You are on page 1of 64

BAB I PENDAHULUAN

Dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia, mata pelajaran Bahasa Indonesia menempati posisi yang strategis. Hal ini disebabkan oleh peran bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Dilihat dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pengajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang pada gilirannya akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara itu, bila dilihat dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, pengajaran bahasa Indonesia diperlukan untuk membekali peserta didik dengan kompetensi berbahasa yang dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan sebagai prasyarat untuk sukses dalam menempuh pendidikan, mengingat bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Dari segi kebijakan pendidikan, posisi strategis mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat dari tiga hal. Pertama, mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib di setiap satuan pendidikan bahkan di jenjang pendidikan dasar jumlah jam pelajaran ini paling banyak dibandingkan mata pelajaran lain. Kedua, ketuntasan penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia menjadi prasyarat dalam kenaikan kelas. Untuk bisa naik kelas seorang peserta didik minimal memperoleh nilai 6 dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Ketiga, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan satu di antara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional dan menentukan kelulusan. Mengingat kedudukan yang strategis itu, tidak mengherankan bila perkembangan pengajaran bahasa Indonesia selalu menjadi perhatian. Dalam setiap pergantian kurikulum ide-ide baru yang terkait dengan pengembangan pengajaran bahasa Indonesia selalu dimunculkan. Namun, ide-ide baru yang menyertai lahirnya kurikulum baru itu tidak selalu tercermin dalam implementasinya. Banyak data empiris yang menunjukkan hal itu. Beberapa penelitian yang dilakukan, antara lain oleh Suparno (1998) menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara gagasan kurikulum dengan pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia. Menurut Purwo (2000), gagasan perubahan yang dicanangkan oleh kurikulum belum sampai ke ruang-ruang kelas. Implimentasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap kurikulum. Untuk memahami kurikulum perlu dilakukan telaah terhadap kurikulum itu sendiri. Kegiatan telaah kurikulum meliputi pemahaman terhadap konsep pembelajaran bahasa Indonesia yang dianut oleh kurikulum, termasuk pendekatan pembelajaran yang dipakai. Saat ini, kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Dalam hubungan ini, pemahaman terhadap landasan teoritis atau konsep keilmuan yang terkandung di dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta hal ikhwal pengembangan silabus sangat diperlukan. Pemberlakuan kurikulum di Indonesia selalu diikuti dengan lahirnya buku teks yang dimaksudkan sebagai bahan ajarnya. Sampai dengan berlakunya Kurikulum 1994 pemerintah menerbitkan buku teks resmi yang biasa disebut buku paket. Setelah itu, dalam waktu yang cukup lama pemerintah tidak menerbitkan buku teks resmi. Buku teks yang dipakai di sekolah-

sekolah adalah buku teks yang diterbitkan oleh swasta. Belakangan ini, pemerintah merekomendasikan dan bahkan membeli hak cipta buku-buku teks yang dipandang relevan dan menyebarluaskannya melalui internet sehingga dapat diakses secara bebas. Meskipun demikian, pemilihan buku teks diserahkan sepenuhnya kepada guru/sekolah karena mesti disesuaikan dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah. Adanya keragaman buku teks ini menuntut kemampuan guru untuk menelaahnya sebelum menentukan pilihan buku mana yang akan dipakai sebagai bahan ajar.

. BAB II PERKEMBANGAN KURIKULUM DAN BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

A. Perkembangan Kurikulum Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga saat ini telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum. Kurikulum pertama yang digunakan dikenal dengan nama Kurikulum 1950. Kemudian terjadi perubahan pada tahun 1958, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan terakhir tahun 2005 dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam hal penamaannya, kurikulum yang terakhir ini tidak dinamai dengan tahun pemberlakuannya. Kurikulum ini merupakan bentuk final dari gagasan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diawali dengan serangkaian uji coba sejak tahun 2000. Sebagaimana lazimnya, perubahan kurikulum dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan menyesuaikan tujuan pengajaran dengan kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu dan teknologi. Menurut Jazir Burhan (1978) perubahan-perubahan yang terjadi dalam pengajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 1958, 1964, dan 1968 boleh dikatakan tidak banyak. Pendekatan yang dijadikan landasan dalam perubahan ini masih diwarnai oleh pandangan linguistik tradisional. Dari pokok bahasan yang dikemukakan dalam kurikulum terlihat aspek bahasa tulis mendapat tempat lebih banyak . Pelajaran tata bahasa kognitif merupakan landasan didaktis metodologis untuk menyusun kegiatan mengajar belajar. Dalam Kurikulum 1975 terlihat bahwa pandangan linguistik struktural mulai memasuki arena pengajaran bahasa Indonesia. Pokok bahasan yang terdapat dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) terdiri dari (a) menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, (d) menulis, (e) tata bahasa, dan (f) apresiasi sastra Indonesia. Dari deskripsi pokok bahasa tersebut terlihat bahwa meskipun pandangan linguistik struktural sudah digunakan, pandangan linguistik tradisional juga masih mewarnai pengajaran bahasa Indonesia. Kurikulum 1984 lahir dengan ide mengembalikan pengajaran bahasa Indonesia pada fungsi komunikasi. Meskipun gagasan kurikulum ini sudah mengarah pada pendekatan komunikatif, pengajaran bahasa Indonesia masih dalam keping-keping yang jumlahnya enam pokok bahasan, yakni (a) membaca, (b) kosa kata, (c) struktur, (d) mengarang, (e) pragmatik, dan (e) apresiasi bahasa dan sastra. Di sini terlihat bahwa pendekatan struktural masih mewarnai konsep pengajaran bahasa Indonesia. Selain itu, adanya pokok bahasan pragmatik dalam kurikulum ini cukup membingungkan. Selain topik ini memang hal baru, pemberlakuan klurikulum ini tidak diikuti dengan penjelasan yang memadai tentang cakupan dan strategi pembelajarannya. Menaggapi adanya pokok bahasan pragmatik ini, Bambang Kaswanti Purwo menulis buku Pragmatik dan Pengajaran Bahasa Indonesia, Menyibak Kurikulum 1984. Dalam bukunya ini Purwo menilai bahwa pragmatik mestinya tidak ditampilkan sebagai sebuah pokok bahasan tersendiri tetapi dijadikan sebagai strategi dalam pengajaran pokok bahasan lainnya yang sebenarnya sudah ada dalam kurikulum sebelumnya.

