You are on page 1of 59

TEKNOLOGI

TEKNOLOGI INOVATIF RAMAH LINGKUNGAN GRASAC COCONUT


FIBER FILTER

Proposal ini diusulkan


iusulkan Guna Mengikuti Lomba Cipta Inovasi Teknologi
tingkat SMA/K sederajat se-Indonesia
se
Engineering Innovator Competition
Universitas Gadjah Mada 2012

Oleh:
Nanda Agus Ahsani Taqwin
Firdaus Putra Kuswoyo
Adi Pratama

(8698
8698)
(8624
8624)
(8528)

SMA NEGERI 2 PONOROGO


Jalan Pacar 24 Ponorogo
2012

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ilmiah yang
berjudul TEKNOLOGI INOVATIF RAMAH LINGKUNGAN GRASAC
COCONUT FIBER FILTER
Penulis menyusun karya tulis ini dalam rangka mengikuti Lomba Cipta
Inovasi Teknologi tingkat SMA/K sederajat se-Indonesia Engineering Innovator
Competition 2012. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang
telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, antara lain:
1. Bapak Drs. Sugeng Subagyo, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 2
Ponorogo yang mengizinkan dan memfasilitasi penulisan proposal ilmiah
ini.
2. Bapak Sugianto, S.Pd. selaku wakasek urusan Kesiswaan.
3. Ibu Ernin Naurinnisa, M.Pd. selaku Guru Pembimbing dan sekaligus
Pembina KIR SMA Negeri 2 Ponorogo.
4. Bapak Agus Sunaryo, S.Pd. selaku Pembimbing dan sekaligus guru kimia
kelas XII IPA.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan proposal ilmiah.
Harapan penulis dalam menyusun proposal ini adalah dapat ikut
berkontribusi positif dalam pengolahan kembali limbah air detergen untuk
keperluan layak MCK dengan teknologi inovatif yakni Grasac Coconut Fiber
Filter. Semoga dapat bermanfaat bagi semua kalangan, dan hasil penelitian ini
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal ini, sehingga dapat menjadi koreksi bagi kami.

Ponorogo, 1 Oktober 2012

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN. ......ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI..................iv
DAFTAR LAMPIRAN.vi
DAFTAR TABEL....vii
DAFTAR DIAGRAM.viii
ABSTRAK.....................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah1
1.2. Pemilihan Topik3
1.3. Batasan Masalah4
1.4. Rumusan Masalah.5
1.5. Tujuan Penelitian .....6
1.6. Manfaat Penelitian....6
1.7. Hipotesis Penelitian...7
1.8. Kerangka Berpikir.....8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Definisi atau Istilah Terkait.10
2.2. Tinjauan Umum mengenai Air dan Air Bersih..11
2.3. Tinjauan Umum mengenai Detergen ...13
2.4. Tinjauan Umum mengenai MCK........................................................15
2.5. Filter Pasir Lambat (Slow Sand Filter) 15
2.6. Tinjauan Umum mengenai Grade Scales16
2.7. Deskripsi Grasac Coconut Fiber Filter16
2.8. Purifikasi Grasac Coconut Fiber Filter..18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.20
3.2. Prosedur Penelitian..22
3.3. Metode Penelitian....23

iv

3.4. Teknik Pengambilan Sampel...23


3.5. Instrumen Penelitian............23
3.6. Anggaran Dana Pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter.........24
3.7. Teknik Pengumpulan Dana.....................25
3.8. Analisis dan Sintesis Pengolahan Data...25
3.9.Alat dan Bahan (GCFF) dan Pembuatan Limbah Air Detergen....25
3.10. DAMASGUS CYCLE....................27
3.11. Variabel Penelitian28
BAB IV PEMBAHASAN
5.1. Hasil dan Analisa Pengamatan29
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan.34
5.2. Saran34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Parameter Fisika Kualitas Air Bersih13
Tabel 2.3. Parameter Kimia Kualitas Air Bersih...14
Tabel 2.6. The Udden/Wentworth grade scales based on powers of 2 and 2 and
equivalent phi values.............................17
Tabel 3.1. Rincian Jadwal Kegiatan Penelitian......................................................21
Tabel 4.1. Hasil Analisa Visual Sebelum dan Sesudah Filterisasi
Limbah Air Detergen.........................30
Tabel 4.2. Umur Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam Air Kolam, Limbah
Air Detergen Sebelum dan Sesudah Difilterisasi......30

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil cek laboratorium tentang kualitas air bersih
Lampiran 2. Penelitian laboratorium
Lampiran 3. Grasac Coconut Fiber Filter
Lampiran 4. Perlakuan pada Ikan Mas
Lampiran 5. Hasil Limbah Air Detergen Sebelum dan Sesudah Difilter
Lampiran 6. Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Irisan
Melintang
Lampiran 7. Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Atas
Lampiran 8. Siklus Limbah Air Detergen pada Perumahan
Lampiran 9. Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Depan
Lampiran 10. Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Samping

vii

DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.2. Prosedur Penelitian...22
Diagram 4.1. Penggunaan Detergen di Masyarakat...28
Diagram 4.2. Hasil Pengamatan berdasarkan Parameter Kesadahan.29
Diagram 4.3. Hasil Pengamatan berdasarkan Parameter Kekeruhan.29

viii

ABSTRAK

Nanda Agus Ahsani Taqwin, Adi Pratama dan Firdaus Putra Kuswoyo. 2012.
TEKNOLOGI INOVATIF RAMAH LINGKUNGAN GRASAC
COCONUT FIBER FILTER
Kata kunci: Limbah air detergen, Grasac Coconut Fiber Filter, MCK
Keberadaan detergen dan penggunaannya di zaman modern memang tidak dapat
dipungkiri. Memang benar bahwa detergen sangat membantu dalam aktivitas keseharian
kita tetapi penggunaan detergen dan air yang berlebihan akan menghasilkan limbah dan
dapat merusak keseimbangan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, alangkah lebih baik
apabila limbah air detergen yang dihasilkan tersebut dikelola dan dimanfaatkan kembali
agar layak untuk keperluan MCK.
Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mengkaji dan menganalisa pengaruh serta
tingkat keefektifan dari Grasac Coconut Fiber Filter. Metode yang digunakan adalah
observasi langsung di lapangan dan kemudian melakukan analisa visual dan interpretasi
data dari hasil yang didapatkan serta penelitian laboratorium untuk menguji hasil filtrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah air detergen setelah difilter
menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, yakni sesuai dengan parameter kualitas air
bersih menurut aturan PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990.
Penulis menyarankan agar masyarakat dapat mengelola limbah air detergen
dengan menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter agar layak digunakan untuk
keperluan MCK. Serta kepada pemerintah dapat memberikan sosialisasi dan penanganan
terhadap pencemaran limbah air detergen dengan menggunakan Grasac Coconut Fiber
Filter sehingga dapat diterapkan untuk keperluan MCK.

ix

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah


Keberadaan sumber daya alam yakni air, di bumi sangat melimpah.
Hal ini dibuktikan dengan tidak berhentinya siklus-siklus hidrologi.
Namun demikian, dengan semakin bertambah jumlah penduduk yang
berefek pada timbulnya berbagai macam polusi, maka kebutuhan air bersih
tidak mencukupi bagi keperluan konsumsi dan aktifitas keseharian.
Di zaman modern ini, banyak masyarakat di sekitar kita yang tidak
bisa dilepaskan dari keberadaan dan penggunaan detergen dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dari hasil observasi penulis kepada
45 orang yang terbagi dalam tiga kelompok responden, menghasilkan data
sebagai berikut, 97,8% responden menyatakan menggunakan detergen
untuk keperluan mencuci dan hanya 2,2% responden yang menyatakan
tidak menggunakan detergen untuk keperluan mencuci. Memang tidak
dapat dipungkiri, penggunaan detergen sangat membantu dalam aktivitas
keseharian kita.Perlu diketahui bahwa, penggunaan detergen saat mencuci
pakaian

pasti

diikuti

dengan

penggunaan

air

sebagai

media

pelarutnya.Belum lagi permasalahan yang paling utama yaitu pembuangan


limbah air detergen secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai
permasalahan. Fakta membuktikan dari hasil observasi dan pengamatan
ditemukan bahwa rata-rata penggunaan air untuk mencuci pakaian adalah
63 liter per orang per hari dalam satu rumah tangga.
Lebih jauh,dalam menggunakan air detergen untuk keperluan
mencuci, kebanyakan orang kurang memanfaatkannya kembali (reusing).
Hal ini terbukti, hanya beberapa orang saja menurut pengamatan penulis
yang memanfaatkan kembali air detergen sisa cuci pakaian, itu pun untuk
menyirami halaman rumah atau bunga di lingkungan sekitarnya.Air
detergen setelah digunakan untuk mencuci disebut limbah air detergen.
Disadari atau tidak, pemanfaatan kembali limbah air detergen untuk
keperluan

masyarakat

masih

dirasa

kurang

atau

belum

cukup.

