You are on page 1of 8

Tradisi Meron di Sukolilo Pati

Pengantar Meron adalah tradisi memperingati kelahiran nabi Muhammad juga berlangsung di kecamatan Sukolilo, 27 km arah selatan Pati.. Upacara ini ditandai dengan arak-arakan nasi tumpeng yang menurut masyarakat setempat disebut Meron. Nasi tumpeng tersebut dibawa ke masjid Sukolilo sebagai kelengkapan upacara selamatan. Prosesi Meron tersebut diikuti oleh aneka ragam kesenian tradisional setempat. Setelah upacara selamatan selesai, nasi Meron kemudian dibagikan kepada seluruh pengunjung. Pembahasan/Isi Jalanan sepanjang satu kilometer yang membelah Pegunungan Kendeng Utara di Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (17/2), penuh sesak orang. Mereka mengerumuni arak-arakan 14 meron atau gunungan yang menyerupai tombak yang ujungnya terdapat lingkaran berisi ayam jago atau masjid. Gunungan itu sangat khas, karena terbagi menjadi tiga bagian. Bagian teratas adalah mustaka yang berbentuk lingkaran bunga aneka warna berisi ayam jago atau masjid. Ayam jago menyimbolkan semangat keprajuritan, masjid merupakan semangat keislaman, dan bunga simbol persaudaraan. Bagian kedua gunungan itu terbuat dari roncean atau rangkaian ampyang atau kerupuk aneka warna berbahan baku tepung dan cucur atau kue tradisional berbahan baku campuran tepung terigu dan tepung. Ampyang melambangkan tameng atau perisai prajurit dan cucur lambang tekad manunggal atau persatuan. Adapun bagian ketiga atau bawah gunungan disebut ancak atau penopang. Ancak itu terdiri ancak atas yang menyimbolkan iman, ancak tengah simbol islam, dan ancak bawah simbol ikhsan atau kebaikan. Masyarakat Sukolilo mempercayai barangsiapa memperoleh salah satu dari bagian-bagian gunungan itu akan mendapatkan berkah sesuai dengan makna lambang-lambang itu, kata Ketua Panitia Grebeg Budaya Tradisi Meron Desa Sukolilo, Edy Purnomo. Tradisi Meron merupakan tradisi tahunan yang digelar masyarakat Desa Sukolilo setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi itu tumbuh sejak abad XVII. Waktu itu, Sukolilo masih kademangan di bawah Kasultanan Mataram di bawah perlindungan lima bersaudara yang kerap disebut pendawa Sukolilo, yaitu Sura Kadam, Sura Kerto, Sura Yuda, Sura Dimejo, dan Sura Nata. Sura Kadam merupakan salah satu abdi dalem Kasultanan Mataram. Dia menjadi penunjuk jalan sekaligus prajurit mata-mata Kasultanan Mataram ketika Bupati Pati, Wasisjoyokusuma, tidak mau tunduk kepada Kasultanan Mataram. Ketika pasukan Kasultanan Mataram sampai di Sukolilo, terjadilah pertempuran dengan prajurit Pati. Namun, pertempuran itu berakhir dengan damai berkat kepiawaian berdialog Sura Kadam dan empat tumenggung Kasultanan Mataram.

Untuk merayakan kemenangan perdamaian itu, digelarlah Tradisi Meron yang berarti gunungan keprajuritan yang membawa pepadhang (penerang) persaudaraan dan perdamaian, kata tokoh masyarakat Desa Sukolilo, Ali Zyudi. Menurut Camat Sukolilo Sukismanto , Tradisi Meron diharapkan mampu memelihara semangat persaudaraan yang beberapa waktu lalu terinjak- injak akibat tawuran tetangga desa. Dia juga meminta semangat Tradisi M eron dihidupi warga agar penghargaan keberagaman selalu terjaga. Persaudaraan dan perdamaian sekarang ini mahal harganya. Peliharalah semangat itu dan wariskan kepada anak cucu, kata Sukismanto.

