Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
WILAYAH INDONESIA BAGIAN BARAT
===========================================================
LAPORAN
Pelaksana Kegiatan
BENY HARJADI
============================================================
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAS INDONESIA BAGIAN BARAT
SURAKARTA, DESEMBER 2006
LAPORAN
Penilai,
Kepala Seksi PE, Ketua Kelti KTA,
Disahkan Oleh :
Kepala BPPTPDAS-IBB
Oleh :
Beny Harjadi, Sri Hartono, S.Andy Cahyono,
Dona Octavia, Gunawan, Arif Priyanto
RINGKASAN
Laporan kegiatan penelitian lahan pantai berpasir tahun 2006 yang berjudul
: Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir merupakan
kegiatan pengembangan dan sosialisasi hasil penelitian yang pernah dilakukan di
Samas, Yogyakarta. Judul tersebut merupakan bagian dari UKP Teknologi dan
Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi
Laporan ini berisikan informasi mengenai kegiatan pengembangan pada
lahan pantai berpasir dengan mengembangkan berbagai macam tanaman tanggul
angin yang terdiri dari cemara laut, tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan.
Disamping itu juga dengan penanaman tanaman semusim dan kelengkapan sarana
dan prasarana untuk pengamatan berbagai macam fisik tanah dan iklim, meliputi
evaporasi, kecepatan angin, erosi tanah dll. Sehingga tujuan penelitian ini adalah :
untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir
yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif yang memuat kegiatan-
kegiatan antara lain :
1) Mengembangkan jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia.
2) Mengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng.
3) Mengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.
4) Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat
5) Meningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.
Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan
untuk penelitian yang sejenis baik di rumah kaca maupun di lapangan. Selanjutnya
ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh Tim Peneliti, Pemimpin Proyek
serta rekan-rekan di BP2TPDAS-IBB yang telah memberikan saran dan kritik.
Surakarta, Desember 2006
Ketua Tim Peneliti
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
I. Pengertian-pengertian ......................................................................................... 7
B. Erosi Angin........................................................................................................ 9
E.1. Adopsi....................................................................................................... 20
C.3. Parameter.................................................................................................. 33
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif ................................... 28
Halaman
Gambar 5. Pengamat yang Sedang Mencatat Data Iklim dan Biofisik Di Lapangan ... 47
Gambar 10. Suhu Tanah pada Siang Hari, untuk Lapisan Tanah A, B, dan C. ............. 52
Gambar 11. Suhu Udara Lahan Pasir Berpantai pada Siang dan Malam Hari ............. 53
Gambar 13. Kecepatan Angin Lahan Pantai Berpasir di Siang Hari ............................ 55
Gambar 15. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton Instalasi Air .... 56
Gambar 16. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006 ....................... 57
Gambar 17. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006.................. 57
Gambar 18. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 September 2006 ................. 58
Gambar 19. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 29 September 2006 ................. 58
Gambar 20. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 13 Oktober 2006 ..................... 59
Gambar 21. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 15 Desember 2006 .................. 59
Gambar 23. Instalasi Air untuk Distribusi Kebutuhan Air Tanaman semusim. ........... 60
Gambar 25. Penggunaan Lahan di Desa Karang Gadung Kecamatan Petanahan ...... 65
Gambar 26. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Karang Gadung.... 65
Gambar 29. Kegiatan Sampingan KT. Pasir Makmur dengan Menderes Gula Kelapa 71
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang
luas. Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas
wilayah pantai berlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai
berbatu karang atau andesit (Bloom, A. L., 1979).
Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang umum
merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan beting pantai
(beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa tanaman), bertekstur tanah kasar (pasir),
atau diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992). Wilayah ini bersifat dinamis dimana
terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak
menuju pantai dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga
pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai
berpasir menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah dibelakangnya.
Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata
yang secara alami telah kritis, tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum
optimal, sehingga bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan
semakin luas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
10/Men/2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; UU
No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
dan pentingnya pesisir pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya
pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi
ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai
ekonomis. Dengan model pengelolaan tersebut dimana hasilnya dapat mengubah lahan
yang tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial untuk dapat diusahakan sebagai
lahan budidaya, maka perlu dikembangkan dengan model demplot.
Pada wilayah pantai berpasir, biasanya berlangsung erosi angin yang terjadi
secara terus menerus, kondisi lahannya marginal, dan cenderung diabaikan. Peristiwa
tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah
itu sendiri maupun wilayah dibelakangnya. Dampak peristiwa erosi pasir yang nyata
antara lain : 1) tanah pada lahan pantai bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga
sangat peka terhadap erosi angin, 2) hasil erosi berupa endapan pasir (sand dune) dapat
menutup wilayah budidaya dan pemukiman didaerah dibelakangnya, dan 3) butiran
pasir bergaram yang dibawa dari proses erosi angin dapat merusak dan menurunkan
produktivitas tanaman budidaya. Kondisi tersebut jika tidak segera ditangani dengan
serius maka akan berdampak buruk pada lingkungan dan pengaruh negatif yang terjadi
akan semakin meluas.
