You are on page 1of 48

BAB 1

1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN

PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan dengan tujuan mencapai keberlanjutan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin melalui proses pemberdayaan masyarakat, yang dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pengokohan kelembagaan masyarakat di tingkat basis yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM). BKM/LKM tersebut diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhannya, sekaligus menjadi lokomotif upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. Intervensi PNPM Perkotaan yang dilakukan terdiri dari transformasi sosial masyarakat dari Miskin menjadi Berdaya, kemudian menuju Mandiri dan pada akhirnya tercapai tatanan masyarakat Madani. Saat ini, PNPM Mandiri Perkotaan berhasil membangun pondasi masyarakat berdaya melalui perubahan sikap/perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai universal. Sejalan dengan kebijakan Tim Pengendali PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2012-2014 merupakan phase kemandirian, yang difokuskan pada upaya membangun kemandirian masyarakat. Strategi phase kemandirian meiliputi: (1) Memperkuat kelembagaan masyarakat (BKM & UP-UP), (2) Melaksanakan Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK), dan (3) Mengembangkan Program Kawasan Permukiman Produktif, melalui Neighbourhood Development. Dengan demikian, PPMK merupakan salah satu komponen program PNPM Mandiri Perkotaan pada phase kemandirian. Kegiatan PPMK merupakan salah satu pengembangan konsep TRIDAYA khususnya melalui peningkatan penghidupan warga miskin dan perempuan yang terhimpun dalam KSM. Strategi pelaksanaan PPMK melalui proses pendampingan dan fasilitasi. Pendampingan dan fasilitasi KSM pada dasarnya menjadi bagian dari proses pembelajaran masyarakat dalam dinamika kelompok. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperkokoh ikatan

Pedoman Teknis PPMK

kebersamaan, solidaritas dan kepedulian sesama anggotanya agar mampu memecahkan persoalan-persoalannya secara bersama, memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Pedoman Teknis PPMK ini disusun sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK sebagai salah satu strategi penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan penghidupan masyarakat miskin berbasis komunitas.

1.2.

Dasar Pemikiran

Pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat TIDAK BERDAYA menuju BERDAYA, MANDIRI dan menuju MADANI. Kondisi sosial masyarakat hasil pendampingan sampai saat ini sudah pada tahap Berdaya menuju Mandiri.

KE G IATA N

Penyiapan masyarakat

Pembentukan BKM

Penyusunan PJM Pronangkis

Pemanfaatan dana BLM

Penanggulangan Kemiskinan Terpadu

Kemitraan Replikasi
PPMK: Kemitraan, Manajemen Replikasi dan Usaha KSM

Programprogram khusus yang komprehensif

Perbaikan Sikap, Perilaku, dan Cara Pandang

T U J U AN

Belajar Bersinergi diantara Masyarakat

Belajar membuat program kegiatan

Pelaksanaan rencana kegiatan

Mampu bermitra dengan Pemerintah & lainnya

PPMK: Sumber sumber Daya daya mendukung Manajemen potensial dan Usaha KSM

Mampu Mampu Mengakses SumberDaya mengakses

Mengelola Pembangunan Permukiman

Peneladanan Nilai Universal & Prinsip Kemasyara - katan

Lembaga Masyarakat yang Representatif (BKM/LKM)

Program Masyarakat yg Penanggulangan Mencerminkan Kemiskinan TRIDAYA

Sinergi antara Pemerintah , Masy. & Lainnya

H AS IL

PPMK: KSM Sumber bermitra dalam Daya meningkatkan manajemen lainnya dan Usaha

Bermitra Bermitra Dg Sumber dengan daya lain

Komunitas yg Melembagakan GG dan permukiman yang tertata

Gambar 1.1. Proses Transformasi Sosial Melalui Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan

Pedoman Teknis PPMK

Tahap transformasi ini dicirikan oleh terjadinya kemitraan sinergis antara Pemerintah dengan Masyarakat, yang didukung oleh dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil lainnya (Public Private Partnership/PPP). Pengalaman berbagai program penanggulangan kemiskinan, diperoleh pembelajaran bahwa untuk dapat terjadinya suatu gerakan bersama dalam menanggulangi kemiskinan diperlukan keterlibatan semua komponen masyarakat dan pemerintah meliputi pemerintah dan pemerintah daerah, dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil. Intervensi program PNPM Mandiri Perkotaan dalam mewujudkan transformasi masyarakat dari berdaya menuju mandiri, setidaknya terdiri dari dua hal: a. b. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) yang merupakan kemitraan antara pemerintah daerah dengan masyarakat. Membangun kemitraan dan replikasi program, yang melibatkan berbagai program sarana/prasarana lingkungan permukiman dan Program penanggulangan kemiskinan dibidang sosial (pendidikan, santunan, kesehatan, dll), program perbaikan/pembangunan Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK). Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan intervensi pada pengembangan kegiatan-kegiatan produktif masyarakat yang secara langsung dapat meningkatkan penghidupan masyarakat miskin dengan pendekatan pendampingan KSM. Oleh karena itu pendampingan difokuskan pada penguatan kelembagaan dan pengembangan usaha KSM. Strategi pendampingan penguatan kelembagaan dan pengembangan usaha KSM dalam PPMK dilakukan melalui prinsip pengembangan lima asset sumber penghidupan manusia, yakni : modal sumberdaya manusia (human capital), modal sosial (social capital), sumberdaya alam (natural capital), sumberdaya fisik (phisical capital) dan sumberdaya keuangan (financial capital), sebagaimana gambar berikut:

Pedoman Teknis PPMK

Gambar 1.2. Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Penghidupan

Strategi pelaksanaan pengelolaan sumber penghidupan tersebut, berorientasi pada penguatan kapasitas kewirausahaan masyarakat miskin agar mampu mengoptimalkan kreativitas dan inovasi serta semangat kewirausahaannya. Untuk itu dilakukan serangkaian kegiatan penyadaran maupun penguatan kapasitas anggota KSM, sehingga terbangun sumber daya manusia yang tangguh di KSM dampingan tersebut (Human Capital). Sumber Daya Manusia yang tangguh memerlukan dukungan modal sosial (social capital), melalui proses inklusi dan partisipasi masyarakat. Proses ini memerlukan dukungan stakeholders diantaranya BKM, Unit Pengelola, relawan serta pihak swasta dan pemerintah lokal, sehingga mampu mendukung pengembangan KSM. Asset sumberdaya fisik (phisical capital) merupakan bagian penting dalam peningkatan penghidupan masyarakat. Sumberdaya fisik dalam bentuk pengembangan infrastruktur produktif yang mendukung peningkatan penghidupan masyarakat, antara lain kios kerajinan, pasar, tempat pelelangan ikan, sandaran perahu, irigasi sederhana, jalan ke sentra produksi dan lain-lain. Pengelolaan asset sumber daya alam (natural capital) adalah kemampuan KSM dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitarnya sebagai bahan baku, produksi, budidaya yang menunjang keberlanjutan kegiatan produktif untuk meningkatkan penghidupan warga miskin. Pengelolaan asset sumber daya keuangan (financial capital) pada hakekatnya mengelola kemampuan KSM dalam pemupukan modal sendiri serta memperluas akses terhadap pelayanan

Pedoman Teknis PPMK

berbagai lembaga keuangan diantaranya UPK-BKM, koperasi, Baitul Mal wa Tanwil (BMT), Lembaga Keuangan Mikro, Perbankan, Pemda, CSR dll. Melalui integrasi dan pengokohan pilar-pilar peningkatan penghidupan masyarakat di atas, diharapkan dapat menciptakan KSM-KSM Mandiri yang dapat menumbuhkembangkan kegiatan usaha produktif dan kreatif yang berkelanjutan (sustainability) sehingga secara langsung KSM benar-benar berorientasi dan berperan sebagai peningkatan penghidupan masyarakat miskin yang menjadi anggota-anggota KSM tersebut. Apa itu PPMK ? PPMK merupakan salah satu komponen PNPM Perkotaan, yang difokuskan pada penguatan KSM dalam rangka peningkatan penghidupan Masyarakat Prinsip Dasar Pengembangan penghidupan masyarakat adalah Penguatan akses masyarakat miskin (KSM) kepada 5 asset sumber penghidupan manusia, yakni modal SDM (human capital), modal sosial (social capital), sumberdaya alam (natural capital), sumberdaya fisik (phisical capital) dan sumberdaya keuangan (financial capital). Dalam pengelolaan sumber penghidupan tersebut, PPMK terkait dengan meningkatkan kemampuan KSM dalam mengakses berbagai sumber modal penghidupan. Fokus pendampingan penguatan KSM, selain terkait dengan kelancaran modal keuangan, terutama juga berorientasi pada efektivitas kegiatan produktif yang dikembangkan KSM, sehingga dapat berkontribusi positif bagi peningkatan penghidupan anggotanya.

1.3.

Tujuan

Menguatkan kelembagaan dan kegiatan usaha KSM secara mandiri dan berkesinambungan yang berorientasi pada peningkatan penghidupan masyarakat miskin (sustainable livelihood)

1.4.

Prinsip Dasar
prinsip-prinsip

Secara umum prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan PPMK mengacu pada khusus prinsip-prinsip dasar PPMK adalah sebagai berikut:

sebagaimana yang terdapat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, sedangkan secara

Pedoman Teknis PPMK

Kemitraan.

Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan PPMK didorong untuk

mewujudkan kemitraan dan kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan dalam rangka optimalisasi upaya dan manfaat kegiatan bagi warga miskin. Kewirausahaan. Dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat memerlukan jiwa pelaku usaha yang kuat, kukuh, kreatif dan tidak mudah terguncang dalam menghadapi berbagai persoalan yang menghalangi usahanya, sehingga kegiatan peningkatan penghidupannya dapat lebih produktif, tumbuh dan berkelanjutan. Kelembagaan. KSM menjadi wahana belajar mengukuhkan pranata social yang memperteguh kebersamaan dalam memperjuangkan tujuan dan kepentingan anggotaanggotanya serta memperkokoh kemandirian KSM dalam mengembangkan kapasitas sosial ekonomi anggotanya. Kearifan Lokal. Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat didasarkan optimalisasi sumber daya setempat yang ada di wilayahnya maupun sekitarnya, baik sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya produksi dan pasar, sumber daya pendanaan, dan sumber daya lainnya, dalam rangka mendukung usaha yang akan dikembangkannya. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

1.5.

Keluaran

Keluaran atau hasil yang diharapkan dari kegiatan PPMK adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat melaksanakan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat berorientasi tridaya 2. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat mengakses serta bekerjasama dengan berbagai pihak dalam berbagai program tridaya untuk peningkatan penghidupan masyarakat; 3. Meningkatnya jumlah warga miskin peserta kegiatan PPMK

1.6.

