You are on page 1of 3

TELAT PULANG

dimana yah? Berulang kali Nita memeriksa tasnya tapi yang ia cari tak ia temukan. apa kau yang cari? kunci motorku, kayaknya saya simpan disini deh, tapi kok tidak ada! coba cari ulang, mungkin kau salah menyimpannya mmmh bibir Nita sedikit merekah kedepan, sambil memeriksa tasnya. Dapat! tuh kan hehe Nita tersipu malu Belum sempat Nita menyalakan motornya, temannya pamit duluan. Padahal ia berniat mengajaknya pulang bersama, tapi temannya menolak dengan alasan menurut persepsinya sendiri. *** Seperti hari-hari sebelumnya, Nita melewati jalan yang sama. Berhenti di perempatan yang tidak dilengkapi dengan lampu merah, hanya dua orang yang berbaju agak kecoklatan dan memakai rompi berwarna hijau yang mengatur jalannya lalu lintas. Karena hari sudah sore, jalanan pun dipadati kendaraan yang suka mengeluarkan asap pencemar lingkungan itu. Huft kalo seperti ini, akan telat sampe-nya! Sesekali Nita berbalik. Melihat mobil biru yang berada tepat disamping kanannya. Model mobilnya sih bagus, sayang kotor! Nda pintar cuci mobil yah? Ha pikiranku ini, pintar banget mengkritik. Nda sadar, kalo motorku lebih kotor. Hehehe Nita kembali berbalik melihat mobil itu. Kini bukan untuk melihat casing mobilnya, tapi memang berniat melihat isinya. Walau terlihat samar, terlihat lelaki yang mungkin hampir setengah baya tidak sabar menunggu giliran mobilnya bergerak. Sesekali ia membuka jendela kaca mobilnya dan mengeluarkan setengah kepalanya, seperti penasaran tentang sesuatu diperempatan jalan yang membuat kendaraan yang dikemudikannya berhenti. Nita berhenti memperhatikan pengemudi mobil berwarna biru itu dikarenakan ia harus menjalankan motornya, sepertinya ini gilirannya melewati kemacetan itu. Belum sempat ia

melewati perempatan, orang yang memakai rompi hijau itu menghentikannya dan mengangkat tangannya maju mundur berniat mengarahkan kendaraan yang di seberang jalur untuk maju. Ha seharusnya polisi ini memberiku jalan dulu, ini sudah hampir magrib. Rumahku masih jauh lagi. Iiissht! Nita tak lagi memperhatikan samping kanannya, kini ia berbalik melihat pengendara motor yang ada disamping kirinya. Tapi tidak cukup beberapa detik, Nita kembali menghadapkan penglihatannya kedepan. Astaga itukan seniorku, aku harus bagaimana? Mengajaknya duluan bicara? Aah jangan! Nanti dikiranya sok kenal. Kalau Nita, bukan? suara yang hampir ia kenal membuyarkan pikiranya eh kakak! oh my God, dia mengajakku bicara. Apa yang harus kukatakan! Aku deg-degan, yang saya idolakan mengajakku bicara. Bagai lewat jalan mana? suara itu lagi-lagi membuyarkan pikiran Nita. eh belok kanan, kak oh kita beda jalur ya mmhm? memangnya kakak lewat mana? belok kiri oh begitu saja, tidak ada lanjutan pembicaraan. Aah. tidak seru! Cari topik cari topik! Ayo cepat cari topik! Tapi apa? mmm... Nita, duluan ya! sekali lagi suara itu oh iya kak Nita pun mulai menjalankan motornya meninggalkan kerumunan kendaraan. Macet biasanya hal yang paling menyebalkan buat Nita, tapi hari ini , tentu saja berbeda. *** Melintasi jalan yang kanan dan kirinya dipenuhi beberapa rumah yang lantai satunya dibuat sebagai tempat usaha. Nita tersenyum, sepertinya masih terniang dikepalanya

kemacetan yang memberinya kenangan manis. Sesekali ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti memaksa pikiranya fokus ke jalanan. Sinar mentari mulai memudar. Lampu jalan pun memulai pekerjaanya, walau ada beberapa yang tak sanggup, cahayanya berkedap-kedip, setidaknya ia cukup berusaha membantu penglihatan pengguna jalan. Pohon pun membisingkan suara angin, seakan memberitahukan bahwa malam akan tiba. Sekarang berhenti di pertigaan, kini difasilitasi lampu berwarna yang mengatur lalu lintas. Mungkin karena menjelang malam, beberapa orang mengistirahatkan kendaraan berodanya sehingga kemacetan tidak melanda. Tapi lampu yang menyala merah memaksakan ia menurunkan kaki kirinya, untuk sejenak berhenti mengikuti aturan lalu lintas. Rencananya pulang cepat, haah *** Nita menulusuri lorong yang akan membawa ke tempat tujuan, rumahnya. Beberapa rumah telah menyalakan lampu terasnya. Apalagi rumah mewah, mereka seakan berlombalomba menerangi teras rumahnya dengan cahaya yang mungkin cukup menguras biaya. Melewati lapangan yang tentu saja tidak ada orang tapi tetap saja membuat Nita berbalik, walau hanya ingin melihat keadaan. Biasanya sore hari, lapangan itu dipenuhi anak-anak yan bermain meski ada beberapa pencari nafkah yang mengganggu keleluasaan anak-anak berlari. Namun sekarang, hanya sepoi angin yang berlalu lalang menggoyangkan rerumputan. Tak jauh dari lapangan, Nita menghentikan motornya. Ia turun membuka pagar berwarna biru tua dan mendorong masuk kendaraan beroda duanya. Ah sampe juga!. sambil mebuka pintu kayu tidak bermotif yang hampir sama dengan warna pagarnya. Ia melepaskan tas yang selama perjalanan memeluk punggungnya itu dan meletakkannya pelan-pelan. Sempat melirik jam yang hampir mendekati angka 7 dan menghempaskan dirinya ke tempat empuk yang selama ini menjadi alas mimpinya. Ha. Hari ini, mentari telah memadamkan cahayanya dan mulai istirahat sebelum saya sampai ke tempat yang nyaman ini!

You might also like