Adanya pemanfaatan lahan pantai berpasir secara baik dan benar akan
berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan
bernilai ekonomis. Dengan model pengelolaan tersebut diharapkan hasilnya dapat
mengubah lahan yang tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial sebagai lahan
budidaya.
Tujuan kegiatan pada Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP) adalah untuk
menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang
sesuai, berupa demplot yang representatif dan inovatif serta memuat kegiatan-kegiatan
antara lain :
1) Mengembangkan jalur tanaman tanggul angin
2) Mengembangkan sarana pengairan air tawar
3) Mengembangkan model pola tanam tanaman semusim dan tahunan
4) Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat
5) Meningkatkan kenyamanan kawasan wisata dan sekitarnya.
Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang
kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi
pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No.
550/246/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan
kawasan hutan untuk pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan
pantai yang dipertahankan lebarnya 200 m dapat terwujud, yaitu melalui
pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan
pola tanam), model pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka,
terong, dll) yang ditanam diantara tanaman tanggul angin. Keluaran yang diharapkan
adalah berupa demplot sesuai petunjuk teknis seluas 1- 2 ha. Dampak yang diharapkan
adalah masyarakat dapat menerima dan melaksanakan teknik konservasi lahan pantai
berpasir dengan model pengendali erosi angin sehingga dapat meningkatkan
produktivitas lahan terlantar.
B. Erosi Angin
B.1. Proses Erosi Angin.
Angin, seperti halnya jatuhan hujan dan aliran air, memiliki gaya yang dapat
melepaskan (detach) dan memindahkan (transport) butiran tanah dari satu tempat
ketempat lain yang baru untuk diendapkan (deposition).
Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin ini besarnya sangat
dipengaruhi oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel
tanahnya. Adapun kemampuan angin untuk memindahkan butiran tanah dipengaruhi
oleh besarnya kecepatan angin, bentuk agregat, dan komposisi ukuran partikel tanah.
Sedang jarak tempuh perpindahan partikel tanah hasil erosi tersebut besarnya
dipengaruhi oleh kuat-lemahnya kecepatan angin, ukuran, dan berat partikel dan agregat
tanah.
Perpindahan partikel-partikel tanah oleh proses erosi angin secara prinsip adalah
sama seperti pada proses erosi tanah oleh jatuhan hujan, yaitu: 1) merayap (creep)
untuk partikel tanah berukuran 0,5 - 2,0 mm, 2) meloncat-loncat (saltation) untuk
partikel tanah berukuran 0,05 - 0,50 mm atau lebih umum antara 0,10 - 0,15 mm, dan 3)
dalam bentuk suspensi partikel tanah halus dengan ukuran < 0,1 mm dan untuk
beberapa waktu tetap dalam bentuk suspensi di udara karena aliran turbulen dan
pusaran arus angin.
Seperti yang diperlihatkan dalam proses erosi tanah oleh gaya angin, maka
beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi angin adalah:
1) Faktor iklim, seperti: temperatur, distribusi hujan, kecepatan dan arah angin.
2) Faktor tanah, seperti: ukuran butir, kelengasan, dan kekasaran permukaan.
3) Faktor vegetasi, seperti: bentuk, tinggi, kerapatan, dan distribusi.
Berdasarkan prinsip yang umumnya berlaku pada proses erosi angin dan faktor-
faktor penyebabnya, maka proses erosi angin yang terjadi pada lahan pantai berpasir
juga mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Contoh kasus adalah endapan pasir yang terjadi
di sepanjang pantai Kedu Bagian Selatan (Jawa Tengah) hingga pantai Parangtritis
(DIY) berasal dari pasir volkanik Gunung Merapi yang terbawa melalui Sungai Progo
(Tim UGM, 1992). Endapan pasir ini membentuk gisik dengan lebar antara 700 hingga
1500 meter yang diukur dari garis pantai. Hembusan angin laut di musim kemarau
merubah posisi endapan pasir dari kedudukannya semula sehingga membentuk bukit-
bukit pasir (sand dune). Daerah dibelakang gisik biasanya berupa laguna, beting gisik
dan dataran aluvial pantai. Oleh karena permeabilitas lahan pantai berpasir ini sangat
tinggi sehingga seluruh air permukaan meresap kedalam tanah, gisik dan bukit-bukit
pasir pantai ini miskin akan tumbuhan. Sedang daerah dibelakangnya dimana tanah dan
airnya memungkinkan sebagai media tumbuh tanaman, banyak dimanfaatkan untuk
tegal, sawah, dan pemukiman yang suatu ketika dapat terkena dampak hasil erosi angin
berupa endapan pasir bersalinitas tinggi.
Laju kecepatan angin untuk berbagai ketinggian diatas permukaan tanah yang
homogen menunjukkan hubungan yang kwadratik. Dari persamaan ini dapat diketahui
bahwa laju kecepatan angin akan bertambah besar seiring dengan peningkatan
posisinya diatas permukaan tanah pada kondisi tanah yang homogen. Besar kecepatan
angin yang tinggi pada posisi tertentu diatas permukaan tanah adalah berkaitan dengan
kondisi kekasaran permukaan tanahnya.