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

Pembuangan limbah air detergen setiap hari jika dimanfaatkan atau


didayagunakan kembali kualitasnya untuk keperluan masyarakat tentu
akan menambah nilai guna limbah air detergen tersebut.
Pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah air detergen yang
tidak berwawasan lingkungan justruakan menimbulkan pencemaran
lingkungan. Limbah air detergen apabila dibuang begitu saja ke selokan,
sungai, atau area persawahan akan berdampak buruk bagi ekosistem di
sekitarnya. Selain itu, pengaruh limbah air detergen dengan kehidupan
biota air juga berkaitan erat. Menurut penelitian Bunda Halang, Program
Studi Biologi, FKIP Universitas Lambung Mangkurat (2004) dengan judul
Toksisitas air limbah detergen terhadap ikan mas (Cyprinus carpio)
menunjukkan bahwa detergen mempunyai sifat sebagai toksikan terhadap
ikan dan konsentrasi detergen yang pekat memperbesar toksisitasnya.
Dengan demikian, suatu hal yang tidak mungkin jika kita membuang
limbah air detergen secara percuma akan dapat mematikan biota air di
lingkungan sekitar.
Tentu saja, apabila pemakaian ulang (reusing) dari limbah air
detergen benar-benar dapat diterapkan untuk keperluan layak MCK dan
dapat dijadikan sebagai solusi alternatif dalam meminimalisir dampak
yang ditimbulkannya terhadap lingkungan akan menghemat penggunaan
air dan mengurangi pencemaran oleh limbah air detergen.
Dengan demikian, pembuatan filter limbah air detergen dalam
upaya pengelolaan dan penggunaan kembali khususnya untuk keperluan
layak MCK tentunya dapat direalisasikan. Sebenarnya, pembuatan filter
limbah air detergen sudah dilakukan pada penelitian terdahulu, seperti
halnya pembuatan Ipal Mini untuk pengelolaan limbah detergen
domestik yang dilakukan oleh Faidur Rochman dari Universitas Airlangga
(2009). Ipal Mini tersebut menggunakan model kolom eletroda paralel
sejajar horizontal, kondisi optimum untuk sistem elektroflotasi dengan
keping elektroda 1 kolom berukuran 100x15x12 cm3, kecepatan aliran
optimum 72 liter/jam dan tegangan listrik yang terpasang menyesuaikan
dengan jarak katoda ke anoda. Hasil yang diperoleh dari elektroflotasi

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

Ipal Mini yakni limbah air detergen turun sampai 97,56%, itu pun
limbah detergen harus diresirkulasi sebanyak 20 kali. Sedangkan,
pengolahan limbah detergen sintetik dengan Trickling Filter yang
dilakukan oleh Heryani Adhitiastuti dari jurusan Teknik Kimia Universitas
Diponegoro (2008) yaitu harus mengembangbiakkan suatu bakter tertentu
untuk melaksanakan filterisasi dan alat ini dapat melakukan filterisasi
apabila telah didiamkan selama satu pekan. Hal ini, menurut pengamatan
dan analisa penulis tentang kedua filter tersebut, masih menggunakan
media dengan zat kimia Al2O3, Reagensia Detergent Kit Test, Nauril sulfat
p.a, dan spektrofotometer yang rumit. Filter tersebut, menurut penulis
tidak cocok untuk diterapkan di masyarakat dalam skala rumah tangga.
Berpijak dari permasalahan tersebut, peneliti berpikir untuk
membuat filter limbah air detergen yang lebih sederhana, efektif dan
efisien serta dapat digunakan untuk pengelolaan kembali limbah air
detergen yang layak untuk MCK secara berkelanjutan. Filter ini juga dapat
berfungsi sebagai alat untuk meminimalisir pencemaran yang disebabkan
oleh limbah air detergen.

1.2.

Pemilihan Topik
Penulis mengangkat topik ini untuk dibahas, menggunakan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Tema yaitu Savethe Earth with Green Technology.
Saat ini masih banyak masyarakat yang terkesan tidak
mempedulikan keadaan bumi saat ini. Kestabilan bumi harus selalu
dijaga dan dirawat karena hal ini merupakan salah satu faktor dalam
keseimbangan ekosistem. Usaha-usaha untuk menciptakan keadaan
bumi yang lebih baik harus selalu digalakkan agar pengelolaan
lingkungan secara continue dapat terus telaksana. Maka dari itu, solusi
teknologi ramah lingkungan dan pengelolaan lingkungan yang
inovatif dan berkelanjutan dapat memberikan kontribusi dalam
permasalahan-permasalahan

keadaan

bumi

saat

ini.

Hal

ini

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

dimungkinkan masyarakat dapat memilih keadaan lingkungan yang


lebih baik.
2. Pemilihan masalah untuk dibahas yaitu efektivitas Grasac Coconut
Fiber Filter dalam filterisasi limbah air detergen untuk layak MCK.
Air merupakan salah satu faktor penting dalam proses
kehidupan. Untuk itu, pembuangan limbah air detergen secara
percuma akan berdampak pada pencemaran lingkungan. Dengan
demikian, filterisasi limbah air detergen untuk penggunaan kembali
dalam MCK dengan menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter dapat
dilakukan

secara

efektif,

efisien

dan

berkelanjutan

guna

meminimalisir dampak yang ditimbulkan limbah air detergen pada


lingkungan.

1.3.

Batasan Masalah
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membatasi masalah yakni:
1. Lokasi observasi dan penelitian dilakukan di lingkungan Kabupaten
Ponorogo.
2. Limbah air detergen yang digunakan sebagai objek penelitian adalah
limbah dari cuci pakaian (gray water), diambil 2 sampel dengan
konsentrasi limbah air detergen yang dibuat berbeda sebelumnya.
3. Pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter menggunakan inovasi yang
menerapkan prinsip slow sand filter (SSF) dan Combaint Filter System
(CFS).
4. Kualitas air yang dianalisis meliputi parameter fisika (bau, rasa, suhu,
warna dan kekeruhan) dan parameter kimia (kesadahan dan pH)
mengacu pada persyaratan kualitas air bersih menurut aturan
PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990.
5. Unit Grasac Coconut Fiber Filter dengan media bersusun secara
berurutan dari atas ke bawah dalam tangki filter yakni sand (pasir),
coconut fiber (tapas kelapa), activated carbon (arang), sand (pasir),
coconut fiber (tapas kelapa) dan gravel (kerikil).

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

6. Penggunaan Grasac Coconut Fiber Filter didasarkan pada tingkat


kebersihan limbah air detergen agar layak digunakan kembali untuk
MCK.
7. Outlet yang masuk ke unit Grasac Coconut Fiber Filter ini merupakan
outlet dari bak penampung limbah air detergen yang berasal dari cuci
pakaian rumah tangga.
8. Peneliti menggunakan sampel limbah air detergen yang berasal dari
jenis detergen LAS (Linear Alkyl Sulfonate) yang diambil secara acak
(random sampling) non-pemutih dan non-pewarna.
9. Ketebalan tiap media pada Grasac Coconut Fiber Filter adalah sebagai
berikut:
a. 11-12 cm pada kompartemen ke-1 adalah kerikil (gravel)
b. 2-3 cm pada kompartemen ke-2 adalah tapas kelapa (coconut fiber)
c. 14-15 cm pada kompartemen ke-3 adalah pasir (sand)
d. 24-25 cm pada kompartemen ke-4 adalah arang (activated carbon)
e. 1-2 cm pada kompartemen ke-5 adalah tapas kelapa (coconut fiber)
f. 14-15 cm pada kompartemen ke-6 adalah pasir (sand)
10. Model perilaku penggunaan atau pengoperasian Grasac Coconut Fiber
Filter adalah sistem batch yaitu pemfilteran secara bertahap dari
limbah air detergen yang dihasilkan atau ditampung pada bak
penampungan filter.

