You are on page 1of 20

PARASIT DAN JAMUR (Laporan Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)

Disusun Oleh Melinda Oktafiani 1114111034

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya. Hal ini disebabkan karena dapat menimbulkan penurunan mutu kualitas dan kuantitas ikan bahkan kematian ikan yang berakibat pada penurunan tingkat produksi pembudidaya. Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dibedakan menjadi penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh infeksi patogen yang dapat berupa parasite, jamur, bakteri, dan virus. Sedangkan penyakit non-infeksi disebabkan oleh selain infeksi patogen seperti penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik. Parasit hidup dalam berbagai lingkungan, baik di bagian eksternal inang (kulit, sirip, insang) maupun di bagian internal (saluran pencernaan, mata, otak). Parasit yang hidup di lingkungan eksternal disebut ektoparasit, sedangkan parasite yang hidup di bagian internal disebut endoparasit. Jamur (fungi) termasuk dalam organisme heterotroph, biasanya berfilamen dan multiseluler, namun ada juga yang tidak berfilamen dan uniseluler. Penyakit yang disebabkan oleh jamur (fungal disease) biasanya membentuk jaringa hifa. Karena termasuk organisme heterotrof maka jamur hidup dengan menyerap energi inang dengan memanfaatkan sebagian besar sumber karbon sebagai makanan. Mengingat besarnya pengaruh penyakit dalam kelangsungan hidup organisme budidaya, maka dilakukanlah praktikum ini.

B. TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik ini antara lain : Mampu mengamati gejala eksternal dan internal sampel yang terjangkit penyakit parasit dan jamur. Mampu mengidentifikasikan parasit dan jamur yang ditemukan.

.TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta

menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya ikan (Irawan, 2004). Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Ikan dikatakan sakit apabila terjadi gangguan/kelainan baik secara anatomi maupun fisiologinya (Afrianto,1992). Serangan penyakit dan gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konveri pakan menja di tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, menurunnya hasil panen bahkan kegagalan panen (Kordi, 2004). Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003). Parasit didefenisikan sebagai organisme yang hidupnya menumpang pada permukaan atau dalam tubuh organisme lain yang disebut inang (host), mempunyai sifat merugikan inangnya. Jadi dalam hidupnya golongan parasit membutuhkan inang sebagai habitat atau tempat hidupnya (Grabda, 1991). Penyakit ikan golongan parasit dibagi menjadi penyakit yang disebabkan oleh protozoa, helminthes (cacing), dan crustacea (udang-udangan). Parasit protozoa

yang dilaporkan menyerang ikan air tawar antara lain meliputi Costia, Chilodonella, Trichodina, Ichthyophthirius multifiliis, Myxobolus dan Myxosoma cerebralis. Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu Platyhelminthes, Nematoda, dan Acanthocephala. Di Indonesia dikenal antara lain 2 genus dari kelas Trematoda yang banyak ditemukan menyerang ikan air tawar yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Walaupun masih ada jenis-jenis lain namun kedua jenis cacing tersebut di atas yang paling sering ditemukan pada ikan (Anonim, 2011). Jamur (fungi) termasuk dalam organisme heterotroph yang biasanya berfilamen dan multiseluler, namun ada juga yang tidak berfilamen dan uniseluler. Sebagai organisme heterotroph, jamur memperoleh makanan dengan menyerap nutrisi sel inang yang dihinggapi. Jamur memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sebagian besar sumber karbon sebagai makanan (Setyawan, 2013). Beberapa jenis penyakit jamur yang termasuk berbahaya untuk ikan antara lain adalah Aphanomyces, Branchiomyces, dan Ichthyophonus. Jamur yang paling sering ditemukan pada ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp (Anonim, 2011) Adapun tanda-tanda dari ikan yang telah terkena serangan penyakit atau parasit adalah ikan terlihat pasif, lemah dan kehilangan keseimbangan; nafsu makan mulai berkurang; malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air; adakalanya ikan bergerak secara cepat dan tiba-tiba; selaput lendimya berangsurangsur berkurang atau habis, sehingga tubuh ikan tidak licin lagi (kesat); pada permukaan tubuh ikan terjadi pendarahan, terutama dibagian dada, perut atau pangkal ekor; di beberapa bagian tubuh ikan, sisiknya tampak rusak bahkan terlepas. Sering pula terlihat kulit ikan mengelupas; sirip dada, punggung maupun ekor sering di jumpai rusak dan pecah-pecah, pada serangan yang lebih hebat kadang-kadang hanya tinggal jari-jari siripnya saja; insang terjadi rusak sehingga ikan sulit untuk bernafas, wama insang menjadi keputih-putihan atau kebirubiruan; dan bagian isi perutnya terutama hati, berwarna kekuning-kuningan dan ususnya menjadi rapuh (Sustri, 2011).

Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu: 1. 2. 3. Penyakit atau parasit pada kulit. Penyakit atau parasit pada insang. Penyakit atau parasit pada organ dalam (Sachlan, 2002).

METODELOGI

A. Waktu dan Tempat Praktikum Penyakit dan Parasit Organisme Akuatik dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret 2012 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu alat bedah, tissue, mikroskop, gelas preparat, pipet tetes, dan metilen blue. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan yang berpenyakit, yang terdiri dari ikan lele, ikan mas, ikan patin, ikan gurame, ikan tongkol, udang, ikan nila, ikan sebelah, dan ikan hias.

C. Cara Kerja Adapun cara kerja pada praktikum Parsit dan Jamur ini adalah: 1. Koleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam budidaya, dan tambak. 2. Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilakuk ikan dan udang ketika di dalam kolam yang menunjukkan gejala tidak normal. 3. Koleksi parasite dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang. 4. Bedah ikan dan koleksi parasit di bagian internal; saluran pencernaan, kepala, dan mata.

5. Amati parasit di bawah mikroskop. 6. Identifikasi parasit. 7. Parasit disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10%, dan dilabeli berisi nama parasite, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Hasil Praktikum Parasit dan Jamur


No 1 2 kelompok Satu Ikan Ikan lele Gejala Klnis Tidak ada Parasit yang ditemukan Tidak ada Organ Tidak ada Gambar Tidak ada Keterangan Tidak ada

Dua

Ikan mas

Tutp insang terlihat pucat

Myxobolus sp.

Insang

Ektoparasit

Ikan mas

Anorexia

Protozoa

Usus

endoparasit

Tiga

Ikan patin

Anorexia

Nematoda

Usus

Endoparasit

4 Ikan gurame Lendir di permukaan

Empat

Nematoda

Sisik

Ektoparasit

Ikan gurame

Sisik dan kulit terkelupas

Jamur

operculun

Ektoparasit

Ikan gurame

Anorexia

Acanthocephalus jacksoni

Usus

Endoparasit

Lima

Ikan tongkol

Mata kusam

Anisakis spp

Mata

Ektoparasit

6 Enam 7 Terdapat Tujuh Ikan Nila jamur dibagian insang Jamur Insang Ektoparasit Udang Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tujuh

Ikan Nila

Anorexia

Nematoda

Usus

Endoparasit

Tujuh

Ikan Nila

Sisik nampak kusam Splanchnotrophidae

Sisik dan tutup insang Ektoparasit

8 9

Delapan

Ikan sebelah

Tidak ada Pergerakan dan respon terhadap kejutan lambat

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sembilan

Ikan hias

Gyrodactylus sp

Sisk

ektoparasit

Tabel 2. Jenis parasite dan jamur yang ditemukan Jenis Parasit & Jamur yang ditemukan Myxobolus sp Protozoa Nematoda Jamur Acanthocephalus jacksoni Anisakis spp Splanchnotrophidae Girodactylus sp.

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Tempat ditemukan Insang Usus Usus Sisik Operculum dan insang Usus Mata Sisik dan Insang Sisik

Keterangan Ektoparasit Endoparasit Endoparasit Ektoparasit Ektoparasit Endoparasit Ektoparasit Ektoparasit Ektoparasit

B. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini membahas tentang penyakit ikan, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dan jamur. Ikan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan sakit yang kondisi dan gejalanya telah diamati terlebih dahulu. Dari praktikum yang telah dilakukan, ditemukan beberapa jenis penyakit parasit dan jamur. Parasit yang ditemukan antara lain Myxobolus sp., protozoa, Nematoda, Acanthocephalus jacksoni, Anisakis spp., Splanchnotrophidae, dan Gyrodactylus. Protozoa Merupakan hewan mikroskopik bersel tunggal, memiliki tubuh yang khusus untuk pergerakan, mencari makan, penempelan pada inang, dan untuk perlindungan dari musuh. Protozoa dapat berkemabng biak di permukaan tubuh dan di dalam tubuh inangnya. Ada banyak jenis protozoa yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan antara lain Ichthyophthirius multifilis penyebab penyakit Icth, Myxosoma sp., Myxobolus sp., dll.