Upaya pengendalian kecepatan aliran angin prinsipnya membuat bangunan
penahan aliran angin yang berupa tanggul angin (windbreak). Bentuk tanggul angin
(TA), yaitu model mekanis dan model vegetatif. Pada model mekanis bentuknya dapat
berupa anyaman bambu atau anyaman daun kelapa (perlindungan sementara). Pada
model tanggul angin vegetatif dimana lebih murah dibanding model mekanis, secara
alami akan lebih tahan. Ketahanan model vegetatif, efektivitasnya tergantung pada
kondisi pertumbuhan tanaman yang diterapkan sebagai jalur tanggul angin. Bentuk TA
vegetatif yang umum adalah berupa kelompok jalur-jalur tanaman baik yang bersifat
Prinsip pengendalian faktor tanah terhadap tekanan gaya erosif angin adalah:
1) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.
2) Melindungi tanah permukaan yang terbuka dengan tanaman, mulsa, dan bahan
tidak mudah tererosi lainnya.
3) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.
Adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada
diri seseorang setelah menerima inovasi. Mengingat adopsi adalah suatu proses
perubahan maka ada beberapa tahapan yang dilalui (Pusat Penyuluhan Kehutanan,
1997) yaitu :
a) Awareness (kesadaran) yaitu sasaran mulai sadar tentang inovasi yang
ditawarkan
b) Interest yaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk
mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan inovasi.
Secara harfiah, partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaaan atau peran serta dalam suatu kegiatan; peran serta secara aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai
bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik
1. Penyelidikan
2. Perumusan masalah
Daya dukung bukan hanya sekedar dana konkrit, tetapi keseluruhan aspek
yang memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan dan
target yang telah ditetapkan. Daya dukung ini bisa merupakan daya dukung
konkrit, aktual, ada tersedia dan daya dukung yang merupakan potensi (akan
ada atau bisa diusahakan). Pemahaman mengenai daya dukung ini diperlukan
agar rencana kerja yang disusun tidak bersifat asal-asalan tetapi merupakan
hasil perhitungan yang masak (Gambar 1).
Proses Perencanaan
- Mendefinisikan Rumusan Rencana
masalah - Situasi, kondisi
- Menetapkan dan kebutuhan
tujuan dan target - Perubahan yang
- Identifikasi Diskusi diinginkan
sumberdaya intensif yang - Peluang dan
pendukung melibatkan sumberdaya
- Merumuskan masyarakat yang tersedia
rencana tindakan - Rincian rencana
- Menyusun kerja
anggaran
4. Perumusan tujuan
Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai (suatu keadaan yang diinginkan)
dan karenanya dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya.
5. Menetapkan langkah-langkah
Proses membuat rumusan yang lebih utuh perencanaan dalam sebuah rencana
tindakan. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat : 1) apa yang
hendak dicapai; 2) kegiatan yang hendak dilakukan; 3) pembagian tugas atau
pembagian tanggung jawab; dan 4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan
akan dilakukan).
A. Lokasi Penelitian
Tanaman tanggul angin sementara yang ditanam pada batas antar petak
digunakan tanaman-tanaman seperti: jagung (Zea mays L.), sorghum (Sorghum L.),
atau ubi kayu karet (Manihot utillisima).
Sedang tanaman budidaya terdiri dari bawang merah dan jagung dengan
beberapa kombinasi. Oleh karena itu, pola yang diterapkan dalam pembuatan
demplot untuk upaya pengembangan rehabilitasi lahan pantai berpasir di Desa
Patanahan akan mengacu pada hasil uji coba yang telah dilakukan.
Data yang diambil berupa data primer dengan cara pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara.
A. Biaya Penelitian
Biaya penelitian tahun 2006 sebesar Rp. 57.773.000,- (Lima Puluh Tujuh
Juta Tujuh Ratus Tujuh Puluh Tiga Ribu Rupiah) dengan perincian biaya penelitian
tahun 2006 sebagai berikut (Tabel 2):
3. Dinas Pariwisata
Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan untuk lokasi
pengembangan penelitian masih termasuk lahan dibawah pengelolaan Dinas
Pariwisata. Dari pariwisata sangat mendukung kegiatan penelitian dan
pengembangan ini. Pariwisata di Petanahan antara lain di peruntukkan :
6. Desa Karanggadung
Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis (Darjo) dan
dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar anggota kelompok tani Pasir
Makmur tinggal di Rt 01 Rw 02 dengan Ketua Pak Ngadimin (Sebut) atau mantu
Pak Manten. Desa Karanggadung menerima keberadaan pengembangan
penelitian di wilayahnya. Diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan
terbentuknya kelompok tani seperti yang diharapkan petugas PKL (Ibu
Sarjiyem). Pertemuan kelompok tani
a. Pertemuan dengan kelompok tani yang dihadiri anggota dan mantan
lurah, bapak lurah dan bapak RT serta tokoh masyarakat lainnya yang
tertarik.
b. Pembicaraan tentang rencana penanaman dengan menunggu hujan datang
serta setalah selesai perbaikan instalasi air dan sumur.
c. Disepakati dilakukan setelah kesibukan menjelang hari raya idul fitri dan
setelah 7 hari lebaran, dengan menyiapkan pembuatan ajir, pengangkutan
tanah dan pembelian pupuk kandang.
