You are on page 1of 25

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN JERAWAT (ACNE VULGARIS)

I.

TINJAUAN KASUS - TRIGER CASE Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin diantar oleh ibunya dengan keluhan jerawat di wajah, punggung dan leher. Pertama kali muncul berupa bentol-bentol di dahi, kemudian punggung, leher, dada, dan terakhir ke pipi. Keluar cairan bening dari luka tersebut. Tidak merasa gatal ataupun rasa sakit. Pasien sudah minum obat bersih darah 3x, hasilnya membaik, namun keluhan kambuh lagi apabila berhenti minum obat. Pasien sudah mengalami menstruasi sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku jerawat tersebut bertambah banyak saat akan menstruasi. Keadaan umum: Baik, Kesadaran composmentis, Vital sign : tekanan darah 110/70 mmHg, suhu: afebris,. Status dermatologi: Tampak pada daerah wajah, leher, dada, punggung terdapat komedo, hitam, bulat, multiple,tersebar. Tampak papul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, lunak, multipel, tersebar. Tampak pustul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, batas tegas, lunak, multiple, tersebar. Tampak makula hiperpigmentasi, bulat, batas tegas, multipel, tersebar. Tampak papul eritem berukuran milier, multipel, berkelompok dengan batas tidak tegas, tepi tidak teratur pada lipat lengan, siku, ketiak, perut dan leher. Pada beberapa tempat tampak erosi tertutup krusta kehitaman. Pada pasien ini didapatkan data: Subyektif: Keluhan jerawat di wajah, punggung dan leher. Pertama kali muncul berupa bentol-bentol di dahi, kemudian punggung, leher, dada, dan terakhir ke pipi. Keluar cairan bening dari luka tersebut. Tidak merasa gatal ataupun rasa sakit. Pasien sudah minum obat bersih darah 3x, hasilnya membaik, namun keluhan kambuh lagi apabila berhenti minum obat. Pasien sudah mengalami menstruasi sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku jerawat tersebut bertambah banyak saat akan menstruasi.

Obyektif: Keadaan umum: Baik, Kesadaran composmentis, Vital sign : tekanan darah 110/70 mmHg, suhu: afebris,. Status dermatologi : Tampak pada daerah wajah, leher, dada, punggung terdapat komedo, hitam, bulat, multiple,tersebar. Tampak papul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, lunak, multipel, tersebar. Tampak pustul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, batas tegas, lunak, multiple, tersebar. Tampak makula hiperpigmentasi, bulat, batas tegas, multipel, tersebar. Tampak papul eritem berukuran milier, multipel, berkelompok dengan batas tidak tegas, tepi tidak teratur pada lipat lengan, siku, ketiak, perut dan leher. Pada beberapa tempat tampak erosi tertutup krusta kehitaman. Dari data yang ada, pada pasien ini perlu dikaji lebih lanjut tentang umur pasien, mengenai kebiasaan makan, adakah riwayat penggunaan kosmetika maupun bedak dengan bahan dasar minyak, adakah dalam keluarganya yang menderita jerawat serupa, bagaimana tentang pemahaman pasien terhadap jerawat yang diderita, meliputi kemungkinan faktor penyebab, cara perawatan dan pengobatan yang perlu dilakukan, apakah pasien mempunyai kebiasaan memencet jerawatnya, dan bagaimana penerimaan pasien terhadap kondisinya saat ini. Perlu dikaji juga pola koping pasien terhadap stress, apakah kondisi ini mempengaruhi citra diri pasien, dan bagaimana penerimaan pasien terhadap kondisinya saat ini. Untuk memastikan penyebab jerawat pada pasien ini, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium berupa kultur lesi kulit untuk menentukan jenis kuman gram-negative folliculitis ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai. Mengingat pada pasien ini jerawat bertambah banyak saat menstruasi, evaluasi hormonal perlu juga dipertimbangkan. Dari data yang ada, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tersebut adalah:

NO 1

DATA Data Subyektif: Keluhan jerawat di wajah, punggung dan leher. Pertama kali muncul berupa bentol-bentol di dahi, kemudian punggung, leher, dada, dan terakhir ke pipi. Keluar cairan bening dari luka tersebut. Tidak merasa gatal ataupun rasa sakit. Pasien sudah minum obat bersih darah 3x, hasilnya membaik, namun keluhan kambuh lagi apabila berhenti minum obat. Pasien sudah mengalami menstruasi sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku jerawat tersebut bertambah banyak saat akan menstruasi. Data Obyektif: Keadaan umum: Baik, Kesadaran composmentis, Vital sign : tekanan darah 110/70 mmHg, suhu: afebris,. Status dermatologi : Tampak pada daerah wajah, leher, dada, punggung terdapat komedo, hitam, bulat, multiple,tersebar. Tampak papul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, lunak, multipel, tersebar. Tampak pustul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, batas tegas, lunak, multiple, tersebar. Tampak makula hiperpigmentasi, bulat, batas tegas, multipel, tersebar. Tampak papul eritem berukuran milier, multipel, berkelompok dengan batas tidak tegas, tepi tidak teratur pada lipat lengan, siku, ketiak, perut dan leher. Pada beberapa tempat tampak erosi tertutup krusta kehitaman. Data Subyektif: Data Obyektif: Tampak papul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, lunak, multipel, tersebar. Tampak

MASALAH Kerusakan integritas kulit, adanya papula, pustula, nodus dan kista.

ETIOLOGI Destruksi jaringan kulit.

2.

Risiko terjadi perluasan infeksi

Penurunan fungsi barier epidermal dan kurangnya pengetahuan tentang

pustul eritem, bulat, ukuran diameter 1-2mm, batas tegas, lunak, multiple, tersebar. Tampak makula hiperpigmentasi, bulat, batas tegas, multipel, tersebar. Tampak papul eritem berukuran milier, multipel, berkelompok dengan batas tidak tegas, tepi tidak teratur pada lipat lengan, siku, ketiak, perut dan leher. Pada beberapa tempat tampak erosi tertutup krusta kehitaman.

pengendalian infeksi.

Diagnosa keperawatan yang muncul: 1. Kerusakan integritas kulit; adanya papula, pustula, nodus dan kista berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit. 2. Risiko terjadi perluasan infeksi b.d penurunan fungsi barier epidermal dan kurangnya pengetahuan tentang pengendalian infeksi. Intervensi untuk pasien ini adalah sebagai berikut:
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1.

Kerusakan integritas kulit; adanya papula, pustula, nodus dan kista berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit.

Setelah 2 x kunjungan, 1. Kurangi atau jaringan kulit pasien hilangkan faktor menunjukkan proses yang menunjang penyembuhan, ditandai perluasan dengan indikator berikut: kerusakan ; 1. Papula, pustula, nodus a. Jangan lakukan dan kista mengalami masase pada proses resolusi (1=tidak setiap area ada, 2=sedikit, kemerahan. 3=sedang, 4=banyak, b. Hindarkan 5=lengkap) memecahkan Tanda peradangan kulit nodul. (1=tidak ada, 2=ringan, 2.Anjurkan dan ajari 3=sedang, 4=berat) pasien untuk dapat merawat kulit dengan bersih dan benar.

Masase pada area yang merah dan memecahkan nodul akan menambah kerusakan jaringan kulit. Perawatan yang bersih dan benar akan mempercepat proses penyembuhan.

3. Motivasi pasien untuk tetap diet seimbang dengan memperbanyak buah dan sayur guna memperlancar proses penyembuhan. 4. Kolaborasi untuk pemberian obat topikal maupun sistemik, jika diperlukan.
2.

Diet seimbang yang diimbangi dengan asupan buah dan sayur akan menjamin kecukupan asupan vit A, C, dan E yang sangat diperlukan untuk kesehatan kulit. Untuk mempercepat proses penyembuhan.

Risiko terjadi perluasan infeksi b.d penurunan fungsi barier epidermal dan kurangnya pengetahuan tentang pengendalian infeksi.

Setelah 1x kunjungan, faktor risiko infeksi menghilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan fungsi barier epidermal, pasien menunjukkan pemahaman tentang pengetahuan yang penting terkait dengan pengendalian infeksi dan pasien secara konsisten menunjukkan perilaku deteksi risiko dan pengendalian risiko.

1. Ajarkan pasien agar dapat mengidentifikasika n perubahan yang terjadi pada kulit sedini mungkin. 2. Demonstrasikan perawatan kulit dan tekankan pentingnya tehnik aseptik. 3. Tekankan pentingnya diet nutrisi yang seimbang untuk meningkatkan pemulihan. 4. Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan infeksi lain. 5. Kolaborasi untuk
pemberian antibiotika jika perlu.

