You are on page 1of 43

EXECUTIVE SUMMARY

EKSPEDISI RISET FLORES: PERCEPATAN PEMBANGUNAN FLORES Dl KAWASAN TIMUR


INDONESIA MELALUI EKSPLORASIILMIAH POTENSI SUMBERDAYA KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA
Fokus Bidang Prioritas
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Peneliti Utama
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Bidang Teknologi lnformasi dan Komunikasi
Teknologi Digital Untuk lndust ri Kreatif
Penelitian dan Pengembangan Progrc
Teknologi Kreat if Digital pada ~ p l i k a s
fotografi , spat ial, game :asr..o::. s:=a.
arsitektur, musik dan media
Drs. Bambang Budi Uta""
PUSLITBANG ARKEOLOGI NASIONAL
~
Jl. Raya Condet Pejaten No.4, Jakarta 12510.
Telp. 021 7988171, Fax. 021 7988187, e-mail: arkenas10@arkenas.com
Tanggal 22 November 2010
...
EKSPEDISI RISET FLORES: PERCEPATAN PEMBANGUNAN FLORES Dl KAWASAN TIMUR
INDONESIA MELALUI EKSPLORASIILMIAH POTENSI SUMBERDAYA KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA
Pnuth
Drs. Bambang Budi Utomo, Drs. Roby Ardiwidjaja, MBIT, Drs. Robby Binarwan, MM
Drs. Nurhadi Rangkuti, MSi, lr. M. Fadlan S, Drs. I Made Geria, Msi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, pemerintah telah menetapkan
bahwa sektor kebudayaan dan pariwisata sangat perlu dikembangkan dan dibina secara sinergi
sebagai sektor unggulan. Artinya mensinergikan upaya pelestarian alam dan budaya beserta
warisannya, melalui pendekatan pariwisata berkelanjutan sebagai alat yang dapat menunj ang
keberhasilan pembangunan nasional yang diidamkan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari
peranan pemerintah khususnya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui
kebijaksanaannya menciptakan kondisi yang dapat memberikan berbagai kernuda'1an ag
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya dalam rangka me..,ga.:se e'OS
pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional.
Diketahui bahwa disatu sisi budaya beserta warisannya merupa!<an aset yang
mencerminkan identitas bangsa, dan disisi lain pariwi sata merupakan sa lah satu unsur
penggerak yang dapat me.macu apresiasi warisan alam dan budaya sekaligus pertumbuhan
perekonomian nasional dan daerah. Sejalan dengan cita-cita pembangunan berkelanjutan,
diharapkan pariwisata sebagai salah satu andalan dalam mewujudkan rasa cinta tanah air,
mempertebal identitas dan citra budaya bangsa, sekaligus sebagai wahana meningkatkan
pendapatan negara.
Karena pembangunan sektor kebudayaan dan pariwisata merup.ak1!1n salah satu potensi
pembangunan nasional yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan dan berorientasi global
dengan mengacu pada nilai-nilai agama dan budaya, lingkungan, persatuan nasional, serta
persahabatan antarbangsa, maka proses pembangunan kebudayaan dan pariwisata harus
~
dilakukan secara sistematis, terencana, menyeluruh, dan terpadu lintas sektor dan disiplin agar
dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi para pemangku dan pemilik kepentingan
(stakeholder dan shareholder). Art inya proses pembangunan sektor dimaksud harus mampu
memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan
pemanfaatan sumberdaya yang ada untuk kepentingan masyarakat, daerah dan bangsa.
Pemanfaatan alam dan budaya di sektor kebudayaan dan pariwisata terus berkembang
hingga saat ini. Namun besarnya potensi sumberdaya alam dan budaya tersebut yang tersebar
di hampir 17 ribu pulau di Indonesia, ternyata belumlah dimanfaatkan secara merata.
Pembangunan termasuk di sektor kebudayaan dan pariwisata masih memperlihatkan orientasi
pada wilayah di luar KTI. Padahal, beberapa lokasi di Indonesia seperti daerah-daerah di
kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai contoh, menunjukkan bahwa hingga saat ini
pembangunan di masing-masing daerah yang memiliki karakteristik dan kekhasan sumberdaya,
belum dilaksanakan secara merata dan optimal. Akibatnya timbul berbagai pemasalahan
tersendiri yang secara umum permasalahan tersebut antara lain mencakup aspek konservasi,
aspek pendidikan, interpretasi, aspek ekonomi (manfaat pada masyarakat lokal asoe
pengelolaan serta aspek keberlanjutan.
Oleh karena itu, untuk menindak lanjuti percepatan pembangunan secara merata
pemerintah telah menetapkan program pembangunan termasuk sektor kebudayaan dan
pariwisata ke depan, harus diprioritaskan pada kawasan tertingga l seperti kawasan bagian Timur
Indonesia (KTI) . Untuk itu dibutuhkan eksplorasi data dan informasi keruangan (spasial) potensi
sumberdaya alam meliputi flora fauna, bentang alam, gejala alam baik di darat maupun laut,
serta sumberdaya budaya fTleliputi kearifan dan tradisi lokal, kehidupan sosial budaya, tinggalan
budaya arkeologi di darat maupun laut, sebagai sumberdaya unggulan yang berada di Pulau
Flores. Data dan informasi dimaksud sangat strategis sebagai bahan dasar pimpinan dalam
proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan terkait dengan percepatan
pembangunan pada khususnya Pulau Flores dan pada umumnya KTI disektor kebudayaan dan
pariwisata.
1.2. Tujuan
Tujuan dari expedisi ilmiah adalah untuk mengumpulkan data dan informasi terkait
dengan potensi, permasalahan dan peluang pemanfaatan, serta system pengelolaan yang
berkelanjutan melalui penilaian (assessMent) terhadap potensi keaneka ragaman daya tarik
sumberdaya alam da n budaya yang ada. Sekaligus dalam kegiatan ekspedisi ilmiah ini dilakukan
penetapan lokasi potensi daya tarik yang berbasis keruangan (spatial), serta rute perjalan dari
tim yang dibagi dalam dua kelompok. Pengumpulan data dan informasi tersebut dilakukan
melalui cara studi kepustakaan, observasi dan assessment langsung, serta pengumpulan data
melalui wawancara disetiap lokasi yang diobservasi dan diskusi kelompok di beberapa lokasi
tertentu. Laporan ekspedisi ilmiah yang berisi data dan informasi tentang temuan dilapangan,
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengembangan dan pemanfaatan
potensi daya tarik sumberdaya alam dan budaya pada suatu daerah tujuan atau destinasi wisata
di beberapa kabupaten yang ada di Pulau Flores.
1.3. Masalah
Permasalahaan utama bahwa pembangunan kepariwisataan hingga saat ini masih
belum sepenuhnya difokuskan ke kawasan timur Indonesia, sehingga masalahnya ba nyak
potensi sumberdaya alam dan budaya di kawasan timur tersebut masih j auh t ert inggal dengan
daerah lain, dan belum menjadi kesatuan dalam upaya pema nfaata nnya. Masala
tersebut timbul disebabkan oleh beberapa masalah antara lain:
1. Pembangunan yang masih terfokus pada wil ayah Jawa, Bali dan Sumat era.
2. Belum teridentifikasinya potensi sumberdaya alam dan budaya yang l engkap, a'<tua
dan akurat untuk kepentingan percepata n pembangunan sektor kebudayaan dan
pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan.
Belum dimilikinya dan informasi keruangan (spasial) tentang persebaran potensi
sumberdaya, terkait kebudayaan dan pariwisata yang diperlukan untuk mendukung proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam program perencanaan percepatan
pembangunan di Flores yang menjadi bagian dari Grand Strategy Pembangunan KTI
1.4. Keluaran
1. Data dan informasi hasil identifikasi yang terkait dengan, sumberdaya
kebudayaan dan pariwisata di Pulau Flores dalam bentuk deskriptif dan spatial
2. Pokok-pokok pikiran yang mencakup permasalahan, pemecahan masalah dalam
pemanfaatan potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan di Pulau Flores
...
secara terpadu dan berkelanjutan.
3. Rekomendasi dan saran tindak lanjut yang dapat mendukung arah percepatan
pembangunan potensi sumberdaya sektor kebudayaan dan kepariwisataan secara
terpadu dan berkelanjutan khususnya di Pulau Flores dan umumnya di KTI.
11. TINJAUAN EKSPEDISI
Perencanaan pengembangan pariwisata sebagai satu produk kebijakan, akan didesain
sedemikian rupa untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemangku kepentingan
(stakeholder) dan pemilik kepentingan (shareholder) khususnya masyarakat di Pulau Flores itu
sendiri ini. Oleh karenanya untuk menghindari permasalahan dikemudian hari yang mencakup
antara lain biaya, sinkronisasi dan kewenangan lintas sektor dan disiplin, maka perumusan
perencanaan percepatan pembangunan sektor kebudayaan dan pariwisata dimaksud harus
dilakukan melalui proses kegiatan penelitian (research based) yang memfokuskan pada aspek-
aspek terkait sumberdaya kebudayaan dan pariwisata.
2.1. Gambaran Umum
Pemerintah dalam kebijakan pembangunan ke depan memprioritaskan pada wilaya
tertinggal dan wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI). Nusa Tengga ra Timur, merupakan sa ....
propinsi yang menjadi target pemerintah dalam melaksanakan program percepata
pembangunan di kawasan tertinggal yang berada di KTI. Kebijakan pemerintah mempercepa
proses pembangunan kawasan Timur Indonesia, yang sudah ditetapkan sejak tahun 1990,
merupakan kebijakan yang harus didukung oleh semua pihak lintar sektor termasuk sektor
kebudayaan dan pariwisata.
Salah satu upaya menindak lanjuti program prioritas percepatan pembangunan KTI,
dalam hal ini Pulau Flores di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTI) adalah riset . Pemetaan
sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan sebagai kegiatan awal sangat perlu dilakukan
dalam rangka mengidentivikasi dan mengevaluasi sejauh mana potensi sumberdaya dimaksud
layak dikembangkan dan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di. wilayah kawasan
Timur Indonesia (KTI). Upaya ini tentunya merupakan terjemahan dan Grand Strategy
pembangunan KTI yang selanjutnya fokus pada berbagai aspek terkait bidang kebudayaan dan
kepariwisataan. Riset yang bersifat eksploratif ini dilaksanakan melalui pendekatan ekspedisi
ilmiah, terutama dalam menggali data dan informasi yang diperlukan tentang keanekaragaman
-
daya tarik potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan yang meliputi sumberdaya
lingkungan alam mencakup flora fa una, bentang alam, gejala alam baik di darat maupun laut,
serta sumberdaya li ngkungan budaya yang mencakup kearifan dan tradisi lokal, kehidupan sosial
budaya, tinggalan budaya arkeologi di darat maupun laut .
2.2. Wilayah Kajian
Pemilihan pulau Flores sebagai lokasi expedisi ilmiah, selain menindak lanjuti program
percepatan pembangunan, adalah untuk melengkapi dan memperbaharui data dan informasi
tentang keanekaragaman potensi daya tarik lingkungan alam dan lingkungan budaya yang
hingga saat ini data dan informasi tersebut sangat minim dan tidak lengkap. Dengan adanya
data dan informasi tentang potensi kebudayaan dan kepariwisataan Flores yang lengkap dan up
to date, khususnya data data bersifat keruangan, diharapkan dapat menjadi bahan masukan,
wilayah dengan deretan pegunungan vulkanis dan kontur alam yang berbukit-bukit
Dari RIPPDA 2005-2015 yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (2005),
disebutkan bahwa Flores merupakan salah satu wilayah yang rawan gempa, namun demi ki an
memiliki potensi daya tarik alami yang perlu dikelola secara bijak. Untuk itu perl u eksplorasi
potensi sebagai upaya pemetaan potensi yang sangat berguna sebagai bahan masukan dalam
menentukan program percepatan pembangunan Pulau Flores ke depan. Konsep dari ekspedisi
ini adalah ekspedisi ilmiah, yang dilaksanakan melalui kegiatan eksplorasi pemetaan dan
penilaian potensi kebudayaan dan kepariwisataan secara keruangan (spatial) pada potensi yang
dianggap unggulan sebagai sample dibeberapa daerah di Pulau Flores meliputi Kabupaten
Manggarai , Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada. Dengan
wilayah kajian dibeberapa k'abupaten tersebut, diharapkan melalui ekspedisi ilmiah dimaksud
dapat memberikan tidak saja hasil berupa data dan informasi potensi unggulan, tetapi juga
dapat memberikan pengalaman sebagai bahan inspirasi dalam mengembangakan wisata
berbasis edukasi .
