You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini bahan alam semakin banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia salah atunya yang sangat diminati oleh masyarakat adalah pertanian, holokultura, namun semua ingin mengeluarkan modal yang sedikit dan menghasilkan hasil yang sebanyak-banyaknya serta yang paling utama efisiensi waktu , namun untuk memperoleh hal tersebut seseorang atau petani harus lebih banyak menanam benih yang bayak namun mengingikan waktu yang sedikit. Namun tidak dapat dihindari juga bahwa suatu tanaman yang memiliki manfaat untuk pengobatan juga terus menerus diambil dari alam. Akibatnya, tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat pun dapat menjadi punah. Penggunaan obat bahan alam terbesar berasal dari tumbuhan jika dibandingkan dengan hewan, Hal ini

disebabkan adanya produksi metabolit sekunder dari tumbuhan, antara lain flavonoid, saponin, alkaloid, terpenoid, minyak atsiri dan sebagainya, yang disintesis oleh berbagai tumbuhan, yang memiliki kegunaan yang potensial dalam proses pengobatan. Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh mikroorganisme, flora, dan fauna ynga terbentuk melalui proses metabolit sekunder. Salah satu aspek yang semakin berkembang adalah pendekatan proses produksi metabolit sekunder melalui kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan tanaman adalah istilah untuk budidaya secara in vitro dari semua bagian tanaman, misalnya sel tunggal, jaringan atau organ di bawah kondisi lingkungan aseptik dan yang sesuai Penelitian banyak berkembang terutama pada proses induksi kalus pada tanaman yang umum dikenal sebagai tanaman obat, seperti tapak dara . Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. 1

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. Dalam mengkultur jaringan sangat diperlukan media. Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Setiap pengerjaan kultur jaringan sangat disyaratkan keadaan yang steril menyangkut peralatan kerja, media yang digunakan, ruang kerja, dan yang paling utama adalah sterilisasi dari eksplan yang akan ditanam. Tahapan sterilisasi ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi saat proses inkubasi atau penumbuhan eksplan kultur jaringan. Mikroorganisme meliputi jamur dan bakteri. Jika mikroorganisme ada, media menjadi kurang steril sehingga pertumbuhan bakteri atau jamur akan melebihi dan mengalahkan eksplan yang kita tumbuhkan. Potensi pelestarian suatu tanaman yang dilakukan melalui kultur jaringan ini dapat diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan dan melestarikan sifat-sifat dari tanaman induk terutama dalam menghasilkan senyawa kimia yang sama dengan tanaman induknya. Dimana dalam analisis kandungan kimia dari tanaman hasil kultur dalam rangka potensi pelestarian dapat dilakukan dengan membandingkan kromatogram dari ekstrak tanaman hasil kultur dengan kromatogram ekstrak tanaman induknya.

1.2 Tujuan 1. Melatih praktikan agar dapat melakukan sterilisasi : lingkungan kerja.alat dan media serta bahan tanaman. 2. Melatih praktikan untuk membuat larutan stok dan membuat media basal Murashige dan Skoog (MS) 3. Melatih praktikan dalam melakukan penanaman eksplan secara in vitro. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk merupakan komoditas pertanian yang penting saat ini dan menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri, baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan. Menurut Jumin (1997) permintaan jeruk terus meningkat karena harganya yang ekonomis dan banyak mengandung vitamin C, sehingga produksi jeruk belum mencukupi kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri. Hal ini merupakan tantangan dan peluang yang baik bagi para petani, pengusaha jeruk dalam meningkatkan produksi jeruk. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan dimana kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Di beberapa negara telah ada diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens, minuman dan untuk campuran kue dan dapat juga digunakan sebagai obat tradisional (Rukmana,2003). Untuk meningkat produksi jeruk ini dibutuhkan bibit yang baik dan unggul untuk mendapatkan bibit unggul ini dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan. Dalam budidaya tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit yang baru (Suryowinoto,1996). Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Di Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti di disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dr (bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok rumput 3

jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina dikenal sebagai chang chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai soldaten bloem. Tanaman ini termasuk familia Apocynaceae. Tumbuhan ini banyak ditanam orang sebagai tanaman hias. Dapat tumbuh di tempat terbuka atau terlindung pada bermacammacam iklim, sampai dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Biasanya tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui biji, setek batang, atau akar. Tanaman herba yang satu ini mengandung komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti vincaleukoblastine, leurocristine, leurosin, vinkadiolin, leurosidin, katarantin. Alkaloid yang berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) seperti leurosin, katarantin, locherin, tetrahidroalstonin, vindolin, vindolinin. Akarnya mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin Namun karena manfaatya yang diketahui dapat digunakan sebagai bahan pengobatan maka tanaman ini mulai dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan, dengan kultur jaringan dapat mengultur bgian-bagian yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan masnusia itu sendiri. Dengan metode kultur jaringan dapat dihasilkan jumlah bibit tanaman dalam skala besar dan dalam waktu relatif singkat sehingga lebih memiliki nilai ekonomis. Dari kelebihan ini Anda dapat belajar cara mengkultur tanaman yang bernilai jual dengan benar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan.