Membantu pasien untuk dapat mengenali secara dini infeksi yang mungkin akan terjadi. Meningkatkan pemahaman pasien tentang cara perawatan kulit dan pencegahan infeksi. Nutrisi yang adekuat akan sangat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses pemulihan. Meningkatkan pemahaman pasien tentang pencegahan infeksi lebih lanjut. Mengobati dan mencegah infeksi lebih lanjut.

II.

KONSEP DASAR A. Pengertian Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula, pustula, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Arif Mansjoer, dkk. 2000). Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea ( folikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup (white head), komedo terbuka (black head), papula, pustula, nodus, dan kista ( Brunner & Suddarth, 2001). Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronik pada folikel pilosebasea yang sering mengenai remaja dan dewasa. Ditandai terdapatnya komedo, papul, pustul nodul dan juga sampai skar. Komedo merupakan tanda awal dari lesi pada akne. Papul dan pustul terjadi akibat inflamasi sehingga memberikan gambaran eritem dan edema yang kemudian dapat membesar membentuk nodul. Akne vulgaris biasanya mengenai daerah wajah, dada, bahu, lengan dan punggung. (Zaenglein et.al., 2008, Baz et.al., 2008)

\ Gambar 1. Macam-macam Penampakan Akne Vulgaris Diambil dari http://bangaloreskin.com/downloads/patienthelpline/Acne%20Vulgaris%20Pi mples.doc

Gambar 2. Macam-macam Penampakan Akne Vulgaris Diambil dari http://bangaloreskin.com/downloads/patienthelpline/Acne%20Vulgaris%20Pi mples.doc

Gambar 3. Komedo Diambil dari http://infodari.com/apa-itu-komedo-bagaimana-komedoterbentuk/#ixzzlwMyT6n6z Berdasarkan tingkat keparahan, macam dan jenis lesi, akne vulgaris dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Klasifikasi Akne Vulgaris berdasarkan tingkat keparahan menurut Combined Acne Severity Classification adalah sebagai berikut (Lehmann et.al., 2002) :

1. Akne vulgaris ringan bila jumlah komedo < 20, atau lesi inflamasi < 15 atau lesi total berjumlah < 30 buah. 2. Akne vulgaris sedang bila jumlah komedo 20 100, atau lesi inflamasi 15 50 atau lesi total berjumlah 30 125 buah. 3. Akne vulgaris berat, bila: jumlah komedo > 100, atau lesi inflamasi > 50, atau jumlah lesi total > 125 buah, atau kista berjumlah > 5. Macam macam akne berdasarkan kondisinya dapat dibedakan menjadi: 1. Akne Ekskoriata, terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali. 2. Akne Konglobata, merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan kista profunda, komedo multipel dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat di rumah sakit. 3. Akne Koloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat tempat terdapat lesi akne. Sedangkan berikut: 1. Akne Non-peradangan/Komedonal: berupa lesi komedo menurut tipe lesinya, akne dapat diklasifikasikan sebagai

(hitam/putih) yang merupakan lesi akne paling awal, tidak ada tanda-tanda peradangan. Komedo tertutup (closed comedones) merupakan prekursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions). 2. Akne Peradangan Ringan (mild inflammatory acne): bercirikan adanya komedo dan papula peradangan. 3. Akne Peradangan Sedang (moderate inflammatory acne): bercirikan adanya komedo, papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang lebih ringan.

4. Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang berdiameter lebih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring). B. Etiologi Meskipun penyebab utama dari Akne Vulgaris belum diketahui, berbagai faktor diduga terlibat dalam patogenesis penyakit ini. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya akne vulgaris adalah : 1. Faktor dari dalam: a. Hormonal Kadar hormon androgen pada kulit pasien akne ternyata lebih tinggi daripada kadar orang normal. Hormon androgen ini diduga mempunyai peranan pada proses keratinitis sel

epidermis serta komposisi sebum-sebum permeabilitas saluran pilosebasea. Kelainan endokrin (dengan kadar androgen yang berlebihan), misalnya: congenital adrenal hyperplasia, polycystic ovary syndrome, produksi berlebihan dari kelenjar dapat memicu sebasea yang

mempengaruhi perkembangan akne vulgaris. Androgen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebum sedangkan estrogen mengurangi produksi sebum. b. Stress emosional. c. Faktor genetik herediter dan faktor ras, dimana orang kulit berwarna lebih jarang terkena daripada orang kulit putih. 2. Faktor dari luar: a. Faktor iklim/musim, dimana pada daerah beriklim tropis kejadian akne lebih banyak, karena sinar UV, temperatur dan kelembaban udara mempengaruhi aktivitas kelenjar sebasea. b. Faktor makanan, namun masih diperdebatkan.

