You are on page 1of 31

TUGAS ILMU KEPERAWATAN DASAR

MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU FLORES

Nama : Nim :

Indry Veiby Menajang 120114081 A2

Kelas :

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAMRATULANGI MANADO PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2012

DAFTAR ISI

Bab I PENDAHULUAN Latar belakang............................................................................... Bab II PEMBAHASAN Teori............................................................................................... Bab III PENUTUP Kesimpulan.................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Flores berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Flores termasuk dalam gugusan kepulauan sundah kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah sekitar 14.300 km. Daerah ini termasuk daerah yang kering dengan curah hujan rendah, memiliki potensi bidang pertanian yang rendah. Meskipun potensi di bidang pertanian rendah, Flores memiliki potensi di bidang lain yang cukup menjanjikan. Tetapi sayang, tidak banyak yang tahu mengenai potensi tersebut. Potensi pariwisata dan budaya Flores dianggap akan dapat memakmurkan perekonomian daerah Flores. Daerah Flores yang indah sangat mendukung untuk dikembangkannya pariwisata disana. Ada banyak tempat-tempat indah di Flores yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan luar negeri maupun dalam negeri, misalnya Air Terjun

Kedebodu/Ae Poro, Kebun Contoh Detu Bapa, Air Panas Ae Oka Detusoko, Air Panas Liasembe dan sebagainya. Tetapi pengembangan atas bidang ini masih sangat kurang. Budaya Flores yang beraneka ragam juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Aneka tarian, lagu daerah, alat musik dan berbagai produk budaya lainnya merupakan kekayaan Flores yang menuntut warganya untuk selalu melestarikannya. Upacara-upacara adat yang unik juga dapat memberikan ciri khas bagi daerah Flores. Apabila potensi-potensi di bidang budaya ini dikembangkan, akan dapat memajukan dan meningkatkan perekonomian Flores di masa depan. Pembelajaran, pendalaman, pengembangan dan pelestarian terhadap budaya-budaya Flores harus mulai dilakukan sekarang, terutama oleh masyarakat Flores sendiri.

BAB II PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FLORES I. SEJARAH FLORES Nama Pulau Flores mulanya berasal dari bahasa Portugis Cabo de Flores yang berarti Tanjung Bunga. Nama ini semula diberikan oleh S. M. Cabot untuk menyebut wilayah paling timur dari pulau Flores. Nama ini kemudian dipakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Brouwer. Nama Flores yang sudah hidup hampir empat abad ini sesungguhnya tidak mencerminkan kekayaan flora yang dikandung oleh pulau ini. Karena itu, lewat sebuah studi yang cukup mendalam Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa yang artinya Pulau Ular. Dari sudut Antropologi, istilah ini lebih bermanfaat karena mengandung berbagai makna filosofis, kultural dan ritual masyarakat Flores. Suku bangsa Flores dianggap merupakan percampuran etnis antara melayu,malanesia, dan portugis. Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan timor yang pernah menjadi Koloni portugis, maka interaksi dengan kebudayaan portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores, baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya. II. POPULASI Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.073.249 jiwa (2003) (BPS NTT). Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan persentase 91% (mayoritas Katolik), 8% Muslim, 0,6% Hindu atau Buddhis, dan 0,4% menganut kepercayaan

tradisional. Nusa Tenggara Timur menjadi tempat perlindungan untuk kalangan kristen di Indonesia yang menjauhkan diri dari konflik agama di Maluku dan Irian Jaya. III. PEREKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN Menurut berbagai standar ekonomi, ekonomi di provinsi ini lebih rendah daripada rata-rata Indonesia, dengan tingginya inflasi (15%), pengangguran (30%) dan tingkat suku bunga (22-24%). Berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat flores, suku Mehen di Flores Timur mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo. Potensi alam darat dan laut Pulau Flores dan Lembata sudah dikenal sejak dahulu kala. Karena surplusnya potensi alam yang dimiliki itulah, sejak dahulu pula Pulau Flores dijuluki nama Pulau Bunga. Inilah fakta alam yang harus disyukuri oleh masyarakat penghuni Pulau Flores-Lembata. Sebagian besar penduduk (85%) hidup dan bekerja pada sektor pertanian, termasuk peternakan. Selebihnya bekerja pada sektor-sektor perdagangan, industri, angkutan, jasa-jasa kemasyarakatan, dan lain-lainnya. Orang Flores masih memiliki sikap sombong dan primitif. Orang Flores juga tidak menghargai ilmu pengetahuan. Selain sombong dan primitif, orang Flores itu feodal. Tradisi di masa lalu kemudian mempengaruhi sifat orang Flores yang sombong. Sementara itu, sikap primitif terbentuk dari kepercayaan dinamisme yang dianut dulu, yakni kepercayaan pada dewa-dewa (nitu).

