You are on page 1of 49

Bahan Ajar Dosen

Ringkasan

FILSAFAT ILMU
oleh Prof. Dr. Bambang Triadji

untuk : Mahasiswa Pasca Sarjana Tahun 2012/2013 Kelas PBI A dan TPm C

Pascasarjana (S2)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


SERANG
1

BAB I KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT


A. ILMU DAN FILSAFAT Menurut Jujun S. Suria Sumantri, jenis manusia dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya dibedakan sebagai berikut : 1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya 2. Orang yang mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya 3. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang diketahuinya 4. Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya. Orang yang dapat memperoleh pengetahuan yang benar apabila orang tersebut termasuk golongan 1 dan sekaligus 2 yaitu : 1. Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya 2. Orang yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya Dengan demikian maka filsafat didorong untuk mengetahui : 1. Apa yang telah kita ketahui 2. Apa yang belum kita ketahui Pengetahuan diperoleh dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari kedua-duanya. Orang mampu berfilsafat apabila : 1. Rendah hati Memahami bahwa tidak semuanya akan dapat diketahui dan merasa dirinya kecil dibandingkan dengan kebesaran alam semesta. Filsuf Faust mengatakan : Nah disinilah aku, si bodoh yang malang, tak lebih pandai dari sebelumnya. Socrates menyadari kebodohannya dan bilang Yang saya ketahui adalah bahwa saya tak tahu apa-apa 2. Bersedia untuk mengoreksi diri, berarti berani berterus terang terhadap seberapa jauh kebenaran yang sudah kita jangkau Ilmu merupakan pengetahuan yang kita alami sejak di bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri sendiri : 1. Apakah yang sebenarnya saya ketahui tentang ilmu 2. Apakah ciri-ciri yang hakiki tentang ilmu dibanding dengan yang bukan ilmu 3. Bagaimanakah saya tahu bahwa ilmu yang saya ketahui memang benar 4. Kriteria apa untuk menentukan kebenaran. Berfilsafat antara lain meliputi : 1. Apakah ilmu yang telah ada sudah benar 2. Mengapa kita harus mempelajari ilmu 3. Apakah kegunaan ilmu itu 4. Apakah ilmu yang ada sudah meliputi semua aspek kehidupan 5. Di manakah batas cakupan ilmu.Apakah ada aspek kehidupan yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu 6. Apakah kelemahan dan kekurangan ilmu Pada hakekatnya berfilsafat adalah merenung. Orang berfilsafat diibaratkan seperti seseorang di malam hari yang cerah memandang ke langit melihat bintang-bintang yang bertaburan dan merenungkan hakekat dirinya dalam lingkungan alam semesta. Di samping itu 2

juga memperhatikan tanah tempat berpijaknya dan berkeinginan untuk membongkarnya secara fundamental. Hamlet berkata Ah Horaito, masih banyak lagi di langit dan di bumi, selain yang terjaring dalam filsafatmu . Inilah karakteristik berpikir filsafat yang pertama yaitu menyeluruh. Namun demikian ilmuwan juga memiliki kelemahan. Sebagai contohnya, ahli fisika nuklir memandang rendah ahli ilmu sosial, lulusan IPA merasa lebih tinggi dibanding lulusan IPS, ilmuwan memandang rendah pengetahuan lain, ilmuwan meremehkan moral, agama, dan estetika. Sebaiknya ilmuwan tersebut menengadah ke bintang-bintang dan kalau dia normal akan berkata Lho, kok masih ada langit lain di luar tempurung kita dan akhirnya dia menyadari kebodohannya. Pada saat itu Socrates berkata : Ternyata saya tak tahu apa-apa.Selanjutnya Socrates berpikir filsafati sebagai berikut : 1. Dia tidak percaya bahwa ilmu yang sudah dimilikinya itu benar 2. Apakah kriteria untuk menyatakan kebenaran 3. Apakah kriteria yang digunakan tersebut sudah benar 4. Apakah hakekat kebenaran itu sendiri. Socrates berpikir tentang ilmu secara mendalam dan ini merupakan karakteristik berpikir filsafat yang kedua yaitu mendasar. Pertanyaan-pertanyaan berputar-putar dan melingkar yang seharusnya mempunyai titik awal dan titik akhir.Namun bagaimana menentukan titik awal? Akhirnya untuk menentukan titik awal, kita hanya berspekulasi. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang ketiga yaitu spekulatif. Ciri filsafat adalah spekulatif dalam arti bahwa untuk menembus suatu rangkaian pengetahuan harus dengan penjelajahan berbekal asumsi, meskipun dengan asumsi yang spekulatif. Contoh, dengan adanya UFO (Unidentified Flying Object), manusia mulai berpikir bahwa manusia bukan satu-satunya penghuni alam semesta (lihat Lampiran I). Akhirnya kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dengan demikian lengkaplah tiga karakter berpikir filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. B. Filsafat Peneratas Pengetahuan Seorang yang skeptis berkata : Sudah ribuan tahun orang berfilsafat namun selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu kelihatannya memang demikian namun kesalahpahaman tersebut dijawab oleh Will Durant. Will Durant mengatakan : Filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri sedangkan infanteri sebagai ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi ilmu, setelah itu ilmulah yang menyempurnakan kemenangan. Setelah penyerahan dilakukan, maka filsafatpun pergi untuk menjelajah kembali ke tempat lain. Semua ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, semula sebagai filsafat, contohnya Ilmu Fisika yang ditulis oleh Issac Newton semula bernama Filsafat Alam dan menurut Will Durant, setiap ilmu dimulai dari filsafat dan diakhiri dengan seni. Contoh lainnya, nama asal ekonomi adalah filsafat moral. Dulu bidang penjelajahan ilmu luas, kemudian dalam perkembangan selanjutnya menyempit atau bersifat sektoral. Sebagai contoh filsafat moral dikaitkan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi. 3

Manusia tiada henti-hentinya mencari ilmu untuk mempermudah kehidupannya, sehingga manusia dianggap makhluk yang serakah. Contoh dalam ilmu ekonomi manusia menerapkan prinsip untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, sehingga manusia juga disebut sebagai Homo Economicus. Seorang profesor yang penuh humor mengatakan bahwa yang dikaji oleh filsafat : a. What is a man b. What is c. What Maksudnya : a. Semula fisuf mempelajari tentang apa sebenarnya manusia itu. b. Kemudian mempelajari apa sebenarnya kehidupan. c. Akhirnya filsuf mengatakan what tentang yang ditanyakan kepadanya setelah dia tidak tertarik mendengarkan uraian panjang lebar yang tidak ilmiah. Bagi dia semua itu GIGO (Garbage In, Garbage Out/Sampah yang masuk, sampah yang keluar) Filsuf hanya mau mendengarkan kalau uraian tersebut ilmiah. 1. 2. 3. Menurut Auguste Comte, tingkat perkembangan ilmu adalah sebagai berikut : Religius, penjabaran dari ajaran agama Metafisika, mulai terlepas dari ajaran agama Positif, diuji secara ilmiah

C. Bidang Telaahan Filsafat Sesuai dengan karakteristik filsafat yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia dan permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi : 1. Logika ( benar dan salah ) 2. Etika ( baik dan buruk ) 3. Estetika ( indah dan jelek ) Dari kajian filsafat tersebut di atas, timbul cabang- cabang filsafat yang amat banyak. D. Filsafat Ilmu Filsafat Ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu.Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Filsafat ilmu menelaah antara lain : 1. Objek apa yang ditelaah ilmu 2. Bagaimana wujud objek tadi 3. Hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia 4. Bagaimana proses terjadinya ilmu 5. Kegunaan ilmu 6. Bagaimana hubungannya dengan kaidah moral Pada hakekatnya telaahan tersebut digolongkan menjadi : 1. Ontologi, apa yang dikaji oleh ilmu 2. Epistemologi, bagaimana caranya memperoleh ilmu 3. Aksiologi, apa kegunaan ilmu 4

BAB II PENGERTIAN FILSAFAT A. 1. Definisi Filsafat Menurut Surajiyo definisi fisafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu sebagai berikut : Arti Filsafat secara etimologi Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari kata philein artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan, sehingga artinya cinta kebijaksanaan. Arti Filsafat secara terminologi a. Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli b. Aristoteles : Filsafaf adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan) c. Hasbullah Bakry : Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

2.

B. Objek Filsafat Menurut Surajiyo setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Demikian pula filsafat yang dapat dibedakan dalam : 1. Objek Formal , sudut pandang yang menyeluruh secara umum sehingga dapat mencapai hakekat dari objek materialnya.Misalnya objeknya manusia yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya 2. Objek Material , sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Dalam hal ini terdapat beberapa pengertian yaitu : a. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada b. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya dan tempatnya di dunia c. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia

C. Metode Filsafat Sebenarnya metode filsafat sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf karena metode adalah suatu alat pendekatan untuk mencapai hakekat yang sesuai dengan pandangan filsuf itu sendiri. Namun demikian sedikitnya ada sepuluh metode, yaitu sebagai berikut : 1. Metode Kritis, menganalisis istilah atau suatu pendapat 2. Metode Intuitif, melalui intuisi akan tercapai pemahaman langsung mengenai suatu kenyataan 3. Metode Skolastik, bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip diperoleh kesimpulan-kesimpulan 4. Metode Geometris, melalui analisis tentang hal yang kompleks, diperoleh suatu hakekat yang sederhana 5. Metode Empiris, melalui pengalaman-pengalaman disusunlah secara geometris suatu 5

kesimpulan 6. Metode Transendental, melalui pengertian tertentu kemudian dianalisis dengan memperhatikan syarat-syarat yang penting.Metode ini disebut juga metode Neo Skolastik 7. Metode Fenomenologis, secara sistematis memperhatikan gejala-gejala sehingga terlihat hakekat-hakekat yang murni 8. Metode Dialektis, melalui dinamika pemikiran yaitu tesis, antithesis, dan sintesis akan diperoleh hakekat kenyataan 9. Metode Neo Positivistis, kenyataan dipahami dengan jalan menggunakan aturan-aturan yang positif atau yang berlaku 10. Metode Analitika Bahasa, menganalisa ucapan-ucapan filosofis dengan jalan menganalisa melalui pemakaian bahasa sehari-hari. D. Asal Filsafat, Peranan Filsafat, dan Aliran/Mazhab dalam Filsafat 1. Asal Filsafat Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut : a. Keheranan b. Kesangsian c. Kesadaran akan keterbatasan,karena merasa dirinya sangat kecil, sering menderita, dan sering mengalami kegagalan mendorong pemikiran bahwa di luar manusia yang terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak terbatas. 2. Peranan Filsafat Berdasarkan sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia, yaitu : a. Pendobrak Berabad-abad manusia tertawan dalam penjara tradisi, kebiasaan, dan mistik. Dengan filsafat, manusia mendobrak penjara tersebut dan menyadarkan bahwa kehidupan dalam penjara adalah kehidupan yang tidak benar. b. Pembebas Filsafat bukan hanya mendobrak penjara tersebut, tetapi juga berhasil membawa keluar manusia dari penjara tersebut dan meninggalkan kebodohan, kepicikan, ketidakteraturan, kesesatan berpikir serta menuju ke dunia rasionalitas yang bebas dari hal-hal yang mengekang akal budi manusia c. Pembimbing Filsafat kemudian membimbing manusia untuk berpikir rasional, luas, mendalam, sistematis, integral, dan koheren. 3. Aliran/Mazhab dalam Filsafat a. Aliran Natural Phylosophi, yang menghargai alam dan wujud setinggi tingginya dan menganggap bahwa alam bersifat abadi b. Aliran Ketuhanan, mengakui zat-zat yang metafisik c. Aliran Mistik, menganjurkan manusia jangan hanya menjangkau alam inderawi tetapi juga alam non inderawi agar sempurna d. Aliran Kemanusiaan, menghargai manusia setinggi mungkin karena kesanggupan manusia memperoleh pengetahuan. 6

E. Ciri-Ciri Filsafat Menurut Ali Mudhofir yang dikemukakan oleh Surajiyo, ciri-ciri filsafat adalah sebagai berikut : 1. Radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya 2. Universal, berpikir tentang hal-hal yang bersifat umum dan bukan parsial 3. Konseptual, hasil generalisasi dari pengalaman individual 4. Koheren dan konsisten, sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan tidak mengandung kontradiksi 5. Sistematik, kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud 6. Komprehensif, mencakup secara menyeluruh, misalnya alam semesta secara keseluruhan 7. Bebas, hasil dari pemikiran yang bebas dari berbagai prasangka sosial, historis,kultural,maupun religious 8. Bertanggung jawab, terhadap hati nurani dan kepada orang lain. F. Kegunaan Filsafaf Dengan belajar filsafat, manusia semakin mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar, dengan demikian menurut Surajiyo, filsafat sangat berguna bagi manusia, yaitu sebagai berikut : 1. Kegunaan secara umum : a. Diperoleh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia b. Diperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang berbagai gejala dari bermacam pandangan c. Diperoleh dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam melaksanakan studi pada ilmu-ilmu khusus (Menurut pendapat Franz Magnis Suseno) d. Diperoleh kenikmatan yang tinggi dalam berfilsafat (Plato) e. Dengan berfilsafat manusia berpikir dan karena berpikir maka manusia ada.Menurut Rene Descartes : karena berpikir maka saya ada (cogito ergo sum) f. Diperoleh kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh Usaha peradaban (Alfred North Whitehead) g. Filsafat merupakan sumber penyelidikan berdasarkan eksistensi tentang manusia (Maurice Marleau Ponty) 2. Kegunaan secara khusus, dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut Franz Magnis Suseno : a. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi dan filsafat Indonesia serta untuk mengimplementasikannya c. Sebagai kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan pelanggaran hak asasi manusia d. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di lingkungan akademis e. Menyediakan dasar dan sarana bagi peningkatan hubungan antar umat beragama berdasarkan Pancasila.