Setelah pertemuan pada tanggal 8 Desember 2006 dan melakukan
penggabungan antara KT. Pasir Makmur dengan KT Ternak, maka pertemuan
kelompok tani setiap Rabu malam Kamis minggu pertama, adapun susunan
pengurus kelompok tani pasir makmur berubah menjadi :
Pelindung : Kepala Desa (Sarwana) :
Pembina Teknis : 1. PKL-Penyuluh Kehutanan Lapangan (Sarjiyem)
: 2. BP2TPDAS-IBB (Peneliti dan Teknisi)
Ketua KT. : 1. E. Prayim dan 2. Samikun
Sekretaris : Nur Agus Basuki
Bendahara : 1. Hadi Warsito dan 2. Mujiono
1. Orientasi Lokasi
Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata (±300 m) yang
sebelumnya di sebelah utara tanggul pasir (Gisik) akan dikembangkan di sebelah
selatan yang berdekatan dengan garis pantai. Sehingga perlu dipersiapkan
instalasi air dengan membuat sumur bor dan tandon air dari bius beton.
Disamping itu lokasi pengembangan berdekatan dengan pemukiman eksodan
yaitu pemukiman kembali penduduk yang pulang kampung dari transmigrasi dan
korban bencana tsunami dan tidak memiliki tempat tinggal.
2. Pos Pengamatan/Mess
Pos pengamatan sekaligus dijadikan mess para teknisi dan peneliti dari
BP2TPDAS-IBB terletak dekat dengan lokasi yaitu di rumah Bu Karsinah (Pak
Marno). Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga koordinasi
dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif, disamping dekat dengan
lokasi sehingga lebih sering untuk ditengok/diamati.
3. Gubuk Kerja
Gubuk kerja di peruntukkan bagi tempat berteduh dan istirahat para pekerja dari
terik panas matahari dan juga dari hujan. Gubuk kerja sekaligus untuk pertemuan
kelompok tani untuk membicarakan rencana yang akan datang, untuk
merangsang petani agar berperan aktif. Walaupun pertemuan KT (Kelompok
Tani) juga dimungkinkan dilaksanakan di Balai Desa.
Kondisi biofisik lapangan meliputi sifat fisik dan kimia tanah serta erosi angin
yang terjadi. Sedangkan iklim yang diamati meliputi : curah hujan, evaoprasi, suhu
tanah, suhu udara, dan kecepatan angin. Kondisi sifat fisk tanah dengan tekstur pasir
dan struktur lepas tak berstruktur, memiliki sifat yang porous dengan permeabilitas dan
infiltrasi sangat cepat. Bentuk lahan pada dataran tepi pantai, dengan batuan sedimen,
tanah entisols pada sub ordo orthent, erosi angin yang dominan dengan membentuk
gisik gundukan pasir. Pada daerah yang ada gundukan pasir maka semakin lama akan
semakin tinggi, sebaliknya pada daerah bawah semakin lama akan menjadi lembah.
1. Curah Hujan
Pengamatan hujan dilakukan setiap hari sekali secara manual dengan
menakar dengan gelas ukur. Pencatatat data hujan sekaligus dengan mencatat data
yang lainnya antara lain : kecepatan angin, erosi angin, suhu udara, suhu tanah dan
evaporasi (Gambar 5).
Gambar 5. Pengamat yang Sedang Mencatat Data Iklim dan Biofisik Di Lapangan
Jml
600
Max
500 Rrt
Tinngi H ujan (mm)
400 Min
300
200
100
0
OKT NOV DES
Bulan Pengamatan 2006
Suhu Tanah
15, 30 dan 45 cm Penakar Hujan
OMBROMETER
0,9
Max
0,8
Rrt
0,7 Min
Evaporsi (mm)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
S M T S M T S M T S M T S M T S M T S M T S M T
33,5 Max
33 Rrt
32,5 Min
32
Suhu Tanah ( C)
o
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
OKT NOV DES OKT NOV DES OKT NOV DES
A < 15 cm B = 15-30 cm C > 30 cm
Solum (Bulan 2006)
Suhu tanah pada malam hari hampir tidak menampakkan perbedaan antara
lapisan tanah bagian atas dengan lapisan dibawahnya, sedangkan pada lapisan paling
bawah nampak jelas perbedaannya yaitu suhu terendah bisa dicapai sampai 30 oC.
Dari ketiga lapisan tanah memiliki kecenderungan yang sama yaitu jika suhu diatas
naik maka yang dibawahnya pun juga ikut naik, sebaliknya jika suhu tanah dibagian
atas menurun maka dibagian bawah pun juga ikut turun, seperti yang terjadi pada
bulan November yang relatif menurun yaitu rata-rata sekitar 31,5 oC pada bagian atas
dan dibawahnya rata-rata 30,4 oC.
Max
37
Rrt
36 Min
35
Suhu Tanah ( C)
o
34
33
32
31
30
OKT NOV DES OKT NOV DES OKT NOV DES
A < 15 cm B = 15-30 cm C > 30 cm
Solum (Bulan 2006)
Gambar 10. Suhu Tanah pada Siang Hari, untuk Lapisan Tanah A, B, dan C.