1.4.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan
masalah, sebagai berikut:
1.

Bagaimana pengaruh penggunaan Grasac Coconut Fiber Filter pada


pengolahan kembali limbah air detergen untuk keperluan layak MCK?

2.

Sejauh manakah tingkat efektivitas Grasac Coconut Fiber Filterpada


pengolahan kembali limbah air detergen yang untuk keperluan layak
MCK?

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

1.5. Tujuan Penelitian


1.

Untuk mengkaji pengaruh penggunaan Grasac Coconut Fiber Filter


pada pengolahan kembali limbah air detergen untuk keperluan layak
MCK.

2.

Untuk menganalisa tingkat efektivitas Grasac Coconut Fiber Filter


pada pengolahan kembali limbah air detergen untuk keperluan layak
MCK.

1.6.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti dan pelajar: dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang pengaruh penggunaan dan tingkat keefektifan
Grasac Coconut Fiber Filterpada pengolahan kembali limbah air
detergen yang layak untuk MCK, serta usaha-usaha pengelolaan
lingkungan yang inovatif untuk lingkungan yang lebih baik dan ramah
lingkungan.
2. Bagi masyarakat: memberikan informasi dan solusi alternatif dalam
penggunaan kembali limbah air detergen yang layak untuk MCK,
dengan menggunakan dan menerapkan pembuatan Grasac Coconut
Fiber Filter sebagai usaha pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
3. Bagi pemerintah: pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya, dapat berkontribusi dalam
upaya penerapan penggunaan kembali (reusing) limbah air detergen
menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter guna pengelolaan
lingkungan yang lebih baik, serta dapat memberikan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai cara mendapatkan air bersih untuk keperluan
MCK secara efektif dan efisien.
4. Bagi lingkungan: dapat meminimalisir pencemaran lingkungan
(pencemaran air, pencemaran tanah dan lain sebagainya), mengurangi
dampak yang ditimbulkan dari limbah air detergen terhadap
lingkungan, serta dapat menjaga ketersediaan air di masyarakat dengan
memperdayagunakan limbah air detergen yang telah melalui filterisasi.

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

1.7.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti dapat menarik
hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan Grasac Coconut Fiber Filter pada pengolahan
kembali limbah air detergen untuk keperluan layak MCK sangat
kompleks. Mulai dari pengaruh terhadap lingkungan, makhluk hidup
dan biota air. Hasil yang diharapkan dari filterisasi limbah air detergen
sesuai dengan parameter kualitas air bersih menurut PERMENKES
416/MENKES/PER/IX/1990 sehingga dapat atau layak digunakan
untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci dan Kakus). Penggunaan limbah
air detergen setelah difilter tidak berpengaruh negatif bagi kesehatan
pengguna dan lingkungan.
2. Tingkat efektivitas Grasac Coconut Fiber Filter pada pengolahan
kembali limbah air detergen untuk keperluan layak MCK yaitu sesuai
atau tepat guna dalam pengelolaan limbah air detergen. Pembuatan
filter yang tidak rumit dan mudah untuk diterapkan karena media filter
yang digunakan berasal dari bahan alami yang mudah didapat di
lingkungan sekitar, misalnya kerikil (gravel) dapat diambil di sungai
ataupun di pekarangan rumah, pasir (sand) dapat diambil dengan
mudah di sungai, tapas kelapa (coconut fiber) diambil dari batang
pohon kelapa tepatnya pada bagian ranting pohon dan arang (activated
carbon) dapat diperoleh dari pembakaran kayu atau membeli di
pasaran. Hasil yang diperoleh dari filterisasi limbah air detergen, dapat
meminimalisir dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
Penggunaan teknologi inovatif Grasac Coconut Fiber Filter dalam
kehidupan sehari-hari untuk filterisasi limbah air detergen sisa cuci
pakaian. Debitlimbah air detergen yang mengalir pada Grasac
Coconut Fiber Filter yakni 32,74 ml/detik. Limbah air detergen
setelah difilter sesuai dengan parameter kualitas air bersih menurut
PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990 sehingga layak digunakan
kembali untuk keperluan MCK dan dapat dilakukan secara
berkelanjutan.

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

1.8.

Kerangka Berpikir

Latar Belakang:
1. Masyarakat saat ini tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan dan penggunaan detergen dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Limbah air detergen dapat mencemari
lingkungan dan terkesan kurang
dimanfaatkan.
3. Limbah air detergen dapat mencemari
lingkungan.
4. Pemanfaatan kembali limbah air detergen
untuk keperluan MCK.
5. Pengolahan limbah air detergen yang rumit
dan menggunakan bahan kimia seperti Ipal
Mini, Trickling Filter, Al2O3, Nauril Sulfat
p.a, dsb.
6. Inovasi pembuatan filter yang lebih efektif
dan efisien dari bahan alami guna reusing
limbah air detergen untuk keperluan layak
MCK.
Tujuan Penelitian:
1. Untuk mengkaji pengaruh penggunaan Grasac
Coconut Fiber Filter pada pengolahan
kembali limbah air detergen untuk keperluan
MCK.
2. Untuk menganalisa tingkat efektivitas Grasac
Coconut Fiber Filter pada pengolahan
kembali limbah air detergen untuk keperluan
layak MCK.

Variasi
Konsentrasi

Unit
GCFF

Parameter yang dianalisa: bau,


rasa, warna, kekeruhan,
kesadahan, dan pH

Analisa
kualitas air

Data kualitas
air GCFF

Slow sand
dan
Combaint

Identifikasi
alat

Ketepatan
flow rate

Variasi
media dan
desain

1.
2.
3.
4.

Bahan media filter:


Kerikil (pebble)
Pasir (sand)
Arang (activated carbon
Tapas kelapa (coconut fiber)

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.

Definisi atau Istilah Terkait


Definisi atau istilah terkait dalam karya tulis ini, adalah sebagai berikut:
1. Air
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:13), Air adalah
benda cair yang biasa terdapat di sumur, sungai, danau, yang mendidih
pada suhu 100C.
2. Detergen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:259), Detergen
adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun yang tidak dibuat dari
lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan.
3. Limbah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:672), Limbah
adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau pemakaian.
4. Limbah air detergen
Secara definisi, limbah air detergen dapat diartikan sebagai
bahan atau benda cair yang di dalamnya terlarut detergen setelah
digunakan untuk mencuci pakaian dan bersifat tidak berguna lagi.
5. MCK (Mandi, Cuci dan Kakus)
Menurut jurnal penelitian dari Universitas Sumatera Utara, MCK
singkatan dari Mandi, Cuci dan Kakus adalah salah satu sarana
fasilitas umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk
keperluan mandi, mencuci dan buang air di lokasi pemukiman tertentu
yang dinilai berpenduduk cukup padat dan tingkat kemampuan
ekonomi rendah (Pengembangan Prasarana Pedesaan (P2D), 2002).
6. Efektivitas
Menurut Kamus Ilmiah Populer (117), Efektivitas adalah
ketepatgunaan, hasil guna dan dapat menunjang suatu tujuan.

10

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

11

7. Filter
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karangan Drs.
Kamisa, filter didefinisikan sebagai alat untuk menyaring.
8. Ramah Lingkungan
Secara definitif ramah lingkungan dapat diartikan sebagai
Environmental Friendly yakni suatu konsepsi atau perlakuan yang
mempertimbangkan efek baik buruknya terhadap keseimbangan
lingkungan.

2.2. Tinjauan Umum mengenai Air dan Air Bersih


Semua makhluk hidup di bumi ini butuh air. Terutama manusia
yang setiap harinya memerlukan banyak sekali air misalnya untuk minum,
mandi, mencuci, memasak, menyirami tanaman, mengairi lahan pertanian
dan untuk melarutkan berbagai macam zat. Kumpulan Modul Advance
Course Water Quality Control (1991) menyebutkan bahwa air mempunyai
daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. Berdasarkan kemampuan
tersebut, air mendukung keberadaan ekosistem alam di bumi dan
mendukung kehidupan manusia.
Dalam

peraturan

menteri

kesehatan

nomor:

416/MENKES/PER/IX tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air


memutuskan bahwa, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Pada penggunaan air untuk layak MCK,
penulis mengkaitkan dengan beberapa parameter air bersih. Air bersih
yang layak untuk keperluan MCK harus terbebas dari polutan, zat-zat
terlarut yang berbahaya (menimbulkan toksisitas), tidak terdapat bakteri
berbahaya (Escherecia coli), tidak terlarut logam berat dan lain
sebagainya.