Tahapan-tahapan dalam kultur jaringan Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah: 1) Pembuatan media 2) Inisiasi

3) Sterilisasi 4) Multiplikasi 5) Pengakaran 6) Aklimatisasi

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Kultur jaringan secara umum dibagi menjadi 5 kelas berdasar atas bahan yang menjadi eksplan: 1. kultur kalus. Merupakan kultur dari masa sel pada media agar dan dihasilkan dari

tanaman eksplan 2. kultur sel merupakan kultur sel dalam media cair dengan wadah yang diaerasi

dengan agitasi 3. kultur organ merupakan kultur aseptik dari embrio, serbuk sari,akar,tunas atau

organ tanaman yang lain pada media nutrisi 5

4.

kultur meristem dan morfogenensis merupakan kultur aseptik dari meristem tunas

atau eksplan jaringan lainnya pada media nutrisi dengan tujuan untuk menumbuhkan tanaman lengkap 5. kultur protoplas merupakan kultur dari sel-sel yang dinding selnya telah

dihilangkan atau dipisahkan (gamborg dan shyluk, 1981, plan tissue culture new york, academic press) Masalah (Gangguan) pada Kultur Jaringan Gangguan kultur jaringan dapat menyebabkan kematian eksplan. Gangguan kultur jaringan secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, lingkungan kultur maupun manusia yang melakukannya. Masalah yang muncul, antara lain : a. Kontaminasi oleh bakteri, jamur, virus, dan lain-lain. Agar terhindar dari kontaminasi maka langkah-langkah pelaksanaan-nya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam keadaan steril. b. Browning (pencoklatan), untuk mengatasinya dengan cara mengabsorbsi fenol penyebab pencoklatan dengan arang aktif. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan mempunyai kelebihan antara lain seperti berikut. a. Kultur jaringan merupakan suatu cara menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. b. Kultur jaringan Tidak memerlukan tempat yang luas. c. Kultur jaringan Tidak tergantung pada musim sehingga bisa dilaksanakan sepanjang tahun. d. Bibit yang dihasilkan Kultur jaringan lebih sehat. e. Kultur jaringan Memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik.

Selain mempunyai kelebihan, kultur jaringan ternyata juga mempunyai kekurangan, seperti berikut. a. Kultur jaringan Memerlukan biaya besar karena harus dilakukan di dalam laboratorium dan menggunakan bahan kimia. b. Kultur jaringan Memerlukan keahlian khusus. c. Kultur jaringan Memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman hasil kultur biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptik serta sudah terbiasa berada di tempat yang mempunyai kelembapan udara tinggi. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan tersebut, coba Anda simpulkan tentang manfaat dari kultur jaringan! Sterilisasi Problem yang sering mengganggu dalam pekerjaan in vitro adalah membuat dan menjaga kondisi aseptic. Bakteri dan jamur merupakan kelompok kontaminan utama, karena media kultur jaringan yang kaya akan nutrisi merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan jamur. Secara umum ada 4 macam sumber cemaran, yaitu: 1. 2. 3. 4. Sumber tanaman yang digunakan baik yang bersifat internal dan eksternal. Media yang digunakan tidak steril. Udara Pekerja atau peneliti yang kurang bersih

Media kultur merupakan bahan yang mengandung sumber nutrisi yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan kondisi yang aseptis dalam melakukan semua prosedur secara in vitro. Membuat dan menjaga kondisi aseptic merupakan problema yang sering menganggu dalam pekerjaan in vitro, karena di lingkungan sekitar kita terdapat banyak spora bakteri dan fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh aliran udara yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan pada media, alat gelas dan alat-alat lain sebelum pekerjaan in vitro dilakukan. Juga perlu untuk mengerjakan semua pekerjaan ddalam ruang bersih yang dirancang dan dipelihara dengan baik (Wetherel, 1982).

Dalam proses sterilisasi, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mensterilkan alat gelas, alat bedah, cairan dan material tanaman. Beberapa teknik yang umum dilakukan, diantaranya : 1. Pemanasan basah

teknik ini menggunakan tekanan dan uap air dengan alat otoklaf atau denngan pressure cooker untuk mensterilkan cairan sampai volme satu liter diperlukan tekanan sebesar 103 kPa, suhu 121 oC selama 20 menit. Alat yang disterilkan dibungkus dengan kertas coklat, bukan aluminium karena kertas aluminium bersifat tidak dapat ditembusi uap ( Dodds dan Roberts, 1982 ). Sterilisasi media kultur, air dan larutan lain dengan autoklaf mempunyai satu masalah, yaitubla tekanan dalam autoklaf diturunkan sampai tekanan udara luar sebelum suhu dari cairan turun sampai 100 0c, cairan akan mendidih dan mungkin meluap dari wadah, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Untuk mengatasi masalah ini, penurunan tekanan dalam autoklaf harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bila mengunakan alat kecil, sebaiknya alat tersebut disingkirkan terlebih dahulu dari sumber panas, dan dibiarkan dingin dalam waktu 15-20 menit sebelum dibuka. Hendaklah selalu diperhatikan bahwa tekanan dipastikan turun sampai 1 atm sebelum membuka autoklaf ( Wetherell, 1982 ).