Kelahiran Kurikulum 1994 lebih mempertegas digunakannya pendekatan komunikatif. Dalam rambu-rambu pembelajarannya disebutkan, Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud, 1993). Dalam kurikulum 1994 istilah pengajaran diubah menjadi pembelajaran yang menandakan kurikulum ini juga menggunakan pendekatan CBSA (Cara Belajar siswa Aktif). Di samping menganut pendekatan komunikatif, kurikulum 1994 juga menggunakan pendekatan terpadu (integratif). Keterpaduan dalam kurikulum ini menyangkut tiga hal. Pertama, keterpaduan dalam pelaksanaan pembelajaran kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan bahasa, meskipun dalam kegiatan pembelajaran guru dapat memfokuskan pada salah satu komponen. Kedua, keterpaduan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketiga keterpaduan pembelajaran kosa kata dengan kegiatan pembelajaran berbicara, membaca, menulis, dan pembelajaran sastra. Perubahan yang ditawarkan dalam Kurikulum 1994 sebenarnya tidak terbatas pada digunakannya pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu yang dinilai lebih sesuai dengan hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa. Perubahan lainnya adalah diberikannya peluang kepada guru untuk menambah, mengurangi, menggabungkan, atau mengembangkan butir-butir pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi sekolah. Hal ini berarti sifat sentralistik yang ada pada kurikulum sebelumnya sudah mulai dikurangi. Meskipun Kurikulum 1994 sudah menawarkan banyak perubahan (khususnya dalam pengajaran bahasa Indonesia), ketidakpuasan terhadap hasil pendidikan banyak disuarakan oleh berbagai kalangan. Hal yang dituding sebagai penyebabnya adalah kurikulum yang terlalu sarat dan sentralistik. Menanggapi hal ini pemerintah mulai melakukan langkah-langkah untuk menyempurnakan kurikulum. Sejak tahun 2000 mulai digagas Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diikuti dengan serangkaian uji coba di beberapa sekolah di beberapa provinsi. Landasan filosofis dari KBK adalah demokratisasi pendidikan yakni memberikan kewenangan kepada sekolah dalam memutuskan kebijakan yang diperlukan dan paling dekat dengan lingkungan sekolah sesuai dengan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam kenyataannya Kurikulum Berbasis Kompetensi yang masih dalam taraf uji coba banyak menimbulkan polemik. Ada yang mempermasalahkan konsep kompetensi itu sendiri dan ada pula yang menilai bahwa sifat sentralistik masih terlihat dari penyantuman indikator dan materi pokok dalam setiap kompetensi dasar. Atas dasar itu Depdiknas akhirnya mematangkan rancangan KBK dan menuangkannya dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Adanya perubahan kebijakan yang menetapkan pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan membuat nama kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Standar Isi hanya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum ini mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2006/2007. Satndar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia (Depdiknas, 2003). Bila dicermati rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesungguhnya KBK atau KTSP adalah kelanjutan dari Kurikulum 1994 karena sesungguhnya Kurikulum 1994 sudah berbasis kompetensi. Hal mendasar yang membedakan KBK/KTSP dengan Kurikulum 1994 adalah dari ruang lingkup materi pembelajaran. Dalam KTSP pembelajaran kebahasaan tidak dinyatakan sebagai materi tersendiri. B. Perkembangan Buku Teks (Buku Pelajaran) Pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh buku yang dipakai. Dalam hal ini ada dua macam buku yang biasanya dijadikan acuan oleh guru. Pertama adalah buku tata bahasa yang biasa disebut sebagai buku rujukan. Kerdua adalah buku teks atau buku pelajaran. Menyangkut buku tata bahasa, sejak priode awal kemerdekaan buku yang banyak dipakai adalah buku tata bahasa karangan Sutan Takdir Alisjahbana yang terbit pertama kali tahun 1949. Buku ini begitu luas pemakaiannya sehingga mengalami cetak ulang sampai 43 kali untuk jilid pertama dan 30 kali untuk jilid kedua. Menurut Purwo (2000) dari segi rangka teori yang dipakai oleh pola pikir Alisjahbana, misalnya dalam menganalisis kalimat ,adalah pola yang dianut oleh tatabahasawan tradisional. Pada tahun 1971 terbit buku tata bahasa yang disusun oleh Gorys Keraf. Dalam kata pengantar buku ini, Keraf menyatakan bahwa penyusunan tata bahasa ini dimaksudkan untuk membarui warna tradisional pda buku tata bahasa sebelumnya dengan memasukkan warna transformasional yang diolahnya secara bebas. Buku tata bahasa Keraf ini juga mendapat tanggapan luas, terbukti sampi mengalami cetak ulang sepuluh kali pada tahun 1984. Dalam kenyataannya, meskipun ada beberapa buku tata bahasa yang ditulis oleh penulis lain, buku Keraf inilah yang dominan dipakai. Seperti dinyatakan di atas, di samping buku tata bahasa, buku yang mewarnai pengajaran bahasa Indonesia adalah buku teks atau buku pelajaran. Sepanjang sejarah pengajaran bahasa Indonesia dapat dipilah dua masa yaitu masa sebelum buku paket dan masa setelah buku paket. Pada masa sebelum buku paket, dari tahun 50-an dan 60-an hampir seluruh SD memakai buku Bahasaku karangan B.M. Noer, SMP memakai buku Djambatan karangan Madong Lubis, dan SMA memakai buku Lagak Ragam karangan M. Hoetaoerok (Purwo, 2000). Semenjak diberlakukannya Kurikulum 1975 mulai dikenal istilah buku paket yaitu buku yang ditulis oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, buku paket ini dirasakan tidak cukup untuk mengimplimentasikan kurikulum yang berlaku. Pasalnya, cakupan dan tata urutan materi dalam buku paket tidak selalu sesuai dengan kurikulum. Hal ini disebabkan penyusunan buku paket tidak selalu seiring dengan terbitnya kurikulum. Kenyataan ini dimanfaatkan oleh penerbit swasta untuk meluncurkan buku pelajaran yang mendapat tanggapan positif oleh guru-guru. Namun, karena kebijakan buku paket telah ditetapkan, pemerintah mempertegas kewajiban penggunaannya dengan menyebut buku paket sebagai buku wajib dan buku-buku yang diterbitkan oleh swasta sebagai buku paket sebagai buku penunjang. Pemakaian buku petunjang ternyata lebih luas dari buku paket. Hal ini di saamping disebabkan terbitnya buku paket yang sering terlambat juga karena buku penunjang lebih bervariasi dan menjanjikan kesesuaiaan dengan kurikulum. Apalagi didukung oleh sistem pemasaran penerbit swasta yang kebanyakan langsung ke sekolah

Dari beberapa penelitian yang dilakukan ternyata peranan buku teks sangat dominan. Pada umumnya guru melaksanakan pembelajaran mengikuti skenario sajian yang ada pada buku teks. Kenyataan ini tidak terlalu bermasalah sepanjang kesuaian buku teks yang dijanjikan oleh penerbit swasta benr-benar diwujudkan. Namun, penelitian lain yang dilakukan terhadap buku teks menunjukkan tingkat kesesuaiaan itu beragam. Ada kesesuaian yang lebih banyak pada tataran cakupan materi dan tata urutan penyajian, padahal kesesuaian mestinya juga pada aspek penerapan pendekatan pengajarn bahasa yang dianuit oleh kurikulum.

C. Perkembangan Kegiatan Belajar-Mengajar (Pembelajaran) Menurut Yazir Burhan (1978) pelaksanaan pengajaran bahaasa Indonesia dari tahun 1950 sampai dengan lahirnya Kurikulum 1975 sangat diwarnai oleh pandangan lingiustik tradisional yang ditandai oleh dominannya pengajaran tata bahasa. Urutan pelajaran yang tercantum dalam buku yang dipakai adalah : (1)membaca teks dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan bahan bacaan; (2) menyelesaikan kalimat; (3) mengisisi ( menyelesaikan kalimat dengan kata yang tepat; (4) tata bahasa; (5) ejaan; (6) membandingkan kalimat bahasa Indonesia dengan kalimat bahasa daerah; dan (7) mengarang. Dari urutan tersebut terlihat bahwa pandangan linguistik tradisional dan psikologi kognitif masih dominan. Berlakunya Kurikulum 1975 juga diikuti oleh penerapan desain pengajaran yakni Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Dalam sistem ini guru wajib menyusun satuan pengajaran yang mengacu pada kurikulum, sementara buku teks hanyalah sebagai salah satu sumber materi pengajaran. Akan tetapi karena keterbatasan guru, baik keterbatasan pemahaman maupun keterbatasan waktu (karena beban tugas yang banyak) satuan pelajaran lebih banyak dibuat untuk memenuhi persyaratan administratif. Sementara itu, pelaksanaan pelajaran lebih banyak mengikuti skenario buku teks. Namun, masih ada guru yang lebih kreatif dalam menyususun satuan pelajaran dengan mengacu pada kurikulum dan menyusun langkahlangkah pembelajaran sesuai dengan buku teks yang dipakai. Berlakunya Kurikulum 1984 dan diikuti dengan kurikulum 1994 tidak banyak membawa perubahan pada pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia. Pengajaran tata bahasa masih dominan. Kalaupun ada penambahan pokok bahasan pragmatik dan apresiasi sastra, pengajarannya bersifat teoritis. Pendekatan komunikatif yang mulai dikenalkan dalam kurikulum 1984 dan diperkuat dalam Kurikulum 1994 belum sepenuhnya diimplementasikan dalam pengajaran. Guru masih lebih banyak tampil sebagai penceramah, penyampai informasi dan pengoreksi kesalahan. Belum selarasnya ide kurikulum dengan implimentasinya disebabkan beberapa faktor. Satu di antara faktor yang dinilai paling dominan adalah sistem Ebtanas (evaluasi tahap akhir nasional) atau UN (ujian nasional) yang diberlakukan pemerintah sebagai persayaratan kelulusan. Dalam Ebtanas atau UN kemampuan dan penguasaan siswa terhadap target kurikulum diukur dengan tes standar secara nasional. Adapun bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif (short answer test) dengan jenis tes pilihan ganda (multiple choise). Dengan bentuk dan jenis tes semacam ini jelas bahwa kompetensi berbahasa (menyimak, berbicara, dan menulis) tidak dapat diukur secara komprehensif. Soal-soal yang berhubungan dengan aspek ini hanya mengukur pada tingkatan kognitif seperti ingatan dan pemahaman yang bersifat teoritis.. Hanya

kompetensi membaca yang dapat diukur dengan memadai. Selain itu, komposisi soal kebahasaan juga masih cukup dominan. Ebtanas atau UN sebenarnya hanyalah satu di antara tahapan dalam sistem penilaian hasil belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar dapat diterapkan penilaian baik melalui tes maupun nontes. Akan tetapi, karena penentuan kelulusan pada setiap jenjang satuan pendidikan ditentukan oleh nilai Ebtanas atau UN maka tidak mengherankan kalau kegiatan belajarmengajar yang dilaksanakan guru lebih terfokus pada penyiapan siswa untuk dapat menjawab soal-soal ujian daripada mengembangkan kompetensi berbahasa siswa sebagaimana yang dikehendaki oleh kurikulum Pemerintah sebenarnya bukan tidak menyadari hal itu. Akan tetapi, pertimbangan teknis (waktu, tenaga, biaya) menyebabkan pemerintah belum punya pilihan lain, sementara UN masih dipandang sebagai satu-satunya sarana untuk mengendalikan standar pendidikan. Untuk mengimbangi ketimpangan itu, sejak tahun 2003/2004 pemerintah telah menetapkan kriteria kelulusan yang tidak hanya bertumpu pada nilai UN saja tetapi juga nilai UAS (ujian akhir sekolah). Dalam UAS inilah peluang pengukur kompetensi berbahasa dapat dilakukan karena di samping ujian teori juga ada ujian praktik. Kemajuan lain yang dapat dicatat dalam pelaksanaan UN, khususnya tiga beberapa tahun terakhir ini (sejak 2006/2007) adalah dihapuskanya soal-soal ketatabahasaan. Soal-soal yang diujikan meskipun belum dapat mengukur kompetensi berbahasa secara komprehensif sekurang-kurangnya telah menekankan aspek pemahaman bahasa tulis (membaca) yang merupakan aspek yang penting dalam kompetensi berbahasa. Kebijakan ini sejalan dengan dihilangkannya topik kebahasaan (tata bahasa) dalam ruang lingkup pembelajaran bahasa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dengan perubahan ini diharapkan pada masa berikutnya, pembelajaran tata bahasa dan teori serta sejarah sastra yang selama ini mendominasi pembelajaran bahasa akan beralih kepada pembelajaran pemahaman dan penggunaan bahasa serta apresiasi terhadap karya sastra.

D. Tugas dan Pelatihan Buatlah rangkuman tentang Perkembangan pembelajaran bahasa Indonesia dilihat dari kurikulum yang pernah berlaku!

