You are on page 1of 38

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia (Sudradjat, 2006). Di dalam proses-proses alam tidak dikenal adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak.Sampah bagi setiap orang memang memiliki pengertian relative berbeda dan

subjektif.Sampah bagi kalangan tertentu bisa saja menjadi harta berharga. Hal ini cukup wajar mengingat setiap orang memiliki standar hidup dan kebutuhan tidak sama. Permasalahan sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh

masyarakat di kawasan permukiman perkotaan. Perkembangan kota Palembang yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Palembang. Pertambahan jumlah penduduk membawa implikasi terhadap volume sampah yang diproduksi oleh masyarakat. Seiring dengan perkembangan kota Palembang, pertumbuhan pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan volume sampah baik padat maupun cair. Pola ini terus berlanjut karena sampah selalu diproduksi. Jika tidak ada tindakan yang tepat untuk menangani masalah ini, maka akan menyebabkan masalah serius. Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,

lingkungan atau keindahan (Anonim, 2013) Pekerja dalam sebuah organisasi merupakan sumber daya manusia yang sangat vital dalam sebuah organisasi. Pekerja juga merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan persampahan, oleh sebab itu perilaku pekerja yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi.

Dewasa ini, ada suatu komunitas yang berhubungan langsung dengan sampah, sangat meningkat jumlahnya. Mereka adalah pemulung yang

merupakan komunitas yang cenderung berkecimpung dengan sampah dan kurang memperhatikan kesehatannya. Pemulung ini yang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir, atau biasa disebut TPA Sukawinatan Palembang.Dengan bekerja memungut dan mengais sampah di TPA Sukawinatan Palembang, kesehatan mereka dapat dipengaruhi dengan melihat bagaimana perilaku hidup sehat yang mereka terapkan sehari-hari.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini, yaitu Apakah ada hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang .

C.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya

Menganalisis

mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang .

2.

Tujuan Khusus a. Menganalisis kebiasaan hidup sehat pekerja TPA

Sukawinatan/responeden b. Menganalisis hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan Palembang. kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan

D.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Sebagai bahan informasi dalam penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA

3. Bagi TPA Sukawinatan Palembang Sebagai evaluasi dan bahan masukan mengenai hubungan antara prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang yang nantinya dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengelolaan sampah.

4. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup sehat untuk mempertahankan status kesehatan tidak hanya bagi pekerja TPA sukawinatan saja tetapi untuk masyarakat yang tinggal disekitar TPA dan masyarakat pada umumnya. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Lokasi Kegiatan penelitian ini dilakukan TPA Sukawinatan Palembang.

2. Lingkup Materi Lingkup materi dari penelitian ini meliputi prilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan para pekerja TPA Sukawinatan Palembang

3. Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tanah Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi.Sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah.Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan manusia.Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah. Air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat. Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan,swasta dan wisata, bisa berupa limbah padat dan cair.

II.2 Limbah Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah. Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair. Limbah industri yang padat atau limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.

Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll. Limbah cair adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisasisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama Tanaman misalnya DDT.

II.3 Dampak Pencemaran Tanah Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.Timbunan sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah / gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lainnya adalah oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun di permukaan tanah.Yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air adalah Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan makananuntukberkembang.

Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah tangga; peresapannya kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya yang disebutkan sebagai pencemaran tanah.Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan adalah limbah padat hasil buangan industri. Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah padat ini busuk yang selain menyebabkan pencemaran tanah juga menimbulkan bau di sekitarnya karena .Tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi

bakteri tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau oleh karena telah terjadinya pencemaran tanah. Timbunan yang mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran.Sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah dan dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk yang digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga mengakibatkan pencemaran tanah.Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.

II.4 Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat banyak diperlukan agar tidak mencemari tanah.Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Akan sangat baik jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir. Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik yang alami. Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang.Kurangilah penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti pestisida.Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang

kesungai atau kelaut.Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable).Salah satu contohnya adalah dengan mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.

II.5 Tempat Pembuangan Akhir II.5.1 Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan. TPA adalah tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. TPA merupakan cara

paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding dengan pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

II.5.2 Metoda Pembuangan Sampah Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu: a. Open Dumping

Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll).

Cara

ini

tidak

direkomendasikan

lagi

mengingat

banyaknya

potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti: 1. Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll 2. Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan 3. Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul 4. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

b. Control Landfill Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik mengurangi sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk potensi gangguan juga dilakukan lingkungan perataan yang dan ditimbulkan. Dalam sampah untuk

operasionalnya

pemadatan

meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya: 1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan 2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan 3. Pos pengendalian operasional 4. Fasilitas pengendalian gas metan 5. Alat berat

c. Sanitary Landfill Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.

