oleh aktifasi sinyal/tanda/bunyi yang sesuai dengan ketersediaan infrastruktur di daerah (radio masyarakat, pengeras suara masjid, lonceng gereja, dan lainnya). Konsekuensi dari kebijakan ini adalah perlunya penyesuaian pada landasan legal formal (PP 21 tahun 2008) yaitu dengan merubah ketentuan pengarnbilan keputusan perintah dan arahan evakuasi khususnya terkait dengan bahaya tsunami lokal. Untuk kasus seperti ini maka BMKG perlu diberi wewenang untuk memberikan arahan evakuasi kepada masyarakat. Untuk tsunami jarak jauh dimana masih ada waktu untuk rnengambil keputusan, maka PP 21 tahun 2008 masih dapat diberlakukan. Revisa PP 21 menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Kapasitas serta infrastruktur untuk pengambilan keputusan dalam perintah evakuasi melalui aktivasi sirene perlu segera dipastikan dan diperkuat. Mekanisme koordinasidan pembagian tugas antara BNPB dan BMKG perlu diikat dalam regulasi yang jelas serta dalam Prosedur $tandar Operasi Nasional untuk
Diseminasi Peringatan Dini Tsunami serta Respon.

Untuk memungkinkan hal ini berjalan, langkah penting selanjutnya yang juga harus dilakukan segera adalah pendidikan publik, bagi bagi media, aparat, dan masyarakat. lnfrastruktur pendukung yang dibutuhkan adalah pendukung evakuasi fialur, rambu, tanda, tempat evakuasi sernentara) yang dikembangkan bersama dengan masyarakat.

REKOMENDASI KHUSUS

Penguatan Di Mata RantaiAwal Sistem Peringatan Dini Tsunami


Penguatan mata rantai peringatan dini ini perlu difokuskan untuk memastikan bahwa peringatan dini yang dikeluarkan BMKG (dalam waktu kurang dari 5 menit) dapat diterima oleh pihak yang berkepentingan di daerah (provinsi dan
kabupatenfkota) dan masyarakat secara luas. Permasalahan utama di mata rantaiawal peringatan dini initerkait pada peralatan dan prosedur penyebaran peringatan. Langkah langkah penguatan yang dapat diiakukan adalah:

1. Memastikan moda-moda penyebaran peringatan terutama WRS (Warning


66
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
. Harapan

& Keq,ataan Pada Peristiwa cempabumi, outer-Ri5e,

ll

April 2012

Receiver Sysfem) yang menjadi moda utama bisa berfungsi dan terawat dengan baik, penerima prioritas peringatan dini terdaftar dengan baik di BMKG, sumberdaya listrik cadangan yang akan menjamin kelangsungan proses penyebaran terjamin adanya"
2.

Mempertimbangkan kembali apakah mekanisme konfirmasi penerimaan peringatan dini dari daerah perlu dirancang untuk memastikan daerah menerima peringatan dini secara tepat waktu untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan $ecepat mungkin. Peningkatan kemampuan dan kapasitas situs jejaring BMKG agar dapat diakses pada masa masa krisis peringatan dinitsunami.
Memasti kan adanya prosed
ur

4.

tetap yang mengatu r kewenangan, mekan isme,

dan proses pengambilan keputusan evakuasi dan pengaktifasian sirene oleh nasional atau daerah yang ditetapkan rnelalui lnpres/ Permenl Perkaban/
Perda.
5.

Melakukan sosialisasi yang merata ke daerah mengenai skema peringatan yang dikeluarkan BMKG, dan pengertian suara sirene dipahami oleh masyarakat sebagai instruksi untuk evakuasi.
Memastikan adanya anggaran untuk melakukan tes komunikasidan perawatan

6.

rutin untuk menjaga agar peralatan (perangkat penyebaran peringatan dini khususnya WRS/DVB dan sirene) tetap berfungsi.
7.

Memastikan terbangunnya sistem pernantauan untuk membantu BMKG dalam menganalisis dan rnemperbaiki sistern melalui sebuah mekanisme pendokurnentasian yang baik.