Suhu tanah tertinggi siang hari 36 oC pada lapisan diatas dan suhu terendah
siang hari 32 oC pada lapisan paling bawah. Selama tiga bulan pengamatan suhu
tanah pada bulan Oktober 2006 tidak terlalu fluktuatif artinya suhu tertinggi dengan
terndah tidak begitu menyolok, sedangkan pada bulan Desember 2006 lebih
fluktuatif. Begitu juga pada lapisna tanah diatas tidak terlalu fluktuatif, sedangkan
pada lapisan tanah dibawahnya relatif fluktuatif.
40
35 Max
30
Rrt
Suhu Udara ( C)
Min
o
25
20
15
10
0
SPT OKT NOV DES SPT OKT NOV DES
Gambar 11. Suhu Udara Lahan Pasir Berpantai pada Siang dan Malam Hari
Suhu malam hari dari bulan September sampai Desember 2006 yaitu
terendah 20 oC dan tertinggi 24 oC. Sedangkan suhu udara siang hari dari 4 bulan
yang sama yaitu tertinggi 36 oC dan terendah 27 oC. Pada siang hari terjadi angin
laut ke daratan, sehingga panas udara disamping karena lahan berpasir juga ditambah
uap panas dari air laut akibat evaporasi. Sedangkan pada malam hari terjadi
sebaliknya yaitu angin darat ke lautan sehingga tidak ada tambahan suhu dari uap
panas air laut dismaping pada malam hari hampir tidak ada evaporasi air laut.
Kecepatan angin yang semula dilakukan pengukuran pada malam (M) dan
siang (S) hari ternyata pada malam hari tidak ada angin sama sekali atau sangat kecil
karena arah angin dari darat ke lautan pada malam hari tidak terlalu besar.
Sebaliknya kecepatan angin dari lautan ternyata sangat tinggi yaitu bisa mencapai 12
km/jam pada bulan Oktober 2006. Kecepatan angin terendah pada bulan Desember
2006 yaitu hanya 2 km/jam (lihat Gambar 13). Arah angin dari lautan yang terjadi
dapat menimbulkan bentuk gisik atau gundukan pasir yang terjal yang menghadap ke
lautan dan relatif landai yang membelakangi lautan atau tidak terkena angin laut.
Kecepatan angin yang terjadi ternayata tidak berkorelasi dengan erosi angin
yang ditangkap dengan alat sandtrap, hal tersebut karena tidak semua kecepatan
angin bisa membawa sejumlah pasir yang dipindahkan ke tempat lain karena pasir
dalam keadaan lembab atau basah. Misalnya pada bulan Oktober dimana kecepatan
angin tertinggi bisa mencapai 12 km/jam ternyata hanya mampu memindahkan pasir
sejumlah 15, 243 g/bulan. Sedangkan pada bulan Desember 2006 justru erosi angin
lebih tinggi yaitu bisa mencapai 29,78 g/bulan. (lihat ).
40 36,433
35
29,78
Erosi Angin (gr)
30
25
20
15,243 15,876
15
10 6,376 6,472 7,29
5
0
6
6
6
6
00
00
00
00
00
00
00
t.2
t.2
.2
t.2
.2
.2
.2
ei
kt
es
es
ep
ep
gs
.M
.O
.D
.D
.A
.S
.S
10
13
15
22
12
22
29
Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat dengan laut
(D), pada puncak gisik gundukan pasir (G), dan jauh dari laut (J). Masing-masing
diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT), diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan
JB), dan diletakkan di tengah atau pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang
sandtrap dan masing-masing dipasang 5 alat penangkap disebelah paling atas (PA),
atas (A), tengah (T), bawah (PB), dan paling bawah (PB), lihat Gambar 15.
PA
PB
Gambar 15. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton Instalasi Air
Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh dari
pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 g, dan terendah pada jauh dari pantai
bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3 g (lihat Gambar 16).
Gambar 16. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006
2,50
A
2,00
1,50 T
1,00
B
0,50
0,00 PB
DB DP DT GB GP GT JB JP JT
Garis Pantai (D), Gisik (G), dan Jauh (J)
Gambar 17. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006
Pada tanggal 22 september 2006 erosi angin yang terjadi justru berbalik dari
bulan sebelumnya, yaitu erosi angin tertinggi justru pada titik dekat pantai yaitu 1,5
g, sehingga letak titik sandtrap tidak menjamin erosi akan lebih besar atau lebih kecil
(Gambar 18). Hal tersebut karena besarnya sandtrap yang tertangkap tergantung
dari besarnya angin, arah angin, dan banyaknya materi pasir dalam keadaan kering.
1,00 T
0,50 B
0,00 PB
DB DP DT GB GP GT JB JP JT
Garis Pantai (D), Gisik (G), dan Jauh (J)
Gambar 18. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 September 2006
Erosi angin pada tanggal 29 September 2006 tertinggi masih pada titik dekat
pantai pada bagian pusat yaitu sebesar 1,5 g, sedangkan terendah justru pada titik
gisik gundukan pasir yang kurang dari 0,5 g (Gambar 19). Letak perangkap juga
tidak menjamin besar kecilnya pasir yang tertangkap akibat erosi angin, sehingga
tidak selalu pada lubang paling bawah (PB) selalu paling tinggi dan sebaliknya tidak
selalu lubang paling atas (PA) selalu erosinya paling kecil.