II.5.3 Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa beragam: musibah fatal (mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat); pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA); pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga; jejas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (mis., debu, bau busuk, kutu, atau polusi suara). Pencemaran tanah oleh sampah selama pemakaian TPA maupun setelah penutupan TPA hingga saat ini masih kurang diperhatikan.Limbah-limbah yang berada di TPA dapat merusak tanah dalam jangka panjang terutama limbah bahan anorganik yang mengandung zat-zat beracun. Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu atau mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bioorganisme tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.

II.5.4 Persyaratan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Halini ditunjukkan dengansangatrincinyapersyaratanlokasiTPAsepertitercantumdalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, yang diantaranya dalam criteria regional dicantumkan: 1. Bukan daerah rawan geologi(daerahpatahan,daerahrawanlongsor,rawangempa, dll) 2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter,jenis tanah mudah meresapkan air,dekat dengan sumber air(dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi) 3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringanlahan lebih dari20%) 4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarakminimal 1,5 3 km) 5. Bukandaerah/kawasanyangdilindungi

II.5.5 Perilaku Petugas Pengelola Sampah Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesisfik, durasi, dan ujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.Sering tidak disadari bahwa interaksi tesebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting unuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut (A. Wawan & Dewi M, 2010) Perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu secara internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut: A. Faktor Internal Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.

10

1) Jenis Ras/ Keturunan Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas.Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula. 2) Jenis Kelamin Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional. 3) Sifat Fisik Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe

fisiknya.Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman 4) Kepribadian Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya 5) Intelegensia Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif.Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.

11

6) Bakat Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya

B. Faktor Eksternal 1) Pendidikan Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. 2) Agama Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya. 3) Kebudayaan Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya. 5) Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.

12

II.6 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi/Predisposing Factors (pengetahuan, sikap petugas, nilai)

Faktor Pendukung/Enabling Factors (ketersediaan sumbersumber/fasilitas)

Perilaku

Faktor Pendorong/Reinfor cing Factors (sikap dan perilaku)

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Gren Sumber: Fajar, Nur Alam. 2010. Modul Dasar-Dasar Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Universitas Sriwijaya

13

BAB III KERANGKA PIKIR 3.1 Kerangka Pikir

Tingkat pengetahuan pemulung (faktor predisposisi)

Perilaku MCK dan Penggunaan Air Bersih (faktor pendukung)

Perilaku pemulung

Sikap pemulung ( faktor pendorong)

Gambar 3.1 Modifikasi dari faktor faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Lewreance Gren Sumber : Fajar, Nur Alam.2010. Modul Dasar Dasar Pendidikan dan promosi kesehatan. Universitas Sriwijaya

14

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Dasar Penelitian Menurut Menurut Bogdan dan Taylor ,metodologi kualitatif yaitu prosedur prosedur penelitian penelitian yang menghasilkan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis t atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh), tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.Ia harus dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. Menurut Kirk dan Miller, kualitatif merupakan merupakan tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang akurat terhadap gambaran perilaku petugas kebersihan di TPA Karya Jaya Musi II Palembang. Penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi penelitian lapangan, observasi partisipan, dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan : 1. 2. 3. 4. Penelitian ini dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Penelitian ini menggunakan peneliti sendiri sebagai alat penelitian Data disajikan secara deskriptif Penelitian ini menggunakan desain yang berubah-ubah disesuaikan dengan kenyataan lapangan.

4. 2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah petugas kebersihan di TPA Sukawinatan Palembang Tahun 2013. Lebih lanjut, pada penelitian kualitatif subjek penelitian merupakan sejumlah orang, proses, dan peristiwa tertentu. Berkaitan dengan teknik pengambilan subjek penelitian, LeCompte dan Preissle (dalam Alwasila, 2002 : 146) menyatakan teknik pengambilan subjek penelitian pada penelitian kualitatif yang tepat adalah criterion-based selection yaitu manusia, latar dan kejadian betul betul dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan sehingga diperoleh informasi penting mengenai objek yang diteliti.

15

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti menetapkan criteria subjek penelitian sebagai berikut : 1. Manusia adalah pemulung di TPA sukawinatan Palembang 2. Latar adalah pemukiman, puskesmas dan TPA sukawinatan Palembang 3. Kejadian dan proses adalah perilaku sakit Selanjutnya untuk mendapatkan subyek yang representative digunakan beberapa informan utama.Informan utama dalam penelitian ini adalah perwakilan dari petugas pengolah sampah di TPA Sukawinatan Palembang, masyarkat sekitar (penjual makanan diwarung). Adapun subyek dari penelitian ini adalah warga yang juga sekaligus pemulung di TPA Sukawinatan Palembang.