2.

Pemanasan kering

Metode ini hanya digunakan untuk alat gelas, alat logam dan alat lain yang tidak hangus pada suhu tinggi. Obyek yang mengandung kapas, kertas atau plastik tidak dapat disterilkan dengan metode ini. Pisau sklapel juga tidak boleh disteilka dengan metode ini karena temperatur yang tinggi akan membuatnya menjadi tumpul. Alat yang digunakan adalah oven. Temperatur untuk sterilisasi adalah sekitar 160 0c selama 4 jam. Alat yang sisterilkan harus dibungkus denagn kertas alumunium sebelum dimasukkan ke dalam oven ( Dodds dan Roberts, 1982 ). 3. Ultrafiltrasi

Beberapa komponen media tidak tahan pemanasan, seperti vitamin, zat pengatur tumbuh dan lainnya, sehingga harus disterilkan dengan ultrafiltrasi pada suhu kamar. Ultrafiltrasi adalah teknik sterilisasi dengan menggunakan penyaring bakteri ( Dodds dan Roberts, 1982 ). 4. Sterilisasi kimia

Tempat kerja secara umum disterilkan permukaannya dengan etanol 70 % v/v atau isopropanol 70 % v/v. Meskipun alkohol yang diasamkan ( 70 % pH 2,0 ) mungkin lebih efektif sebagai desinfektan, tetapi tidak digunakan secara umum karena bersifat korosif pada 8

alat logam. Alkohol 80 % juga sering digunakan, tetapi lebih mudah terbakar. Alat yang akan dipakai sebaiknya dicelupkan dalam alkohol da dilewatkan lampu spritus ( Dodds dan Roberts, 1982 ).

sterilisasi ekplan Sterilisasi eksplan dapat dilaksanakn dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan secara kimia. a. Sterilisasi eksplan secara mekanis

Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan membakar eksplan tersebut di atas lampu spiritus sebanyak 3 kali. Eksplan keras yang disterilisasi dengan cara ini antara lain adalah tebu, biji salak, bung, bunga anggrek, kapulaga dsb. Sedangkan eksplan yang berdaging antara lain adalah wortel, umbi, baeang putih dll. b. Sterilisasi eksplan secara kimiawi

Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak (jaringan muda) seperti daun, tangkai daun dll. Beberapa jenis disinfektan yang umum digunakan pada kultur jaringan tanaman: Beberapa disinfektan yang biasa digunakan Desinfektan NaHipoklorid
**

Kadar 0,5% 5%

Waktu sterilisasi 5 20 menit

Alkohol

75% - 80%

Beberapa beberapa menit 5 20 menit

detik-

Benzalkoniu m khlorid Hidrogen peroksida Sublimat


* **

0,1% 0,5% 1% - 3%

15 30 menit 20 30 menit

0,1%

Zat-zat tersebut beracun dan atau iritasi, pemakaian harus hati-hati

Pemutih pakaian, biasanya larutan Na hipoklrorid atau Chlorinated lime chlorid 5%

kalsium hipoklorid jug baik


***

Zephiran, BTC, Roccal

Sodium hipoklorit 9

Nama dagangnya adalh Clorox atau Bayclin. Konsentrasi untuk sterilisasi tergantung dari kelunakan eksplan, dapat 5%-10%, dan waktunya antara 5-10 menit. Mercuri klorit

Nama dagangnya adalah Sublimat 0,05%. Penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati karena bersifat racun. Cara perlakuan sterilisasi dengan sublimat sama dengan sterilisasi dengan Clorox, hanya waktunya lebih pendek karena sublimat bersifat keras. Bila sterilisasi terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pada eksplan (berwarna coklat) sehingga eksplan tersebut tidak akan mapu tumbuh. Konsentrasi yang digunakan 0,05%-0,1% dan waktu sterilisasi 5-10 menit. Alkohol 70%

Alkohol lebih banyak diperdagangkan dalam bentuk alkohol 95%. Jamur biasanya mati dengan alkohol 70%, sedangkan dengan alkohol 95% masih tetap hidup. Oleh karena itu, alkohol 95% perlu diencerkan menjadi alkohol 70%. (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Biasanya lapisan luar tanaman berlapis lilin, maka larutan desinfektan perlu ditambah sedikit deterjen atau bahan pembasah (wetting agent) yaitu tween 20 atau tween 80. bila memakai salkonium klorida sebagai desinfektan tidak diperlukan penambahan deterjen karena desinfektan ini sudah bisa bersifat sebagaio deterjen (Wetherell, 1982)

5.