2.3. Ruang lingkup
1. Lingkup Kajian . Sebagai kerangka atau arahan mendasar pada operasionalnya,
ma ka ruang lingkup ekspedisi ilmiah pemetaan potensi sumberdaya kebudayaan dan
pariwisata di Pulau Flores akan dibatasi pada :
a. Data spasial potensi kebudayaan dan kepariwisataan Pulau Flores
ang :::Jeraoa d' ka\',asan Indonesia bagian Timur
b. permasa lahan dan peluang percapatan pembangunan KTI khususnya Pulau
Flores melalui assessment potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan
yang dimiliki Pulau Flores
c. Langkah-langkah tindak lanjut pemanfaatan sumberdaya alam meliputi flora
fauna, bentang alam, gejala alam baik di darat maupun taut, serta sumberdaya
budaya meliputi kearifan dan tradisi lokal, kehidupan sosial budaya, tinggalan
budaya arkeologi di darat maupun taut, secara terpadu dan berkelanjutan.
2. Lingkup Kegiatan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dimaksud di atas, maka, dengan
menyesuaikan pada dana, biaya, waktu dan luas wilayah pengamatan, kegiatan mencakup:
a. identifikasi potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan di Pulau Flores.
Tahap ini mencakup pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan
analisis data potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan di Pulau
Flores, serta data Spatial (GIS) potensi sumberdaya kebudayaan dan
kepariwisataan di Pulau Flores
b. Penyusunan kerangka konsep pengembangan kebudayaan dan pariwisata
sebagai arahan kedepan dalam perumusan rencana aksi percepatan
pembangunan sektor kebudayaan dan pariwisata di Pulau Flores.
3. Lingkup Wilayah Ekpedisi. Ekspedisi ilmiah akan dilakukan di Pulau Flores dengan beberapa
daerah menjadi lokasi pengamatan yang memiliki keanekaragaman potensi sumberdaya
mulai dari Barat menuju Timur Pulau Flores meliputi Labuan Baja, Ruteng, Bajawa, Ende,
Mumere, Larantuka dan Lamahera/Lembata.
4. Metode Penelitian. Dalam upaya mengantisipasi kurangnya data dan. informasi terkait
permasalahan pemanfaatan sumberdaya dalam rangka percepatan ~ pembangunan di
daerah, maka metode penelitian yang dilakukan dalam expedisi ilmiah ini adalah melalui
pendekatan riset eksplorasi (exploration study) . Studi yang bersifat penjajakan ini dilakukan
dengan harapan dapat menggali informasi yang diperlukan untuk memahami karakteristik,
-
fenomena atau masalah potensi sumberdaya dan pemanfaatannya di Flores. Disamping itu
melalui pendekatan studi yang bersifat penjajagan setidaknya antara lain dapat dilakukan
diagnosa atau penafsiran terhadap fenomena tertentu, menganalisis alternatif-alternatif
yang diperlukan guna memperoleh gagasan-gagasan yang diperlukan untuk menindak
lanjuti.
2.4. Tenaga Ahli Lokal
Dengan metode analisis deskriptif kualitatif melalui pendekatan eksploratif, kegiatan ini
di lakukan pada beberapa lokasi di Pulau Flores dengan aktivitas antara lain mulai dari
pengumpulan data, pengolahan data, analisis sintesis hingga interpretasi hasil analisis.
Selanjutnya kerangka konsep pengembangan sebagai representasi disederhanakan dari aspek
si tuasi problematik dikonstruksikan untuk maksud tertentu, akan dirumuskan dalam bentuk
model deskriptif dan normatif yang diharapkan dapat menjelaskan alternatif pilihan dengan ca ra
assessment potensi serta menginterpretasikan dan memberi rekomendasi dalam mencapai
suatu nilai.
Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, ma ka t im selain bekerj asama dengan piha
pemerintah provinsi/kabupaten/kota (Dinas Kebudayaan dan Pa riwi sat a) juga akan melibatkan
tenaga lintas sektor yang terkait pembangunan kepariwi sataa n khususnya di KTI melalui
kerjasama pelibatan aktif dengan pihak-pihak dari berbagai multidisiplin. Disamping itu,
masyarakat di beberapa lokasi dilibatkan sebagai informan.
111. WILAYAH EKSPEDISI
3.1. Kependudukan
Penduduk yang mendiami seluruh wilayah Provinsi NTI ini terdiri dari berbagai suku
ba ngsa, diantaranya: Timor, Rote, Sabu, Sumba, Helong, Flores, Alor dan lain-lain. Jumlah
penduduk Nusa Tenggara Timur, berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2010
sebanyak 4.679.316 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, penduduk yang berjenis kelamin laki-
.
laki tercatat sebanyak 2.323.534 jiwa, sedang 2.355.782 jiwa lainnya berjenis kelamin
perempuan penyebaran penduduk terbanyak di NTI masih bertumpu di Kabupaten Timor
engah Selatan (TIS) sebesar 9,41 persen dari total penduduk NTI, menyusul Kabupaten Belu
sebesar 7, 53 persen, dan Kota Kupang sebcitar 7,17 persen (BPS.NTI ).
3.2. Sarana dan prasarana
Sebagai penunjang perekonomian, Nusa Tenggara Timur memiliki 2 (dua) kawasan
industri yaitu: kawasan industri Boanawa di Kabupaten Ende dan kawasan industri Bolok di
Kabupaten Kupang. Dukungan prasarana jalan darat di provinsi ini sepanjang 17.116A5 km yang
terdiri dari jalan negara sepanjang 1.309,78 m, jalan Provinsi sepanjang 2.939,86 km, dan jalan
Kabupaten sepanjang 12.866,81 km. Dengan wilayah berupa kepulauan, prasarana
perhubungan laut dan udara mutlak di provinsi ini. Terdapat dua pelabuhan laut yaitu:
Pelabuhan Waingapu dan Pelabuhan Maumere, serta 1 bandar udara nasional dan beberapa
bandar udara perintis yang tersebar di 14 kabupaten. Sedangkan pelabuhan kapal-kapal pesiar
terdapat di Puncak Waringin-Labuhan Baja kapal-kapal dapat dipergunakan untuk tujuan ke
Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Warloka, Pulau Kalong dan sekitarnya.
Labuan Baja adalah kota di daerah berbukit dengan segala fasilitas yang sudah tersedia
antara lain: Hotel, restoran, rumah sakit, pusat pembelanjaan, pam bensin, informasi pariwi sata,
dll Di Manggarai Barat terdapat 37 hotel bintang dan penginapan, 35 restoran, 7 restoran di
Kecamatan Lembor, 15 usaha jasa BPW (Biro Perjalanan WisataL 11 perusahaan wisata o a
raga air, 15 tempat hiburan, 18 Situs, dan terdapat 21 tempat sanggar seni dan budaya. (Dinas
Pariwisata. 2010)
3.3. Sosial ekonomi dan budaya
Sejarah kependudukan masyarakat Flores menunjukkan bahwa Pulau ini dihuni oleh
berbagai kelompok etnik yang hidup dalam komunitas-komunitas yang hampir-hampir eksklusif
sifatnya. Masing-masing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial
budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh (Barlow, 1989; Taum,
1997b). Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, sistem kepercayaan masyarakat Pulau Flores
terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan asli (agama lokal) dan lapisan agama-agama dunia .
Lapisan agama asli masyarakat NTI termasuk Pulau Flores bertumpu pada kepercayaan
animisme dan dinamisme dalam berbagai corak menurut keragamaJl .budaya dari setiap
kelompok etnis yang menghuni wilayah Pulau Flores. Karenanya corak agama asli orang Pulau
Flores adalah agama-agama suku. Kepercayaan animisme meyakini bermacam-macam roh halus
yang mendiami tempat atau posisi tertentu (seperti pohon, batu, lembah, bukit, dsb.) dan
campur tangan dalam urusan manusia. Begitu pula dinamisme mempercayai
kekuatan-kekuatan gaib yang terkandung dalam berbagai benda-benda alam, peristiwa . Di atas
lapisan agama asli itu terbangunlah lapisan agama-agama dunia.
Demikian juga di sektor ekonomi, sektor pariwisata di pulau flares menjadi salah satu
lokomotif penggerak ekonomi lokal untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat di daerah
ini . Potensi obyek wisata yang terdapat di Pulau Flores menjadi komoditas yang dapat menjadi
tumpuan masyarakat. Provinsi Pulau Flores memiliki 2 (dua) unggulan pada sektor pertanian
yaitu: sub sektor perkebunan dan Perikanan. Komoditi unggulan dari sub sektor perkebunan
adalah kakao, perkebunan kelapa dan perkebunan kopi . Untuk sub sektor perikanan terdiri dari:
perikanan laut, perairan umum dan perikanan darat (tambak, kolam dan sawah) .
lV. LINGKUNGAN ALAM
Penelitian ekspedisi ilmiah yang dilakukan di Pulau Flores dengan beberapa daerah yang
menjadi lokasi pengamatan, memiliki keanekaragaman potensi sumberdaya mul ai dari barat
menuju timur Pulau Flores meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Kabupat en Manggarai,
Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada.
4.1. Ekosistem
Lebih dari setengah dari vegetasi asli pulau-pulau telah dibuka untuk penanaman padi
dan tanaman lainnya, untuk penyelesaian dan oleh kebakaran hutan konsekuen. Pulau Komodo,
Padar Rincah sekarang termasuk dalam Taman Nasional Komodo dilindungi sebagai {Wikimedia
Foundation Inc). Sementaramasalah ekologi banyak mempengaruhi baik pulau-pulau kecil dan
daratan besar, pulau-pulau kecil mengalami masalah khusus mereka dan sangat terkena
kekuatan eksternal. Tekanan pengembangan pulau-pulau kecil yang meningkat, meskipun
pengaruh tersebut tidak selalu di antisipasi {Wikimedia Foundation Inc).
Oleh karenanya sasaran untuk meminimalisir degradasi ekosistem di Pulau flares antara lain
perlunya:
1.
.
Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam, pesisir dan laut dengan
memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan,
2. Pengenda li an t erhadap penc!Wlaran lingkungan dan degradasi lahan
3. Meni ngkatkan upaya penghijauan dan rehabilitasi lahan kritis serta konservasi
kawasan pesisir pantai ,
4. Meningkat nya pengawasan terhadap pemanfaatan SDA serta meningkatkan upaya-
upaya rehabil itasi perbaikan daerah/kawasan dan sumberdaya alam yang telah
mengalami pengerusakan,
5. Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan
pengembangan wilayah,
4.2. Bentang dan gejala Alam,
Penjelasan tentang bentang dan gejala alam atau geologi wilayah Flores, diuraikan
berdasarkan antara lain: Geomorfologi, Stratigrafi. Wilayah penelitian tersusun oleh beberapa
formasi batuan, yaitu batuan sedimen berumur Miosen yang dibentuk oleh batugamping, tufa
serta batupasir, menempati deretan perbukitan di Flores Barat . (Koesoemadinata dkk. 1994)
Aluvium (Qal): Kerikil dan kerakal andesit, dasit, basal dan granit, pasir, lumpur, dan lanau
terendapkan dalam lingkungan sungai dan pantai.
Batugamping Koral (QI) : Batugamping koral mengandung sedikit gangga ng, pejal, mencapai
tinggi lebih kurang 200 meter d.p.l
Undak Pantai (Qct): Perselingan konglomerat dan batupasir, sedikit gampingan, mudah
lepas, hampir mendatar, struktur silangsiur, mencapai ketinggian 10 sampai 50 meter d.p.l.
Batuan Gunungapi MudQ (Qhv)(w, i, a, r): Lava, breksi, aglomerat bersusunan andesit-basal,
struktur kekar melembar, tuf pasiran, pasir gunungapi, mudah lepas, berasal dari kegiatan
gunungapi strata, muda, G. Waisano (w), G. lne Rie (i), G. Ambulombo (a), dan Poco Ranaka
(r).
4.2.1. Hidrogeologi
Wilayah Airtanah perbukitan, Wilayah Airtanah gunungapi Kuartei Wilayah Airtanah
dataran, menempati beberapa daerah sempit di pantai utara P. Flores, salah satu yang paling
luas adalah dataran pantai Mbay. Akifer airtanah tertekan dijumpai pada kedalaman sekitar 30-
50 meter dari rata tanah setempat (hasil pendugaan geolistrik Direktorat Geologi Tata
Lingkungan). Diperkirakan prod ukt ivit as a ~ f e r n y a sedang).