Strategi

Dalam kerangka mencapai tujuan, PPMK menerapkan 3 (tiga) strategi dasar yang satu sama lain merupakan satu kesatuan, yaitu:

Pedoman Teknis PPMK

1.

Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan KSM Kelembagaan KSM mencakup media (wadah) dan pranatanya (prinsip, nilai, aturan dan pengaturannya). KSM dalam PPMK merupakan media proses pembelajaran warga miskin (PS-2) dalam rangka memperkokoh dan mempertangguh nilai-nilai universal dan saling peduli antar anggotanya. KSM juga menjadi wahana belajar memperteguh nilai-nilai musyawarah mufakat dalam proses pengambilan keputusan kelompok, kemandirian dalam mengembangkan kapasitas sosial ekonomi anggota keluarganya serta memperkuat posisi tawar agar dalam mengembangkan penghidupan para anggota semakin meningkat sehingga kesejahteraan anggota KSM semakin meningkat dan berkesinambungan. Peningkatan kapasitas usaha warga miskin (PS-2) yang terhimpun dalam KSM, dilakukan melalui pendampingan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan KSM, mencakup aspek: manajemen organisasi dan administrasi KSM, tingkat keaktifan pengurus dan para anggotanya, tata kelola dalam mencapai tujuan, nilai dan prinsip dasar serta aturan dan pengaturan KSM.

2.

Meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat miskin dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat Kapasitas kelompok masyarakat miskin mencakup dimensi moral, intelektual, material dan manajerial. Kelompok masyarakat miskin yang terdiri dari kumpulan beberapa rumah tangga pada dasarnya telah memiliki asset berupa : asset keuangan, asset sosial (modal sosial/nilai-nilai kebajikan/jaringan sosial), asset fisik lingkungan, asset sumberdaya manusia maupun asset yang berkaitan dengan akses terhadap sumber daya alam dan informasi. Peningkatan kapasitas tersebut dimaksudkan untuk memperluas akses terhadap berbagai asset, diantaranya kebebasan dalam menyalurkan aspirasi dalam proses pengambilan keputusan pembangunan guna kesinambungan kualitas kehidupan keluarga miskin. Akses pendukung peningkatan ekonomi (usaha) diantaranya berupa peningkatan kapasitas pengetahuan, keterampilan teknis usaha, manajemen ekonomi rumah tangga, perluasan pemasaran serta kemampuan menyampaikan aspirasi untuk mendorong perlindungan dalam berusaha agar tingkat resiko kerentanannya berkurang.

3.

Meningkatkan pelayanan BKM melalui Unit-Unit Pelngelola untuk masyarakat miskin Keberadaan BKM serta Unit-Unit Pengelolanya (UPK, UPL dan UPS) dimaksudkan untuk memperluas dan mempermudah akses pelayanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah dalam meningkatkan penghidupannya. Secara umum layanannya berupa penyediaan akses infratruktur permukiman maupun infrastruktur produktif, akses social dan akses ekonomi, terutama dukungan dana bergulir untuk usaha produktif. Terkait pelaksanaan program PPMK,
Pedoman Teknis PPMK

maka orientasi pelayanan masing-masing unit pada prinsipnya diarahkan pada jenis-jenis kegiatan produktif yang dapat menunjang secara langsung peningkatan penghidupan masyarakat miskin secara berkesinambungan.

Pedoman Teknis PPMK

BAB 2
2.1.
2.1.1.

KETENTUAN UMUM
Jenis-Jenis Kegiatan dalam PPMK
Jenis Kegiatan Pelayanan Sosial melalui pengembangan kapasitas KSM;
Jenis-jenis kegiatan pelayanan social bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK, antara lain meliputi pelatihan, sosialisasi, vocational & on the job training, dll.
Contoh Jenis Kegiatan Pelayanan Sosial dalam Program PPMK Kegiatan pelatihan KSM, antara lain melalui Pelatihan manajemen & organisasi kelompok, pelatihan entrepreneurship, pelatihan manajemen usaha, dll Kegiatan sosialisasi dan pemasaran KSM, antara lain melalui sosialiasi, pemasaran usaha di media lokal, booklet produk usaha, bazzar hasil usaha, pameran/event, dll Kegiatan Vocational & On the job training, antara lain praktek latihan usaha, magang, on the job training, dll); Peralatan Produksi, peralatan2 yg menjadi praktek produksi atau kegiatan usaha, menjadi bagian dari kegiatan pelatihan dengan dana kegiatan sosial. Contoh peralatan, al. Mesin Tenun, Mesin Bubut, Alat Cetak Batako, dll. Dll sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku

2.1.2.

Jenis Kegiatan Pelayanan Infrastruktur Produktif melalui kegiatan prasarana pengembangan penghidupan masyarakat;
Jenis-jenis kegiatan pelayanan Infrastruktur produktif bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK, antara lain meliputi prasarana produksi bata/ paving, showroom, pasar lokal/kios, prasarana limbah usaha, dan prasarana lainnya.
Contoh Jenis Kegiatan Pelayanan Infrastruktur Produktif dalam Program PPMK Kegiatan Infrastruktur Usaha Produktif, antara lain pembangunan showroom (ruang pamer produk) lokal, kios lokal, pasar lokal/tradisional, tempat pelelangan, jalan ke sentra produksi Kegiatan Usaha Infrastruktur, antara lain melalui usaha cetak bata, usaha cetak batako, usaha pembuatan genteng, usaha bengkel, usaha sewa peralatan dll Kegiatan Usaha Permukiman, antara lain Pengelolaan Sampah warga, Pengelolaan air minum, pengelolaan sanitasi warga, pengelolaan rumah sehat, Usaha kerajinan dari sampah atau limbahlimbah (kaleng/ botol bekas), Usaha daur ulang kertas dll); Manajemen Infrastruktur, Bengkel kontruksi, relawan/ building controller, usaha penyusunan Maket, design, dll. Dll sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku

Pedoman Teknis PPMK

2.1.3.

Jenis Kegiatan Pelayanan Ekonomi melalui dana bergulir bagi KSM;


Jenis-jenis kegiatan pelayanan ekonomi bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK dilakukan melalui penyediaan dana bergulir bagi KSM-KSM Unggulan (yang telah terseleksi) untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi produktif untuk peningkatan penghidupan masyarakat miskin.
Contoh Jenis Kegiatan Pelayanan Ekonomi dalam Program PPMK Kegiatan Usaha primer pertanian produktif dan kreatif, antara lain usaha terkait Tanaman pangan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dll Kegiatan usaha pengolahan produktif dan kreatif oleh Home bisnis/industri, antara lain melalui Usaha kerajinan akar rotan tumbuhan , Usaha kerajinan anyam bambu, Usaha kerajinan pengolahan daun, Usaha pengolahan keripik singkong atau kulit singkong, Usaha budidaya jamur merang, Usaha pandai besi, dll Kegiatan Usaha jasa produktif, antara lain Sablon, Multimedia, Perbengkelan, Las, Rias pengantin, Perawatan kesehatan, dll Dll sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku

2.2.

Sasaran

2.2.1. Sasaran Penerima Manfaat


Penerima manfaat program PPMK adalah KSM-KSM dengan kriteria sbb : 1. Memiliki kegiatan produktif yang berpotensi dikembangkan (prospektif). Bagi KSM Ekonomi: Jenis Usaha sektor Jasa maupun produksi, yang prospektif pemasaran tinggi dan melibatkan warga miskin Bagi KSM Lingkungan: Memiliki kegiatan produktif seperti pembuatan batu bata/batako. Berpengalaman membangun sarana produksi atau instalasi lingkungan yang mendukung produksi/ penghidupan (pasar lokal/kios, prasarana limbah usaha, dan prasarana lainnya). Bagi KSM Sosial: Pernah melakukan pelatihan kerja, magang dan tindaklanjut usahanya berkelanjutan

2. Jumlah anggota minimal 5 orang, 3. Minimal 2/3 anggota KSM adalah warga miskin (terdaftar dalam PS-2) 4. Memiliki perangkat organisasi dan administrasi sederhana. 5. Bagi KSM yang memiliki kegiatan dana bergulir pernah mendapat pinjaman dari UPK atau lembaga keuangan lain dengan tingkat pengembalian pinjaman > 90%. 6. Bagi KSM bentukan baru dari warga miskin yang berasal dari beberapa KSM yang memiliki usaha sejenis, aneka usaha atau memiliki potensi untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Pedoman Teknis PPMK

10

2.2.2. Sasaran Lokasi


Sasaran lokasi kegiatan PPMK harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Kinerja kelembagaan BKM minimal Berdaya 2. Opini audit tahun buku sebelumnya Wajar Tanpa Pengecualian 3. Kinerja sekretariat BKM minimal memadai selama 3 bulan terakhir.

2.3.

Komponen Program

Kegiatan PPMK terdiri dari 3 (tiga) komponen sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM 2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PPMK 3. Bantuan Teknis
2.3.1. Komponen Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan

kapasitas kelembagaan dan usaha KSM


Komponen Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM dilakukan dalam kerangka penguatan siklus program di tingkat masyarakat, seperti tergambar dalam siklus berikut ini:

Pedoman Teknis PPMK

11

Gambar 2.1. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kerangka Memperkuat Siklus Program di Tingkat Masyarakat

MUSRENBANG KECAMATAN

PJM/ RENTA

PJM dan RENTA yang sudah disesuaikan diajukan ke Musrenbang Kecamatan

REVIEW RENTA, KINERJA LKM dan KEUANGAN

KSM

Penguatan dan pengembangan KSM dalam meningkatkan penghidupan masyarakat miskin (PPMK)

KSM merupakan bagian dari siklus pembelajaran di tingkat masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan. PPMK adalah salah satu komponen PNPM Mandiri Perkotaan yang difokuskan pada penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM.

2.3.2. Komponen Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PPMK


Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana bantuan langsung masyarakat (BLM) PPMK. BLM PPMK bersifat stimulan dan disediakan untuk memberi akses kepada masyarakat miskin yang tergabung dalam KSM peserta kegiatan PPMK. BLM PPMK dapat digunakan untuk modal kerja, investasi dan penguatan kapasitas untuk mendukung usaha produktif yang layak berdasarkan penilaian UPK dan mendapat persetujuan BKM yang dinyatakan dalam Berita Acara Penetapan KSM Peserta Kegiatan PPMK. KSM yang berhak menerima pinjaman BLM PPMK adalah KSM yang sudah tidak memiliki pinjaman dari UPK atau lembaga keuangan lainnya.