Media Kultur

Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung nutrien makro dan mikro, sumber tenaga umumnya digunakan sukrosa, seringkali juga mengandung 1 atau 2 macam vitamin dan zat perangsang pertumbuhan. Kadang-kadang diperlukan penambahan zat lain seperti yeast, ekstrak malt (Wetherell, 1982). Komposisi media kultur jaringan adalah: 1. Garam-garam anorganik Zat kimia anorganik terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien dibutuhkan dalam jumlah lebih dari 0,5 mmol/L, sedangkan mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 0,5 mol/L. Yang termasuk dalam makronutrien adalah N, K, P, Ca, S dan Mg. Elemen mikronutrien adalah Fe, Mn, Zn, B, Cu dan Mo (Gamborg dan Shyluk, 1981) Menurut Sutarni Moeso (1989), kegunaan tiap-tiap unsur tersebut adalah sebagai berikut: Nitrogen (N) 10

Kegunaan nitrogen bagi tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman, sebab unsur N dapat membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik yang lain. yang paling penting dalam hal ini adalah pembentukan protein. Jadi unsur N dipergunakan terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Selain itu unsur N juga berperan dalam pembentukan hijau daun untuk melaksanakan proses fotosintesis yang nantinya akan menghasilkan karbohidrat. Fosfor (P) Unsur P terutama dibutuhkan tanaman untuk pembentukan karbohidrat. Maka unsur P ini dibutuhkan secara besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, pembungaan, pemasakan buah dan biji. Kalium (K) Unsur K berfungsi memperkuat tubuh tanaman, karena unsur ini dapat menguatkan serabut-serabut akar sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Di samping itu, unsur K juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan. Sulfur (S) Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan bintil-bintil akar juga membantu pembentukan anakan sehingga pertumbuhan dan ketahanan tanaman terjamin. Kalsium (Ca) Unsur Ca terdapat pada batang dan daun tanaman. Unsur Ca ini bertugas merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan merangsang pembentukan biji karena unsur Ca bersama-sama dengan unsur Mg akan memproduksi cadangan makanan. Magnesium (Mg) Dengan menambahkan unsur Mg maka kandungan fosfat dalam tanaman dapat meningkat. Sedangkan kegunaan dari fosfat sendiri adalah sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein. Dengan terbentuknya sejumlah protein ini, maka

pertumbuhan daun menjadi hijau sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak serta minyakminyak. Besi (Fe) Unsur Fe dibutuhkan sedikit lebih banyak daripada unsur mikro lainnya. Unsur Fe biasa diberikan dalam bentuk FeSO4.7H2O dan Na2.EDTA.2H2O. Di dalam kultur jaringan , pemberian unsur Fe juga berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman. Pada tanaman, unsur Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun. 11

6.

Zat-zat organik a. Sukrosa, glukosa, fruktosa Sukrosa sering ditambahkan pada medium kultur jariingan sebagai sumber energi yang

diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2% - 5% merupakan sumber karbon. Penggunaan sukrosa diatas kadar 3% meyebakan terjadinya penebalan dinding sel. Glukosa dan fruktosa dapat digunakan untuk mengganti sukrosa karena dapat merangsang pertumbuhan beberapa jaringan. b. Mio-inositol Penambahan mio-inositol pada medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila myo-inositol diberikan bersama dengan auksin, kinetin dan vitamin, maka dapat mendorong pertumbuhan jaringan kalus. c. Vitamin Vitamin-vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan antara lain adalah Tiamin(vitamin B1), Piridoksin (vitamin B6) dan asam nikotinat. Fungsi tiamin untuk mempercepat pembelahan sel pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim dalam reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi. Asam nikotinat juga penting dalam reaksi-reaksi enzimatik, disamping berperan sebagai prekursor dari beberapa alkaloid. Pemberian vitamin C biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya pencoklatan pada permukaan irisan jaringan. d. Asam-asam amino Asam-asam amino berperan penting untuk pertumbuhan dan diferensiasi kalus. Kebutuhan asam amino untuk setiap tanaman berbeda-beda. Asparagin dan Glutamin berperan dalam metabolisme asam amin, karena dapat menjadi pembawa dan sumber amonia untuk sintesis asam-asam aminobaru dalam jaringan. e. Zat pengatur tumbuh (phytohormon) Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat mengubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam praktikum ini adalah auksin berupa 2,4 D dan sitokinin berupa kinetin. Auksin Zat pengatur tumbuh tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA adalah sintesis auksin, pemecahan auksin, inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. 12