16

4.3 Metode Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data primer. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku karyawanpengelola sampah di TPA Sukawinatan . Dalam hal ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Wawancara, merupakan cara memperoleh data atau informasi secara langsung dengan tatap muka melalui komunikasi verbal. Teknik ini dipakai secara simultan dan sebagai cara utama memperoleh data secaramendalam yang tidak diperoleh dengan data dokumentasi, menanyakan hal-hal yang belum ada atau belum jelas yang mungkin terdapat dalam data dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam penghayatan peneliti terhadap proses persepsi responden. Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bersemuka (face-to-face), ketika seseorang, yaitu pewawancara, mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara atau responden (Kerlinger dalam Sanapiah, 1995:133). Menurut Kerlinger dalam Sanapiah (1995:139), wawancara dapat digunakan untuk 3 maksud utama, yaitu: 1. Dapat dijadikan sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel dan relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap penelitian. 2. Dapat menjadi instrumen utama penelitian. Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengukur variabel-variabel penelitian akan dimasukkan ke dalam skedul wawancara. 3. Dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain.

b. Observasi, dimaksudkan untuk melihat secara langsung fenomena empirik yang ada secara faktual mengenai objek dan subyek penelitian. Observasi dilakukan di lokasi penelitian, yaitu TPA Musi 2 Karya Jaya. Observasi diarahkan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku petugas pengelola sampah.

17

Dalam melakukan observasi, selain berpedoman pada ruang lingkup penelitian, peneliti juga melengkapi diri dengan alat perekam gambar (foto) dan buku catatan.Sehingga semua situasi, kondisi, fenomena dan hal-hal lain yang menjadi obyek observasi dapat dicatat dan terekam dengan cermat.Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan gambar, pencatatan, dan merasakan situasi dan kondisi serta fenomena di lokasi penelitian dengan berpedoman pada ruang lingkup penelitian. Dalam prakteknya di lapangan, observasi yang dilakukan tidak berdiri sendiri, tetapi pelaksanaannya seringkali dikombinasikan dengan metode wawancara. Yang terpenting adalah dalam rangka mendapatkan data dan informasi yang faktual di lapangan sesuai dengan ruang lingkup penelitian.

c. Dokumentasi dokumentasi yang dimaksud disini adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan dukumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya dari pihak yang berkompeten yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan ruang lingkup penelitian dan dapat dijadikan referensi. Dalam pemilihan dokumen perlu diperhatikan mengenai derajat relevansi. Baik ditinjau dari isi materi dokumen maupun pihak-pihak yang memiliki atau mengeluarkan dokumen tersebut. Relevansi dari sisi isi materi dokumen adalah menggunakan dasar kisi-kisi ruang lingkup penelitian. Relevansi dari sisi pemilik dokumen mengandung pengertian bahwa dokumen tersebut merupakan catatan resmi yang memiliki nilai. Artinya pihak yang mengeluarkan dan atau memiliki dokumen tersebut memang pihak yang memiliki kompetensi mengenai dokumen tersebut.

4.4 Validitas Data Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Triangulasi dengan sumber data dan atau metoda pengumpulan data.Metode triangulasi ini dilakukan dengan melakukan cross-check (pemeriksaan kembali) terhadap suatu fenomena, data, dan informasi dengan menggunakan sumber dan metode yang berbeda. Informasi dari wawancara dengan responden sebagai sumber data, dikonfirmasikan dengan sumber sumber lain seperti data-data

18

dokumentasi dan hasil observasi (Moleong, 2002:178). Implementasi metode triangulasi dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar. Dengan metode triangulasi , maka keabsahan data lebih terjamin, karena pada prinsipnya dalam penelitian kualitatif ini adalah bagaimana diperoleh data faktual sesuai dengan fenomena yang tarjadi. Sehingga hasil analisis data dapat menghasilkan informasi yang faktual sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara

Fenomena, Data dan Informasi

Dokumentasi

Observasi

Gambar 4.1 Implementasi Metode Triangulasi

Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di mulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, catatan pengamatan lapangan, foto dan sumber informasi terkait lainnya (Noeng 19 Muhadjir,2000:139). Selanjutnya menurut Sugiono (2005:89) analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun kedalam pola dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleong (2007:247) teknik analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari reduksi data, kategorisasi dan penafsiran terhadap data. Teknik analisis kualitatif bertujuan menggambarkan situasi dan keragaman yang akan bermuara kepada alasan-alasan yang melatarbelakangi perilaku sosial. Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim (2006: 22-23), dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

19

1. Reduksi data (data reduction) dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif berupa skema perilaku pemulung di TPA Sukawinatan Palembang. Matrik dibuat berdasarkan teori Lewreance Gren.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification). Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperoleh oleh pemulung dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena.

20

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Informan Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yaitu para pemulung yang bekerja dan berdomisili di daerah TPA Sukawinatan Palembang.