Adapun beberapa keutamaan orang flores antara lain : a) Percaya kepada Tuhan yang Kuasa Sebelum agama Katolik tiba di Flores, masyarakat di sana sudah mengenal Tuhan yang Kuasa, yang disebut Lera Wulan Tanah Ekan atau Tuhan Langit dan Bumi. Orang Flores memiliki rasa syukur dan penyerahan diri yang begitu dalam kepada Tuhan. Untuk memperkuat kenyataan bahwa seseorang bertindak benar dan jujur, sekaligus memperingatkan lawannya, mereka berucap: "Lera Wulan Tanah Ekan no-on matan": Tuhan mempunyai mata (untuk melihat), yang berarti Tuhan mengetahuinya, ia maha tahu, ia maha adil, ia akan bertindak adil. Pada peristiwa kematian, orang biasanya berkata: "Lera Wulan Tanah Ekan guti na-en": Tuhan mengambil pulang miliknya. Pada perayaan syukur sebelum panen, ada kewajiban bagi para anggota masyarakat untuk mempersembahkan sebagian hasil panen itu sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan sebelum menikmati hasil panen tersebut. Adapun doa yang didaraskan sebagai berikut: Bapa Lera Wulan lodo hau Bapak Lera Wulan turunlah ke sini Ema Tanah Ekan gere haka Ibu Tanah Ekan bangkitkan ke sini Tobo tukan Duduklah di tengah Pae bawan Hadirlah di antara kami Ola di ehin kae (Karena) kerja ladang sudah berbuah Here di wain kae (Karena) menyadap tuak sudah berhasil Goong molo Makanlah terlebih dahulu

Menu wahan Minumlah mendahului kami Nein kame mekan Barulah kami makan Dore menu urin Barulah kami minum kemudian b) Kejujuran dan Keadilan Kepercayaan yang kuat dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan menimbulkan nilai-nilai keutamaan lainnya yang juga dijunjung tinggi orang Flores seperti kejujuran dan keadilan. Nilai ini muncul sebagai keyakinan bahwa Tuhan mempunyai mata (Lera Wulan Tanah Ekan no-on matan) . Tuhan melihat semua perbuatan manusia, sekalipun tersembunyi. Dia menghukum yang jahat dan mengganjar yang baik. Sifat dan tabiat kejujuran ini sangat menarik perhatian Vatter (1984: 56). Dia mencatat, hormat terhadap hak milik oang lain tertanam sangat kuat di benak orang Flores. Pencurian termasuk pelanggaran berat di Flores. Pada zaman dahulu dikenakan hukuman mati, dan saat ini pencuri dikenai sangsi adat berupa denda yang sangat besar. c) Penghargaan yang Tinggi akan Adat dan Upacara Ritual Studi Graham (1985) mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Flores Timur, ada empat aspek yang memainkan peranan penting, yaitu episode-episode dalam mitos asal-usul, dan tiga simbol ritual lainnya yakni nuba nara (altar/batu pemujaan), korke (rumah adat), dan namang (tempat menari yang biasanya terletak di halaman korke). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang Flores memiliki penghargaan yang sangat tinggi akan adat-istiadat dan upacara-upacara ritual warisan nenek-moyangnya.

Mitos cerita asal-usul dipandang sebagai unsur terpenting dalam menentukan otoritas dan kekuasaan d) Rasa Kesatuan Orang Flores Ikatan kolektif yang sangat kuat dalam masyarakat Lamaholot terjadi pada tingkat kampung atau Lewo. Masyarakat Lamaholot pada umumnya memiliki keterikatan yang khas dengan Lewotanah atau tempat tinggal. Melalui ukuran kampung, mereka membedakan dirinya dengan orang dari kampung lainnya. Kampung merupakan kelompok sosial terbesar, dan kesadaran berkelompok hampir tidak melampaui batas kampung (Vatter, 1984: 72-73). Di Flores sebetulnya tidak ada kesadaran akan persatuan yang bertopang pada pertalian genealogis, historis maupun politis. Seperti disebutkan di atas, keterikatan mereka lebih disebabkan faktor kesamaan tempat tinggal atau kampung. Itulah sebabnya orang Flores cenderung menyapa sesamanya dengan sebutan kekerabatan (Om, Tante, Kakak, Adik atau mengaku sebagai saudara). Mereka juga bisa menghargai perbedaan politis, agama, etnis bila mereka telah diikat dalam satu kesatuan tempat tinggal. Rasa kesatuan seperti ini, kadang-kadang membuat orang Flores menjadi sedikit bersifat etnosentris. Kesaksian menarik juga ditulis Kapten Tasuku Sato dan P Mark Tennien dalam buku I REMEMBER FLORES, penerbit Farrar, Straus and Cudahy, New York, 1957. Kapten Tasuku Sato yang lahir di Taipei pada Oktober 1899, pernah menjabat Komandan Angkatan Laut Jepang di Flores pada 1943. Tasuku Sato menulis: ...

