You are on page 1of 25

Praktikum POT 1 Double Pipe HE

BAB I
TEORI PERCOBAAN
I.1 Heat Exchanger; Jenis, Aliran dan Distribusi Temperatur
Heat exchanger dibedakan berdasarkan beberapa faktor. Pertimbangan dalam
pemilihan tipe sederhana adalah kemampuannya dan metode disain yang tepat untuk alat
itu :
A. Berdasarkan Fungsinya
1. Heat Exchanger
Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas
yang membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang
membutuhkan pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang
berbentuk gas dan lainnya berbentuk cairan.
2. Condenser
Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair
sebagian atau seluruhnya dengan pemindahan panas.
3. Cooler Chiller
Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida
yang berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap
menjadi cair. Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor
biasanya dipasang pada top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa
digunakan ketika temperatur rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut
chiller.
4. Reboiler
Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom
(bottom) destilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media
pemanas yang digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui
media pemanas atau dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah
furnace atau fire tube
5. Heater Superheater
heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik
bahan baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai
pemanas. Superheater memanaskan gas dibawah temperatue jenuh.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 1
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
B. Berdasarkan konstruksinya
1.Tubular Exchanger
a. Double-pipe
Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa lainnya yang
berdiameter lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa
kecil sedangkan fluida yang lain mengalir di bagian luarnya. Pada bagian luar pipa
kecil biasanya dipasang fin atau sirip memanjang, hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan permukaan perpindahan panas yang lebih luas. Double pipe ini dapat
digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan fliuda hasil proses yang
membutuhkan area perpindahan panas yang kecil (biasanya hanya mencapai 50 m
2
).
Double-pipe Heat Exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan atau
mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan jika memakai Heat Exchanger ini adalah kesulitan untuk memindahkan
panas dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi, double pipe Heat
Exchanger ini juga memiliki keuntungan yaitu Heat Exchanger ini dapat dipasang
dengan berbagai macam fitting(ukuran).
Mekanismenya perpindahan tersebut
Pada HE ini terjadi proses transfer panas secara tidak langsung dimana proses
pertukaran panasnya terjadi pada dinding pipa bagian dalam. Yang terdapat fluida
pemanas yang mengalir ke dalam pipa kecil,alirannya secara konveksi paksa
kemudian terjadi aliran konduksi dari permukaan yang dalam tadi ke permukaan luar
pipa kecil. Selanjutnya aliran berlangsung berjalan dari permukaan luar pipa kecil ke
fluida lainnya secara konveksi paksa lagi.
b. Shell and tube
Jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya terdapat rangkaian pipa kecil yang
disebut tube bundle. Perpindahan panas terjadi antara fluida yang mengalir di dalam
tube dan fluida yang mengalir di luar tube (pada shell side). Shell and tube ini
merupakan Heat Exchanger yang paling banyak digunakan dalam proses-proses
industri.
Keuntungan Shell and Tube Heat Exchanger merupakan Heat Exchanger yang
paling banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio
area perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu
juga dapat mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan
Dwi Rahmat, Monica, Polu 2
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
konstruksinya juga paling murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida
pada shell-side mengalir melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan
perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut dipasangkan
sekat/penghalang (baffles).
Shell and tube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk
keperluan proses dengan tekanan tinggi, class C (untuk keperluan proses dengan
tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk
keperluan fluida yang korosif).
Bila dilihat mekanisme perpindahan tersebut
Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi pada dinding tube dimana
terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan konveksi.
Dilihat dari konstruksinya, Heat Exchanger tipe Shell and Tube dibedakan atas:
Fixed Tube Sheet
Adalah jenis shell and tube Heat Exchanger yang terdiri dari tube-bundle yang
dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan shell. Kelemahan
pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan pembersihan shell.
Floating Tube Sheet
Adalah Heat Exchanger yang dirancang dengan salah satu tipe tube sheetnya
mengambang, sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell jika terjadi
pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak digunakan dalam
industri migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan fix tube sheet,
karena tube-bundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operasi dengan
perbedaan temperatur antara shell dan tube side di atas 200
o
F.
U tube/U bundle
Jenis ini hanya mempunyai 1 buah tube sheet, dimana tube dibuat berbentuk U
yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet sehingga biaya yang dibutuhkan
paling murah di antara Shell and Tube Heat Exchanger yang lain. Tube bundle dapat
dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas. Tipe ini juga dapat
digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang tinggi. Masalah yang sering
terjadi pada Heat Exchanger ini adalah terjadinya erosi pada bagian dalam bengkokan
tube yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di dalam tube, untuk itu
fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak mengandung partikel-
partikel padat.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 3
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
c. Spiral tube
2. Plate Heat Exchanger
Kedua aliran masuk dari sudut dan melewati bagian atas dan bawah plat-plat
parallel dengan fluida panas melewati jalan-jalan (ruang antar plat) genap dan fluida
dingin melewati jalan-jalan ganjil. Plat-plat dapat dipasang secara melingkar agar
dapat memberikan perpindahan panas yang besar dan mencegah terjadinya fouling
(deposit yang tidak diinginkan). Plate Heat Exchanger juga mudah untuk dilepas dan
dipasang kembali sehingga mudah untuk dibersihkan. Heat Exchanger ini dibagi atas
3 macam :
Plate and frame or gasketed plate exchanger
Jenis ini terdiri dari bingkai-bingkai dan plat-plat yang disusun rapat,
permukaan plat mempunyai alur-alur yang berpasangan sehingga jika dirangkai
mempunyai dua aliran. Heat Exchanger ini digunakan untuk temperatur dan
tekanan rendah seperti mendinginkan cooling water.
Spiral plate heat exchanger
Lamella (ramen) heat exchager
3. Extended Surface
Permukaan tabung dan plat memiliki efiisiensi yang terbatas. Untuk
meningkatkan heat fluks maka digunakanlah suatu Heat Exchanger dengan extended
surface (permukaan yang dilebarkan) seperti fin, spine (duri), dan groove (kelokan),
sehingga permukaan fluida yang bersentuhan dengan Heat Exchanger menjadi lebih
banyak, dan akan menyebabkan perpindahan panas yang lebih cepat. Jenis ini mampu
meningkatkan koefisen konveksi cukup besar. Heat Exchanger jenis ini dibagi
menjadi dua macam yaitu plate-fin or matrix Heat Exchanger dan high-finned tube.
4. Regenerator
Pada regenerator fluida panas dan dingin menempati jalan yang sama pada
exchanger secara bergantian Heat Exchanger ini terbagi menjadi dua yaitu fixed-
matrix dan rotary. Banyak digunakan pada aplikasi gas turbin dan furnace preheater.
5. Air Cooler Exchanger
Dwi Rahmat, Monica, Polu 4
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Heat Exchanger yang terdiri dari tube bundle, dimana bundle tersebut berisi
beberapa baris tube dan dilengkapi dengan kipas atau fan yang berfungsi untuk
mengalirkan udara diantara sirip-sirip yang terdapat pada bagian luar tube.
C. Berdasarkan Flow arrangements
1. Single pass
2. Multiple pass
Pada single pass, kedua fluida melewati sistem hanya satu kali, sedangkan pada multiple
pass, salah satu atau kedua fluida mengalir bolak-balik secara zigzag. Pada single pass
aliran fluida bisa parallel ataupun berlawanan, sedangkan pada multiple pass merupakan
kombinasai keduanya. Fluida juga dapat mengalir secara crossflow. Yang pertama, kedua
fluida tidak bercampur, mereka melewati jalan masing-masing tanpa bercampur. Yang
kedua, kedua fliuda bercampur tanpa terjadi reaksi kimia. Jika luas shell besar, cross flow
akan menghasilkan koefisien perpindahan kalor yang lebih tinggi daripada aliran aksial
yang terjadi di dalam tabung double-pipe.
Aliran dan distribusi temperature ideal pada Heat exchanger
1. Pararel Flow
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua
fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang
besar akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE. Temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
2. Counter Flow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE
masuk dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif
dari paralel flow. Skema dari sistem Double Pipe Heat Exchanger Co-current adalah
sebagai berikut:

Dwi Rahmat, Monica, Polu 5
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Fluida yang lebih dingin
Aliran steam aliran kondensat

Fluida hangat Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan
paralel flow, dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:
( ) dL a t T U dQ " ...............(1)
Dimana a adalah ft
2
dari permukaan per ft panjang pipa atau dari diferensial
neraca kalor
wcdt WCdT dQ
........(2)

3. Cross flow Heat Exchanger
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa
dipakai untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap
(tube and shell Heat Exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir
di dalam tube dan menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
Dari ketiga tipe Heat Exchanger tersebut tipe counter flow yang paling
efisien ketika kita membandingkan laju perpindahan kalor per unit area. Dengan beda
temperatur fluida yang paling maksimal di antara kedua tipe Heat Exchanger lainnya,
maka beda temperatur rata-rata (log mean temperature difference) akan maksimal dan
pada akhirnya laju perpindahan kalor akan maksimal pula.
Laju perpindahan kalor: . .
dQ
U A T
dt
...............(3)
log mean temperature difference:
1 2
1
2
( )
ln
T T
T
T
T


_

,
......................(4)
Dwi Rahmat, Monica, Polu 6
4. Mengevaluasi heat transfer,
pressure drop dan biaya dari beberapa
perkiraan HE yang mungkin
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
I.2 Perancangan Heat Exchanger dan Perhitungannya
1. Bagian-bagian Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang mempunyai macam-macam
bentuk. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk merancangnya serta bagaimana
perhitungan yang dibutuhkan dalam merancang alat ini, kita akan menelaah terlebih
dahulu mengenai bagian-bagian heat exchanger itu sendiri.
Pada dasarnya, heat exchanger terbagi atas beberapa bagian utama, yakni :
a. Shell
Shell berupa suatu silinder yang dilengkapi oleh tempat masuknya fluida (inlet
Nozzle) dan tempat keluarnya fluida (outlet Nozzle). Shell terbuat dari bahan karbon
dan alloy dengan ketebalan tertentu untuk menahan beban berat, tekanan dan
temperatur fluida. Semakin tebal dindingnya maka tekanan yang didapatkan dalam
beroperasi semakin tinggi.
b. Tube
Ada 2 jenis tube yang umum digunakan dalam Heat Exchanger yakni :
a. Tube yang mempunyai sirip-sirip pada bagian luar tube (finned tube)
b. Tube dengan permukaan yang rata (bare tube)
Tube dibuat dengan ukuran standar baik ketebalan maupun panjangnya. Susunan tube
pada HE mengikuti tube pattern, yang mana yang paling banyak dijumpai adalah
triangular (segitiga) dan square (bujur sangkar).
c. Tube sheet
Adalah tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut
tube bundle. Selain itu juga berfungsi untuk memisahkan tube side dengan shell side.
d. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga terhadap tube, menjaga jarak antar tube, menahan
vibrasi yang disebabkan oleh aliran fluida dan mengatur aliran turbulen sehingga
perpindahan panas lebih sempurna. Ada 2 jenis baffle, yaitu baffle melintang
(segmental, dish & doughnut dan orifice) dan baffle memanjang.
e. peralatan pelengkap
Adalah batangan besi yang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar
dari baffle, berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan
yang lain tetap.
Untuk mengetahui letak bagian-bagian tersebut secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran bagian-bagian heat exchanger.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 7
4. Mengevaluasi heat transfer,
pressure drop dan biaya dari beberapa
perkiraan HE yang mungkin
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
2. Perancangan Heat Exchanger
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang digunakan untuk membuat alat penukar kalor
sedarhana (misalnya shell and tube exchanger):
1. Menentukan fluida apa yang akan mengalir dalam shell dan fluida apa yang akan
mengalir dalam tube. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir biaya pompa
(pumping cost). Contohnya air digunakan untuk mendinginkan minyak, maka
minyak yang viskositasnya lebih besar akan mengalir dalam shell. Sifat korosi
bahan, fouling dan pembersihan tube juga menjadi pertimbangan dalam tahapan
ini
2. Mengkalkulasi biaya yang dibutuhkan dengan membandingkan dengan akurasi
komputasi, investasi, dan kemungkinan biaya akibat kesalahan kalkulasi
3. Membuat perkiraan kasar mengenai ukuran dari heat exchanger yang akan dibuat.
Untuk mengerjakan ini dapat digunakan nilai U dalam lampiran atau data dari
percobaan. Hal ini mungkin membutuhkan kalkulasi trial and error, namun dapat
membantu untuk menentukan ukuran laju alirnya, mengantisipasi variasi
temperatur dan menghindari error yang lebih besar.
4. Mengevaluasi heat transfer, pressure drop dan biaya dari beberapa variasi
konfigurasi heat exchanger yang mungkin diaplikasikan. Hal ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan skala besar. Kemudian
menentukan HE yang akan dibuat
5. Memulai proses pembuatannya
Jika dibuat dalam diagram alir maka akan menjadi sebagai berikut :
Dwi Rahmat, Monica, Polu 8
2. Mengkalkulasi biaya
investasi yang ada
1. Menentukan fluida yang
mengalir dalam tube dan shell
beserta kapasitas dan bahannya
4. Mengevaluasi heat transfer,
pressure drop dan biaya dari beberapa
perkiraan HE yang mungkin
3. Memperkirakan jenis HE
dan berapa besar HE yang akan
dibuat
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
3. Perhitungan dasar dalam Heat Exchanger
Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada awalnya kita mengandaikan U (bisa juga digantikan oleh

h
) sebagai nilai
konstan (nilai U dapat dilihat pada tabel pada lampiran). U sendiri merupakan
koefisien heat transfer overall. Aturan untuk nilai U adalah sebagai berikut :
1. Fluida dengan konduktivitas termal rendah seperti tar, minyak atau gas,
biasanya menghasilkan h yang rendah. Ketika fluida tersebut melewati heat
exchanger, U akan cenderung untuk turun
2. Kondensasi dan Pemanasan merupakan proses perpindahan kalor yang efektif.
Proses ini dapat meningkatkan nilai U.
3. Untuk U yang tinggi, tahanan dalam exchanger pasti rendah
4. untuk fluida dengan konduktivitas yang tinggi , mempunyai nilai U dan h yang
tinggi.
Untuk U pada temperatur yang nyaris konstan, variasi temperatur dari aliran fluida
dapat dihitung secara overall heat transfer dalam bentuk perbedaan temperatur rata-
rata dari aliran dua fluida, maka dapat kita buat persamaan berikut :
mean
T UA Q
...........(5)
Yang menjadi masalah kali ini adalah bagaimana membuat persamaan tersebut
menjadi benar. Kita harus dapat menghitung nilai dari T yang diinginkan. Hal ini
disebabkan karena terlihat pada grafik mengenai kecenderungan perubahan
temperatur fluida akan lebih cepat sejalan dengan posisinya. (grafik bisa dilihat dari
lampiran). Selain itu pada counterflow dan pararel flow, perhitungan tersebut bisa
berbeda. Oleh karena itu perlu dicari suatu persamaan yang dapat menyelesaikan
masalah ini. Dengan menurunkan rumus awal sebagai berikut :
c c p h h p
dT mc dT mc T dA U dQ ) ( ) ( ) (
............(6)
Keterangan : h untuk aliran panas dan c untuk aliran dingin
Setelah itu kita menyamakan persamaan antara persamaan untuk counterflow dan
persamaan untuk pararel flow dan didapat :
Dwi Rahmat, Monica, Polu 9
Pembuatan Heat
Exchanger
Praktikum POT 1 Double Pipe HE