10

c. Infeksi bakteri Propionebacterium acnes, Corybacterium acnes, Staphylococcus albus, Pytyrosporum lipase ovale, yang

mempengaruhi

peningkatan

terbentuknya

berperan dalam pembentukan komedo. Keaktifan kelenjar sebasea sendiri menentukan timbulnya akne, kebanyakan pada orang dengan kulit berminyak. d. Beberapa kosmetik, pelembab wajah serta minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne. e. Obat-obatan pemicu timbulnya akne antara lain: steroid, lithium, beberapa antiepilepsi, dan iodides. Kortikosteroid oral jangka panjang yang dipakai untuk mengobati penyakit lain (seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal), dapat menimbulkan vistula di permukaan kulit wajah, dada dan punggung. memperburuk akne. f. faktor faktor mekanik seperti mengusap, menggesek, menekan dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea, dapat memperburuk akne yang sudah ada. C. Patofisiologi. Akne dipengaruhi oleh banyak faktor dan kadang-kadang masih kontroversial. Asam lemak bebas terbentuk dari trigliserida dalam sebum sehingga kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi radang disekitarnya (komedogenik). Pembentukan pustula, nodus, dan kista terjadi sesudahnya. Kontrasepsi hormonal juga dapat

Gambar 3. Patofisiologi Akne Vulgaris Diambil dari http://indobeta.com/wp-content/uploads/2012/04/acnevulgaris.jpg.

11

D. Pathway Faktor intern: hormonal, stress emosional, genetik, ras Faktor ekstern: iklim, musim, makanan, infeksi bakteri, kosmetik, minyak rambut, obatobatan, kontrasepsi hormonal, faktor mekanik

Hipersekresi sebasea Menginduksi kelainan diferensiasi keratinosit intra infundibulum

Peningkatan produksi sebum Defisiensi asam linoleat dalam folikel

Terjadi penurunan fungsi barier epidermal Terjadi pembentukan komedo mikro


Terjadi peningkatan bakteri komensal pada kulit. RISIKO INFEKSI

Komedo terbuka (hitam)

Komedo tertutup (putih)

Koloni bakteri mensekresi beberapa produk proinflamasi (lipase, protease, hyaluronidase & faktor kemotaktik) Mengaktifkan keratinosit & melepaskan sitokin inflamasi Pembentukan lesi inflamasi Erupsi kulit, berupa komedo, papula, pustula, nodul atau kista Reaksi inflamasi

NYERI

KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

Scarring/jaringan parut yang permanen


RISIKO INFEKSI

ANSIETAS

GANGGUAN PERUBAHAN CITRA DIRI

12

E. Tanda dan Gejala. Erupsi pada kulit ditempat predileksi yaitu muka, bahu, punggung bagian atas, leher, dada dan lengan bagian atas. Dapat disertai rasa gatal, yang diduga berhubungan dengan pelepasan mediator histamin dari bakteri (Propionebacterium acnes dll). Erupsi kulit berupa komedo, papula, pustula, nodus atau kista. Isi komedo ialah sebum yang kental dan padat sedang isi kista adalah pus dan darah. Gejala Klinis: 1. Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness). 2. Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris. 3. Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans. 4. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kista dapat disertai rasa gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya berupa pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas. F. Pemeriksaan Fisik Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun. Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata. Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat.

13

G. Pemeriksaan Diagnostik Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis. Namun untuk memastikan penyebabnya, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan diagnostik, yaitu: 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea), evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH). b. Kultur lesi kulit untuk menentukan jenis kuman gramnegative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai. 2. Pemeriksaan Histopatologis Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring perkembangan (progressio) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring). H. Pengobatan
1. Topikal: a. Bahan-bahan iritasi, misalnya: resorsinol 3%, asam salisilat

3-5%, asam vit. A 0,05%. b. Anti bakteri, misal: tetrasiklin 1%, eritromisin 1%.
c. Lain-lain: sulfur 4-20%, kortikosteroid, etil laktat 10%

dalam gliserin 5-10% dan etanol 80%.