Penduduk pribumi Flores memiliki bakat musikal luar biasa. Mereka dapat mempelajari lagu baru dan langsung melagukannya dalam sekli dengar. Orang-orang Flores mempunyai bakat alam dalam bidang musik. Mereka dapat mempelajari lagu dengan cepat dan baik sekali. Mereka juga menirukan lagu-lagu Jepang dengan cepat. Orang-orang Flores juga mudah menangkap lagu-lagu yang mereka dengar dari radio, lalu menirukannya. Mereka mempunyai orkes asli yang terdiri atas bermacam-macam drum. Lagunya hidup dan sedap didengar. Di bawah pengawasan komisi kebudayaan, anak-anak diajarkan melagukan dan memainkan nyanyian-nyanyian Jepang.... Masih ada satu hal yang penting menjadi catatan. Jika orang Flores, menurut Max Weber, mempunyai bakat musikal yang sangat tinggi. B. SISTEM KEMASYARAKATAN Dalam masyarakat sub-sub suku bangsa di flores yang kuno ada suatu sistem strafikasi sosial kuno, yang terdiri dari tiga lapisan. Dasar dari pelapisan itu ialah keturunan dari klen-klen yang dianggap mempunyai sifat keaslian atau asas senioritet. Biasanya ada tiga lapisan sosial. Pada orang manggarai misalnya ada lapisan orang kraeng, lapisan orang ata ehe dan lapisan orang budak. Pada orang Ngada misalnya ada lapisan orang gae meze, lapisan orang gae kisa dan juga lapisan orang budak (azi ana). Lapisan kraeng dan gae meze, adalah lapisan orang bangsawan yang secara khusus terbagi lagi dalam beberapa sub lapisan, tergantung kepada sifat keaslian dari klen-klen tertentu, yang dianggap secara historis atau menurut dongeng-dongeng mitodologi, telah menduduki suatu daerah tertentu lebih dahulu dari klen-klen yang lain. Demikian warga

dari klen-klen yang berkuasa dalam dalu-dalu atau glaring-glarang, pada orang Manggarai, termasuk lapisan kraeng. Lapisan ata leke dan gae kisa adalah lapisan orang biasa, bukan keturunan orang-orang senior. Orang ata leke biasanya bekerja sebagai petani, tukang-tukang atau pedagang, walau banyak dari orang bangsawan ada juga yang dalam kehidupan seharihari juga hanya menjadi saja 1. orang-orang yang ditangkap dalam peperanagn, baik dari sub suku bangsa sendiri, maupun dari suku bangsa lain atau pulau lain 2. kecuali itu orang-orang yang mempunyai hutang dan tidak mampu membayar lagi hutang mereka 3. dan akhirnya orang-orang yang dijatuhi hukuman untuk menjadi budak, karena pelanggaran adat. Sistem kemasyarakatan masing-masing etnis di Flores pada dasarnya hampir sama, hanya beberapa hal saja dan istilahnya saja yang berbeda. C. POLA PERKAMPUNGAN Pola perkampungan dari desa-desa kuno biasanya merupakan suatu lingkaran dengan tiga bagian, yaitu depan, tengah, belakang. Desa-desa di Flores ( Beo di Manggarai) , dulu biasanya dibangun di atas bukit-bukit untuk keperluan pertahanan dikelilingi dengan sebuah pagar dari bambu yang tingginya dua sampai tiga meter, sedangkan pagar itu seringkali dikelilingi secara padat dengan tubuh-tumbuhan belukar yang berduri.Akan tetapi pada masa sekarang sudah banyak desa-desa yang dibangun di