Asal-usul tradisi meron Pati dan Mataram mempunyai hubungan kekerabatan yang baik. Mereka sepakat mengembangkan Islam yang subur dan menentang setiap pengaruh kekuasaan asing. Banyak pendekar sakti mataram yang didatangkan ke Pati untuk melatih keprajuritan Karena itu mereka harus tinggal berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di Pati.Ada seseorang bernama Ki Suta Kerta yang menjadi demang Sukolilo. Meskipun ayah dan kakeknya berasal dari Mataram dia belum pernah mengenal bumi leluhurnya. Tapi dia bersukur tinggal di Pesantenan karena kotanya juga makmur.Sebaliknya saudara Ki Suta yang bernama Sura Kadam ingin berbakti pada Mataram. Diapun pergi ke Mataram, ketika sedang bersiap menghadap Sultan, ada keributan. Ada seekor gajah mengamuk dan telah menewaskan penggembalanya. Sura Kadam pun berusaha mengatasi keadaan. Dia berhasil menjinakkan gajah dan menunggaginya, dia diangkat menjadi punggawa Mataram yang bertugas mengurus gajah. Suatu hari Sura Kadam bertugas memimpin pasukan Mataram menaklukkan Kadipaten Pati. Setelah perang usai Sura Kadam pun menjenguk sudaranya di kademangan Sukalilo. Demang Sura Kerta terkejut dan ketakutan. Dia takut ditangkap dan diringkus. Sura Kadam mengetahui hal itu dan menjelaskan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk menyambung tali persaudaraan dan dia sudah membaktikan diri pada Mataram. Dia minta ijin supaya para prajurit diijinkan menginap di kademangan Sukolilo sambil menunggu saat yang tepat untuk kembali ke Mataram, Sura Kadampun mengusulkan supaya mengadakan acara semacam sekaten untuk menghormatiMaulud Nabi dan memberi hiburan pada rakyat. Kemudian mereka membuat gelanggang keramaian seperti sekaten. Rakyat menyambutnya dengan gembira. Karena itulah keramaian itu disebut meron yang berasal dari bahasa jawa rame dan iron-tiron-tiruan. Dalam arak-arakan acara tersebut, diiring beberapa gunungan yang sangat khas, karena terbagi menjadi tiga bagian. 1. Bagian teratas adalah mustaka yang berbentuk lingkaran bunga aneka warna berisi ayam jago atau masjid] Ayam jago menyimbolkan semangat keprajuritan, masjid merupakan semangat keislaman, dan bunga simbol persaudaraan. 2. Bagian kedua gunungan itu terbuat dari roncean atau rangkaian ampyang atau kerupuk aneka warna berbahan baku tepung dan cucur atau kue tradisional berbahan baku campuran tepung terigu dan tepung. Ampyang melambangkan tameng atau perisai prajurit dan cucur lambang tekad manunggal atau persatuan. 3. Adapun bagian ketiga atau bawah gunungan disebut ancak atau penopang. Ancak itu terdiri ancak atas yang menyimbolkan iman, ancak tengah simbol islam, dan ancak ba wah simbol ikhsan atau kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang sangat menginginkan kebebasan. Bebas bersuara, bebas berbuat, bebas memiliki, bebas berfikir, bebas memilih dan bebas sebebas bebasnya. Ini adalah hak asasi manusia, sebuah hak yang dibawa sejak lahir. Atas dasar kebebasan inilah banyak kejadian atau peristiwa yang terjadi diatas dunia ini. Kita lihat perilaku para pejabat karena kebebasan ini banyak yang terlibat korupsi. Para artis karena kebebasan ini banyak yang membuat video porno. Para pakar hukum karena kebebasan ini banyak yang melanggar hukum, bahkan ada yang bilang hukum di buat untuk dilanggar. Para pemuka agama karena kebebasan ini, yang sudah jelas hukumnya haram di buat samarsamar. Para mahasiswa karena kebebasan ini menghujat kiri kanan tidak melihat dirinya seperti apa, merusak aset negara, berkelahi antar kampus dan lainnya. Inilah kebebasan yang di pandang dari nilai negatifnya. Tetapi bagi orang-orang yang sadar akan kebebasan ini, mereka gunakan untuk ajang kreasi yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara. Patuh dengan peraturan agama dan negara, mempunya tata krama, selalu berfikir membangun dan memotivasi agar dunia menjadi aman dan tenteram. Jadi dapat dilihat bahwa kebebasan memiliki masing masing makna tergantung dari setiap individu yang memaknai. Apakah kebebasan yang menjadi kebablasan berpendapat yang akhirnya digunakan untuk mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain, ataukan kebebasan yang digunakan dengan baik untuk saling memotivasi dan sekedar menceritakan pengalaman dan kisah hidupnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa hakekat kebebasan berpendapat itu? 2. Bagaimana kebebasan berpendapat yang terjadi disekitar kita? 3. Apa kebebasan berpendapat yang sebenarnya menurut penulis sebagai generasi muda?

