You are on page 1of 4

Abstrak: Berbagai macam teknik berbeda telah digunakan untuk mengoreksi crossbite anterior dan posterior pada periode

gigi campuran. Kasus ini menggambarkan perawatan pada crossbite anterior dan posterior unilateral selama periode gigi geligi campuran. Pasien adalah anak laki-laki berusia 9 tahun dengan crossbite pada gigi permanen insisif pertama rahang atas kanan dan crossbite gigi posterior kanan unilateral, keduanya menunjukkan pergeseran fungsional dalam dimensi sagital dan transversal. Dua alat lepasan akrilik untuk rahang atas, masing-masing dengan ekspansi jackscrew, telah digunakan untuk mengoreksi crossbite. Total waktu untuk perawatan aktif selama 4 bulan; hasil perawatan tersebut berhasil dipertahankan selama 4 bulan berikutnya. Dokter gigi umum dan dokter gigi anak, serta dokter orthodontik, menemukan bahwa teknik ini dapat berguna dalam mengelola kasus crossbite pada gigi geligi campuran dan melakukan diskusi dan ilustrasi untuk pedoman klinis lebih lanjut. I. Pendahuluan Crossbite anterior menjadi perhatian utama dalam estetik dan fungsional selama tahap awal perkembangan gigi. Anterior crossbite diartikan sebagai keadaan dimana satu atau lebih gigi sulung atau gigi tetap insisif rahang bawah mengarah ke labial dari antagonisnya (atau saat satu atau lebih gigi insisif rahang atas mengarah ke lingual dari antagonisnya) (Daskalogiannakis, 2000). Dilaporkan insiden kasus crossbite sebanyak 4-5 % dan biasanya terlihat jelas selama periode awal gigi geligi campuran (Hannuksela dan Vaananen, 1987; Heikinhelmo et al., 1987; Major dan Glover, 1992). Hal tersebut merupakan hasil dari berbagai faktor seperti erupsi gigi insisif rahang atas ke arah palatal, trauma pada gigi insisif sulung, supernumerary gigi anterior, gigi sulung yang tertahan, odontomas, gigi insisif yang berjejal, dan panjang lengkung rahang yang tidak memadai (Valentine dan Howitt, 1970; McEvoy, 1983; Bayrak dan Tunc, 2008). Crossbite posterior (lateral) memerlukan perhatian pada periode awal gigi geligi campuran; beberapa studi melaporkan insiden pada range antara 8% dan 22% (Kutin dan hawes, 1969; Thilander dan Myrberg, 1973; Egermark-Eriksson et al., 1990). Pasien dengan oklusi normal gigi geligi sulung menunjukkan perkembangan lateral crossbite sebanyak 3,1% pada saat gigi geligi permanen tumbuh (Legovic dan Mady, 1999). Pada banyak kasus, crossbite disertai pergeseran mandibula yang menyebabkan pergeseran midline (Thilander dan Myrberg, 1973; Kurol dan Berglund, 1992). Etiologi posterior crossbite dapat termasuk dari kombinasi dental, skeletal dan fungsi komponen-komponen

neuromuskular.