Myxobolus sp Merupakan penyebab penyakit Myxosporeasis. Parasit dari golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan dengan membentuk kista (cyste) yang biasanya dilapisi dengan jaringan pengikat. Klasifikasi Dunia Filum Kelas Ordo Sub ordo Family Genus Spesies Siklus hidup Spora berasal dari ikan mati yang terinfeksi, tetapi untuk menjadi spora yang infektif parasit harus berada di dalam lumpur kolam terlebih dahulu selama 4/5 bulan. Penyebaran infeksi melalui oligochaeta sebagai inang perantara. Pada ikan Brown trout serangan parasit tidak bersifat pathogen tetapi pada ikan salmonida lainnya sangat pathogen. Pada inang yang rentang trophozoit ditemukan pada tulang rawan kepala 20 hari setelah terinfeksi. Trophozoit akan tumbuh dan menghasilkan pansporoblast. Spora dapat keluar dari tubuh inang bersamaan dengan penguraian organ pada inang yang mati. Gejala yang ditimbulkan Tanda-tanda klinis pada ikan yang terserang oleh parasit ini adalah mempunyai ekor yang khas dan mudah dikenali, yaitu ekor ikan menjadi berwarna gelap sehingga disebut black tail, tejadi deformasi tulang : Protozoa : Myxozoa : Myxosporea : Bivalvulida : Platysporina : Myxobolidae : Myxobolus : Myxobolus sp.

sehingga ikan bengkok-bengkok bentuk tubuh, kepala atau rahangnya, dan ikan memperlihatkan abnormalitas tingkah laku yaitu berenang berputar-putar seperti sedanng mengejar ekornya sendiri. Gejala abnormalitas tersebut dinamakan whirling Mekanisme infeksi Spora masuk ke dalam tubuh ikan melalui mulut. Dalam usus ikan, spora ini akan melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan semacam benang halus ke polar kapsulnya. Jika anak panah ini dapat mencapai dinding usus, spora akan bergantungan pada dinsing usus. Selanjutnya dinding spora akan larut dan keluarlah binatang yang dapat bergerak seperti amoeba. Binatang ini akan masuk ke saluran darah dan menyebar ke seluruh tubuh untuk membentuk bintil baru yang siap menyebarkan spora. Kasus yang pernah terjadi Terjangkitnya parasit ini pada ikan bukanlah hal yang jarang terjadi. Salah satunya pernah menjangkiti ikan koi dan ikan emas di wilayah Georgia, USA. Penanggulangan Infeksi parasit ini dapat dicegah dengan meniadakan ikan yang rentan dan melarang import ikan dari daerah dimana penyakit tersebut berada atau ikan yang telah terinfeksi, serta tidak menggunakan air yang telah terkontaminasi. Myxobolus sp sebagai endoparasit seperti halnya endo parasit lainnya, belum ada cara-cara pengobatan secara kimiawi yang dapat dianjurkan, namun untuk mengurangi kerugian yang diderita sangatlah dianjurkan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Semua fish-fry yang sudah mempunyai gejala sakit diambil. 2. Padat penebaran segera dikurangi dengan jalan memindahkan ke kolam lain. 3. Memberi pakan yang cukup dan tepat.

4. Bekas kolam yang pernah ada serangan myxobolus dikeringkan dan diberi kapur. Gyrodactylus sp. Klasifikasi Termasuk dalam golongan cacing pipih (Trematoda) dari jenis Monogenea. Gyrodactylus merupakan penyebab penyakit Gyrodactylosis Kingdom Phylum Class Order Family Genus Siklus Hidup Hidup di daerah internal ikan dan membutuhkan dua atau lebih inang untuk melengkapi siklus hidupnya. Siklus Gyrodactylus sp. dari larva hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kira-kira 60 jam. Itu terjadi pada suhu 25 27 O C Gejala yang ditimbulkan Pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan menurun, ikan berkumpul di dekat air masuk, ikan melompat, darah ikan menunjukkan kenaikan jumlah : Animalia : Platyhelminthes : Monogenea : Monopisthocotylea : Gyrodactylogyridae : Gyrodactylus