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Kebebasan Berpendapat Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran. Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal tersebut telah dicantumkan dalam UUD 1945 Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Dan selanjutnya pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat dinyatakan dalam pasal 1 (1) UU No.9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan

lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur kemerdekaan mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan Undang-undang No.9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Pengertian di muka umum adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang. Selain itu, mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan tentan kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum (Penjelasan Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998)[1]. Adapun cara-cara mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum; 2. Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat, opini dalam surat kabar; 3. Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi(unjuk rasa), mogok makan. Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlundungan hukum. Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan salah pengertian (miss communication) yang mengakibatkan konflik yang berkepanjangan antaranggota masyarakat. Pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dapat dilihat dalam tujuan pengaturan tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum sebagai berikut (Pasal 4 UU No.9 Tahun 1998)[2]: 1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945; 2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat; 3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi; 4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk menempatkan tanggung jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok. Oleh karena itu, ada beberapa asas yang harus di taati dalam kemerdekaan mengemukakan pendapatdi muka umum (Pasal 3 UU No.9 Tahun 1998)[3], yaitu: 1. 2. 3. 4. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban; Asas musyawarah dan mufakat; Asas kepastian hukum dan keadilan; Asas proporsionalitas, dan

5. Asas manfaat. Semua pendapat dan keinginan pribadi yang mempunyai aspek sosial harus diperbincangkan terlebih dahulu dalam hubungannya dengan kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan. Ni tidak berarti bahwa masing masing pribadi tidak boleh mempunyai pendapat sendiri sendiri dalam soal soal yang menyangkut kepentingan bersama. Cara berfikir demikian menghendaki bahwa kemauan tiap pribadi dan pikiran tiap pribadi diperimbangkan masak masak oleh mereka sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk diuji apakah gagasan tersebut akan merusak keselarasan dalam masyarakat atau tidak[4] Pada butir pertama dikatakan ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hak disini sudah jelas yaitu hak dalam mengemukakan pendapat, mengeluarkan pikiran dimuka umum. Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dn bertanggung jawab di muka umum (Pasal 6 UU No.9 Tahun 1998) terdiri atas: Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain; Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum; Mentaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Pada sisi lain aparatur pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 7 UU No.9 Tahun 1998), yaitu: 1. Melindungi hak asasi manusia; 2. Menghargai asas legalitas; 3. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan 4. Menyelenggarakan pengamanan. Sedang masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab agar penyampaian pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan damai (Pasal 8 UU No.9 Tahun 1998). Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Unjuk rasa atau demonstrasi sebagai salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Rapat umum adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang banyak dengan tema tertentu. Adapun pengertian pawai adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dilakukan oleh orang banyak dengan cara melakukan perarakan. Sedangkan mimbar bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang banyak dengan bebas, tema dan pembicaraan dilakukan secara bersifat spontan. B. Implementasi Kebebasan Berpendapat di Indonesia Kebebasan berpendapat adalah hak setiap orang untuk mengeluarkan segala apresiasinya tetapi tetap dengan kaidah, norma dan etika yang baik dalam penyampaiannya. Namun tidak

1. 2. 3. 4. 5.