,
_

b a
b a
T T
T T
UA Q
/ ln(
........(7)
Dimana Ta adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin
awal dan Tb adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu fluida pendingin
akhir.
t mean yang dimaksud dalam persamaan tersebut adalah LMTD, yaitu :

,
_




b a
b a
mean
T T
T T
LMTD T
/ ln(
.......(8)
Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Kita harus menggunakan
faktor koreksi F yang dapat dilihat dalam grafik pada lampiran. Sehingga rumusnya
menjadi :
) (LMTD UAF Q
........(9)
Fouling Resistance
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan bersih
sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada suatu saat fluida
yang terus menerus mengalir dalam pipa akan membentuk seperti sebuah lapisan
yang akan mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang disebut dengan fouling resistan.
Untuk menghitung fouling resistan dapat digunakan rumus berikut ini :
new old
U U
Rf
1 1

............(10)
Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sabagai berikut :
Rf
h r
r
k
r r r
k
r r r
h
U
i
pipe
i p j
insulator
p i
i
+ + + +

0 0
0
) / ln( ) / ln(
1
1
..............(11)
Daftar untuk nilai Rf dapat dilihat pada lampiran. Untuk U<<10000 W/m
2
C fouling
mungkin tidak begitu penting, karena hanya menghasilkan resistan yang kecil.
Namun pada ater to water heat exchanger dimana nilai U disekitar 2000 maka fouling
factor akan menjadi penting. Pada finned tube heat exchanger dimana gas panas
mengalir di dalam tube dan gas yang dingin mengelir melewaitinya, nilai U mungkin
sekitar 200, fouling factor akan menjadi signifikan.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 10
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Efektivitas Heat Exchanger
Efektivitas heat exchanger dapat dirumuskan sebagai berikut :
( )
( )
( )
( )
in in
in out
in
out in
c h
c c c
c h
h h h
T T C
T T C
T T C
T T C

min min
min

........(12)
another to stream one from d transferre be possibly could that heat imum
d transferre heat actual
max

Maka untuk mencari efektifitas untuk pararel single pass HE adalah sebagai berikut :
[ ]
max min
max min
/ 1
) / 1 ( exp 1
C C
NTU C C
+


..........(13)
Sedangkan untuk counterflow adalah sebagai berikut :
[ ]
[ ] NTU C C C C
NTU C C
) / 1 ( exp ) / ( 1
) / 1 ( exp 1
max min max min
max min



.............(14)
Keterangan : NTU (Number of Transfer Unit) bisa didapatkan dari rumus :
min
C
UA
NTU
...........(15)
Cmin merupakan nilai C tekecil antara Ch dan Cc, sedangkan Cmax merupakan nilai
yang terbesar.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 11
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
BAB II
PENGOLAHAN DATA
A. Penentuan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh
Langkah langkah dalam penentuan koefisien perpindahan kalor menyeluruh
yaitu :
Menentukan diameter equivalen pipa
Menentukan luas penampang tiap pipa, panjang tiap pipa dan koefisien konduksi pipa
Data pipa Bagian Pipa Luas
D luar pipa (m) 0.025 Pipa luar 0.000491
D dalam pipa (m) 0.014 Pipa Dalam 0.000154
D ekuivalen (m) 0.0306
Panjang pipa (m) 0.81
K pipa (W/m) 386
Menentukan jenis aliran : co-current (searah) dan counter-current (berlawanan arah)
Menentukan data-data aliran air dan steam berupa laju alir (Q), laju massa (W),
viskositas (), Bilangan Prandtl (Pr) dan k
Menentukan jenis aliran dengan mencari bilangan reynold
Menentukan ho ( koefisien konveksi ) air
Menentukan hi (koefisien konveksi ) steam
Menentukkan koefisien perpindahan panas total / Uc
a. Aliran Searah
Dwi Rahmat, Monica, Polu 12
( ) ( )
m
D D
D D
e
03064 , 0
2
014 , 0 025 , 0
2
2 2 2
1
2
2