Pedoman Teknis PPMK

12

A.

Alokasi Pagu BLM PPMK

Besarnya pagu BLM PPMK tiap kelurahan terseleksi adalah maksimal sebesar Rp 100 juta/ BKM. Jumlah realisasi untuk setiap KSM sepenuhnya tergantung pada kelayakan proposal masingmasing KSM. BLM PPMK dialokasi untuk membiayai modal kerja, investasi dan pengembangan kapasitas yang dikelola oleh UPK dan BKM, khusus untuk peningkatan pendapatan masyarakat miskin. BLM PPMK digulirkan dan dimanfaatkan hanya untuk anggota KSM yang masuk kategori miskin (PS-2) setelah mendapat persetujuan BKM. Pada tahap awal, maksimal 5 (lima) KSM peserta PPMK terseleksi memperoleh dana BLM PPMK dengan jumlah dana yang diterima setiap KSM harus sesuai kebutuhan yang tercantum dalam proposal kegiatan yang disetujui BKM. Pada tahap berikutnya, minimal 2 (dua) KSM baru peserta PPMK menerima perguliran dana BLM PPMK setiap tahunnya. Jumlah dana BLM PPMK yang telah ada di rekening BKM harus diinformasikan secara luas dan transparan kepada semua warga kelurahan dan perangkat kelurahan setempat. Demikian pula jumlah dana BLM PPMK yang telah diterima dan ada di rekening KSM harus diinformasikan secara transparan kepada seluruh anggotanya. Penyampaian informasi perkembangan perguliran dana BLM PPMK secara berkala disampaikan BKM kepada masyarakat dan perangkat kelurahan setempat, serta disampaikan KSM kepada anggota-anggotanya secara transparan dan akuntabel. B. Persyaratan Penyaluran dan Pencairan Dana BLM PPMK

Dana BLM disalurkan langsung kepada BKM/LKM melalui dua tahap, yakni tahap I 60% dan tahap II 40%, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persyaratan Pencairan dan Pemanfaatan BLM PPMK Tahap Pencairan Syarat Pencairan ke BKM Hasil Seleksi dan Penetapan Lokasi PPMK (Berita Acara Hasil Seleksi Lokasi PPMK dan SK Penetapan Tahap I (60%) Lokasi PPMK). BKM/LKM sosialisasi BKM/LKM telah PPMK melaksanakan di Tingkat Surat Syarat Pemanfaatan ke KSM Proposal/usulan KSM peserta

kegiatan PPMK telah dinyatakan layak oleh UPK dan disetujui oleh Rapat BKM/LKM. Melampirkan diverifikasi fasilitator. rencana dan penggunaan ditandatangani dana / RPD BLM tahap I yang telah

Kelurahan (Berita Acara Sosialisasi) menandatangani

Pedoman Teknis PPMK

13

Tahap Pencairan

Syarat Pencairan ke BKM Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) dengan pihak pemerintah yang diwakili Satker setempat dan diverifikasi oleh Senior Fasilitator. Melengkapi form dokumen pencairan (PP-BLM, BKM/LKM) Kwitansi, Copy Rek.

Syarat Pemanfaatan ke KSM KSM menandatangani akad

kredit/SPP (surat perjanjian pinjaman) dengan UPK dan diketahui oleh BKM serta perangkat kelurahan atau fasilitator Melengkapi form dokumen pencairan (Kwitansi, Copy Rek. KSM, dll) Disalurkan melalui mekanisme rembug KSM dihadiri UPK, Pengawas, BKM, relawan, fasilitator perangkat kelurahan KSM oleh UPK dan untuk dan

Melampirkan diverifikasi fasilitator

rencana dan

penggunaan ditandatangani

Proposal/usulan dinyatakan layak

dana BLM PPMK tahap II yang telah

penggunaan dana BLM tahap II telah disetujui oleh Rapat BKM/LKM Administrasi keuangan, organisasi dan manajemen KSM telah diverifikasi oleh Fasilitator memadai Dana tahap I dan secara di KSM teknis telah dan dimanfaatkan jawabkan dipertanggungdengan hasil minimal

Melengkapi form dokumen pencairan (Kwitansi, Copy Rek. BKM/LKM, Resume Akad Kredit pemanfaatan BLM Tahap 1 ke rekening KSM) Tahap II (40%)

administrasi minimal 50% Melengkapi form dokumen pencairan (Kwitansi, Copy Rek. KSM, dll) Disalurkan melalui mekanisme rembug KSM dihadiri UPK, Pengawas, BKM, relawan, fasilitator. perangkat kelurahan dan

C.

Penggunaan Dana BLM PPMK

Penggunaan dana BLM PPMK diperuntukkan untuk modal kerja, modal investasi dan peningkatan kapasitas bagi pengembangan usaha produktif dan kreatif masyarakat miskin (PS-2) yang menjadi anggota KSM peserta kegiatan PPMK.

Pedoman Teknis PPMK

14

Modal kerja yang dimaksud dalam pedoman ini adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional usaha seperti bahan baku. Modal investasi adalah dana yang harus di keluarkan di awal, dan biasanya dipakai untuk jangka panjang seperti bangunan, peralatan usaha dan barang-barang lain yang dipakai untuk jangka panjang. Prospektif kelayakan usaha (analisis pasar, analisis sumber daya, dll) tetap menjadi pertimbangan utama dalam penetapan persetujuan proposal kegiatan PPMK oleh UPK-BKM. Adapun jenis KSM yang didanai BLM PPMK, antara lain sbb: i. KSM KUBE ii. KSM Usaha Sejenis iii. KSM Aneka Usaha Usaha yang dikembangkan dalam PPMK dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal antara lain; Usaha primer pertanian produktif dan kreatif diantaranya: Tanaman pangan Peternakan Perikanan Perkebunan

Usaha olahan/ home industri, diantaranya; Usaha kerajinan akar rotan tumbuhan Usaha kerajinan dari kaleng/ botol bekas Usaha daur ulang kertas Usaha pengolahan daur ulang sampah Usaha kerajinan anyam bambu Usaha kerajinan pengolahan daun Usaha pengolahan ban bekas Usaha olahan bakau/ eceng gondok/ pelapah pisang/ dan sejenisnya Usaha pengolahan keripik singkong atau kulit singkong Usaha budidaya jamur merang Usaha produksi pangan Usaha produksi sabun Usaha pandai besi, dll

Pedoman Teknis PPMK

15

Usaha jasa produktif diantaranya; D. Sablon Multimedia Perbengkelan Las Pertukangan Rias pengantin Perawatan kesehatan, dll Negative List

Kegiatan PPMK tidak memperkenankan pemanfaatan BLM PPMK untuk kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan upaya pengembangan penghidupan masyarakat miskin, kegiatan yang bersifat hibah, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku. Secara umum beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai (negative list) dengan dana BLM PPMK, adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll) Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya) Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank Kegiatan yang memanfaatkan BLM PPMK sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya. 5. 6. 7. 8. Pembebasan lahan Pembangunan rumah ibadah Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM-UP-KSM Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam safeguard dan 9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai universal

2.3.3. Komponen Kegiatan Bantuan Teknis


Kegiatan PPMK pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat, yakni dari, oleh dan untuk masyarakat (swakelola). Sebagai pelaku utama kegiatan ini

Pedoman Teknis PPMK

16

adalah masyarakat miskin, KSM dan UPK peserta kegiatan yang difasilitasi oleh BKM beserta relawan-relawan setempat yang berkoordinasi dengan perangkat pemerintah kelurahan. Untuk memfasilitasi kegiatan PPMK di masyarakat dilakukan oleh seluruh tim fasilitator di wilayah dampingan yang mendapatkan kegiatan PPMK, dengan dukungan operasional dan pengembangan kapasitas sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk tingkat kota/kabupaten, pelaku utama adalah pemerintah kota/kabupaten itu sendiri yang digerakkan oleh relawan-relawan kota/kab, pemandu nasional pemda, dan KBP serta TKPK-D, yang difasilitasi oleh Askot MK beserta tim korkot dengan dukungan operasional dan pengembangan kapasitas sesuai kebutuhan. Gambar 2.2 Bantuan Teknis Kegiatan PPMK

BKM - BKM

KSM - KSM

Warga Miskin Anggota KSM

UPK Relawan - Relawan Tim Fasilitator Pemkot, KBP, TKPD,& Relawan Kota

Tim Korkot

KMP

KMW

Pedoman Teknis PPMK

17

BAB 3
TAHAPAN PELAKSANAAN
3.1. TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT
3.1.1. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan di tingkat Masyarakat
Prinsip utama pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat adalah proses penyadaran, pemahaman, pembelajaran dan pelembagaan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin melalui pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif. Siklus kegiatan masyarakat adalah siklusnya masyarakat, yang menempatkan masyarakat miskin, KSM, relawan-relawan dan UPK-BKM sebagai pelaku utama atau subyek dari pelaksanaan kegiatan. Posisi fasilitator bersama perangkat kelurahan setempat hanya memfasilitasi untuk mendorong dan menjamin masyarakat mampu melaksanakan kegiatannya sesuai kaidah pembangunan partisipatif dan ketentuan pelaksanaan kegiatan PPMK. Melalui upaya mendorong masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan kegiatan, maka diharapkan proses kegiatan PPMK tetap berjalan berkesinambungan setelah PNPM Mandiri Perkotaan berakhir.

3.1.2. Tahapan Kegiatan di tingkat Masyarakat


Sejalan dengan prinsip di atas, tahapan kegiatan di tingkat masyarakat terdiri dari 4 (empat) tahapan sbb: a. Tahapan Persiapan Program, serangkaian kegiatan mulai dari seleksi lokasi hingga sosialisasi PPMK tingkat kelurahan kepada seluruh lapisan masyarakat di lokasi terseleksi. b. Tahapan Perencanaan, serangkaian kegiatan pelatihan tentang orientasi dan perencanaan PPMK bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, relawan dan perangkat kelurahan, serta pelatihan keterampilan usaha bagi anggota KSM. c. Tahapan Pencairan dan Pemanfaatan BLM, serangkaian kegiatan mulai dari pencairan dana BLM PPMK ke rekening BKM sampai akad kredit UPK-BKM dengan KSM.

Pedoman Teknis PPMK

18

d.

Tahapan

Penguatan

dan

Pengembangan,

serangkaian

kegiatan

pelatihan

dan

pendampingan yang mendukung penguatan dan pengembangan keberlanjutan KSM dan UPK-BKM serta penyiapan KSM untuk peserta PPMK selanjutnya.