Table 5.1 Karakteristik Informan No 1 2 3 4 5 Nama YP RM SS AA FA Jenis kelamin P P P L L umur 31 tahun 28 tahun 47 tahun 32 tahun 25 tahun Lama bekerja 7 tahun 6 tahun 18 tahun 10 tahun 8 tahun

B. Gambaran perilaku pemulung di TPA Sukawinatan Palembang 1.Pengetahuan pemulung mengenai TPA

untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan pemulung mengenai TPA, kami melakukan wawancara mendalam terhadap lima pemulung dengan pertanyaan

1) apakah ibu/bapak mengetahui pengertian dari TPA ? 2) apakahibu/bapak mengetahui lokasi TPA yang seharusnya ?

21

Jawaban informan : TPA tu yo tempat numpukke sampah yang paling akhir dek. Men masalah lokasi yo lemak yang jauh dari penduduk, soalnyo kan bau dek merusak pemandangan pulok (YP) tempat gunungke sampah dari macam-macam tempat dek jenis nyo jugo macam-macam. Tapi ado petugasnyo ado prosedurnyola (RM) tempat pembuangan sampah dari seluruh tempat tempat sampah pokoknyo, na dijadike siok disini dek diangkut pake truk sampah kan biasonyo kamu galak nengok. Sampahnyo jugo macem-macem dek dari yang kering sampe yang basah(SS) . TPA tu tempat pembuangan akhir sampah dari sekitar paplembang inilah dek. Jadi disini ditumpuk mak inila, men kemarau galak tebakar dewek kan banyak kantong plastic yang namonyo TPA tu tempatnyo tempat sampah dek. Mak inila lokasinyo jauh dari warga jadi kan dak ganggu kehidupan dek. Soalnyo bau nian dek Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa para pemulung hanya kadang saking ke dak nahannyo, olehnyo la macem-macem bekumpul nah.!! mengetahui TPA hanyalah sebagai tempat sampah yang berasal dari berbagai TPs di . Palembang. Sebenarnya TPA tidak dikatakan sebagai pengganggu kehidupan jika a. Tempat ini lokasinya jauh dari pemukiman b. System pengolahan sampah yang benar benar sesuai dengan prosedur dan sistematis c. Tempat ini dilapisi tanah liat keras atau plastic untuk melindungi bahan-bahan kimia dan kuman kuman mencemari air tanah.

22

2.peralatan yang dipakai saat bekerja Informasi yang didapat dari informan melaluuuiii wawancara mendalam tentang peralatan yang dipakai saat bekerja dengan pertanyaan peralatan apa saja yang biasa bapak / ibu gunakan saat bekerja? adalah sebaga berikut :

katek dek Cuma pakek sepatu boot, gancu, topi bawak keruntung. Kadang yo nutupi idung kebet pakek baju (YP) pake topi, sepatu boot dek..gancu yo mak itulah.. biar dak kebauk an gino yo pake baju bae dikebet.. (RM) Cuma bawak keranjang samo gancu dek, betopi men masker tu pas baru-baru begawe dek men la lamo la tebiaso. Susah benapas pake setuo itu (SS) .yo cak inila dek, topi yang penting..panas nian dek. Men masker tu kadang kadang baelah men sampah banyak baru dating tu kan basah basah mak mano mak ituna (AA) lengkap dek..tapi dak pakek sarung tangan idak. Men masker tu kebat kebat bae dengen baju, bawak gancu, keranjang na

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan diketahui bahwa para pemulung hamper tidak menggunakan alat pelindung sama sekali. Mereka beralasan bahwa pemakaian APD membuat mereka tidak nyaman dan tidak leluasa untuk bekerja. Sebagian dari mereka tidak memikirkan dampak yang akan ditimbulkan bagi kesehatan. Dalam hal ini pemerintah juga seharusnya lebih perhatian terhadap pemulung.Meskipun pemuliung bukan tenaga kerja yang berada dibawah pemerintah, namun mereka adalah

23

pahlawan global warming karena mereka memisahkan antara sampah organic dengan sampah plastic yang tidak bisa hancur.

3.kondisi kesehatan Untuk mendapatkan informasi kesehatan berikut : 1) Selama tinggal disini, apakah ibu/bapak dan keluarga sering terserang penyakit? Penyakit apa saja? 2) Berapa kali dalam setahun biasanya ibu/ bapak mengalami sakit? 3) Apakah ibu/ bapak mencari pengobatan atas penyakit yang dialami? Dimana? Jawaban informan adalah : nah dek la daktau lagi soalnyo la pecak biaso bae men missal batuk-batuk tu, kadang beli obat warungan bae dek ai (YP) jarang dek, mungkin la jalan tuhan nian sangkan kami tinggal disini ni. Pernah jugo paling cak kuarang darah mak itulah men sekironyo la royo nian paling ke puskes sinila. Jarang tapi dek, nemanla makan obat warung (RM) .galak sih dek, sakit perutt. La resikonyo nian dek namonyo jugo tinggal ditempat cak ini. Minum obat warung tula paling idak, minum D***X dek (SS) men kakak ni dak jugola dek, tapi anak ni na yang sering gatal gatal lah, sakit perut. Kadang kito bawak ke puskesmas kadang minum obat warungan dek dulu dek pas pertamo, mungkin belom tebiaso tuna kali yeh. Namonyo jugo mencari dek, kami jugo men pacak mintak dakgalak punyo hidup yg cak ini Cuma nak cakmno lagi yodak. Men mak ini la jarang dek la dak teraso lagi kami meluncurkan beberapa pertanyaan sebagai