Namun,

hal

tersebut

biasanya

berhubungan

dengan

berkurangnya lebar lengkung maksila. Pengurangan ini dapat disebabkan karena kebiasaan menghisap, kebiasaan menelan yang buruk (melsen et al., 1979) atau bernapas melalui mulutbiasanya merupakan akibat dari obstruksi saluran pernapasan atas karena hipertiroid jaringan adenoid (Bresolin et al., 1983; Oulis et al., 1994). Crossbite anterior dan posterior pada periode pertumbuhan awal gigi geligi campuran diyakini akan diteruskan dari gigi sulung ke tahap gigi permanen dan dapat memiliki efek jangka panjang pada pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang (McNamara, 2002). Crossbite anterior dapat menyebabkan abrasi email yang abnormal atau proklinasi pada insisif mandibula, yang pada akhirnya menyebabkan penipisan labial alveolar dan/atau resesi gingiva (Valentine dan Howitt, 1970). Pergeseran mandibula yang disebabkan oleh pergerakan mandibula abnormal, memberi tekanan pada struktur orofasial, menyebabkan efek samping pada temporomandibular joint (TMJ) dan sistem mastikasi (Troelstrup dan Moller. 1970; Ingervall dan Thilander, 1975). Koreksi spontan dari maloklusi tersebut dilaporkan sangat kurang untuk membenarkan ketidakterlibatannya (Kutin dan Hawes, 1969; Schroder dan Schroder, 1984; Lindner et al., 1986), dan tingkat self-correction menunjukkan range dari 0% sampai 9% (Kutin dan Hawes, 1969; Thilander et al., 1984). Oleh karena itu, perawatan interseptif sering dianjurkan untuk menormalkan oklusi dan menciptakan kondisi untuk perkembangan oklusi normal. Bracket pada empat insisif maksila dikombinasi dengan penjangkar atau band pada dua gigi molar pertama tetap (2x4 alat cekat) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk koreksi crossbite anterior menggunakan alat cekat. Hal ini dilaporkan dapat mengatasi crossbite anterior pada periode gigi geligi campuran (Dowsing dan Sandler, 2004), maupun pada gigi geligi dewasa (Brooks dan Polk, 1999) secara efektif. Metode ini memiliki kelebihan memerlukan sedikit atau tidak memerlukan sama sekali kepatuhan pasien atau perubahan fungsi bicara. Dilaporkan juga bahwa perawatan lainnya untuk koreksi crossbite anterior meliputi alat rare earth magnetic (Xie, 1991), akrilik cekat inclined planes (Croll, 1984), bonded resin-composite slopes (Bayrak dan Tunc, 2008) dan beberapa set alat Essix-based (Giancotti et al., 2011). Berbagai metode perawatan telah disarankan untuk koreksi crossbite posterior meliputi rapid maxillary expansion (Sandikcioglu dan Hazar, 1997; Erdinc et al., 1999)

dan slow expansion dengan quad-helix atau plat expansion removable (Bjerklin, 2000). Alat removable (lepasan) memiliki keuntungan yaitu memiliki kemudahan dalam pemeliharaan dan perawatan kebersihan mulut pada pasien muda, memanfaatkan penjangkaran pada palatal, dan kemampuan untuk memindahkan beberapa gigi yang diinginkan (Littlewood et al., 2001). Pada literatur termasuk tehnik manajemen untuk crossbite unilateral menggunakan alat lepasan dengan midsagital expansion screws. Namun, artikel ini hanya terdiri dari beberapa ilustrasi singkat dengan diskusi umum (Littlewood et al., 2001) dan kurangnya gambar ekstra oral dan tambahan komponen alat lepasan seperti bite-planes (Ngan dan Wei, 1990; Cunha et al., 1999). Laporan kasus lain melaporkan alat memerlukan peralatan khusus (Piancino et al., 2007) dan mencoba untuk mengoreksi masalah kombinasi sagital dan vertikal posterior (AlSehaibany dan White, 1998). Laporan kasus ini bertujuan untuk memberi dokter gigi umum dan dokter gigi pediatrik sebuah tehnik simple untuk mengelola crossbite anterior dan posterior pada periode gigi geligi campuran. Ilustrasi kemajuan perawatan dan design alat termasuk untuk panduan klinis lebih lanjut. II. Laporan Kasus Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun dirujuk oleh dokter giginya untuk konsultasi orthodontic berkaitan dengan gigitan anteriornya. Secara ekstra oral, ia memiliki wajah yang seimbang dengan profil yang baik, dengan midline gigi rahang atas sejajar dengan midline wajah. Dagunya bergeser ke arah kanan sebanyak 3 mm dari midline wajah, dan seluruh bagian posterior rahang atas kanan menuju ke arah palatal (terutama pada gigi kaninus sulung kanan) (gambar 1-9). Pada periode gigi campuran anak tersebut menunjukkan hubungan kelas I kiri dan sebagian cusp kelas II molar kanan (gambar 10-14). Overbite cukup dalam (100% pada gigi insisif pertama rahang atas kiri), dan crossbite anterior pada gigi insisif permanen pertama rahang atas kanan dan crossbite posterior unilateral (kanan) yang terlihat jelas. Kedua crossbite tersebut merupakan hasil dari pergeseran fungsional sagital dan dimensi transversal. Midline pada gigi rahang bawah tampak bergeser dari midline rahang atas (menunjukkan pergeseran ke mesial dari gigi insisif pertama rahang atas kanan) sebanyak 4 mm ke kanan dari oklusi sentrik. Gambaran radiografi

menunjukkan

bentuk

kondile

simetris

dan

posisi

secara

bilateral

dan

perkembangan benih gigi geligi pengganti yang normal.

You might also like