Rekomendasi Rantai Peringatan

Penyelamatan Galden Time Dalam Kas{rs Tsunami Lakal Melalui Pengaktifasian $irine AIeh tsMKG,
Filosofi Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah sistem peringatan ini dapat rnernberikan waktu yang cukup (golden time) bagi warga masyarakat untuk menyelarnatkan diri. Mengingat kasus tsunami di wilayah lndonesia umumnya
EvaluaSi Tefhadap lnaTEWS . Hanpar & Kenyataan
Pada peristiwa

cemtabumi, Outer.Rise,

11

April 2012

bt

adalah tsunami lakal yang memiliki galden time yang pendek, maka mata rantai

peringatan dini untuk pengambilan keputusan evakuasi masyarakat harus sependek mungkin. Kewenangan pengaktifan sirine yang diberikan kepada Pusdalops Propinsidan atau Kabupaten/Kota, sepertiyang terjadisaat ini, terbukti memangkas golden fime itu. Pada kasusAceh, Pusdalops propinsi baru berusaha
mengaktifkan sirine dari ruang Pusdalops pada menit ke-81 setelah gempa. Pada kasus Padang, seandainya Pusdalops Propinsi memutuskan mengaktifkan sirine
saat itu maka sirine kemungkinan tercepat baru diaktifkan setelah menit ke-15. Jika

galden flme tsunami terlama di lndonesia adalah 30 menit maka diAceh, aktifasi sirine oleh Pusdalops Propinsitidak menyisakan galden fme sedikit pun. Untuk itu dalam kasus tsunami lokaldimana gelombang tsunamiakan rnenghantam pesisir dalam hitungan menit, pengaktifan sirine sebagai tanda perintah evakuasi harus dilakukan secepat mungkin dengan memangkas proses birokrasi pengambilan

keputusan perintah evakuasi di daerah.

Beri ka n Kewenangan Arah an Kepada BP B DlP usdalops Kab u patenlKota.

Dalam kasus tsunarni lokal, jika kewewenang pengaktifan sirine diserahkan kepada BMKG, sebagai langkah.lanjutdari peringatan diniyang dikeluarkan, maka kewenangan BPBD dapat difokuskan pada pemberian arahan evakuasi. Fungsi ini terlihat cukup efektif pada kasus Kota Padang. Namun pemberian arahan evakuasi rnasih akan menjadi masalah jika pemberian arahan harus dilakukan oleh Pusdalops yang juga berjenjang (provinsi ke kabupatanlkota), kondisi ini
tetap akan berpotensi memangkas golden fime. Pengambilan Keputusan arahan

evakuasi, wewenangnya harus sepenuhnya diberikan sepenuhnya kepada


Pusdalops kabupaten/kota.

Evaluasi/PerbaikifGanti Sr:sfem Kamunikasi Sinyal Sfurne {Vsat, GSM, Byru).


Kasus Aceh menunjukkan bahwa sistem komunikasi sinyal sirine saat ini yaitu GSM dan Byru, bermasalah karena mengalami congesf. Alasan congesf menjadi pertanyaan bagi keandalan sistem komunikasi ini mengingat sinyal untuk komunikasi dan sinyal data dipisahkan sistemnya. Perhatian khusus perlu
68
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
.

Harapan & Kenyataan Pada Peristiwa {tempabumi, outer'Rtse, 11 Aprit 2012

diberikan untuk memastikan bahwa seluruh sistem berfungsi setiap saat. Tidak adanya ujicoba sistem peralatan dan sistem komunikasi secara rutin dan berkala menyebabkan keterlambatan dalam mengetahui permasalahan yang ada pada sistem tersebut. Untuk itu mekanisme operasi pemantauan dan perawatan peralatan yahg saat ini diterapkan perlu segera dikaji ulang.

Gunakan Kamunikasi Radio Sebagaf Moda Utama Dalam Penyampaian Informasi Peringatan Dini Dan Arahan Evakuasi.
Moda komunikasi penyampaian informasi peringatan diniadalah salah satu kunci utama dari mata rantai peringatan dini. Untuk itu keefektifan dari berbagai moda

komunikasi perlu dipertimbangkan untuk menjadi bagian dari moda komunikasi ke multi userlpengguna/Pusdalops yang dilakukan secara pararel. Kondisi di lapangan telah berkali kali membuktikan Komunikasi Radio (seperti HT, UHF)

cukup efektif dan handal, Komunikasi radio juga lebih menjamin kesampaian informasi ke daerah-daerah dan pulau-pulau terpencil. Konsekuensi dari pilihan ini, BMKG harus juga membangun sistem komunikasi ini di Jakarta. BNPB perlu memfungsikan Pusdatin/Pusdalops sebagai mata rantaidalam sistem komunikasi
ini.