Inilah jawaban dari informan ketika disodorkan pertanyaan tentang kondisi kesehatannya. Mereka mengaku jarang mengalami sakit dengan alas an mereka sudah lama tinggal disana

24

sehingga mereka sudah terbiasa dan kebal dengan kondisi apapun dilingkungan tersebut. namun setelah ditanya intensitas mereka mengunjungi tempat pelayanan kesehatan kesehatan beserta alasanya, mereka mau mengatakan tentang sakit yang mereka alami. Beberapa diantaranya ialah batuk, flu, demam dan gatal-gatal. Penyakit ini hamper dialami oleh seluruh pemulung yang tinggal disekitar TPA tersebut. Dari hasil wawancara mengenai kesehatan tersebut terdapat 2 poin penting yang penulis dapatkan.Pertama, para pemulung memang cenderung menutup nutupi kondisi kesehatan mereka.Kedua, persepsi pemulung mengenai sakit adalah jika memang benar-benar sudah tidak bisa mnjalani aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka persepsi mereka tentang srti sakit akan semakin kompleks.

4.penggunaan Air Bersih Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penggunaan air brsih adalah sebagai berikut ibu pake sumur galian inilah dek mandi, nyuci segalo macem. Tapi kalo minum aer gallon.. (YP) .kalo minum banyu gallon, tapi laenyo ngunjal banyu dari sumur galian tu nah.. (RM) kalo untuk minum kami pake gallon yo dek. Tapi laenyo kami ngambek disumur galian yang itu na..makonyo kami galak gatel kadang tu, nahanke bae ini dek (SS) aku pakek gallon dek.. (AA) gallon dek men minum, waya tigoribu, tapi men MCK pakek aer sumur itu (FA)

Berdasarkan wawancara dengan informan, diketahui bahwa para pemulung rata-rata menggunakan air minum dari gallon yang dibeli dari penyedia jasa air minum.Mereka sudah sadar bahwa sumur yang mereka gali sudah tercemar oleh sampah sempah di TPA.Hal ini dapat dilihat langsung dari warna air yang kuning dan kecokelatan serta berbau. Sedangkan untuk kegiatan MCK mereka tetap menggunakan air sumur ini karena tidak ada pilihan lain. Masalah ini cukup menarik perhatian kami sebagai mahasiswa FKM. Tanah

25

disekitar pemukiman yang sebagian besar sudah tertutupi oleh lumbukkan sampah, jelas akan tercemar. Apalagi sampah sampah plastic yang menumpuk akibat keterlambatan pengangkutan untuk daur ulang.Sampah plastic ini dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur dan bakteri pengurai menjadi mati. Dari tanah yang tercemar ini, air tanah pun ikut tercemar.Sedangkan penduduk disekitar sebagian besar menggunakan air sumur galian sederhana itu.Kondisi yang seperti ini yang harusnya menjadi perhatian pemerintah. Setidaknya pemerintah menyediakan air bersih minimal mengusahakan penyediaan air bersih bagi warga setempat. 5. Alat pembangkit listrik Kami melihat ada sebuah alat terpampang di area TPA sukawinatan palembang. Dan kami melakukan wawancara mendalam kepada salah satu petugas TPA dengan pertanyaan : 1. Apa nama dan fungsi alat ini? 2. apakan sampai sekarang berjalan dengan semestinya? 3. apakah ada perawatan khusus untuk alat tersebut? Jawaban responden adalah :

... oo, alat ini ni alat penyedot gas metan dek. Yo fungsinyo gas metan dari sampah yang dibakar tu disedotnyo. Tapi sekarang la rusak dek . alat ini ado dari tahun 2010 kemaren. Mak ini la dak dipake lagi. Ai biasola men punyo pemerintah ni dek samo tau bae kito. Kadang diperhatikenyo kadang idak. Ini be la lamo rusak lom tebenar-benar...