G.

Cabang-cabang Filsafat Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli filsafat, maka dapat dicatat cabang-cabang fisafat antara lain sebagai berikut : 1. Epistemologi (teori pengetahuan) 2. Etika ( Filsafat Moral ) 3. Logika 4. Metodologi 5. Biologi 6. Psikologi 7. Antropologi 8. Sosiologi 9. Estetika ( Fisafat Seni ) 10. Metafisika 11. Politik ( Filsafat Pemerintahan ) 12. Filsafat Agama 13. Filsafat Ilmu 14. Filsafat Pendidikan 15. Filsafat Hukum 16. Filsafat Sejarah 17. Filsafat Matematika H. Filsafat dan Agama Semula filsafat dianggap sangat bertentangan dengan ajaran agama, khususnya agama Islam. Namun kemudian menurut Ibn Rusyd, antara filsafat dan agama sesungguhnya tidak ada pertentangan. Agama justru mewajibkan pemeluknya untuk belajar filsafat. Jika filsafat mempelajari secara kritis tentang segala wujud yang ada dan merenungkannya sebagai petunjuk bahwa ada sang pencipta maka sesungguhnya antara apa yang dikaji oleh filsafat dan apa yang dianjurkan oleh syariah telah saling bertemu. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa mempelajari filsafat sesungguhnya telah diwajibkan oleh syariah. I. Ilmu dan Agama Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Einstein pernah bilang bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh. Apabila tanpa agama maka ilmu akan membawa manusia ke jurang malapetaka. Contohnya, pada saat ini terdapat 40.000 kepala nuklir yang berkekuatan 1 juta kali bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima 63 tahun yang lalu. Kekuatan ini cukup untuk menghancurkan bumi menjadi berkeping-keping.

BAB III DASAR-DASAR PENGETAHUAN Penalaran Menurut Andi Hakim Nasoetion dalam sebuah ceramahnya di depan televisi, manusia mempunyai nalar sedangkan binatang tidak. Kalau binatang mempunyai nalar, maka yang dilestarikan bukan harimau Jawa tetapi manusia Jawa. Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dan ini dimulai dari Adam dan Hawa yang telah memakan buah pengetahuan yang diwariskan kepada umat manusia sehingga manusia mengetahui mana yang baik dan buruk serta mana yang indah dan mana yang jelek Binatang sebenarnya juga mempunyai pengetahuan, tetapi terbatas pada pengetahuan untuk mempertahankan kehidupan ( survival). Contoh, anak tikus hanya diajari oleh induknya bahwa kucing itu berbahaya demi kelangsungan hidupnya. Manusia mengembangkan ilmu bukan hanya untuk survival, tetapi juga untuk lainnya demi tujuan yang lebih tinggi misalnya kebudayaan. Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena : 1. Mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan binatang tidak mempunyai itu, contohnya anjing tidak bisa tukar menukar tulang dengan temannya.Manusia bisa melakukan tukar menukar, oleh karena itu disebut Homo Economicus. Anjing tidak mempunyai nalar yang analitis sehingga tidak ada anjing yang berkata : Ayahku miskin namun jujur 2. Manusia mempunyai penalaran ( berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir) Binatang bisa berpikir tetapi tidak mampu berpikir nalar.Namun binatang bisa berbuat sesuatu yang benar berdasarkan instink, bukan berdasarkan nalar. Instink binatang jauh lebih peka dibanding dengan instink seorang profesor geologi.Binatang sudah jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus setelah itu baru profesor mengetahui belakangan.Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala tersebut, misalnya mengapa gunung bisa meletus. A.

Penalaran adalah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Berpikir adalah kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Kebenaran bagi setiap orang tidak sama, oleh karena itu proses berpikir untuk menemukan pengetahuan yang benar juga tidak sama. Ciri-ciri penalaran : 1. Logika dan kegiatan penalaran adalah proses berpikir logis 2. Analitik, kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu Ada kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu perasaan dan intuisi . Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia. Kegiatan penalaran, perasaan, dan intuisi sebagai usaha aktif dari manusia Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia.Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui malaekat dan nabi. Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu dan intuisi adalah merupakan kebenaran 9

Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa rasio adalah kebenaran, sedangkan empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengalaman adalah suatu kebenaran. Penalaran yang dikaji dalam pelajaran filsafat ilmu adalah penalaran ilmiah yang merupakan penggabungan dari penalaran deduktif ( terkait dengan rasionalisme ) dan induktif ( terkait dengan empirisme ). B. Logika Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid) sehingga menghasilkan kesimpulan yang benar. Contoh dari penarikan kesimpulan yang tidak benar adalah seperti berikut ini. Peneliti ingin menemukan penyebab mabuk. Dia menyampur air dengan wiski, kemudian air dengan minuman keras lokal, dan juga air dengan tuak. Semuanya mengakibatkan mabuk. Kesimpulan yang diambil, airlah yang menyebabkan mabuk. Cara penarikan kesimpulan yang benar didasarkan pada hal-hal seperti berikut: 1. Induktif, dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Contoh : Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata. Disimpulkan secara umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Keuntungan penggunaan metode induktif : a. Ekonomis, bermacam-macam pernyataan dapat disingkat menjadi satu pernyataan b. Dapat diteruskan kepada kesimpulan yang lebih umum lagi. Contoh : Semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata, maka semua makhluk hidup mempunyai mata. 2. Deduktif, dari hal-hal yang bersifat umum menjadi bersifat individual. Deduktif biasanya melalui silogisme yaitu disusun dari 2 pernyataan ( premis mayor dan premis minor) serta 1 kesimpulan. Contoh : Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor) Si Polan adalah makhluk (premis minor) Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan) Kesimpulan yang diambil benar apabila : Premis mayor benar Premis minor benar Pengambilan keputusan sah Matematika adalah adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Contoh : kalau a sama dengan b dan b sama dengan c, maka akan sama dengan c. C. Sumber Pengetahuan Rene Descartes berkata : De omnibus dubitandum, artinya, segala sesuatu harus diragukan. Hamlet berkata kepada Ophelia : Ragukan bahwa bintang-bintang itu api Ragukan bahwa matahari itu bergerak Ragukan bahwa kebenaran itu dusta Tapi jangan ragukan cintaku kepadamu.

10

Pernyataan tesebut menegaskan bahwa kebenaran diperoleh dari ragu-ragu. Selanjutnya kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dengan mendasarkan pada : 1. Rasio Rasio ini menimbulkan paham rasionalisme yang mempergunakan metode deduktif. Premis yang dipakai berasal dari ide bahwa premis tersebut bersifat apriori dan sudah ada sejak dahulu sebelum manusia memikirkannya, oleh karena itu paham ini disebut idealisme. Kriteria untuk ide yang benar bagi semua pihak tidak ada karena ide tersebut bersifat subjektif dan solipsistik ( hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam benak orang yang berpikir tersebut ); 2. Pengalaman, Pengalaman ini menimbulkan paham empirisme yang diperoleh manusia melalui pengalaman yang konkrit menurut daya tangkap pancaindera manusia. Contoh : Benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti turunnya hujan.Gejala tersebut muncul mempunyai kesamaan dan berulang dengan mengikuti pola-pola tertentu. Kelemahan empiris : a. Hubungan antara beberapa fakta tidak jelas Dalam hal ini harus hati- hati karena fakta-fakta yang dikumpulkan belum tentu bersifat konsisten.Contohnya hubungan antara rambut keriting dengan inteligensi manusia. b. Kemampuan pancaindera kita terbatas. Contoh : Tongkat lurus yang dimasukkan ke dalam air bisa terlihat bengkok. Intuisi Pengetahuan ini diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan dan intuisi tidak dapat diandalkan untuk menyusun pengetahuan, namun dapat dipergunakan sebagai hipotesis. Maslow mengatakan bahwa intuisi adalah merupakan pengalaman puncak atau intelegensi yang tertinggi. Wahyu Wahyu sebagai usaha yang pasif dari manusia. Wahyu diberikan oleh Tuhan melalui malaekat dan nabi. Pengetahuan yang diperoleh dari wahyu adalah benar. Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia dan dimulai dari percaya. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan sumber pengetahuan atau sumber ilmu. Sebagai contoh, Al Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan sejarah karena berisi sejarah tentang kisah-kisah sejarah Islam, sumber ilmu hukum karena mengatur antara lain hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum pidana dan perdata, dan hukum perang. Sumber ilmu sosial karena mengatur dasar-dasar kehidupan manusia dalam masyarakat dan negara. Juga sumber filsafat Islam, Ilmu Alam, Ilmu Pertanian, Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Ilmu Hewan dan lain-lain. Perbedaan antara agama dengan pengetahuan lain : a. Agama dimulai dari rasa percaya yang kemudian bisa dikaji kebenarannya b. Pengetahuan lainnya dimulai dari rasa tidak percaya yang kemudian melalui pengkajian ilmiah kita percaya. 11

3.

4.

Pendapat lain menambahkan bahwa sumber pengetahuan juga dari : 5. Otoritas, pengetahuan dapat berasal dari kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang dan diakui oleh kelompoknya dalam arti pengetahuan terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan 6. Keyakinan, yaitu suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan D. Kriteria Kebenaran Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama tentang kebenaran. Contoh : Anak kecil menganggap gurunya berbohong karena kemaren bilang bahwa 5 + 2 = 7, tetapi sekarang bilang bahwa 3+4 = 7. Orang dewasa mudah menerima bahwa hal tersebut benar, tetapi anak kecil mempunyai kriteria kebenarannya sendiri. Kebenaran dapat diukur dengan menggunakan tiga teori yaitu teori koherensi atau konsistensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis. Teori koherensi/konsistensi menyatakan bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (aksioma). Matematika disusun berdasarkan Teori Koheren yang didasarkan pada aksioma. Dari sini disusun teori dan kemudian dikembangkan menjadi kaidah. Teori korespondensi berpendapat bahwa pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori pragmatis/empiris mempergunakan pengumpulan fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu. Teori ini mengukur kebenaran dengan kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. David Hume berpendapat bahwa di dunia tidak ada kebenaran mutlak .Dia mengemukan filsafat angsa hitam dan mengatakan bahwa tidak ada jumlah yang cukup untuk mengatakan bahwa semua angsa berwarna putih karena di antara sejuta angsa ternyata ada satu angsa yang berwarna hitam. Dia mengatakan bahwa Filsafat adalah induk segala ilmu oleh karena itu filsafat disebut sebagai Mother of Science.

12

BAB IV SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN A. Periode Filsafat Yunani ( Abad 6 SM s/d 0 M ) Pada waktu itu dikenal seorang ahli filsafat yaitu Thales yang menggunakan pola deduktif. Periode Kelahiran Nabi Isa ( Abad 0 s/d 6 M ) Pada waktu itu terjadi pertentangan antara gereja dengan raja, sehingga filsafat mengalami kemunduran dan ilmu menjadi beku karena danggap sumber kebenaran hanya dari gereja dan raja saja, sehingga terjadi pembatasan kebebasan seseorang dalam berpikir dan berkarya.