Gambar 3.1. Tahapan Kegiatan PPMK di Tingkat Masyarakat

Tahap Persiapan Program

Tahap Perencanaan

Tahap Pencairan dan Pemanfaatan BLM

Tahap Penguatan dan Pengembangan

Seleksi BKM dan KSM sesuai kriteria

Penyusunan dan penilaian kelayakan Proposal KSM oleh UPKBKM

Pencairan dana BLM PPMK ke Rek BKM

Pengembangan keberlanjutan KSM dan UPK-BKM

Sosialisasi PPMK tingkat Kelurahan

Pelatihan Orientasi dan Perencanaan PPMK bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, Relawan, Perangkat Kelurahan, dll

Akad Kredit UPK-BKM dengan KSM

Pelatihan dan Pendampingan KSM dan UPK-BKM

Penyiapan KSM peserta PPMK selanjutnya

Pedoman Teknis PPMK

19

BAB 4
MANAJEMEN DAN PENGORGANISASIAN
4.1. Manajemen Pendampingan
Tim Manajemen pelaksana kegiatan Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK) secara berjenjang terdiri dari:

4.1.1. Tim Pusat


Tim Pusat terdiri dari; Project Management Unit (PMU), Satuan Kerja Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan, Advisory dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Tim Pusat bertanggungjawab dalam merumuskan kebijakan dan desain kegiatan serta pedoman PPMK, KMP mendukung PMU dalam mengendalikan kegiatan PPMK secara Nasional, antara lain; pengembangan kapasitas, pengendalian KMW, penyusunan KAK, pelaporan, manajemen data dll. Dalam pelaksanaannya KMP berkoordinasi dengan Advisory.

4.1.2. Tingkat Provinsi


Tim Provinsi terdiri dari; Satuan Kerja Penataan Bangunan Lingkungan (Satker PBL), Pemerintah Provinsi, dan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). KMW bertanggungjawab dalam mengendalikan kegiatan PPMK di tingkat Provinsi, antara lain; pengembangan kapasitas pendampingan, pengendalian Korkot, pelaporan, manajemen data dll. Dalam pelaksanaannya KMW berkoordinasi dengan Satker PBL dan Pemerintah Provinsi serta bertanggungjawab kepada PMU melalui KMP.

4.1.3. Tingkat Kota/ Kabupaten


Tim Kota/ Kabupaten terdiri dari; Pemerintah Kota/ Kabupaten dan Tim Koordinator Kota (Korkot). Pemerintah Kota/ Kabupaten Pemerintah Kota/ Kabupaten antara lain terdiri dari; Walikota/ Bupati, DPRD, SKPD, dan TKPKD yang antara lain membantu dalam; 1. Memfasilitasi kemitraan pengembangan penghidupan, usaha ekonomi produktif dan kreatif.
Pedoman Teknis PPMK

20

2. Memfasilitasi kegiatan promosi produk-produk usaha KSM peserta kegiatan PPMK melalui berbagai kegiatan, antara lain; bazar, web site, pasar malam, pameran, dsb. 3. Memfasilitasi monitoring kegiatan PPMK di tingkat masyarakat. Tim Koordinator Kota (Tim Korkot) Tim Korkot terdiri dari Koordinator Kota/ Kabupaten yang dibantu oleh beberapa asisten seperti: Asisten Korkot CD, MK, Infrastruktur, Manajemen Data, Urban Planner, Kemitraan. Bilamana di Kota/ Kabupaten tidak terdapat Korkot, maka Kota/ Kabupaten tersebut difasilitasi oleh Askot Mandiri. Adapun ruang lingkup tugas Tim Korkot antara lain; 1. 2. 3. Memperkuat kapasitas TKPKD, KBP, FKA BKM dalam pelaksanaan kegiatan PPMK. Memfasilitasi Pemerintah Kota/ Kabupaten di wilayahnya dalam pelaksanaan kegiatan PPMK. Bertanggungjawab terhadap pengendalian dan pencapaian tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayahnya. 4. Pengendalian, pendampingan dan peningkatan kapasitas Tim Fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayahnya. 5. Menjamin tercapainya tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di tingkat Kota/ Kabupaten. 6. 7. 8. Melaksanakan monitoring, supervisi, dan evaluasi program. Menjamin akurasi data SIM tepat waktu dalam pelaksanaan kegiatan PPMK. Membantu dan memfasilitasi pengembangan pasar usaha serta jaringan usaha yang lebih luas. 9. Menyusun best practice kegiatan PPMK.

10. Melakukan koordinasi dan mediasi (a.l. jejaring, kemitraan, bridging, maupun linkages) dengan para pemangku kepentingan di daerah, antara lain, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD), Lembaga perbankan dan non perbankan, Perguruan Tinggi, potensi relawan setempat. 11. Tugas-tugas lainnya yang ditetapkan PMU. swasta maupun BUMN/D dan Pemerintah Kelurahan, LSM serta masyarakat kelurahan lainnya termasuk

Pedoman Teknis PPMK

21

4.1.4. Tingkat Kelurahan


Tim Kelurahan terdiri dari; Pemerintah Kelurahan/ Desa dan Tim Fasilitator.

Pemerintah Kelurahan/ Desa Pemerintah Kelurahan/ Desa antara lain terdiri dari; Lurah/ Kepala Desa, Perangkat Kelurahan/ Desa, kelembagaan, dan tokoh masyarakat, antara lain bertanggungjawab dalam; 1. Berkoordinasi secara intensif dengan BKM, UPK dalam rangka mendukung kegiatan PPMK 2. Mensosialisasikan kegiatan PPMK bersama BKM, UPK kepada masyarakat 3. Memfasilitasi BKM, UPK, dan KSM serta masyarakat untuk menjamin kelancaran kegiatan PPMK 4. Mensinergikan kegiatan kelurahan dengan kegiatan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengembangan ekonomi lokal, usaha ekonomi produktif dan kreatif 5. Monitoring Partisipatif kegiatan PPMK di tingkat masyarakat bersama dengan BKM dan UPK 6. Pemerintah kelurahan memfasilitasi kegiatan promosi produk-produk usaha KSM peserta kegiatan PPMK melalui berbagai kegiatan, antara lain; bazar, pasar malam, pameran, dsb 7. Pemerintah Kelurahan/ Desa melaksanakan kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan penghidupan masyarakat

Tim Fasilitator Pendampingan kegiatan PPMK dilakukan oleh Tim Fasilitator yang ada sebagai bagian dari pendampingan PNPM Mandiri Perkotaan secara menyeluruh. Tim Fasilitator terdiri dari senior fasilitator, fasiltator ekonomi, fasilitator teknik dan fasilitator sosial serta fasilitator lainnya sesuai dengan kebutuhan. Adapun ruang lingkup tugas Tim Fasiltator antara lain; 1. Memfasiltasi BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya. 2. Bertanggungjawab terhadap pengendalian dan pencapaian tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya 3. Pengendalian, pendampingan dan peningkatan kapasitas BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.

Pedoman Teknis PPMK

22

4.

Menjamin tercapainya tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di tingkat masyarakat dampingan.

5. 6. 7.

Melaksanakan monitoring, supervisi, dan evaluasi program. Melakukan input data SIM tepat waktu dalam pelaksanaan kegiatan PPMK. Memperkuat kapasitas BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.

8.

Membantu dan memfasilitasi BKM, Pengawas, UPK, KSM dalam pengembangan pasar usaha serta jaringan usaha yang lebih luas.

9.

Peningkatan Kapasitas KSM dan anggota KSM agar mampu membangun kemampuan dan implementasi akses modal usaha dari berbagai sumber daya dan mobilisasi tabungan dalam upaya meningkatkan produk dan produktivitasnya.

10. Melaksanakan pemetaan, analisis, dan pelaporan yang dibutuhkan untuk memperkuat implementasi UPK selaku lembaga keuangan mikro dan KSM selaku wadah pengembangan sosial ekonomi masyarakat utamanya dalam mendukung pengembangan kegiatan penghidupan warga miskin sebagai usaha ekonomi produktif dan kreatif di kelurahan sasaran. 11. Tugas-tugas lainnya yang ditetapkan PMU.

4.2.

Pengembangan Kapasitas

Strategi Pengembangan Kapasitas dalam kegiatan PPMK dimaksudkan untuk memperkuat kapasitas penerima manfaat di lokasi sasaran dan pendamping kegiatan PPMK, yang meliputi pengembangan SDM, penguatan organisasi/ kelembagaan dan sistem. Fokus orientasinya dititikberatkan pada penguatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan penghidupan masyarakat miskin, pengembangan kelembagaan masyarakat (UPK/ BKM dan KSM), peningkatan kapasitas pemda dan peningkatan kapasitas pendamping. Peningkatan kapasitas bukan hanya melalui pendidikan dan pelatihan bagi individu, akan tetapi juga dilakukan peningkatan kapasitas bagi organisasi. Pengembangan kapasitas di tingkat masyarakat miskin dan KSM diantaranya berupa pelatihan orientasi PPMK, pelatihan perencanaan dan manajemen usaha, pelatihan keterampilan usaha, pelatihan penguatan dan pengembangan KSM, promosi dan kemitraan usaha serta pendampingan oleh fasilitator, relawan, UPK-BKM dan Pemerintah Daerah. Pengembangan kapasitas di tingkat pengelola dan pengawas UPK antara lain kegiatan pelatihan orientasi PPMK, pelatihan pengelolaan keuangan dan analisis usaha, pelatihan penguatan dan

Pedoman Teknis PPMK

23

pengembangan UPK, kemitraan usaha serta pendampingan oleh fasilitator, BKM, relawan dan Pemerintah Daerah. Pengembangan kapasitas di tingkat BKM, aparat kelurahan dan relawan antara lain kegiatan pelatihan orientasi PPMK, pelatihan perencanaan dan pengelolaan BKM, pelatihan penguatan dan pengembangan BKM, pendampingan oleh fasilitator, relawan dan aparat pemerintah, Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan pertemuan Forum Relawan dan BKM. Pengembangan kapasitas di tingkat fasilitator dan korkot antara lain kegiatan pelatihan dasar PPMK, pelatihan lanjutan, Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) serta Komunitas Belajar Perkotaan (KBP). Pengembangan kapasitas di tingkat konsultan (KMP dan KMW) antara lain kegiatan pelatihan orientasi PPMK, TOT PPMK, Expert Group Meeting (EGM), Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK), rapat koordinasi dan lokakarya serta monitoring supervisi. Pengembangan kapasitas di tingkat aparat Pemda diantaranya kegiatan pelatihan aparat dan pemandu Pemda, Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), revitalisasi TKPKD dan reorientasi SPKD serta lokakarya dan studi banding/tematik.