Berdasrakan wawancara dengan informan diketahui bahwa terdapat alat untuk menyedot gas metan hasil dari pembakaran sampah sampah yang berlumbukkan di TPA Sukawinatan ini. Ketika kami menanyakan mekanisme kerja dari alat ini sendiri informan hanya menjelaskan bahwa alat ini bekerja saat sampah dibakar kemudian disedot gas metannya. Kami juga tidak dapat menggali informasi yang lebih dalam lagi mengenai kepastian alat ini karena informan sedang bertugas di tempat pencatatan mobil truk sampah yang masuk ke area ini. Dan seketika itu kami searching di internet tentang alat tersebut dan didapat informasi bahwa alat tersebut memang benar adanya berfungsi sebagai alat penyedot gas metan pada saat sampah sampah dibakar. Namun ada fungsi lain yang sangat fantastis dari alat ini yaitu sebagai

26

pembangkit listrik. Informasi ini kami dapat dari surat kabar yang menerbitkan tentang alat ini yang pada saat itu terjadi peledakan di TPA Sukawinatan palembang.

Untuk informasi-informasi yang dapat kami peroleh dari informan ahli adalah sebagai berikut. 1. Fungsi Utama dari TPA Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang fungsi utama dari TPA adalah sebagai berikut : Menurut informan, fungsi utama dari TPA adalah sebagai tempat penampungan sampah, baik itu sampah organik maupun sampah anorganik. Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaan sejak mulai timbul di sumber, pengumpula, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPAmerupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang sering dianggap hanya sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak pemerintah daerah merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibandingkan dengan penggunaan sektor lainnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sedang yang lainnya lebih lambat, bahkan beberapa jenis sampah tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup. Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa besar sekali fungsi dari TPA bagi lingkungan. TPA sebagai tempat pembuangan akhir harus dikelol dengan sebaik mungkin agar sampah-sampah yang ada di TPA tidak mencemari lingkungan sekitar agar sampah-sampah yang ada di TPAtidak mencemari lingkungan sekitar yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar lokasi TPA. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan yang baik agar setiap TPA, khususnya yang ada di Palembang dapat memanfaatkan

27

secara maksimal dan dampak negatif yang ditimbulkan dari pengelolaan TPA yang kurang baik dapat dikurangi sekecil mungkin.

2. Kriteria Penentuan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang kritertia lokasi TPA yang baik adalah sebagai berikut : Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap akhir dalam pengelolaannya, dimana diawali dari sumber, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, serta pengolahan dan pembuangannya. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan kerusakan atau dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan penanganan yang benar agar pengelolaan sampah tersebut dapat terlaksanan dengan baik. Penentuan tempat akhir pembuangan (TPA) sampah harus mengikuti persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI nomor 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPA sampah.Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundangundangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), ketertiban umum, kebersihan kota atau lingkungan, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA ialah sebagai berikut (SNI nomor 03-3241-1994) : 1. Ketentuan Umum

Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut. b. Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu : - Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan

28

- Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional - Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang berwenang. c. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah.

2.

Kriteria

Adapun Kriteria untuk penentuan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian : a. Kriteria regional yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak layak sebagai berikut : 1) Kondisi geologi a. tidak berlokasi di zona holocene fault. b. tidak boleh di zona bahaya geologi. 2) Kondisi hidrogeologi a. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter. b. tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det. c. jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran. d. dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus diadakan masuJkan teknologi. 3) kemiringan zona harus kurang dari 20%. 4) jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain 5) tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun b. Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut : 1) Iklim a. hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik

29

b. angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik 2) Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik 3) Lingkungan biologis : a. habitat : kurang bervariasi dinilai makin baik b. daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik 4) Kondisi tanah a. produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi b. kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik c. ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih baik d. status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik 5) Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik 6) Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik 7) Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik 8) Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik 9) Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik 10) Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3 / ton) dinilai semakin baik. c. Kriteria penetapan yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan instansi yang berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa pemilihan lokasi TPA yang kurang baik akan berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya. Bahkan persyaratan lokasi TPA telah diatur oleh pemerintah dalam Undang-undang. Hal ini berarti betapa pentingnya pemilihan lokasi TPA agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat. Keberadaan lokasi TPA seharusnya tidak akan memengaruhi pola kehidupan masyarakat disekitarnya baik secara fisik maupun sosial, juga tidak memengaruhi kondisi ekologis lingkungan disekitar lokasi TPA seperti adanya pencemaran atau kerusakan lingkungan.