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

12

Parameter yang harus dipenuhi dalam persyaratan kualitas air bersih


adalah sebagai berikut:
1. Syarat kualitas:
a. Syarat fisik:
1. Suhu

3. Warna

5. Bau

2. Rasa

4. Kekeruhan

6. Zat padat terlarut

b. Syarat kimia:
1. pH

3. Kadar mineral yang seimbang

2. Zat organik dan anorganik

4. Kesadahan (CaCO3)

c. Syarat biologis: bebas dari bakteri patogen dan mikroorganisme


pengganggu lain.
2. Syarat kuantitas:
Air bersih yang berada di alam (berasal dari air tanah, air
sungai, air instalasidan lain sebagainya) harus mampu memenuhi
jumlah kebutuhan.
3. Syarat kontinuitas:
Keberadaan dan ketersediaan air harus terjaga dan terjamin
setiap saat.
2.2.1. Parameter Kadar Air Bersih
Menurut PERMENKES RI NO. 416/MENKES/PER/IX/1990
tanggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air, parameter kadar sebagai persyaratan kualitas air bersih
adalah sebagai berikut:
Persyaratan Kualitas Air Bersih
1. Fisika
Tabel 2.2. Parameter Fisika Kualitas Air Bersih

2
-

Kadar maksimum
yang diperbolehkan
3
-

4
Tidak berbau

mg/L

1.500

Skala
NTU

25

Parameter

Satuan

1
Bau
Jumlah zat
padat terlarut
(TDS)
Kekeruhan

Keterangan

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

Rasa
Suhu

C
Skala
TCU

Warna

Suhu udara

3C

13

Tidak berasa
-

50

2. Kimia
Tabel 2.3. Parameter Kimia Kualitas Air Bersih
Parameter

Satuan

Keterangan

2
mg/L

Kadar maksimum
yang diperbolehkan
3
500

1
Kesadahan
(CaCO3)
pH

6,5-9,0

Merupakan batas
minimum dan
maksimum,
khusus air hujan
pH minimum 5,5

2.3. Tinjauan Umum mengenai Detergen


Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat
berguna bagi masyarakat, dapat digunakan untuk melindungi kebersihan
dan kesehatan tubuh manusia (Permana, 2009). Namun, jika detergen tidak
dikelola dengan baik dan benar akan mempengaruhi kualitas air limbah
domestik

dan

industri.

Sebuah

sumber

lain

dari

Universitas

Muhammadiyah Malang dalam penelitian mengenai Bahaya Limbah


Detergen menyebutkan, detergen merupakan produk teknologi yang
strategis, karena telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Tentu saja, hal
ini membuat detergen terus mengalami peningkatan konsumsi masyarakat
dan membuat limbah air detergen yang dihasilkan juga semakjin banyak.
Menurut Budiawan (2001), air yang tercemar detergen dalam
jumlah banyak ternyata tidak mudah terurai dengan sistem instalasi.
Sehingga, diduga kuat senyawa tersebut masih terkandung dalam air bersih
(air sumur, air tanah dan air instalasi). Perlu diketahui bahwa, kadar
maksimum detergen terlarut dalam air bersih yang diperbolehkan menurut
PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990 yakni 0,5 mg/L. Dengan

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

14

demikian, penggunaan limbah air detergen tanpa pengelolaan terlebih


dahulu tidak layak dan menimbulkan efek karsinogenik.
2.3.1. Komposisi Detergen
1. Surfaktan (Surface active agent)
Surfaktan berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan surfaktan pada detergen pencuci pakaian dikategorikan
sebagai anionik, umumnya tersusun dari Alkyl Benzene Sulfonate
(ABS) rantai bercabang, Linier Alkyl Sulfonate (LAS) dan Alpha
Olefin Sulfonate (AOS). Namun, yang lebih ramah lingkungan
adalah kategori LAS.
2. Builder (Pembentuk)
Builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik
berupa phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril
Tri Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit) dan sitrat (asam sitrat).
3. Filler (Pengisi)
Filler (pengisi) yang berfungsi untuk menambah kuantitas
produk detergen (zat tambahan) seperti sodium sulfate.
4. Additives
Additives adalah bahan suplemen atau tambahan untuk membuat
produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna
dan

sebagainya.

Contohnya

enzyme,

boraks,

sodium

chloride,carboxy.
2.3.2. Klasifikasi Detergen berdasarkan Kandungan Gugus Aktif
1. Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme
meskipun bahan tersebut dibuang, akibatnya masih terdapat zat yang
masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh,
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS).

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

15

2. Detergen jenis lunak


Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya
mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi
setelah dipakai. Contoh: Linier Alkyl Sulfonate (LAS).
2.3.3. Limbah Air Detergen
Limbah air detergen merupakan suatu bahan cair sisa pencucian,
baik dari rumah tangga, laundry dan lain sebagainya yang sudah
tercemar oleh kotoran, noda, ataupun lemak makanan sehingga tidak
layak untuk digunakan kembali dan siap untuk dibuang.

2.4. Tinjauan Umum mengenai MCK


Keberadaan MCK sebagai fasilitas vital pada kehidupan sehari-hari
sangat penting. Karena, segala aktifitas yang dilakukan masyarakat erat
kaitannya dengan mandi, cuci, kakus (MCK). Kajian global terhadap air
bersih dan sanitasi pada tahun 2000, ditemukan sekitar 1,1 milyar
penduduk di seluruh dunia tidak memilih akses terhadap air bersih dan 2,4
milyar penduduk belum terakses sarana sanitasi MCK yang memenuhi
syarat.

2.5. Filter Pasir Lambat (Slow Sand Filter)


Pasir halus digunakan sebagai filter dengan filtration rate yang
rendah untuk menurunkan kekeruhan dengan perlakuan fisik atau biologi
(Ainsworth et al, 1997). Pasir disangga oleh kerikil dan disangga oleh
acticated carbon dalam 2 bagian yang berbeda dengan sistem underdrain
di dalamnya. Aliran yang bekerja adalah dawnwards. Mekanisme filter
pasir lambat adalah:
a. Removal materi koloid halus dengan penyaringan, adsorbsidan aksi
bakteri.
b. Removal materi biodegradable dan mendestruksi organisme patogen
dengan aksi bakteri.
Dalam

perjalanannya,

headloss

filter

akan

mengalami

peningkatan. Filter kemudian dihentikan dan bagian permukaan atasnya

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

16

di-scrub secara manual atau dengan scrapper. Pasir yang di-scrub


kemudian dicuci dan disimpan. Apabila sisa kedalaman pasir tidak
diizinkan lagi untuk proses filtrasi maka dibutuhkan re-sanding.
2.5.1. Aplikasi Saringan Pasir Lambat
Filter pasir lambat digunakan untuk me-removal alga dan
kekeruhan dari limbah air detergen. Air dengan kekeruhan yang
tinggi, dibutuhkan pengolahan pendahuluan menggunakan rapid
gravity filter atau microstrainer untuk menjaga kinerja filter pasir
lambat.
Filter lambat mampu mengolah air dengan kekeruhan 100200mg/L untuk beberapa hari, 50 mg/L merupakan ukuran kekeruhan
maksimum untuk pengolahan waktu yang lama dan penyaringan
terbaik terjadi bila kekeruhan rata-rata 10 mg/L atau kurang
(Huisman, 1974).