daerah tanah datar di kaki bukit, sifatnya lebih terbuka , pagar sering tidak ada lagi , selain itu susunan kuno tersebut juga sudah sering tidak diperhatikan lagi D. RELIGI Keyakinan (religi) terhadap 'Yang Maha Tinggi' merupakan unsur maha penting dalam berbagai kehidupan sehari-hari. Mulai dari bercocok tanam (berladang) hingga perkawinan. Kristianitas, khususnya Katolik, sudah dikenal penduduk Pulau Flores sejak abad ke-16. Tahun 1556 Portugis tiba pertama kali di Solor. Tahun 1561 Uskup Malaka mengirim empat misionaris Dominikan untuk mendirikan misi permanen di sana. Tahun 1566 Pastor Antonio da Cruz membangun sebuah benteng di Solor dan sebuah Seminari di dekat kota Larantuka. Tahun 1577 saja sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di Flores (Pinto, 2000: 33-37). Kemudian tahun 1641 terjadi migrasi besar-besaran penduduk Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis ditaklukkan Belanda di Malaka. Sejak itulah kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal kristianitas, dimulai dari Pulau Solor dan Larantuka di Flores Timur kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores dan Timor. Dengan demikian, berbeda dari penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk agama Katolik. Meskipun kristianitas sudah dikenal sejak permulaan abad ke-16, kehidupan keagamaan di Pulau Flores memiliki pelbagai kekhasan. Bagaimanapun, hidup beragama di Flores sebagaimana juga di berbagai daerah lainnya di Nusantara (lihat Muskens, 1978)-- sangat diwarnai oleh unsur-unsur kultural yaitu pola tradisi asli warisan nenek-moyang.

Untuk dapat mengenal secara singkat gambaran agama-agama di Flores, Tabel 1 mendeskripsikan 'wujud tertinggi' orang Flores. Tabel itu menunjukkan bahwa orang Flores memiliki kepercayaan tradisional pada Dewa Matahari-Bulan-Bumi.

Kepercayaan yang bersifat astral dan kosmologis ini berasal dari pengalaman hidup mereka yang agraris, yang hidup dari kebaikan langit (hujan) dan bumi (tanaman) (Fernandez, 1990). Lahan pertanian yang cenderung tandus membuat orang Flores sungguh-sungguh berharap pada penyelenggaraan Dewa LanTabel 1 Wujud Tertinggi Orang Flores Agama islam di Flores termasuk minoritas dalam hal jumlahnya dan terbagi atas : 1. Komunitas Islam asli Flores. Latar belakang mereka yaitu sama-sama penduduk bumiputra yang mula-mula menganut agama asli atau meminjam istilah Bung Karno orang kafir. Dalam buku sejarah, agama asli biasa disebut animisme-dinamisme. Ketika datang agama baru, baik Katolik atau Islam, penduduk mulai konversi alias pindah agama. Agama asli identik dengan kekolotan atau primitivisme karena terkait erat dengan dukun-dukun serta kepercayaan alam gaib yang sulit diterima di alam moderen. Karena sama-sama asli Lembata, Adonara, Solor, Flores Timur daratan, jemaat Islam ini benar-benar menyatu dengan umat Katolik atau penganut agama asli. Samasama diikat oleh adat, budaya, serta keturunan yang sama. Kalau diusut-usut, golongan ini punya hubungan darah yang sangat erat.

2. Komunitas Islam pesisir. Mereka ini campuran antara pendatang dan penduduk asli yang sudah bercampur-baur secara turun-temurun. Disebut pesisir karena tinggalnya di pesisir, bekerja sebagai nelayan ulung. Selain itu, mereka pedagang papalele hingga pedagang besar. Mereka menganut Islam berkat dakwah para pedagang atau pelaut Sulawesi, Sumatera, Jawa, Sumbawa. Ada juga nelayan Sulawesi yang akhirnya menetap di Flores karena kerap bertualang di laut. Ada tanah kosong di pinggir laut, lantas mereka mendirikan rumah di tempat tersebut. Akhirnya, muncul banyak kampung-kampung khusus Islam di beberapa pesisir Flores Timur. Berbeda dengan Islam jenis pertama (asli Flores), golongan kedua ini benarbenar pelaut sejati. Di beberapa tempat, rumah mereka bahkan dibuat di atas laut. Karena tak punya tanah, namanya juga pendatang, mereka tidak bisa bertani. Kerjanya hanya mengandalkan hasil laut, tangkap ikan, serta berdagang. 3. Komunitas Islam pendatang baru. Berbeda dengan komunitas pertama dan kedua, komunitas ketiga ini pendatang baru dalam arti sebenarnya. Mereka datang, bekerja, dan menetap di Flores Timur, menyusul gerakan transmigrasi pada era 1970, 1980 dan seterusnya sampai sekarang. Ada juga yang pegawai negeri sipil, pegawai swasta, profesional yang bekerja di Flores. Mereka tidak memiliki kampung seperti muslim asli dan muslim pesisir. Kampungnya di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan seterusnya. Komunitas ketiga ini juga tak bisa berbahasa daerah seperti orang Lamahala atau Lamakera. Bahasanya antara lain:

bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa Padang, dan seterusnya. Komunikasi dengan penduduk lokal, tentu saja, dengan bahasa Indonesia. Walaupun agama sudah masuk ke wilayah ini sejak abad 16 dan 17 dan terus berkembang sampai sekarang namun faktor kepercayaan asli masih belum hilang di kalangan penduduk, terutama yang tinggal di pedalaman. Kepercayaan di daerah ini erat hubungannya dengan kultus pertanian dan arwah nenek moyang. Dengan hubungannya kepercayaan baru dan agama baru di samping kepercayaaan tradisional, sering timbul dulisme, disatu pihak berdasarkan agama yang dianut, di lain pihak didasari kepercayaan tradisional di dalam upacara-upacara yang dilaksanakan. 1. Upacara Kelahiran 2. Upacara Menjelang dewasa 3. Upacara Perkawinan 4. Upacara Kematian 5. Upacara Pembangunan Rumah 6. Upacara Penutupan Bulan Maria 7. Upacara Adat di Sampar 8. Iyegerek 9. Takung 10. Upacara Giit Mendong 11. Tradisi Megalitik di Flores 12. Nyale 13.Pasola

14. Etu 15. Toalako E. PRODUK BUDAYA 1. Rumah Adat Rumah tradisional Flores telah lama menjadi perhatian para peneliti dari luar Indonesia. Menurut para ahli itu rumah tradisional dikategorikan dalam boat communities karena adanya kemiripan dengan bentuk tertentu dari bagian perahu, seperti beberapa rumah tradisional Flores di Lio Moni,Ende dan Manggarai. Rumah tradisional berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari alang-alang merupakan pusat kegiatan masyarakat tradisional. Mulai dari tidur sampai memasak dilakukan di dalam rumah. Hal tersebut disimbolkan dalam bentuk tiang rumah yang disebut dengan ni ainaf atau tiang feminin. Tiang lainnya disebut hau monef atau tiang maskulin. Rumah tradisional ini dilengkapi dengan tempat persembahan yang disebut dengan hau monef. Rumah tradisional ini memiliki nama yang berbeda-beda. Di Alor disebut tofa dan di Ende disebut dengan saoria. Biasanya hanya keluarga inti yang menempati rumah tradisonal ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa rumah tradisional yang terdapat di Lio Moni, daerah dataran tinggi yang jauh letaknya dari laut, serta tidak mempunyai sejarah maupun legenda yang menunjukkan hubungan dengan laut atau perahu, hanya mempunyai kemiripan dengan perahu dalam hal bentuk saja. Hal tersebut terjadi bukan karena adanya hubungan dengan budaya laut. Sedangkan pada rumah

tradisional di daerah pesisir, ditemukan adanya legenda tentang nenek moyang mereka yang memang dahulu adalah pelaut. 2. Pakaian Adat Pakaian tradisionil di daerah flores mengenal 2 (dua) jenis pakaian yaitu pakaian yang dikenakan kaum laki dan wanita. Pada masyarakat Lama Holot pakaian wanita disebut Kwatek dan pria disebut Howing dgn mahkota berbagai bentuk..

3. Tarian a) Tari Hopong

b. tarian leke

c) tari poto wolo

d) likurai e) tari wasa wojorana f) Tari Togadu g) tarian hedung bahu lelu h) tari sogoalu i) tari jal

j) tari perang k) garong lameng l) cerana m) marian topeng bobu n)higimitan o) kataga p) laba sese q) di daerah ende 8. Lagu Daerah Seni musik atau seni bunyi yaitu yang dihasilkan oleh suara manusia / seni suara dan suara alat-alat instrumen. Seni suara/vokal, mengungkapkan rasa lewat suara manusia dalam bentuk kata-kata syair/lagu seperti : Doja, Nde-Pe,Sodha-Oro-Bhea-dll. Berikut ini adalah daftar lagu-lagu daerah yang berasal dari setiap daerah. Lagu-lagu daerah sering dinyanyikan pada acara-acara tertentu. Makna yang terkandung dalam setiap nyanyian sangat beragam. 1) Daerah Dawan ES KAUBELE 2) Daerah Ende/Lio KAU MAKO 3) Manggarai JITA MBEWU 4) Daerah Sabu