14

2. Sistemik: a. Anti bakteri : tetrasiklin, minosiklin, kotrimoksasol,

lingkomisin, klindamisin.
b. Hormon: estrogen, anti androgen, kortikosteroid. c. Retinol dan vitamin A, Isotretinoin. d. Lain-lain: anti inflamasi non steroid (ibuprofen), dapson.

3. Perawatan kebersihan kulit dan diet bagi yang memerlukan. Di samping itu juga penghentian pemakaian semua faktor yang dapat memperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak. I. Prognosis dan Komplikasi Pada pria, akne biasanya menghilang pada usia dewasa muda. Lima persen pria masih memiliki akne pada usia 25 tahun. Pada wanita, 12% masih memiliki akne di usia 25 tahun, sedangkan 5% masih memiliki akne di usia 45 tahun. Rata-rata prognosis orang dengan akne adalah baik. Namun, walaupun akne dapat sembuh sendiri, akibat yang ditimbulkan dapat dialami beberapa tahun dan hasilnya dapat merusak penampilan bahkan dapat menimbulkan lubang dan skar hipertrofi yang permanen, sehingga mengakibatkan problem emosional dan penarikan diri dari lingkungan sosial, bahkan dapat terjadi depresi.(Zaenglein et.al., 2008, Leyden, 1998, Ballanger et.al., 2006) III. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Data Subjektif a. Pasien mengeluh tidak nyaman pada wajah. b. Pasien mengeluh nyeri bila disentuh. c. Pasien mengeluh tentang bagian tubuhnya yang terdapat jerawat. d. Pasien mengatakan takut tentang bekas jerawatnya. e. Pasien mengatakan tidak tahu tentang cara mengatasi jerawatnya.

15

2. Data Objektif a. Terdapat komedo pada wajah, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas. b. Terdapat pus. c. Terdapat darah. d. Pasien tampak cemas. e. Pasien tampak bertanya-tanya tentang wajahnya. f. Pasien tampak sering memegang-megang wajahnya. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d proses peradangan pada kulit. 2. Kerusakan integritas kulit, adanya papula, pustula, nodus dan kista b.d destruksi jaringan kulit. 3. Ansietas b.d kecacatan penampilan kulit dan respon orang lain. 4. Gangguan citra tubuh b.d penampilan kulit dan wajah. 5. Risiko terjadi perluasan infeksi b.d penurunan fungsi barier epidermal.. C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWAT AN

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

1.

Nyeri akut b.d proses peradangan pada kulit.

Setelah dilakukan tindakan a. Managemen Nyeri (mengurangi keperawatan selama ... x 24 jam nyeri pada tingkat yang dapat pasien dapat : diterima oleh pasien), dengan: a. Mengontrol nyeri, ditandai 1) Gunakan teknik komunikasi dengan indikator berikut: terapetik dan bina hubungan 1) Mengenali onset (lamanya saling percaya. nyeri). 2) Mengenali faktor 2) Evaluasi bersama pasien penyebab. tentang ketidakefektifan 3) Mengenali gejala-gejala kontrol nyeri masa lampau. nyeri. 4) Menggunakan metode nonanalgetik untuk 3) Bantu pasien untuk mencari mengurangi nyeri. dan menemukan dukungan. 5) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan. 6) Melaporkan gejala nyeri pada tenaga kesehatan.

Untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. Untuk menentukan teknik konterol nyeri yang lebih efektif. Dukungan sangat dibutuhkan pasien untuk mengatasi masalahnya.

16

7) Melaporkan nyeri sudah 4) Kurangi faktor presipitasi yang terkontrol. dapat memperberat nyeri. b. Menurunkan level nyeri,ditandai dengan 5) Pilih dan lakukan penanganan indikator berikut: nyeri (farmakologi, non 1) Melaporkan adanya nyeri. farmakologi ataupun 2) Lama episode nyeri. interpersonal). 3) Luas tubuh yang terpengaruh. 6) Ajarkan teknik 4) Frekuensi nyeri. nonfarmakologi 5) Ekspresi nyeri pada wajah. b. Administrasi analgesik (penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi nyeri), dengan cara: 1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat. 2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi. 3) Cek riwayat alergi.

Untuk mengurangi nyeri. Menurunkan ambang nyeri

Menurunkan ambang nyeri.

4) Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. 5) Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala/efek samping. 1. Kurangi atau hilangkan faktor yang menunjang perluasan kerusakan ; c. Jangan lakukan masase pada setiap area kemerahan. d. Hindarkan memecahkan nodul. 2.Anjurkan dan ajari pasien untuk dapat merawat kulit dengan bersih dan benar.