2.6. Tinjauan Umum mengenai Grade Scales


Pemberian grade scales yang sesuai dengan ekologi dan geologi
adalah sebagai berikut (Wentworth, 1922):
Tabel 2.6.The Udden/Wentworth grade scales based on powers of 2
and 2 and equivalent phi values
Broad
description
Gravel

Sand

Description
Pebble

Very fine

2 scale

 scale

(mm)

(mm)

 (phi)

32

-5

16

-4

-3

0,125

sand

0,088

3.0
3.5

2.7. Deskripsi Grasac Coconut Fiber Filter


Teknologi inovatif Grasac Coconut Fiber Filter adalah filter limbah
air detergen. Nama Grasac Coconut Fiber Filter merupakan singkatan dari

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

17

nama-nama bahan media filter yakni, Gravel (kerikil), Sand (pasir),


Activated Carbon (karbon aktif) dan Coconut Fiber (tapas kelapa).
Urutan kompartemen bahan media filter Grasac Coconut Fiber
Filter dari dasar hingga paling atas dengan rincian sebagai berikut:
a. Kompartemen 1, berisi kerikil (pebble) dengan ketebalan lapisan 12 cm
b. Kompartemen 2, berisi tapas kelapa (coconut fiber) dengan ketebalan
lapisan 3 cm
c. Kompartemen 3, berisi pasir (very fine sand) dengan ketebalan lapisan 15
cm
d. Kompartemen 4, berisi kerikil karbon aktif (granular activated carbon)
dengan ketebalan lapisan 25 cm
e. Kompartemen 5, berisi tapas kelapa (coconut fiber) dengan ketebalan
lapisan 2 cm
f. Kompartemen 6, berisi pasir (very fine sand) dengan ketebalan lapisan 15
cm
Peran-peran tiap unit media teknologi inovatif ramah lingkungan
Grasac Coconut Fiber Filter dengan rincian sebagai berikut:
a. Pasir (very fine sand) berperan sebagai penyaring
partikel berukuran makro yang terkandung dalam
limbah air detergen, sehingga dapat menurunkan
kekeruhan limbah air detergen. (Ainsworth et
al,1997)
b. Kerikil

karbon

aktif

(Granular

Activated

Carbon) berperan sebagai pengabsorpsi partikel


detergen

dan

noda

pakaian,

sehingga

dapat

menjernihkan air limbah detergen.


c. Tapas kelapa (coconut fiber) berperan sebagai
penyaring partikel berukuran makro dalam limbah
air detergen berukuran mikro hingga makro
misalnya, pemutih, noda, dll. Tidak hanya itu, tapas
kelapa juga

berperan

sebagai

penstabil antar kompartemen.

pembatas

dan

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

d. Kerikil (Pebble) berperan sebagai bantalan


filter dan koagulan limbah air detergen.

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa


debit aliran limbah air detergen dalam proses filterisasi pada Grasac Coconut
Fiber Filter yakni bernilai 32,74 ml/sekon. Sedangkan prinsip kerja Grasac
Coconut Fiber Filter dalam menerapkan prinsip kerja maupun model perilaku
pengoperasiannya yakni menerapkan:
a. Filter pasir lambat (slow sand filter)
Saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada
bagian atas dan kerikil bagian bawah yang berfungsi sebagai penyaring
kekeruhan.
b. Sistem kombinasi filter (Combaint Filter System)
Mengkombinasikan beberapa media filter dengan membentuk
susunan kompartemen guna memperoleh hasil yang efektif.
c. Sistem bertahap (Batch system)
Pemfilteran secara bertahap dari limbah air detergen yang dihasilkan
atau ditampung pada bak penampung filter.

2.8. Purifikasi Grasac Coconut Fiber Filter


Pertama, limbah air detergen ditampung ke dalam wadah
penampung sebelum difilter. Kemudian dialirkan ke dalam drum
menggunakan mesin pemompa melalui sebuah pipa. Aliran limbah air
detergen tersebut, disebarkan dengan pecahan keramik ke bagian permukaan
kompartemen 6

yakni very fine sand. Lalu, aliran limbah air detergen

berlanjut menuju kompartemen 5 yakni coconut fiber,saat sampai


kompartemen 4 yakni Granular Activated Carbon (GAC). Limbah air
detergen kemudian mengalir ke bawah menuju very fine sand pada
kompartemen 3 dan diteruskan melewati coconut fiber pada kompartemen
2. Kemudian berakhir pada kompartemen 1 yakni pebble.

18

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

Kemudahan dan kealamian bahan Grasac Coconut Fiber Filter


memberikan nilai ekonomis dalam pembuatannya. Bahkan, penggunaan
Grasac Coconut Fiber Filter dapat berumur 1 tahun.
Adapun kelebihan Grasac Coconut Fiber Filter yakni:
a. Segi Ekonomi:
1. Segala bahan dan media dalam Grasac Coconut Fiber Filter mudah
didapat di lingkungan sekitar dan pembuatannya pun murah. Total
biaya yang digunakan dalam pembuatan filter, mencapai Rp.
392.000,00. Itu pun dapat digunakan untuk dua rumah tangga
sekaligus dengan satu filter saja.
2. Dapat menjadi solusi dalam penghematan air, dengan memanfaatkan
kembali limbah air detergen untuk keperluan layak MCK.
b. Segi Lingkungan :
1.Mampu meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari
pembuangan limbah air detergen.
2. Mampu menjaga stabilitas ekosistem lingkungan dengan pengolahan
limbah air detergen.
c. Segi Sosial:
1. Memberikan solusi atas persoalan kurangnya pasokan air bersih yang
layak MCK.
2. Meningkatkan taraf kualitas air bersih yang layak untuk MCK.
d. Segi Pendidikan:
1. Memberikan informasi dan solusi alternatif dalam penggunaan
kembali limbah air detergen yang layak untuk MCK.
2. Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai usaha-usaha
pengelolaan lingkungan yang inovatif dan ramah lingkungan.
e. Segi Efektivitas :
1. Memberikan ketepatan dan kecepatan dalam filterisasi limbah air
detergen untuk keperluan layak MCK.
2. Hasil filterisasi dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan
aturan PERMENKES tentang parameter kualitas air bersih.

19

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

20

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
1. Observasi penggunaan detergen di masyarakat dengan mengambil
sampel yakni di daerah lingkungan sekitar peneliti, Kabupaten
Ponorogo.
2. Pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter di rumah Firdaus Putra
Kuswoyo

jalan

Mijil

nomor 61E DusunKrajan,

Kelurahan

Tambakbayan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo.


3. Pengamatan pengaruh sampel air kolam ikan, limbah air detergen
sebelum dan sesudah difilter terhadap usia hidup ikan mas (Cyprinus
carpio) di rumah Nanda Agus Ahsani Taqwin, jalan KI Ageng Mirah
nomor 55, Desa Japan, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo.
4. Penelitian parameter kesadahan dan kekeruhan sampel limbah air
detergen sebelum dan sesudah difilter dengan konsentrasi masingmasing 10 gram dalam 20 liter air dan 20 gram dalam 20 liter air di
UPT Dinas Kesehatan Laboratorium Kesehatan Daerah, jalan Dr.
Cipto Mangunkusumo nomor 67, Kabupaten Ponorogo.
3.1.2. Waktu Penelitian
1. Observasi penggunaan detergen di masyarakat selama satu hari pada
tanggal 13 Agustus 2012.
2. Pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter selama 7 hari. Terhitung
mulai tanggal 2 September 2012 sampai tanggal 9 September 2012.
3. Pengamatan pengaruh sampel air kolam ikan, limbah air detergen
sebelum dan sesudah difilter terhadap usia hidup ikan mas selama
satu hari pada tanggal 10 September 2012.
4. Penelitian parameter kesadahan dan kekeruhan limbah air detergen
sebelum dan sesudah difilter dengan konsentrasi masing-masing 10
gram dalam 20 liter air dan 20 gram dalam 20 liter selama satu hari
pada tanggal 28Agustus 2012.

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

21

Tabel 3.1. Rincian Jadwal Kegiatan Penelitian


Bulan
No

Agustus

Kegiatan

Minggu ke1

Pra penelitian
Observasi
lapangan
Penyebaran
kuesioner
Studi literatur
Analisa data
tahap I
Pencarian
bahan
Pembuatan
alat
Uji alat I

September

x
x

x
x
x

Perbaikan

Penelitian

Penulisan
Pemasukan
data
Kesimpulan
dan Saran

x
x

x
x

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

3.2. Prosedur Penelitian


Pada penelitian ini terdapat prosedur dalam prosespenelitiannya, yakni
sebagai berikut:
Ide Penelitian
a. Pembuangan limbah air detergen setiap harinya, jika dimanfaatkan
atau didayagunakan kembali untuk keperluan masyarakat akan
menambah nilai guna limbah air detergen.
b. Kurangnya pasokan air bersih yang layak untuk MCK.
c. Pemanfaatan coconut fiber (tapas kelapa) sebagai salah satu bahan
filter limbah air detergen.