ELE MOTO 5) Daerah Ngada KAUKO SOLO 6) Daerah Flores Timur FAIK LALI 7) Lagu Hymne NTT FLOBAMORA 4. Alat Musik Musik instrumen yaitu membunyikan alat-alat musik sebagai ritme / melodi dengan cara meniup, memukul, memetik, menyentak, dll. Berikut ini adalah alat-alat musik dan bunyi-bunyian yang berasal dari daerah Flores, alat-alat musik ini memiliki ciri khas khusus dan bunyi yang sangat menarik. Alat Musik Tiup FOY DOA FOY PAY KNOBE OH NUREN SUNDING TONGKENG PRERE SULING Alat Musik Petik GAMBUS

HEO LEKO BOKO SOWITO REBA MENDUT KETADU MARA Alat Musik Bunyi-bunyian KERONTANG TATABUANG THEBO GONG Musik Tanah Musik batu 5. Makanan Khas Kare Rajungan Rajungan yang bernama latin Portunus Pelagicus, merupakan jenis kepiting yang sangat populer dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. Rajungan merupakan kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Rajungan juga memiliki beberapa keunggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa keunggulan, pemanfaatan, dan

Ayam Bumbu Rendatapa Ayam Bumbu Rendatapa adalah makanan khas Ende, Flores. Cara membuatnya, ayam dimasukan kedalam tumisan berbagai macam bumbu dapur, kemudian ditambah dengan santan encer. Setelah ayam setengah matang kemudian ditambahkan santan kental. Perpaduan ini lah yang kemudian terkenal dengan sebutan Ayam Bumbu Rendatapa. Ayam Bakar Ende Sementara Ayam Bakar Ende Flores juga masih termasuk masakan khas Ende, Flores. Proses pembuatannya sama dengan Ayam Bumbu Rendatapa tapi kemudian ayam dibakar. Jadi Ayam Bakar Ende Flores adalah Ayam Bumbu Rendatapa yang dibakar. Ikan Bakar Ende Flores Ikan Bakar Ende Flores adalah masakan khas dari Ende Flores yang menggunakan dua macam bumbu dalam pembuatannya. Ikan yang digunakan untuk membuat masakan ini adalah ikan kue. Setelah ikan dibersihkan, ikan direndam dengan bumbu pertamanya yaitu bawang putih, garam, air jeruk nipis, dan mentega. Setelah itu ikan hasil rendaman dibakar dengan menggunakan daun pisang sampai ikan sudah terlihat garing. Setelah itu ikan diangkat dan dibalur dengan bumbu rendatapa, bumbu khas Flores, kemudian dibakar kembali. Pembakaran dengan dua bumbu ini membuat rasa Ikan menjadi sangat nikmat dan menggoda selera. Menu ini disajikan dengan selada, labu, acar, dan ketimun yang membuat ikan terasa luar biasa.

Ikan Kuah Belimbing Ikan Kuah Belimbing adalah masakan khas Ende Flores dengan bahan dasar Ikan Kakap Merah dan belimbing sayur. Pada proses pembuatannya ikan direndam dahulu dengan menggunakan garam, jeruk nipis, dan bawang putih sehingga mematikan bau amis dan anyirnya. Setelah itu ikan direbus bersama dengan air yang telah ditaruh dengan berbagai macam bumbu dapur dan belimbing sayur. Rasa yang dihasilkan dari Ikan Kakap dan belimbing ini adalah sedikit asam dan pedas, yang pastinya enak dan segar. Roti Kompiang Salah satu makanan khas Flores adalah roti kompiang, yaitu roti padat yang diberi wijen. Sayur Daun Paku Sayur daun paku ini rasanya segar dan agak pahit. Makanan Khas Ngada Minuman Sopi yang beralkohol. Kopi Orang Manggarai sangat suka minum kopi. Setiap kali bertamu, Anda akan disuguhi kopi buatan sendiri yang rasanya sangat mantap. Bahkan, untuk orang Manggarai ada acara minum kopi sebelum tidur. 6 Tempat Wisata Wisata Rohani Kota Reinha