Libatkan Unsur-Unsur Lain (RAP[, PMl, PQLRI, TNI Dst) Dalam Pusdalaps, Sebagar' Cara Untak Penguatan Arahan Evakuasi.
Jikawewenang arahan evakuasidiberikan kepada daerah dalam halini Pusdalops KotaiKabupaten maka pelibatan sebanyak mungkin unsur masyarakat yang punya kapasitas dan kapabilitas dalam penyampaian arahan kepada masyarakat luas menjadi keharusan. Karena tidak semua unsur masyarakat tersebut dapat dimasukkan secara resmisebagaiunsur Pusdalops rnaka mereka harus dijadikan bagian dari rantai pemberian arahan evakuasi (seperti pemuda masjid/gereja
dst).

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . narapan & Kenyahan Pada

Perlstiwa Gempabumi, ourer-Rlse, 11 Aprll

2012

69

EPILOG

Dari catatan sejarah gempabumi dan tsunami, setiap kejadian adalah unik, dan berbeda. Gempabumi kali ini adalah gempabumi dengan magniludo besar di atas skala 8, dan terjadi berulang dengan sumber gempabumi berdekatan dalam rentang waktu berdekatan. Kondisiapapun menantang kesiapsiagaan pemerintah maupun masyarakatnya. Gempabumi dan tsunami 11 Maret 2011 di Jepang pun menunjukkan ketidaksiapan pemerintah untuk mengatasi kondisi 'di luar dugaan'. Meskipun demikian, nampak sangat jelas terlihat upaya keras masyarakat, upaya heroik tirn perbaikan reaktor nuklir (siap mati), dan para ilmuwan yang melakukan perenungan. Pada akhirnya yang dapat di amati adalah perbaikan menerus yang dilakukan secara kolektif baik pemerintah maupun masyarakat.
Kaji cepat bersama yang dilakukan di lndonesia terkait gempabumi dan tsunami Samudera lndonesiall April 2012 ini adalah yang pertama kali dilakukan secara kolektif oleh berbagai lembaga terkait Sistem Peringatan Dini Tsunami lndonesia, Pengalaman berharga pertama initak pelak rnernbuattidak nyaman banyak pihak,

diantaranya karena evaluasi semacam ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun sejak awal itikadnya, kaji cepat ini tidak untuk menyudutkan institusi
7A
Evaluasi Terhadap lnaTEWS
. Harapan

& Kenyaraan Pada Peilsttwa Gempabumt, ourer-Rlse, 11 Aprtl 2012

tertentu. Seluruh upaya yang dikerahkan adalah semata-mata untuk mencari tahu apakah upaya dan kerja keras yang telah dilakukan berbagai pihak telah dapat diimplementasikan dengan efektif, terlebih lagi, apakah memang telah dapat dengan efektif menyelamatkan nyawa masyarakat saat bahaya tsunami mengintai dah seluruh sistem berpacu dengan waktu. Kaji cepat ini memang banyak menemukan kelemahan-kelemahan yang kritis yang perlu $egera dilakukan pembenahan, namun dalam jangka panjang, diharapkan kaji cepat ini menjadi tradisi baru yang dapat menjadi mekanisme perbaikan diri yang paling
baik bagi semua pihak. Terima kasih disampaikan kepada tim Kaji Cepat dari berbagai lembaga; BMKG,

BNPB, LlPl, BPPT, RISTEK, KKR GlZ, UNESCO JTIC, UNDP, Universitas
Syiahkuala, UniversitasAndalas, Universitas Bung Hattadan KOGAMI. Kerjasama erat ini memberikan titik cerah bahwa kerjasama erat, sukarela, terbuka dan saling memahami menjadi modal utama yang sangat bernilai bagi upaya pengurangan

lndonesia. Terima kasih juga disampaikan kepada para narasumber baik lembaga maupun perseorangan yang juga menerima dengan tangan terbuka tim Kaji Cepat serta memberikan data-data dan informasi yang

risiko bencana

di

dibutuhkan.