polymorphonuclear agranulocytes dan monocytes. Warna kulit ikan yang semakin pucat, terdapat lapisan abu-abu yang merupakan produksi lendir yang berlebihan. Bercak merah dan hitam kadang terlihat pada permukaan tubuh. Pada infeksi yang berat, sebagian besar sisik lepas, respirasi dan osmoregulasi terganggu. Mekanisme infeksi Cacing ini bentukya pipih dan pada ujung badannya dilengkapi dengan alat yang berfungsi sebagai pengait dan alat penghisap darah. Cacing ini biila telah menempel pada tubuh ikan akan menempel dan menghisap darah dan nutrisi si

ikan dengan alat pengait dan penghisapnya. Ikan yang terserang bisanya akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi. Kasus yang pernah terjadi Kematian pada larva dan juvenile ikan mas di kolam budidaya yang terdapat di Asia Tenggara. Penanggulangan Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air > 29C, mengurangi kadar bahan organik terlarut, meningkatkan frekuensi pergantian air. Adapun untuk ikan yang terserang Gyrodactylus dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain: Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam, Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam serta Larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih (Dirjen Kelautan dan Perikanan, 2010). Acanthocephalus jacksoni Klasifikasi Kingdom Subkingdom Classes Ordo Family Species Siklus hidup Acanthocephala memiliki siklus hidup yang kompleks, melibatkan beberapa host pada tahap perkembangannya. Hospes awal pertamma adalah moluska. Dalam hospes perantara Acanthocephala bergerak masuk melalui rongga tubuh ke dalam : Animalia : Acanthocepala : Archiacanthocephala : Oliganthorhynchida : Oliganthorhynchidae : Acanthocephalus jacksoni

usus. Kemudian pada tahap ini akan melakukan transformasi infektif. Parasit kemudian dilepaskan pada tahap dewasa oleh hospes pertama kali dilepaskan parasit ini akan membentuk dirinya seperti bulatan sehingga host berikutnya menelannya sebgai makanan hingga ke usus, dalam parasit ini akan berkembang hinga dewasa. Duri yang terdapat pada proboscis akan berkembang hingga menancap dinding usus host lebih lama semakin kuat. Pada tahap ini semua organ siap untuk bereproduksi sebab kecepatan tumbuhan dan berkembang lebih matang, kemudian tumbuh dan berkembang pula organ seksnya. Cacing jantan akan berhubungan seks menggunakan ekskresi kelenjar kealat kelamin betina, kemudian perkembangan embrio pada seekor betina dan terjadilah siklus kehidupan baru. Gejala yang ditimbulkan Nafsu makan menurun, pergerakan melambat dan rusakya dinding usus inang. Mekanisme Infeksi Parasit ini memiliki duri yang terdapat pada proboscis yang merupakan senjata berbentuk seperti mata kail berfungsi sebagai pengait dan menempelkan dirinya pada bagian usus host atau inangnya. Parasit ini mampu hidup dalam jaringan fisiologi hostnya serta mempunyai kemampuan hidup tanpa oksigen atau anaerob. Kasus yang pernah terjadi Kematian massal larva ikan mas karena menurunnya nafsu makan ikan. Penanggulangan Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan dalam NaCl 30.000ppm selama 5-15 menit. Atau, pencelupan pada NaCl 35.000 ppm selama 70-80 detik Nematode Nematode atau cacing gelang, larva biasanya ditemukan dalam kista dalam organorgan internal. Cacing dewasa bisanya ditemukan dalam usus dan dalam beberapa

kasus ditemukan terbungkus di bawah kulit. Gejala yang disebabkan cacing ini tidak jauh berbeda dengan Acanthochepala. Sebagian besar larva cacing Nematoda berkembang di jaringan ikan dan organ parenkima contohnya Anisakis sp. yang larvanya memiliki 3 bibir yang mengelilingi mulut (1 dorsal dan 2 ventrodorsal). Mekanisme infeksi ialah denangan masuk ke tubuh host lalu menghisap darah, contoh Ancylostoma.; dengan merusak jaringan hospes, contoh Trichuris; dengan memakan atau menghisap sari-sari makanan dalam intestinum hospes, contoh Ascaris; dengan mengabsorbsi sari-sari makanan dari cairan tubuh hospes, contoh Fillaria. Nematoda yang sudah ditemukan pada famili Carangidae di Filipina adalah larva Anisakidae, Camalanus marinus, C. carangis, C. paracarangis, Metabronema magnum. Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan dalam NaCl 30.000ppm selama 5-15 menit. Atau, pencelupan pada NaCl 35.000 ppm selama 70-80 detik Anisakis spp. Klasifikasi Kingdom Phylum Class Order Family Genus Spesies : Animalia : Nematoda : Secermentea : Ascaridida : Anisakidae : Anisakis : Anisakis spp.