Larantuka, sebuah kota yang juga dikenal dengan nama Kota Reinha atau Tana Nagi merupakan salah satu kota pusat pengembangan agama Katolik di wilayah timur Nusantara, tepatnya di wilayah Kabupaten Flores Timur-NTT. Selama empat abad lebih telah mewarisi tradisi keagamaan melalui peranan kaum awam (non klerus) pada masa silam. Pengembangan agama tersebut tidak lepas dari peranan para Raja Larantuka, para misionaris, peranan perkumpulan persaudaraan rasul awam (confreria), dan peranan semua Suku Semana serta perananan para Kakang (Kakang Lewo Pulo) dan para Pou (Suku Lema). Danau Kalimutu Taman wisata Kelimutu di Ende. Danau tiga-warna, Kelimutu berada di pulau Flores. Warna ketiga danau itu selalu berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. Konon itu akibat dari perubahan aktifitas vulkanis yang berpengaruh terhadap warna tumbuhan air semacam ganggang yang hidup disana. Saat ini, danau yang dilukiskan berwarna merah, terlihat berwarna kehitaman. Yang digambarkan berwarna hijau, kini lebih condong ke biru muda, sementara yang digambarkan berwarna biru, masih tetap biru, tapi lebih pekat. Air Terjun Kedebodu/Ae Poro. Terletak di Desa Kedebodu,Kec.Ende Selatan.Setelah anda tiba di km 8 (ada sebuah kolam renang) Anda melanjutkan ke arah utara 5 km dan tiba di air terjun Kedebodu/Ae Poro.Air terjun dengan ketinggian 35 meter ini merupakan suatu fenomena yang menakjubkan. Belut Sakti Wolotolo

Terletak di Kampung Ae Kewu, Desa Wolotolo,Kecamatan Detusoko. Berjarak 20 km dari kota Ende dan dilanjutkan 1 km dengan berjalan kaki dari jalan trans EndeMaumere. Untuk melihat belut sakti, terlebih dahulu anda menghubungi Bapak Stefanus Lau selaku pawang dari belut sakti tersebut dan anda diahruskan menyiapkan seekor ayam untuk memberi makan kepada belut sakti ini. Dalam upacara adat, ayam yang digunakan adalah ayam jantan warna merah. Kebun Contoh Detu Bapa Terletak di Kampung Ae Kewu, Desa Wolotolo,Kecamatan Detusoko. Berjarak 20 km dari kota Ende dan dilanjutkan 1 km dengan berjalan kaki dari jalan trans Ende-Maumere. Untuk melihat belut sakti, terlebih dahulu anda menghubungi Bapak Stefanus Lau selaku pawang dari belut sakti tersebut dan anda diahruskan menyiapkan seekor ayam untuk memberi makan kepada belut sakti ini. Dalam upacara adat, ayam yang digunakan adalah ayam jantan warna merah. Air Panas Ae Oka Detusoko Setelah anda tiba di Detusoko (ibu kota Kec.Detusoko, 33 km dari kota Ende), anda berjalan ke arah Utara 1 km dari terminal Detusoko menuju ke Kolam Air Panas Ae Oka yang telah ditata dengan baik dan rapi. Air panas ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kulit. Gua Maria Lourdes Detusoko Terletak sebelah utara sekitar 1 km dari Kolam Air Panas Ae Oka. Suasana yang sejuk dan sepi dapat memberi ketenangan dan keheningan bagi anda yang ingin berziarah dan berdoa di Gua Maria Lourdes ini.

Kampung Adat Wologai Kampung Adat Wologai terletak di Kecamatan Detusoko 40 km arah timut Kota Ende. Memililki sejumlah bangunan rumah adat berasitektur tradisional yang tertata rapi membentuk lingkaran, dengan sejumlah atraksi budaya yang dapat disaksikan di kampung ini terutama saat upacara adat berlangsung. Mumi Kaki More Wolondopo Terletak di Desa Wolondopo Kec.Detusoko, kira-kira 7 km dari Ekoleta, Desa Wologai. Mumi Kaki More merupakan mumi dari seorang pengusaha kampung atau Mosalaki . Atas permintaan Kaki More, jenasahnya tidak dikuburkan tetapi diletakkan di atas pohon beringin. Mumi ini merupakan salah satu aset wisata sejarah di Kabupaten Ende. Air Panas Liasembe Terletak di Kampung Liasembe sekitar 2 km dari kampung Moni. Air panas ini digunakan oleh masyarakat umum untuk mandi. Suasana yang sejuk dan airnya hangat dapat menyegarkan anda dari kepenatan. Sawah Bertingkat Waturaka Terletak di Desa Waturaka sekitar 6 km dari Kampung Moni. Kondisi sawah yang bertingkat ini merupakan suatu pemandangan yang sangat indah. Suasana alam yang sejuk menemani anda untuk menikmatinya. Perikonde Menurut kepercayaan masyarakat setempat , tempat ini adalah Pintu Gerbang bagi arwah untuk menuju ke Danau Kelimutu sebagai tempat bersemayamnya arwah.