Berdasarkan tataan hidrogeologi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
daerah Maumere dan kemungkinan juga daerah dataran Mbay, merupakan daerah yang
potensial bagi pengembangan airtanahnya lebih lanjut. Aliran airtanah secara wajar di daerah
Maumere diperhitungkan sebesar 8,2 liter/ detik untuk penampang sepanjang 1 km.
4.3. llkim
Curah hujan tahunan rata-rata tertinggi tercatat di daerah Ruteng, yakni 3352 mm,
terendah di daerah Maumere, tercatat 954 mm. Pulau Flores digolongkan daerah beriklim
kering dengan bulan kering umumnya dari Mei sampai November. Meskipun demikian, Flores
Barat (Ruteng dan Bajawa) beriklim lebih basah.
4.4. Potensi
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang
berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam
sumberdaya a lam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan.
4.4.1. Flora dan Fauna
Flora dan fauna di sini menunjukkan bahwa ini adalah zona transisi, sebuah daerah di
dalam garis Wallace dimana spesies campuran keduanya fauna Eurasia dan Australia, sepert i
berbagai jenis marsupial Australia dan burung yang juga ada di Papua Nugini. Binatang paling
khas yang terkenal dari daerah ini adalah Naga Komodo, (www.lombokrinjanitrekking.com) .
4.4.2. Pertanian
Pertanian di Kab. Manggarai Timur, yang dikedepankan adalah pengembangan lahan
basah dan lahan kering. Potensi lahan sawah yang ditunjang dengan sistem irigasi yang baik.
(www.businessreview.co.id).
4.4.3. Perkebunan
Perkebunan di Kab. Manggarai Barat, dihasilkan kelapa, kopi, jambl1 mete, dan kemiri.
.
Produksi kelapa terkonsentrasi di Kecamatan Macang Pacar. (www.cps-sss.org).
4.4.4 Kehutanan
.
Luas hutan Kabupaten Manggarai mencapai 210.624 Ha atau 50 % dari luas wilayah.
Hasil hutan meliputi kayu rimba campuran, kayu jati, kayu nangka, madu, kulit kayu manis, rotan
dan lain-lain.
4.4.5 Perikanan
Perikanan laut di Kab. Manggarai Barat, terdapat Kec. Komodo, Kec. Lembor, dan Kec.
Macang Pacar. Sedangkan Perikanan darat, terdapat di Kec. Kuwus, Kec. Lembor, dan Kec. Sana
Nggoang (www.cps-sss.org) .
4.4.6 Peternakan
Peternakan di Kab. Manggarai Barat, penduduk daerah ini mengembangkan peternakan
Sapi, Kerbau, Babi, Kambing, dan Ayam kampung. Pengembangannya dilakukan di beberapa
kecamatan, yaitu Lembor, Komodo, Sana Nggoang, Kuwus, dan Macang Paca r (www.cps-
sss.org) .
4.4.7 Pertambangan
Potensi sumberdaya tambang di Kab. Ngada adalah emas, toseki, kaolin, basalt, tufa
lempung/tanah liat, tras, feldspar, Tiangan, mineral, bijih besi (Fe), emas, uap panas bumi, dan
lain-lain. (www.businessreview.co.id).
V. LINGKUNGAN BUDAY A
Tanah Flores kaya akan tinggalan budaya, sejalan dengan keberadaan sukubangsa-
sukubangsa yang ada di situ. Orang-orang Flores pada umumnya masih melanjutkan tradisi yang
diwariskan oleh nenek moyangnya. Kampung-kampung tradisional Flores dengan segala
aktivitas penduduknya merupakan bukti nyata dari kesinambungan tradisi . Masuknya bangsa
barat Portugis tidak dapat mengubah tradisi yang ada. Bahkan unsur budaya yang dibawanya
(agama Katolik) tidak dapat "melunturkan" budaya asli Flores.
. '
Sebuah kampung tradisional Flores merupakan gambaran nyata dari budaya asli orang
Fl ores. Semua kegiatan di kampung tersebut masih merupakan kesinamungan tradisi yang
diwariskan . Perbedaannya hanya terletak pada alih fungsi, seperti misalnya barang-barang hasil
kerajinan rakyat . Kalau pada awalnya berfungsi sebagai pemenuha kebutuhan harian, karena
mempuyai nilai ekonomis hasil kerajinan tersebut dapat dijual.
5.1. Sukubangsa dan Budaya
Dilihat dari kebudayaannya, penduduk Flores bukan merupakan satu sukubangsa
dengan satu kebudayaan yang sama, melainkan percampuran antara sukubangsa dari ras
Mongoloid dan ras Melanesid. Belakangan masuknya bangsa Portugis, penduduk dari beberapa
wilayah merupakan keturunan campuran dengan Portugis.
Secara fisik orang Manggarai juga mempunyai perbedaan dengan ketujuh sub-
sukubangsa lain yang ada di Pulau Flores. Orang Manggarai lebih banyak menunjukkan ciri-ciri
Mongoloid, sedangkan sub-sukubangsa yang lain mulai dari Riung sampai ke arah timur lebih
menunjukkan ciri-ciri Melanesia.
5.1.1. Sukubangsa Manggarai
Orang Manggarai menempati wilayah paling barat Pulau Flores di Kabupaten Manggarai
Barat, Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Timur pada areal seluas sekitar 7.000
km
2
. Sebagian besar wilayahnya bergunung-gunung dengan puncaknya seperti Gunung
Ranakan, Gunung Nembu, dan Gunung Curunumbeng. Karena banyaknya gunungapi, tanahnya
termasuk yang paling subur di Flores. Di antara lembah-lembah yang sempit mengalir beberapa
sungai, seperti Sungai Nuring, Langa, Lingeh, Sano, dan Jamal.
Suburnya bumi Flores menguntungkan penduduknya untuk bercocok tanam di ladang
dan membuat areal persawahan dengan irigasi. Kondisi alam yang subur ini mempunyai potensi
yang besar untuk meningkatkan produksi pangan. Areal persawahan dengan irigasi menempati
lembah yang luas dengan dikelilingi rangkaian perbukitan, seperti yang dapat disaksikan di Desa
Cara . Sawah-sawah di lembah ini, petak-petaknya seperti sarang laba-laba dengan satu titik
pusat . Makin jauh dari titik pusat, makin Iebar petak-petaknya. Satu titik dimiliki oleh satu
keluarga, dan petak-petak sawahya dimiliki oleh ahli warisnya. Hal ini berkaitan dengan

pembagian waris secara adat, yaitu Sawah Lingko. Bentuk dasarnya bulat dan dibagi menjadi
beberapa bagian seperti potongan kue dengan luas antara 6-8 hektar.
Penduduk asli menyebutnya dengan Sawah Lodok, sesuai dengan tata cara pembagian
tanah ulayat dalam masyarakat adat M ~ g g a r a i , Nusatenggara Timur. Tanah-tanah adat yang
disebut Lingko dibagi kepada warga dengan sistem lodok, yaitu membagi lingko dimulai dari
.
teno di pusat lingko. Kemudian menarik garis lurus (jari-jari) hingga batas terluar tanah lingko
tersebut . Sistem pembagian ini adalah satu-satunya yang ada di dunia.
Sekitar 3 Km dari Ruteng (ibukota kabupaten Manggarai) terdapat sebuah desa
tradisional Compang Ruteng. Salah satu daya tarik tempat ini adalah suatu tempat disebut
compang yaitu suatu komplek yang terdiri dari altar pemujaan arwah leluhur dikelilingi dinding
batu dan dua rumah adat yang menghadap ke altar. Secara keseluruhan bentuk denah desa ini
adalah bundar dengan pagar kelilingnya dibuat dari tumpukan/susunan batu kali. Di tengah desa
terdapat tumpukan batu sebagai tempat yang dianggap suci, tempat turunnya roh penjaga
kampung.
Rumah-rumah adat Manggarai denahnya berbentuk lingkaran. Terdiri dari kolong
(bawah), ruangan (tengah), dan atap (atas) . Rumah ini dibangun di atas tiang yang bagian
kolongnya dipakai sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat pertanian. Kadang-kadang
berfungsi sebagai kandang hewa peliharaan. Bagian tengah terdiri dari lima ruangan, yaitu satu
ruangan besar di tengah, dan empat kamar di pinggir. Atapnya berbentuk kerucut dibuat dari
ikatan-ikatan jerami. Bagian puncak atap terdapat patung dari kayu. Bagian atap ini merupakan
tempat suci yang ditinggali oleh roh, juga berfungsi sebagai tempat menyimpan benda pusa ka
dan bahan makanan seperti padi dan jagung.
5.1.2. Sukubangsa Riung
Orang Riung sebagian besar menempati wilayah seluas 683 Km
2
di Kecamatan Riung,
Kabupaten Ngada. Penduduknya sekarang mencapai lebih dari 17.000 jiwa.
5.1.3. Sukubangsa Ngada
Orang Ngada bermukim di lingkungan alam yang bergunung-gunung dengan hutan yang
lebih lebat jika dibandingkan dengan hutan di wilayah lain dari Flores. Di bagian selatan
rangkaian pegunungan mempunyai puncak tertinggi lebih dari 2.000 met.er d.p.l. Di bagian
. '
tengah kontur permukaan tanahnya berbukit-bukit, membentang dari barat ke timur sampai
perbatasan Kabupaten Ende. Di bagian utara terbentang dataran rendah Mbai dan Soa.
Pada umumnya orang Ngada tinggal di desa-desa yang mempunyai pola tersendiri.
Bentuk perkampungannya pada masa magalit, yaitu masih terdapatnya
punden-punden di tengah perkampungan. Tradisi megalit ini hingga kini masih terus berlanjut
walaupun masyarakatnya sudah menganut agama Katolik. Perkampungan dengan ' ciri-ciri
megalit di Kabupaten Ngada, antara lain terdapat di Kampung Bena, Gurusina, Wogolama, Tua
Woi, dan Bata Dolu.
Kampung Bena adalah salah satu perkampungan tradisional yang masih asli di antara
kampung adat yang ada di Kabupaten Ngada, Flores. Letaknya di Desa Tiworiwu, Kecamatan
Ai mere, Kabupaten Ngada berjarak sekitar 18 km dari Bajawa. Perkampungan ini sangat unik
karena berada di lembah dan diapit Gunung lnerie dan Gunung Surelaki. Memasuki areal
kampung, ada susunan batu turap berteras setinggi tiga meter yang mengaburkan kesan adanya
kampung. Namun setelah menaiki batu berteras itu pada ketinggian tiga meter, barulah terlihat
ada kampung Bena yang tertata apik berderet linier tersembunyi di dalamnya.
Kampung Bena memiliki halaman luas yang disebut kisanatha rua ng publik berupa
hal aman yang merupakan orientasi setiap kegiatan ritual. Di sini terdapat sejumlah bangunan
ang disakralkan masyarakat sebagai perwajahan leluhur mereka, ngadhu dan bagho. 1\'godnu
merupakan simbol perwajahan leluhur laki-laki, bangunannya menyerupai payung, seda ngKan
bagha semacam miniatur rumah sebagai perlambang perwajahan leluhur perempuan.
Rumah pendukung ini harus terus disempurnakan sampai pada tingkatan kesembilan
yang disebut sao ulu po yang sudah dipandang layak sebagai rumah adat . Sejak memiliki rumah
dalam tingkatan ini, mereka sudah boleh menyiapkan diri untuk memiliki ngadhu da n bagha,
bangunan pemujaan leluhur laki-laki dan perempuan. Karena pertimbangan lahan yang makin
menyempit, maka pembangunan rumah pendukung di kampung Bena sekarang dibatasi dan
diperbolehkan membangun di luar areal kampung dengan dasar pertimbangan untuk menjaga
keaslian kampung Bena.
Walaupun sekarang masyarakat setempat dominan penganut nasrani , namun budaya
lama tradisi megalitik masih tetap membudaya. Hal ini terlihat jelas saat diadakan upacara reba
yakni perayaan syukuran tahunan atas karunia a lam dan leluhur. P e r a y a a ~ inJ di mulai dari Bena,
di halaman kisanatha yang luas. Masing-masing klan mengadakan perayaan memasak bersama
di bangunan Bagha yang merupakan bangunan pemersatu agar semua warga klan tetap ingat
kepada leluhurnya.