Pemecahan molkul terjadi karena adanya photo oksidasi dan enzim. Pigmen yang menyerap cahaya (mengoksidasi IAA) dan merupakan penyebab inaktifnya IAA adalah riboflavin dan karoten. 2,4 D merupakan zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam auksin. Menurut Koeffli, Thimann dan Went (1966) aktivitas auksin ditentukan oleh adanya struktur yang jenuh, adanya rantai keasaman (acid chain), pemisaan carboxyl group (-COOH) dari struktur cincin, dan adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman. Posisi dan panjang rantai keasaman berpengaruh tehadap aktivias auksin rantai karboxyl group dipisahkan oleh carbon / carbon dan oksigen akan memberikan aktivitas yang optimal. Oleh karena itu, IAA dan 2,4 D mempunyai aktivias yang cukup tinggi karena persyaratan di atas terpenuhi. Arti sebagai salah satu hormon pertumbuhan mempunyai pranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari segi fisiologi, hormon ini berpengaruh terhadap: pengembangan sel, phototropisme, geotropisma, apical dominasi, pertumbuhan akar (root initiation), partenocharpy, absission, pembentukan kalus (callus formation), dan respirasi. Dari studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel membuktikan bahwa auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, menaikkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, menaikkan sintesis protein, menaikkan plastisitas, dan pengembangan dinding sel. Apabila ujung batang mengalami hambatan dalam pertumbuhannya (dipotong), maka pertumbuhannya akan tumbuh ke arah samping yang disebut tunas lateral (tumbuh tunas pada ketiak daun), fenomena ini disebut apical dominance. Sitokinin Sitokinin merupakan suatu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Menurut Miller et al (1955, 1956) dalam Weafer (1972), senyawa yang aktif dalam pertumbuhan adalah kinetin (6-furfuryl amino purin). Namun peneliian yang lain pun menyebutkan bahwa purine adenine pun sangat efektif. Bentuk dasar dari struktur kimia sitokinin adalah adenine (6-amino purine). Adenine merupakan bentuk dasar untuk menentukan aktivitas dari sitokinin. Panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan menaikkan aktivitas zat pengatur tumbuh ini. Pembelahan sel dalam kultur jaringan tanaman yang disebabkan oleh kinetin telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Namun tidak ada suatu unsure yang dapat berdiri 13

sendiri, kesemuanya berinteraksi antara satu sama lain sehingga terbnuklah suatu system. Penelitian terhadap kinetin dan IAA terhadap Tobacco pith culture telah membuktikan bahwa ada peranan dari kedua zat ini terhadap pertumbuhan. Aplikasi auksin dan sitokinin dalam berbagai perbandingan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda. Jika perbandingan konsentrasi sitokin lebih besar daripada auksin maka akan menghasilkan tunas dan daun. Jika perbandingan konsentrasi sitokinin lebih kecil daripada auksin maka akan menghasilkan akar. Jika perbandingan konsentrasi sitokinin berimbang dengan auksin maka akan menghasilkan akar dan tunas. Jika konsentrasi sitokinin adalah intermediet (sedang) dan konsentrasi auksin yang rendah maka akan menghasilkan kalus. Kultur jaringan dapat dilakukan pada media padat atau cair. Bahan pendukung untuk media padat adalah agar-agar dengan kadar 0,6%-1%. Penggunaan agar pada kadar yang lebih tinggi pada media akan membuat media menjadi keras sehingga menghambat difusi zat makanan ke dalam jaringan. Kultur cair tidak memerlukan agar, suplai O2 diberikan dengan jalan penggojokan untuk membantu aerasi (Wetherel, 1982). Hal yang perlu diperhatian dalam pembuatan media antara lain pH. Sel-sel tanaman yang ditumbuhkan secara kultur jaringan mempunyai rentang pH yang sangat sempit dengan titik optimum 5,5-5,8. selama kultur, pH media akan berubah. Pada awal pertumbuhan pH media kultur akan bergeser untuk mencapai 6,0 atau lebih tinggi lagi bila nutrient habis digunakan (Gamborg dan Shyluk,1981). BAB III METODE 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) Laminar Air Flow (LAF) Alat ini merupakan ruang yang selalu dalam keadaan steril dan digunakan sebagai alat untuk tahap perlakuan tanaman yang akan dikultur. 2) Autoklaf Autoklaf digunakan untuk sterilisasi alat dan medium kultur jaringan tanaman 3) Timbangan analitik Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan-bahan kimia yang digunakan untuk kultur jaringan. Timbangan ini dapat menimbang sampai satuan yang sangat kecil 4) Erlenmeyer 14