B.

C.

Periode Kebangkitan Islam ( Abad 6 s/d 13 M ) Periode tersebut merupakan masa keemasan atau kebangkitan Islam dan ditandai dengan banyaknya ilmuwan Islam yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Di antaranya : 1. Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali yang ahli dalam hukum Islam 2. Al Farabi yang ahli dalam astronomi dan matematika 3. Ibnu Sina ahli kedokteran 4. Al Kindi ahli filsafat 5. Al Ghazali yang meramu berbagai ilmu yaitu agama, filsafat, mistik, dansufisme menjadi kesatuan dan berkesinambungan 6. Ibnu Khaldun ahli sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, dan kenegaraan 7. Anzahel, penemu teori peredaran planet Namun setelah perang salib, umat Islam mengalami kemunduran D. Periode Kebangkitan Eropa ( Abad 14 s/d 20 ) Pada masa ini, Kristen yang berkuasa dan dianggap menjadi sumber otoritas kebenaran.Di sini muncul kembali pemikiran Yunani dengan munculnya empirisme dan rasionalisme. Muncul pula pemikiran Islam dengan Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina The Canon of Medicine .Pada waktu itu muncul gerakan untuk menentang kebijakan gereja dan penguasa yang ditandai dengan munculnya ilmuwan seperti Newton dengan teori gravitasi dan John Locke serta J.J.Rousseau yang mengembuskan kebebasan manusia. E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan setelah Abad ke-17 Pada waktu itu muncul filsuf Scotlandia bernama David Hume yang mengungkapkan Problem of Induction. Dia mengemukakan kelemahan metode induksi dengan mengambil contoh sepuluh buah apel.Apabila seseorang memakan buah apel yang pertama s/d ke 9 terasa masam, maka orang tersebut cenderung mengatakan bahwa buah apel yang kesepuluh pasti terasa asam walaupun belum dicicipi. Pada abad tersebut timbul semangat renaissance, yaitu lahirnya kembali budaya Yunani kuno, Romawi kuno yang menganut pemikiran bebas.

13

BAB V ONTOLOGI A. Metafsika Taufik Ismail membuat sajak yang berjudul " Berpikir tentang Dunia ". Isi sajaknya adalah sebagai berikut : Ternyata dunia ini adalah sebuah peti mati Sebuah peti yang besar dan tertutup atasnya Dan kita manusia berputar-putar di dalamnya Dunia sebuah peti besar yang tertutup di atasnya Dan kita terkurung di dalamnya Dan kita berjalan-jalan di dalamnya Dan kita bermenung di dalamnya Dan kita beranak di dalamnya Dan kita membuat peti di dalamnya Dan kita membuat peti Di dalam peti ini........ Isi sajak merupakan contoh dari ontologi yang didasarkan pada metafisika yaitu menjelaskan apa yang dikaji. Di sini yang dikaji adalah " dunia ". Manusia tak henti-hentinya terpesona menatap dunia dan metafisika mengkaji tentang apa yang ada dibalik sesuatu yang nyata. Misalnya, sudah kita ketahui bahwa alam adalah sesuatu yang nyata, maka metafisika mengkaji apa yang ada dibalik alam tersebut yang menurut tafsiran, bahwa di balik alam ini ada ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural). Di ini timbul aliran antara lain animisme. Sebagai lawan dari supernatural adalah paham naturalisme yang menolak adanya ujud yang gaib. Di sini muncul aliran materialisme yang berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib melainkan oleh kekuatan alam itu sendiri. Di sini muncul teori tentang atom yang menjelaskan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom dan alam beserta isinya ini hanya terdiri dari dua macam yaitu atom dan kehampaan.Dengan demikian gejala alam hanya perwujudan dari proses kimia-fisika. Di sini muncul 2 paham yaitu paham mekanistik dan paham vitalistik (lihat lampiran II). Paham mekanistik mengatakan bahwa gejala alam termasuk makluk hidup, hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Paham vitalistik mengatakan bahwa gejala pada makluk hidup bukan hanya gejala kimia-fisika tetapi juga terdapat gejala lain yang unik dan berbeda secara substantif dengan gejala kimia-fisika. Contohnya, otak manusia yang terdiri dari 15 miliar sel saraf yang gejalanya tidak seluruhnya dapat dijangkau oleh ilmu kimiafisika melainkan oleh ilmu lain misalnya ilmu psikologi. Di samping itu, otak juga menghasilkan pikiran dan pikiran menghasilkan ilmu pengetahuan. Di sini muncul aliran dualistik yang mengatakan bahwa otak dan pikiran adalah dua hal yang berbeda. Pendapat ini ditentang oleh aliran monistik. Aliran monistik mengatakan bahwa zat dan pikiran tidak berbeda secara substantif karena pikiran hanya sebagai proses elektrokimia dari otak. Aliran ini mencoba untuk membuktikan bahwa pikiran bisa dibuat oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk robot yang bisa berpikir seperti manusia. 14

B.

Asumsi Semua kejadian yang akan datang tidak ada yang pasti, oleh karena itu setiap pendapat harus mempunyai asumsi. Dari sini timbul tiga macam analisis yaitu sebagai berikut : 1. Determinisme, peristiwa tertentu sudah pasti akan terjadi, misalnya besok pagi matahari tetap akan terbit dari arah timur. 2. Probabilistik, peristiwa tertentu akan terjadi pada jarak waktu tertentu.Misalnya 6 buah dadu yang mempunyai nomor urut 1 sampai 6 dilemparkan, maka kemungkinan munculnya nomor 1 mempunyai probabilitas 1/6, sehingga apabila dilemparkan 6 kali akan muncul lagi no. 1. 3. Pilihan bebas, suatu peristiwa terjadi tergantung pilihannya. Misalnya, pemanah yang akan memanah suatu lingkaran, maka dia bebas akan memanah bagian tengah lingkaran atau pinggir lingkaran. C. Peluang Suatu ilmu tidak dapat menjamin bahwa yang diuraikan benar 100 % melainkan hanya memberikan peluang atau kemungkinan terhadap terjadi atau tidak terjadinya sesuatu. Contoh, berdasarkan ilmu meteorologi dan geofisika bisa diramalkan bahwa hari ini akan terjadi hujan dengan probability 0.8. Jadi ilmu tersebut hanya bisa memberikan kesimpulan yang dilengkapi probabilistik. Oleh karena itu, seseorang akan menerapkan teori dari suatu ilmu tertentu tergantung pada risikonya, dalam arti semakin berat risiko yang dihadapi, diperlukan probability yang makin besar. D. Asumsi dalam Ilmu Ilmu didasarkan pada beberapa asumsi, karena tidak ada satu ilmupun yang mempunyai kebenaran absolut. Newton berpendapat bahwa zat, gerak, ruang, dan waktu bersifat absolut tetapi Einstein berasumsi bahwa keempat komponen tersebut bersifat relatif. Contoh : Zat dan gerak menurut Newton adalah 2 hal yang berbeda tetapi Einstein berpendapat bahwa keduanya adalah merupakan satu kesatuan karena gerak atau energi adalah proses perubahan yang terjadi dalam zat. Kalau kita tetap memakai sumber energi tradisional seperti air, panas, dan angin maka cukup dipakai teorinya Newton, tetapi kalau mau pakai nuklir pakailah teorinya Einstein. Menurut teori Einstein, kebutuhan listrik dunia selama sebulan dapat dipenuhi dengan konversi zat (uranium) 5 kg saja. Ilmuwan harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya. Namun sayangnya asumsi tersebut sering hanya tersirat dan bukan tersurat. Sebenarnya agar hasilnya tidak menyesatkan maka asumsi tersebut harus jelas dan tegas. E. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu Sampai di mana batas penjelajahan ilmu ? Jawabannya : Ilmu mulai penjelajahannya dari pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Contoh : Apakah ilmu mempelajari surga dan neraka ? Jawabnya, tidak, karena hal tersebut berada di luar pengalaman manusia. Ilmu mempunyai batasan karena : 1. Fungsi dari ilmu itu sendiri yaitu sebagai alat pembantu manusia dalam menghadapi masalah 15

2.

Metode yang digunakan adalah kebenaran yang telah teruji secara empiris. Dengan demikian sebenarnya jangkauan ilmu itu memang sempit karena hanya bisa menjangkau sepotong dari sekian permasalahan kehidupan. Ruang penjelajahan ilmu kemudian dikapling menjadi berbagai disiplin ilmu yang semula hanya ilmu alam dan ilmu sosial, sekarang dua ilmu tersebut sudah menjadi 650 cabang keilmuan. Di samping itu juga muncul ilmu terapan , misalnya ilmu tentang bunyi mempunyai ilmu terapan yang disebut ilmu teknik akustik. Ilmu sosial berkembang relatif lebih lambat dibanding dengan ilmu alam. Di samping ilmu alam dan ilmu sosial , pengetahuan mencakup juga humaniora yaitu seni, filsafat, agama, sejarah ( sejarah kadang-kadang dimasukkan ke dalam ilmu sosial). Juga ada matematika yang bukan merupakan ilmu karena merupakan sarana berpikir yang penting untuk kegiatan berbagai disiplin ilmu. Studi matematika meliputi antara lain aljabar, kalkulus, stastitika. Masing-masing ilmuwan harus mengenal batasan kapling ilmunya sendiri dan tidak menjarah kapling orang lain, karena akan terjadi kekacauan ilmu. Seorang filsuf mengatakan : kenalilah kau sendiri. Ungkapan ini untuk menjunjung tinggi profesionalisme. Namun kita harus mengenal kapling tetangganya beserta asumsinya agar tidak terjadi sengketa keilmuan.

16

BAB VI EPISTEMOLOGI A. Jarum Sejarah Pengetahuan Dahulu dalam masyarakat primitif konsep dasar pengetahuan adalah kesamaan, dalam arti pengetahuan adalah satu . Semua menyatu dalam satu kesatuan yang batas-batasnya kabur. Tidak terdapat jarak yang jelas antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain. Contoh orang yang ahli dalam bidang peternakan ayam dianggap ahli pula dalam bidang ekonomi, perkawinan, kebatinan (ngelmu), kenakalan remaja dan entah apalagi. Konsep dasar ini mengalami perubahan fundamental dengan bekembangnya Abad Penalaran (The Age of Reason) pada pertengahan abad ke 17. Disini konsep dasar berubah dari kesamaan kepada perbedaan sehingga mulailah adanya pembedaan pengetahuan menurut apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa dipergunakan. Ilmu mulai dibedakan antara ilmu sosial dan ilmu alam yang kemudian terpecah lagi menjadi 650 cabang ilmu dan spesialisasi makin banyak. Menciutnya kapling ilmu ternyata menimbulkan masalah dalam menghadapi kehidupan manusia yang makin banyak dan bersifat rumit. Di sini muncul usaha orang untuk memutar jarum sejarah dengan menggabungkan beberapa pengetahuan, misalnya pengetahuan dokter dengan dukun sehingga muncul terkun (dokter dukun). Pendekatan inter disipliner memang perlu namun bukan dengan mengaburkan otonomi masing-masig ilmu. Di sini muncul paradigma baru yaitu "konsep sistem", dalam arti masingmasing ilmu menyumbangkan analisisnya dengan memanfaakan sarana berpikir ilmiah seperti logika, matematika, dan statistik. B. Cara Menyusun Pengetahuan Pengetahuan bisa menjadi ilmu dan juga bisa menjadi bukan ilmu. Pengetahuan tentang pertanian bisa menjadi ilmu pertanian, tetapi pengetahuan main gitar bukanlah ilmu, melainkan seni. Juga pengetahuan agama yang mengemukakan bahwa sesudah mati, semua manusia akan dibangkitkan . Bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar ? Epistemologi menjawab : harus dilandaskan pada metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab atau memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia yang pemecahannya dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam atau dalam kata lain untuk menguasai alam. Agar mampu mengontrol gejala alam, pertama harus tahu mengapa sesuatu itu terjadi. Penelaahan diarahkan kepada hubungan berbagai faktor yang terikat dalam konstelasi yang menyebabkan timbulnya gejala. Ilmu mencari penjelasan mengenai alam dan kemudian menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sebaliknya seni bersifat personal berdasarkan pengalaman hidup perseorangan. Berkembangnya ilmu atau seni berakar dari pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba (percobaan). Perkembangan ini berlanjut menyebabkan timbulnya ilmu terapan yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Mesir kuno (3000 tahun sebelum Masehi) telah mengembangkan irigasi dan dapat meramalkan terjadinya gerhana.. Cina dan India terkenal kaya akan ilmu terapan. 17