4.3.

Pengelolaan Pinjaman Modal Usaha PPMK Oleh UPK-BKM

Pengertian pelayanan pengelolan pinjaman modal usaha di kegiatan PPMK adalah pelayanan khusus kepada KSM-KSM yang berorientasi pada pengembangan penghidupan masyarakat miskin melalui kegiatan ekonomi produktif dan kreatif. Ketentuan-ketentuan pelaksanaan pengelolan pinjaman modal usaha di kegiatan PPMK, meliputi antara lain;

4.3.1. Peminjam
Penerima manfaat atau peminjam adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang telah memenuhi kriteria peserta kegiatan PPMK. Adapun jenis-jenis KSM kegiatan PPMK yang dapat dikembangkan sebagai penerima manfaat atau peminjam adalah sebagi berikut; a. KSM KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai satu usaha dan dikelola secara bersama, dengan kriteria antara lain; Kelompok usaha yang beranggotakan antara 5 - 15 orang Penerima manfaat adalah warga miskin berdasarkan PS-2 Usaha dikelola bersama diantara anggota KSM Fokus usaha adalah ekonomi produktif dan kreatif

Pedoman Teknis PPMK

24

Memenuhi kelayakan usaha 5P (harga, produk, pasar, tempat, promosi) Membutuhkan tambahan modal (modal kerja dan/ atau investasi) Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman Mendapat persetujuan keluarga Anggota kelompok tidak diperkenankan satu keluarga dalam 2 tingkatan Harus disepakati oleh seluruh anggota Usahanya tidak termasuk negatif list

b. KSM Sejenis yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai usaha sejenis dan/ atau saling terkait dengan kriteria antara lain; Kelompok yang beranggotakan antara 5 - 15 orang Penerima manfaat adalah warga miskin berdasarkan PS-2 Usaha dikelola oleh masing-masing anggota KSM Fokus usaha yang dikelola adalah sama dan/ atau saling terkait diantara usaha masing-masing anggota KSM Fokus usaha adalah ekonomi produktif dan kreatif Memenuhi kelayakan usaha 5P (harga, produk, pasar, tempat, promosi) Membutuhkan tambahan modal (modal kerja dan/ atau investasi) Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman Mendapat persetujuan keluarga Anggota kelompok tidak diperkenankan satu keluarga dalam 2 tingkatan Harus disepakati oleh seluruh anggota Usahanya tidak termasuk negatif list

c. KSM Aneka Usaha yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai usaha beraneka ragam dalam satu kelompok dengan kriteria antara lain; Kelompok yang beranggotakan minimal 5 15 orang Penerima manfaat adalah warga miskin berdasarkan PS-2 Usaha dikelola oleh masing-masing anggota KSM Fokus usaha yang dikelola beraneka ragam diantara anggota KSM Fokus usaha adalah ekonomi produktif dan kreatif Memenuhi kelayakan usaha 5P (harga, produk, pasar, tempat, promosi
Pedoman Teknis PPMK

25

Membutuhkan tambahan modal (modal kerja dan/ atau investasi) Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman Mendapat persetujuan keluarga Anggota kelompok tidak diperkenankan satu keluarga dalam 2 tingkatan Harus disepakati oleh seluruh anggota Usahanya tidak termasuk negatif list

Dari 3 (tiga) jenis pengembangan KSM di atas, prioritas yang diutamakan untuk difasilitasi BLM PPMK adalah KSM KUBE dan KSM sejenis.

4.3.2. Tabungan
Tabungan merupakan salah satu kegiatan ekonomi KSM maupun UPK dalam rangka memperkuat modal sendiri menuju keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat maupun lembaga. Tabungan juga menjadi salah satu bagian skim yang dikembangkan dalam pengelolaan dana pinjaman bergulir. Adapun besaran tabungan KSM dalam skim PPMK ditentukan sebesar 15% dari besaran dana pinjaman bergulir yang akan diterima KSM. KSM wajib membuka rekening bank dan tabungan anggota KSM dapat dititipkan ke pengurus KSM/ UPK atau di Bank. Selanjutnya jenis tabungan KSM yang dikembangkan dalam skim PPMK, antara lain; a. Tabungan Visi adalah tabungan yang disimpan pada saat anggota KSM mulai bergabung dalam suatu kelompok. b. Tabungan Wajib adalah tabungan yang wajib disimpan secara rutin oleh anggota KSM c. Tabungan Sukarela adalah tabungan yang disimpan secara sukarela oleh anggota KSM d. Tabungan Pendidikan, Hari Raya, dll Dari berbagai jenis tabungan di atas, maka jenis tabungan yang harus ada minimal tabungan visi dan tabungan wajib, sedangkan tabungan sukarela, pendidikan, hari raya dll disarankan tetap ada. Adapun besaran tabungan dan mekanismenya dapat disepakati diantara anggota KSM masing masing.

4.3.3. Besar Pinjaman/ Pembiayaan


Mempertimbangkan keterbatasan dana BLM PPMK, UPK dalam memberikan pelayanan dana pinjaman bergulir PPMK adalah sesuai dengan kelayakan proposal yang diajukan KSM dengan ketentuan maksimum Rp 30.000.000,- untuk setiap KSM dan maksimum Rp 5.000.000,- untuk setiap anggota KSM.

Pedoman Teknis PPMK

26

4.3.4. Jasa Pinjaman


Guna mendorong pertumbuhan KSM di kegiatan PPMK, maka penerapan jasa pinjaman PPMK sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan insentif yang diberikan kepada KSM oleh UPK serta memperhitungkan tingkat kesehatan UPK. Adapun jasa pinjaman PPMK sebesar 1% - 3% perbulan dihitung dari pokok pinjaman mula-mula (besar pinjaman yang diterima). Penentuan besaran jasa BLM PPMK berdasarkan musyawarah BKM/ LKM dengan masyarakat sedangkan UPK melaksanakan kebijakan/ keputusan yang sudah disepakati bersama akan tetapi agar besaran jasa yang ditentukan tidak salah perhitungan, maka Pengawas dan UPK dapat memberikan masukan kepada BKM/ LKM serta masyarakat, dengan harapan agar jasa pinjaman yang ditetapkan minimal harus dapat meningkatkan penghidupan KSM dan UPK mampu menutup semua biayanya seperti biaya dana (kalau ada), biaya operasional UPK, biaya resiko pinjaman, memelihara nilai modal awal (inflasi), serta tingkat keuntungan tertentu yang dapat digunakan untuk : Pemupukan modal, BOP BKM/ LKM, Dana Lingkungan dan Dana Sosial dll. Contoh : Perhitungan untuk menentukan besarnya jasa pinjaman Insentif KSM Biaya dana (= suku bunga simpanan) Biaya operasional UPK Biaya resiko pinjaman macet Keuntungan yang diharapkan Jumlah 0,5% 0% 5,5% 5% 10% 21% per tahun per tahun per tahun per tahun per tahun per tahun

Agar bisa menutup biaya-biaya yang mencapai 21% tersebut, maka jasa pinjaman harus ditentukan minimal sebesar 24% setahun atau 2 % perbulan dihitung dari pokok pinjaman mulamula. Mengingat dalam pembayarannya kemungkinan akan terjadi tunggakan misalnya 10%, maka jasa 24% tersebut hanya akan diterima riil sebesar 90% x 24 % = 21,6%. Semakin kecil tingkat jasa pinjaman dan semakin besar tunggakan, akan semakin kecil jasa riil yang diperoleh UPK. Dampaknya adalah tingkat keuntungan akan semakin kecil, dan akumulasi/ pemupukan modal semakin kecil. Apabila keuntungan yang diperoleh negatif, berarti terjadi dekapitalisasi atau pengurangan modal awal (dana BLM) yang lama kelamaan akan habis, yang berarti kegiatan pelayanan UPK tidak bisa berkelanjutan (sustainable). Demikian sebaliknya. Untuk itu senantiasa relawan, UPK, Pengawas, LKM bersama fasilitator melakukan dampingan secara intensif kepada para KSM dalam kegiatan PPMK, baik dari sisi organisasi, usaha, administrasi, pembukuan dsb agar para KSM yang menjadi sasaran dalam kegiatan PPMK tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Pedoman Teknis PPMK

27

Penentuan besar dan perlakuan jasa pinjaman dalam pengelolaan dana PPMK dapat menggunakan 3 cara, yaitu berdasarkan Jasa Pinjaman Tetap (Flat), Jasa Pinjaman Menurun (Efektif), dan Jasa Pinjaman Annuitas (Tahunan). Khusus bagi UPK yang akan menerapkan pinjaman menurun (efektif) maka perlu dipastikan kinerja UPK Tanpa PAR (Portfolio at Risk) masuk kategori Sangat Baik selama 6 bulan berturutturut serta sudah teruji kemampuan dan keterampilannya dalam pembukuan.

4.3.5. Jangka Waktu Pinjaman dan Frekuensi Pinjaman


Jangka waktu pinjaman KSM disesuaikan dengan kondisi usaha peminjam berdasarkan kelayakan usaha dan kemampuan membayar kembali. Dengan jangka waktu tersebut diharapkan proses pembelajaran kepada KSM dalam kegiatan PPMK dapat tercapai. Adapun frekuensi pinjaman masing-masing peminjam ditetapkan oleh UPK/BKM dengan mempertimbangkan perkembangan usaha KSM dan keberlanjutan perguliran dana BLM PPMK. Untuk selanjutnya diharapkan KSM bisa menjalin kemitraan dengan pihak lain atau dengan Lembaga Keuangan lain. Disamping itu BKM/ LKM diharapkan memfasilitasi KSM dengan mengupayakan channelling atau mencarikan pinjaman/ pembiayaan ke Lembaga Keuangan lainnya.

4.3.6. Angsuran Pinjaman


Angsuran pinjaman KSM dapat dilakukan berdasarkan perputaran dan kemampuan usaha KSM, yaitu pembayaran angsurannya dengan cara harian, mingguan, bulanan, atau musiman seperti peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dsb. Meskipun pembayaran angsuran pinjaman juga diperkenankan musiman namun penggunaan dana BLM PPMK tersebut maksimal sebesar 50% dari modal awal dengan tujuan agar kebutuhan KSM terlayani dalam meningkatkan penghidupannya dan UPK tetap hidup sehat/survive. Apabila terjadi jumlah pembayaran pinjaman yang tidak mencukupi untuk membayar keseluruhan jumlah angsuran pokok dan jasa, maka prioritas pembayaran dilakukan menurut urutannya: jasa pinjaman, pokok pinjaman yang tertunggak, baru untuk pokok saat pembayaran.