Eksplorasi Permasalahan
a. Banyak masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan
penggunaan detergen dalam pencucian sehari-hari.
b. Masyarakat kurang memanfaatkan kembali (reusing) limbah air
detergen.
c. Pembuangan limbah air detergen secara berlebihan dapat
menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem, misalnya dapat
mematikan biota air.

Tinjauan Pustaka
a.
b.
c.
d.
e.

Tinjauan umum mengenai air dan air bersih.


Tinjauan umum mengenai detergen.
Tinjauan umum mengenai MCK
Tinjauan umum mengenai saringan pasir lambat (slow sand filter).
Tinjauan Umum mengenai Grade Scales

UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH AIR DETERGEN YANG LAYAK


UNTUK MCK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INOVATIFGRASAC
COCONUT FIBER FILTER
KESIMPULAN DAN SARAN
Diagram 3.2. Prosedur Penelitian

22

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

23

3.3. Metode Penelitian


Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan studi
pustaka dan observasi langsung (direct observation). Studi pustaka digunakan
untuk mendapatkan informasi teori-teori yang berhubungan dengan
pengelolaan dan filterisasi limbah air detergen yang layak untuk MCK serta
faktor-faktor dan parameter mengenai kualitas air bersih. Sedangkan,
observasi langsung (direct observation) dilakukan untuk mengetahui
pemanfaatan kembali limbah air detergen yang dilakukan masyarakat saat ini,
khususnya di lingkungan Kabupaten Ponorogo, tempat penulis berdomisili.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik random sampling
atau sampel acak. Dalam hal ini, dilakukan untuk mengetahui perilaku
masyarakat dalam penggunaan dan pemanfaatan limbah air detergen dalam
kehidupan sehari-hari. Teknik ini dipilih guna memperkecil tingkat
kekeliruan penelitian. Masyarakat yang dijadikan responden terdiri dari
berbagai macam bidang profesi diantaranya pelajar atau mahasiswa,
pegawai

negeri/swasta,

pedagang/buruh/petani

yang

berjumlah

15

responden setiap kalangannya.


Untuk pengambilan sampel limbah air detergen, peneliti mengambil
limbah air detergen dari rumah tangga (grey water) dengan konsentrasi
limbah air detergen yang ditentukan sebelumnya, sebanyak 2 sampel yang
berbeda, yakni 10 gram tiap 20 liter air dan 20 gram tiap 20 liter air. Sampel
ini mewakili limbah air detergen dengan konsentrasi pekat dan konsentrasi
encer.

3.5. Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner terbuka
Mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih yang tidak
disediakan opsi jawaban (kuesioner berbentuk essai). Kuesioner yang
peneliti berikan, terdiri dari 5 pertanyaan mengenai penggunaan

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

24

detergen, pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah air detergen di


masyarakat. Pemberian kuesioner ini berfungsi untuk penguat data
penelitian.
2. Pengujian sampel limbah air detergen
Pengujian sampel limbah air detergen di bertempat di UPT
Dinas Kesehatan Laboratorium Kesehatan Daerah, jalan Dr. Cipto
Mangunkusumo nomor 67, Kabupaten Ponorogo dengan menggunakan
proses titrasi untuk kesadahan, dengan alat turbidimeter untuk
kekeruhan, indikator universal dan pH meter untuk pH (tingkat
keasaman) dan termometer batang untuk suhu. Pengujian mengenai
bau, rasa dan warna menggunakan analisa visual (pengamatan peneliti).
Dengan menggunakan konsep-konsep pendekatan dari teori yang ada,
menggabungkannya serta menyimpulkan. Penelitian dititik beratkan
pada kualitas limbah air detergen setelah difilter menggunakan
teknologi inovatifGrasac Cococnut Fiber Filter yang sesuai dengan
PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990.

3.6. Anggaran Dana Pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter


No

Nama Barang

Jumlah

Harga

Drum

Rp 150.000,00

Kran

Rp 10.000,00

Pipa paralon 1

Rp 5.000,00

Pasir

50 kg

Rp 75.000,00

Kerikil

18 kg

Rp 15.000,00

Tapas kelapa

1 kg

Mesin pemompa

Rp 75.000,00

Karbon aktif

10 kg

Rp 25.000,00

Ember plastik

Rp 35.000,00

10

Cat

1 ons

Rp 2.000,00

Jumlah

Rp 392.000,00

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

3.7. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan
data berupa:
1. Menyebarkan kuesioner kepada seluruh lapisan masyarakat (terdiri dari
pedagang/buruh/petani, pegawai negeri/swasta, pelajar atau mahasiswa)
yang masing-masing kalangan terdiri dari 15 responden diambil secara
acak (random sampling) mengenai penggunaan air detergen untuk
keperluan mencuci dan tidak untuk keperluan mencuci.
2. Studi pustaka dari buku-buku, internet, jurnal penelitian, surat kabar,
majalah dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan
memahami konsep-konsep dan teori mengenai pengelolaan dan
filterisasi limbah air detergen yang layak untuk MCK serta faktor-faktor
dan parameter mengenai kualitas air bersih.

3.8. Analisis dan Sintesis Pengolahan Data


Dalam pengolahan dan analisis data dari kuesioner tertutup, penulis
menggunakan metode statistika biasa. Metode statistika ini dimaksudkan
untuk mengetahui hasil dari opini masyarakat yang dijadikan responden
melalui jumlah frekuensinya dengan mudah.

3.9. Alat dan Bahan Grasac Coconut Fiber Filter (GCFF) dan
Pembuatan Limbah Air Detergen
3.9.1. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat Grasac
Coconut Fiber Filter;
a. Alat
1. Drum
2. Pompa air
3. Kran
4. Penggaris
5. Kepingan keramik
6. Pipa

25

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

26

b. Bahan
1. Pebble (kerikil dengan diameter rata-rata 32 mm)
2. Coconut fiber (tapas kelapa)
3. Very fine sand (pasir dengan diameter rata-rata 0,125 mm)
4. Granular activated carbon (kerikil karbon aktif)
3.9.2. Prosedur Pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter (GCFF)
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menyiapkan

sebuah

wadah

media

filter

yang

peneliti

rekomendasikan drum dengan model yakni semua bagian atas


terbuka, bagian bawah sudah terpasang krandan bagian dalam
sudah dicat.
c. Membentuk susunan kompartemen ke dalam drum sebagai media
filter dengan rincian sebagai berikut:
1. 11-12 cm pada kompartemen ke-1 adalah kerikil (gravel)
2. 2-3 cm pada kompartemen ke-2 adalah tapas kelapa (coconut
fiber)
3. 14-15 cm pada kompartemen ke-3 adalah pasir (sand)
4. 24-25 cm pada kompartemen ke-4 adalah arang (activated
carbon
5. 1-2 cm pada kompartemen ke-5 adalah tapas kelapa (coconut
fiber)
6. 14-15 cm pada kompartemen ke-6 adalah pasir (sand)
d. Menyiapkan wadah penampung untuk limbah air detergen yang
peneliti rekomendasikan ember plastik.
e. Memasang mesin pemompa ke dalam output-nya yang sudah
terhubung pipa mengarah ke wadah.
3.9.3. Berikut alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan limbah air
detergen:
a. Alat
1. Neraca ohaus
2. Ember plastic
3. Sendok/spatula

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

27

b. Bahan
1. Detergen
2. Air
3. Pakaian yang dicuci
3.9.4. Prosedur Pembuatan Limbah Air Detergen
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang massa detergen yang diperlukan yakni 10 gram
menggunakan neraca ohaus.
c. Menghitung batas ketinggian permukaan air detergen yang
diperlukan pada wadah penampung.
d. Memasukkan air sesuai dengan batas ketinggian yang sudah
ditentukan ke dalam wadah penampung.
e. Melarutkan detergen yang sudah ditimbang ke dalam wadah
penampung berisi air.
f. Menggunakan larutan detergen tersebut untuk mencuci.
g. Limbah air detergen siap difilter.

3.10. DAMASGUS CYCLE

Keterangan

GCFF
A.
B.
C.

Daerah Sumber air bersih


Daerah Perumahan
Grasac Coconut Fiber Filter

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

DAMASGUS CYCLE merupakan siklus aliran air yang terdiri


dari sumber air bersih, daerah perumahan dan Grasac Coconut Fiber
Filter. Lokasi penempatan Grasac Coconut Fiber Filter berada di dekat
perumahan.