BAB III LANDASAN TEORITIS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam pemebelajaran bahasa Indonesia telah ditunjukkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomo 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar kompetensi ini merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Untuk mengimplimentasikan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan Standar Isi yang telah ditetapkan perlu dipahami benar pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang menjadi dasar perumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Oleh sebab itu, bahan ajar ini memuat uraian tentang pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang meliputi pendekatan komunikatif dan pendekatan integratif. Di samping itu, meskipun bukan spesifik untuk pembelajaran bahasa disertakan pula pendekatan kontekstual yang konsep serta pola urutan KBM-nya cocok untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Pemahaman yang utuh tentang pendekatan pembelajaran akan menjadi dasar dalam penentuan materi pokok dan penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, bahan ajar ini memuat juga kedua hal tersebut. A. Pendekatan Komunikatif Ancangan (pendekatan) Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang dianut oleh kurikulum di jenjang Pendidikan Dasar dan Menegah sejak Kurikulum 1994 sampai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pendekatan komunikatif. Dalam ancangan pembelajaran komunikatif, pembelajaran bertumpu pada pengembangan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sebagai alat ungkap pesan/makna untuk berbagai tujuan berbahasa. Artinya, tujuan pembelajaran bahasa adalah mengembangkan keterampilan berbahasa siswa daam hal membaca, mendengar, berbicara, dan menulis. Keterampilan itu merupakan wujud khas perilaku manusia yang bertumpu pada kebermaknaan. Implikasinya dalam pembelajaran bahasa adalah bahwa kebermaknaan merupakan persyaratan mendasar dalam pengembangan dan penyajian materi bahasa dan sastra Indonesia. 1. Ciri Pembelajaran Bahasa Komunikatif Pembelajaran mengarahkan siswa untuk menguasai bahasa dalam konteks komunikasi. Dengan demikian , pembelajaran bahasa Indonesia mengarah pada

kegiatan komunikasi nyata dan penugasan yang bermakna serta penggunaan bahasa yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran mencerminkan kebutuhan siswa, yakni keterampilan menggunakan bahasa secara bermakna, yang bersifat humanis (siswa yang aktif), yakni menempatkan siswa pada posisi aktif. Prinsip kebermaknaan (memberikan mamnfaat dlm hidupnya): disesuaikan dengan kebutuhan siswa untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis Prinsip keterpaduan materi Prinsip keberfungsian dalam pemilihan metode dan teknik pembelajaran Prinsip peformansi komunikatif, berupa kegiatan berbahasa, mengamati, berlatih, dan lain-lain Prinsip kebertautan (kontekstual) berkaitan dengan pemanfaatan media dan sumber pelajar. Prinsip penilaian yang menuntut sistem penilaian yang (a) mengukur kemahiran berbahasa secara menyeluruh dan terpadu, (b) mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa Indonesia secara tulis/lisan, baik produktif maupun reseptif, dan (c) mengarahkan kemampuan siswa dalam menghasilkan wacana lisan maupun tulisa

2. Aspek-aspek yang Berkaitan Erat dengan Pendekatan Komunikatif Untuk lebih memahami hakikat pendekatan komunikatif, berikut ini akan dibicarakan delapan aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif (David Nunan, 1989), dan untuk memudahkan anda dalam mempelajari materi ini, perhatikan tabel berikut: No. 1 Aspek yang Berkait Teori Bahasa Kebermaknaan dalam Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan komunikatif daripada cirri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yag perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah, sehingga proses belajar bahasa yang lebih efektif dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Karena kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi, maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan siswa

Teori Belajar

Tujuan

Silabus

Tipe kegiatan

Peranan guru

Peranan siswa

Peranan Materi

untuk berkomunikasi (kompetensi dan performansi komunikatif). Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran dan tujuan-tujuan yang dirumuskan dan materi-materi yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam pebelajaran bahas Indonesia dengan pendekatan komunikatif, pembelajar dipajankan pada situasi komunikasi yang nyata, seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna, atau kegiatan lain yang sifatnya riil. Dalam pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator proses komunikasi, partisipan tugas dan teks, penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar. Dalam pembelajaran ini, pembelajar (baca: siswa) berperan sebagai pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor, sehingga para siswa tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi juga bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaiannya. Dalam pembelajaran ini, materi harus disusun dan disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak berkomunikasi nyata.

3. Prosedur Penggunaan Pendekatan Komunikatif Finocchiaro dan Brumfit menawarkan garis besar prosedur pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif sebagai berikut. a. Penyajian Dialog Singkat Kegatan ini merupakan proses yang memungkinkan guru memberikan motivasi kepada siswanya, misalnya menghubungkan materi yang akan dibahas dengan kondisi yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan Kegiaan ini biasanya diawali dengan contoh oleh guru secara lisan, kemudian diikuti oleh siswa aik secra lisan mupun tulis. c. Penyajian Tanya-Jawab Kegiatan ini dapat dilakukan dalam dua tahap, yakni tanya jawab berdasarkan topik dan situasi dialog serta tanya jawab berdasarkan topik yang dkaitkan dengan pengalaman pribadi para siswa. d. Penelaahan dan Pengkajian Kegiatan ini dilakukan dengan mengajak para siswa untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam sebuah dialog. Setelah itu, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama.

e. Penarikan Simpulan

10

Kegiatan ini diharapkan mampu mengarahkan siswa untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa dalam sebuah dialog yang ditampilkan dalam pembelajaran tersebut.

f.

Aktivitas Interpretatif Kegiatan ini merupakan aktivitas yang mengarahkan siswa agar dapat menginterpretasikan beberapa dialog yang dilisankan.

g. Aktivitas Produksi Lisan Kegiatan ini merupakan kegiatan aktivitas produksi lisan yang dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai dengan aktivitas yang bebas. h. Pemberian Tugas Kegiatan ini merupakan kegiatan yang mengharuskan para siswa mengerjakan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah. i. Pelaksanaan Evaluasi Kegiatan ini merupakan evaluasi yang dilakukan secara lisan sehingga kompetensi penguasaan bahan secara komunikaif dapat diukur.

4. Keterpaduan dalam Pendekatan Komunikatif Kompetensi kumunikatif yang lebih menekankan penguasaan kemampuan berkomunikasi ini tidak berarti mengabaikan penguasaan gramatikanya. Hal ini disebabkan karena kompetensi komunikatif tidak akan terwujud tanpa adanya kompetensi kebahasaan. Kompetensi gramatika merupakan salah satu komponen esensial dari kompetensi komunikatif (Munby dalam Omagio, 1986). Kompetensi komunikatif melibatkan empat komponen esensial, yaitu: (1) kompetensi gramatika, (2) kompetensi wacana), (3) kompetensi sosiolinguistik, dan (4) kompetensi strategi (Canale dalam Omagio, 1986: 7). Kompetensi gramatika mengacu pada tingkat penguasaan kode-kode linguistik oleh pemakai bahasa. Termasuk dalam kode linguistik adalah pengetahuan tentang kosa kata, kaidah pengucapan, pembentukan kata, dan penyusunan kalimat (Omagio, 1986: 7). Sejalan dengan itu, Tarigan (1989: 43) mengemukakan bahwa kompetensi komunikatif merupakan suatu kompetensi yang erat hubungannya dengan penguasaan sandi bahasa, baik secara verbal maupun nonverbal. Tercakup di dalamnya kemampuan menggunakan kaidah, kosa kata, pembentukan kata, pembentukan kalimat, dan pola-pola fonologi suatu bahasa. Kompetensi gramatikal ini secara langsung memfokuskan arah pada pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memahami dan mengekspresikan secara tepat makna alamiah ucapan-ucapan itu. Kompetensi sosiolinguistik mengacu pada pemahaman dan penggunaan bentuk-bentuk gramatika sesuai dengan konteks untuk menangkap fungsi komunikatif tertentu, seperti membujuk, memberikan, menceritakan, dan memberi perintah (Omagio, 1986:7). Sejalan