~
Nilai yang dapat diketahui bahwa masyarakat Bena tidak mengeksploitasi lingkungannya
.
ial ah lahan pemukiman yang dibiarkan sesuai kontur asli tanah berbukit . Bentuk kampung Bena
menyerupai perahu karena menurut kepercayaan megalitik perahu dianggap punya kaitan
dengan wahana bagi arwah yang menuju ke tempat tinggalnya. Namun nilai yang tercermin dari
perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyaratkan kerja keras yang
dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukkan alam mengarungi lautan sampai tiba di
Ben a.
Berbagai penjabaran itu merupakan bagian dari kearifan dalam pembangunan rumah
tradisional. Analisa tersebut merupakan bagian dari berbagai konsep arsitektur tradisional dari
berbagai kepercayaan bangsa Asia. llmu pengetahuan tradisional itu analisanya sangat akurat
dan bersifat logis, hanya saja cara penyampaian para praktisi masa lalu sering menggunakan
bahasa lambang atau dikaitkan dengan nasihat yang bersifat mistis.
5.1.4. Sukubangsa Ende
Sukubangsa Ende adalah sekelompok sukubangsa yang berdiam di bagian terga" 1DUl<L
Flores, di kecamatan-kecamatan Nangapanda, Ende, dan Ndoa di Kabupaten E,.,de.
tinggal orang Ende bentuknya seperti rumah tinggal sukubangsa-sukubangsa lain yang aoa c
Flores, yaitu berupa rumah panggung dengan atap tinggi yang dibuat dari il alang. Dal am san ..
perkampungan terdapat beberapa rumah tinggal, dan dilengkapi dengan tempat upacara.
5.1.5. Sukubangsa lio
Orang Lio tinggal di perkampungan yang diberi nama nua. Satu kampung ditinggali oleh
kelompok-kelompok klen yang anggotanya masih mempunyai hubungan kerabat . Sesuai tradisi
sebuah kampung terdiri dari beberapa unsur bangunan, lapangan tempat upacara, dan
beberapa bangunan batu sebagai pusat-pusat pemujaan.
V.2. Hasil Budaya
Hasil-hasil budaya yang dapat ditemukan di Flores baik yang (benda), maupun
yang intagible (tak benda) merupakan tinggalan budaya masa lampau. Tinggalan-tinggalan
budaya ini ada yang diteukan di situs-situs arkeologi, dan ada pula yang ditemukan di kampung-
kampung adat tradisional.
..,
5.2.1. Situs Warloka

Kampung Warloka terletak di tepi pantai yang menghadap ke arah Pulau Rinca, di
bagian barat Kabupaten Manggarai, sekitar 30 km dari kota Labuhan Bajo. Sebagian besar
penduduknya bermatapencaharian sebagai ne/ayan, dan sebagian lagi sebagai pe/adang.
De rmukaan tanahnya landai sampai ke kaki bukit. Kemudian pada jarak sekitar 500 meter,
permukaan tanahnya mulai menanjak hingga ke perbukitan.
Obyek budaya yang terdapat di Warloka berupa tinggalan budaya masa lapau berupa
oatu-batu menhir yang dibuat dari batu pasir (sand-stone) . Masing-masing batu menhir ini
berukuran tinggi/panjang sekitar 2 meter dan Iebar sekitar 40 em. Ketika awal ditemukan,
sekitar tahun 1920-an batu-batu menhir ini berada di lereng dan puncak bukit . Menurut
keterangan penduduk Warloka batu-batu menhir ini diturunkan penduduk ke daerah pantai.
Beberapa di antaranya ditempatkan di sekitar Puskesmas Warloka, dan lainnya dibiarkan
t ergeletak di halaman sekitar Puskesmas.
Pada tahun 1980-an situs Warloka pernah diteliti oleh tim dari Pusat Peneli t ian
Arkeologi Nasional. Pada penelitian itu berhasil ditemukan pecahan-peca han keramik Tiongl<o
yang berasal dari sekitar abad ke-17. Adanya keramik- keramik ini , membuktikan bah.:a oaca
masa lampau penduduk wilayah ini telah mengadakan hubungan perdaga ngan del"ga11 te
lain.
5.2.2. Situs liang Bua
Liang Bua yang dalam bahasa Manggarai artinya "Gua Sejuk" terlet ak di daerah
perbukitan kapur di wilayah Kabupaten Manggarai . Flores meskipun sebagian wilayahnya
berupa perbukitan kapur, akan tetapi daerah ini cukup subur, bahkan Manggarai sejak dulu
dikenal sebagai salah satu Lumbung Padi untuk wilayah Flores. Disamping memiliki sumberdaya
alam yang menarik, Manggarai ternyata juga memiliki potensi sumberdaya arkeologi yang
mengaggumkan.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya situs-situs arkeologi yang tersebar luas di
.
daerah ini. Sa lah satu diantaranya adalh situs Liang Bua. Situs ini terle.tak di Desa Liang Bua.
Kecamatam Ruteng, Kabupaten Manggarai, sekitar 14 Km di utara kota Ruteng, pada ketinggian
500 meter d.p.l.
Situs Liang Bua sangat ideal masa prasejarah, memiliki panjang 50
meter, Iebar 40 meter, dan tinggi atap bagian dalam 25 meter. Terletak sekitar 200 meter
dari pertemuan dua buah sungai besar, yaitu Wae (sungai) Racang dan Wae Mulu. Kedua sungai
.
ini mengandung t emuan artefak bat u dan batuan keras seperti tufa kersikan, kalsedon, dan
rijang (chert) .
Gua juga merupakan potensi wisata di Ruteng dengan adanya Liang Bua, sebuah gua
alam dengan stala kt it dan stalakmit. Di dalam gua pernah ditemukan artefak dan tulang
belulang manusia purba. Gua ini menjadi obyek penelitian arkeologi dari Indonesia dan
mancanegara (Belanda, Australia, Amerika dan lnggris) . Dekat dari Liang Bua masih terdapat gua
lain, yaitu Liang Galang dan Liang Tanah dengan mulut gua berdiameter sekitar 50 meter. Masih
banyak gua-gua lainnya seperti Liang Toge yang di dalamnya juga pernah ditemukan artefak.
Situs Liang Bua sangat penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, baik
untuk arkeologi Indonesia maupun internasional. Daya tarik bagi peneliti arkeologi adalah
ditemukannya kerangka manusia dan kerangka hewan yang semuanya berukuran kerdil. Sudah
banyak peneliti asing bekerjasama dengan peneliti Indonesia yang melakukan peneli tian di sit us
ini. Juga berbagai media asing, seperti National Geographic telah meliput hasil -hasil penelitian di
Liang Bua . Pengelolaan dan pemberdayaan yang terarah akan sangat bermanfaat dalam rangka
dalam rangka pengembangan daerah Manggarai secara khusus dan Indonesia pada umumnya.
5.2.3. Tarian
Caci merupakan tarian perang yang hanya dilakukan kaum pri a. Tarian ini lebih
merupakan permainan atau pertandingan daripada tarian karena selalu terjadi antara dua kubu
" musuh" . Satu kubu bersenjatakan cemeti dari rotan yang dipukulkan pada pihak " musuh", dan
satu kubu lainnya bertahan menggunakan tameng. Caci adalah pesta rakyat dan setiap anggota
masyarakat dapat berpartisipasi.
Sejak menjadi sebuah festival, caci dapat ditampilkan pada berbagai kesempatan,
seperti pada perayaan syukuran (penti), perayaan kobo, setelah pesta perkawinan yang sering
disebut nempung, atau pada perayaan peringatan ulangtahun Kemerdekaan 17 Agustus, atau
juga untuk penyambutan tamu-tamu penting.
.
Danding atau nggenjang merupakan tarian tradisional dengan menampilkan lagu-lagu
daerah pada malam hari, terutama pada bulan purnama. Peserta tarian ini adalah kaum remaja
(pemuda dan pemudi) dalam formasi tjrbuka. Untuk meyemarakkan suasana, para peserta
~
tarian ini menggunakan gri ng-girig yang disebut nggiring lime (dipegang), atau yang dikaitkan di
kaki yang disebut nggiring wai.
5.2.4. Kerajinan dan Tenun
Hampir di seluruh sukubangsa yang ada di Flores dan di Nusatenggara Timur pada
umumnya, mempunyai aktivitas bertenun dengan menggunakan alat tenun yang sederhana dan
membuat anyaman dari bahan dasar bambu. Kerajinan ini dapat dilihat dari aspek ekonomi dan
aspek seni budaya. Pada awalnya hasil kerajinan ini adalah untuk pemenuhan hidup sehari-hari
dan upacara adat, tetapi kemudian mempunyai arti ekonomi yang terkait dengan pasar.
Hasil kerajinan tenun itu dilengkapi dengan motif-motif hiasan yang dapat menarik
konsumen di pasar. Manggarai dikenal dengan tenunan kain congke (towe congke), kain todo,
dan kain suwi muting. Tenun ini lebih tepat disebut tenun sulam yang berbeda dengan tenun
ikat lainnya yang ada di Nusatenggara Timur.
Hasil anyaman berupa tikar alas tidur atau alas duduk dengan bahas dasar daun pandan.
Bentuk lainya berupa sokal, semacam wadah untuk menyimpan makanan, rota merupakan
semacam keranjang yang digantungkan di kepala.
5.2.5. Upacara
Masyarakat di Pulau Flores terdiri dari beberapa sukubangsa yang meskipun sudah memeluk
agama Katolik, namun masih berpegang teguh pada tradisi yang diwariskan nenek moyangnya.
Tradisi-tradisi yang hingga kini masih berlanjut adalah upacara-upacara yang berkaitan dengan
siklus hidup, membuka hl:ltan, mulai tanam, panen, selesai panen, sengketa tanah, pindah
rumah, dan pindah kampung. Mereka mengadakan upacara antara lain sebagai ungkapan
terimakasih kepada dewa, nenek moyang yang telah memberikan kehidupan. Upacara itu uga
berfungsi memperkuat rasa solidaritas sosial antar sesama.
5.2.6. Gereja Tua Sikka
.
Kampung Sikka saat ini menjadi sebuah kampung tujuan w i s a t ~ yang sering dikunjungi
wisatawan domestik maupun mancanegara, karena di sana terdapat beberapa obyek wisata
menarik di antaranya geraja tua sikka yang telah berusia lebih dari satu abad. Gereja tua ini
dibangun oleh umat paroki Sikka bersama pastornya asal Portugis Y. Engbers SJ pada tahun
_.
1899. Pembangunan gereja ini juga t idak terlepas dari peran raja Sikka pada masa itu adalah
~
Yoseph Mbako II Ximenes da Silva yang turut memotivasi rakyatnya untuk mengembangkan
kehidupan rohani; bahkan set iap kali pelant ikan raja selalu berlangsunng di dalam geraja ini. Hal
ini menunjukan hubungan erat dan kerjasama yang baik antara pihak pemerintah dan pihak
gereja Katolik pada masa ini.
Bangunan gerej a tua Sikka ini memiliki beberapa kekhasan yang menarik, antara lain
bentuk dan corak bangunannya yang bergaya arsitektur tradisional Eropa dari abad ke-18-19.
Kedua, dinding dinding tembok bagian dalam ditata dengan lukisan motif-motif tenun ikat Sikka
yang sangat terkenal dipandang mata. Pada usianya yang sudah lebih dari 100 Tahun, gereja tua
Sikka ini masih berdiri kokoh dan megah di pantai Sikka.
Dalam kaitannya dengan upacara peringatan hari besar umat Katolik, di Flores
khususnya Larantuka, mempunyai suatu keunikan tersendiri. Keunikan tersebut disebabkan
karena masuknya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di tanah Flores. Di Larantuka pada setiap
perayaan Paskah, seluruh masyarakat Katolik merayakannya. Dari berbagai penjuru Flores dan
bahkan dari tempat yang jauh dari luar Flores datang untuk merayakannya. Puncak upacara
adalah melakukan kirab dengan mengusung area Bunda Maria dari gereja keliling kota
Larantuka. Patung tersebut diberi kerudung dengan kain tradisional Flores. Perayaan semacam
ini di Indonesia hanya berlangsung di Flores, tempat di mana Portugis pernah mendarat cukup
lama dan mengembangkan agama Katolik.
Vl. PENDEKATAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Melihat fakta kondisi di lapangan, pembangunan di Pulau Flores perlu dilakukan melalui
beberapa pendekatan yang berbasis pada berkelanjutan.