( )
1
1
]
1


2
1
2
2
4 Ge
Re
D D
W De De


De
k
h
o
. Pr . Re . 023 , 0
3 , 0 8 , 0

1
3
1
1
. . Pr . Re 86 , 1
D
k
L
D
h
i

,
_

o o i
h A
A
L K
r
r
A
h
U
1
2
ln
1
1
1
1
0
1
+

,
_

Praktikum POT 1 Double Pipe HE


Bukaan Valve Penuh (Bukaan valve 1)
Tabel 1. Temperatur Air dan Steam ( T in dan T out)
Fluida T in C T out C T average
Air 33 36 34.5
Steam 94 45 69.5
Tabel 2. Sifat Fisis atau Data Aliran Air dan Steam
Data Air
Q (m3/s) 1.80E-04
W (kg/s) 0.17892
air (kg/m.s) 7.31E-04
Pr air 4.878057554
k 0.625870504
Data Steam
Q (m3/s) 3.36E-06
W (kg/s) 3.34E-03
steam(kg/m.s) 4.09E-04
Pr steam 2.587913669
k 0.66326259
Re air pada suhu 34.5C
22272.3063
5
ho air (W/m2 C) 2.27E+03
Re steam pada suhu 69.5C
742.305711
5
hi steam laminer (W/m2 C) 2.83E+02
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Uc) = 273 W/m
Bukaan Valve
Tabel 1. Temperatur Air dan Steam ( T in dan T out)
Fluida T in C T out C T average
Air 32 38 35
Steam 95 44 69.5
Tabel 2. Sifat Fisis atau Data Aliran Air dan Steam
Data Air
Q (m3/s) 1.92E-04
W (kg/s) 1.90E-01
air (kg/m.s) 7.24E-04
Pr air 4.825
k 0.6265
Data Steam
Q (m3/s) 2.98E-06
W (kg/s) 2.96E-03
steam(kg/m.s) 4.09E-04
Pr steam 2.587913669
k 0.66326259
Re air pada suhu 35C
23926.8423
6
ho air (W/m2 C) 2.40E+03
Re steam pada suhu 69.5C
657.912621
7
hi steam laminer (W/m2 C) 2.72E+02
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Uc) = 263 W/m
Dwi Rahmat, Monica, Polu 13
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Bukaan Valve
Tabel 1. Temperatur Air dan Steam ( T in dan T out)
Fluida T in C T out C T average
Air 33 36 34.5
Steam 94 45 69.5
Tabel 2. Sifat Fisis atau Data Aliran Air dan Steam
Data Air
Q (m3/s) 1.70E-04
W (kg/s) 1.69E-01
air (kg/m.s) 7.31E-04
Pr air 4.878057554
k 0.625870504
Data Steam
Q (m3/s) 2.46E-06
W (kg/s) 2.44E-03
steam(kg/m.s) 4.09E-04
Pr steam 2.587913669
k 0.66326259
Re air pada suhu 34.5C
21080.7379
6
ho air (W/m2 C) 2.18E+03
Re steam pada suhu 69.5C
542.369202
9
hi steam laminer (W/m2 C) 2.55E+02
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Uc) = 246 W/m
b. Aliran Berlawanan Arah
Bukaan Valve Penuh (Bukaan valve 1)
Tabel 1. Temperatur Air dan Steam ( T in dan T out)
Fluida T in C T out C T average
Air 28 46 37
Steam 98 36 67
Tabel 2. Sifat Fisis atau Data Aliran Air dan Steam
Data Air
Q (m3/s) 2.07E-04
W (kg/s) 0.2054121
air (kg/m.s) 6.94E-04
Pr air 4.6127698
k 0.629018
Data Steam
Q (m3/s) 3.50E-06
W (kg/s) 3.48E-03
steam(kg/m.s) 4.22E-04
Pr steam 2.6778417
k 0.6605647
Re air pada suhu 37C 26945.841
ho air (W/m2 C) 2.62E+03
Re steam pada suhu 67C 749.7955
hi steam laminer (W/m2 C) 2.86E+02
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Uc) = 277 W/m
Dwi Rahmat, Monica, Polu 14
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Bukaan Valve
Tabel 1. Temperatur Air dan Steam ( T in dan T out)
Fluida T in C T out C T average
Air 28 46 37
Steam 98 36 67
Tabel 2. Sifat Fisis atau Data Aliran Air dan Steam
Data Air
Q (m3/s) 1.87E-04
W (kg/s) 0.1857945
air (kg/m.s) 6.94E-04
Pr air 4.61276978
k 0.62901799
Data Steam
Q (m3/s) 3.23E-06
W (kg/s) 3.21E-03
steam(kg/m.s) 4.22E-04
Pr steam 2.67784173
k 0.66056475
Re air pada suhu 37C 24372.4175
ho air (W/m2 C) 2.41E+03
Re steam pada suhu 67C 690.702541
hi steam laminer (W/m2 C) 2.79E+02
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Uc) = 269 W/m
Bukaan Valve
Tabel 1. Temperatur Air dan Steam ( T in dan T out)
Fluida T in C T out C T average
Air 28 47 37.5
Steam 101 36 68.5
Tabel 2. Sifat Fisis atau Data Aliran Air dan Steam
Data Air
Q (m3/s) 1.83E-04
W (kg/s) 0.18157398
air (kg/m.s) 6.86E-04
Pr air 4.55971223
k 0.62964748
Data Steam
Q (m3/s) 3.02E-06
W (kg/s) 2.99E-03
steam(kg/m.s) 4.15E-04
Pr steam 2.62388489
k 0.66218345
Re air pada suhu 34.5C 24077.864
ho air (W/m2 C) 2.38E+03
Re steam pada suhu 69.5C 657.045785
hi steam laminer (W/m2 C) 2.73E+02
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (Uc) = 263 W/m
B. Penentuan Nilai Keefektifan () dan NTU Secara Perhitungan
1. Co-Current Heat Exchanger dengan Q
air
= 0.00018 m
3
/s
Dwi Rahmat, Monica, Polu 15
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Dari tabel A-9 (Holman), didapat:
Temperatur
Saturated Water Steam
Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C) Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C)
Inlet
4,174 0,7468 4,2047 0,0140
Outlet
4,174 0,7468 4,174 0,0139
Dari data diatas terlihat bahwa yang merupakan fluida minimum ialah steam dengan
C
min
= 0,0139 dan C
max
= 0,7468; sehingga diperoleh :
0186 , 0
7468 , 0
0139 , 0
max
min *