Evaluasi Terhadap InaTEWS

. riarapan & Kenvataan gada Perisnwa Gempabumi, ourer-Rise. LL April

2012

Daftar Pustaka

Hoppe, M. and Mahadiko, H.S.: 30 Minutes in the city of Padang: Lessons for tsunami preparedness and early warning from the earthquake on September 30, 2009, GTZ-GITEWS project publication (circulated via email), available at:

http:ll

(available online by the end of 2010)

zUA.
Yulianto, E., Rafliana, 1., Adityo, V., Febriawati, L.: Efektifitas lntervensi Pra Bencana Terhadap Pengurangan Risiko Bencana Tsunami Mentawai 25 Oktober 2010. AIFDR, 2011.

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

Hampan & Kenyataan Pada Peristim cempabumi, outer-Rise, 11 April 20x.2

LAMPIRAN

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. narapan

& l(enyataan Pada Peristiw GempabumL outer-Rise,

ll

April

2012

73

BMKG

Dwi Rini

Jakarta

7
3

BMKG SMKG

Eiti
Weniza

tih
Jakana, Padanq

4
5

Rfrtl(li Qd.niRifr
BMKG Reo.Sumbar gNPB
BNPB BNPE BNPB

qtrhnt6
Adi
Badi

Aieh
Padanq

6
7

tunrrso

Ferrv

I
9

ftiddh*tui
Slamet Rivadi lJdrdkh Erma Maqhfiroh VidiEiiira Jhon Nedv Kambano Atrdul,Muhari Fairl lkhwandi

Ach Aceh Padano


Padano

to
11

Bpn:
GIZ IS PROTECTS

Jaka.tt Jaka*a

l?
t3 lrt
15

GA$FROTECTS
JJSB Padano KKP

Jiltti.Padano
Padanq

Ach.Jdar}d
Padanq Padena

KOGAMI

t5
17 18 19

r(0Gtf,4t
KOGAMI KOGAMI KOGAMI

ltendrlldanil
Hilda Maidelma

l*itiYtAldid6
Muhammad Zukri Noveinbriadi Patra Rina Dewi
Pillrii

Padans Fadisio
Padano P.irdnno Padanq Padano. Aceh, Jakarta, Padano

20
21

K06er{r
KOGAMI

t?"
23

K$GA&{I
KOGAMI

LaiEssir;i

Revanche Jefrizal

24
25

Ltpl

Asalt lfusrtara

25
27 28 29 30

ga
LIPI

LIPI

DwiYulianto
Dvah.fiahmavrati EkoYulianto

Jakarta Aceh

Jakiira
KoordinatorTim Kaii Aceh, Padanq Jakrrta, Padano
Aceh. Padano Fnda'no Aceh, Jakarta

lPr
LIPI LIPI LIPI LIPI LIPI LIPI LIPI

kin t [lilffiaita
Kurn;a Hakim

Tim lGJiCepat

liduusii
N. Susilawati

3l
31
33

RaeSibPrathflt
Titik Kusumawati

}ika*a
Aceh Aceh
Padanq

Padana

34
35

llshnti AiiitYa
Wina Natalia

%
37

ffstGK
TDMRC TDMRC TDMRC TDMRC TDMRC

Yll'nltaki Darnav.aili
Aqustina

Pidans.Jakarta
Aceh Aceh Aceh Aceh Aceh Aceh Jakarta

33

Ami
Faisal llyas

4
41

39

Ml&shulJtii'nah
Rahmi Hayati

42

TFilIRC
UNDP IJXDP BHPA
UNESCO

Zulfiha Dandi Prasetia RidrniahYirni$ Ardito M. Kodiial

&
45

43

likana
Jaka*a

Uitfr,r:Aaijahs
Univ Andalas

FLntr
Viftous Setyaka

fudanq
Padanq

47

it8
49 50

Univ,BudcHatt,
Univ Bunq Hatta

lndraradi
MabruriTaniunq FinaSusaoti
Zaura Fadliani

t'adirns
Padanq

UnluSvi*Krala
Univ, Syiah Kuala

5l

Aceh Aceh

5:
53

uniuSyitklfuiila
Univ. Syiah Kuala Uni*.Srdah Xuala

RahmiHa,'tiitt Nurianah Yulia'Direekia


Eko

A(eh
Aceh Aceh Aceh
Aeeh

54
55 56

Univ.Syiah Kuala

UnireSiah Ku:la

nlnsa,gun'ani O*urri

Evaluasi Terhadap lnaT[WS . rurapan &

Kenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rlse, 11 Apri:2012

t
2 3

ANry
AN?V
BMKG

sXffStXe*AX
Erik

MuchtisAfi*o
Karyono

4
5

BMKG BMKG

Rahmalti,yono
Suhardiono

Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta


Jakarta

6
7

SMre
BNPB BNPE BNPB

lilandono
Sutopo Ario AqusWibowo
Charls:blskiaisar Kania Sutisnawinata

I
9
10
11

Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta

illetraTV
MetroTV

Jaln*a
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta

12
13

MetroTV
MetroTV MetroTV Radio Sindo
Radio Sindo Radio Sindo Radio Sindo Radio Sindo