3.11. Variabel Penelitian


Variabel-variabel yang digunakan dalam peneelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.

Variabel Bebas: adalah jumlah atau volume limbah air detergen yang
difilter, alat pembuatan filter (bukan media filter).

2.

Variabel Terikat: adalah hasil filterisasi limbah air detergen dengan


menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter yang sesuai dengan
parameter kualitas air bersih.

28

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

29

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Analisa Penelitian


4.1.1. Observasi penggunaan detergen di masyarakat
Dari hasil observasi peneliti kepada 45 orang yang terbagi dalam 3
kalangan yakni kalangan menengah ke atas, menengah ke bawah dan pelajar
sebagai

responden,

menghasilkan

data

sebagai

berikut:

Diagram 4.1. Penggunaan Detergen di Masyarakat


2%

98%

Responden menggunakan
detergen untuk keperluan
mencuci
Responden tidak
menggunakan detergen
untuk keperluan mencuci

97,8% responden menyatakan menggunakan detergen untuk keperluan


mencuci 2,2% responden menyatakan tidak menggunakan detergen untuk
keperluan mencuci. Survei menyimpulkan bahwa rata-rata penggunaan
detergen per orang adalah 18 Liter.
Pengolahan yang memanfaatkan limbah tanpa menghasilkan limbah,
sangat ideal bagi terjaganya stabilitas ekosistem lingkungan. Kesederhanaan
dan kealamian bahan media filter, memberikan hasil solutif dalam
pengelolaan lingkungan. Sehingga dampak buruk limbah air detergen dapat
terminimalisir dan pengoperasian Grasac Coconut Fiber Filter memberikan
solusi yang efisien.

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

30

4.1.2. Desain Grasac Coconut Fiber Filter

Keterangan:
Simbol
A

Keterangan
bagian gambar
Wadah penampung
limbah air detergen
sebelum difilter

Simbol
I
J

Keterangan
bagian gambar
Tapas kelapa
(coconut fiber)
Tapas kelapa
(coconut fiber)

Mesin pemompa

Pipa

Pecahan keramik

Kran

Pasir (very fine


sand)

Wadah penampung
limbah air detergen
sesudah difilter

Penyangga

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

Karbon aktif
(Granular
Activated
Carbon)

Pasir (very fine


sand)

31

Drum

Tapas kelapa
(coconut fiber)

Kerikil (pebble)

4.1.3. Pengamatan pengaruh sampel air kolam ikan, limbah air detergen
sebelum dan sesudah difilter terhadap usia hidup ikan mas
(Cyprinus carpio)

Tabel 4.2. Umur Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio) Dalam Air
Kolam, Limbah Air Detergen Sebelum dan Sesudah Difilterisasi
Limbah
Menit
ke-

Foto

Air

Air

Limbah Air

Kolam

Detergen

Detergen

(difilter)
10

Hidup,

Hidup,

Hidup, sirip

sirip

sirip aktif,

pasif dan

aktif,

gerakan

cepat, gerakan

gerakan

tenang

mengeluarkan

tenang

kepala ke
permukaan air

20

Hidup,

Hidup,

Hidup, pasif,

sirip

aktif,

mengeluarkan

aktif,

cenderung

busa, badan

tenang

ke

agak terbalik

permukaa
n air

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

30

32

Hidup,

Hidup,

Mati,

sirip

aktif,

mengeluarkan

aktif

gerak

busa,

bebas

mengapung di
permukaan air

4.1.4. Penelitian parameter kesadahan dan kekeruhan


Peneliti mengambil 4 sampel yakni 2 sampel limbah air detergen
sebelum difilter dengan konsentrasi masing-masing 10 gram dalam 20 liter
air dan 20 gram dalam 20 liter air,
air, serta 2 sampel limbah air detergen
deter
sesudah difilter dengan volume
volu
ke-44 sampel masing masing 600 ml. Untuk
diamati
ti di UPT Dinas Kesehatan Laboratorium Kesehatan Daerah, jalan Dr.
Cipto Mangunkusumo nomor 67,
67, Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan
pengamatan tersebut disajikan data:

800

Tingkat Kesadahan

700
600
500

Sebelum difilter

400

Se
Sesudah
difilter

300
200
100
0
10 gram 20 gram
Massa detergen terlarut (gram)

Diagram 4.2 Hasil Pengamatan berdasarkan Parameter Kesadahan


K

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

33

Tingkat Kekeruhan (NTU)

350
300
250
200

Sebelum difilter

150

Sesudah difilter

100
50
0
10
gram

20
gram

Massa Detergen terlarut (gram)

Diagram 4.3 Hasil Pengamatan berdasarkan Parameter Kekeruhan


Berdasarkan data pada diagram 4.2 dan 4.3,, bahwa limbah air
detergen sesudah difilter mengalami
mengalami penurunan tingkat kesadahan dan
kekeruhan limbah air detergen secara signifikan.

Tabel 4.1. Hasil Analisa Visual Sebelum dan Sesudah Filterisasi


Limbah Air Detergen
Parameter

Sebelum

Sesudah

Skala
PERMENKES

Keterangan

Bau

Berbau
detergen

Tidak
berbau

Tidak berbau

Analisa visual

Rasa

Pahit

Tawar

Tidak berasa

Analisa visual

Warna

Putih
Keruh

Putih
Bening

50 TCU

Analisa visual

pH

>8

>6

6,5 9,0

Suhu

27

29

Suhu udara

Analisa
laboratorium
Analisa
laboratorium

Dari hasil analisa visual tersebut terlihat jelas bahwa, limbah air
detergen sebelum dan sesudah difilter ada perbedaan secara signifikan.
Hasil ini mendekati bahkan memenuhi pada parameter kualitas air bersih
menurut PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990.
416/MENKES/PER/IX/1990

ENGINEERING INNOVATOR OF SMA NEGERI 2 PONOROGO

34

BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan
Dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Masyarakat kurang memanfaatkan limbah air detergen dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pembuangan limbah air detergen dapat mencemari lingkungan dan
dapat merusak kehidupan biota air.
3. Grasac Coconut Fiber Filter dapat digunakan sebagai filter limbah air
detergen untuk keperluan air layak MCK.
4. Hasil filterisasi menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter sesuai
dengan

persyaratan

parameter

kualitas

air

bersih

menurut

PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990.
5. Pengaruh penggunaan Grasac Coconut Fiber Filter pada pengolahan
kembali limbah air detergen untuk keperluan layak MCK sangat
kompleks terhadap lingkungan maupun manusia.
6. Tingkat efektivitas penggunaan Grasac Coconut Fiber Filter pada
pengolahan kembali limbah air detergen adalah efektif dan efisien.
Karena, pembuatan Grasac Coconut Fiber Filter hingga filterisasi
limbah air detergen tidak membutuhkan biaya yang berlebih. Bahkan,
hasil filternya pun dapat langsung digunakan.

5.2. Saran
Saran dalam penelitan ini adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat diharapkan dapat meminimalisir pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh limbah air detergen dengan cara pengolahan
kembali menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter untuk keperluan
layak MCK.
2. Pemerintah melalui dinas terkait dapat memberikan solusi, sosialisasi
dan penanganan terhadap pencemaran limbah air detergen yang banyak
diabaikan dengan menggunakan Grasac Coconut Fiber Filter.

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth. 1997. Water Treatment Process and Practices. T Hall (editor).