C
C
C
% 3 , 80 803 , 0
33 94
45 94
1 1
2 1

c h
h h
current co
T T
T T

( ) [ ] ( ) [ ]
672 , 1
0186 , 0 1
803 . 0 0186 , 0 1 1 ln
1
1 1 ln
*
*

+
+

+
+

C
C
NTU

2. Co-Current Heat Exchanger dengan Q
air
= 0.000191667 m
3
/s
Dari tabel A-9 (Holman), didapat:
Temperatur
Saturated Water Steam
Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C) Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C)
Inlet 4,175 0,79306 4,206 0,01245
Outlet 4,174 0,79306 4,174 0,01236
Dari data diatas terlihat bahwa yang merupakan fluida minimum ialah steam dengan
C
min
= 0,01236 dan C
max
= 0,79306; sehingga diperoleh :
0156 , 0
79306 , 0
01236 , 0
max
min *

C
C
C
% 81 81 , 0
32 95
44 95
1 1
2 1

c h
h h
current co
T T
T T

( ) [ ] ( ) [ ]
703 , 1
0156 , 0 1
81 . 0 0156 , 0 1 1 ln
1
1 1 ln
*
*

+
+

+
+

C
C
NTU

3. Co-Current Heat Exchanger dengan Q
air
= 0.00017035 m
3
/s
Dari tabel A-9 (Holman), didapat:
Dwi Rahmat, Monica, Polu 16
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Temperatur
Saturated Water Steam
Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C) Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C)
Inlet
4,174 0,705 4,2047 0,0103
Outlet
4,174 0,705 4,174 0,0102
Dari data diatas terlihat bahwa yang merupakan fluida minimum ialah steam dengan
C
min
= 0,0102 dan C
max
= 0,705; sehingga diperoleh :
0145 , 0
705 , 0
0102 , 0
max
min *

C
C
C
% 33 , 80 803 , 0
33 94
45 94
1 1
2 1

c h
h h
current co
T T
T T

( ) [ ] ( ) [ ]
66 , 1
0145 , 0 1
803 , 0 0145 . 0 1 1 ln
1
1 1 ln
*
*

+
+

+
+

C
C
NTU

4. Counter - Current Heat Exchanger dengan Q
air
= 0.00020665 m
3
/s
Dari tabel A-9 (Holman), didapat:
Temperatur
Saturated Water Steam
Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C) Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C)
Inlet 4,178 0,858 4,209 0,01465
Outlet 4,174 0,857 4,174 0,01453
Dari data diatas terlihat bahwa yang merupakan fluida minimum ialah steam dengan
C
min
= 0,01453 dan C
max
= 0,858; sehingga diperoleh :
0169 , 0
788 , 0
00835 , 0
max
min *

C
C
C
% 89 89 , 0
28 98
36 98
1 1
2 1

c h
h h
current co
T T
T T

( ) [ ] ( ) [ ]
315 , 2
0169 , 0 1
89 , 0 0169 , 0 1 1 ln
1
1 1 ln
*
*

+
+

+
+

C
C
NTU

5. Counter-Current Heat Exchanger dengan Q
air
= 0.0001869 m
3
/s
Dari tabel A-9 (Holman), didapat:
Dwi Rahmat, Monica, Polu 17
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Temperatur
Saturated Water Steam
Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C) Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C)
Inlet 4,178 0,7762 4,209 0,0135
Outlet 4,174 0,7755 4,174 0,0134
Dari data diatas terlihat bahwa yang merupakan fluida minimum ialah steam dengan
C
min
= 0,0134 dan C
max
= 0,7762; sehingga diperoleh :
0173 , 0
7762 , 0
0134 , 0
max
min *

C
C
C
% 89 89 , 0
28 98
36 98
1 1
2 1

c h
h h
current co
T T
T T

( ) [ ] ( ) [ ]
318 , 2
0173 , 0 1
89 , 0 0173 . 0 1 1 ln
1
1 1 ln
*
*

+
+

+
+

C
C
NTU

6. Counter - Current Heat Exchanger dengan Q
air
= 0.00018267 m
3
/s
Dari tabel A-9 (Holman), didapat:
Temperatur
Saturated Water Steam
Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C) Cp (kJ/kg
o
C) C (kJ/
o
C)
Inlet 4,178 0,759 4,214 0,01260
Outlet 4,174 0,758 4,174 0,01248
Dari data diatas terlihat bahwa yang merupakan fluida minimum ialah steam dengan
C
min
= 0,01248 dan C
max
= 0,759; sehingga diperoleh :
0164 , 0
759 , 0
01248 , 0
max
min *