11

dengan hal itu, Ganele dan Swain (1980) mengemukakan bahwa kompetensi sosiolinguistik mengacu pada kemampuan menggunakan bentuk-bentuk gramatika sesuai dengan berbagai konteks dan fungsi komunikasi, seperti mempersuasi, mendeskripsikan, menceritakan, member perintah, dan sebagainya. Kompetensi wacana mencakup kecakapan untuk menggabungkan makna yang mencakup kohesi dalam bentuk dan koherensi dalam pikiran, terutama dalam menulis (Omagio, 1986: 7). Sejalan dengan itu, Tarigan (1989: 51) mengemukakan bahwa kesatuan atau kepaduan suatu teks diperoleh melalui kohesi dalam bentuk dan koherensi dalam makna. Kohesi berkaitan dengan cara menghubungkan tuturan secara structural dan member kemudahan bagi interpretasi suatu teks. Sedagkan koherensi mengacu pada hubungan antara makna yang beraneka ragam dalam suatu teks. B. Pendekatan Integratif 1. Prinsip Dasar Pendekatan Integratif Di samping pendekatan komunikatif, kurikulum pemebelajaran bahasa Indonesia sejak Kurikulum 1994 sampai dengan KTS (seperti tercermin dalam Standar Isi) juga menggunakan pendekatan integratif (pendekatan terpadu). integrasi merupakan bagian dalam pembelajaran bahsa secara menyeluruh (whole language). Integrasi dalam hal ini diartikan sebagai pendekatan pembelajaran bahasa dan cara berpikir yang menghubungkan antaraspek keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis sebagai kesatuan bermakna (meaningful) dalam pengajaran. Dalam pembelajaran bahasa, sebenarnya konsep teoritis tentang pendekatan integratif ini bukanlah hal yang baru. Dalam teori pengajaran berbahasa, pendekatan integratif merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya dilakukan. Artinya merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar bahsa. Permasalahannya sebenarnya hanya terletak pada kadar pengintegrasian yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. Untuk itu integrasidapat terjadi dalam berbagai tingatan, dari tingkat yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Integrasi dalam pembelajaran bahasa sebenarnya mempunyai kandungan konsep yang lebih luas dan mendalam. Penyatuan unit-unit tema tidak hanya ke dalam satu konsep tema secara dangkal, tetapi lebih merupakan hubungan yang baik antaraspek atau disiplin secara menyeluruh, bermakna, dan alamiah. Secara konseptual tidak hanya pada adanyan hubungan antartema tetapi pentingnyan hubungan itu yang harus diperhatikan (Routman, 1991:277) Pendekatan integratif dalam pembelajaraan bahasa merupakan bagian dari pengajaran bahasa secara menyeluruh (whole languange), maka prinsip dasar pendekatan ini terkait erat dengan tesis-tesis atau asumsi-asumsi yang terdapat dalam whole langange. Goodman (1986:26-31) menyatakan bahwa pembelajaran secara whole languange ini didasari dengan empat pilar yakni teori belajara bahasa, teori linguistik, teori pengajaran dan peranan guru, serta teori kurikulum pengajaran bahasa. Sedangkan prinsip dasar yang melandasi pendekatan integratif ini dikemukakan oleh Pappas (1990:8) sebagai berikut : (1) siswa adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka aktif memberi makna terhadap semua fenomena, mereka secara terus-menerus memahami dunianya berdasarkan apa yang sudah mereka pelajari, berdasarkan apa yang sudah dibentuk dalam skemata siswa. 2. Model-model Pembelajaran Bahasa dengan Pendekatan Integratif

12

Pembelajaran bahasa secara integratif merupakan seperangkat wawasan dan aktivitas berpikir dalam merancang butir-butir pembelajaran yang diharapkan dapat menguntai tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh murid sebagai pembelajar secara padu dan utuh. Dalam pembelajaran secara integratif ini terdapat berbagai tahapan aktivitas yang harus dilakukan yakni perencanaa, pelaksanaa, dan evaluasi. Ketiga tahapan ini hendaknya dirancang dalam kerangka integrasi yang mangacu pada prinsip-prinsip yang telah diuraikan di atas. Realisasi pembelajaran bahasa secara integratif ini, juga dipengaruhi oleh pemilihan model rancangan pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan situasi atau lingkungan terjadinya kegiatan belajar mengajar tersebut. Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pandangan pembelajaran bahasa secara integratif disumuskan oleh Forgarty (1991) sebagai berikut. No 1 2 Model fragmented, connected, pemaduan yang hanya terbatas pada satu disiplin tertentu dilandasi anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk disiplin tertentu. Misalnya pembelajaran kosakata, membaca, mengarang diacukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan melalui sebuah pembelajaran. bentuk pemaduan yang disebabkan oleh ketumpangtindihan konsep dalam dua mata pelajaran atau lebih merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel model pemaduan yang bertolak dari pendekatan tematis dalam mengintegrasikan bahan pembelajaran model pemaduan bentuk keterampilan, misalnya keterampilan membuat prakiraan dikaitkan dengan pengujian hipotesis, estimasi matimatis dan sebagainya model pemaduan sejumlah topik pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu dirancang untuk membantu pembelajar dalam enyaring dan memadukan erbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya hingga membuahkan bentuk pengalaman dan pengetahuan baru merupakan pemaduan yang mengacu pada perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.

3 4 5 6 7

nested, shared squenced webbed threated

8 9

integrated immersed

10

networked

Model-model pembelajaran yang secara umum dikemukakan oleh Forgarty di atas, dapat digunakan oleh guru dengan efektif dan efisien bila guru dapat memilih dan memadukan sesuai dengan tujuan dan situasi pembelajaran. Baik terkait dengan tingkat perkembangan kognitif pembelajar, kebutuhan, maupun setting dan latar pembelajar.

13

Pembelaran terintegratif terkait dengan dua prinsip utama pembelajaran yang harus diperhatikan. Rigg (1991:526-527) mengemukakan kedua prinsip utama pembelajaran tersebut sebagai berikut. Pertama, pembelajaran yang berpusat pada makna (meaning centered) maksudnya pengalaman berbahasa pembeajar baik secara lisan maupun tulis harus bermakna atau bertujuan, fungsional, dan nyata atau realistik. Aktivitas, pemilihan materi, lawan tutur harus mengacu pada tujuan pembelajaran secara nyata. Kedua, pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) maksudnya pembelajaran diorientasikan dengan dan untuk pembelajar. Dalam pembelajaran siswa menjadi fokus utama dan pelaku pembelajaran. Pendekatan integratif, sebagai suatu pendekatan akan terealisasikan dalam tahapan pengajaran yakni perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi. Syafiie (1994) menyusun alternatif perencanaan pembelajran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan pada kurikulum 1994 sebagai berikut, (1) memilih tema yang tersedia dalam kurikulum dipakai sebagai isi informasi dan pengikat kegiatan pembelajaran bahasa, (2) mengidentifikasikan butir-butir pembelajaran dan merumuskan tujuan instruksional yang akan disajikan, (3) mengidentifikasikan kemampuan yang telah dimiliki pembelajar yang relevan dengan butir pembelajaran, (4) menganalisis instruksional yang berwujud tugas/pelatihan yng perlu dialami pembelajar, (5) mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur pencapaian hasil belajar, (6) mengembangkan bahan ajar, (7) Strategi instruksional, (8) merencanakan media relevan, praktis, menarik, dan ,e,permudah proses pembelajaran. Integrasi sebagai pendekatan pembelajaran bahasa akan terealisasi dalam tahapan pengajaran yakni perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, pendekatan integratif harus tercermin dalam rancangan pengajaran dan secara jelas tampak dalam rumusan tujuan khusus pengajaran, pemilihan dan pengembangan materi pengajaran, penentuan kegiatan belajar mengajar termasuk kelas bahasa, pemanfaatan media pengajaran dan sumber belajar, serta perencanaan penilaian. Tahap pelaksanaan merealisasikan komponen pembelajaran melalui aktivitas murid dan guru dalam pembelajaran. Sedangkan penilaian akan tampak pada bentuk dan strategi penilaian yang dilaksanakan serta alat yang digunakan dalam penilaian. Berkenaan dengan hal di atas dapat disimpulkan bahasa dalam pembelajaran bahasa terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan yakni tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengembanagn materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian. Komponen-komponen tersebut secara singkat diuraikan

C.

Pendekatan Kontekstual

Meskipun tidak diturunkan dari pandangan tentang hakikat bahasa dan belajar bahasa, pendekatan kontekstulal danpat diterapkan dalam pembelajaran bahasa karena prinsip-prinsip dasarnya dipandang relevan. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

14

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).

a. Konstruktivisme (constructivism) Filosofi konstruktivisme: pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuik itu, tugas guru adalah mempasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenga sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi merek sendiri dalam belajar. b. Menemukan (inquiry) Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri Siklus inkuiri: (1) observasi , (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4) pengumpulan data, dan (5) penyimpulan c. Bertanya (Questioning Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pada setiap aktivitas belajar, bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb. Masyarakat Belajar (Learning Community), Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melaui kerja sama dengan orang lain Masyarakat blajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi multi arah. Seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar memberikan informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

d.

e. Pemodelan (Modeling) Dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang ditiru, Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atrau didatangkan dari luar. f. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasi,l dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya

15

Pembelajaran ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempejajari sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir priode pembelajaran

g.

Refleksi (reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang apa-apa yang dudak dilakukan di masa lalu. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Dan, untuk melaksanakan hal itu tidak sulit! CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah berikut. 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya! 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik! 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya! 4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)! 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran! 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan! 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara! D. Tugas dan Pelatihan 1. Jelaskan ciri-ciri a. pendekatan komunikatif, b. pendekatan integratif, dan c. pendekatan kontekstual! 2. Meskipun memiliki konsep dan langkah-langkah penerapan tersendiri, pendendekatan komunikatif, pendekatan integratif, dan pendekatan kontekstual dapat diterapkan secara simultan. Jelaskan persinggungan ketiga pendekatan tersebut!

16

BAB IV STANDAR ISI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, yakni belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi lokal, regional, nasional, dan global yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasadepanan. Standar ini diarahkan agar peserta didik terbuka terhadap beraneka ragam informasi yang hadir di sekitar peserta didik dan dapat menyaring yang berguna, belajar menjadi diri sendiri, dan peserta didik menyadari akan eksistensi budayanya sehingga tidak melupakan lingkungannya. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: 1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya intelektual bangsa sendiri; 2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; 4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah; 5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; 6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. B. Tujuan Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

17

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Mendengarkan Berbicara Membaca Menulis.

Pada akhir pendidikan di SMA/MA, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsastra.