6.1. Analisis Perlindungan
Analisis perlindungan akan dibagi atas dua uraian yaitu, koservasi lingkungan alam dan
pelestarian warisan budaya
6.1.1. Konservasi Lingkungan Alam
~
Sejak tahun 1970-an negara-negara di dunia termasuk negara industri telah dihadapkan
pada masalah lingkungan seperti kerusakan alam, pencemaran, banjir, polusi, dll. Sedemikian
gawatnya permasalahan lingkungan ini, sehingga PBB menyelenggarakan konferensi tentang
lingkungan hidup pada tanggal 5-6 Juni 1972 di Stockholm, Swedia, yang akhirnya ditetapkan
sebagai hari lingkungan hidup seduni a.
Hasil konferensi itu memberikan pengaruh kepada banyak negara untuk
memperhatikan da n menangani permasalahan lingkungan terutama yang berkaitan dengan
dampak pembangunan. Hal ini melahirkan suatu konsep baru pembangunan yaitu
Pembangunan yang Berkelanjutan (Suistainable Development) yang menitikberatkan pada
pembangunan yang berwawasan lingkungan, dengan konsep baru ini diharapkan adanya
perlakuan bijaksana terhadap sumber daya alam dan kesinambungan-nya berdasarkan
keterbatasan-keterbatasan alam itu sendiri. Karena apabila tidak berjalan maka masa depan
manusia akan terancam.
Perlindungan proses ekologis sebagai system penyangga kehidupan, karena sistem
penyangga kehidupan harus dalam keadaan yang seimbang. Lingkungan asli/alam (sudah dalam
keseimbangan yang stabil) dan lingkungan buatan (dalam keadaan tidak stabii).Kegunaa n
pelestarian genetik adalah untuk kesinambungan pembangunan. Pemanfaatan spesies flora dan
fauna sudah banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-spesies yang tidak dilindungi dapat
terjamin dalam keseimbangan alam. Sedangkan pemanfaatan spesies-spesies yang dilindungi
diperlukan peraturan perundang-undangan (Hadi Moch, tt) .
Dengan tidak adanya keseimbangan antara Antroposentris dengan Ekosentris
mengakibatkan munculnya konservasi. Karena adanya kesadaran biaya akan eksternali sasi yang
harus kita bayar mahal dalam bentuk akibat serta permasalahan lingkungan, maka muncullah
semacam kebutuhan untuk melestarikan jaringan sistem yang sudah tersedia di alam yang
seimbang termasuk di dalamnya rantai ekologis dan sumber daya alam. lnilah yang disebut
paham konservasi.
Sumberdaya alam yang dijumpai di Pulau Flores yang pada saat ini telah dieksploitasi
secara besar-besar, perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Salah satu sumberdaya alam di
Pulau Flores yang perlu mendapat perhatian untuk di konseravasi adalah' air, sebab Pulau Flores
. '
merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan tanaman pangan adalah di Pulau Flores.
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa di Pulau Flores masih tersedia lahan untuk pengembangan
padi sawah dan tanaman pangan lahan kering masing-masing seluas 41.220 ha dan 67.790 ha.
Kendala utama yang paling sulit d i a t ~ i dalam pemanfaatan lahan tersebut adalah kurangnya
ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Hasil kajian menunjukkan bahwa potensi
ketersediaan air dari curah hujan dan air permukaan masih memungkinkan untuk pengembangan
tanaman panga n, disertai dengan memanfaatkan teknologi budidaya hemat air.Pulau Flores
daratan di Propinsi Nusa Tenggara Timur seluas 1A juta ha, merupakan salah satu wilayah di
Kawasan Timur Indonesia yang mempunyai potensi untuk pengembangan lahan pertanian. Data
potensi sumber daya lahan Pulau Flores menunjukkan bahwa dari luas pulau tersebut, 915.000 ha
atau 65,2 persen tergolong potensial untuk pengembangan tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura dan peternakan dengan berbagai faktor pembatas (Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, 1997 dalam Sukarman, 2001) .
Usaha-usaha untuk menghindari/mengurangi cekaman kekeringan pada tanaman
adalah melalui usaha konservasi air tanah. Konservasi air lebih diarahkan kepada pencegahan atau
penekanan laju dan volume aliran air permukaan pada lahan berlereng sekaligus sebagai upaya
konservasi tanah. Oleh sebab itu teknologi yang dikembangkan dalam penelitian sistem usaha tani
konservasi pada lahan kritis bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan sekaligus
mengkonservasi tanah dan air (Baharsyah eta/. , 1997). Hasil penelitian Yusuf eta/., (1994) t entang
sistem usahatani alley cropping di Kabupaten Sikka, Flores diperoleh kesimpulan bahwa usahatani
tersebut selain berfungsi sebagai usaha konservasi tanah dan air tetapi juga dapat meningkatkan
pendapatan petani (Sukarman, 2001).
6.1.2. Pelestarian Warisan Budaya
Warisan budaya yang sangat menonjol di Flores adalah kampung-kampung tradisional
dari berbagai sukubangsa dengan segala isinya baik yang tak benda maupun yang berupa benda.
Dari sudut pandang arkeologi, kampung-kampung tradisional tersebut merupakan gambaran
permukiman masa megalit karena banyak aktivitas ritual meskipun mayoritas penduduk sudah
memeluk agama Katolik yang bernuansa prasejarah masih ditemukan. Kepe"rcayaan akan adanya
.
arwah nenek moyang di lingkungannya masih kental. Keadaan tersebut perlu dilestarikan, yaitu
dengan menggunakan strategi pariwisata yang berkelanjutan.
1. Pa riwisata 3udaya
Di satu sisi Pariwisat a Budaya adalah perpaduan dua unsur-baik sebagai industri
maupun sebagai sistem yang berkelanjutan yang memberikan peluang bagi
Indonesia. Art inya, pariwisata budaya dapat membangun upaya terpadu untuk
mengembangkan kualitas hidup masyarakat. Caranya adalah dengan mengatur
penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya budaya
secara berkelanjutan. Di sisi lain, kerancuan terminologi tidak diharapkan terjadi,
terutama dari unsur budaya. Banyak orang bicara tentang kebudayaan, tetapi
pengertian yang digunakannya mengacu pada hasil karya manusia yang indah-indah
atau kesenian. Ada pula yang menggunakan istilah kebudayaan untuk menyatakan
tingkat kemajuan teknologi yang didukung tradisi tertentu.
Mengacu pada pengertian dan definisi tersebut di atas, maka dalam menerapkan
pariwisata budaya perlu dilandasi dengan pendekatan prinsip-prinsip pariwisata
berkelanjutan yang meliputi:
a. Partisipasi Masyarakat setempat, dalam mengawasi atau mengontrol
pembangunan pariwisata budaya dengan ikut terl ibat dalam menentukan
pariwisata, mengidentifikasi sumberdaya-sumberdaya budaya yang akan
dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan strategi pengelolaan daya
tarik budaya.
b. Keikutsertaa.n Para Pelaku/Stakeholder, dalam pembangunan pariwisata budaya
meliputi kelompok dan institusi LSM, kelompok sukarelawan, pemerintah
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh
dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan
pa riwisata.
c. Kepemilikan Lokal, dalam menawarkan lapangan pekerjaa.n yang berkualitas
.
untuk masyarakat setempat serta kepemilikan dalam penyediaan fasilitas
penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran, dan sebagainya melalui
keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal
harus diupayakan dalam ~ e n u n j a n g kepemilikan lokal tersebut.
d. sumberdaya secara berkelanjutan, artinya menghindari
penggunaan sumberdaya yang tidak memberikan dampak negative terhadap
lingkungan budaya secara berlebihan serta menjamin bahwa sumberdaya
budaya dan lingkungannya dapat dipelihara dan dilindugi dengan menggunakan
kriteria-kriteri a dan standar-standar internasional.
Seca ra konseptual pariwisata budaya sebagai suatu "konsep" pengembangan
pariwisata berbasis sumberdaya budaya yang bertujuan untuk mendukung upaya-
upaya pelestarian budaya dan lingkungannnya, melalui peningkatan partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan secara berkelanjutan sumberdaya budaya sebagai
daya tarik pariwisata guna meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat
setempat . Beberapa landasan yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan
pariwisata budaya adalah bahwa wisata budaya adalah kegiatan perjalanan
seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami :
a. kebudayaan (tradisi, perilaku, kerajinan, kesenian, dll) masyarakat di suatu
tempat dalam waktu tertentu,
b. hal-hal yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari (eksotis), yang dilakukan
dalam waktu tertentu (sementara) .
c. kebudayaan masyarakat di suatu tempat dari waktu ke waktu (bukan hanya
kebudayaan yang bersifat tradisional saja melainkan kebudayaan yang sudah
dipengaruhi ?leh kebudayaan lain)
d. berbagai hal berkaitan dengan obyek yang memiliki daya tarik kelokalan,
menghasilkan nilai tambah dan manfaat, berkelanjutan, serta berbagai fasilitas,
aksesibilitas, pelaku, modal, dan sistem informasi.
2. Warisan Budaya
.
Warisan budaya (culture heritage) merupakan salah satu komponen kebudayaan
yang akan dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Warisan budaya ini meliputi
budaya tak benda (intangible culture) dan budaya bendawi (tangible culture).
Sebagai contoh budaya antara lain bangunan kampung tradisional, candi,
t
benteng, ..a dab tembikar, manik-manik, sedangkan budaya non bendawi antara
lain nila' -'1i ai, keyakinan, norma-norma dan adat istiadat.
Situs-situs arkeologi yang terdapat di Flores, apakah itu situs permukiman masa
neoli t , megalit, bangunan gereja merupakan warisan budaya yang dapat
direvitali sasi. Pengertian revitalisasi dalam hal ini warisan budaya dikembangkan
dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, pendidikan, identitas atau jatidiri
kelompok masyarakat tertentu dan juga untuk kepentingan ekonomi, misalnya
pariwisata.
Warisan budaya merupakan milik publik. Berdasarkan hal tersebut pengelola harus
dapat mengakomodir kepentingan publik. Selama ini pengelola warisan budaya
didominasi oleh pemerintah. Pihak pemerintah cenderung mengambil peran
sebagai legislator dalam pengelolaan warisan budaya, sehingga kepentingan dan
persepsi publik terhadap warisan budaya kurang mendapat perhatian. Diharapkan
pemerintah menempatkan posisinya sebagai mediator dan fasili sator dalam
pengelolaan warisan budaya. Pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan dalam
pengelolaan warisan budaya yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Pelestarian
Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keanekaragamannya dan
meningkatkan kualitas nilai eagar Budaya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Pelestarian (conservation) warisan budaya di Indonesia memiliki lingkup yang luas.
Pelestarian tidak semata berhubungan dengan kegiatan pemugaran bangunan kuno
atau perawatan naskah-naskah kuno saja. Pelestarian mencakup upaya-upaya
.
pemeliharaan, perlindungan, pemugaran, pengembangan dart pemanfaatan warisan
budaya (Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2005-2009).
Pengelolaan warisan budaya pada hakekatnya adalah melestarikan warisan budaya
agar tetap ada dalam koMeks sistem dan berguna bagi kehidupan masyarakat
sekarang. !Je,.,gelolaan warisan budaya adalah upaya untuk memberi makna baru
bagi v.ar'safl oudaya itu, apakah sebagai identitas atau jatidiri, daya ' tarik wisata
ataupun untuk kajian il mu pengetahuan. Oleh karena itu jika tidak ada makna baru
yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekarang, upaya pengelolaan itu akan terasa
sulit atau bahkan t idak akan mencapai sasaran (Tanudirjo, 2006:14).
a. Landasan Aspek Pelestarian Sosial dan Budaya mencakup perlindungan nilai
kearifan lokal, adat istiadat, tradisi masyarakat setempat, penguatan moral dan
tata nilai kemasyarakatan, perlindungan sejarah dan budaya Meminimalisir
komersialisasi karya seni dan budaya setempat
b. Strategi Pengembangan pelestarian Sosial budaya mencakup pelibatan
masyarakat berperan aktif dalam kegiatan usaha pariwisata, peningkatan
apresiasi terhadap nilai-nilai kearifan lokal dalam melestarikan sejarah dan
warisan budaya, dan penguatan hak kepemilikan masyarakat .
c. Strategi Penyelenggaraan Pelestarian budaya dan konservasi lingkunganAnali sis
dampak pergerakan dan jumlah wisatawan, pembangunan prasarana, sara'la
dan fasilitas terhadap lingkungan alam, analisis dampak lnteraksi dan mobilitas
pengunjung terhadap lingkungan budaya masyarakat, serta analisis dampa
negatif aktivitas pariwisata terhadap kawasan Pa lembang sebaga daerah
resapan air serta mikroklimat
d. Strategi Pengelolaan berbasis pelestarian dengan mempertibangkan wisata
budaya 'diposisikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran para pelaku
akan pentingnya pelestarian dan pengetahuan kesejarahan dan warisan budaya.