C
C
C
% 89 89 , 0
28 101
36 101
1 1
2 1

c h
h h
current co
T T
T T

( ) [ ] ( ) [ ]
312 , 2
0164 , 0 1
89 , 0 0164 , 0 1 1 ln
1
1 1 ln
*
*

+
+

+
+

C
C
NTU

Dwi Rahmat, Monica, Polu 18
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
BAB III
ANALISIS
III.1 Analisis Percobaan
Percobaan Double Pipe Heat Exchanger ini mempunyai tujuan yaitu:
1. Mengetahui prinsip kerja double pipe
2. Menghitung koefisien perpindahan kalor
3. Menghitung efektivitas
4. Membandingkan aliran searah dan berlawanan arah
Dalam percobaan ini digunakan Double Pipe Heat Exchanger dibanding HE
lainnya seperti Shell and Tube HE, hal ini dikarenakan pada double pipe Heat Exchanger
memungkinkan terjadinya proses pemanasan atau pendinginan fluida hasil proses yang
membutuhkan area perpindahan panas yang kecil, dapat mendidihkan ataupun
mengkondensasikan fluida proses namun dalam jumlah yang kecil, sehingga HE ini
sangat cocok untuk percobaan yang bertujuan untuk melihat unjuk kerja alat, serta
mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhinya. Kelebihan lain dari model HE
tipe Double Pipe ini adalah:
Perawatan yang lebih mudah dan simpel
Dapat dipasang dalam berbagai macam fitting
Dapat mendidihkan fluida dengan cepat
Dwi Rahmat, Monica, Polu 19
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Dalam mengambil data percobaan, dilakukan variasi terhadap variabel-variabel
percobaan. Dalam hal ini dilakukan variasi terhadap laju alir air yang berada dalam
anulus (dengan laju alir steam yang tetap karena kran steam dibuka penuh dalam setiap
pengambilan data) dan arah aliran steam terhadap aliran air (co-current/searah dan
counter current/berlawanan arah). Dilakukan variasi terhadap laju alir air bertujuan untuk
mengetahui pengaruh besar laju air terhadap efisiensi HE. Sedangkan variasi terhadap
arah aliran bertujuan untuk mengetahui arah aliran yang seperti apa yang baik dalam
proses pentransferan panas
Steam sengaja alirkan di dalam pipa dengan tujuan agar kalor yang diberikan
steam terserap dengan baik oleh air dibandingkan apabila steam dialirkan di dalam
anulus. Selain itu jika steam dialirkan pada luar pipa, maka akan terjadi pembuangan
energi steam secara sia-sia ke lingkungan; dengan kata lain pengaliran steam di luar pipa
membuat HE tidak ekonomis. Skema sederhana dari sistem Double Pipe Heat Exchanger
Co-current adalah sebagai berikut:
Pada posisi masukan, tengah, dan keluaran aliran dipasang sensor temperatur untuk
mendeteksi suhu aliran pada posisi tersebut. Berdasarkan neraca panas dan energi, panas
yang dilepaskan oleh steam akan mengalami tahanan konveksi termal lapisan steam film
di dalam pipa, tahanan konduksi termal dari dinding pipa, dan tahanan konveksi termal
oleh air di anulus, dan dengan asumsi tidak ada kehilangan panas karena radiasi.
Persamaannya:

+ +
o i
h k
x
h
R
1 1
Dan dengan mengasumsikan ketebalan dinding pipa sangat tipis maka tahanan konduksi
termal dari dinding pipa dapat diabaikan,sehingga didapatkan persamaan:
Dwi Rahmat, Monica, Polu 20
Praktikum POT 1 Double Pipe HE

+
o i
h h
R
1 1
Perhitungan perpindahan kalor
LMTD A U Q . .
dengan koefisien perpindahan kalor (U) secara menyeluruh:
o i i
h A A h U
1
) / (
1 1
+
Jadi bisa dilihat bahwa nilai koefisien perpindahan kalor ini dipengaruhi oleh :
1.Koefisien konveksi air
2.Koefisien konveksi steam
3.Koefisien konduksi pipa
4.Ukuran pipa
Koefisien konveksi air memiliki rumus :
Nilai h
o
merupakan nilai yang mempengaruhi laju perpindahan kalor secara
konveksi pada air. Maka dapat dinyatakan bahwa semakin besar nilai h
o
, semakin cepat
kalor yang dialirkan oleh air. Karena kalor yang dialirkan air semakin cepat, hal ini
berdampak pada kecepatan penyerapan kalor steam oleh uap yang dampaknya terlihat
pada meningkatnya laju kondensasi.
Nilai h
o
sangat dipengaruhi oleh turbulensi dan sifat-sifat thermal air lainnya, jadi
nilai h
o
akan berubah seiring dengan kenaikan temperatur.
Koefisien konveksi steam memiliki rumus :
Nilai h
1
merupakan nilai yang mempengaruhi laju perpindahan kalor secara
konveksi pada steam. Maka dapat dinyatakan bahwa semakin besar nilai h
1
, semakin
cepat kalor yang dialirkan oleh steam. Karena kalor yang dialirkan steam semakin cepat,
hal ini berdampak pada kecepatan penyerapan kalor steam oleh uap yang dampaknya
terlihat pada meningkatnya laju kondensasi.
Nilai h
i
sangat dipengaruhi oleh turbulensi dan sifat-sifat thermal steam lainnya,
jadi nilai h
i
akan berubah seiring dengan kenaikan temperatur.
LMTD (Log Mean Temperature Difference)
Dwi Rahmat, Monica, Polu 21
De
k
h
o
. Pr . Re . 023 , 0
3 , 0 8 , 0

1
3
1
1
. . Pr . Re 86 , 1
D
k
L
D
h
i

,
_

Praktikum POT 1 Double Pipe HE


( ) ( )

,
_

2 2
1 1
2 2 1 1
ln
t T
t T
t T t T
LMTD
LMTD merupakan salah satu parameter unjuk kerja Double Pipe Heat Exchanger dengan
asumsi kondisi tunak (laju alir kalor radial di setiap titik sama), nilai U tetap di sepanjang
pipa,. Cp konstan (bukan fungsi T), dan tidak terjadi perubahan fasa fluida, dan tidak
terjadi kehilangan panas.
Perhitungan Efektivitas
Efisiensi sistem HE yang mempunyai persamaan :
1 2
1 1
h h
co current
h c
T T
T T