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Kelas VII, Semester 1

Standar Kompetensi Mendengarkan 1. Memahami wacana lisan melalui kegiatan

Kompetensi Dasar

1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam

18

Standar Kompetensi mendengarkan berita

Kompetensi Dasar beberapa kalimat 1.2 Menuliskan kembali berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat ke

Berbicara 2. Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman 2.1 Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif 2.2 Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana

Membaca 3. Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca 3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai 3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit 3.3 Membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat Menulis 4. Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi 4.1 Menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar 4.2 Menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa 4.3 Menulis teks pengumuman dengan bahasa yang efektif, baik dan benar

Mendengarkan 5. Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan 5.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan 5.2 Menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang

19

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Berbicara 6. Mengeskpresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat 6.2 Bercerita dengan alat peraga

Membaca 7. Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca 7.1 Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca

Menulis 8. Mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun 8.2 Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar

20

Kelas VII, Semester 2

Standar Kompetensi Mendengarkan 9. Memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara

Kompetensi Dasar

9.1 Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara 9.2 Menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara

Berbicara 10. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon 10.1 Menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

Membaca 11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai 11.1 Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani dari buku biografi yang dibaca secara intensif 11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca 11.3 Menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca

Menulis 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat 12.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung 12.2 Menulis pesan singkat sesuai dengan isi dengan menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun

21

Standar Kompetensi Mendengarkan 13. Memahami pembacaan puisi

Kompetensi Dasar

13.1 Menanggapi cara pembacaan puisi 13.2 Merefleksi isi puisi yang dibacakan

Berbicara 14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen 14.1 Menanggapi cara pembacaan cerpen 14.2 Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek) dengan realitas sosial

Membaca 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak 15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai dengan isi puisi 15.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan

Menulis 16. Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi 16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam 16.2 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami

22

Kelas VIII, Semester 1

Standar Kompetensi Mendengarkan 1. Memahami wacana lisan berbentuk laporan

Kompetensi Dasar

1.1 Menganalisis laporan 1.2 Menanggapi isi laporan

Berbicara 2. Mengungkap berbagai informasi melalui wawancara dan presentasi laporan 2.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara Menyampaikan laporan secara lisan dengan bahasa yang baik dan benar

Membaca 3. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai, membaca cepat 3.1 Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai Menemukan tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera pada denah Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit

Menulis 4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk 4.1 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar 4.2 Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan bahasa baku 4.3 Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif

23

Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Mengapresiasi pementasan drama

Kompetensi Dasar

5.1 Menanggapi unsur pementasan drama 5.2 Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama

Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran 6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa Bermain peran dengan cara improvisasi sesuai dengan kerangka naskah yang ditulis siswa

Membaca 7. Memahami teks drama dan novel remaja Menulis 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama 8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama 7.1 Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama 7.2 Membuat sinopsis novel remaja Indonesia

24

Kelas VIII, Semester 2

Standar Kompetensi Mendengarkan 9. Memahami isi berita dari radio/televisi

Kompetensi Dasar

9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi Mengemukakan kembali berita yang didengar/ ditonton melalui radio/televisi

Berbicara 10. Mengemukakan pikiran, persaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar, serta santun Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring 11.1 Menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif 11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi melalui membaca intensif 11.3 Membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas Menulis 12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster 12.1 Menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer 12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas 12.3 Menulis slogan/poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi, serta persuasif

25

Standar Kompetensi Mendengarkan 13. Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan

Kompetensi Dasar

13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan

Berbicara 14. Mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi 14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) 14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)

Membaca 15. Memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antologi puisi 15.1 Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) 15.2 Mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku antologi puisi

Menulis 16. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai 16.2 Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan

26

27

Kelas IX, Semester 1

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Mendengarkan 1. Memahami dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio


1.1 Menyimpulkan isi dialog interaktif beberapa narasumber pada tayangan televisi/siaran radio 1.2 Mengomentari pendapat narasumber dalam dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio

Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk komentar dan laporan Membaca 3. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca memindai 3.1 Membedakan antara fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar melalui kegiatan membaca intensif 3.2 Menemukan informasi yang diperlukan secara cepat dan tepat dari indeks buku melalui kegiatan membaca memindai Menulis 4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karangan 4.1 Menulis iklan baris dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas 4.2 Meresensi buku pengetahuan 4.3 Menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana 2.1 Mengkritik/memuji berbagai karya (seni atau produk) dengan bahasa yang lugas dan santun Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas

28

Standar Kompetensi Mendengarkan 5. Memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengarkan syair

Kompetensi Dasar

5.1 Menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan Menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan

Berbicara 6. Mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk yang lain 6.1 Menceritakan kembali secara lisan isi cerpen 6.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana/irama yang dibangun

Membaca 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen) 7.1 Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpencerpen dalam satu buku kumpulan cerpen Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpencerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

Menulis 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek 8.1 Menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerita pendek yang pernah dibaca Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

29

Kelas IX, Semester 2

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Mendengarkan 9. Memahami isi pidato/khotbah/ceramah


9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah yang didengar Memberi komentar tentang isi pidato/ceramah/khotbah

Berbicara 10. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato dan diskusi 10.1 Berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas Menerapkan prinsip-prinsip diskusi

Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca cepat 11.1 Menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku melalui kegiatan membaca ekstensif 11.2 Mengubah sajian grafik, tabel, atau bagan menjadi uraian melalui kegiatan membaca intensif 11.3 Menyimpulkan gagasan utama suatu teks dengan membaca cepat 200 kata per menit

Menulis 12. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca 12.1 Menulis karya ilmiah sederhana dengan menggunakan berbagai sumber 12.2 Menulis teks pidato/ceramah/ khotbah dengan sistematika dan bahasa yang efektif 12.3 Menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah

30

Standar Kompetensi Mendengarkan 13. Memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan kutipan/sinopsis novel

Kompetensi Dasar

13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan 13.2 Menjelaskan alur peristiwa dari suatu sinopsis novel yang dibacakan

Berbicara 14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan drama 14.1 Membahas pementasan drama yang ditulis siswa 14.2 Menilai mementasan drama yang dilakukan oleh siswa

Membaca 15. Memahami novel dari berbagai angkatan 15.1 Mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30 an 15.2 Membandingkan karakteristik novel angkatan 2030 an

Menulis 16. Menulis naskah drama 16.1 Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca 16.2 Menulis naskah drama berdasarkan peristiwa nyata

E. Arah Pengembangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

31

32

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas X, Semester 1

Standar Kompetensi
Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

Kompetensi Dasar

1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari media elektronik (berita dan nonberita) 1.2 Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/melalui rekaman

Berbicara 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita 2.1 Memperkenalkan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan intonasi yang tepat 2.2 Mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku) 2.3 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat Membaca 3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca 3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit) 3.2 Mengidentifikasi ide teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif

Menulis 4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif)
4.1 Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif 4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif 4.3 Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif

Mendengarkan 5. Memahami puisi yang


5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi

33

Standar Kompetensi disampaikan secara langsung/tidak langsung

Kompetensi Dasar
yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman

Berbicara 6. Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi


6.1 Mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerita pendek melalui kegiatan diskusi 6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi

Membaca 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen 7.1 Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang tepat 7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari

Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi 8.1 Menulis puisi lama dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima

Kelas X, Semester 2

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

34

Standar Kompetensi
Mendengarkan 9. Memahami informasi melalui tuturan

Kompetensi Dasar

9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan)

Berbicara 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik Memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik

Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai 11.1 Merangkum seluruh isi informasi teks buku ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai 11.2 Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

Menulis 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato
12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif 12.2 Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif 12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat 12.4 Menyusun teks pidato

Mendengarkan 13. Memahami cerita rakyat


13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh

35

Standar Kompetensi yang dituturkan

Kompetensi Dasar
cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman 13.2 Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman

Berbicara 14. Mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi


14.1 Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi 14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi Membaca 15. Memahami sastra Melayu klasik 15.1 Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu klasik 15.2 Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik

Menulis 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen 16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)
16.2 Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)

36

Kelas XI, Semester 1 Standar Kompetensi Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan wawancara Berbicara 2. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara 2.1 Menjelaskan secara lisan uraian topik tertentu dari hasil membaca (artikel atau buku) 2.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu 1.1 Menemukan pokok-pokok isi sambutan/ khotbah yang didengar 1.2 Merangkum isi pembicaraan dalam wawancara Kompetensi Dasar

Membaca 3. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring 3.1 Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif 3.2 Membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca yang baik

Menulis 4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk proposal, surat dagang, karangan ilmiah 4.1 Menulis proposal untuk berbagai keperluan 4.2 Menulis surat dagang dan surat kuasa 4.3 Melengkapi karya tulis dengan daftar pustaka dan catatan kaki

Mendengarkan 5. Memahami pementasan drama 5.1 Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama 5.2 Menganalisis pementasan drama berdasarkan teknik pementasan Berbicara 6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama 6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
6.2 Mengekpresikan perilaku dan dialog tokoh

37

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar
protogonis dan atau antagonis

Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan 7.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan

Menulis 8. Mengungkapkan infomasi melalui penulisan resensi 8.1 Mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi 8.2 Mengaplikasikan prinsip-prinsip penulisan resensi

Kelas XI, Semester 2 Standar Kompetensi Mendengarkan 9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar 9.1 Merangkum isi pembicaraan dalam suatu diskusi atau seminar 9.2 Mengomentari pendapat seseorang dalam suatu diskusi atau seminar Kompetensi Dasar

Berbicara 10. Menyampaikan laporan hasil penelitian dalam diskusi atau seminar 10.1 Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar 10.2 Mengomentari tanggapan orang lain terhadap presentasi hasil penelitian

38

Standar Kompetensi Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar

11.1 Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 300 kata per menit 11.2 Membedakan fakta dan opini pada editorial dengan membaca intensif

Menulis 12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah 12.1 Menulis rangkuman/ringkasan isi buku 12.2 Menulis notulen rapat sesuai dengan pola penulisannya 12.3 Menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan, dan penelitian

Mendengarkan 13. Memahami pembacaan cerpen 13.1 Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang dibacakan 13.2 Menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan

Berbicara 14. Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama 14.1 Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama 14.2 Menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama

Membaca 15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat 15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh 15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat

Menulis 16. Menulis naskah drama 16.1 Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama 16.2 Menarasikan pengalaman manusia dalam 39

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar bentuk adegan dan latar pada naskah drama

40

Kelas XII, Semester 1 Standar Kompetensi Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan 1.2 Mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberikan kritik dan saran Berbicara 2. Mengungkapkan gagasan, tanggapan, dan informasi dalam diskusi 2.1 Menyampaikan gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis dalam diskusi 2.2 Menyampaikan intisari buku nonfiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam diskusi Kompetensi Dasar

Membaca 3. Memahami artikel dan teks pidato 3.1 Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel melalui kegiatan membaca intensif 3.2 Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat Menulis 4. Mengungkapkan infomasi dalam bentuk surat dinas, laporan, resensi 4.1 Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur 4.2 Menulis surat dinas berdasarkan isi, bahasa, dan format yang baku 4.3 Menulis laporan diskusi dengan melampirkan notulen dan daftar hadir 4.4 Menulis resensi buku pengetahuan berdasarkan format baku

Mendengarkan 5. Memahami pembacaan novel Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan Menjelaskan unsur-unsur 41

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar intrinsik dari pembacaan penggalan novel

Berbicara 6. Mengungkapkan pendapat tentang pembacaan puisi 6.1 Menanggapi pembacaan puisi lama tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat 6.2 Mengomentari pembacaan puisi baru tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

Membaca 7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen 7.1 Membacakan puisi karya sendiri dengan lafal, intonasi, penghayatan dan ekspresi yang sesuai 7.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen Menulis 8. Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi dan cerpen 8.1 Menulis resensi buku kumpulan cerpen berdasarkan unsur-unsur resensi 8.2 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa, latar)

Kelas XII, Semester 2 Standar Kompetensi


Mendengarkan 9. Memahami informasi dari berbagai sumber yang disampaikan secara lisan

Kompetensi Dasar

9.1 Mengajukan saran perbaikan tentang informasi yang disampaikan secara langsung 9.2 Mengajukan saran perbaikan tentang informasi yang disampaikan melalui radio/televisi

Berbicara 10. Mengungkapkan informasi melalui presentasi program/proposal dan pidato tanpa teks

10.1 Mempresentasikan program kegiatan/proposal 10.2 Berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat

42

Standar Kompetensi
Membaca 11. Memahami ragam wacana tulis melalui kegiatan membaca cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar

11.1 Menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat 300-350 kata per menit 11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif

Menulis 12 Mengungkapkan pikiran, pendapat, dan informasi dalam penulisan karangan berpola

12.1 Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan deduktif dan induktif 12.2 Menulis esai berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan pembuka, isi, dan penutup

Mendengarkan 13 Memahami pembacaan teks drama

13.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama yang dididengar melalui pembacaan 13.2 Menyimpulkan isi drama melalui pembacaan teks drama

Berbicara 14 Mengungkapan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama 14.1 Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam 14.2 Menjelaskan keterkaitan gurindam dengan kehidupan sehari-hari

Membaca 15 Memahami buku kumpulan puisi kontemporer dan karya sastra yang dianggap penting pada tiap periode 15.1 Mengidentifikasi tema dan ciri-ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membaca buku kumpulan puisi komtemporer 15.2 Menemukan perbedaan karakteristik angkatan melalui membaca karya sastra yang dianggap penting pada setiap periode

Menulis 16 Mengungkapkan pendapat dalam bentuk kritik dan esai

16.1 Memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai 16.2 Menerapkan prinsip-prinsip penulisan kritik 43

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar dan esai untuk mengomentari karya sastra

E. Arah Pengembangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

BAB V PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Kurikulum

44

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut. 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 2. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan

45

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Pengembangan Silabus 1. Pengertian silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok; b. bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan c. bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan 2. Langkah-langkah Penyusunan Silabus a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu/tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; 1. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; 2. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. b. Mengidentifikasikan Materi Pokok/Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:

46

1. Potensi peserta didik; 2. Relevansi dengan karakteristik daerah, 3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; 4. Kebermanfaatan bagi peserta didik; 5. Struktur keilmuan; 6. Aktualitas, kedalaman; 7. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan ; dan 8. Alokasi waktu.

c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaiaan kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yangt bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk memcapai kompetensi dasar. 3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hirerarki konsep materi pembelajaran. 4. Rumusan perntataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman bekajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 5. d. Merumuskan Indikator Pencapaiaan Materi Indikator merupakan penanda pencapaiaan kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan prilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, dan dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. e. Penilaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator

47

Penilaian dilakukan dengan menggunakan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengamatan kinerja, pengukuran siakp, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. f. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiapkompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetendi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

g. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkunagan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber balajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Contoh Solabus: (terlampir):

C. Analisis Standar Isi/Landasan Konseptual Mengingat saat ini kurikulum dikembangkan pada tingkat satuan pendidikan maka telaah kurikulum tidak lagi dilakukan terhadap Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) sebagaimana yang berlaku dalam Kurikulum 1994 dan kurikulum sebelumnya. Telaah kurikulum diarahkan pada pengembangan silabus dengan mendasarkannya pada prinsip-prinsip pengembangan silabus dan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu perlu dipahami konsep keilmuan atau pengertian istilah-istilah yang terdapat dalam Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar. Berikut ini diuraikan contoh penjelasan konsep keilmuan atau peristilahan yang terdapat dalam Standar Kompetensi maupun Kompetensi dasar. Contoh ini diambil dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di kelas XII semester 1 SMA

Istilah dalam SK atau Pengertian atau Konsep Keilmuan KD 1.1 Membedakan - Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar anatara fakta dan opini dan bisa dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat dari berbagai laporan atau penilaian orang atas sesuatu. Dalam kode etik jurnalistik, pasal 3 ayat (30) dijelaskan antara lain, di dalam

48

menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampuradukkan yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran berita-berita yang diputarbalikkan atau dibubuhi secara tidak wajar. Pendapat juga disebut opini atau dikenal dengan istilah public opinion atau pendapat umum dan general opinion atau anggapan umum. Opini merupakan persatuan (sintesis) pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat berubah; dan timbul melalui diskusi sosial. Gagasan adalah buah pikiran/ide yang dikemukakan seseorang tentang suatu topik (dalam diskusi) Tanggapan adalah respon yang diberikan terhadap gagasan/pendapat yang dikemukakan seseorang (dalam diskusi) setelah melakukan analisis terhadap gagasan tersebut Alasan logis adalah dasar-dasar yang dipakai untuk mendukung suatu gagasan ataupun tanggapan yang dapat diterima oleh akal sehat (alur pikir tertentu). Ide pokok adalah gagasan utama yang terkandung di dalam suatu komposisi (paragraf, artikel) Artikel adalah sebuah karangan faktual (nonfiksi) tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat di surat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, dan menawarkan pemecahan suatu an. Artikel sering dijumpai dalam surat kabar, majalah, dan jurnal. Artikel merupakan salah satu bentuk karangan yang berisi opini penulis. Artikel umumnya mengandung gagasan yang baru dan penting untuk diketahui karena isinya sesuai dengan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu membaca artikel untuk menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan di berbagai bidang. Membaca intensif adalah membaca dengan sungguhsungguh, teliti, dan mendalam. Hal ini dilakukan antara lain untuk menemukan ide pokok. Aktivitas yang dilakukan adalah dengan memilah gagasan utama dan gagasan pendukung Diskusi bertujuan untuk memperoleh kesimpulan yang dapat disumbangkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan sumbangan pemikiran. Laporan kegiatan diskusi disampaikan dalam bentuk tertulis agar lebih jelas, lengkap, koherensif. Pihak yang membuat laporan diskusi adalah panitia penyelenggara/pelaksana, sedangkan laporan ditujukan atau

2.1 Menyampaikan gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis dalam diskusi -

3.1 Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel melalui kegiatan membaca intensif

4.4 Menulis laporan diskusi dengan melampirkan notulen dan daftar hadir format baku

49

diserahkan kepada pihak yang membawakan panitia. Oleh pihak yang menerima laporan, hasil-hasil diskusi dapat ditindaklanjuti dengan cara memublikasikannya kepada khalayak umum. Notulen merupakan catatan singkat mengenai jalannya persidangan (rapat) ataupun diskusi serta hal-hal yang dibicarakan dan diputuskan. Notulen tidak memiliki format yang standar. Hal ini tergantung pada kesepakatan organisasi yang menyelenggarakan acara notulen tersebut.

Pemahaman terhadap pengertian dan konsep keilmuan yang tercantum dalam SK dan KD akan mendasari penentuan materi pokok dan uraian materi pokok. Adapun prinsip yang perlu diperhatikan adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian anatara materi pokok dengan KD yang ingin dicapai, b) prinsip konsistensi, yaitu keajegan antara materi pokok dengan SK dan KD, c) prinsip edukasi, yaitu adanya kecukupan materi yang diberikan untuk mencapai KD yang ditentukan Sejalan dengan prinsip desentralisasi kurikulum maka sekolah berkewajiban mengembangkan kurikulum dan perangkan pembelajarannya yang meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Pembelajaran, dan LKS.

D. Tugas dan Pelatihan 1. Berdasarkan model analisis standar isi di atas, buatlah analsis standar isi untuk Kelas VII, VIII, dan IX SMP! 2. Berdasarkan model silabus dari BNSB, susunlah silabus untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP!