Ilmu terapan tidak menyumbang berkembangnya teori-teori yang bersifat umum sebab analisanya bersifat praktis. Contoh, daun pepaya bisa melunakkan daging. Pengetahun tersebut hanya berhenti di situ dan tidak diteruskan dengan analisa kimia. Pada peradaban tertentu, perkembangan selanjutnya dari pengetahuan ada dua arah: 1. Kuantitatif , artinya banyak pengetahuan yang ditemukan 2. Kualitatif, dikembangkan konsep-konsep teori baru yang bersifat teoritis Jembatan dari kuantitatif ke kualitatif adalah pengembangan konsep teoritis yang bersifat mendasar yang selanjutnya dijadikan tumpuan untuk pengembangan pengetahuan ilmiah yang bersifat integral. Ilmu kurang berkembang dalam peradaban Timur karena aspek kultural yang tidak memandang penting cara berpikir ilmiah. Bagi mereka, yang penting adalah berpikir etis yang menghasilkan kearifan (wisdom). Akal sehat dan percobaan mempunyai peranan penting untuk menemukan penjelasan mengenai gejala alam.Akal sehat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan yang mempunyai karakteristik : 1. Kebiasaan dan pengulangan 2. Kabur dan samar-samar 3. Pengetahuan yang tidak teruji. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang berpendapat bahwa mencari ilmu pengetahuan yang benar adalah secara analitis yang bersifat kritis.Rasionalisme bersifat majemuk dengan berbagai kerangka yang dibangun secara deduktif di sekitar objek pemikiran tertentu. Di samping itu berkembang pula empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar didapat dari kenyataan pengalaman. Timbul pendapat lain bahwa ilmu mempunyai dua peranan, yaitu di satu pihak sebagai metafisika dan di pihak lain sebagai akal sehat. Dari situ berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian secara empiris. Dengan metode eksperimen dapat diuji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris, Di sini dapat digabungkan antara berpikir deduktif dengan induktif. Metode eksperimen akhirnya terbukti bisa mendorong perkembangan pengetahuan yang sangat cepat. C. Metode Ilmiah Metode adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu . Ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui metode ilmiah yang menggabungkan cara berpikir deduktif dengan induktif dalam membangun ilmu. Proses kegiatan ilmiah dimulai dari mengamati.Kita mengamati objek tertentu kalau kita mempunyai perhatian.Kita mempunyai perhatian kalau kita mempunyai masalah.Dari sini proses kegiatan berpikir dimulai yang diarahkan kepada objek bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris dan berusaha memecahkan masalah. Dalam menghadapi masalah, manusia bersikap melalui tiga tahap : 1. Tahap mistis, merasa dikepung oleh kekuatan gaib 2. Tahap ontologis, tidak lagi merasa dikepung oleh kekuatan gaib karena dia menyadari bahwa yang dihadapi adalah masalah konkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata sehingga dia mulai mengadakan penelaahan dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia terhadap objek dengan menggunakan pikiran (bukan perasaan) yang berdasarkan penalaran. Penelaahan tidak didasarkan pada hal-hal yang diluar 18

pengalaman seperti hal-hal yang mistis dan agama.Namun demikian agama dapat dipakai untuk melengkapi penelaahan. 3. Tahap fungsional, penelaahan dapat diteruskan menjadi ilmu apabila hal tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia. Teori ilmiah harus memenuhi dua persyaratan yaitu konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan sesuai dengan fakta-fakta empiris. Selanjutnya logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dengan induktif serta rasionalisme dengan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Sebelum teruji kebenarannya. secara empiris, maka status logika ilmiah hanyalah bersifat sementara yang biasa disebut hipotesis.Kita dapat mengajukan banyak hipotesis berdasarkan hakekat rasionalisme yang bersifat pluralistik. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang kita hadapi. Hipotesis merupakan penunjuk jalan untuk mendapatkan jawaban dan kita tidak boleh berhenti atau berpuas diri hanya sampai pada hipotesis saja.Hipotesis harus diuji dengan kenyataan empiris. Hipotesis disusun secara deduktif dengan mengambil premis (asumsi) dari pengalaman ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Para jenius umumnya hanya meletakkan dasar-dasar keilmuan saja, sedangkan pengisiannya dilakukan oleh manusia-manusia biasa yang memiliki ketekunan dan kerja kerasnya.Ini berbeda dengan filsafat karena seorang filsuf harus membangun sistem secara lengkap berupa bangunan dan segala isinya. Dalam penyusunan hipotesis diperlukan proses induktif karena penyusun hipotesis juga mempunyai pengalaman individu yang dimasukkan sebagai unsur dalam hipotesis.Dalam menguji kebenaran hipotesis, kita harus menetapkan faktor-faktor apa yang dapat kita uji untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Misalnya untuk penelitian prestasi belajar ditetapkan faktornya adalah angka rapor di sekolah. Proses pembuktian memerlukan instrumen untuk meneliti faktor-faktor yang telah ditetapkan.Instrumen tersebut mungkin belum ada dan harus dibuat terlebih dahulu sehingga proses pembuktian memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logico-hiphotetico-verification yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : 1. Perumusan masalah 2. Penyusunan kerangka berpikir 3. Perumusan hipotesis 4. Pengujian hipotesis 5. Penarikan kesimpulan Pada dasarnya langkah tersebut berurutan tetapi kadang-kadang terjadi juga lompatan karena proses tidak hanya didasarkan pada penalaran melainkan juga pada imajinasi dan kreativitas. Peneliti harus mempunyai pengetahuan dasar tentang masalah yang diteliti dan menguasai tema pokok dari metode ilmiah, namun penerapannya tidak kaku dan simplistis melainkan didasarkan pada logika dan alur jalan pikiran peneliti. Laporan penelitian ilmiah adalah juga milik masyarakat, oleh karena itu harus dapat dikomunikasikan kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.Dengan demikian ilmuwan harus dapat menyusunnya dengan sistematika cara berpikir tertentu yang tercermin dalam format dan tekniknya serta menguasai sarana komunikasi ilmiah. Suatu hipotesis yang sudah diterima bukan berarti berlaku untuk selamanya karena mungkin nanti ada yang membuktikan bahwa kesimpulan penelitian ternyata salah.Oleh karena itu pada dasarnya suatu hipotesis dapat diterima kebenarannya sepanjang tidak ada 19

fakta yang menolak hipotesis tersebut.Jadi ilmu bersifat pragmatis karena tidak bertujuan untuk mencari kebenaran absolut melainkan kebenaran yang bermanfaat bagi manusia. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan pada pengetahuan yang bukan ilmu seperti matematika dan seni .Namun demikian beberapa aspek yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut dapat menerapkan metode ilmiah, misalnya tentang aspek pengajaran seni yang akhirnya dimasukkan dalam ilmu pendidikan. Beberapa disiplin ilmu sosial mengembangkan teknik-teknik tersendiri untuk meneliti aspek tertentu yang bersifat eksploratoris sehingga penelitian yang bersifat kualitatif diikuti oleh penelitian kuantitatif dengan penerapan metode ilmiah sepenuhnya. D. Struktur Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan Ilmiah mempunyai fungsi : 1. Menjelaskan, misalnya ada kaitannya antara hutan yang gundul dengan banjir 2. Meramalkan, misalnya suatu daerah yang hutannya banyak ditebang, maka pada musim hujan akan terlanda banjir 3. Mengontrol, misalnya untuk mencegah banjir dengan mengadakan pengawasan yang ketat terhadap hutan agar jangan ditebang. Pola penjelasan tentang suatu gejala dapat dilakukan melalui cara : 1. Deduktif, menarik kesimpulan yang logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Probabilistik, menarik penjelasan secara induktif dari sejumlah kasus yang kemudian ditarik kesimpulan dalam bentuk kemungkinan 3. Fungsional atau teleologis, penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai arah perkembangan tertentu 4. Genetik, mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya. Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarnya tujuan akhir dari setiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten, namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja misalnya fisika, sedangkan ilmu sosial sulit mencapainya. Teori terdiri dari beberapa hukum, misalnya dalam teori ekonomi makro dikenal hukum permintaan dan penawaran. Hukum adalah penjelasan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.Dengan memahami hukum tersebut, maka kita dapat meramalkan apa yang akan terjadi dan bagaimana mengatasinya. Hukum tersebut harus berlaku umum, misalnya hukum permintaan dan penawaran bukan hanya berlaku untuk padi tetapi juga berlaku untuk semua benda ekonomi dan berlaku untuk semua daerah. Untuk meningkatkan keumuman, maka teori-teori yang tingkat keumumannya rendah digabung. Ilmu dasar kurang langsung mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari, oleh karena itu dikembangkanlah ilmu terapan.Hal tersebut sangat berguna untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang , ilmu dasar itu juga harus dikembangkan. Di dalam bidang keilmuan, kita juga mengenal prinsip, yaitu pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian, misalnya dalam ilmu ekonomi dikenal prinsip ekonomi yakni mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Namun demikian postulat ditetapkan dengan suatu alasan yang kuat, sedangkan asumsi harus ditetapkan dalam suatu argumentasi ilmiah yang secara empiris dapat diuji kebenarannya. 20

Penelitian dasar atau penelitian murni adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Sedangkan penelitian terapan bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Dulu jarak waktu antara diketemukannya ilmu dasar dengan diketemukannya ilmu terapan amat lama, kadang-kadang sampai ratusan tahun, tetapi sekarang jarak waktu tersebut makin lama makin pendek. Ilmu terapan tersebut ada yang bersifat konstruktif dan ada yang bersifat destruktif. Manusia disebut Homo Sapiens , artinya makhluk yang berpikir, sehingga dapat mengembangkan ilmu dasar. Di samping itu manusia juga disebut Homo Faber :, artinya makhluk yang membuat peralatan, oleh karena itu manusia dapat mengembangkan ilmu terapan.

21

BAB VII AKSIOLOGI A. Ilmu dan Moral Ilmu dan teknologi amat bermanfaat bagi peradaban manusia. Namun pada sisi lain ilmu dan teknologi juga mengakibatkan kerusakan bagi peradaban manusia. Di samping itu dalam perkembangannya ternyata bukan ilmu dan teknologi yang menyesuaikan dengan kebutuhan manusia, melainkan justru sebaliknya manusialah yang harus menyesuaikan dengan ilmu dan teknologi, malahan manusia dibelenggu oleh ilmu dan teknologi itu. Dengan kemajuan ilmu yang sangat pesat sekarang ilmu sudah mengancam dehumanisasi dengan diketemukannya teknik reproduksi dan penciptaan manusia (kloning) Berkenaan dengan kemajuan zaman, ilmu, dan kaitannya dengan moral, pada zaman kerajaan di Jawa dahulu, ada seorang raja yang kemudian menjadi pujangga yaitu Ronggowarsito dengan tulisannya yang terkenal yang juga dianggap sebagai ramalan tentang kondisi masa depan sebagai berikut : Amenangi zaman edan Ewuh aya ing pambudi Melu edan ora tahan Yen tan melu anglakoni Boya keduman melik Kaliren wekasanipun Dilalah kersa Allah Begja-begjane kang lali Luwih begja kang eling lan waspada Artinya dalam bahasa Indonesia : Mengalami zaman edan Kita sulit menentukan sikap Turut edan tidak tahan Kalau tidak turut edan Kita tidak kebagian Menderita kelaparan Tetapi dengan bimbingan Tuhan Betapa lebih bahagia yang ingat serta waspada Sejak pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan moral. Contoh, Copernicus yang menyatakan bahwa bumilah yang berputar mengelilingi matahari. Pernyataan tersebut bertentangan dengan ajaran agama pada waktu itu yang menyatakan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi. Sebagai akibatnya Copernicus diadili oleh Pengadilan Agama agar Copernicus mencabut pernyataannya. Setelah itu ilmuwan berusaha memperoleh otonomi dalam melakukan penelitian dan baru berhasil setelah 250 tahun. Dari sinilah bermunculan konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk konkrit yang berupa teknologi.Teknologi adalah penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah praktis berupa perangkat keras ( hardware ) maupun perangkat lunak ( sofware ).