A
1,00
T
0,50 B
0,00 PB
DB DP DT GB GP GT JB JP JT
Garis Pantai (D), Gisik (G), dan Jauh (J)
Gambar 19. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 29 September 2006
2,00 T
1,00 B
0,00 PB
DB DP DT GB GP GT JB JP JT
Garis Pantai (D), Gisik (G), dan Jauh (J)
Gambar 20. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 13 Oktober 2006
Erosi angin pada tanggal 15 Desember 2006 hampir merata tingginya baik
tiang yang berada dekat pantai (D), diatas gisik gundukan pasir (G) maupun yang
jauh dari pantai (J). Erosi angin relatif tinggi masih pada daerah yang jauh dari
pantai, hal ini kemungkinan yang dekat pantai kondisi pasir pantai relatif lembab
atau basah sehingga pasir yang dipindahkan oleh angin relatif kecil, tertinggi pada
tiang yang jauh dari pantai sebesar 2,1 g (lihat Gambar 21).
A
1,50
(gr)
T
1,00
0,50 B
0,00 PB
DB DP DT GB GP GT JB JP JT
Garis Pantai (D), Gisik (G), dan Jauh (J)
Gambar 21. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 15 Desember 2006
Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti bulan-
bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin dari laut tidak
merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena angin yang bertiup tidak
cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu lubang perangkap diatas gisik. Erosi
tertinggi masih sama yaitu terjadi pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g
pada tiang bagian barat (Gambar 22).
2,00 B
0,00 PB
DB DP DT GB GP GT JB JP JT
Garis Pantai (D), Gisik (G), dan Jauh (J)
Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006
Gambar 23. Instalasi Air untuk Distribusi Kebutuhan Air Tanaman semusim.
a) Areal lahan atau lokasi dibersihkan dari rumput atau tumbuhan yang tidak
berguna atau tumbuhan pengganggu, dan tanah pasir diolah atau dicangkul
ringan sambil diratakan.
b) Pemberian pupuk kandang yang telah matang dengan cara disebar dan
dicampurkan dengan ameliorat tanah mineral masing-masing setiap 1000 m2
diberi 1 colt.
c) Pembuatan bedengan dengan ukuran 120 cm x 14 m (atau disesuaikan dengan
panjang lahan) untuk ukuran satu ubin dengan pemberian bibit brambang 1 ½
kg. Buatlah parit antar bedengan dengan lebar 40 cm, sambil membuat parit
antar bedengan, tanah pasir diletakkan kekanan dan kekiri. Selanjutnya tanah
pasir dicangkul ringan dengan tujuan untuk membenamkan pupuk kandang
dan tanah yang sudah disebar. Permukaan bedengan diusahakanmerata agar
apabila kena air hujan tidak mudah hanyut.
D.2. Penanaman bawang merah
d) Siapkan bibit brambang dengan baik yang diambil dari tempat penyimpangan
pada gantangan supaya brambang tetap kering udara. Bibit dalam satu
rumpun jangan dipisahkan dan biarkan bergerombol sesuai aslinya.
e) Sebelum ditanam pangkas ujung bibit brambang dengan pisau yang tajam,
brambang ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 15 cm dengan mengusahakan
setiap bedengan ditancapkan 6 bibit brambang. Bibit brambang ditimbun
dengan tanah seperlunya dimana ujungnya masih nampak diatas tanah.
f) Apabila tidak ada hujan bedengan disiram terlebih dahulu, sebelum bibit
brambang ditanam. Kondisi tanah sebelum tanaman umur 5 hari harus selalu
dalam keadaan lembab teurs agar tunas cepat keluar tunasnya.
D.3. Pemeliharaan tanaman
i) Pemupukan,
(1) Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam dengan cara
menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah dan pasir dengan alat
1
Kecamatan Petanahan memiliki 21 desa dan 3 desa yaitu Desa Karanggadung, Karangrejo dan
Tegalretno berada di pinggir pantai. Ketiga desa tersebut bertopografi datar dengan ketingian 6,3 di
atas permukaan laut.
