You are on page 1of 8

Rangkuman 2 Judul makalah : Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung Oleh Total halaman

Sumber : Widodo dan Aminuddin : 14 halaman : Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of

Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 96 Online:..http://www.bgl.esdm.go.id/publication/index.php/ dir/article_detail/577

Makalah ini membahas tentang bagaimana upaya perolehan emas dengan metode amalgamasi secara tidak langsung, dimana pembahasan makalah ini berdasarkan studi kasus pertambangan rakyat desa Waluran, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi. Motode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah melakukan pengumpulan dan pengolahan data sekunder yang berupa data geologi, bijih emas, dan air sungai. Selain itu juga dilakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan seperti pengambilan percontoh bijih emas, ampas (tailing), dan air. Penambangan bijih emas di daerah Waluran dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah, dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) atau berupa adit dan lubang bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai jalan masuk ke dalam tambang. Hasil penambangan bijih emas yang berkadar tinggi diolah dengan metode amalgamasi, yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut sebagai gelundung (amalgamator). Dalam penelitian kasus percobaan dilakukan menggunakan bahan yang sama seperti yang dilakukan oleh pertambangan rakyat di Waluran. Bahan percobaan pengolahan metode amalgamasi yang digunakan adalah dua kelompok bijih emas berukuran <1 cm, dengan kadar 8,4 gr/t dan 10,32 gr/t. Bahan proses

amalgamasi berupa merkuri (Hg), dan kapur tohor (CaO) untuk pengaturan pH. Sementara peralatan amalgamasi berupa tabung amalgamasi (amalgamator) atau penduduk setempat menyebut dengan istilah gelundung dengan tenaga penggerak dinamo, pendulang, dan retorting. Data prosedur percobaan dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dan cara tidak langusung. Kondisi kedua percobaan tersebut hampir sama, tetapi terdapat sedikit perbedaan. Perbedaannya pada cara yang tidak langsung, bahwa bijih emas tidak langsung dimasukkan ke amalgamator, tetapi dilakukan pencucian bijih emas terlebih dahulu atau melalui dua tahap proses. Sedangkan untuk cara langsung, bijih emas langsung dimasukkan ke amalgamator. Dari hasil percobaan diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan awalnya yaitu: 1. Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi tidak langsung dapat memperoleh hasil logam emas (Au) lebih besar dan kehilangan merkuri (Hg) lebih sedikit. 2. Proses amalgamasi tidak langsung dapat meningkatkan perolehan logam emas hingga 14,580 % dan menekan tingkat kehilangan merkuri hingga 3,933%. 3. Hasil pemantauan pencemaran air Sungai Ciliunggunung (2007-2009) secara umum mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya setelah pengolahan bijih emas dilakukan dengan amalgamasi tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dengan konsentrasi logam berat: merkuri 0,004-0,020 mg/l, besi 0,028-0,410 mg/l, mangan ttd-0,008 mg/l, tembaga 0,006-0,0150mg/l, seng 0,008-0,020 mg/l, timbal ttd-0,020 mg/l dan arsen ttd-0,001 mg/l. 4. Nilai pH air di bawah ambang batas maksimum untuk kriteria air baku air minum kelas I. Untuk meningkatkan nilai pH tersebut supaya sesuai dengan syarat yang ditentukan, dapat ditambahkan kapur.

Rangkuman 3: Judul makalah Oleh Sumber : Penambangan Emas Tanpa Izin : Irna Febrindo, Ismadi, dan Dewi Hera Setyati : Online:..http://www.kesmas-unsoed.info/2011/01/makalahpenambangan-emas-tanpa-izin.html

Makalah ini membahas tentang pengertian PETI, dampak apa saja yang timbul akibat PETI, dasar penegakkan hukum PETI, Faktor pendorong PETI, serta program untuk pemberantasan PETI. PETI merupakan kegiatan pertambangan tanpa izin yang dilakukan oleh sebagian masyarakat maupun oknum lainnya. Namun pada saat ini kegiatan tersebut telah banyak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan disekitar tambang tersebut seperti pencemaran terhadap air, baik berupa erosi maupun larutnya unsur-unsur logam berat karena sistem penirisan yang tidak baik. Selain itu juga terjadi pencemaran udara berupa debu, perubahan kontur, longsor, serta subcidence yang terjadi pada penambangan yang dilakukan secara bawah tanah. Akibat dari pencemaran dan perubahan yang terjadi tersebut juga akan berdampak bagi sektor lain seperti akibat terjadinya pencemaran terhadap air, sektor pertanian dan perikanan akan ikut terganggu sehingga pendapat mereka menjadi berkurang. Semua peraturan untuk penambang liar tersebut telah ditetapkan dalam Undang-Undang yaitu berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Pasal 31 ayat (1) dan (2). Selain iu masalah PETI ini juga telah disampaikan pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin. Peningkat kasus PETI yang terjadi biasanya disebabkan oleh dua faktor penting yaitu dari karakteristik usaha pertambangan yang menjajikan serta ketidaksiapan pemerintah suatu daerah. Dalam program pemberantasan PETI ini diperlukan kerjasama oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan pertambangan, memberikan penyuluhan pada

masyarakat dan pengusaha pertambangan tentang kesadaran lingkungan, melakukan pembinaan dan bimbingan teknis terhadap pengusaha pertambangan, membuat zonasi wilayah pertambangan sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan sektor lain dan penyebaran kerusakan lingkungan dapat dicegah, serta memberikan alternatif usaha lain terhadap pengusaha dan buruh tambang dengan cara memberikan tambahan keterampilan bagi pengusaha dan buruh tambang. Selain itu masyarakat perlu bekerjasama dengan pemerintah memberikan penyuluhan terhadap buruh dan pengusaha tentang kesadaran lingkungan, dan mendorong dibentuknya kelompok-kelompok baik buruh maupun pengusaha tambang yang difasilitai oleh pemerintah.