22

Suatu masyarakat harus menetapkan strategi pengembangan teknologinya agar sesuai dengan nilai budaya yang dijunjungnya dalam arti mencari alternatif penerapan teknologi yang lebih bersifat manusiawi. Dalam perkembangannya para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan : 1. Ilmu harus bersifat netral; 2. Netralitas ilmu terbatas dan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan ini mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut : a. Ilmu secara faktual telah digunakan secara destruktif b. Ilmu berkembang pesat sehingga dikhawatirkan akan terjadi penyalahgunaan. Terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki. B. Tanggungjawab Sosial Ilmuwan Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab sosial yang tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Sikap masyarakat terhadap ilmu ada dua kemungkinan : 1. Diam karena ketidaktahuannya 2. Radikal dan irasional, misalnya dengan merusak hasil teknologi. Oleh karena itu, tanggungjawab moral seorang ilmuwan adalah memberikan perpektif yang benar dengan menjelaskan tentang untung dan ruginya, baik dan buruknya sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.Pada pokoknya seorang ilmuwan harus bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.Ilmuwan juga harus membantu pemerintah dan masyarakat dengan meramalkan apa yang akan terjadi dan memberikan saran tentang cara mengatasi masalah dan mengubah kegiatan yang non produktif menjadi kegiatan yang produktif. Manusia itu bukan saja pandai membuat rasional namun juga cerdas membuat rasionalisasi. Hal tersebut berarti bahwa pikiran manusia dapat dipergunakan untuk mempertahankan kebenaran tetapi juga untuk mempertahankan ketidak benaran ( menutupi kesalahan ). Lebih berbahaya lagi apabila rasionalisasi disusun secara sistimatis dan meyakinkan,.Contoh Hitler yang menyatakan : " Deutche uber alles " ( Bangsa Jerman di atas semuanya ). Di bidang etika, tangungjawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberi contoh. Aspek etika dari hakekat keilmuan sering kurang memperoleh perhatian dari para ilmuwan dan pendidik. Kita sering mendidik agar menjadi cerdas tetapi tidak dilengkapi dengan nilai-nilai moral yang luhur. C. Nuklir dan Pilihan Moral Pada tanggal 2 Agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Rosevelt, mengusulkan agar Amerika membuat bom atom. Einstein mempunyai alasan bahwa Jerman sudah mengadakan penelitian yang intensif untuk membuat bom atom, oleh karena itu Amerika harus mendahuluinya. Apabila Jerman lebih dahulu bisa membuat bom atom , maka Jerman akan memenangkan perang dan akan menjajah dunia dengan kekejamannya. Oleh karena itu sebagai ilmuwan dia terpanggil untuk menyelamatkan dunia dan kemanusiaan. Apakah seorang ilmuwan harus menyembunyikan penemuan yang dianggap berbahaya ? Jawabannya adalah tidak. Ilmuwan harus tetap mengemukakan saja penemuan tersebut dan menyerahkannya kepada moral kemanusiaan tentang penggunaannya, dengan 23

alasan bahwa seorang ilmuwan harus netral dan ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan untuk penemuan selanjutnya yang dapat mengamankan bahaya dari penemuan sebelumnya. Apabila penemuan sebelumnya tidak diungkapkan, maka perkembangan ilmu pengetahuan akan mandeg atau melambat. Contoh, pengetahuan tentang nuklir yang menghasilkan bom atom tetapi pada perkembangan selanjutnya ilmuwan dapat menemukan pemanfaatan nuklir untuk membangun PLTN ( Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ) dan pengetahuan lain yang menguntungkan kehidupan. Apabila suatu penemuan dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif, maka ilmuwan mempunyai tanggungjawab moral dan berkewajiban untuk melawannya karena dialah yang paling tahu bagaimana menghadapi orang yang menyalahgunakan ilmu tersebut (Lihat Lampiran III). D. Revolusi Genetika Ilmu kimia dahulu berkembang karena didorong oleh keinginan untuk menemukan obat mujarab agar bisa hidup abadi dan juga mencari rumus campuran kimia untuk membuat logam emas. Ilmu fisika berkembang karena didorong untuk membuat persenjataan agar bisa memenangkan peperangan yang akhirnya dapat menemukan bom nuklir. Pada saat ini ilmu memasuki babak baru yaitu berikembangnya ilmu di bidang genetika. Ilmu genetika sekarang ini bukan lagi menelaah organ-organ manusia, melainkan sudah menelaah hakekat manusia itu sendiri yang menjurus kepada teknologi untuk mengubah manusia, misalnya merekayasa agar terlahir manusia yang mempunyai IQ tinggi dan merekayasa agar manusia tidak bisa mati dengan mengganti organ-organ tubuh yang telah rusak dengan organ buatan dan seterusnya. Malahan sekarang sudah menjurus ke arah kloning manusia. Apakah perkembangan genetika semacam itu dapat dibenarkan secara moral. Jawabannya dikembalikan kepada hakekat ilmu itu sendiri, yaitu untuk membantu manusia mencapai tujuan hidupnya yang berkaitan erat dengan hakekat kemanusiaan. Jadi ilmu tidak berwenang untuk menjamah daerah kemanusiaan yang mempengaruhi tujuan hidupnya. Kesimpulannya, manusia menolak ilmu yang merekayasa manusia. Contoh, Amerika melarang penelitian lebih lanjut terhadap sel punca yang dipergunakan untuk merekayasa manusia. Penelitian tentang sel punca telah dimulai tahun 1960 . Sel Punca adalah sel induk dari manusia yang dapat diubah menjadi semua jenis sel lain yang memungkinkan sel induk menciptakan organ tubuh yang dikehendaki misalnya menjadi sel darah, otot, hati, ginjal dan lain-lain sehingga menjadi sistem perbaikan tubuh dan penyembuhan penyakit seperti leukimia dan gangguan terhadap kekebalan tubuh.Sel induk juga bisa dipergunakan untuk kloning manusia. Sel induk dapat diperoleh antara lain dari sumsum tulang, darah tali pusat, dan embrio hasil pembuahan.

24

BAB VIII SARANA BERPIKIR ILMIAH A. Sarana Berpikir Ilmiah Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yaitu alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Dalam mencari sarana berpikir ilmiah kita harus memperhatikan bahwa: 1. Sarana ilmiah bukanlah ilmu karena metodenya berbeda dengan metode ilmiah 2. Tujuannya adalah agar kita dapat melakukan penelitian ilmiah secara baik. Sarana ilmiah berupa : 1. Bahasa 2. Logika 3. Matematika 4. Statistika Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seseorang kepada orang lain. Logika menggabungkan antara berpikir deduktif dengan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. B. Bahasa Manusia juga disebut sebagai Animal Symbolicom , artinya binatang yang memakai simbol dalam bahasa dan kegunaan bahasa adalah : 1. Memungkinkan manusia mengomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain 2. Memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dan objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak 3. Memberikan kemungkinan untuk berpikir secara sistematis dan berlanjut Bahasa tersebut mengkomunikasikan : 1. Buah pikiran 2. Perasaan 3. Sikap Namun demikian bahasa mempunyai kelemahan yaitu mempunyai kecenderungan mengemukakan pula perasaan dan sikap yang bersifat emosional. Di samping itu kadangkadang suatu kata tertentu mempunyai arti yang bermacam-macam. Apakah sebenarnya bahasa itu ? Jawabannya, bahasa adalah serangkaian bunyi atau isyarat dan merupakan lambang yang membentuk suatu arti tertentu. Lambang-lambang tersebut disusun dalam perbendaharaan kata yang merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemikiran. Komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan yang terbebas dari unsur emotif dan bersifat reproduktif. Dengan demikian komunikasi ilmiah harus jelas, objektif, dan bebas emotif. Jelas artinya eksplisit dan dilengkapi dengan definisidefinisi terhadap istilah yang bisa disalahtafsirkan. Di samping itu juga harus mempergunakan tatabahasa yang baik dan mempergunakan kata-kata yang baik .Objektif dalam arti bebas dari emosi dan sikap. C. Matematika Pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, informatif tanpa konotasi emosional. Contoh : 25

z=y:x z : lamanya seseorang berjalan kaki x : kecepatan y : jarak yang ditempuh Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif , tidak bersifat eksak yang menyebabkan daya prediktif dan kontrol kurang cermat dan tepat, misalnya gajah lebih besar daripada semut . Matematika mengembangkan konsep pengukuran dengan memberi ukuran berat pada gajah dan semut tersebut. Ilmu sosial mengalami kesukaran dalam pengukuran, tetapi sekarang sudah dapat diatasi dengan mempergunakan matematika dan statistika. Selanjutnya perkembangan ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap : 1. Sistematik 2. Komparatif 3. Kuantitatif Tahap sistematik ilmu menggolongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Tahap komperatif , melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Tahap kuantitatif mencari hubungan sebab akibat berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek yang kita selidiki. Berdasarkan perkembangannya, masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang sempurna. Di sini logika berkembang menjadi matematika dan sejarah perkembangan matematika adalah sebagai berikut : 1. Matematika kuno ( zaman Mesir kuno ) 2. Matematika estetika 3. Matematika sebagai ilmu hitung dan aljabar 4. Matematika modern. Peranan matematika dalam hubungan dengan komunikasi ilmiah yaitu sebagai ratu dan sekaligus sebagai pelayan. Sebagai ratu dalam arti merupakan bentuk tertinggi dari logika. Sebagai pelayan dalam arti memberikan pelayanan terhadap sistem dan bentuk model matematik. Beberapa aliran dalam filsafat matematika : 1. Logistik, berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang hasilnya ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris 2. Intusionis, berpendapat bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan 3. Formalis, berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika yang samasekali tidak ada hubungannya dengan matematika. Ketiga aliran tersebut dalam perkembangannya saling melengkapi. Matematika hampir sama tuanya dengan peradaban manusia. Sekitar 3500 tahun sebelum Masehi bangsa Mesir kuno telah ahli dalam matematika dengan pengukuran sungai Nil dan dapat meramalkan timbulnya banjir. Matematika pada waktu itu dianggap keramat dan hanya diketahui oleh kalangan tertentu yang sebenarnya untuk mempertahankan kekuasaannya. Penduduk yang pertama adalah talking animal ( makhluk yang berbicara dan penduduk setelah itu adalah calculating animal ( makhluk yang berhitung ). Matematika 26

tanpa disadari bisa menjadi tujuan dan bukan alat. Di samping itu bagaimana rumit dan dalamnya matematika seyogyanya dapat dikomunikasikan dengan kata-kata sederhana. D. Statistika Suatu kemungkinan dapat dihitung dengan teori peluang yang merupakan dasar dari teori statistika. Statistika merupakan ilmu yang memungkinan kita menghitung tingkat peluang dengan eksak. Di samping itu pengujian dengan meneliti seluruh populasi sangat menyulitkan karena memakan waktu yang lama dan menghabiskan biaya yang mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut statistika memberikan jalan keluar dengan jalan hanya meneliti sebagian populasi yang bersangkutan ( sample ). Statistika mampu memberikan secara kuantitaif tingkat ketelitian dari kesimpulan dengan catatan makin banyak contoh yang diambil maka ketelitian kesimpulannya akan makin tinggi. Tingkat ketelitian yang diperlukan disesuaikan dengan hakekat permasalahan yang dihadapi. Contoh, operasi otak manusia harus lebih teliti dibandingkan dengan penelitian terhadap tinggi badan anak usia 10 tahun. Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui hubungan kausalita antara 2 faktor atau lebih bersifat kebetulan atau benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris, misalnya hubungan antara pemupukan dengan pertumbuhan padi. Dalam hal ini statistika tidak dapat mencapai kebenaran yang sempurna tetapi bagaimanapun dapat memberikan suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis. Di samping itu juga menghindari penarikan kesimpulan induktif secara tidak benar karena yang dipakai adalah matematika, padahal hanya logika deduktif yang berkaitan dengan matematika. Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan hal yang pasti sepanjang premis yang dipakai kita percayai kebenarannya. Sedangkan kesimpulan yang ditarik secara induktif memberikan sekedar peluang. Contoh bulan Nopember untuk beberapa tahun, hujan, maka Nopember tahun ini kemungkinan besar juga akan hujan. Menurut bidang pengkajiannya, statistika dibedakan dalam : 1. Statistika teoritis, mengkaji dasar-dasar teori statistika, misalnya teori pengambilan sampel 2. Statistika terapan, penggunaan teori statistika untuk pemanfaatan tujuan tertentu, misalnya bagaimana menghitung harga rata-rata 3. Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik. Dengan demikian jangan sampai statistika dianggap sebagai kebohongan seperti yang dikatakan oleh Disraeli, bahwa ada tiga kebohongan yakni, dusta, dusta besar, dan statistik. Dulu terhadap matematika juga seperti itu, yaitu seperti yang dikatakan oleh Agustinus : Hati-hati terhadap ahli matematika karena merekalah yang membuat ramalan-ramalan dusta ! .