Makioen
Tedia Wavan

14
15

EkaPutn

Andi Akbar

16
17

DdiJhonTatiDana
Gaib SukmortlV{briyso,' Yudi Damar flutfiai,Nababaa Khoiri Akhmadi

Jrlrta
Jakarta Jakarta Jakarta Jakafta Jakarta Aceh Aceh Aeeh Aceh Aceh Aceh Aceh Aceh Aeeh Aceh Aceh Aceh
Aeeh

18 19

20
21

RCll
RCTI

22 23

AJl Aceh BMKG Aceh

MaimumSaleh
Sahnan Misdarul lhsan
Satria

Narasumber

24
25

bntibutorRCfl
PSN

26
27

F$'l
Radio Diati

TeuksKhaidun
Herrv
Kesia

28
29 30
31

RadioDixi
Serambi Radio

SeramblRadio
Staf Operasional BMKG 5taf 0nerasisnalBMKG Staf Ooerasional BMKG UNDP ERfrA UNDP DRR A

HariTequh Patria Reib Munawir

3?

AbdiJihad Satrio fta8sf.obrt


Tri Deni Rachmat

u
35
36'

33

Asii
Jaffar

TVAceh
TVRI Aceh BPBD

Jufrizak
Epi

37 38 39

ltuta Padans

BediHenidal,
Yazid Fadli

Aceh Ach Aceh Padanq


Padanq

lm
41

42

&
45

43

BPBD Sumbar Prsnews Pronews Pusdaloss hovinsi RRI Sumbar RRI Surnbar TVRI Sumbar TVRISumbar

lntan Zuldianof

AdeEdwad
Kunil M

Sentotlrluqrsho Aqunq Nuoroho Suherilianto

Padanq Padanq Padanq Padanq Padang Padang Padang

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

Harapan & Kenyataan Pada Peristiwa

cempablmi, ourer-Rise, 11 Ap.il

2012

Koordinasi dan Konsinyasi Nasional di Jakarta

Kamis

12-Apr-12
14-Apr-12

9:004M 1&004M
10:00 AM

UPI LIPI BNPB BNPB


LIPI

Rapat konsolidasi dan desain Kaji Cepat Bersarna

2
3

Senin
Senin

Rapat'persiapan lkJieepat lokus,Na:icnal & Aeeh


Presentasi hasil kajidiAceh, BMKG, BNPB dan media Presenta$i Rekomendasi.oleh,fim Kqli Cepat Pembahasan dan penyempurnaan outline Laporan

23-Apr-12
7 iitei 2012 10 Mei2012

4
5

Senin
Kamis

13:0OAM
11:00 AM

Kumpulan Data dan Kajian Lapangan

Kamis

12 April 2010

17:00 PM

Sindo
Radio

Mencari data

timeline

penayangan berita gempa dan potensi tsunami oleh Sindo Radio

Selasa

17 April2012

t1:004M

MetrcTV

Meneari

' data

tirneline

penayangan berita gempa dan potensi tsunami oleh


MetroTV sebagai media TV berita
3

Rabu - Minggu

18-22 April2012

ACEH

Survei Aceh

Karnis

19April2012

9SOAM

BMI(G

Bermakrd,untuk mendata timeline berita gempa dan


patensitsunami timeline penayangan berita Eempa dan potensi tsunami oleh RCTI dan lembaga media elektronik Nasional
Eermalcsud untuk mendata

Kamis

19 April 2012

11:00AM

RCTI, KPI

Mencari data

Karnis

l9ABril20l2

15$CIAM

BNPg

fi,qdinq,trerita gempE dan pokasi'tsunami


7 Senin 23 April2012
15:00 AM

ANTV

tirneline penayangan berita gempa dan potensi tsunami oleh


ANTV yang termasuk salah

Mencari data

satu TV yang paling cepat menginfokan warning

tsunami
8

Jumat- Selasa

2TApril-

Mei2012

PADANG

Survei Surnbar& Padang

Evaluasi Terhadap lnaTFWS , uarapan & Kerryataan

Pada perisdwa Gempabumi,

outer-Rise, 11 Aprit 201.2

Kontrlbusi Lembaga Dalam Kajl Cepat Lapangan (Daerah)