Rangkuman 4: Judul makalah Oleh Sumber : Analisis Lingkungan Tambang Emas Rakyat Poboya : M. Armand Zurhaar : Online: http://kakarmand.blogspot.com/2011/03/makalahmata-kuliah-ilmu-lingkungan.html

Makalah ini membahas tentang sumber pencemaran di pertambangan emas Poboya, Bahaya merkuri bagi kehidupan, dampak tambang emas Poboya terhadap lingkungan hidup, serta solusi dari permasalahan lingkungan dan ekologi di tambang emas Poboya. Berdasarkan survei lapangan dan pengkajian referensi yang telah dilakukan penulis, sumber pencemar utama pada tambang emas Poboya adalah zat merkuri (Hg). Merkuri digunakan sebagai bahan kimia pembantu pada proses pengolahan (amalgamasi) yang sesuai dengan sifatnya berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas agar mudah dalam pemisahan dengan partikel-partikel lain dalam tanah. Proses kerja pemisahan emas dari partikel-partikel tanah yang dilaksanakan penambang emas Poboya adalah pemecahan partikel tanah, penggilingan, pemisahan partikel tanah dengan ikatan merkuri dan butiran emas, penyaringan, dan pemanasan. Merkuri sangat bebrahaya bagi kehidupan. Banyak dampak yang terjadi akibat zat merkuri, seperti pencemaran terhadap air dan pencemaran terhadap tanah. Air sungai yang dulunya dapat dikonsumsi kini berdampak buruk jika dikonsumsi. Begitupun dengan sumber air bersih PDAM di Poboya Palu juga tercemar merkuri. Sedangkan terhadap pencemaran tanah, merkuri yang terkontaminasi dengan tanah telah terakumulasi di dalam tubuh tumbuhan yang berada di daerah tercemar dan akan terakumulasi pula dalam tubuh manusia dan hewan yang mengkonsumsi tumbuhan tersebut. Sehingga di Poboya sudah terjadi kasus ternak mati. Untuk menyelamatkan ekologi dan meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas rakyat Poboya, penulis

memberikan beberapa solusi yaitu menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan, menerapkan sistem pengolahan limbah, bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar, perlu pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan emas rakyat, menanamkan kesadaran pada masyarakat, serta menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya.

Rangkuman 5: Judul makalah : Detoksifikasi Sianida Pada Tailing Tambang Emas Dengan Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan Hidrogen Peroksida (H2O2) Oleh : Mariska Margaret Pitoi, Audy D. Wuntu, dan Harry S. J. Koleangan Total halaman Sumber : 6 halaman : Chem. Prog. Vol. 1, No. 1, 2008 Online:..http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/v iew/4779/3247

Makalah ini membahas tentang bagaimana detoksifikasi sianida pada tailing tambang emas dengan natrium metabisulfit (Na2S2O5) dan hidrogen peroksida (H2O2). Dalam pengolahan emas dikenal dua metode, yaitu metode amalgamasi dan metode sianidasi. Sebelum mengenal metode sianidasi penambangan rakyat mula-mula menggunakan air raksa atau merkuri untuk emas dari padatan, tetapi angka perolehannya rendah. Setelah rakyat mengenal metode sianidasi dimana dengan menggunakan sianida memiliki perolehan emas lebih dari 90%, penambangan rakyat beralih menggunakan sianida dalam mengambil emas lewat leaching. Dalam leaching, lumpur yang mengandung emas ditambahkan larutan sianida agar terbentuk kompleks emas sianida yang akan diserap oleh karbon aktif. Karbon aktif kemudian dipisahkan dari lumpur sisa yang disebut tailing. Tailing mengandung sejumlah sianida yang jika dibuang langsung ke badan air ataupun tanah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan kematian makhluk hidup. Dengan demikian maka tailing yang mengandung sianida harus didetoksifikasi sebelum dibuang ke lingkungan. Proses detoksifikasi dapat dilakukan dengan mengubah bentuk-bentuk sianida dalam larutan menjadi padatan yang stabil ataupun menjadi CNO- (sianat). Sianat akan terdegradasi

menjadi NH4+ (amonium) dan CO32- (karbonat) yang banyak dijumpai di lingkungan. Pada percobaan dilakukan tiga metode perlakuan detoksifikasi untuk sampel. Ketiga metode perlakuan tersebut adalah metode Na2S2O5 dan Cu, metode H2O2, serta metode H2O2 dan Cu. Dari pembahasan hasil analisa penulis diperoleh dengan menggunakan metode H2O2 dan metode H2O2 dan Cu dapat mendetoksifikasi sianida (menurunkan konsentrasi CN bebas dan CN WAD) pada tailing tambang emas namun belum dapat menyamai metode Na2S2O5 dan Cu. Metode Na2S2O5 dan Cu ternyata memberikan hasil detoksifikasi CN bebas dan CN WAD yang berbeda nyata lebih baik dibanding kedua metode yang menggunakan H2O2. Metode H2O2 dan Cu memberikan hasil detoksifikasi CN bebas yang berbeda nyata lebih baik dibanding metode H2O2, tetapi tidak berbeda nyata untuk CN WAD.

You might also like