Tegalan
50%
Bangunan
17%
Wanita
48% Pria
Pria Wanita
52%
Gambar 26. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Karang Gadung
Tidak Produktif
35% Produktif
Tidak Produktif
Produktif
65%
1000
800
600
400
200
0
Tidak Tamat SLTP SLTA D1 D2 D3 S1
tamat SD
SD
Pendidikan
Selama ini lahan pantai berpasir tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
pantai untuk pertanian. Hal tersebut karena masyarakat tidak mengetahui bahwa
lahan pantai tersebut memiliki potensi ekonomi. Petani belum pernah melakukan
kegiatan usaha tani maupun kegiatan lainnya di lahan pantai berpasir. Bagi
masyarakat sekitar pantai, lahan pasir merupakan lahan yang tidak produktif karena
tidak menghasilkan nilai ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Setelah
BP2TP DAS IBB mengenalkan teknik rehabilitasi lahan pantai berpasir yang
memberikan manfaat finansial, maka banyak petani yang tertarik untuk berusaha di
lahan pantai. Namun keterbatasan modal, pengetahuan dan kepastian hasil membuat
mereka enggan merehabilitasi lahan pantai tanpa adanya bantuan pihak lain. Ini
mengimplikasikan bahwa rehabilitasi lahan pada daerah dengan penduduk miskin
Gambar 29. Kegiatan Sampingan KT. Pasir Makmur dengan Menderes Gula Kelapa
Pendapatan rutin harian deres manggar kelapa, dagang sekolah, dan jasa
buruh (ngode); pendapatan rutin mingguan meliputi jualan di wisata dan jasa parkir,
MCK, ticket; pendapatan rutin bulanan serta pendapatan rutin musiman : liburan
sekolah dan hari raya (Gambar 29). Rata-rata ticket yang terjual setiap bulannya
1000 tiket dengan harga Rp. 2000,-/tiket, sehingga pendapatan wisata dari tiket
sejumlah Rp 2.000.000,-.Selama hari besar, natal dan tahun baru sebagian
masyarakat tani tinggal selama 10 hari di lokasi wisata dan rumahnya di sewakan
pada para pedang perantau dari luar Kebumen (Solo, Jogya, Gombong dll).
Dengan mengetahui kendala yang mungkin timbul maka para petani dapat
mengantisipasi dan memecahkan persoalan yang dihadapi. Untuk mengatasi
kekurangan air, maka akan dikembangkan sistem irigasi sumur renteng seperti apa
yang dikembangkan di lahan pantai Samas. Untuk mengatasi angin laut dan kadar
14
13
12
Jumlah Anggota KT
10
8
8
6
6
4 3
2
2 1 1
0
3/II 2/IIII 2/II 2/I 1/III 1/II 1/I
Alamat Tinggal Rt/RW
14 13
12
Jumlah Anggota KT.
10 9
6 5
4
4
2
2 1
0
>60 >50 >40 >30 >20 >10
Permasalahan lahan pantai berpasir antara lain angin laut yang kencang,
erosi angin, suhu tinggi, uap air bergaram, dan tanah yang rendah hara. Penanaman
tanggul angin dengan cemara laut dan pandan duri dimaksudkan untuk mengiliminir
pengaruh buruk diatas. Tanaman pantai berpasir dengan tanaman buah-buahan dan
tanaman keras dimaksudkan untuk menciptakan iklim mikro yang baik juga untuk
membuat lingkungan yang indah dan sejuk.
Persiapan lokasi penelitian lahan pantai berpasir dimulai dari perijinan dan
konsultasi dengan dinas-dinas yang terkait (Dinas Pariwisata, Dinas PEDAL, dan
Dinas Pertanian). Koordinasi dengan aparat di desa dan kecamatan antara lain
dengan Kantor kecamatan, Polsek, Kantor Kelurahan dan PKL (Penyuluh Kehutanan
lapangan). Orientasi untuk menetapkan lokasi uji coba, mess tempat pos pengamatan
dan pemantapan kelompok tani Pasir Makmur.
Jalur tanaman tanggul angin antara lain Cemara laut cangkok (69,5% hidup)
dan biji (98% hidup) serta Pandan (100% hidup), dan tanaman kehutanan Mahoni
(100% hidup), Akasia (100% hidup), dan buah-buahan Rambutan (100% hidup),
Mangga (100% hidup). Curah hujan rata-rata di pasir berpantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen adalah 113 mm/hari dengan total hujan setahun kurang dari 1000
mm. Evaporasi berkisar antara 0,3 mm/hari (Desember) sampai 0,9 mm/hari
(September). Suhu tanah semakin dalam maka semakin menurun, pada malam hari
suhu tanah 33 oC dan pada siang hari 36 oC. Suhu udara siang hari antara 27 – 36 oC
dan pada malam hari 20 oC sampai 24 oC. Kecepatan angin antara 2 sampai 12
km/jam, dengan Erosi angin 0,5 sampai 3,5 g.
Anggota kelompok tani yang sebagian besar bermata pencaharian utama
petani mempunyai mata pencaharian sampingan sebagai penderes gula kelapa dan
tukang. Mayoritas anggota kelompok tenaga produktif, sehingga tidak banyak waktu
untuk kegiatan yang bersifat sosial untuk penanaman di lahan pantai. Dinas
Pariwisata sebagai penguasa tunggal sepanjang lahan pantai berpasir di desa
Karanggadung, Petanahan selalu mengadakan kerjasama dengan kelompok tani
dalam pengelolaan kapling lahan untuk usaha.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan . Jakarta.
Purnomo. Y., Mulyadi. I., Amien dan H. Suwardjo. 1992. Pengaruh Berbagai Bahan
Hijau Tanaman Kacang-Kacangan terhadap Produktivitas Tanah Rusak.
Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No. 10 : 61 – 64. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Sukresno. 1999b. Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan Pantai Berpasir di
DIY, Proyek P2TPDAS KBI, BTPDAS, Badan Litbang Kehutanan, Surakarta.