Wiltshire: WRC Swinden.
Alaert G, & Sumestri S. 1982. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.
Ani Susilowati, 1998. Pengaruh Luas Permukaan Eletroda Al2O3 terhadap daya
reduksi limbah detergen sistem elektroflotasi, Skripsi, Jurusan Kimia,
FMIPA Unair, Surabaya.
Campos, L. C. 2002. Thesis: modelling and simulation of the biological and
physical processes of slow sand filter. University of London, London.
Dugan, P.R. 1972. Biochemical ecology of water pollution. New York: Plenum.
Faidur, R., 1991. Pengaruh Surfaktan Nauril sulfat terhadap Penyimpangan
Pengukuran Keasaman dengan pH meter, Prosiding, Seminar HKI,
Jurusan Kimia FMIPA UI, Depok, Jakarta.
Graham, N. 1988. Slow sand filtration: recent development in water treatment
technology. Ellis Horwood Limited/Wiley and Sons. England:
Chichester.
John W. Creswell. 2010. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Third Edition. Yogyakarta:PUSTAKA
PELAJAR.
Mangkoedihardjo S. 1999. Ekotoksiologi Keteknikan. Jurusan Teknik
Lingkungan, ITS, Surabaya.
Marzuki, Drs.. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: EKONISIA.
Mwiinga, G., Selthare, B., Loewenthal, R.E., dan Africa, S. (2004). Impacts of
Coagulation on Upflow Roughing Filtration in Layers. People-centred
approaches to water and environmental sanitation. 30th WEDC
International Conference, Vientiane, Lao PDR.
Pengembangan Prasarana Pedesaan (P2D). 2002. Manual Teknis Pembeerdayaan
Masyarakat: MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Jakarta: Pengembangan
Prasarana Pedesaan.
PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Quang, L.K. (1988). EM Technology Application in Vietnam and SomeResult in
Environmental Treatment, Research, Testing, and Application of EM.
Roedjito. 1996. Peran Limbah Domestik pada Permasalahan Sungai Brantas.
Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta, Malang.
Rustu, I. 2006. Determiniting the Level of Detergent Pollution in Dardanelles.
Tent International Water Technology Conference IWTC, Alexandria,
Egypt.
Trihadiningrum, Y. 2001. Manajemen Perairan Tawar dan Daerah Aliran Sungai
serta kaitannya dengan Konservasi Sumber Daya Alam Darat di Era
Globalisasi. Program Studi Biologi, FMIPA, ITS, Surabaya.
Tim Pustaka Agung Harapan. __________. Kamus Ilmiah Populer Lengkap.
Surabaya:Pustaka Agung Harapan.

PENELITIAN LABORATORIUM KUALITAS AIR BERSIH

Grasac Coconut Fiber Filter

Perlakuan Pada Ikan Mas

Hasil Limbah Air Detergen Sebelum dan Sesudah Difilter

Sesudah Difilter

Sebelum Difilter

Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Irisan


Melintang
80 cm

14-15 cm
1-2 cm

24-25 cm

14-15 cm
2-3 cm
11-12 cm

A
B
C

D
E
F

H
I

Keterangan:
A

Pasir (very fine sand)

Kerikil (pebble)

Tapas kelapa (coconut fiber)

Drum

Karbon aktif (Granular Activated


Carbon)

Kran

Pasir (very fine sand)

Tapas kelapa (coconut fiber)

Tapas kelapa (coconut fiber)

Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Atas

Keterangan:

Simbol
Gambar

Nama Bagian

Simbol
Gambar

Nama Bagian

Wadah penampung
limbah air detergen
sebelum difilter

Drum

Mesin pemompa

Penyangga

Pipa

Kran

Pecahan keramik

Wadah penampung limbah air


detergen sesudah difilter

Siklus Limbah Air Detergen pada Perumahan

Keterangan Gambar:
A: Perumahan warga
B: Wadah penampung limbah air detergen sebelum difilter
C: Grasac Coconut Fiber Filter
D: Wadah penampung limbah air detergen sesudah difilter
Penjelasan:
Masyarakat melakukan aktivitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) yang
tidak bisa dilepaskan dari penggunaan air detergen. Limbah air detergen hasil sisa
aktivitas tersebut ditampung ke dalam wadah penampung limbah air detergen.
Hasil tampungan tersebut, selanjutnya difilter menggunakan Grasac Coconut
Fiber Filter yang kemudian hasil pemfilteran tersebut dialirkan ke dalam suatu
wadah penampung. Sehingga, limbah air detergen yang sudah difilter, layak
digunakan untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK), yang kemudian dialirkan
kembali ke perumahan warga untuk digunakan berbagai aktivitas kembali.

Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Depan

Keterangan:

Wadah penampung limbah air detergen


sebelum difilter

Penyangga

Drum

Kran

Wadah penampung limbah air detergen


sesudah difilter

Pipa

Gambar Desain Grasac Coconut Fiber Filter Tampak Samping

Keterangan:

Simbol

Keterangan bagian gambar

Simbol

Keterangan bagian gambar

Wadah penampung limbah air


detergen sebelum difilter

Mesin pemompa

Pipa

Pecahan keramik

Kran

Pasir (very fine sand)

Wadah penampung limbah air


detergen sesudah difilter

Karbon aktif
(Granular Activated Carbon)

Drum

Tapas kelapa (coconut fiber)


Tapas kelapa (coconut fiber)
Penyangga

G
H

Pasir (very fine sand)

Kerikil (pebble)

Tapas kelapa (coconut fiber)

Curriculum Vitae

Personal Details
Name
Field of Studies/majority
Sex
Religion
Address
Mobile phone
E-mail
Date of birth
Place of birth
Nationality

: Nanda Agus Ahsani Taqwin


: SMA Negeri 2 Ponorogo
: Male
: Islam
: Jalan Ki Ageng Mirah 55 Ponorogo
: +6281 231 892 895
: n_ahsani@yahoo.com
: April 4th, 1995
: Ponorogo, East Java
: Indonesia

Achievements
o Peserta LKTI TSC TELKOMSEL 2010
o Peserta LKTI UKIM UNESA 2010
o Peserta Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember 2011
o Peserta Lomba Lawatan Sejarah Se-Jatim 2011
o Rank 3 Lomba Lawatan Sejarah Se-Jatim 2011
o Big 10 Lomba Artikel Ilmiah "Potret Budaya Masa Kini" STKIP PGRI
Ponorogo 2011
o Peserta LKTI Pertanian Universitas Diponegoro Semarang 2011
o Peserta Lomba Artikel Ilmiah "Pengaruh Media Sosial Terhadap Remaja di
Era Global" Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012
o Finalis Lomba Artikel Ilmiah "Pengaruh Media Sosial Terhadap Remaja di
Era Global" Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012
o Rank 3 Lomba Artikel Ilmiah "Pengaruh Media Sosial Terhadap Remaja di
Era Global" Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2012
o Peserta Lomba Essay Ilmiah Bidang Kimia Se- Indonesia Institut Teknologi
Sepuluh Nopember 2012
o Big 10 Lomba Essay Ilmiah Bidang Kimia Se- Indonesia Institut Teknologi
Sepuluh Nopember 2012
o Peserta Lomba Mininewspaper Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2012
o Peserta Lomba Karya Tulis Soilidarity Institut Pertanian Bogor 2012
o Juara 1 Lomba Karya Tulis Soilidarity Institut Pertanian Bogor 2012
o Juara 1 LKTI FE Universitas Negeri Jember 2012

Curriculum Vitae

Personal Details

Name

: Adi Pratama

Field of Studies/majority

: SMA Negeri 2 Ponorogo

Sex

: Male

Religion

: Islam

Address

: RT 20 RW 07, Kel. Mlilir, Kec. Dolopo, Kab


Madiun.

Mobile phone

: +6283845410251

E-mail

: kingdom.pratama@gmail.com

Date of birth

: Januari 15th, 1995

Place of birth

: Ponorogo, East Java

Nationality

: Indonesia

Achievements
1. Peserta LKTI UKIM UNESA 2010
2. Peserta Olimpiade Fisika PHOTON FMIPA UNESA 2011
3. Peserta Olimpiade Fisika EPC ITS 2012
4. Peserta Lomba Komputer UNMUH Ponorogo 2012
5. Peserta Lomba Essay SWOT FMIPA ITS 2012
6. Peserta Olimpiade Fisika GEBYAR ITS 2012
7. Peserta Lomba Mini Newspaper FK UNAIR 2012

Curriculum Vitae

Personal Details

Name

: Firdaus Putra Kuswoyo

Field of Studies/majority

: SMA Negeri 2 Ponorogo

Sex

: Male

Religion

: Islam

Address

: RT 02 RW 02, Kel. Tambakbayan, Kec. Ponorogo,

Kab Ponorogo.
Mobile phone

: +6282334494318

E-mail

: f.kuswoyo@gmail.com

Date of birth

: Januari 07th, 1995

Place of birth

: Ponorogo, East Java

Nationality

: Indonesia

Achievements
1. Peserta Olimpiade Fisika PHOTON FMIPA UNESA 2011
2. Peserta Olimpiade Fisika EPC ITS 2012
3. Peserta Olimpiade Fisika GEBYAR ITS 2012
4. Finalis Olimpiade Fisika IKIP PGRI MADIUN 2012
5. Perempat Finalis Olimpiade Fisika OLMIPA UB 2012

You might also like