2.

Kerusakan integritas kulit, adanya papula, pustula, nodus dan kista berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit.

Setelah dilakukan tindakan perawatan ..x24jam, jaringan kulit pasien menunjukkan proses penyembuhan, ditandai dengan indikator berikut: 2. Papula, pustula, nodus dan kista mengalami proses resolusi (1=tidak ada, 2=sedikit, 3=sedang, 4=banyak, 5=lengkap) 3. Tanda peradangan kulit (1=tidak ada, 2=ringan, 3=sedang, 4=berat)

3. Motivasi pasien untuk tetap diet seimbang dengan memperbanyak buah dan sayur guna memperlancar proses penyembuhan.

Untuk menentukan analgesik yang tepat. Menghindari salah obat. Menghindari terjadinya alergi obat. Untuk keefektifan analgesik. Mencegah efek samping obat. Masase pada area yang merah dan memecahkan nodul akan menambah kerusakan jaringan kulit. Perawatan yang bersih dan benar akan mempercepat proses penyembuhan. Diet seimbang yang diimbangi dengan asupan buah dan sayur

17

4. Kolaborasi untuk pemberian obat topikal maupun sistemik, jika diperlukan. 3. Ansietas b.d kecacatan penampilan kulit dan respon orang lain. Setelah dilakukan tindakan keperawatan .x 24 jam, pasien menunjukkan kontrol ansietas, dibuktikan dengan indikator pendemonstrasian sebagai berikut (dengan ketentuan 1- 5; 1=tidak pernah, 2=jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering, 5=konsisten): 1. Merencanakan strategi koping untuk situasi yang membuat stres. 2. Mempertahankan penampilan peran. 3. Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori. 4. Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. 5. Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada. Pengurangan ansietas: 1. Bina hubungan saling percaya bersama pasien.

akan menjamin kecukupan asupan vit A, C, dan E yang sangat diperlukan untuk kesehatan kulit. Untuk mempercepat proses penyembuhan.

2.

3.

4.

5.

Membuat pasien bersikap terbuka sehingga memudahkan perawat memberikan intervensi keperwatan. Sediakan informasi yang faktual Informasi yang menyangkut diagnosis, adekuat akan perawatan dan prognosis. mengurangi ansietas. Beri dorongan kepada pasien Berguna untuk untuk mengungkapkan pikiran mengeksternali dan perasaannya. sasi ansietas. Bantu pasien fokus pada situasi Hal ini dapat saat ini. membantu pasien mengidentifika si mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas. Berikan umpan balik positif saat Membuat pasien menunjukkan perilaku pasien yang positif. bersemangat melakukan hal yang positif.

18

4.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampilan kulit dan wajah ditandai dengan : Pasien mengeluh adanya jerawat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan .x 24 jam, pasien menunjukkan persepsi yang positif terhadap penampilan kulit dan wajahnya.

1. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan dan persepsi tentang efek penyakitnya. 2. Dorong pasien untuk menanyakan masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.

3. Berikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya .

4. Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional.

Membantu pasien mengenali perasaannya. Memberikan panduan kepada perawat untuk memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Informasi yang akurat sangat dibutuhkan oleh pasien. Pasien membutuhkan dukungan dari seseorang untuk meningkatkan citra dirinya ke arah yang positif. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien. Semua aktifitas ini dapat meningkatkan citra diri pasien ke arah yang positif. Membantu pasien untuk dapat mengenali secara dini infeksi yang mungkin akan

5. Dukung keluarga untuk beradaptasi.

6. Dorong kunjungan dari teman sebaya dan orang terdekat, anjurkan untuk berbagi dengan individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting untuk mereka. 5. Risiko terjadi perluasan infeksi b.d penurunan fungsi barier epidermal dan kurangnya Setelah dilakukan tindakan 6. Ajarkan pasien agar dapat keperawatan .x 24 jam, mengidentifikasikan perubahan faktor risiko infeksi yang terjadi pada kulit sedini menghilang dengan dibuktikan mungkin. oleh keadekuatan fungsi barier epidermal, pasien menunjukkan pemahaman

19

pengetahuan tentang pengendalian infeksi.

tentang pengetahuan yang 7. Demonstrasikan perawatan kulit penting terkait dengan dan tekankan pentingnya tehnik pengendalian infeksi dan aseptik. pasien secara konsisten menunjukkan perilaku deteksi risiko dan pengendalian risiko.