27

BAB IX ILMU DAN KEBUDAYAAN A. Manusia dan Kebudayaan Menurut E.B. Taylor (1871), kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan hidupnya. Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologi, rasa aman , afiliasi, harga diri, dan pengembangan potensi. Kebutuhan binatang hanya terpusat pada kebutuhan fisiologis dan rasa aman saja dan diperolehnya dengan instink, sedangkan manusia mencapai semua kebutuhannya bukan dengan instink melainkan melalui kebudayaan. Keseluruhan segi kebudayaan diperoleh manusia secara sadar melalui pendidikan atau proses pembelajaran dan terdapat enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni : teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, agama.Teori adalah hakekat penemuan kebenaran. Nilai ekonomi adalah kegunaan benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Nilai estetika adalah keindahan dan segi artistik. Nilai sosial adalah hubungan antar manusia. Nilai politik adalah kekuasan dan pengaruh. Nilai agama adalah usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi. Masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan adalah menetapkan nilai budaya apa yang harus dikembangkan dalam diri anak didik kita dengan syarat : 1. Relevan dengan zamannya 2. Eksplisit dan definitif ( jelas dan pasti) Pada kenyataannya banyak pendidikan diberikan tetapi sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau ketinggalan zaman. Hal ini diperparah lagi dengan kelompok pendidik yang bersifat konservatif dan tidak mau melakukan pembaruan dan perubahan. Untuk melakukan perubahan, langkah yang harus ditempuh adalah membuat skenario masyarakat di masa yang akan datang yang mempunyai karakteristik : 1. Masyarakat Indonesia akan beralih dari masyarakat tradisional agraris menjadi masyarakat modern yang berorientasi industri. Untuk itu diarahkan kepada : a. Kemampuan analitik b. Kemampuan individual (mandiri) Kedua hal ini akan mendorong ke arah lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan sendiri. 2. Lebih menjunjung tinggi Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup Bangsa Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya kita mengenal masyarakat modern yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Bertumpu pada ilmu dan teknologi 2. Kehidupan bermasyarakat ditata secara rasional berdasarkan anlisis 3. Pengambilan keputusan didasarkan pada argumentasi yang didukung oleh penalaran yang kuat dan bukan berdasarkan intuisi, perasaan, dan tradisi. Sebagai pelengkap, pendidikan modern akan mendorong kreativitas yaitu kemampuan untuk menciptakan modus baru. Pendidikan juga harus dilengkapi dengan agama sebagai sumber moral bagi setiap kegiatan dan dapat meningkatkan martabat manusia.Agama 28

memberikan kompas dan tujuan.Sehubungan dengan ini Einstein mengatakan bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.Dengan demikian pendidikan harus dapat mewujudkan anak didik menjadi manusia yang taqwa, terdidik, bermoral luhur, dan estetik ( mau bekerja keras dan mandiri ). B. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup, dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa. Ilmu dan kebudayaan saling tergantung dan saling mempengaruhi. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional, ilmu mempunyai peranan sebagai berikut : 1. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan 2. Ilmu mengisi pembentukan watak suatu bangsa Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan dan ilmu merupakan produk dari cara berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah memerlukan persyaratan yaitu : 1. Mempunyai alur jalan pikiran yang logis, artinya konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang sudah ada 2. Didukung oleh fakta Kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak melainkan terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan Karakteristik ilmu adalah : 1. Mempercayai rasio ( rasional ). 2. Alur jalur pikiran yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang telah ada ( logis ) 3. Pengujian secara empiris ( objektif ) 4. Terbuka untuk koreksi ( terbuka ) Tambahan : Sifat kritis melandasi keempat sifat tersebut di atas Ilmu sebagai asas moral karena menjunjung tinggi kebenaran dan melakukan pengabdian secara universal. Namun dalam pelaksanaannya tidak mudah karena sering dipengaruhi oleh struktur kekuasaan terutama di negara yang sedang berkembang karena kegiatan keilmuan dilakukan oleh aparat negara. Langkah-langkah yang diperlukan agar ilmu berperan dalam kehidupan kita adalah : 1. Memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat karena ilmu merupakan bagian dari kebudayaan. 2. Menyadari bahwa ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. 3. Rasa percaya terhadap metode ilmiah yang digunakan 4. Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral yang luhur. 5. Pengembangan keilmuan harus disertai pengembangan filsafat ilmu. 6. Kegiatan ilmiah harus bersifat otonom. Namun demikian diperlukan kontrol dari pemerintah dan masyarakat. C. Dua Pola Kebudayaan Polarisasi keilmuan di Indonesia membedakan antara ilmu alam dan ilmu sosial. Polarisasi tersebut pada saat ini dianggap sudah tidak tepat karena ilmu sosial dalam pengembangannya memerlukan matematika dan statistika untuk penelaahan kuantitatif, sedangkan ilmu alam memerlukan pendalaman masalah sosial agar ilmu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu polarisasi tersebut perlu ditinjau kembali.

29

BAB X ILMU DAN BAHASA A. Terminologi Ilmu dan Pengetahuan Dalam kaitannya dengan ini kita harus mengetahui perbedaan antara pengetahuan dan ilmu. Pengetahuan ( knowledge ) adalah apa yang diketahui oleh manusia, sedangkan ilmu (science) adalah bentuk pengetahuan yang mempunyai objek ontologis, epistemologi, dan landasan aksiologis. Fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi antar manusia ( fungsi komunikatif) dan juga sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Contoh, pencanangan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia dalam Sumpah Pemuda tahun 1928 dapat mempersatukan Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku (fungsi kohesif). B. Politik Bahasa Nasional Pengembangan bahasa nasional harus memperhatikan fungsi komunikatif dan fungsi kohesif dengan menghimpun kata-kata terbaik dari seluruh daerah di Indonesia. Namun demikian harus pula diingat bahwa bahasa tersebut juga harus dapat berfungsi di masyarakat.

30

BAB XI FILSAFAT PENDIDIKAN A. Pengertian Filsafat Pendididkan Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany :

Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan satu segi dari filsafat umum yang menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Filsafat Pendidikan bersandarkan pada filsafat umum seperti : 1. Hakekat kehidupan, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapai kehidupan yang baik; 2. Hakekat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang ingin menerima pendidikan; 3. Hakekat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatuproses sosial; 4. Hakekat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapai hakekat pendidikan. Filsafat pendidikan seperti halnya filsafat umum juga berusaha mencari hakekat masalah, dan proses pendidikan. Sehubungan dengan itu, maka tugas filsafat pendidikan adalah : 1. Merancang dengan bijak dan arif usaha-usaha dan proses pendidikan untuk suatu bangsa; 2. Menyiapkan warga negara pada umumnya dan generasi muda pada khususnya agar beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa; 3. Berusaha mengubah cara-cara hidup masyarakat ke arah yang lebih baik; 4. Mendidik akhlak, seni, dan keindahan kepada masyarakat agar mereka menghormati kebenaran dan mencapai segala sesuatu melalui kebenaran tersebut. Filsuf pendidikan harus memiliki : 1. Pikiran yang benar, jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan Ketuhanan, kemanusiaan, pengetahuan alam, dan pengetahuan sosial; 2. Mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan dan keindahan. Menurut Kneller, filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, juga bersifat spekulatif, preskriptif, dan analitik : 1. Spekulatif, karena berusaha membangun teori-teori tentang hakekat manusia,hakekat masyarakat, dan hakekat dunia yang penuh dengan ketidakpastian; 2. Preskriptif, karena tujuan yang akan dicapai dan cara mencapainya harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Contohnya adalah pendidikan Pancasila yang diajarkan di sekolah harus didasarkan pada UUD 1945 dan peraturan perundang-pundangan lain yang berlaku. 3. Analitik, karena menguji rasionalitas ide dan gagasan-gagasan pendidikan, 31

konsistensinya dengan gagasan lain, dan menguji konsep-konsep pendidikan.

B.

Manfaat Filsafat Pendidikan Manfaat Filsafat Pendidikan yaitu dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia di bidang pendidikan karena : a. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan; b. Hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Masalah pendidikan bukan hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang hanya terbatas pada pengalaman, melainkan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih mendalam, dan lebih kompleks. Tujuan akhir pendidikan perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup, baik tujuan individu maupun kelompok. Filsafat merupakan teori umum dari pendidikan. Filsafat pendidikan bukan terbatas hanya pada pengalaman-pengalaman faktual inderawi, melainkan akan sampai pada penyelesaian secara tuntas tentang baik dan buruk dan tentang persyaratan kehidupan yang sempurna. Ruang lingkup filsafat pendidikan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah pendidikan itu ? 2. Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan? 3. Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan? 4. Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat dicapai? C. Peranan Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Hubungan metafisika dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa, metafisika mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah alam semesta memiliki bentuk yang rasional dan apakah alam semesta memiliki makna? 2. Apakah yang dinamakan jiwa itu merupakan kenyataan dalam dirinya atau hanya suatu bentuk materi dalam gerak? 3. Apakah semua perilaku organisme termasuk manusia telah ditentukan atau memiliki kebebasan? 4. Siapakah manusia, darimanakah asalnya, apa yang diharapkan dari hidup ini, dan apa yang akan dituju manusia? 5. Apakah alam semesta ini terjadi dengan sendirinya atau ada yang menciptakan? Pemikiran metafisika tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan tidak memiliki aplikasi praktis, jadi metafisika berkaitan dengan konsep-konsep kejadian yang tidak dapat diukur secara empiris, seperti pernyataan : Allah adalah pencipta alam semesta. Metafisika berusaha untuk memecahkan masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh sains. Metafisika sangat membantu dunia pendidikan, Sebagai contoh, pendidikan harus bisa menjawab 32

pertanyaan-pertanyaan anak didik tentang mengapa manusia hidup dan siapa yang menghidupkan manusia? Sehubungan dengan metafisika, terdapat beberapa cabang filsafat yaitu : 1. Teologi, yang membicarakan tentang Tuhan 2. Kosmologi, membicarakan tentang jagad raya 3. Manusia, membicarakan tentang hakekat manusia antara lain hakekat anak didik. Pembahasan tentang manusia merupakan hal yang sangat mendasar dalam filsafat pendidikan karena manusia memiliki beberapa dimensi yaitu : 1. Manusia sebagai makhluk individu 2. Manusia sebagai makhluk sosial 3. Manusia sebagai makhluk susila 4. Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan. Hubungan epistemologi dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan berusaha menjawab tentang bagaimana menentukan tentang muatan yang benar mengenai apa yang akan diajarkan dan alat apa yang paling tepat untuk itu dan sebagainya. Sehubungan dengan itu terdapat beberapa cara untuk mengetahui apa yang diperlukan oleh pendidik : 1. Mengetahui berdasarkan otoritas, yaitu yang diperoleh dari para pakar, buku teks, penguasa, dan sebagainya 2. Mengetahui yang didasarkan pada wahyu Tuhan 3. Mengetahui berdasarkan pengalaman 4. Mengetahui berdasarkan nalar, yaitu dengan menggunakan analisis yang logis 5. Mengetahui berdasarkan intuisi. Hubungan antara aksiologi dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan berusaha agar pendidikan mempunyai manfaat yang maksimal, oleh karena itu, maka pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas karena nilai atau manfaat pendidikan terletak pada tujuannya.Untuk itu pendidikan harus mendasarkan pada etika dan estetika. Hubungan antara logika dan pendidikan dapat dijelaskan bahwa filsafat pendidikan mengajarkan para siswa bagaimana berpikir yang didasarkan pada nalar sehingga tercapai kesimpulan-kesimpulan yang sahih. Dalam hal ini anak didik harus menguasai pemikiran deduktif dan induktif. D. 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan mempunyai tujuan sebagai berikut : Merencanakan pendidikan yang terbaik Memberikan arah yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan ekonomi Memberikan koreksi terhadap penyimpangan pendidikan Menyesuaikan dengan isu-isu yang berkembang dalam praktek pendidikan melalui penelitian empiris atau pemeriksaan Selalu melaksanakan penilaian dan pembaruan menuju ke era pembelajaran yang modern. Pendidik dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki keyakinan terhadap : Pengajaran dan Pembelajaran Siswa Pengetahuan yang diajarkan Apa yang perlu diketahui anak didik.

