You are on page 1of 3

PERAN MAHASISWA INDONESIA DI MASA REFORMASI

Copyright © B. R. Pudya, Ganesha Study Club


http://pelitabaraapi.blogspot.com/
Abstrak
Orde Baru dalam perjalanan sejarahnya, telah berupaya melakukan pembangunan
berencana bagi rakyat Indonesia khususnya antara tahun 1970-an hingga pertengahan
tahun 1980-an. Yang dilakukan pertama kali adalah melakukan pembangunan secara
kolosal dan dibiayai oleh negara, pasalnya karena rakyat memang tidak berdaya. Tujuan
pemerintah adalah membangun kekuatan dari rakyat dan kelak menyerahkan kekuatan
tersebut kepada rakyat dan rakyat membangun dengan mandiri.
Sayangnya, setelah 25 tahun Orde Baru membangun, tahun 1997 terjadi krisis
ekonomi yang meluluhlantahkan pembangunan ekonomi yang sampai sekarang belum
bisa diatasi seluruhnya. Jika diamati dengan kepala dingin kata Nugroho (2001:377)
kekeliruan utama Orde Baru adalah gagal dalam memenuhi janjinya kepada rakyat. Pada
awal pembangunan, janji yang dirumuskan dalam kebijakan pembangunan adalah
pembangunan yang yang berbasis rakyat. Komitmennya adalah masyarakat pedesaan dan
pembangunan yang tidak meninggalkan sektor agraris-agroindustri. Pada tahun 1990 an
komitmennya dilanggar, dengan munculnya kebijakan politik yang lebih mementingkan
sektor modern yang hanya dikuasai sekelompok kecil individu dan kelompok elit bisnis
tertentu serta tergantung kepada sumber-sumber dari luar negeri, baik sumber kapital,
bahan baku, teknologi hingga sumber daya manusia.
Kabinet Pembangunan VII adalah kabinet pemerintahan Indonesia yang dibentuk
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Baharuddin Jusuf
Habibie yang masa jabatannya paling singkat (Januari 1998-21 Mei 1998). Masa bakti
kabinet ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun karena terjadi demonstrasi
mahasiswa dan kerusuhan massal 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia
yang berujung pada pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998
dan diangkatnya B.J. Habibie sebagai pejabat presiden dalam situasi darurat,
mengakibatkan kabinet ini menjadi demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan
Indonesia dilanjutkan oleh Kabinet Reformasi Pembangunan

Latar Belakang
Reformasi berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang sosial, politik
atau agama di dalam suatu masyarakat atau negara. Orang-orang yang melakukan atau
memikirkan reformasi itu disebut reformis yang tak lain adalah orang yang menganjurkan
adanya usaha perbaikan tersebut tanpa kekerasan.

1
Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan
kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-
penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik,
suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik,
ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi juga
berarti memperbaiki, membetulkan, menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang
salah menjadi benar. Oleh karena itu reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu untuk
menghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui perubahan
kebijakan institusional. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa karakteristik
reformasi dalam suatu bidang tertentu yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada
masa yang lalu, keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya
perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan, adanya pemikiran atau ide-ide
baru, adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah
maupun skala besar seperti negara sekalipun.
Peristiwa kerusuhan tanggal 13-l5 Mei 1998 tidak dapat dilepaskan dari konteks
dinamika sosial politik masyarakat Indonesia pada masa itu, yang ditandai dengan
rentetan peristiwa Pemilu 1997, krisis ekonomi, Sidang Umum MPR RI Tahun 1998,
demonstrasi simultan mahasiswa, penculikan para aktivis dan tertembaknya mahasiswa
Trisakti. Pada peristiwa inilah rangkaian kekerasan yang berpola dan beruntun yang
terjadi secara akumulatif dan menyeluruh, dapat dilihat sebagai titik api bertemunya dua
proses pokok yakni proses pergumulan elit politik yang intensif yang terpusat pada
pertarungan politik tentang kelangsungan rezim Orde Baru dan kepemimpian Presiden
Suharto yang telah kehilangan kepercayaan rakyat dan proses cepat pemburukan
ekonomi.
Di bidang politik terjadi gejala yang mengindikasikan adanya pertarungan faksi-
faksi intra elit yang melibatkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam pemerintahan maupun
masyarakat yang terpusat pada isu penggantian kepemimpinan nasional. Hal ini tampak
dari adanya faktor dinamika politik seperti yang tampak dalam pertemuan di Makostrad
tanggal 14 Mei 1998 antara beberapa pejabat ABRI dengan beberapa tokoh masyarakat,
yang menggambarkan bagian integral dari pergumulan elit politik. Di samping itu
dinamika pergumulan juga tampak pada tanggung jawab Letjen TNI Prabowo Subianto
dalam kasus penculikan aktivis.
Analisa ini semakin dikuatkan dengan fakta terjadinya pergantian kepemimpinan
nasional satu minggu setelah kerusuhan terjadi, yang sebelumnya telah didahului dengan
adanya langkah-langkah ke arah diberlakukannya TAP MPR No. V /MPR/1998.
Di bidang ekonomi terjadi krisis moneter yang telab mengakibatkan membesarnya
kesenjangan sosial ekonomi, menguatnya persepsi tentang ketikdakadilan yang semakin

2
akut dan menciptakan dislokasi sosial yang luas yang amat rentan terhadap konflik
vertikal (antarkelas) dan horizontal (antargolongan).
Di bidang sosial, akibat krisis bidang politik dan ekonomi, nampak jelas gejala
kekerasan massa yang eksesif yang cenderung dipilih sebagai solusi penyelesaian
masalah, misalnya dalam bentuk penjarahan di antara sesama penduduk di daerah. Begitu
pula adanya sentimen ras yang laten dalam masyarakat telah merebak menjadi rasialisme
terutama di kota-kota besar. Di samping itu identitas keagamaan telah terpaksa digunakan
oleh sebagian penduduk sebagai sarana untuk melindungi diri sehingga menciptakan
perasaan diperlakukan secara diskriminstif pada golongan agama lain. Mudah dipahami
bahwa latar belakang kekerasan-kekerasan itu telah menjadikan peristiwa penembakan
mahawiswa Universitas Trisakti sebagai pemicu kerusuhan berskala nasional.

Daftar pustaka
1. REFORMASI DI INDONESIA; http://id.wikipedia.org/wiki/
2. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/;
Wikisource Indonesia, perpustakaan bebas berbahasa Indonesia;
http://id.wikipedia.org/wiki/
3. Kerusuhan Mei 1998; Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas;
http://semanggipeduli.com/
4. Tragedi Trisakti; Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas;
http://semanggipeduli.com/
5. Kumpulan artikel reformasi di Indonesia; http://systems-baraapi.blogspot.com/
6. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Sosial: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4/I Wayan Legawa,…[et. al.].--
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

You might also like