8. Tekankan pentingnya diet nutrisi yang seimbang untuk meningkatkan pemulihan.

9. Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan infeksi lain.

10. Kolaborasi untuk pemberian antibiotika jika perlu.

terjadi. Meningkatkan pemahaman pasien tentang cara perawatan kulit dan pencegahan infeksi. Nutrisi yang adekuat akan sangat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses pemulihan. Meningkatkan pemahaman pasien tentang pencegahan infeksi lebih lanjut. Mengobati dan mencegah infeksi lebih lanjut.

20

KRITIK JURNAL

Acne Antibiotics Increase Risk for Upper Respiratory Tract Infections


Margolis DJ, Bowe WP, Hoffstad O, Berlin JA.

Departments of Dermatology and Biostatistics and Epidemiology, Center for Education and Research in Therapeutics, University of Pennsylvania School of Medicine, 423 Guardian Drive, Philadelphia, PA 19104, USA. dmargoli@cceb.med.upenn.edu Arch Dermatol 2005 Sep; 141:1132-6. ABSTRACT Antibiotic acne therapy alters the oropharyngeal flora, among other changes, increasing colonization with Group A streptococci. Whether this change produces important clinical consequences has been unclear. In this study, the authors measured the frequency of upper respiratory tract infections (URTIs) in more than 100,000 acne patients aged 15 to 35 whose medical records had been entered in a general-practice database in the U.K. They compared the 72% of acne patients treated with oral or topical antibiotics for more than 6 weeks with the 28% of acne patients who did not receive antibiotic therapy. During a year of observation, the antibiotic recipients had more than twice the risk for URTI of acne patients who did not receive antibiotics. The investigators also assessed the frequency of URTI in a control group of young patients without acne but with hypertension, a cohort that receives frequent medical attention. The incidence of URTI in these patients was equivalent to the incidence in the acne patients not treated with antibiotics. In addition, the authors recorded the frequency of urinary tract infections in both groups of acne patients and found no increase in those receiving antibiotics. These two findings suggest that the greater incidence of URTI in acne patients receiving antibiotics was neither an artifact of heightened medical scrutiny nor an increased general susceptibility to infection. Comment: How oral and topical antimicrobial treatment of acne increases the risk for URTI is unclear, but the most plausible explanation is the effect of these agents on the oropharyngeal flora that protect the upper respiratory mucosa against invasion by pathogenic bacteria and viruses, the preponderant causes of URTI. This finding requires independent confirmation, but, along with evidence that antibiotic therapy for acne encourages the emergence of resistant bacteria, it provides motivation for dermatologists to use other forms of treatment for acne, if possible. Jan V. Hirschmann, MD Published in Journal Watch Dermatology October 25, 2005

21

KRITIK JURNAL

1. Judul Acne Antibiotics Increase Risk for Upper Respiratory Tract Infections Dilaporkan oleh Jan V. Hirschmann, MD, dipublikasikan dalam Journal Watch Dermatology, 25 Oktober 2005. Penelitian dilakukan oleh Margolis DJ, Bowe WP, Hoffstad O, Berlin JA, dari Departments of Dermatology and Biostatistics and Epidemiology, Center for Education and Research in Therapeutics, University of Pennsylvania School of Medicine, 423 Guardian Drive, Philadelphia, PA 19104, USA. 2. Tempat dan Waktu General Practice Research Database of the United Kingdom, London, Inggris, sejak tahun 1987 sampai tahun 2002. 3. Tujuan Untuk membuktikan bahwa penggunaan jangka panjang antibiotik pada pengobatan jerawat dapat meningkatkan risiko menderita 2 penyakit menular umum, yaitu: infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi saluran kemih. 4. Sampel penelitian Sebanyak 118.496 orang pasien dengan diagnosa jerawat. 5. Metode Studi kasus dengan menggunakan metode retrospektif kohort. 6. Hasil Penelitian Dari 118.496 pasien akne (rentang usia 15 35 tahun) yang diidentifikasi di Database Penelitian Praktik Umum, 84.977 orang (71,7%) menerima antibiotik topikal atau oral (tetrasiklin, eritromisin, klindamisin) untuk