Kemudian wisata budaya diposisikan sebagai cara yang paling penting yang
dapat menghasilkan dana untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya
sejarah dan warisan budaya "living monumen" di Flores, serta wisata budaya
diposisikan sebagai wahana penduduk lokal memperoleh manfaat ekonomi dari
. '
kawasan pedesaan di mana mereka tinggal.
~
6.2. Anal isis Pengembangan
.
Sejak memasul(' dekade 90-an, kesadaran akan pembangunan berkelanjutan semakin
kuat . Dengan model pembangunan yang bertendensi ekonometrik pemerintahan Orde Baru,
telah menciptakan persoalan pada struktur sosial, redistribusi penduduk, kegagalan sistem
pendidikan, dan bencana akibat pengelolaan sumberdaya alam yang sangat eksploitatif. Oleh
karena itu, dipandang perlu merumuskan kembali mengenai visi pembangunan untuk bergerak
meninggalkan visi yang berpusat pada pertumbuhan yang menekankan hasil ekonomi, menuju
visi pembangunan berpusat-rakyat yang mengutamakan ekologi dan masyarakat (Korten, 2002:
54), yakni visi pembangunan berkelanjutan.
Prinsip pembangunan berkelanjutan itu sendiri didasarkan pada prinsip prinsip keadilan
antar generasi, prinsip keadilan dalam satu generasi, prinsip pencegahan dini, prinsip
perlindungan keragaman hayati, dan kerusakan lingkungan dapat dilihat sebagai biaya eksternal
dari suatu kegiatan ekonomi yang diderita oleh pihak yang tidak terlibat dalam kegiatan
ekonomi tersebut. Oleh karena itu, biaya kerusakan lingkungan harus diintegrasikan ke dalam
proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber-sumber alam tersebut (FX Adji
Samekto, 2008: 102-103).
Menurut Emil Salim (1992: 3), pembangunan berkelanjutan (sustainable developmen
adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam dan
sumber daya manusia, dengan menyesuaikan sumberdaya alam dengan manusia dalam
pembangunan. Bagi lgnas Kleden, kelestarian atau keberlanjutan (sustainability) menyangkut
aspek fisik, sosial, dan politik. Aspek sosial yaitu hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
bertahan atau rusaknya sumber-sumber daya di satu pihak dan hubungan antara antara naiknya
pendapatan regional atau pendapatan nasional dengan meningkat atau tidak meningkatnya
aspek kesejahteraan di lain pihak; aspek sosial, menyangkut ketahanan sosial (social
sustainability), yakni penyusunan kembali pranata-pranata sosial yang ada (institutional
rearrangement); sedangkan aspek politik adalah menyangkut pemerataan
. '
Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa pembangunan pada dasarnya memiliki dampak
menguntungkan dan merugikan baik terhadap lingkungan maupun masyarakat yang akan
menggunakan manfaat dari pembangunan. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan di Pulau Flores sebagai dari kawasan tertinggal dan KTI meliputi:
6.3.
~
1. Beror'entas' pada masyarakat (people center oriented ). Masyarakat di daerah
t ertinggal adalah pelaku sekaligus pihak yang mendapatkan manfaat darlkegiatan
yang dilaksanakan. Untuk itu, program pembangunan daerah tertinggal diarahkan
unt uk membi ayai kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis
dan st rategis masyarakat, yang hasil (output) dan dampaknya (outcome) dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat setempat .
2. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat (socially accepted) . Kegiatan pembangunan
daerah tertinggal harus berdasarkan kebutuhan daerah dan masyarakat penerima
manfaat dan bukan berdasarkan asas pemerataan. Dengan demikian diharapkan
masyarakat akan menerima manfaat yang optimal dan tanggung jawab secara
penuh terhadap program pembangunan daerah tertinggal.
3. Sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat (culturally appropriate).
Pengembangan kegiatan yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan
masyarakat perlu memperhatikan adat istiadat dan budaya yang telal"l
berkembang sebagai suatu kearifan tradisional (tradit ional wisdom' da Ia
kehidupan masyarakat setempat dan memperkaya khasana h budaya bangsa.
4. Berwawasan lingkungan (environmentally sound) . Pelaksa naan keg"ata'l
program pembangunan daerah tertinggal harus berwawasan lingKunga
mengacu pada prinsip berkelanjutan. Prinsip ini mempertimbangkan dampa
kegiatan terhadap kondisi lingkungan, ekonomi , sosial , dan budaya masyarakat di
daerah yang bersangkutan, baik untuk jangka pendek, menengah, dan panj ang.
5. Tidak diskriminatif (non discriminative). Dalam pelaksanaan kegiatan di daerah
tertinggal tidak diskriminatif, baik dari segi suku, agama, ras, dan antargolongan.
Prinsip ini digunakan agar kegiatan pembangunan daerah tertinggal tidak bias
pada kepentingan pihak tertentu.
Analisis Pemanfaatan
~
Dalam menata kawasan pariwisata minat khusus Flores untuk kepentingan wisata
berbasis konservasi lingkungan alam dan budaya, perlu dipertimbangkan tidak saja pada
kegiatan rekreasinya, akan tetapi yang lei)h penting adalah bagaimana mengedukasi kesadaran
dan kepedulian masyarakat serta pengunjung terhadap konservasi lingkungan alam dan
pelesta rian buoa .2 252' : : a o a ~ ~ u m o u h dengan baik. Penempatan lokasi sarana prasaran dan
fasilitas serta da. a :arn . . ang dikembangkan, perlu didesain sedemikian rupa melfndungi
lingkungan alam daP ouoaya dari dampak kegiatan pariwisata, juga untuk memberi kemudahan
kepada wisatawan oalam melakukan aktivitasnya dan menentukan kegiatan yang diminati.
Maka dari itu prinsip pengembangan kawasan pariwisata minat khusus selalu dilandasi oleh
aspek-aspek penting meliputi :
1. aspek lingkungan (ekologi). Pada kawasan Pulau Flores terjadi kemerosotan
lingkungan yang cukup tinggi akibat tumpahan bocornya kilang. Hal tersebut
mengancam biota laut wilayah ini, juga dengan penambangan (emas, mangan,
marmer, biji besi, batu bara) yang terjadi di kabupaten di NTI, menjadi contoh dan
bukti kemerosostan kualitas lingkungan. Dalam hal ini pemangku kepentingan tidak
hanya memikirkan nilai ekonomis dan pemikiran ini belum tentu benar, berpaling
dari kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan menyadari Flores terdi ri
dari pulau-pulau kecil yang tidak layak ditambang. Seperti di wilayah Batugosok
penambangan akan mengancam kerusakan lingkungan di sekitar kawasan tersebu .
Pendekatan ekologi di kawasan Flores hakekatnya sebagai agen konservas
lingkungan harus didasarkan pada:
a. pengelolaan lahan, untuk sebagian lahan terbuka akan ditata sedemikian rupa
melalui penghijauan atau penutupan lahan dengan vegetasi agar dapat
berfungsi sebagai lahan perlindungan
b. kesadaran stakeholder termasuk wisatawan, merupakan kunci keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan pariwisata minat khusus di Flores dalam memperkuat
budaya kepedulian dan rasa cinta terhadap pentingnya lingkungan alami di
Flores ke depan yang ditumbuh kembangkan melalui pola edutainment.
c. dampak lingkungan, seperti polusi cahaya, getaran, limbah padat dan cair, serta
.
serapan air dimungkinkan dinimalisir melalui penyelenggaraan pariwisata minat
khusus yang berbasis pada pemanfaatan dan perlindungan lingkungan alami
beserta ekosistemnya.
2. Aspek Sosial dan Budaya. Di Pulau Flores terdapat pariwisata budaya dan
~
pariwisata alam. Pariwisata budaya melibatkan masyarakat lokal secara lebih luas
dan leb ens/, karena kebudayaan yang menjadi daya tarik utama pariwisad
melekat pada masyarakat itu sendiri. Pariwisata di Flores diangkat ke permokaan
untuk memadukan wisata alam dan wisata budaya. Kekayaan budaya lokal untuk
dihidupkan lagi, budaya yang terdapat di Flores yaitu rumah adat, tarian daerah,
atraksi budaya, kesenian, dan lain sebagainya.
Budaya ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan karena salah
satu motivasi yang mendorong perjalanan seorang wisatawan adalah motivasi
budaya (cultural motivation). Dengan motivasi ini para wisatawan ingin mengetahui
budaya, adat, tradisi daerah lain. Termasuk juga ketertarikan pada berbagai obyek
peninggalan budaya. Wisata budaya ini dapat menjadi titik pusat perhatian
pemerintah dan masyarakat Pulau Flores sendiri .
3. Aspek Edukasi (Pendidikan dan llmu Pengetahuan). Lingkungan alami, bentang dan
gejala alam, serta sosial budaya di Flores, dalam penyelenggaraan pariwisata minat
khusus merupakan media untuk:
a. pendidikan serta sumber pengetahuan yang dapat dipelajari mencaKup ge1c1a
dan bentang alam, flora fauna, pertanian perkebunan, hingga budaya dan aaa
istiadat masyarakat setempat . Keberadaan lingkungan alam dan warisan buaava
alami menjadikan kawasan Flores lebih lengkap sebagai laboratorium ilmu
pengetahuan yang menyatu dengan kehidupan masyarakatnya.
b. faktor lnterpretasi lingkungan dalam memberikan pengalaman, wawasan dan
pengetahuan ekologis yang baru kepada para pelaku termasuk wisatawan untuk
bagaimana menyikapi lingkungan alam kawasan Flores ke depan.
4. Aspek Ekonomi . Tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa pariwisata merupakan
aktivitas ekonomi yang sangat sarat dengan pelayanan jasa dan usaha, akan
berdampak terhadap stimulasi pembangunan ekonomi yang berbasis pada akar
.
kehidupan sosial budaya masyarakat di Kawasan. Pengembang:'ln pariwisata minat
khusus dapat dikatakan sebagai suatu konsep pembangunan andalan yang mampu
menjadi alternatif sumber pendapatan dan pembiayaan di dalam pengelolaan
potensi sumberdaya a lam yang unik dan langka. Sebagai mata rantai dari pariwisata,
-
wisata minat khusus sebagai alat pemberdayaan ekonomi masyarakat, juga
merupakan salah satu alat yang dipercaya mampu . mendorong tumbuh dan
.
berkembangn,a lapangan kerja baru, sumber pendapatan bagi masyarakat, aktivitas
jasa industri pariwi sata yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas ekonomi termasuk pada daerah-daerah sekitar yang belum
berkembang dan tersentuh pembangunan (Fennell, D.A. dan Smale, 1992). Oleh
karenanya penyelenggaraan pariwisata minat khusus di kawasan Flores, selain
memperkuat akar budaya kehidupan sosial masyarakat, juga mengorientasikan
layanan jasa pariwisata minat khusus lebih berpihak usaha skala kecil dan
menengah. Manfaat (benefit) pariwisata minat khusus pada dasarnya harus dapat
memberikan antara lain meliputi:
a. Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia masyarakat kawasan Flores pada
akar budaya mata pencaharian setempat serta pada bidang usaha dan jasa
kepariwisataan yang berbasis konservasi lingkungan.
b. Penguatan kreativitas, pemahaman lintas budaya, hubungan kemanusiaan
serta pengetahuan dan wawasan masyarakat di Kawasan Flores dan sekit arn:a
terutama yang terkait pelestarian (perlindungan, pengembangan da
pemanfaatan) sumber daya alam budaya masyarakat setempat secara
berkelanjutan.
c. Peningkatan investasi sarana parasarana dan fasilitas pariwisata skala kecil
menengah, penerimaan pajak dan devisa khususnya bagi pemerintah daerah,
serta pendapatan daerah dan masyarakat,
d. Pertumbuhan usaha serta perluasan lapangan kerja masyarakat di berbagai
bidang usaha dan jasa pelayanan.