Alat ini digunakan untuk menuangkan aquades maupun untuk tempat media 5) Beker glass Alat ini digunakan untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan akuades 6) Petridish Digunakan untuk tempat peletakan potongan eksplan di LAF sebelum dilakukan penanaman 7) Gelas ukur Alat ini digunakan untuk menakar akuades dan bahan kimia yang digunakan 8) Pinset Pinset digunakan untuk memegang dan mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan 9) Skalpel Skalpel digunakan untuk memotong eksplan 10) Lampu spiritus Digunakan untuk sterilisasi (memanaskan alat-alat yang akan digunakan dalam penanaman eksplan khususnya seperti pinset dan pisau di dalam laminar air flow pada saat mengerjakan penanaman atau subkultur 11) Botol-botol kultur Digunakan untuk tempat menanam eksplan 12) Hot plate merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan media 13) Alumunium foil Alumunium foil digunakan untuk menutup botol kultur maupun untuk melindungi larutan stok dari cahaya matahari secara langsung 14) Rak kultur Berfungsi untuk menempatkan botol-botol kultur untuk menumbuhkan eksplan 15) pH meter 16) Berfungsi untuk mengukur pH media yang akan digunakan untuk menanam eksplan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji jeruk, tunas jeruk dan anggrek, daun Catharanthus roseus, Media Murashige dan Skoog (MS), hormon auksin 24D, aquades, alkohol 70% dan larutan betadine.

15

Sterilisasi Alat Alat-alat seperti cawan petri, botol kultur, Erlenmeyer dan gelas beaker dicuci terlebih dahulu dengan detergen kemudian dikeringan dan dibungkus dengan plastik. Selanjutnya disterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121oC.

Pembuatan Media Ditimbang MS sebanyak 13,29 gr, sukrosa 30 gr dan agar 8 gr Dimasukkan dalam 1 liter air diaduk hingga rata Dipanaskan diatas Hot Plate sambil diaduk-aduk menggunakan pengaduk hingga mendidih kemudian ukur pH ( pH=5) Dimasukkan kedalam botol kultur yang telah di sediakan Botol kultur ditutup dengan kertas aluminium foil dan plastik, kemudian diikat dengan karet gelang Setelah itu disterilisasi didalam autoklaf pada tekanan 15 ppm suhu mencapai 121 0C dipertahankan selama 15 menit Di sterilisasi kembali kedalam inkubator pada suhu 23 0C

Penanaman Eksplan Disediakan semua alat dan bahan yang telah steril dengan menyemprotkan alkohol 70 % LAF disterilkan dengan alkohol Alat dan bahan yang akan digunakan seperti pinset, petridish, skalpel, erlenmeyer, lampu spiritus, media tanam, eksplan, akuades dan betadine, disterilkan dengan disemprot alkohol 70 % kemudian dimasukkan kedalam LAF Sebelum bekerja, kedua tangan juga disterikan dengan menyemprotkan alkohol 70 % Setelah alkohol kering, lampu spiritus dihidupkan Kulit biji jeruk dikupas didalam petridish yang berisi akuades, kemudian embrionya direndam sesaat didalam larutan betadine, setelah itu ditanam kedalam botol kultur yang telah berisi media Disimpan pada ruang penyimpanan kultur Pekerjaan didalam LAF dilakukan didekat lampu spiritus untuk menjaga kesterilan bahan dan alat serta mencegah terjadinya kontaminasi pada hasil pertumbuhan eksplan.

16

Subkultur Alat dan bahan yang akan digunakan disterikan dengan alkohol kemudian dimasukkan kedalam LAF Kedua tangan disterilkan dengan alkohol 70 % sebelum bekerja Lampu spiritus dihidupkan. Pekerjaan dilakukan didekat lampu spiritus untuk menjaga kesterilan alat dan bahan serta mencegah terjadinya kontaminasi Eksplan tunas jeruk diambil dari planlet yang sudah tersedia menggunakan pinset steril, kemudian eksplan disterilkan dengan betadine dan dicuci dengan akuades Eksplan ditanam kedalam botol kultur yang telah berisi media

Multiplikasi Digunakan daun Catharanthus roseus sebagai sumber eksplan. Tahap-tahap multiplikasi eksplan secara in vitro adalah sebagai berikut. Eksplan dibersihkan menggunakan air mengalir Eksplan direndam dalam deterjen selama 5 menit Eksplan dibilas dengan aquades steril Eksplan direndam dalam alkohol selama 5 menit Eksplan dibilas lagi dengan aquades steril Eksplan direndam dalam bayklin selama 10 menit dengan dua kali ulangan Eksplan dibilas kembali dengan aquades steril Eksplan dipotong pada kedua ujungnya dengan skalpel steril sehingga potongan daun berbentuk persegi panjang. Eksplan ditanam kedalam botol kultur menggunakan pinset steril Eksplan diinkubasi diruangan kultur selama beberapa minggu sampai tumbuh kalus. Aklimatisasi Disediakan media tanah dengan komposisi tanah, compos, fungisida, aquades steril dimasukan didalam polybag Diambil planlet utuh tanaman jeruk dari botol kultur kemudian dipindahkan kedalam polybag berisi media yang telah dsediakan Ditutup dengan plastik transparan sebagai sungkup hingga tertutupi seluruh bagian planlet Sebelum diikat rapat dengan karet gelang disemprotkan akuades steril kedalam sungkup Diletakkan diruang penyimpanan selama 2 hari 17 dihasilkan