22

pengobatan jerawat mereka, sementara yang lainnya (28,3%) tidak. Dalam tahun pertama pengamatan, 18.281 (15,4%) dari pasien yang diberikan antibiotik mengalami setidaknya 1 kali ISPA dalam tahun itu. Kemungkinan ISPA berkembang pada mereka yang menerima pengobatan antibiotik adalah 2,15 x lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima pengobatan antibiotik (95% CI, 2.05- 2,23; P <.001). Beberapa analisis tambahan yang dilakukan, menunjukkan bahwa efek ini belum menjadi sebuah kepastian, sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut, termasuk membandingkan kohort pasien akne dengan kohort pasien hipertensi yang kemungkinan mengalami peningkatan risiko menderita infeksi saluran kemih. 6. Kesimpulan: Pasien akne yang menerima pengobatan antibiotik untuk jerawatnya, mempunyai risiko lebih besar untuk menderita ISPA dibandingkan dengan pasien akne yang tidak menerima pengobatan antibiotik. Untuk lebih membuktikan hasil penelitian ini maka diperlukan penelitian lebih lanjut. 7. Analisis Penelitian a. Kelebihan: 1) Penelitian dilakukan oleh sekelompok peneliti yang kompeten dalam bidang integumen. 2) Penelitian dilakukan pada lebih dari 100.000 orang dan dilakukan dalam rentang 15 tahun ( dari tahun 1987 sampai tahun 2002). b. Kekurangan: 1) Hasil penelitian belum menunjukkan perbedaan kejadian ISPA yang signifikan terapi antara pasien dengan akne yang yang tidak

mendapatkan

antibiotika

mendapatkan terapi antibiotika. 2) Penelitian menggunakan metode retrospektif kohort,

sehingga masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.

23

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 1983, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi III, FKUI: Jakarta. Ballanger. F., Baudry, P., N'Guyen, J. M., Khammari, A. & Dreno, B. 2006 Heredity: A Prognostic Factor for Acne. Dermatology. 212: 145149. Baz, K., Erdal, M., Yazici, A., Soymelez, F., Guvenc, U., Tasdelen, B. & Ikizoglu, G. 2008 Association between tumor necrosis factor-alpha gene promoter polymorphism at -308 and acne in Turkish patients. Arch Dermatol Res. 300: 371-6. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC: Jakarta. Goulden, V., Stables, G. & Cunliffe, W. 1999 Prevalence of facial acne in adults. JAm Acad Dermatol. 41: 577-80. Harahap, Mawarli, 1990. Penyakit Kulit. Jakarta. Lehmann, H., Andrews, J., Holloway, V. & Goodman, S. 2002 Acne therapy: a methodologic review. JAm Acad Dermatol. 47: 231-40. Nanda Internasional. 2011. Diagnosis Klasifikasi. EGC: Jakarta. Keperawatan, Definisi dan

Pawin, H., Beylot, C., Chivot, M., Faure, M., Poli, F., Revus, J. & Dreno, B. 2004 Physiopathology of acne vulgaris: recent data, new understanding of the treatments. Eur J Dermatol. 14: 4-12. Sularsito, et all, 1986, Dermatologis Praktis Edisi 1, Perkumpulan Ahli Dermato Venerelogi. Indonesia: Jakarta. Zaenglein, A., Graber, E., Thiboutot, D. & Strauss, J. 2008 Acne vulgaris and acneiform eruptions. dalam Wolff, K., Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Palley, A. & Leffell, D. (Eds.) Fitzpatrick's dermatology in general medicine. New York, Mc Graw Hill Medical. Wilkinson, J.M.,2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta.

24

http://blog-indonesia.com/blog-archive-12091-124.html diunduh tanggal 28 Mei 2012. http://bangaloreskin.com/downloads/patienthelpline/Acne%20Vulgaris%20 Pimples.doc diunduh tanggal 30 Mei 2012. http://infodari.com/apa-itu-komedo-bagaimana-komedoterbentuk/#ixzzlwMyT6n6z diunduh tanggal 30 Mei 2012.

25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN JERAWAT (ACNE VULGARIS)

Oleh KELOMPOK VI

Dewi Rihayanti A21000349 Diah Sugijanti A2100050 Ikhfad Riyadi A21000354 Novi Rohyanti A21000370 Susindah Sugiarti A21000385 Yan Adi Wibowo A21000391 Yon Setyawan A21000392 Yulianti A21000393 Zunaidi Ahmad A21000394

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG 2012

You might also like