Professional Documents
Culture Documents
TIMBUNAN SALJU
“Apakah engkau telah masuk sampai ke perbendaharaan salju, atau melihat perbendaharaan hujan batu.”
Ayub 38:22
Tidak ada apa pun atau teknologi buatan manusia yang dapat bertahan menghadapi gletser.
Sungai es yang bergerak mengalir ini akan menyingkirkan setiap penghalang yang kita coba letakkan
untuk menghalanginya.
Salju yang tak terhitung sering jatuhnya melewati ratusan tahun, mengeras menjadi es yang sangat
padat sehingga semua gelembung udara terdorong keluar. Ketika lapisan demi lapisan es itu terbentuk
dan terbangun menjadi dingding-dingding dengan ketebalan ratusan kaki, maka gumpalan mulai
bergerak lambat turun menuju lembah, beratnya yang luarbiasa meninggalkan bekas sebuah jalan
melalui kepadatan batu karang, menggaruk permukaan bumi, mencabut batu-batu dan mengerusnya
menjadi serbuk-serbuk debu.
Gletser itu sama-sama indah sekaligus mengerikan. Dari suatu jarak tampaknya diam dan tidak
bergerak, sinar matahari memantulkan warna kebiruan dari permukaannya yang kasar. Namun ila
diperhatikan dari dekat, gletser itu mengeluarkan bunyi pekikan dan geraman dikarenakan oleh tekanan-
tekanan yang menakutkan sementara terus terus menggerinda tanpa henti-hentinya. Gletser itu
membahayakan. Jembatan-jembatan salju menyembunyikan celah-celah retakan yang sewaktu-waktu
runtuh kedalaman yang tak terhingga.
Saya sudah pernah melihat gletser di berbagai daerah, namun sesudah kami mengunjungi Alaska,
barulah saya mulai mengerti akan kekuatannya yang sungguh dahsyat. Kami terbang dari Denver ke
Achorage, dan dalam waktu 2 jam terakhir saya menengok ke bawah pada barisa demi barisan gerigi-
gerigi pegunungan yang ditutupi oleh salju dengan gletser-gletser yang tidak terhitung banyaknya
menonjol keluar dari lembah-lembah yang sedemikian banyak. Pemandangan itu membuat saya menahan
napas mengagumi keajaibannya yang liar.
Beberapa hari kemudian, Noelene dan saya naik sebuah perahu kecil di atas Prince William Sound.
Kami melihat gletser-gletser yang menghujam masuk ke dalam laut, seakan melihat “kelahiran seekor
anak sapi,” di depan mata kami dinding-dding es yang besar itu retak dan menghujam masuk kedalam
air.
Selama beberapa tahun lamanya terpikir bahwa tidak ada kehidupan yang dapat muncul di atas
gletser itu. Namun tidak demikian halnya. Seekor cacing kecil, kecil seukuran seutas benang, hidup dekat
dengan permukaan ari di antara kristal-kristal es. Ketika banyangan menutupi gletser, maka mahluk-
mahluk kecil ini, yang masih sejenis cacing tanah, muncul untuk memakan serbuk-serbuk yang bertebaran
di atas permukaan air.
“Apakah anda telah memasuki timbunan salju?” Tuhan bertanya kepada Ayub. Tanpa diragukan
memang hidup Ayub telah mendengar tentang salju, dan mungkin telah melihatnya juga; salju sering kali
jatuh di Yerusalem dan didaerah sekitarnya. Namun Ayub tidak mempunyai gambaran tentang apakah
itu salju yang mengumpulkan gletesr yang dahsyat.
Walau demikian, kita telah dapat melihat sekilas akan keajaiban dunia yang telah diciptakan oleh
Allah – dan juga oleh kasih karunia-Nya.
02 Maret 2009 BACAAN RENUNGAN PAGI