sedikit dari masyarakat yang menyalahgunakan hak mereka untuk bebas berpendapat. Dari mengeluarkan opini yang menghujat salah satu pihak tanpa pertanggungjawaban yang jelas karena hanya sekedar untuk menjatuhkan target yang dimaksud, sampai dengan penggunaan kata kebebasan dalam berekspresi yang diwujudkan dalam perilaku yang bebar benar bebas dalam mengekspose tubuhnya, biasanya hal ini dilakukan oleh artis artis. Di negara kita, kebebasan dalam mengemukakan pendapat pada zaman orde baru masih sangat tabu bagi masyarakat. Sebagian besar dari mereka masih ada rasa takut untuk mengeluarkan unek unek yang ada dalam diri mereka. Takut dengan para pejabat yang duduk di kursi pemerintahan. Dapat dicontohkan melihat kasus kebijakan pemerintah untuk membredel harian atau surat kabar yang oposisi dengan pemerintah. Secara jelas dapat kita lihat bahwa hal ini dilakukan untuk tetap menjada legitimasi pemerintah, karena pada masa itu dikenal dengan rezim kepemimpinan yang sangat memperhatikan prestise pemerintah dan mereka tidak mau kehilangan prestise dari jabatan atau kedudukan mereka sebagai penguasa. Namun jika ditilik masa sekarang, justru kebebasan dalam berpendapat tidal lagi bersifat bebas namun sudah bablas. Tiap tiap individu masyarakat sangat bebas dalam mengeluarkan pikiran dan menyuarakan pendapat. Hal ini tidak diimbangai dengan pengawasan pemerintah untuk mengatur lalu lintas pengemukaan pendapat masyarakat umum. Dapat dilihat dari kasus Prita Mulyasari yang mengeluarkan pemikirannya berupa keluh kesah terhadap pelayanan yang diterimanya dari RS Omni Internasional. Menurut bebrapa sumber, isi dalam milisnya tidak menjatuhkan pihak Omni. Hanya judul dari tulsannya lah yang menjadi masalah. Sebenarnya jika diluruskan dengan baik, Prita tidak harus menjalani kehidupan sebagai tahanan kota, bahkan sesaat yang lalu terdengar berita bahwa Prita mendapat undangan untuk sidang kembali mengenai kasusnya. Selain itu, banyak pendapat pendapat atau opini opini yang sangat tidak ada pengontrolan yang terdapat dalam jejaring sosial khususnya Facebook. Banyak dari masyarakat yang mengkritisi pemerintah atau mengeluarkan pendapatnya namun dengan bahasa yang kurang sopan bahkan cenderung menghujat dan mencaci target yang bersangkutan. Update status yang menggunakan kata kata kasar padahal beranda Facebook dapat dilihat oleh semua orang ang menjadi temannya dalam jejaring tersebut. Kebebasan yang terlalu kebablasan ini juga diungkapkan oleh PM Malaysia Mahatir Mohammad, yang menilai penerapan demokrasi di Indonesia terlalu bebas. Demokrasi yang diterapkan menyeluruh pada masyarakat yang masih belajar justru berujung pada melencengnya substansi utama yakni kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk kebebasan tersebut yakni banyaknya jumlah partai politik sebagai efek dari tingginya animo masyarakat untuk menjadi petinggi negara. Akibatnya, dukungan terhadap pemerintahan menjadi lemah. Bahkan, pemerintahan yang didukung koalisi partai dinilai sangat lemah. Ideologi negara yang seharusnya menjadi landasan dukungan justru berkurang dengan banyaknya jumlah partai. Jadi jika disimpulkan, permasalahan kebebasan daam berpendapat saat ini bukan pada permasalahan pendapat yang terkekang. Namun bagaimana pemerintah dalam mengatur masyarakat yang mulai mengkritisi segala peristiwa yang terjadi dan terkesan kebablasan tersebut. C. Kebebasan Menurut Generasi Muda