{

BANDAACEH

LlPl :4 orang
1. EkoYulianto

LlPl : 18

- 22 April 2012 (5 hari)

2. DwiYulianto
3. Vishnu Aditya

4. Kurnia Hakim
ENFB : 2 orangtstaf.BFlP8) BNPB': I

Tiket Penginapan Uang harian Sewa kendaraan Konsumsi koordinasi

7," I I

Apfiflgjlihn$ ..'Tiket

1. Budi Sunarso

2. Ferry
BNPB : 2 orang (staf LlPl)

tlPl

:.1.S

= 2?,AFf $?$11{5,har{.1 :!::..t *ngihariah

'

,Fenginapan

1. Neneng Susilawati 2- TitikKusumawati

BMKG:1 orang

18

22 April 2012 ( 5 hari)

Tiket Penginapan Uang harian Tiket Penginapan Uang harian Sewa kendaraan Konsumsi koordinasi

PADANG

LlPl :5 orang 1. EkoYulianto

LlPl :3 orang 27 Agril - 1 Mei20l2 (5 hari) LlPl :2 orang 27 - 30 April 2012 (4 hari)

2. Minasri 3. lrind Rafliana


4- Rae Sita Pratiwi 5- Wina Natalia

GIZ:

orang {staf GIZ}:: 1-Vidiarina


1

i6lZ,: , ,
30

,,,,.:,.::'
2{2nil$
..

a.''',Ti*etr

apri'l'-

1 64gi 2g,r

1''Penginapan

i'{Jangharian

GlZ,:

l orang{*af

LlPl}

LIPI:
2T

1.i{urnia,Hakim
BNPB:2 orang

Aptil

'
-

,hiej,20i12 {5 }ia;;1

.'

:,KcnEumgi ::karordinasi

l.Theophillus
2.5lamet Riyadi
RlSTEl(:rl orang
1.

BNPB: 29 April

1 Mei 2012 (3 hari)

. . .
1,

Tiket Penginapan Uang harian

Ristek,: :.'',.-r:.,,.'....1,.,-,
27 Apt'rl- 1 Me]2012 (5 hari)
BMKG: 27 *28 April2012 (2 hari)

;'.::fiki!t:.

Nita

I
BMKG:1 orang

::Penginqpan .tJ-ang,harian

l.Weniza

. . .

Tiket Penginapan Uanq harian

Evaluasi Tef hadap lnaTEWS

. uarapan

& Kenvataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise,

ll

April

2012

77

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. Harapan

& (enyataan Pada Pedstiwa Gempatlumi, outer-Rise, 11 Ap.il 2012

lf

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. riarapan

& (enyata?n Pada peristiwa Gempabumi, outetrRise, 11 April 2012

7g

B0

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

Harapaa & (eny.taan Pada Peristiwi

Genpablmi, outer'Ri5e, 1t April 2012

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . narapan & (enyataan

Pada Peristiwa

cempabumi, outer-Rise. 11 April

2012

82

Evaluasi Terhadap lnaTEWS. rarapan & Kenyataan

Pada Peristiwa cempabumi, outer'Rise,

11Aprii201t

Evaluasi Terhadap lnaTEWS

. narapan

& Knyataan gada Peristiwa Gempabumi, outer-Rise, Ll April

2012

83

84

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . Harapar & Kenyataan

Pada Peristiwa Gempabumi,

oute.-Ri5e,

ll

Aprit 20L2

*l&, *

Evaluasi Tefhadap lnaTEWS

. garapan

& Xenyataan Pada Peristiwa Gempabumi, outer-Bise,

ll

April

?012

85

86

Evaluasi Terhadap lnaTEWS . garapan &

Kenvataan pada Peristiwa cempabumi, outer-Rise. 11 Aprit 2012

ivaluasi Terhadap lnaT[WS

. Harapan

& Kenyriaan Pada Peristiwa Gerpabumi, outer-Rise, 11 April

2012

87

ISBN 57A-573-3379-5?-e
9 ll7 A 9 7 9 3 ll3 7 A s 7 2ll

lil lilllllililil ililtlt ilil

You might also like