1. 2. 3. 4.

33

BAB XII STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI INDONESIA Fungsi dan Peranan Pancasila Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga Pancasila mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas. Fungsi dan peranan tersebut terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya. Pemerintah menurut Surajiyo mengemukakan sepuluh fungsi dan peranan Pancasila yaitu sebagai : 1. Jiwa bangsa; 2. Kepribadian Bangsa Indonesia; 3. Dasar Negara Republik Indonesia; 4. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia; 5. Perjanjian luhur; 6. Pandangan hidup Bangsa Indonesia; 7. Cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia; 8. Satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ; 9. Moral Pembangunan; 10. Pembangunan Nasional (pengamalan Pancasila). Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Muncul persoalan sejauh mana Pancasila sebagai paradigma pembangunan khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. B. 1. Landasan Filsafat Pancasila Landasan Ontologis Pancasila Atas dasar pengertian dari ontologi, pandangan ontologi dari Pancasila adalah Tuhan (Sila Ketuhanan), manusia (Kemanusiaan yang adil dan beradab), satu (Persatuan), rakyat ( Kerakyatan yang dipimpin oleh hihmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan), adil (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia). Tuhan, adalah sebab pertama dari segala sesuatu, yang esa dan segala sesuatu tergantung kepadanya. Manusia mempunyai susunan hakekat pribadi yang monopluralis,yakni bertubuh, berjiwa, bersifat individu, makhluk sosial, berkedudukan sebagai pribadi, makhluk Tuhan yang religius. Satu secara mutlak tidak dapat dibagi.Rakyat adalah keseluruhan jumlah semua orang. Hakekat rakyat dalah pilar negara yang berdaulat.Adil adalah dipenuhinya semua kewajiban bagi semua orang. 34 A.

2.

Landasan Epistemologi Pancasila Epistemologi Pancasila dimaksudkan mencari sumber-sumber pengetahuan dan kebenaran dari Pancasila. Sumber pengetahuan dalam epistemologi ada dua aliran , yaitu empirisme dan rasionalisme. Pengetahuan empiris Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan cerminan dari masyarakat Indonesia pada saat kelahirannya digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri. Pengetahuan rasionalis Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan hasil perenungan yang mendalam dari tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia untuk mengarahkan kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara. Kebenaran Pancasila dapat diuji dengan teori-teori kebenaran dalam pengetahuan yaitu dengan teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis. Teori koherensi dalam Pancasila dapat dinyatakan bahwa pernyataan-pernyataan yang bersumber dari Pancasila konsisten dan tidak terdapat kontradiksi dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori korespondensi dalam Pancasila dapat dinyatakan bahwa pernyataan dalam Pancasila berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu karena Pancasila dinyatakan sebagai jiwa bangsa Indonesia, sebagai pandangan dan pedoman hidup bangsa Indonesia. Teori pragmatis dalam Pancasila dapat dinyatakan bahwa pernyataanpernyataan Pancasila mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan bangsa Indonesia yaitu antara lain sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Landasan Aksiologis Pancasila Landasan aksiologis Pancasila ditunjukkan pada nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjiwai perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

3.

C.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat serta martabat bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) .Pancasila telah memberi dasar nilainilai bagi pengembangan iptek demi kesejahteraan hidup. Penegembangan iptek harus didasarkan pada moral Pancasila, oleh karena ,sila-sila Pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka pikir, serta moralitas bagi pengembangan iptek. D. Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia Menurut Kunto Wibisono yang dikutip oleh Surajiyo, strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling tepat harus diletakkan pada dimensi-dimensi sebagai berikut : 1. Teleologis (tujuan), dalam arti bahwa ilmu pengetahuan hanya sekedar sarana yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yaitu mewujudkan cita-cita yang dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 2. Etis, dalam arti bahwa manusia harus diletakkan pada tempat yang sentral untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia 3. Integratif, dalam arti bahwa penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk 35

meningkatkan kualitas manusia harus sekaligus integral meningkatkan kualitas masyarakatnya. Menurut Abbas Hamami Mintareja yang dikutip oleh Surajiyo, strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Ilmu harus mampu mewadahi kebudayaan masyarakat agar sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat 2. Perlu disadari bahwa ilmu bukan satu-satunya sarana untuk memperoleh kebenaran 3. Pendidikan moral Pancasila dan keagamaan merupakan syarat mutlak bagi ilmuwan di Indonesia 4. Diperlukan pendidikan filsafat ilmu di tingkat pendidikan tinggi .

36

BAB XIII ETIKA KEILMUAN A. Umum Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk membuat keputusan politik dengan berkiblat kepada pertimbangan moral. Ilmuwan mempunyai tanggung jawab profesional dan sekaligus tanggung jawab sosial. Kaitan antara ilmu dan moral harus didekati dengan kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang didahului dengan pembahasan etika, moral, norma, dan kesusilaan. B. Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat dan secara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik dan buruk (Surajiyo: Ilmu Filsafat sebagai Pengantar, halaman 146). Yang dapat dinilai baik dan buruk adalah sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata, dan sebagainya, sedangkan motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai.Kemudian perbuatan atau tingkah laku yang dapat dinilai adalah perbuatan yang dikerjakan dengan kesadaran, sedangkan yang dikerjakan di luar kesadaran, tidak dapat dinilai baik atau buruknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika memiliki tiga pengertian, yaitu : 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat. Menurut Fagothey, etika adalah studi tentang kehendak manusia yang berhubungan dengan keputusan tentang yang benar dan yang salah dalam tindak perbuatannya. C. 1. Macam-macam Etika Etika Deskriptif Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat. 2. Etika Normatif Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif: memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang mepermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis 37

ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan. 3. Metaetika Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-satunya tugas filsafat. Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought). Dalam dunia modern terdapat terutama tiga situasi etis yang menonjol. Pertama, pluralisme moral, yang timbul berkat globalisasi dan teknologi komunikasi. Bagaimana seseorang dari suatu kebudayaan harus berperilaku dalam kebudayaan lain. ini menyangkut lingkup pribadi. Kedua, masalah etis baru yang dulu tidak terduga, terutama yang dibangkitkan oleh adanya temuan-temuan dalam teknologi, misalnya dalam biomedis. Ketiga, adanya kepedulian etis yang universal, misalnya dengan dideklarasikannya HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948. Pengertian etika agak berbeda dengan pengertian moral. Moral berasal dari kata latin mos yang kata jamaknya mores berarti adat atau cara hidup. Moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Frans Magnis Suseno (1987) mengatakan bahwa ajaran moral adalah wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar dia menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika adalah pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran moral. Etika adalah ilmu dan bukan sekedar ajaran. Norma adalah sebuah ukuran yang diartikan sebagai garis pengarah atau suatu peraturan, misalnya norma hukum, norma sopan santun. Kesusilaan menurut Leibniz adalah hasil yang terjadi di dalam jiwa berupa nafsu alamiah yang bertumbuh dari aktivitas jiwa sendiri. Kesusilaan tersebut dapat menimbulkan kehendak yang baik atau kehendak yang jahat. Kehendak baik terjadi apabila perbuatan mewujudkan gagasan yang jelas dan aktual. Sedangkan kehendak yang jahat apabila perbuatan mewujudkan kehendak yang tidak jelas. Menurut Herbert Spencer, pengertian kesusilaan dapat berbeda dan berubah sesuai dengan zamannya. Pada zaman negara militer, yang dipandang terhormat adalah kekuatan militer dengan menaklukkan musuhnya, sedangkan pada zaman industri, yang dipandang terhormat adalah kekuatan berproduksi. D. Moral dan Hukum Hukum dijiwai oleh moralitas. Dalam kekaisaran Roma terdapat pepatah quid leges sine moribus (apa arti undang-undang tanpa moralitas?). Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja dan agar berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sedikitnya ada empat perbedaan antara moral dan hukum. Pertama, hukum lebih dikodifikasi daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara sistematis disusun dalam undang-undang. Karena itu hukum memunyai kepastian lebih besar dan lebih objektif. Sebaliknya, moral lebih subjektif dan perlu banyak diskusi untuk menentukan etis tidaknya 38

suatu perbuatan. Kedua, hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah, sedangkan moral menyangkut juga aspek batiniah. Ketiga, sanksi dalam hukum dapat dipaksakan, misalnya orang yang mencuri dipenjara. Sedangkan moral sanksinya lebih bersifat ke dalam, misalnya hati nurani yang tidak tenang, biarpun perbuatan itu tidak diketahui oleh orang lain. Kalau perbuatan tidak baik itu diketahui umum, sanksinya akan lebih berat, misalnya rasa malu. Keempat, hukum dapat diputuskan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Tetapi moralitas tidak dapat diputuskan baik-buruknya oleh masyarakat. Moral menilai hukum dan bukan sebaliknya. E. Problema Etika Ilmu Pengetahuan Ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab kepada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut hal yang akan dan telah diakibatkan oleh teknologi masa lalu, sekarang maupun yang akan datang F. Ilmu : Bebas Nilai atau Tidak Pada umumnya, ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal dan paling tidak terdapat tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu : 1. Ilmu harus bebas dari faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya. 2. Terjaminnya otonomi ilmu pengetahuan. 3. Pertimbangan etis jangan menghambat perrkembangan ilmu pengetahuan. Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, namun dia tidak yakin bahwa dalam pelaksanaannya seperti itu, sebab pada waktu ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya mengajar atau menulis, mereka sering terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Oleh karena itu Weber hati-hati dalam memutuskan apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak. Di satu pihak, ciri mutlak ilmu pengetahuan adalah objektivitas, namun di pihak lain subjek yang mengembangkan pengetahuan sering tidak objektif. Tokoh lain yaitu Habermas mengatakan bahwa teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai karena ilmu pengetahuan terbentuk berdasarkan kepentingan praktis sehingga tidak netral. G. 1. Pendekatan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendekatan Ontologi Dalam kaitannya dengan kaidah moral, bahwa dalam menentukan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia dan merendahkan martabat manusia. Pendekatan Epistemologi Dalam kaitannya dengan moral, dalam proses kegiatan keilmuan setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran yang dilakukan dengan penuh 39

2.

kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan langsung tertentu karena ilmu mencintai kebenaran dan membenci kebohongan. 3. Pendekatan Aksiologi Untuk kepentingan manusia tersebut, pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaakan ilmu menurut kebutuhannya.Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras, ideoloogi, atau agama. H. Sifat Ilmiah yang harus dimiliki ilmuwan Sikap ilmiah seorang ilmuwan adalah cara untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk pelestarian dan keseimbangan alam semesta serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, artinya selaras antara kehendak manusia dan kehendak Tuhan. Menurut Abbas Hamami, ada enam sikap ilmiah yang harus dimiliki ilmuwan, yaitu : 1. Tidak ada rasa pamrih. 2. Bersikap selektif, artinya mampu memilih yang terbaik dari beberapa alternatif. 3. Rasa percaya terhadap kenyataan, budi, dan pancaindera. 4. Percaya kepada teori-teori terdahulu. Harus selalu tidak puas terhadap hasil penelitiannya, sehingga terdorong unrtuk selalu mengadakan penelitian. 6. Bersikap etis dalam mengembangkan ilmu untuk kemajuan bangsa dan negara. Di samping tunduk pada norma umum bagi etika keilmuan, ilmuwan juga harus tunduk pada etika khusus misalnya etika kedokteran, etika bisnis, dan sebagainya. Apabila ilmuwan selalu tunduk pada norma umum dan khusus, maka tidak ada lagi ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. I. Etika Ilmuwan Indonesia Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebudayaan, berperilaku kreatif, inovatif, inventif, komunikatif, memiliki budaya kerja keras, disiplin dalam berpikir dan berbuat, menepati janji dan komitmen, mampu menghadapi hambatan, rintangan, dan tantangan dalam kehidupan, mampu mengubah tantangan menjadi peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru dan tahan uji, serta pantang menyerah.