5. Aspek Rekreasi. Pariwisata pada hakekatnya adalah fenomena perjalanan manusia
secara perorangan atau kelompok dengan berbagai macam tuj.uan asalkan bukan
untuk mencari nafkah atau menetap. Penyelenggaraan pariwisata minat khusus di
kawasan Flores harus dapat menumbuh kembangkan saling pengertian dan saling
menghargai diantara manusia, kelompok masyarakat dan bangsa-bangsa yang pada
akhirnya akan membawa pada kesadaran sebagai umat yang satu derajat tanpa
~
mengenal perbedaan suku, ras, agama maupun bahasa yang turut berkontribusi
dalarn :Jtaka:1 perdamaian. Oleh karenanya, perlu di ciptakan dan dikondisikan
.
mot:.-as: oer1a' anan wisat awan ke kawasan pariwisata minat khusus Flores tersebut
karena aorongan antara ain:
a. berlibur, mengunj ungi ternan dan keluarga, serta mencari hiburan yang bersifat
edukasi
b. memperoleh keseimbangan jasmani, pikiran dan jiwa sebagai representasi dari
nilai kesejahteraan dalam kesehatan, keagamaan dan pengalaman.
c. memenuhi kebutuhannya untuk mengetahui, belajar, menemukenali,
menghargai dan melestarikan, serta mengalami secara langsung terkait
keunikan atau kekhasan lingkungan alam budaya di Flores.
6.4. Analisis Spatial
Ekspedisi Flores 2010 mengadakan pemetaan potensi sumberdaya kebudayaan dan
pariwisata yang terdapat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Pulau Flores dibagi dalam dua
bagian yaitu Flores Bagian Barat dan Flores Bagian Timur. Flores Bagian Barat melip ..
Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur, Kab1..1pai:e"
Ngada, Kabupaten Ende, sedangkan Flores Bagian Timur terdiri dari Kabupaten 5 .:.a,
Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor . Dalam Ekspedisi Flores 2"'
dilakukan pemetaan potensi sumberdaya kebudayaan dan pariwi sat a di Pul au Flores Bagian
Barat. Pemetaan dan assessment potensi yang rencananya akan dil akukan dari Labuan Bajo
Kabupaten Manggarai Lamarera Kabupaten Larantuka, namun mengingat berbagai
keterbatasan maka dilakukan mulai dari Labuan Bajo Kabupaten Manggarai sampai ke wilayah
Bajawa Kabupaten Ngada.
6.4.1. Pemetaan Potensi
Pulau Flores Bagian Barat memiliki potensi sumberdaya dan pariwisata
yang dapat dikembangkan menjadi industri pariwisata. Dalam Rencana lnduk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Nusa Tenggara Timur 2005-2015, disusun sejumlah Wilayah
Pengembangan Pariwisata (WPP). Untuk wilayah Flores Bagian Barat, ditetapkan 9 (sembilan )
WPP, yaitu Labuan Bajo, Ruteng, Ende, Kelimutu, Paga, Maumere dan Lela.
Masing-masing WPP memiliki potensi wisata yang dapat dikelompokan menjadi tiga cluster
yaitu wisata alam, wisata budaya dan wisata lainnya.
Mengacu pada RIPPDA NTI 2005-2015 Ekspedisi llmiah Flores mengadakan pemetaan
potensi pada sejumlah WPP di Flores Bagian Barat . Pada masing-masing wilayah pengembangan
pariwisata dipetakan pula sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan WPP seperti
jalan, hotel, restoran, bank, kantor polisi, institusi pemerintah, rumah sakit, bangunan ibadah.
1. Potensi sumberdaya di Kabupaten Manggarai Barat
Daya tarik wisata yang terkenal keseluruh dunia yang dimiliki oleh Kabupaten
Manggarai Barat adalah mengenai kehidupan liar Komodo dan hewan lainnya di
Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Selain pada kedua pulau itu, Komodo dapat
dijumpai di daratan Flores yang berbukit-bukit di Kecamatan Komodo, seperti Desa
Warloka. Wisata alam liar (wild tourism) telah lama dikembangkan di Taman
Nasional Komodo yang didukung oleh amenitas yang ada di Kota Labuanbajo dan T
Komodo sendiri .
Wisata alam yang perlu dikembangkan adalah wisata gua Karst, sepert i a"s
terdapat di Gua Liangpanas atau Gua lstana Ular dan Gua Bat ucermin. Gua
Ular belum dikelola sebagai daya tarik wisata . Gua yang menjadi sarang b.m ..
wallet dan ular ini belum terpelihara dengan baik. Gua Bat ucermn telan o' e!o a
untuk pariwisata. Namun promosi perlu dioptimalkan mengingat gua ini
keunikan fenomena alam, baik bentuk dan tata ruang gua dan adanya fosil ikan yang
terperangkap dalam pembentukan dinding gua.
Wisata alam yang memiliki panorama indah semacam danau, air terjun dan
pegunungan yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat telah dijadikan wilayah
pengembangan pariwisata, seperti yang terdapat di wilayah Danau Sanongoa dan
wilayah Gunung Beliling. Wisata alam itu dapat dipadukan dengan wisata budaya
dengan adanya kampung-kampung adat di wilayah tersebut.
.
Dipetakan juga titik-titik lokasi view untuk melihat keindahan alam dan budaya di
Kabupaten Manggarai Barat, yaitu view pemandangan laut dan pulau-pulau kecil,
view Pulau Kalong, view Selat Molo, view Tondong Belang, view Golokempo, vew Air
Terjun Cunca Rami, Danau Siflo Ngoang dan view mata air panas (hotspring).
View laut dan pulau-pulau kecil dapat dinikmati dari beberapa
tempat di Labuan Bajo, antara dari Hotel Puncak Waringingin, Binongko, Cafe
Parad ise.
View Pulau Kalong dapat dilihat dari !aut di utara Pulau Rinca yang termasuk
kawasan Taman Nasional Komodo, Kec. Komodo, Kab Manggarai Barat, secara
geografis terletak 836' 13.1" Lintang Selatan dan 11946'14.6" Bujur Timur dengan
ketinggian 0 meter dpl. Pulau Kalong merupakan pulau kosong berbentang alam
bergelombang ini, hanya dihuni oleh sekelompok kelelawar. Sekitar jam 17.30-
18.00. kelelawar-kelelawar meninggalkan pulau mencari makanan, sehingga udara
diatas pulau sekan-akan penuh dengan noktah-noktah hitam, serta ramai dengan
suara hiruk pikuk kelelawar.
View Selat Molo dapat dilihat dari atas Bukit di Pulau Rinca. Lokasi ini berada di
sebelah timur Pulau Rinca yang termasuk kawasan Taman Nasional Komodo, Kec.
Komodo, Kab Manggarai Barat, secara geografis terletak 837' 22.0" Lintang Selatar.
dan 11948' 11.1" Bujur Timur dengan ketinggian 10 meter dpl. Di bukit ini da::Ja-
dinikmati arus putar Selat Molo, yang kaya dengan berbagai j eni s ikan lau .
2. Potensi sumberdaya di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur
Wilayah Pengembangan Pariwisata di Kabupat en Manggarai (termasuk di
Kabupaten Manggarai Timur) antara lain di wilayah Rut eng da n Danau Ranamese
dan Rana Tonjong, serta Bajawa. Wisata alam mendominasi obyek wisata di wilayah
ini. Walaupun demikian wisata budaya perlu lebih dioptimalkan karena memiliki
potensi yang besar, seperti kampung-kampung adat yang tua, situs-situs arkeologi
dan upacara-upacara tradisional. Adanya bentangbudaya berupa sawah yang ditata
menyerupai jarring laba-laba di wilayah Compang.
Dari tepi jalan Manggarai- Manggarai Timur yang termasuk .wi tayah Dusun Lereng,
Desa Gololoni, Kec. Borong, Kab. Manggarai Timur, dengan ketinggian 1104 meter
dpl. dapat dilihat view Gololoni berupa lahan pertanian yang bertingkat-tingkat,
gunung-gunung yang diantarai oleh jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang
alam bergelombang kuat . _.
Situs arkeo1og yang baru-baru ini di kenal di seluruh dunia adalah Situs Gua Liang
Bua, dengan d'temukannya kerangka manusia hobbit. Gua-gua prasejarah memang
memi liki potensi yang besar tersebar pada daerah karst di Pulau Flores. Gua Liang
Bua dapat dij adikan ikon wisata arkeologi di Nusa Tenggara Timur.
3. Potensi sumberdaya di Kabupaten Ngada
Rangka ian pegunungan, perbukitan dan lembah merupakan kekhasan topografi
Kabupaten Ngada. Gunung yang terkenal adalah lneria (2.245 m), Lobobutu (1.800
m) dan lnelika (1.600 m) . Sejumlah lokasi untuk melihat view keindahan alam telah
dipetakan, seperti view Bajawa dan view Gunung lnerie. View Bajawa dapat dilihat
di Desa Kajuala, Kecamatan Aimere, Kab. Ngada, pada ketinggian 740 meter dpl.
Dari lokasi ini dapat dinikmati bentangalam gunung-gunung yang diantarai oleh
jurang, lembah dan ngarai, dengan bentang alam bergelombang kuat .
6.4.2. Rute Ekspedisi
Rute Ekspedisi llmiah Flores 2010 dimulai dari Labuan Baja (Kabupaten Manggarai Bara
sampai ke Kabupaten Ende yang menempuh jarak lurus sekitar 300 km. Pada pral<te:m:a c
lapangan, jarak yang ditempuh dua kali lebih jauh oleh karena keadaan topografi wila'fah yang
dilalui . Jalur yang ditempuh adalah jalan Negara dan provinsi ya ng menghubungkan Kabupater"l
Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Ngada dan
Kabupaten Ende. Jalan tersebut merupakan jalan lintas selat an Pulau Flores. Perjalanan darat
menggunakan kendaraan roda empat menempuh medan dengan morfologi yang bergelombang
karena melintasi daerah pegunungan. Perjalanan laut dilakukan dari Labuan Baja menuju Pulau
Rinca dengan menggunakan speedboat.
Rute ekspedisi yang memilih lintas selatan Pulau Flores dianggap dapat mewakili potensi
sumberdaya kebudayaan dan pariwisata yang perlu dikembangkan baik oleh pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat . Rute ini memiliki aksesibilitas yang lebih baik cjibandingkan lintas
. .
utara Pulau Flores. Selain belum bersambungnya jalan di lintas utara, juga sebagian besar
potensi sumberdaya terdapat di lintas selatan. Baik potensi sumberdaya budaya maupun
sarana-prasarana serta berbagai amenitas yang dapat mendukung pengembangan pariwisata
Flores.
..
Vll. PENUTUP
Propinsi Nusa -enggara Timur termasuk Pulau Flores mempunyai berbagai sumberdaya
alam {baik sumberdaya alam hayat i dan non hayati), sumberdaya budaya berupa peninggalan
purbakala dan peninggalan sejarah, dan sumberdaya pesisir yang sangat potensial
dikembangkan untuk memberikan manfaat sebesarnya kepada masyarakat setempat.
Dilihat dari sisi pembangunan nasional, jika dibandingkan dengan kawasan Indonesia
barat, wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk dalam wilayah tertinggal. Padahal di
wilayah provinsi ini mempunyai potesi sumberdaya yang cukup memadai untuk dikebangkan
dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Potensi-potensi yang dapat
dikebangkan melalui kegiatan pariwisata yang berkelanjutan, antara lain sumberdaya alam dan
sumberdaya budaya. Dengan besarnya keanekargaman potensi sumber daya alam dan budaya
yang tersebar tersebut, pemerintah mempunyai tugas meningkatkan pemerataa n
pembangunan melalui fasilitasi kegiatan pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan di
daerah termasuk di Pulau Flores secara terpadu yang berlandaskan aspek konservasi , aspe
pendidikan (pemanfaatan interpretasi), aspek komersiel dan aspek rekreasi seca'"3
keberlanjutan. Oleh karenanya perlu adanya upaya-upaya pemetaan potensi a lam dan buaa .a
secara lengkap sebagai bahan dasar dalam perencanaan percepata n pembangunan K a s a s a ~
Timur Indonesia khususnya Pulau Flores.
Kegiatan kajian melalui ekspedisi ilmiah dengan daerah sasaran ri set tahap I ini adalah
Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ruteng, Ngada, dan Ende,
merupakan satu upaya mendukung percepatan pembangunan kepariwisataan di Pulau Flores
sebagai dasar penyusunan perencanaan strategi pembangunan pulau flares ke depan secara
terpadu dan berkelanjutan. Diharapkan dari ekspedisi llmiah Flores yang sasaran utamanya
adalah percepatan pembangunan bidang kebudayaan dan kepariwisataan di Kawasan Timur
Indonesia yang sekaligus mendukung beberapa program-program pemerintah antara lain:
1. Program pengentasan kemiskinan melalui kegiatan kepariwisata.an: yang berkelanjutan
(sustainable tourism) .