30

3. PERPU tentang TPA

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang PERPU TPA adalah sebagai berikut : Menurut informan, banyak sekali PERPU yang mengatur tentang TPA, salah satunya adalah UU RI No. 18 Tahun 2008, yang berisi tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Selain itu, ada juga perautan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang berisi berbagai atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting bagi lingkungan hidup, termasuk juga dalam pemilhan dan pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pemilihan lokasi TPA harus benar-benar diperhatikan agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Pasal 15 Ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997, dinyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diautr dalam peraturan pemerintah. Demikian pula dengan keberadaan TPA di Palembang, sudah menjadi kewajiban pemerintah kota memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat di lokasi TPAyang merupakan komponen dari AMDAL. Masih banyak PP ataupun UU yang mengatur tentang TPA. Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa banyak sekali Peraturan Pemerintah ataupun Undang-undang yang mengatur tentang TPA. Inibukti keseriusan pemerintah dalam menanganai masalah TPA. TPA ataupun TPS memang tidak bisa dipisahkan dari sampah. Perlu adanya peranan lembaga-lembaga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA, tanggapan warga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA, partisipasi warga desa terhadap kegiatan pengelolaan sampah di TPA dan pengaruh pengelolaan sampah terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar TPA yang kesemuanya akan berdampak terhadap lingkungan adan kesehatan.

31

4. Penyakit-penyakit yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penyakit apa yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA adalah sebagai berikut : Menurut informan, banyak sekali oenyakit yang bisa diderita penduduk di sekitar TPA akibat pengelolaan TPA ataupun sampah yang kurang baik. Penyakit-penyakit tersebut antara lain : a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, dan jamur. b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor Aedes aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan pengelolaan sampah yang kurang baik. c. Penyakit sesak nadfas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solide, dan Metylmercaptan. d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah. e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara. f. Penyakit kecacingan

berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa banyak sekali dampak negatif atau penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang kurang baik. Sampah yang dihasilkan dari aktifitas penduduk kota perlu penanganan yang benar agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembuangannya, sehingga hal yang sekiranya dapat mengganggu kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan tidak akan terjadi. Dengan penempatan arela pembuangan sampah secara terpusat diharapkan akan dapat dilakukan penanganan secara terpadu, sehingga akibat atau dampak buruk dari sampah yang ditimbulkan dapat ditekan serendah mungkin dengan teknologi yang ada.

32

5. Penelitian tentnang pencemaran tanah di TPA yang diketahui

Informasi yang didapat dari informan melalui wawancara mendalam tentang penelitian pencemaran tanah di TPA adalah sebagai berikut : Menurut informan, salah satu penelitian tentang pencemaran tanah di TPA yang diketahui oleh informan adalah penelititan tentang pencemaran tanah akibat penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat mengakibatkan tanah menjadi tercemar karena banyaknya zat-zat kimia yang terdapat dalam pupuk yang membuat tanah menjadi kering dan menimbulkan bau yang tidak enak. Berdasarkan wawancara dengan informan diketahui bahwa pencemaran tanah rentan sekali terjadi di TPA karena TPA tidak pernah terlepas dari sampah. Oleh karena itu, sampahsampah di TPA harus ditangani dengan baik. Besarnya timbunan sampah di TPA yang tidak dapat ditangani akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar tempat penumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.

33

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari peninjauan lapangan yang kami lakukan pada beberapa minggu yang lalu, kami menyimpulkan beberapa pendapat bahwa TPA Sukawinatan merupakan salah satu TPA terbesar di kota palembang dimana terdapat beberapa gunungan sampah raksasa yang sangat tidak mungkin kami daki mengingat kami tidak membawa perlengkapan apapun seperti sepatu boot. Peran pemerintah yang terkait dalam bidang ini sebenarnya tidak sekusut benang kusut yang harus mengadakan rapat paripurna berbulan bulan. Ketika berbicara berdasarkan teori pemerintah harusnya lebih memperhatikan pemukiman pemulung yang bersarang didaerah TPA ini dan lebih memperhatikan pola hidup mereka yang notabene terkesan menutup diri ketika orang asing hendak melakukan sedikit pembicaraan kepada mereka. Kami agak terkesan ketika mnelihat sebuah alat yang bernama tanki burner bertengger dengan gagahnya di area TPA ini, ini artinya memang pemerintah sudah memperhatikan dan mendalami benar tentang sampah ini. Ini terbukti ketika kami gali lagi informasi mengenai alat ini, ternyata pemerintah kota Palembang bekerjasama dengan Gikoko yaitu perusahan jepang yang bekerja dalam bidang ini. Pemulung yang hampir 90% bermukim di area TPA ini juga bisa dipastikan sangat jauh dari pola hidup sehat.dimulai dari sumber air yang menjadi pusat MCK yang disekitarnya dikelilingi sampah, sampai dengan ketika buang air besar, mereka melakukannya dengan menggunakan asoy dan kemudian melemparkannya pada lumbukan sampah. WoW..!! Dan kami sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat merasa tersentuh dengan keadaan yang seperti ini karena ini merupakn gerbang dari kemungkinan segala penyakit serius yang akan terjadi beberapa tahun mendatang. Setidaknya kami memberikan 5 Masker untuk 5 informan yang kami ketahui bahwa mereka tidak menggunakan masker ketika sedang bekerja di lumbukkan sampah yang menjulang tinggi dan hampir menggapai cakrawala.