5.

40

DAFTAR PUSTAKA
Suria Sumantri, Jujun S., 2007, Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer), Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Surajiyo, 2008, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Suatu Pengantar), Jakarta, cetakan kedua, Bumi Aksara Gie, The Liang, 1987,Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Yayasan Ilmu dan Teknologi Ahmad Saebani, Beni, 2009, Filsafat Ilmu (Kontemplasi Filosofis tentang Seluk Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan), Bandung, Pustaka Setia Adib, Mohammad, 2010, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta, edisi ke-2 cetakan I, Pustaka Pelajar Ali Maksum, 2009, Pengantar Filsafat (Dari asa Klasik hingga Postmodernisme), Yogyakarta, cetakan II,Ar-Ruzz Media

Ravertz, Jerome R, 2009, Filsafat Ilmu (Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan), Yogyakarta, cetakan IV, Pustaka Pelajar Sadulloh, Uyoh, 2008, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, cetakan kelima, Alfabeta Suwidi Tono, 2008, Ramalan Jayabaya (Indonesia Masa Lampau, Masa Kini, dan Masa Depan),Depok, cetakan XI, Visi Gagas Komunika Drajat, Amroeni, 2006, Filsafat Islam, Jakarta, Penerbit Erlangga Admiranto, A. Gunawan, 2009, Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta, Yogyakarta, edisi kedua, Penerbit Kanisius

41

Lampiran I Ringkasan " Awal Mula Alam Semesta "


J. 1. 2. 3. 4. 5. 6. K. 1. Pendahuluan Alam semesta sebelum ada isinya, masih berupa ruang kosong maha luas tanpa batas, tanpa sinar, tanpa gaya, tanpa gravitasi, tanpa atas bawah, tanpa kiblat. Sekitar 15 miliar tahun yang lalu, ada sebongkah besar inti atom padat meledak sangat dahsyat dan melepaskan zat hidrogen ke segala arah menjadi miliaran galaksi yaitu kumpulan bintang-bintang (Big BangTheory/Teori Ledakan Besar) Jumlah galaksi diperkirakan sebanyak 1 milyar dan di dalam setiap galaksi terdapat ratusan milyar bintang dan matahari. Setiap matahari mempunyai sistem tata suryanya sendiri-sendiri. Sebagai akibat ledakan besar tadi semua benda langit mempunyai gerakan yang sama yaitu gerak rotasi (berputar pada porosnya) dan revolusi (bergerak ke tempat lain mengelilingi sesuatu). Dari muka bumi galaksi-galaksi tadi hanya tampak seperti sebuah bintang yang tidak bergerak karena jauhnya. Bumi kita inipun termasuk dalam gugusan galaksi yang dinamakan galaksi Bima Sakti (Milky Way) yang mempunyai garis tengah sejauh 100 ribu tahun cahaya. Alam Semesta Sepi Jarak antar bintang dinyatakan dengan tahun cahaya, yaitu jarak yang ditempuh oleh seberkas cahaya dalam waktu satu tahun. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik yang berarti cahaya dapat mengelilingi bumi sebanyak 7,5 kali dalam waktu satu detik, padahal keliling bumi adalah 40.000 km. Jarak Bumi ke matahari adalah 150 juta km dan ditempuh oleh kecepatan cahaya dalam waktu 8 1/3 menit. Bentuk galaksi bermacam-macam, ada yang bulat seperti bola, pipih, spiral, dan ada yang tidak berbentuk. Bimasakti berbentuk spiral konsentril (seperti obat nyamuk bakar). 42

2.

Garis tengah Bimasakti 100.000 tahun cahaya dan tebalnya 3 ribu tahun cahaya Galaksi yang terdekat dengan Bimasakti adalah galaksi Magelanik dengan jarak 170.000 tahun cahaya. 3. Salah satu dari ratusan bintang dalam galaksi Bimasakti adalah matahari kita yang dikelilingi oleh 8 planet dalam sisten tata surya. Planet-planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus (urutan dimulai dari yang paling dekat dengan matahari) Sebagian besar planet tersebut mempunyai bulan yang mengelilinginya. Bumi mempunyai bulan satu buah, Mars dua buah, Jupiter 11 buah, Saturnus sembilan buah, Uranus lima buah, dan Neptunus dua buah. 4. Dalam galaksi Bimasakti terdapat kira-kira 100.000 bintang yang sinarnya seperti matahari dengan suhu 6.000 derajat Celcius dan mempunyai tatasurya seperti tatasurya kita dengan planet-planet yang mengelilingi matahari. Jumlah bumi dalam galaksi Bimasakti diperkirakan sebanyak 100.000.Apabila jumlah bumi dianalogkan dengan bumi yang ada di Bimasakti, maka jumlah bumi di seluruh galaksi adalah 100.000 x 1 miliar = 100 trilyun bumi. Di antara planet bumi tersebut mungkin terdapat planet yang dapat dihuni seperti bumi kita. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan 1.600 km per jam dan bumi mengelilingi matahari dengan kecepatan 106.200 km per jam.Satu kali bumi berputar pada porosnya selama 24 jam dan bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari atau satu tahun. Begitu besarnya kecepatan rotasi dan revolusi tetapi kita tidak merasakan, karena bumi bergerak dalam ruang kosong sehingga tidak berbenturan dengan apapun. Suatu saat hidrogen yang dimiliki oleh matahari akan habis dan kalau habis, matahari tidak bisa bersinar lagi dan tatasurya kita termasuk bumi akan hancur dan musnah karena berbenturan dengan bangkai matahari dan planet-planet yang lain. Teori Big Bang Berdasarkan teori big bang, maka setelah terjadi ledakan besar, maka terbentuklah galaksi, bintang, planet dan bumi Luas alam semesta dapat dihitung dengan mengalikan jumlah bintang dengan jarak antar bintang. Jumlah galaksi di alam semesta 1 miliar dan tiap galaksi mengandung 100 milyar bintang. Jadi jumlah bintang = 1 milyar x 100 miliar = 100 juta triliun. Jarak bumi dengan bintang yang terdekat adalah 38 triliun km atau 4 tahun cahaya Kalau kita naik pesawat Garuda yang mempunyai kecepatan 800 km per jam, maka akan sampai ke bintang yang terdekat tersebut setelah 5,5 juta tahun. Jadi luas alam semesta minimal adalah 100 juta triliun x 38 triliun km persegi. Biar anak cucu kita saja yang menghitung karena luas tersebut adalah minimal dan bintang terus bergerak makin menjauh satu sama lain. M. Penutup 43

5.

6.

L.

Terbentuknya galaksi, bintang-bintang, planet-planet, dan bumi bersifat self propelling growth, artinya mempunyai dorongan sendiri untuk tumbuh dan berubah. Berdasarkan self propelling growth tersebut makhluk hidup dibumi berkembang dan tidak ada yang bersifat instan. Semua makhluk hidup diberi siklus hidup yang sama yaitu, lahir, dewasa, tua dan mati.Benda matipun juga diberi siklus, yaitu dari tidak ada menjadi ada dan kembali menjadi tidak ada lagi.Jadi yang semula alam semesta kosong, kemudian ada ledakan besar sehingga muncul galaksi, bintang, planet, dan bumi, nantinya akan tidak ada lagi dan alam semesta menjadi kosong kembali.

44

Lampiran II
ATOM dan NUKLIR 1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi 2. Setiap atom digambarkan seperti bola yang terdiri dari : a. Kulit atom, di bagian luar : a. terdapat elektron-elektron bermuatan listrik negatif b. bergerak mengelilingi atom b. Inti atom, di bagian tengah 1) terdapat proton bermuatan listrik positif 2) terdapat neutron tidak bermuatan listrik (netral) 3. Contoh atom : a. Sebutir nasi terdiri dari molekul-molekul b. Satu molekul rumus kimianya C6 H12 O6, berarti terdiri dari : + 6 atom carbon + 12 atom hidrogen + 6 atom oksigen c. Satu atom carbon berisi : + 6 buah electrn pada kulit atom + 6 buah proton pada inti atom + 6 buah neutron pada inti atom Gambar :

45

4. Nuklir, Nuklir adalah inti atom 5. Pada tahun 1938, Otto Hahn dan Fritz Strasmann menemukan cara membelah inti inti atom dengan meenembak unsur Uranium-235 dengan partikel neutron yang ternyata pecah menjadi inti-inti atom yang lebih kecil lalu dipancarkan partikel neutran baru yang ternyata menimbulkan panas. 6. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh Albert Einstein yang akhrnya menemukan rumus E=MC2

46

Lampiran III

Ringkasan Teori Relativitas Albert Einstein


1. Teori Relativitas ditemukan oleh Albert Einstein ( bangsa Yahudi ) yang lahir di Jerman tahun 1879 dan meninggal th. 1955. Teori tersebut dibagi 2 yaitu : Teori Relativitas Khusus (diketemukan th. 1905 ) Teori Relativitas Umum ( diketemukan th. 1915 ) Teori tesebut menjadi dasar : Energi nuklir Mesin waktu Relativitas Khusus menjelaskan bahwa waktu adalah relatif, tergantung pada kecepatan suatu benda bergerak. Makin cepat benda tersebut bergerak, maka waktu yang dipakai makin lambat. Contoh pertama : Kalau seseorang naik kereta api, maka jam yang dipakai akan berdetak lebih lambat daripada jam yang dipakai seseorang yang berada di luar dan sedang berdiam diri. Contoh kedua : A pergi ke luar angkasa dengan roket yang mempunyai kecepatan mendekati kecepatan cahaya dan kemudian kembali lagi ke bumi, sedangkan si B tetap tinggal di bumi.Ternyata si A menghabiskan waktu 5 tahun dan si B pada waktu bertemu kembali dengan si A berumur jauh lebih tua dari si A karena si B menghabiskan waktu di bumi selama 50 tahun. Teori Relativitas Khusus juga menjelaskan bahwa masa/zat adalah merupakan satu kesatuan dan bukan dua hal yang berbeda. 47

2.

3.

Kalau masa yang berada dalam suatu atom bergerak dengan kecepatan cahaya maka akan menciptakan kekuatan yang maha dahsyat. Disini berlaku rumus Einstein yang terkenal : E = mc2 E adalah energi M adalah masa C adalah kecepatan cahaya yaitu 300.000 km per detik 4. Contoh Perhitungan Dalam satu kilogram air terdapat zat hydrogen 111 gram atau 0,111 kg, jadi E=mc2 E= 0,111 X 300.000.000 X 300.000.000 = 10.000.000.000.000.000 joules Satu joule kira-kira sama dengan energi jatuhnya sebuah buku tebal ke lantai Apabila berat atom hydrogen sebesar 30 gram maka energinya sama dengan pembakaran ratusan ribu galon minyak . Tahun 1939 Einstein yang sudah pindah ke Amerika ( pindah ke Amerika karena takut ditangkap Hitler ),menulis surat kepada Presiden Rosevelt bahwa dia bisa membuat bom atom, oleh karena itu dianjurkan agar segera membuat bom atom sebelum didahului oleh Jerman. Akhirnya Amerika membuat bom atom yang kemudian dijatuhkan di Jepang agar Jepang menyerah dan kemudian perang bisa berhenti.. Relativitas Umum menjelaskan bahwa gravitasi bukan disebabkan oleh gaya tarik bumi atau benda langit lainnya seperti yang dinyatakan oleh Newton, melainkan oleh curvature ( pusaran ) Pusaran tersebut tercipta karena ruang dan waktu yang melengkung apabila melalui benda langit raksasa. Teori Relativitas Khusus Einstein bertahan seratus tahun lebih dan tidak ada yang bisa membantahnya. Namun baru-baru ini ada sejumlah ilmuwan dari Australia yang membantah kebenaran Teori Relativitas Khusus Einstein. Ilmuwan-ilmuwan tersebut mengatakan dapat membuktikan bahwa kecepatan cahaya tidaklah konstan seperti yang dinyatakan dalam rumus Einstein karena kecepatan cahaya bisa berkurang. Teori ini sekarang sedangkan dikembangkan dan belum diakui oleh semua ilmuwan.

5.

6.

7.

48

49

You might also like