Dipindahkan ke lingkungan luar Dibiarkan beradaptasi, sungkup dilepaskan secara bertahap

Dilakukan pemeliharaan seperti pemeliharaan bibit pada umumnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DATA KELAS NAMA PRAKTIKAN Anggi Swita Heria Nova Indang Julita Nice Masculen Okyarni Nuzila Puji Astuti Ria Yuni R Risna mandasari Septri Wahyudi Suci Riska Wahyuni Susiyani Wulandari Widianti induksi tunas Tumbuh Tumbuh Tumbuh kontam Tumbuh kontam kontam kontam tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh PPENGAMATAN Sub kultur kultur daun anggrek jeruk kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam kontam tumbuh tumbuh kontam kontam kontam kontam aklimatisasi tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh tumbuh

DATA KELOMPOK Tabel 1. kultur Biji Perlakuan Biji tidak dikupas Biji dikupas Parameter Panjang tunas Jumlah daun Panjang tunas Jumlah daun Ulangan 2 3 4 1.5 4

1 5 8

5 2 3

18

tabel 2. hasil Pengamatan subkultur tunas jeruk dan anggrek Ulangan Perlakuan Anggrek Kontam Kontam Kontam

Jeruk 1 2 3 4 Tumbuh 5 Tumbuh

*media kontam PEMBAHASAN Berdasarkan percobaan ini medium yang digunakan adalah medium MS dimana komposisi medium MS telah memenuhi syarat syarat nutrisi untuk merangsang pertumbuhan sehingga eksplan dapat hidup dan tumbuh. menyatakan bahwa medium MS merupakan medium dasar yang mengandung unsur hara esensial sebagai sumber energi dan vitamin yang dapat digunakan untuk semua jenis kultur jaringan Dari hasil praktikum diatas biji yang memberikan respon cepat terhadap pertumbuhan adalah biji yang dibersihkan kulit bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit bijinya lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia sehingga pertumbuhan dan perkembangan kalusnya akan baik dan dapat dengan cepat terjadinya organogenesis dari kalus ini. Pada biji yang masih terdapat kulit bijinya tidak tampak terjadinya perkembangan. Hal ini terjadi karena kulit biji dapat menghambat masuknya zat zat hara mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Selain itu adanya kulit biji merupakan salah satu factor dormansi biji. Dormansi pada biji yaitu suatu penundaan pertumbuhan selama periode tertentu yang mana ketidakmampuan tumbuh ini salah satunya disebabkan oleh kondisi luarnya yang tidak sesuai. Dormansi juga dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti air, cahaya dan temperatur dan faktor dalam seperti adanya senyawa-senyawa tertenatu pada kulit biji yang bersifat sebagai penghambat dalam hal ini termasuk.

19

Dari tabel kelompok yang diperoleh bahwa persentasi keberhasilan dalam mengkulturkan biji jeruk lebih besar di bandingkan dengan yang tidak berhasil atau

kontaminasi. Hal ini dapat dilihat didalam tabel hasil kelompok , sedangkan pada kultur daun tapak dara tingkat keberkasilannya 0%, ini diakibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam meletakan eksplan daun kedalam media atau botol kultur, dan kemungkinan dapat juga berasal dari eksplan itu sendiri. Dalam melakukan kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya sendiri. Ini juga dapat dilihat dari pengerjaan subkultur yang telah dilakukan pada eksplan angrek dan jeruk, pada pengerjaanya keberhasilan dari 13 subkultur hanya berhasil 2

subkultur. Ini bisa diakibatkan oleh kurangnya ketelitian dalam memidahkan eksplan dari satu botol ke botol media yang satu, serta dapat akibatkan oleh kurang sterilnya alat dan ruang yang digunakan untuk pemindahan tersebut,Karena kondisi yang steril akan menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak steril, maka akan mudah terkena kontaminasi sehingga kemampuan totipotensi sel akan terhambat.

Keberhasilan Pembuatan Media serta Sterilisasi Alat dan Media Pembuatan media kultur sangat menentukan keberhasilan dalam penumbuhan kultur ke depannya. Oleh sebab itu, dalam pembuatan media harus benar-benar sesuai dengan petunjuk yang sudah ditentukan dan terjaga sterilitasnya. Karena jika komposisi bahan penyusun tidak tepat akan mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan tersebut, sehingga perhitungan harus benar-benar diperhatikan. Selain itu, sterilitas dari alat dan tempat yang digunakan juga harus selalu diperhatikan, karena jika media sudah mengalami kontaminasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menanam eksplan, maka ke depannya kultur yang dihasilkan pun juga akan mengalami kontaminasi. Dari hasil sterilisasi alat dan media dapat diketahui bahwa proses sterilisasi dibilang kurang berhasil, karena alat dan tempat yang digunakan sebelumnya harus mengalami proses sterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bekerja. Alat yang digunakan harus dimasukkan ke dalam autoklaf dahulu selama 20 menit pada suhu 120 oC agar mikroba yang terdapat dalam alat tersebut mati. Sedangkan tempat yang digunakan untuk penanaman ( 20