BAB VI TELAAH BUKU TEKS MATA PELAJARAN

50

BAHASA INDONESIA

A. Latar Belakang Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi guru-guru di semua jenjang pendidikan persekolahan menjelang diberlakukannya kurikulum baru (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang menurut rencana akan dimulai tahun pelajaran 2004/2005 adalah memilih buku pegangan baik untuk guru maupun untuk siswa. Persoalan itu muncul karena Departemen Pendidikan Nasional sebagai institusi yang meluncurkan kurikulum baru ini tidak menyertainya dengan buku teks untuk setiap mata pelajaran. Hal itu, selain untuk memberi peluang kepada guru (sekolah) untuk mengembangkan bahan ajar (buku teks) yang sesuai dengan kondisi sekolah juga bersangkut paut dengan keterbatasan anggaran untuk bidang ini. Adanya kerumpangan dalam penyediaan perangkat pembelajaran oleh pemerintah sebagaimana disebutkan di atas telah dimanfaatkan oleh para penerbit swasta yang berlombalomba menerbitkan buku-buku pelajaran untuk berbagai jenjang sekolah. Kenyataan seperti itu tidak hanya terjadi menjelang berlakunya Kurikulum Berbasis Kompetensi, tetapi juga sudah berlangsung sejak kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kondisi semacam itu pada tingkat tertentu sangat membantu para guru dalam memenuhi kebutuhan akan bahan ajar yang sangat fital itu. Akan tetapi bila berbicara tentang kualitas buku-buku itu akan timbul beberapa permasalahan. Meskipun semua buku pelajaran yang diterbitkan oleh penerbit swasta itu selalu diberi label sesuai dengan Kurikulum yang berlaku, tingkat kesesuaiannya masih dipertanyakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumardi (2000) untuk kasus Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD, dari sejumlah buku yang dijadikan sampel disimpulkan bahwa buku-buku tersebut belum memenuhi standar mutu baik ditinjau dari acuan kurikulum maupun acuan keilmuan. Penelitian yang dilakukan oleh Abdussamad (2002) yang mengambil sampel Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMU menyimpulkan bahwa tingkat kesesuaian buku-buku tersebut beragam baik dilihat dari aspek cakupan maupun sajiannnya. Tidak adanya standar mutu buku-buku pelajaran yang beredar tentu akan menyulitkan guru untuk memilih buku pelajaran terutama bagi mereka yang sadar akan pentingnya makna mutu buku pelajaran. Padahal sejauh buku teks digunakan dalam proses belajar-mengajar, skenario pembelajaran umumnya mengikuti skenario buku teks (Suparno, 1998). Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa mutu proses belajar-mengajar sangat bergantung pada kualitas buku teks yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas, para guru perlu memiliki wawasan tentang fungsi dan kedudukan buku teks serta strategi pemilihan buku pelajaran. Sehubungan dengan itu uraian berikut ini akan memuat secara garis besar strategi untuk menilai dan memilih buku-buku pelajaran yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Dengan uraian ini diharapkan mahasiswa Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Tanjungpura yang mengikuti mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks dapat menjadikannya sebagai salah satu sumber rujukan.. Untuk memenuhu tujuan itu, berturut-turut akan diuraian (1) kedudukan dan fungsi buku pelajaran, (2) Kriteria kualitas buku pelajaran yang terdiri atas, rancangan organisasi, kesesuaian dengan kurikulum serta bahasa yang digunakan dan (3) penutup.

51

B. Kedudukan dan Fungsi Buku Teks Terminologi buku pelajaran atau yang lazim dikenal dengan buku teks menurut Cunningsworth (dalam Sumardi, 2000) terdiri atas buku siswa, buku guru, dan buku kerja. Buku siswa adalah buku yang digunakan oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Buku guru adalah buku yang memuat petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan buku siswa. Buku kerja adalah buku yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas atau latihan dalam pelaksanaan KBM. Mengacu pada terminologi yang dikemukakan oleh Conningsworth maka bila dilihat dari pengelolaan buku pelajaran yang dikenal dalam dunia persekolahan dapat dikelompokkan dalam dua versi. Untuk buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah pada saat berlakunya Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, dan Kurikulum 1994, di samping ada buku siswa juga ada buku petunjuk bagi guru yang berfungsi sebagai panduan dalam mengoperasionalkan buku dimaksud. Buku kerja memang belum pernah diterbitkan menyertai buku siswa. Tetapi sejak Kurikulum 1994 mulai dikenal Lembar Kerja Siswa (LKS) yang fungsinya mirip dengan buku kerja siswa. Perbedaannya adalah, bila buku kerja siswa secara langsung berisi lembar-lembar untuk mengerjakan soal-soal/pelatihan yang disebutkan dalam Buku Siswa, LKS yang mulai dikenal pada era ini memuat skenario pembelajaran yang harus dilakukan siswa dan sekaligus tersedia ruang untuk menuliskan jawaban siswa. Untuk buku-buku pelajaran yang diterbitkan oleh penerbit swasta, sejauh yang penulis ketahui tidak dilakukan pemisahan rancangan buku pelajaran sebagaimana disebutkan di atas. Buku-buku pelajaran itu lazim disebut buku pelajaran saja. Hanya saja formatnya berbedabeda. Ada buku pelajaran yang berupaya menggabungkan ketiga konsep buku pelajaran tersebut ke dalam satu buku. Artinya buku tersebut di samping dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam pelaksanaan KBM juga dapat digunakan oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan guru maupun dalam rangka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Ciri lain yang menandai buku pelajaran tipe ini adalah disediakannya ruang untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal atau pelatihan. Hanya saja ruang yang disediakan itu tidak memadai untuk mengerjakan soal-soal atau pelatihan yang dicantumkan. Oleh karena itu ruang semacam ini pada kenyataannya tidak pernah dimanfaatkan. Dengan demikian, rancangan buku pelajaran semacam ini tidak efisien karena membuat buku menjadi semakin tebal dengan ruang-ruang yang tidak dimanfaatkan itu.. Conningsworth (sebagaimana dikutip oleh Sumardi, 2000) menyebutkan tujuh fungsi buku pelajaran (bahasa) sebagai berikut: Sumber bahan yang disajikan untuk pelatihan bahasa lisan dan tulis. Sumber kegiatan siswa dalam latihan berkomunikasi. Sumber acuan siswa untuk belajar tata bahasa, kosa kata, lafal, dan sebagainya Sumber gagasan dan dorongan kegiatan-kegiatan belajar mengajar di kelas. Perwujudan silabus yang di dalamnya tujuan-tujuan pelajaran telah digariskan. Sumber belajar dan tugas mandiri. Bantuan bagi guru yang kurang berpengalaman untuk mengembangkan kepercayaan diri. Meskipun fungsi buku pelajaran yang dicantumkan di atas lebih ditekankan pada fungsi buku pelajaran bahasa tetapi secara umum juga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

52

C. Kriteria Kualitas Buku Teks 1. Rancangan dan Organisasi Dilihat dari segi kepraktisan, buku teks yang baik adalah buku yang dirancang tunggal, artinya buku itu dapat memenuhi fungsinya untuk kepentingan guru maupun siswa. Dari sisi kepentingan guru buku itu harus dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Bantuan kepada guru tercermin dari informasi yang menunjukkan apa yang harus dilakukan guru terkait dengan perintah yang diberikan kepada siswa. Jadi, informasi ini lebih banyak bersifat tersirat. Dari sisisi kepentingan siswa buku tersebut berisi uraian dan tugas-tugas yang dapat memandu siswa untuk mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru maupun untuk kepentingan belajar secara mandiri. Dari segi pengorganisasian buku teks yang baik harus memperlihatkan urutan penyajian yang selaras dan serasi dengan tingkat kematangan atau proses kognitif siswa. Farida Dubin dan Elite Olhtain mengemukakan bahwa pengorganisasian isi buku pelajaran harus juga mempertimbangkan gradasi tingkat kesulitan dan perkembangan rangkaiannya. Gradasi dan perkembangan itu harus dilihat dari sisi kematangan dan kemampuan siswa (1992). Dalam hal pengorganisasian, buku pelajaran yang selama ini beredar umumnya mengikuti begitu saja tata urutan yang ada dalam kurikulum. Itulah yang biasanya dijadikan dasar oleh sebagian besar guru dalam melihat kesesuaian buku itu dengan kurikulum. Padahal, butir-butir pembelajaran atau kompetensi yang dicantumkan dalam kurikulum tidak menunjukkan tata urutan yang baku (baca rambu-rambu dalam kurikulum). Penyusun buku pelajaran harus menata tata urutan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip umum dalam penyajian materi yakni dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari dari yang konkrit ke yang abstrak dan sebagainya. Di samping itu juga mempertimbangkan kesinambungan dan kebermaknaan materi bagi pengembangan pembelajaran siswa. 2. Kesesuaian dengan Kurikulum Dilihat dari fungsinya sebagai perangkat pembelajaran dalam merealisasikan kurikulum yang berlaku maka buku pelajaran yang berkualitas harus memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan kurikulum. Kesuaiaan itu pertama-tama dilihat dari cakupan materinya. Artinya, semua materi (kompetensi) yang digariskan dalam kurikulum memang telah dijabarkan secara memadai dalam buku pelajaran itu. Aspek lain yang penting untuk melihat kesesuaiaan ini adalah pendekatan yang dipakai dalam penyajian materi. Dalam hubungan ini harus dilihat, apakah penyajian materi telah benar-benar sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum. Sebagai contoh, pembelajaran bahasa Indonesia sejak Kurikulum 1994 hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KRSP) menggunakan pendekatan komunikatif dan pendekatan integratif. Berdasarkan pendekatan itu maka materi pembelajaran yang disajikan harus berupa kegiatan yang mendorong siswa menggunakan bahasa untuk kepentingan komunikasi. Demikian juga bila dilihat dari pendekatan integratif, pembelajaran aspek keterampilan berbahasa dan pembelajaran kebahasaan dilakukan secara terpadu. Apabila penyajian materi dalam buku pelajaran bahasa mengarah pada prinsip-prinsip komunikatif dan integratif, barulah dapat dikatakan buku itu sesuai dengan kurikulum. Sebaliknya, bila penyajian materi tidak mencerminkan langkah-langkaqh pembelajaran yang menjadi ciri pendekatan yang disyaratkan maka tingkat kesesuaiannya buku itu dengan kurikulum dinilai rendah.