Tim UGM. 1992. Rencana Pengembangan Wilayah Pantai Jawa Tengah. F. Geografi
UGM Yogyakarta-BRLKT Wilayah V, Ditjen RRL, Dephut, Semarang.
Trubus, 2006. Karena Keben Sembuh Katarak. Trubus No.434 Januari, XXXVII.
85
hasil jenis-jenis tanaman semusim yang tanaman hortikultura bawang
sesuai untuk lahan pantai berpasir. merah, cabe, jagung, sorghum,dll.
4. Tersedianya informasi kondisi sosial 4. Analisis biaya dan pendapatan
budaya masyarakat pantai berpasir usahatani dari perlakuan yang
5. Tersedianya analisis finansial model dicoba.
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah 5. Tingkat adopsi dan partisipasi
yang dikembangkan pada lahan pantai. masyarakat serta kelembagaan
6. Tersedianya informasi kelembagaan, dalam kegiatan rehabilitasi lahan
tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat dan konservasi tanah.
terhadap upaya RLKT (Reboisasi Lahan
dan Konservasi Tanah) lahan pantai
berpasir yang mendukung wisata
lingkungan terpadu.
Aktivitas :
1.1. Pengembangkan model rehabilitasi lahan 1. Perlakuan Rehabilitasi lahan pantai 1. Plot Rehabilitasi lahan
1.2. Pengamatan prosen tumbuh dan berpasir Data, dana dan
2. Pengukuran dan tenaga tersedia
pengukuran pertumbuhan tanaman TA 2. Data kecepatan angin & erosi angin Pengamatan lapangan
2.1. Penyediaan air tawar untuk perawatan
tanaman dengan penyiraman 3. Data evapotranspirasi 3. Survey terhadap
2.2. Pengumpulan data iklim 4. Data suhu tanah masyarakat dan lembaga
3.1. Pengukuran pertumbuhan tanaman kayu- terkait
kayuan dan buah-buahan 5. Data curah hujan & kadar garam
4. Diskusi kelompok
3.2. Pengukuran produksi tanaman semusim 6. Data pertumbuhan tanaman
4.1. Data primer dan sekunder kondisi sosial 5. Temu lapang dengan
ekonomi masyarakat 7. Data produksi tanaman petani
5.1. Melakukan wawancara, kuisioner, dll 8. Analisa biaya dan pendapatan
6.2. Pengumpulan data partisipasi
9. Data tingkat adopsi masyarakat
masyarakat dalam rahabilitasi lahan
6.3. Pengumpulan data kelembagaan upaya 10. Data partisipasi masyarakat
rehabilitasi lahan 11. Kelembagaan rehabilitasi lahan
86
BIODATA BENY HARJADI
Data Diri :
Nama : Ir. Beny Harjadi, MSc.
Tempat/Tanggal Lahir: Surakarta, 17 Maret 1961
NIP/Karpeg : 19610317.199002.1.001/ E.896711
b
Pangkat/Golongan : Pembina / IV
Jabatan : Peneliti Madya
Riwayat Pendidikan :
TK : TK Aisyiyah Premulung, Surakarta (1967)
SD : SD Negeri 94 Premulung, Surakarta (1973)
SMP : SMP Negeri IX Jegon Pajang, Surakarta (1976)
SMA : SMA Muhammadiyah I, Surakarta (1980)
S1 : IPB (Institut Pertanian Bogor), Jurusan Tanah/Fak.Pertanian,BOGOR (1987)
Kursus LRI (Land Resources Inventory) kerjasama dengan New Zealand selama 9 bulan
untuk Inventarisasi Sumber Daya Lahan (1992), INDONESIA-NEW ZEALAND
S2 : ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan
Penginderaan Jauh Satelit/ Fak.Kehutanan, Montpellier, PERANCIS (1996)
PGD : Post Graduate Diplome Penginderaan Jauh, di IIRS (Indian Institute of Remote
Sensing) di danai dari CSSTEAP (Centre for Space Science & Technology Education
in Asia and The Pasific) Affiliated to the United Nations (UN/PBB : Perserikatan
Bangsa-Bangsa), Dehradun – INDIA (2005).
Riwayat Pekerjaan :
1. Staf Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Surakarta (1989).
2. Ajun Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB
(Balai Teknologi Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 1998.
3. Peneliti Muda Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai
Teknologi Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 2001.
4. Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BP2TPDAS-IBB (Balai
Litbang Teknologi Pengelolaan DAS - Indonesia Bagian Barat), 2005.
5. Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada BPK (Balai
Penelitian Kehutanan) Solo, 2006
Riwayat Organisasi :
1. Menwa Mahawarman, Jawa Barat (1980 – 1985)
2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), (1980 – 1983)
3. Ketua ROHIS BP2TPDAS-IBB, 2 periode (2000-2006)
Penghargaan :
1. Satya Lancana Karya Satya 10 tahun, No. 064/TK/Tahun 2004
Alamat Penulis :
1. Kantor : BPK SOLO, d/a Jl.Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. Jawa
Tengah, Telp/Fax : 0271–716709, 715969. E-mail: bpksolo@indo.net.id
2. Rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII,
Kel.Joho, Sukoharjo, Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP : 081.22686657
E-mail : adbsolo@yahoo.com
44