34

B. Saran Pada kesempatan kali ini, kami berusaha menyampaikan saran yang terdapat di masingmasing benak kami bahwa ada 4 sasaran saran yang kami luncurkan. 1. Pemerintah Dalam hal ini pemerintah harus lebih tegas dan sistematis terhadap sistem pengangkutan sampah dan pengolahan sampah yang biasa dilakukan. Kita ketahui bahwa terdapat dua macam sampah yakni organik dan anorganik. Telah kita pahami bersama bahwa disekolah sekolah, di tempat tempat umum pemerintah sudah menyediakan 2 tong sampah untuk kedua jenis sampah yang kami sebutkan tadi. Namun, mengapa ketika sampah diangkut oleh petugas, mereka mencampur adukkannya kembali antara sampah organik dan anorganik. Jika begini keadaanya, bukankah program pembedaan antara sampah organik dan anorganik merupakan suatu hal yang sia sia dan bisa dikatakan sebagai pemubaziran dana?. Kemudian mengenai Tanki Burner yang menurut surat kabar Tribun News mengalami ledakan kecil dan rusak pada november 2012 lalu. Segeralah dilakukan pengecekan dan minimal di service agar alat tersebut dapat berfungsi seperti semula. Sepanjang kami meninjau lapangan, komposisi TPA Sukawinatan ini didominasi oleh asoy plastik. Dan ini dibenarkan oleh petugas TPA Sukawinatan. Beliau mengatakan bahwa memang kota palembang terkneal dengan sampah asoy plastik nomer satu di sumatera. Dengan adanya fakta seperti ini baiknya pemerintah bersangkutan membuat kebijakan kepada seluruh masyarakat baik dari pedagang dan konsumen untuk mengurangi penggunaan asoy plastik.

2. Kepada Pemulung Siapa yang tidak prihatin dengan keadaan yang mereka miliki sekarang. Semua orang pasti akan merasa kagok setelah melihat permukiman dan pola hidup yang mereka miliki. Tapi memang ini merupakan sebuah jalan hidup yang harus mereka tempuh. Memang tidakk mudah bagi kita mahasiswa kesehatan masyarakat untuk merubah perilaku hidup seseorang, butuh waktu yang panjang dan sebuah ke kontinuitasan untuk mewujudkan mereka bisa hidup dengan sehat.

35

Paling tidak mereka mencegah keterpajanan yang menyebabkan akumulasi gas berbahaya yang mereka hisap dengan menggunakan masker. Mencegah masuknya parasit kedalam tubuh mereka dengan menggunakan sarung tangan dan tidak makan diluar rumah mereka.

3. masyarakat Mari sama-sama mengurangi sampah plastik yang memang tidak bisa sama sekali didaur oleh tanah sampai ratusan tahun. Mari sama sama tingkatkan perilaku Sadar Lingkungan dengan meminimalisir sampah keras demi kelangsungan kesuburan tanah dan menjadikan kota palembang ini menjadi kota yang memiliki sampah asoy plastik terminim di indonesia.

36

DAFTAR PUSTAKA

Amet, Rizko. 2012. (Online). (http://www.slideshare.net/rreandnaa3210/makalah-pencemarantanah, diakses pada 10 maret 2013). Anonim.2013. PengelolaanSampah. (Online). Pengelolaan_sampah, diakses pada 05maret 2013). (http://id.wikipedia.org/wiki/

Anonim. 2013. Pencemaran Lingkungan. (Online). (http://lasonearth.wordpress.com/makalah /makalah-pencemaran-tanah, diakses pada 10 maret 2013). Anonim. 2013. Pencemaran Tanah. (Online). (www.artikelid.com/search/jurnal-pencemarantanah-dan-lahan, diakses pada 10 maret 2013). Anonim. 2013. Tempat Pembuangan Akhir. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_pembuangan akhir, diakses 04 maret 2013). Fajar, NurAlam.2010. ModulDasar DasarPendidikandanpromosikesehatan. Universitas Sriwijaya. Hasibuan, Rusli. 2013. Jurnal Pencemaran Tanah. (Online). (www.pdfsb.com/readonline, diakses pada 10 maret 2013). Okta Putra, Rikki. 2013. (Online). (http://sumsel.tribunnews.com/2012/09/14/tangkipembangkit-listrik-meledak, diakses pada 10 maret 2013).

Sudradjat. 2006. MengelolaSampahKota. Jakarta: PenebarSwadaya. Syakira, Asinta. 2012. Pencemaran tanah. (Online). (http://syakira.com/2008/11/faktor-faktoryang-mempengaruhi, diakses 07 maret 2013).

37

38

You might also like