4.4. Monitoring dan Evaluasi


4.4.1. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi PPMK
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu manajemen

penyelenggaraan program. Monitoring pada dasarnya adalah upaya untuk menjamin agar seluruh kegiatan dapat terlaksana sesuai rencana, strategi dan metodologi yang telah ditetapkan sehingga akan menghasilkan kinerja, output dan outcome yang diharapkan.

Pedoman Teknis PPMK

28

Sedangkan evaluasi secara prinsip adalah mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai berdasarkan ketentuan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk itu pelaksanaan monitoring kegiatan PPMK dilakukan oleh seluruh pelaku sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, yaitu: Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah (Provinsi dan kota/kabupaten) Konsultan, baik di tingkat Pusat oleh KMP, tingkat KMW, Korkot, Askot, sampai fasilitator Kelompok Peduli di tingkat Provinsi maupun Kota/ Kabupaten Lembaga Donor,dan Masyarakat.

4.4.2. Monitoring Pelaksanaan Kegiatan PPMK


Dalam rangka menjamin kualitas mutu pelaksanaan program PPMK ini prinsip utama yang harus dipegang adalah monitoring harus dilaksanakan secara rutin dan terintegrasi bersama dengan seluruh pelaku sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing. Monitoring dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut : 1. Monitoring Tahap Persiapan Program

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah persiapan telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap persiapan kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut: a. b. Proses seleksi ditingkat Kelurahan sampai dengan penetapan lokasi di tingkat Pusat Sosialisasi Penyiapan pedoman, POB dll. Diseminasi seluruh perangkat aturan dan kebijakan, pedoman, manual, POB dan instrumen kepada pelaku terkait. 2. Monitoring Tahap Perencanaan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah pada tahapan

Dilaksanakan

perencanaan sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap perencanaan di kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut : a. Pelatihan Orientasi dan Perencanaan PPMK bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, Relawan, Perangkat Kelurahan, dll (TOR, pedoman, modul, peserta dsb). b. Pendampingan KSM dalam penyusunan proposal usaha.
Pedoman Teknis PPMK

29

c. 3.

Penilaian kelayakan proposal KSM oleh UPK-BKM.

Monitoring Tahap Pencairan dan Pemanfaatan BLM

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah pada tahapan pencairan dan pemanfaatan BLM sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap pencairan dan pemanfaatan BLM di kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut : a. b. 4. Pencairan dana BLM PPMK ke Rek BKM. Akad Kredit UPK-BKM dengan KSM.

Monitoring Tahap Penguatan dan Pengembangan

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah pada tahapan penguatan dan pengembangan sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap penguatan dan pengembangan di kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut : a. b. Pelatihan dan Pendampingan KSM dan UPK-BKM. Pengembangan keberlanjutan KSM dan UPK-BKM.

4.4.3. Monitoring Capaian Indikator Dampak dan Hasil Kegiatan PPMK


Monitoring yang dilakukan secara berkala dalam rangka mengidentifikasi perkembangan capaian indikator dampak dan hasil dari kegiatan PPMK. Monitoring dilakukan berdasarkan data-data SIM, laporan KMW atau sumber data sekunder lainnya.

4.4.4. Monitoring Lainnya


Monitoring lainnya dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang terkait dengan rencana, jadwal, personil, strategi dan metodologi pada setiap tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan guna menjamin terwujudnya kinerja penyelenggaraan program yang baik. Monitoring pada setiap tahapan PPMK diharapkan dapat menghasilkan antara lain: 1. Dapat diketahuinya apakah kebijakan, konsep, indikator di PPMK dalam pelaksanaannya sesuai di lapangan. 2. 3. Kendala dan permasalahan yang mungkin timbul selama pelaksanaan program. Tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan. Monitoring pelaku dan stakeholder lainnya untuk mengidentifikasi kinerja pelaku maupun stakeholders lain dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.

Pedoman Teknis PPMK

30

4.4.5. Mekanisme Evaluasi


Evaluasi yang dilakukan meliputi kinerja akhir dari seluruh proses serta hasil dan dampak pelaksanaan kegiatan PPMK. Instrumen evaluasi disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dilakukan secara individual maupun secara kolektif. Instrumen evaluasi disusun oleh KMP melalui proses need assesment dengan mempertimbangkan indikator output dan outcome Program PPMK. Hasil evaluasi selanjutnya akan dibahas oleh seluruh pelaku dalam suatu rapat koordinasi sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan korektif, perbaikan percepatan atau perubahan strategi dan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk dilakukan.

Pedoman Teknis PPMK

31

LAMPIRAN 1
Tabel Indikator Capaian Hasil Kegiatan PPMK Tujuan Menguatkan kelembagaan dan kegiatan usaha KSM secara mandiri dan berkesinambungan yang berorientasi pada peningkatan penghidupan masyarakat (sustainable miskin livelihood) Indikator Dampak a. Minimal 90% warga miskin di lokasi kegiatan mengetahui informasi kegiatan PPMK b. Minimal 30% warga miskin (PS-2) di lokasi kegiatan PPMK dapat mengakses dana keuangan mikro untuk kegiatan PPMK c. Penurunan jumlah warga miskin (PS-2) minimal 10% di 80% kelurahan sasaran kegiatan PPMK. d. Volume perdagangan di lokasi program meningkat 10% e. Tenaga kerja terampil dan kegiatan usaha produktif meningkat 15% Indikator Hasil a. Minimal terdapat 5 KSM yang mengusulkan kegiatan pengembangan kapasitas terkait PPMK b. Minimal terdapat 5 KSM di setiap kelurahan peserta yang melaksanakan pengembangan kapasitas mengenai PPMK c. Minimal terdapat 5 proposal kegiatan KSM untuk pengajuan kegiatan PPMK d. Maksimal 5 proposal kegiatan KSM disetujui untuk melaksanakan kegiatan PPMK e. Minimal 90% KSM penerima keuangan mikro PPMK dapat melaksanakan kegiatan sesuai proposal Kegunaan dari Informasi Dampak Menetapkan apakah kegiatan PPMK memberikan dampak secara umum pada perbaikan ekonomi dan penghidupan masyarakat miskin. Diukur 2 tahun setelah pelaksanaan PPMK di kelurahan tersebut.

1 tahun setelah program selesai

2 tahun setelah program selesai

Keluaran 1. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat melaksanakan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat berorientasi tridaya

Kegunaan Pemantauan Hasil Menetapkan apakah kemanfaatan kegiatan PPMK terhadap KSM-KSM berkelanjutan

Pedoman Teknis PPMK

32

2. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat meng akses serta bekerjasama dengan berbagai pihak dalam berbagai program tridaya untuk peningkatan penghidupan masyarakat

3. Meningkatnya warga miskin kegiatan PPMK

jumlah peserta

a. Minimal terdapat 50% KSM di setiap kelurahan peserta yang melaksanakan kerjasama pengembangan kapasitas dalam kegiatan usaha b. Minimal terdapat 50% KSM di setiap kelurahan mampu mengakses program pengembangan usaha dengan pihak lain. a. Minimal 50% warga miskin yang terdaftar di PS-2 menjadi anggota KSMKSM yang melaksanakan kegiatan PPMK . b. Minimal 50% tingkat kehadiran warga miskin yang menjadi anggota KSM dalam pertemuanpertemuan perencanaan dan pengambilan keputusan di KSM c. Minimal 30% pengurus KSM peserta kegiatan PPMK adalah warga miskin yang terdaftar di PS-2 d. Minimal 30% pengurus KSM peserta kegiatan PPMK adalah kaum perempuan e. Minimal 50% warga miskin yang menjadi anggota KSM peserta kegiatan memperoleh kredit mikro kegiatan PPMK f. Minimal 35% anggota KSM penerima manfaat program PPMK adalah kaum perempuan g. Meningkatnya pendapatan minimal 30% warga miskin yang menjadi anggota KSM di minimal 70% KSM peserta kegiatan PPMK. h. Minimal 10% warga miskin yang menjadi anggota

Menilai akses dan keberlanjutan KSM peserta kegiatan PPMK dalam pengembangan usaha

Menilai akses dan manfaat masyarakat miskin dalam KSM peserta kegiatan PPMK Menilai dampak kesejahteraan masyarakat miskin dalam KSM peserta kegiatan PPMK

Pedoman Teknis PPMK

33

KSM di 80% kelurahan sasaran kegiatan PPMK. telah keluar dari data PS2 setelah 2 tahun mengikuti kegiatan PPMK Minimal 70% anggota KSM memiliki tabungan

Pedoman Teknis PPMK

34

LAMPIRAN II
Tabel Output Dari Setiap Komponen Program Komponen Pelaku Konsultan Fasilitator BKM Relawan Jenis Kegiatan Output

Pemberdayaan Masyarakat

Bantuan Langsung Masyarakat

KSM

Sosialisasi Teridentifikasi KSM Calon Pendampingan Peserta tinjauan partisipatif. Teridentifikasi Jenis Usaha Penguatan kapasitas KSM kelembagaan Teridentifikasi lembaga Penguatan diklat, pasar dan asosiasi keterampilan usaha usaha Meningkatnya jumlah anggota BKM yang dilatih Meningkatnya jumlah pengelola UPK yang dilatih dan didampingi Meningkatnya jumlah anggota KSM yang didampingi dan dilatih Tersusunnya Proposal KSM yang layak didanai Cairnya dana BLM PPMK dalam 2 tahap (60% dan Usaha ekonomi produktif 40%) dan kreatif Tersalurkannya BLM ke KSM Meningkatnya jumlah tim pendamping yang dilatih. Teridentifkasinya kelompok dan peduli dan perannya dalam mendukung pengembangan usaha KSM

Bantuan Teknis

Team Faskel Korkot Konsultan Kelompok peduli

Pendampingan Pelatihan

Pedoman Teknis PPMK

35

LAMPIRAN III. Tabel Sasaran, Tujuan dan Kegiatan Pengembangan Kapasitas


No. 1 Sasaran Peningkatan kapasitas KSM Tujuan Terwujudnya perubahan perilaku masyarakat miskin yang lebih produktif, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan penghidupannya Meningkatnya pengetahuan mengenai pengembangan penghidupan, usaha ekonomi produktif dan kreatif Meningkatnya keterampilan dan kecakapan dalam pengelolaan usaha Terwujudnya perubahan perilaku dalam pengelolaan organisasi dan usaha KSM Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KSM berkelanjutan dan pengelolaan usaha yang meningkatkan penghidupan masyarakat Kegiatan 1. Pelatihan orientasi PPMK a. Konsep dan implementasi PPMK. b. Pemetaan kelembagaan dan usaha KSM (self assessment) 2. Pelatihan perencanaan usaha PPMK a. Manajemen usaha (pembukuan usaha, kelayakan usaha, perencanaan usaha, produksi, pemasaran, dll) b. Teknis penyusunan proposal usaha. c. Organisasi kelompok (AD/ART, struktur kepengurusan, administrasi kelompok dll) 3. Pelatihan Keterampilan Khusus (vocational and on the job training). 4. Pelatihan Penguatan dan Pengembangan KSM a. Jaringan usaha b. Kemitraan c. Pengembangan KSM berkelanjutan 5. Pendampingan oleh fasilitator, relawan, UPK/ Pengawas/ BKM, aparat pemerintah. 6. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) 1. P elatihan orientasi PPMK a. Konsep dan implementasi PPMK. b. Pemetaan kelembagaan dan usaha UPK (self assessment) 2. Pelatihan perencanaan usaha

Pengelola dan Pengawas UPK

Terwujudnya perubahan perilaku dalam pengelolaan pelayanan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat miskin. Meningkatnya pengetahuan pengelolaan pelayanan UPK yang berhubungan dengan

Pedoman Teknis PPMK

36

No.