kotak entkast ) juga harus disterilisasi terlebih dahulu, yaitu dengan cara menyalakan lampu UV yang ada dalam kotak tersebut selama 2 jam sebelum digunakan untuk mematikan mikroba yang ada, dan setiap akan bekerja tempat dan tangan dari praktikan harus selalu disemprot menggunakan alkohol 70 % sebelum bekerja. Namun dalam pengerjaan seperti lampu UV tidak ada di Laboratorium Riset Biologi, sterilisasi ruang kultur secara itensif tidak selalu dilakukan. Hal ini juga dapat diakibatkan karena praktikan yang banyak keluar masuk diruang kultur dalam keadaan tidak seteril.

Faktor-faktor yang menyebabkan ekspalan terkontaminasi atau tidak tumbuh o Kontaminasi yang terjadi dapat berasal dari bahan eksplan yang digunakan itu sendiri sehingga proses kultur yang dilakukan tidak berhasil o kurang telitinya praktikan dalam pengerjaan sterilisasi eksplan, mengupas kulit biji jeruk. Maupun kurang ketelitian memilih media yang tidak sengaja telah terkontaminasi. o Kurang memperhatian pengerjaan dalam meletakan ekspaln dalam botol kultul, seperti lampu spritus jauh dari botol, danya asesoris yang terbawa saat pengerjaan. o Selain itu tidak terlepas dari sterilisasi alat-alat yang digunakan maupun sterilisasai lingkungan kerja sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan tersebut

Ruang dalam kultur jaringan yang sangat diperhatikan yaitu seperti:

1. Ruang Kultur Ruang kultur merupakan suatu ruangan untuk menempatkan botol-botol kultur yang sudah terdapat eksplan maupun botol yang berisi media kosong. Botol-botol tersebut ditempatkan pada rak-rak kultur yang di lengkapi dengan lampu.Ruangan ini dilengkapi pula dengan AC untuk mendapatkan suhu udara yang dikehendaki. Ruang keltur hendaknya memiliki suhu yang konstan baik pada siang maupun pada lam hari. tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.

2. Ruang Aklimatisasi Ruang aklimatisasi adalah ruangan untuk menempatkan tanaman tanaman mini ( planlet) hasil perbanyakan melalui kultur jaringan sebelum dipindah ke lapangan. Pada ruangan ini suhu diusahakan lebih rendah daripada keadaan lapangan,namun 21

tidak lebih tinggi dari keadaan invitro,sedangkan kelembapan udara diatur diantara 80-90%.

Dari table pengamatan aklimatisasi diatas dapat dilihat bahwa persentase hidup dari eksplan hasil kultur biji jeruk yang dipindahkan ke media tanah dalam polobec mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa eksplan memiliki kemampuan untuk melakukan peyesuain yang tinggi dengan lingkungan baru dengan komposisi yang terdiri dari aquades streril, tanah, kompos(sebagai nutrisi), fungisida(sebagai peneteril bahan) eksplan mampu untuk hidup. Keberhasilan pertumbuhan pada aklimatisasi juga tidak terhindar dari parlakuanperlakuan yang dilakukan menurut prosedur aklimatisasi sebagai petunjuk, misalnya saja setelah melakukan pemindahan eksplan ke dalam ppolibec, eksplan diletakan terlenih dahulu didalam ruang dengan suhu dan kelembaban relatif selama 2 hari,ini bertujuan agar tanaman dapat menyesuaikan teerlebih dahulu dengan lingkungan baru, kemudian barulah tanaman dapat diletakkan diluar ruangan namun tidak dengan pencahayaan langsung, melainkan diletakkan dirumah kasa terlebih dahulu begitu pula selanjutnya dilakukan penyinaran bertahap, ini bertujuan agar tanaman tidak mengalami stress lingkungan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam melakukan sterilisasi masih dianggap gagal sebab dapat dilihat hasil praktikum yang telah dilakukan banyaknya eksplan maupun media tanam yang terkontaminasi Keberhasilan praktian dalam membuat media cukup berhasil ini dapat dillihat eksplan yang diletakan dalam media tanam dapat tumbuh. biji yang memberikan respon cepat terhadap pertumbuhan adalah biji yang dibersihkan kulit bijinya. Hal ini terjadi karena biji yang dibersihkan kulit bijinya lebih maksimal dalam menyerap nutrisi yang tersedia saran

perlunya perbaikan sarana Laboratorium Riset agar pratikum yang dilakukan menjadi aman, nyaman. Pada praktikan disarankan agar lebih hati hati dalam melakukan penanaman serta sesuai dengan petunujuk agar tidak terjadi kontaminan yang dapat mengakibatkan kegagalan dari praktikum.

22

You might also like