Penjaganya bernama Konde Ratu.Lokasinya kira-kira 13 km dari kampung Moni.Pengunjung diperkenankan untuk memberikan kepingan uang logam, sirih pinang maupun rokok sebagai persembahan kepada Konde Ratu. Rumah Adat dan Tenun Ikat Pemo Setelah anda melihat Danau Kelimutu, anda dapat mengunjungi Desa Pemo untuk melihat keunikan Rumah Adat dan proses pembAir Terjun Murundao Terletak sekitar 400 meter dari kampung Moni. Air terjun Murundao dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 10 menit dari kampung Moni. Air terjun dengan ketinggian kira-kira 15 meter, air terjun ini dengan pemandangan alam sekitarnya yang sangat menarik untuk dinikmati oleh pengunjung. Tenun Ikat Mbuli Lo'o Desa Mbuli Lo'o terletak sekitar 56 km arah selatan dari Kota Ende. Di lokasi ini, pengunjung dapat melihat proses pembuatan tenun ikat dan membeli berbagai macam tenun ikat dengan motif yang menarik. Rumah Adat, Tenun Ikat Jopu dan Air Terjun Murukola Desa Jopu terletak sekitar 60 km sebelah selatan Kota Ende. Desa yang sejuk ini memiliki rumah adat yang dapat anda kunjungi. Andapun dapat menyaksikan pembuatan tenun ikat dan dapat membelinya sebagai souvenir. Dan juga di Desa Jopu terdapat air terjun Murukola yang dapat anda kunjungi. Rumah Adat dan Tenun Ikat Nggela Desa Nggela terletak sekitar 70 km arah selatan dari Kota Ende.Dalam kompleks rumah adat tersebut terdapat 17 buah rumah adat yang ditinggali oleh 17

Mosalaki.Perayaan Adat seperti loka lolo, loka pare dan joka ju dilaksanakan pada bulan Mei-Juni. Terdapat gading sebanyak 2 buah masing-masing sepanjang 1 meter dan 2 meter yang merupakan peninggalan dari jaman Portugis.Sekitar 3 km dari Nggela ke Kota Ende terdapat Ae Wau (air belerang), tempat pemandian yang dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit. uatan tenun ikat. Letaknya kira-kira 12 km dari Danau Kelimutu. Dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan roda 2 dan 4. 7. RUMAH ADAT Rumah Adat Mbaru Niang, Flores

Desa Wae Rebo Rumah Adat Mbaru Niang merupakan rumah tradisional salah satu suku Manggarai yang mempunyai bentuk seperti topi kerucut yang hanya dapat kita temui di desa Wae Rebo, pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Rumah ini sangat langka patut kita jaga, tinggal 9 unit saja. Desa Wae Rebo terletak ditas lembah dan di kelilingi pegunungan dengan hutan yang sangat lebat dan cukup

sangat terpencil jauh dari desa-desa lainnya, desa tersebut terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan air laut, tentu hawanya cukup dingin.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Budaya Flores yang beraneka ragam menuntut semua pihak untuk ikut serta dalam usaha pengembangan dan pelestarian budaya Flores. Dalam hal ini, masyarakat Flores sendirilah yang diharapkan memberikan sumbangan yang paling besar terhadap upaya pengembangan dan pelestarian budayanya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa masyarakat Flores yang seharusnya paling tahu dan paham terhadap budayanya. Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini mengenai budaya Flores. Semoga dapat bermenfaat bagi semua pihak yang membacanya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan dalam rangka perbaikan.

Daftar pustaka

*http://maxroph.blogspot.com/2008/08/kebudayaan-flores.html *https://www.google.co.id/search?q=gambar+suku+flores&hl=id&client=firefox-

a&hs=wmP&rls=org.mozilla:enUS:official&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=rwZUP7tK8HPrQfdmYHoDw&ved=0CCIQsAQ&biw=1366&bih=604https://www.googl e.co.id/search?q=gambar+tarian+togadu+kabupaten+ngada&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

You might also like