Sasaran Peningkatan kapasitas

Tujuan peningkatan usaha ekonomi produktif dan kreatif Meningkatnya keterampilan dan kecakapan dalam pengelolaan pelayanan UPK yang berhubungan dengan usaha ekonomi produktif dan kreatif

Kegiatan PPMK a. Manajemen keuangan mikro (pembukuan layanan simpan pinjam, perencanaan usaha UPK, menilai kelayakan usaha KSM, mekanisme dan prosedur layanan keuangan mikro dll) b. Organisasi UPK (struktur dan tupoksi pengelola UPK, administrasi UPK) c. Sistem pengendalian UPK (monitoring, pelaporan dan system penanganan kelalaian pinjaman) Pelatihan Penguatan dan Pengembangan UPK a. Jaringan usaha b. Kemitraan c. Pengembangan UPK berkelanjutan Pendampingan oleh fasilitator, relawan, BKM, aparat pemerintah. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) Pelatihan orientasi PPMK a. Konsep dan implementasi PPMK. b. Pemetaan potensi usaha dan pengembangan ekonomi lokal. Pelatihan Perencanaan a. Manajemen BKM b. Review PJM/Renta berorientasi PPMK c. Sistem pengendalian program (monitoring, evaluasi, pengaduan, penanganan tatakelola aset) Pelatihan Penguatan dan Pengembangan BKM a. Jaringan BKM

3.

4.

5. 3 BKM, Aparat Kelurahan dan Relawan Terwujudnya perubahan perilaku dalam mendampingi kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin. Meningkatnya pengetahuan tentang kegiatan PPMK, khususnya orientasi produk usaha ekonomi produktif dan kreatif, penguatan UPK sebagai lembaga keuangan mikro dan penguatan KSM sebagai wadah peningkatan penghidupan Meningkatnya keteampilan dan kecakapan dalam memotivasi dan memfasilitasi kegiatan 1.

2.

3.

Pedoman Teknis PPMK

37

No.

Sasaran Peningkatan kapasitas

Tujuan masyarakat berhubungan pelaksanaan PPMK yang dengan kegiatan

Kegiatan b. Kemitraan c. Pengembangan KSM dan UPK berkelanjutan 4. Pendampingan oleh fasilitator, relawan dan aparat pemerintah 5. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) 6. Forum BKM 1. Pelatihan PPMK 2. Coaching Tematik 3. Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK)

Fasilitator

Korkot/Askot

Terwujudnya perubahan perilaku dalam memfasilitasi dan mendampingi BKM/ UPK/ KSM/ Aparat Kelurahan dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin. Meningkatnya pengetahuan tentang usaha ekonomi produktif dan kreatif Meningkatnya ketrampilan dan kecakapan dalam memfasilitasi kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan usaha ekonomi produktif dan kreatif Terwujudnya perubahan perilaku dalam memfasilitasi dan mendampingi Pemda, Fasilitator, BKM/ UPK/ KSM/ Aparat Kelurahan dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin. Meningkatnya pengetahuan tentang kaji tindak program daerah, usaha ekonomi produktif dan kreatif Meningkatnya ketrampilan dan kecakapan dalam memfasilitasi pelaksanaan kegiatan siklus kota yang mendukung kegiatan PPMK dan pengembangan usaha ekonomi produktif dan

1. Pelatihan PPMK 2. Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) 3. Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) dan Koordinasi TKPKD 4. Monitoring dan Supervisi PPMK

Pedoman Teknis PPMK

38

No.

Sasaran Peningkatan kapasitas KMW

Tujuan kreatif. Terwujudnya perubahan perilaku dalam memfasilitasi dan mendampingi Pemda, tim korkot dan kelompok peduli, dalam kegitan peningkatan penghidupan masyarakat miskin. Meningkatnya pengetahuan tentang usaha ekonomi produktif dan kreatif di tingkat Kota/ Kabupaten serta Provinsi Meningkatnya ketrampilan dan kecakapan dalam memfasilitasi pelaksanaan kegiatan siklus kota yang mendukung kegiatan PPMK dan pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif. Terwujudnya perubahan perilaku dalam memfasilitasi dan mendampingi KMW dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin Meningkatnya pengetahuan tentang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan PPMK serta usaha ekonomi produktif dan kreatif Meningkatnya ketrampilan dan kecakapan dalam memfasilitasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan PPMK serta usaha ekonomi produktif dan kreatif.

Kegiatan

1. TOT PPMK 2. Expert Group Meeting (EGM) 3. Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) 4. Lokakarya PPMK 5. Monitoring dan Supervisi PPMK

KMP

1. Expert Group Meeting (EGM) 2. Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) 3. Lokakarya PPMK 4. Monitoring dan Supervisi PPMK

Pedoman Teknis PPMK

39

No. 8

Sasaran Peningkatan kapasitas Aparat Pemda

Tujuan Terwujudnya perubahan perilaku dalam memfasilitasi dan mengkoordinasi dalam kegitan peningkatan penghidupan masyarakat miskin. Meningkatnya pengetahuan tentang pengembangan regulasi dan perencanaan pembangunan daerah dalam kegiatan PPMK dan pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif Meningkatnya ketrampilan dan kecakapan dalam memfasilitasi KBP, TKPKD/SKPD dalam menyusun SPKD yang mendukung kegiatan PPMK dan pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif.

Kegiatan 1. Lokakarya PPMK 2. Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) dan siklus kota dalam pengembangan PPMK 3. Reorientasi TKPK-D dan penyusunan SPKD PJM pronangkis Kota/ Kab, penguatan Musrenbang yang mendukung PPMK 4. Studi Banding/ Studi Tematik

Pedoman Teknis PPMK

40

LAMPIRAN IV
Tahapan kegiatan di tingkat masyarakat secara rinci sebagai berikut:

a.

Tahapan Persiapan Program

Siklus kegiatan pada tahapan persiapan program dilaksanakan dengan rincian kegiatan sbb: No. 1 01 Rincian Kegiatan PJ & Peserta Waktu Output

Seleksi dan Penetapan Lokasi PPMK Penyusunan Pedoman Seleksi Lokasi PPMK dan Penetapan Kuota Lokasi PPMK Sosialisasi Pedoman Seleksi Lokasi PPMK kepada KMW, Tim Korkot, Tim Seleksi Tingkat Kelurahan dan KSM Proses Penilaian KSM di Tingkat Kelurahan PMU, KMP dan Advisory Bulan ke 1 Minggu ke 1-4 Bulan ke 2 Minggu ke 1 Tersusunnya Pedoman Seleksi Lokasi PPMK dan Ditetapkannya Kuota Lokasi PPMK untuk masing-masing Provinsi. Tersosialisasikannya Pedoman Seleksi Lokasi PPMK ke Tingkat Provinsi, Kab/Kota dan Kelurahan

02

Tim Seleksi Tingkat Provinsi Tim Korkot Tim Seleksi Tingkat Kelurahan Tim Seleksi Tingkat Kelurahan

03

Bulan ke 2 Minggu ke 1-2 Bulan ke 2 Minggu ke 2-3

Diperolehnya daftar KSM calon peserta PPMK dari tiap kelurahan/BKM sesuai format yang berlaku Diperolehnya hasil verifkasi dan rekapitulasi kelurahan beserta KSM calon peserta PPMK dari tiap kabupaten/kota Diperolehnya Hasil Verifikasi Kelurahan beserta KSM calon peserta PPMK di tiap provinsi Terbitnya Surat Keputusan Penetapan Kelurahan Peserta PPMK oleh Kepala Satker PBL Provinsi Adanya laporan Surat Keputusan Penetapan Kelurahan Peserta PPMK kepada Direktur PBL dan Kepala PMU.

04

05

Proses verifikasi dan rekapitulasi Kelurahan beserta KSM calon peserta PPMK di Tingkat Kab/Kota Proses verifikasi dan penetapan Kelurahan beserta KSM peserta PPMK di Tingkat Provinsi

Tim Korkot

Tim Seleksi Tingkat Provinsi Satker PBL Provinsi

Bulan ke 2 Minggu ke 3-4

Pedoman Teknis PPMK

41

No. 06

Rincian Kegiatan Proses sosialisasi Surat Keputusan atas Penetapan Lokasi PPMK kepada Tim Korkot, Tim Seleksi Tingkat Kelurahan dan KSM. Sosialisasi PPMK Sosialisasi Kelurahan tingkat

PJ & Peserta Satker PBL Provinsi

Waktu Bulan ke 2 Minggu ke 4

Output Tersosialisasikannya Surat Keputusan atas Penetapan Kelurahan Peserta PPMK ke Tingkat Kab/Kota, Tingkat Kelurahan dan KSM yang menjadi lokasi PPMK

2 2.1.