Jelas juga akan terpengaruh oleh Q


air
seiring dengan perubahan suhunya. Dari hasil
perhitungan diketahui bahwa untuk nilai Q
air
yang lebih besar maka akan diperoleh
efisiensi sistem yang lebih besar pula. Hal ini juga senada dengan kenaikan NTU yang
seiring dengan kenaikan Q
air
yang dapat dilihat pada pengolahan data.
Perbandingan Aliran Searah dan Berlawanan Arah
Pada aliran Co-current dan aliran Counter Current Heat Exchanger, pengaruh
kenaikan Q
air
adalah peningkatan bilangan Re peningkatan h
o
& h
i
peningkatan U.
Dan juga peningkatan LMTD, efisiensi dan diikuti oleh NTU.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 22
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Dari gambar diatas terlihat bahwa pada aliran co- current memiliki T yang lebih kecil
dari aliran counter yang terlihat pada jarak Th3 dengan Tc2. Karerna T besar untuk
aliran counter maka driving force-nya besar, sehingga efektivitas naik dan berartu
meningkatkan efisiensi kerja alat. Sedangkan pada aliran co-current, karena T kecil
menyebabkan driving force-nya kecil, sehingga efektivitas dan efisiensi kerja alat lebih
kecil dari pada aliran counter.
III.2 Analisis Data
Perubahan Q air terhadap Q steam
Dwi Rahmat, Monica, Polu
No Q air Q steam
1 1.80E-04 3.36E-06
2 1.92E-04 2.98E-06
3 1.70E-04 2.46E-06
4 2.07E-04 3.50E-06
5 1.87E-04 3.23E-06
6 1.83E-04 3.02E-06
23
Aliran Searah
Aliran Berlawanan
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Dari data yang diperoleh, dapat terlihat bahwa, seiring dengan kenaikan laju alir
air, laju kondensat semakin besar. Hal ini dikarenakan oleh semakin banyaknya kalor
yang diserap oleh air dari steam, jadi semakin banyak steam yang terkondensasi menjadi
air.
Pengaruh aliran, suhu dan h
o
dan h
i
Merujuk pada data yang telah diamati dan diolah, kita dapat melihat sebuah
kecenderungan bahwa bahwa semakin tinggi aliran air, suhu steam keluaran akan
semakin kecil hal ini disebabkan karena makin banyak kalor yang dibutuhkan untuk
memanaskan air dalam pipa, yang berakibat pada makin berkurangnya suhu steam. Hal
ini juga mempengaruhi nilai h
i
dan h
o
. Hi dan ho sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
thermal fluida tersebut, jadi perubahan aliran yang mengakibatkan perubahan suhu akan
mengakibatkan perubahan pada hi dan ho
Pengaruh jenis aliran terhadap suhu
Jenis aliran yang terhadap dalam percobaan ini adalah co-current dan counter
current. Terdapat variasi suhu dalam kedua aliran tersebut. Data yang diperoleh adalah :
Jenis Aliran Percobaan Stream T in T out
Co-Current 1 Air 33 36
Steam 94 45
2 Air 32 38
Steam 95 44
3 Air 33 36
Steam 94 45
Counter-Current 1 Air 28 46
Steam 98 36
2 Air 28 46
Steam 98 36
3 Air 28 47
Steam 101 36
Dari data yang diperoleh dalam percobaan, didapat bahwa kenaikan suhu air lebih
signifikan pada jenis aliran counter-courrent. Hal ini sesuai dengan teori, karena pada
aliran counter LMTD yang dihasilkan lebih besar, sehingga semakin panas yang berhasil
ditransfer, sehingga efektifitas HE semakin besar. Karena pada proses-proses di industri
yang melibatkan proses HE, lebih banyak menggunakan aliran counter daripada co-
current.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 24
Praktikum POT 1 Double Pipe HE
Selain dipengaruhi oleh besar laju alir air (dengan laju steam tetap), arah aliran
(co-current/counter-current), perpindahan panas dalam Double Pipe Heat Exchanger
dipengaruhi oleh faktor pengotoran dalam Double Pipe Heat Exchanger. Adanya faktor
pengotoran ini menghambat jalannya perpindahan panas. Faktor pengotoran (fouling
factor) merupakan besaran yang menyatakan tingkat pengotoran suatu Heat Exchanger.
III.3 Analisis Kesalahan
Ada beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan
pada saat praktikum, diantaranya adalah:
1. Pada saat pengambilan data laju alir air ataupun kondensat, waktu yang dicatat
seringkali mengandung banyak kesalahan paralaks praktikan
2. Pada saat pengambilan data suhu, sistem belum mencapai kesetimbangan
sehingga hasil pengukurannya belum merupakan hasil sebenarnya.
3. Bukaan valve yang bervariasi menyebabkan praktikan harus mengatur sedemikian
rupa sehingga bukaan valve yang satu dengan yang lain menghasilkan data yang
berbeda namun sesuai dan valid. Namun, dalam hal ini faktor kesalahan manusia
sangat rentan terjadi.
Dwi Rahmat, Monica, Polu 25

You might also like