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa masyarakat telah dijamin hak dan kewajibannya dalam mengemukakan pendapat dimuka umum. Pemerataan hak dalam berpendapat sudah dilakukan pemerintah yaitu dengan usahanya dalam mewujudkan Pemilihan Umum, dengan harapan semua warga negara dapat menyuarakan pilihan terhadap calon calon yang diajukan dalam kandidat legislatif maupun Presiden dan Wakil Presiden. Dengan adanya pemilihan umum ini diharapkan wakil wakil rakyat yang menempati kursi dewan adalah mereka mereka yang benar benar membawakan suara masyarakat. Anggota masyarakat yang sudah memenuhi ketentuan sebagai pemilih, akan diberikan haknya untuk mengikuti pemilu. Kriteria yang harus dipenuhi antara lan adalah warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun dan atau sudah menikah. Yang nantinya akan didaftar menjadi pemilih dengan syarat : a) tidak terganggu jiwanya, b) tidak dicabut hak pilihnya berdasar putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap[5]. Seharusnya usaha penyamarataan hak tersebut dapat terlaksana dengan baik dengan adanya pengawasan dalam pemilu agar terhindarnya praktek suap, sehingga masyarakat memilih sesuai dengan hati nuraninya.
Bebas berpendapat bukan berarti bebas dari segala konsekuensi yang ditimbulkan atas pendaat yang telah dikemukakan, namun juga harus bertanggung jawab. Oleh karena itu agar terhindar dari hal hal yang merugikan dalam Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998 butir a dan b, yang menyatakan asas Musyawarah dan mufakat serta asas manfaat. Sebelum mengeluarkan pendapat dimuka umum setidaknya dipikirkan terlebih dahulu agar tidak menuai konflik. Ditimbang baik buruknya atau manfaat bagi masyarakat. Pengadaaan kolom kolom publik dalam surat kabar juga sebagai upaya penyaluran suara rakyat bagaimana mengkritisi peristiwa yang ada di negara secara lebih up to date. Milis milis dan forum forum diskusi juga banyak terdapat di dunia maya. Tinggal bagaimana pemerintah dapat menggiring masyarakat agar mau menyuarakan pendapatnya pada tempat yang tepat. Selain itu juga adanya pengawasan yang lebih ketat dalam penyaringan pendapat pendapat yang kurang berkenan. Dapat dikatakan pemerintah kurang cerdas dengan masyarakatnya, karena banyak saya lihat blog maupun web yang secara terang terangan menghina aparatur negara bahkan negara namun akun blog tersebut masih saja aktif. Sepertinya pemerintah menyepelekan hal ini yang padahal bisa merusak citra bangsa di mata masyarakat. Kebebasan dalam berpendapat seharusnya dapat sesuai dengan Pasal 6 UU No. 9 Tahun 1998, yaitu Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain; menghonnati aturan-aturan moral yang diakui umum; menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; menjaga dan menghonnati keamanan dan ketertiban umum; dan menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Jika pemerintah mau bersikap baik dengan masyarakat, dan bisa memberikan penyuluhan dengan baik pula, segala peraturan akan dapat diikuti oleh masyarakat. Intinya, pemerintah harus mendapatkan legitimasinya kembali agar masyarakat kembali menyegani pemerintah dan tidak dianggap remeh. Dengan demikian masyarakat dapat menghormati pemerintah.

a. b. c. d. e.

Jadi, kebebasan dalam berpendapat melihat baik buruknya pendapat yang akan dikeluarkan. Adil yang dalam artian semua masyarakat dari segala lapisan dapat memberikan aspirasinya, tidak terbatas dalam satu golongan saja yang dianggap mewakili. Pemerintah juga harus sigap dlam menanggapi aspirasi masyarakat dewasa ini yang dpat dikatakan kebablasan. Dengan adanya pengontrolan situs situs, media cetak maupun elektronik. Bagi mereka mereka yang peduli terhadap sesama, tentu akan memanfaatkan haknya dalam kebebasan berpendapat untuk memberikan sumbangsih terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat sekitarnya. Bagi penulis buku buku atau novel, mereka akan mendedikasikan karyanya untuk bakti sosial. Hal ini dapat dikatakan sebagai sisi positif dari kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat yang benar benar terpenuhi juga akan memudahkan pemerintah dalam pengembangan wilayah baik infrastruktur maupun suprastruktur. Sehingga rakyat tidak ada kesan terhalang halangi dalam pengaduan perkembangan daerahnya dan dana yang diberikan dapat digunakan dengan baik dan maksimal. Hal ini juga didukung dengan adanya fasilitas yang mendukung agar masyarakat dapat dengan mudah menyalurkan aspirasinya.

[1] http://www.isi-dps.ac.id/wp-content/uploads/2009/04/09-98.pdf [2] Ibid., [3] Ibid., [4] Miriam Budiarjo (Ed). 1980. Masalah Kenegaraan. Jakarta: PT Gramedia Hlm 58 - 59 [5] Muhammad Nadjib (ed). 2005. Pemilu 2004 Dan Eksperimentasi Demokrasi. Yogyakarta : Komisi

Pemilihan Umum Yogyakarta

You might also like