PJ : Tim Fasilitator, BKM, Lurah Peserta : BKM, Pengawas, UPUP, Aparat Kelurahan, KSM, PS-2, Relawan, Kelompok Peduli

Bulan ke 3 Minggu 12

Kegiatan PPMK tersosialisasikan di Aparat, Kelurahan, BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan dan PS-2. Rencana aksi tindak lanjut pendalaman bagi KSM calon peserta PPMK

Ketentuan seleksi lokasi/kelurahan PPMK akan diatur lebih rinci dalam Pedoman Seleksi dan Penetapan Lokasi PPMK. b. Tahapan Perencanaan

Kegiatan pada tahapan perencanaan dilaksanakan dengan rincian kegiatan sbb: No. Rincian Kegiatan PJ & Peserta Waktu Output

Peningkatan Kapasitas Masyarakat Miskin Kelurahan 1 Pelatihan Orientasi PPMK bagi BKM, Aparat Kelurahan dan Relawan PJ: Fasilitator Peserta: Aparat Kelurahan, Relawan Paham tentang konsep dasar dan implementasi BKM, minggu ke 2-3 kegiatan PPMK Bulan ke 3 Paham tentang pemetaan potensi usaha dan pengembangan ekonomi lokal. Bulan ke 3 Minggu ke 34 Paham tentang konsep dasar dan implementasi kegiatan PPMK Paham tentang Pemetaan kelembagaan dan usaha UPK (self assessment). Paham tentang Pemetaan

Pelatihan Orientasi PPMK bagi KSM, Pengawas dan Pengelola UPK

PJ: BKM, Relawan, difasilitasi oleh Faskel Peserta: KSM, Pengawas dan Pengelola UPK

Pedoman Teknis PPMK

42

No.

Rincian Kegiatan

PJ & Peserta

Waktu

Output kelembagaan dan usaha KSM (self assessment).

Pelatihan Perencanaan PPMK bagi BKM, Aparat Kelurahan dan Relawan

Pelatihan Perencanaan PPMK bagi Pengawas dan Pengelola UPK

Pelatihan Perencanaan PPMK bagi KSM

Paham tentang Manajemen BKM Peserta: BKM, minggu ke 1-2 Paham dan mampu Aparat melakukan review Kelurahan, PJM/Renta berorientasi Relawan PPMK Paham dan mampu menerapkan monitoring sistem pengendalian program (monitoring, evaluasi, pengaduan, penanganan tatakelola aset) Paham manajemen PJ: BKM, Bulan ke 4 keuangan mikro Relawan, minggu ke 3-4 (pembukuan layanan difasilitasi oleh simpan pinjam, Faskel perencanaan usaha UPK, Peserta: menilai kelayakan usaha Pengawas dan KSM, mekanisme dan Pengelola UPK prosedur layanan keuangan mikro dll) Paham organisasi UPK (struktur dan tupoksi pengelola UPK, administrasi UPK) Paham dan mampu menerapkan sistem pengendalian UPK (monitoring, pelaporan dan sistem penanganan kelalaian pinjaman) Paham manajemen usaha PJ: BKM, UPK Bulan ke 5 (pembukuan usaha, Relawan, minggu ke 1-2 kelayakan usaha, difasilitasi oleh perencanaan usaha, Faskel produksi, pemasaran, dll) Peserta: KSM Paham teknis penyusunan proposal usaha Paham organisasi kelompok (AD/ART, struktur kepengurusan, administrasi kelompok dll) PJ: Fasilitator Bulan ke 4

Pedoman Teknis PPMK

43

No. 6

Rincian Kegiatan Pelatihan keterampilan khusus (vocational and on the job training)

PJ & Peserta PJ : BKM-UPK, Relawan, dll difasilitasi oleh Faskel Peserta: anggota KSM peserta kegiatan PPMK Narasumber : Pengusaha/ Perguruan Tinggi, pengrajin, LSM dsb

Waktu Mulai Bulan ke 5 Minggu ke 4 s/d bulan ke 6 minggu ke 4

Output KSM dan anggota memiliki keterampilan usaha baru atau pengembangan kualitas dan kuantitas usaha Tersusunnya rencana usaha sebagai dasar pengembangan usahanya

Menyusun usaha

proposal

PJ : BKM/ UPK, Relawan Peserta : KSM

Dimulai bulan ke 5 Minggu ke 2 sd 3 Dimulai bulan ke 5 Minggu ke 3 sd 4

Tersusun minimal proposal KSM

UPK kelayakan dan

menilai proposal oleh

PJ : UPK-BKM Peserta : KSM

yang diajukan KSM disetujui Rapat BKM/LKM.

Terseleksi proposal mendapat PPMK

maksimal 5 yang akan dana BLM

c.

Tahapan Pencairan dan Pemanfaatan BLM

Kegiatan pada tahapan pencairan dan pemanfaatan BLM dilakukan dengan rincian kegiatan sbb: No. 1 Rincian Kegiatan Pencairan Dana BLM PPMK Tahap I ke Rekening BKM Akad Kredit UPKBKM dengan KSM Tahap I PJ & Peserta PJ : Satker Peserta : BKM Waktu Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 1 sd 2 Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 1 sd 2 Dan berkelanjutan Dimulai bulan Output Dana BLM PPMK Tahap 1 (60%) masuk ke rekening BKM Dana BLM masuk ke rekening KSM sesuai dengan proposal KSM yang layak KSM dan Anggota KSM

PJ : UPK dan BKM Peserta : KSM

Pelaksanaan

PJ : KSM

Pedoman Teknis PPMK

44

No.

Rincian Kegiatan kegiatan usaha KSM

PJ & Peserta Peserta Anggota KSM :

Waktu ke 8 Minggu ke 3 dan seterusnya Dan berkelanjutan Dimulai bulan ke 9 atau sesuai kesiapan BKMUPK dan KSM Dimulai bulan ke 9 Minggu ke 1 sd 2 Dan berkelanjutan Dimulai bulan ke 9 atau sesuai dengan akad kredit antara KSM dengan UPK Dan berkelanjutan

Output dapat melaksanakan usaha KSM sesuai dengan proposal yang disetujui UPK dan BKM Dana BLM PPMK Tahap II (40%) masuk ke rekening BKM Dana BLM masuk ke rekening KSM sesuai dengan proposal KSM yang layak Angsuran pinjaman KSM tepat waktu sesuai dengan akad kredit Usaha KSM dan anggota KSM berkembang Pendapatan penghidupan meningkat

Pencairan Dana BLM PPMK Tahap II ke Rekening BKM Akad Kredit UPKBKM dengan KSM Tahap II

PJ : Satker Peserta : BKM

PJ : UPK dan BKM Peserta : KSM

Pengembalian angsuran pinjaman KSM ke UPK-BKM

PJ : KSM dan UPK-BKM Peserta : KSM dan Anggota KSM

d.

Tahapan Penguatan dan Pengembangan

Kegiatan pada tahapan pencairan dan pemanfaatan BLM dilakukan dengan rincian kegiatan sbb: No. 1 Rincian Kegiatan Pelatihan Penguatan dan Pengembangan BKM PJ & Peserta PJ: Fasilitator Peserta: BKM, Aparat Kelurahan, Relawan PJ: Relawan, difasilitasi Faskel BKM, oleh Waktu Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 3 dan seterusnya Dan berkelanjutan Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 3 dan seterusnya Dan berkelanjutan Output Paham pengembangan jaringan BKM Paham pengembangan kemitraan BKM Paham pengembangan KSM dan UPK berkelanjutan Paham pengembangan jaringan UPK Paham pengembangan kemitraan UPK Paham pengembangan UPK berkelanjutan

Pelatihan Penguatan dan Pengembangan UPK

Peserta: Pengawas dan Pengelola UPK


Pedoman Teknis PPMK

45

No. 3

Rincian Kegiatan Pelatihan Penguatan dan Pengembangan KSM

PJ & Peserta PJ: BKM, UPK Relawan, difasilitasi oleh Faskel Peserta: KSM

Waktu Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 3 dan seterusnya Dan berkelanjutan Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 3 dan seterusnya Dan berkelanjutan Dimulai bulan ke 8 Minggu ke 3 dan seterusnya Dan berkelanjutan

Output Paham pengembangan jaringan usaha KSM Paham pengembangan kemitraan bagi KSM Paham pengembangan KSM berkelanjutan KSM baru siap menerima BLM PPMK tahap selanjutnya

Penyiapan KSM peserta PPMK selanjutnya

PJ: UPK-BKM dan relawan didampingi fasilitator Peserta: KSM baru PJ: BKM, Pengawas UPK, Relawan, difasilitasi oleh Faskel Peserta: UPK KSM,

Pendampingan Penguatan dan Pengembangan KSM dan UPK

Meningkatnya kemampuan dalam pengembangan produk, pasar, jaringan usaha, kemitraan usaha dan pengembangan KSM berkelanjutan Meningkatnya kemampuan dalam pengembangan pelayanan keuangan mikro, jaringan, kemitraan dan pengembangan UPK berkelanjutan.

e.

Tahapan Kegiatan Tingkat Pemda kota/Kab

Tahapan kegiatan pada Tingkat Pemda Kota/ Kab dilaksanakan dengan rincian kegiatan sbb: No. 1 Rincian Kegiatan Lokakarya PPMK PJ & Peserta PJ: Satker PIP, TKPK-D, Korkot Peserta: TKPKD, PJOK, lokasi Peduli, BKM, Kelompok FKA BKM Camat, Lurah PPMK, Waktu Bulan ke 3 minggu 1 sd 4 Output Kegiatan PPMK sebagai salah satu strategi penanggulangan kemiskinan Paham keberhasilan kebijakan bahwa dapat dan

tercapai dengan dukungan pendampingan sarana dan

Pedoman Teknis PPMK

46

No.

Rincian Kegiatan

PJ & Peserta lokasi PPMK

Waktu

Output prasarana daerah sampai pada jajaran tingkat kelurahan Mampu melakukan review SPKD berprespektif PPMK

Fasilitasi

kemitraan

PJ: TKPK-D Peserta: TKPK-D, BKM, Usaha,

Korkot,

Bulan ke 9

Terwujudnya kemitraan antara BKM dan KSM dengan kelompok Peduli (permodalan, produksi, pemasaran, dsb)

pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif

KBP, FKA Pelaku

kelompok peduli 3 Memfasilitasi kegiatan promosi produk melalui produkusaha KSM berbagai PJ: TKPK-D Peserta: TKPK-D, BKM, Usaha, kelompok peduli PJ: TKPK-D Peserta: UPK BKM, Korkot, setiap bulan Menjamin pelaksanaan KBP, FKA Pelaku Korkot, Bulan ke 10 Terselenggaranya kegiatan promosi produk-produk usaha KSM (antara lain melalui; bazar, web site, pasar malam, pameran, dsb)

kegiatan, antara lain; bazar, web site, pasar malam, pameran, dsb. 4 Fasilitasi kegiatan monitoring PPMK di

kegiatan PPMK di tingkat masyarakat berjalan sesuai dengan pedoman Menampung masyarakat pelaksanaan PPMK Memformulasikan/ merumuskan/ masyarakat tindaklanjut untuk merespon aspirasi aspirasi terkait kegiatan

tingkat masyarakat

Pedoman Teknis PPMK

47

Pedoman Teknis PPMK

48

You might also like