Siklus hidup Spesies Anisakis memiliki siklus hidup kompleks yang melewati sejumlah host melalui perjalanan hidup mereka. Telur menetas dalam air laut, dan larva yang dimakan oleh krustasea, biasanya euphausids. Crustacea terinfeksi selanjutnya dimakan oleh ikan atau cumi, dan nematoda liang ke dalam dinding usus dan encysts dalam mantel pelindung, biasanya pada bagian luar organ visceral, tapi kadang-kadang dalam otot atau di bawah kulit. Siklus hidup selesai ketika ikan yang terinfeksi dimakan oleh mamalia laut, seperti ikan paus, segel, atau lumbalumba. Excysts nematoda dalam usus, feed, tumbuh, pasangan dan melepaskan telur ke dalam air laut dalam tinja inang. Sebagai usus mamalia laut secara fungsional sangat mirip dengan manusia, spesies Anisakis dapat menginfeksi manusia yang makan ikan mentah atau setengah matang. Gejala yang ditimbulkan, mekanisme infeksi dan penanggulangan Karena Anisakis termasuk dalam filum nematode, maka gejala yang ditimbulkan juga tidak jauh berbeda dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing lainnya, seperti penurunan nafsu makan, pergerakan melambat, dll.

Penanggulangannya juga dapat diatasi dengan perendaman ikan pada air garam selama beberapa menit. Jamur Jamur yang menyerang ikan ada dua, yaitu jamur berlendir (Mixomycota) dan jamur sejati (Eumpycota). Jamur ini akan menimbulkan gejala klinis berupa timbulnya bercak bercak di sekitar tubuh yang terserang jamur, pergerakan melambat, ikan sering menggosok gosokkan badannya di dinding kolam, timbul luka dan berlendir. Sudah banyak contoh kasus ikan budidaya yang terserang jamur. Penanggulangan yang dapat dilakukan ialah dengan perendaman pada larutan garam ataupun antiseptik.

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini antara lain: Penyakit yang menyerang ikan ada banyak, contohnya parasit dan jamur. Parasit yang ditemukan pada praktikum ini adalah Myxobolus sp., protozoa, Nematoda, Acanthocephalus jacksoni, Anisakis spp.,

Splanchnotrophidae, dan Gyrodactylus. Ektoparasit yang ditemukan yaitu Myxobolus sp., protozoa, Anisakis spp., Splanchnotrophidae, dan Gyrodactylus. Endoparasit yang ditemukan yaitu Nematoda, Acanthocephalus jacksoni. Pada ikan lele, udang, dan ikan sebelah tidak ditemukan parasit maupun jamur dapat disebabkan oleh keadaan ikan yang masih sehat atau kurangnya ketelitian dalam pengamatan di bawah mikroskop. B. SARAN Adapun saran yang dapat disampaikan demi kelancaran praktikum ke depan, yaitu Praktikan lebih teliti dalam pelaksaan praktikum Sampel yang digunakan merupakan ikan sakit.

DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Afrianto dan Liviawaty. 2003. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta. Anonim. 2011. Penegobatan Herbal pada Penyakit Ikan. http://comunitydevelopment.blogspot.com/2011/08/pengobatan-herbal-pada-penyakitikan.html. Diakses tanggal 2 April 2013. Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology, an Outline. Polish Scientific Publisher. Poland. Irawan . 2004. Budidaya Ikan Ait Tawar, Ikan Gurame, Ikan Nila. Kanisius.

Yogyakrta. Kordi, Ghufran. 2007. Budi Daya Perairan. Citra Aditya Bakti. Bandung. Sachlan, M. 2002. Penyakit Ikan. IPB-Press. Bogor. Sustri, Losita. 2011. Laporan Parasit dan Penyakit Ikan.

http://lositasustri.blogspot.com/2011/05/laporan-parasit-dan-penyakitikan.html. Diakses 3 April 2013.

You might also like