2. Program Jaringan Data Spatial Nasional (JDSN) di bidang kebudayaan dan kepariwisataan
..
3. Pengembangan model pengelol aan potensi daya tarik sumberdaya kebudayaan dan
kepariwisataan berbasis pelestarian sebagai dasar atau langkah awal pendesainan produk
wisata "overland Jogya, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores.
7.1. Rekomendasi
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan daerah tertinggal termasuk wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan Pulau Floresnya sudah dinyatakan pemerintah sebagai bagian dari
program prioritas pembangunan saat ini dan ke depan. Melalui pendekatan pembangunan
yang berkelanjutan, di bidang kebudayaan dan pariwisata juga telah menempatkan kawasan
tersebut menjadi prioritas utama untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan.
Pengembangan Pulau Flores sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di KTI
menjadi sangat penting untuk diwujudkan. Keberhasilan pengembangan tersebut tentunya
apabila tahapannya dilakukan terlebih dahulu melalui riset yang dapat mengungkapkan
berbagai peluang ke depan terkait dengan pemetaan asset daya tarik sumberdaya alam dan
budaya, konsep dan strategi pengembangan pemanfaatan dan pengelolaan asset tersebL.
secara terpadu dan berkelanjutan.
Sehubungan dengan upaya tindak lanjut pembangunan Flores ke depan, kegiatan rise
melalui ekpedisi ilmiah ini diposisikan menjadi tahapan awal penting dari perencanaan
percepatan pembangunan yang memungkinkan untuk menyajikan gambaran data dan fakta
terkait pokok-pokok permasc:tlahan, peluang dan kondisi Pulau Flores sebagai bahan masukan
yang dapat mendukung proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan terkait
program percepatan pembangunan Pulau Flores khususnya dan Kawasan Timur Indonesia pada
umumnya.
Sehubungan dengan itu beberpa rekomendasi yang diperlukan dalam mendukung
percepatan pembangunan potensi sumberdaya sektor kebudayaan dan kepariwisataan secara
.
terpadu dan berkelanjutan khususnya di Pulau Flores dan umumnya di KTI antara lain:
1. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melalui kebijaksanaannya perlu menciptakan
kondisi yang dapat memberikan berbagai kemudahan bagi stakeholder khususnya
....
masyarakat aa 1am memanfaat kan sumberdaya alam dan budaya dalam rangka
mengakselerasi pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional.
2. Percepata n pembangunan di Kawasan Timur Indonesia tidak dapat dilihat secara parsial
daerah per daerah, akan tetapi harus dilihat secara utuh satu kesatuan dari kawasan
sebagai satu landasan mencapai pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan.
3. Proses pembangunan kebudayaan dan pariwisata harus dilakukan secara terencana,
sistematis, holistik, dan terpadu agar dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi para
pemangku dan pemilik kepentingan (stakeholder dan shareholder) . Artinya proses
pembangunan sektor dimaksud harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan
pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pemanfaatan sumberdaya yang ada
untuk kepentingan masyarakat, daerah dan bangsa.
4. Arah kebijakan pengendalian pemanfaatan Potensi Sumberdaya Kepariwi sat aan daerah di
Flores yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan perlu menjadi arah dan dimaknai
sebagai kespakatan dan komitment dalam mengedepankan proses pemanfaatan ya11g
berbasis pada aspek konservasi lingkungan alam meliputi f lora fa una, bentang a al"" gej al a
alam baik di darat maupun laut,dan pelestarian lingkungan budaya setemoat menouti
kearifan dan tradisi lokal, kehidupan sosial budaya, tinggala n budaya arkeolog: c i oara-
maupun laut .
5. Perlu pendekatan konsep pengembangan yang bijak dan spesifi k dengan
mempertimbangkan keikutsertaan masyarakat dalam menciptakan keharmonisan dalam
pelaksanaan pembangunan, sehingga di kemudian hari tidak menciptakan masalah yang
serius seperti masalah konflik kepentingan, masalah kerusakan lingkungan dan masalah-
masalah yang lain terkait potensi di daerah.
7.2 Tindak lanjut
Ekspedisi llmiah Flores 2010 melakukan pemetaan dan assessment potensi sumberdaya
kebudayaan dan pariwisata di Flores Bagian Barat. Ekspedisi perlu dilanjutkan di Flores Bagian
Timur, sehingga diperoleh hasil kajian yang komprehensif, dan holistic tentang potensi
...
sumberdaya kebudavaan dan pariwisata di Pulau Flores. Hasil kajian ini dapat dijadikan model
dalam upaya pengembangan pariwi sata secara kewilayahan dalam satuan pulau.
Untuk dapat mencakup wilayah yang demikian luas, maka kegiatan yang direncanakan akan
dilakukan di beberapa daerah kabupaten yang dianggap dapat mewakili keseluruhan pulau
flares secara bertahap selama 3 tahun, di mulai dari identifikasi potensi kepariwisataan,
perumusan strategi dan aksi hingga sosialisasi dan pendampingan program kegiatan
pengembangan kepariwisataan yang dilakukan oleh daerah-daerah di KTI. Namun dengan segala
keterbatsan kegiatan tahun ini dilaksanakan hanya di beberapa daerah di Pulau Flores. Upaya
untuk memperoleh gambaran utuh pulau Flores khusnya dan Kwasan Timur Indonesia
umumnya, maka diperlukan berbagai upaya tindak lanjut di bidang kebudayaan dan pariwisata
ke depan meliputi antara lain:
1. Dalam menyusun rencana tindak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, dibutuhkan
pemutakhiran basis data dan informasi terbaru secara reguler untuk dapat diakomodasi dan
digunakan sebagai bahan acuan lintas sektor.
2. Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan pulau E= Jores s e a a ~ a
bagian wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil melalui program pendamo'"gar c 1 ::: ::::::-,5
kebudayaan dan pariwisata;
3. Mendorong percepatan pembangunan daerah-daerah di Pu lau flares yang strategls
pendekatan skala prioritas terhadap daerah yang mempunyai potensi untuk cepat tumbu
untuk dapat bekerja sama dengan pihak industri;
4. Mempercepat pembangunan infrastruktur daerah-daerah di Pulau Flores yang terletak di
perbatasan melalui pendekatan pola sinkronisasi dan pola kemiteraan dengan pihak terkait
seperti Kimpraswil;
5. Menyediakan prasarana dan sarana sosial dasar melalui program kegiatan riset terpadu
yang bersifat riset sosial.
6. Terkait dengan masalah penataan ruang, langkah utama yang perlu dilakukan adalah:
a. Riset Daya Dukung (carrying Capacity) bidang kebudayaan dan pariwisata
b. Pelibatan masyarakat dalam .. membangun kesamaan pandang yang diperlukan
dalam memperoleh kesepakatan lokal (local Lisence) dalam pembangunan daerah
c. melengkap' dan menyerasi kan peraturan penataan ruang dengan peraturan lain
yang terkait;
d. melengkapi dan menyerasikan berbagai berbagai data keruangan (spatial) terkait
dengan potensi kebudayaan dan kepariwisataan sebagai bahan dasar penyusunan
perencanaan percepatan pembangunan
e. Mengkaji peraturan pengembangan destinasi kebudayaan dan pariwisata terkait
penataan ruang dan peraturan lainnya;
f . Mendukung proses penyelesaian cakupan peta rupabumi Indonesia dibidang
pariwisata, sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah;
7. Terkait dengan masalah pertanahan, langkah kebijakan yang diambil adalah:
a. mengkaji penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (land
reform) untuk kepentingan di bidang kebudayaan dan pariwisata yang adil dengan
memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat;
b. menguatkan kelembagaan dalam setiap destinasi dan kewenangannya me'a ui l<erja
sama yang intensif dengan instansi dan lembaga pemerintah, m a s v a r a a ~ ca-
industri terkait.
~
KEPUSTAKAAN
Anonim, 1996. Bena Makna Sebuah Kosmis, Ekspedisi Flores 1996, Arsitektur Hijau, Universitas Katolik
Parahyangan Bandung.
batukar. info Dit SDM & Pertambangan, tt EC- Indonesia FLEGT Support Project
Biro Humas, Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2005. Reba, Ritual Budaya "Tahun Baru" Masyarakat
Ngada. Kupang: Biro Humas, Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Budi Hartanti, Nurhikmah et al. 2007. Permukiman Tradisional Flores. Jakarta: Penerbit Universitas
Trisakti .
en. wi ki ped ia .o rg/wiki/Fio res _Island _(Azores)
Franklin 200x Eksplorasi Pasir Besi Di Kab. Manggarai, Prov. Nusa Tenggara Timur. Kelompok Program
Penelitian Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi
Hadi Moch, (tt) Konservasi Sumberdaya Alam Dan Pengelolaan Lingkungan. Lab Ekologi & Biosistema
Jurusan Biologi Fmipa, Undip
http://burung.org
Jeraman, Pilipus {2000) (1998) Arsitektur Rumah Tradisional Bena. (Kaji an dari asoe
Experiencing Arsitektur). Tesis Pasca Sarjana - Jurusan Arsitektur FTSP -s. Svrana. 2 l:!.:-:.:5 2-
Arsitektur- Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang.
Koesoemadinata S. dkk, 1990 Peta Geologi Lembar Ende, Nusa Tenggara Timur. Pusat Pene t a
Pengembangan Geologi, Dep Pertamben.
Koesoemadinata 5, dkk., 1990 Peta Geologi Lembar Ende, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian dan
Pengemba ngan Geologi, Dep Pertamben.
Koesoemadinata, dkk, 1994 Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara. Pusat Penelit ian dan
Pengembangan Geologi, Dep Pertamben.
Koesoemadinata, dkk, 1994 Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Dep Pertamben.
.
komododragonweb.com/flores_island/flores_climate.htm NTT Tourist Information Center
Mukna S. Heddy 2009 Potensi Wisata Kawasan Karst. Asdep Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Nawasti Dati , 2008 Perladangan Dengan Dan Bakar, Penyebab Kerusakan Hutan Di Provinsi
NTT. Lomba Tulis YPHL. Kabarlndonesia.
NN, 2009, Akt ivi t as Pertambangan di Flores Perl u Dihent ikan. Research and Development Center for
Mineral and Coal Technology.
Poerwanto, Hari . 2000. Kebudayaan dan Lingkunan dalam Perspektif Antropologi, Pustaka Pelajar,
Jakarta.
Purba, Jonny.2002. Pengelolaan Lingkungan 5osial, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Yayasan
Obor lndonesia,Jakarta.
Ruchyat Deny 2009 Arahan dan Penataan Ruang Terhadap Kebijakan dan Pengelolaan Karst yang
Berkelanjutan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.
5artono 5., 1979 5tratigrafi Indonesia. Fak Teknik Geologi, lnstitut Teknologi Bandung, Bandung.
5artono 5., 1979 5tratigrafi Indonesia. Fak Teknik Geologi, lnstitut Teknologi Bandung, Bandung.
SIMPEOALdotCOM
5inar Tani Online
5oetrisno 5. , 1983 Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Flores (Barat & Timor). Dit Geologi 1 ata
Lingkungan, Ditjen Pertambangan Umum, Dep Pertamben.
5oetrisno 5., 1983 Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Flores (Barat & Timor . D'' G e o l o ~ i L._
Lingkungan, Ditjen Pertambangan Umum, Dep Pertamben.
5udarmadji, 2008 Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup Dan Otono
Geografi UGM 2008
5ukarman, 2001 Evaluasi 5umber Daya Lahan Dan Air Untuk Pengembangan lanama
Flores, Nusa Tenggara Timur. Makalah Falsafah 5ains, Progra m Pasca 5arj ana , IP3
theazoresis Ia nds. blogs pot. com/2008/03/ c! i mate-azores -a ores. html
Thornbury, W.O., 1964 Principle of Geomorphology. New York, London, John Willey and sons, inc.
Todd O.K. , 1980 Groundwater Hidrology. John Willey & Sons Inc, New York.
Website Pemerintah Provinsi NTI,
West Flores: Komodo Wikimedia Foundation, Inc
www,duniageologi
www .a zores.com/ azo res/ a zo res. ph p
www.businessreview.co.id
www. floresgi rl.co m/flo res-island-indonesia .htm
www.flores-komodo.com/flores_weather.html
..
~
-

You might also like