53

3.

Bahasa yang Digunakan

Kualitas buku pelajaran dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Britton (1982) menyatakan bahwa salah satu karakteristik buku teks adalah kesesuaiannya dengan kemampuan proses kognetif siswa, yaitu dengan mempertimbangkan aspek semantik dan struktur bahasa penyajiannya. Karakteristik ini menekankan pentingnya aspek bahasa yang digunakan dalam buku teks itu. Pertimbangan aspek bahasa ini penting mengingat pada kenyataannya bahasa itu adalah media yang dipakai oleh penulis buku dalam menyajikan materi. Sebagus apapun idenya atau selengkap apapun fakta yang disajikan tidak akan dapat dipahami oleh siswa bila tidak disajikan dengan bahasa yang komunikatif. Berkenaan dengan pemakaian bahasa ini ada empat aspek yang akan mempengaruhi tingkat keterbacaan buku teks. Keempat aspek itu adalah (1)penggunaan ejaan yang baku, dalam hal ini sesuai dengan Pedoman Ejaan yang Disempurnakan, (2) ketepatan diksi ( pilihan kata), (3) keefektifan kalimat, dan (4) komposisi yang padu; yang ditandai dengan kesatuan gagasan dan pertautan antar bagian yang membangun wacan. Di samping itu, ada tiga ide utama yang terkait dengan keterbacaan, yakni: (1) kemudahan membaca; berhubungan dengan bentuk tulisan atau tifografi, ukuran huruf, dan lebar spasi dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek grafika, (2) kemenarikan; berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan keindahan gaya tulisan yang berkaitan dengan aspek penyajian materi, dan (3) kesesuaiaan; berhubungan dengan kata dan kalimat, panjang pendek, frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf. Apikasi dari penerapan kaidah bahasa tersebut diwujudkan dengan mempertimbangkan tingkat kematangan atau kemampuan berpikir siswa. Untuk siswa sekolah dasar khususnya kelas-kelas rendah struktur kalimatnyanya harus sederhana . Dari segi diksi, kata-kata yang dipilih adalah kata-kata konkrit dan dekat dengan pengalaman anak. Demikian seterusnya sehingga tingkat kesulitan teks sesuai dengan perkembangan kemampuan berbahasa anak. Untuk buku-buku teks nonbahasa disarankan agar struktur kalimat yang dipakai tidak melampaui struktur kalimat yang dipakai dalam buku pelajaran bahasa Indonesia.

D. Prinsip Pengembangan Materi Pembelajaran dalam Buku Teks 1. Prinsip Kebermaknaan: disesuaikan dengan kebutuhan siswa, bertumpu pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi pada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis. 2. Prinsip Keotentikan bahan dan materi pelatihan berbahasa: dipilih teks/ wacana tulis/lisan yang banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk: mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya, menekankan fungsi komunikatif bahasa, memenuhi kebutuhan berbahasa siswa. Bahan berisi petunjuk/pelatihan/tugas yang memanfaatkan media cetak atu elektronik seoptimal mungkin; didasarkan atas hasil analisis kebutuhan berbahasa siswa; sedapat mungkin bersifat otentik; mengandung pemakaian unsur bahasa yang bersifat selektif dan fungsional; serta mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal 3. Prinsip keterpaduan materi

54

4. Prinsip keberfungsian dalam pemilihan metode dan teknik pembelajaran 5. Prinsip peformansi komunikatif, berupa kegiatan berbahasa, mengamati, berlatih, dan lain-lain 6. Prinsip kebertautan (kontekstual) berkaitan dengan pemanfaatan media dan sumber pelajar. 7. Prinsip penilaian yang menuntut sistem penilaian yang (a) mengukur kemahiran berbahasa secara menyeluruh dan terpadu, (b) mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa Indonesia secara tulis/lisan, baik produktif maupun reseptif, dan (c) mengarahkan kemampuan siswa dalam menghasilkan wacana lisan maupun tulisa E. Tugas dan Pelatihan Pilih satu buku teks pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP atau SMA kemudian analisislah materi pembelajaran yang ada di dalamnya meliputi: 1. cakupan materi pembelajaran dihubungakan dengan standar isi (SK dan KD) dalam setiap semester, 2. sajian materi pembelajaran dihubungkan dengan prinsip pengembangan materi (pendekatan pembelajaran yang dianut oleh pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan standar isi) 3. keterbacaan dilihat dari pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.

BAB VII PENUTUP

Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi

55

serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Oleh sebab itu, kurikulum ini disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan kurikulum ini, di samping harus memenuhi prinsip-prinsip yang telah digariskan juga disesuaikan dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Terkait dengan hal di atas, telaah kurikulum dikembangkan ke arah pemahaman standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia dan pengembangan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan arah semacam ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan silabus sebagai salah satu elemen kompetensi profesional yang harus dimiliki mahasiswa sebagai calon guru. Sampai saat ini buku pelajaran masih menempati kedudukan yang penting sebagai sumber belajar siswa bahkan juga sebagai acuan utama sebagai besar guru dalam melaksanakan KBM. Mengingat tidak adanya buku pelajaran yang telah dinyatakan memenuhi standar mutu maka guru-guru harus melakukan pengkajian sebelum memutuskan untuk menggunakan buku pelajaran yang ditawarkan oleh penerbit swasta. Langkah ini perlu dilakukan agar buku pelajaran yang dipilih dapat berfungsi secara optimal bagi siswa dan guru. Paling tidak ada tiga strategi yang dapat dipakai untuk menakar kualitas buku pelajaran yang ditawarkan berbagai penerbit. Ketiga strategi tersebut adalah (1) rancangan dan pengorganisasian, (2) kesesuaiannya dengan kurikulum, dan (3) bahasa yang digunakan. Dari segi rancangan buku pelajaran yang baik harus prakitis, artinya di samping dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri juga dapat digunakan guru sebagai panduan dalam melaksanakan KBM. Dari segi pengorganisasian, buku pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kematangan kognitif (kemampuan berpikir) siswa sehingga tata ururan penyajian harus diolah sedemikian rupa dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip umum pembelajaran. Menyangkut kesesuaiaan dengan kurikulum haruslah dilihat dari cakupan materi dan pendekatan yang digunakan dalam penyajian isi buku. Kedua hal inilah sebenarnya yang menjadi tolok ukur utama untuk menilai kesesuaian buku pelajaran dengan kurikulum yang berlaku. Buku pelajaran harus memuat semua materi (kompetensi) yang disyaratkan dalam kurikulum. Kesesuaian pendekatan penyajian materi dengan pendekatan yang dipakai dalam kurikulum harus dilihat dari skenario (langkah-langkah pembelajaran) yang ditawarkan untuk mencapai tujuan (kompetensi) yang ingin dicapai. Dengan demikian, kesesuaiaan buku pelajaran dengan kurikulum hendaknya tidak semata-mata dilihat dari label yang dicantumkan pada sampul buku pelajaran. Dari segi bahasa yang diapakai, buku pelajaran harus menggunakan bahasa yang komunikatif. Hal itu berarti bahwa buku pelajaran harus menggunakan struktur kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat dan sesuai, penerapan kaidah ejaan, dan penataan dalam komposisi yang padu. Untuk struktur kalimat pilihan kata, dan komposisi harus disesuaikan dengan tingkat kematangan bahasa siswa. DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad. 2002. Kualitas Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMU Kajian Cakupan dan Sajian Bahan Ajar Menulis). Tesis . Universitas Negeri Semarang.

56

---- . 2007. Perkembangan Pembelajaran bahasa Indonesia: antara Kurikulum dan Implimentasinya. Makalah. Seminar di Universitas Berunai Darussalam. ---- 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Peluang yang Ditawarkan dan Tantangan Penerapannya di Kalimantan Barat. Makalah Seminar Pendidikan, Mei 2004 Himbasi FKIP Untan Britton,B.K., et.al. 1982. The effects of text structuren on use cognetive capacity during reading. Jurnal of educational psycology, 75(1): 51-56. Burhan, Jazir.1978. Perkembangan Pengajaran Bahasa Indonesia. Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun IV Nomr 4 1978. Depdikbud. 1983. Kurikulum 1984: GBPP mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Depdikbud. ---- 1995. Kurikulum SMU: GBPP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas I, II, dan III. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdikbud. Dubin, Farida dan Elite Olhtain. 1992. Course Design: Developing Programs and Materials for Language Learning. cet. Ke-6.Cambridge: Cambridge University Press, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Sumardi. 2000. Panduan Penelitian, Pemilihan, dan Penggunaan Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Grasindo Suparno. 1998. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah. Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII. Jakarta: Depdikbud.

LAMPIRAN

SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN

57

Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester Standar Kompetensi

: : Bahasa Indonesia : XII :1 : Berbicara

PONTIANAK

2. Mengungkapkan gagasan, tanggapan, dan informasi dalam diskusi

Kompetensi Dasar 2.1 Menyampaikan gagasan dan tanggapan dengan alas an yang logis dalam diskusi

Materi Pembelajaran Percakapan dalam seminar atau gelar wicara (talk show) Ungkapan persetujuan atau penolakan

Kegiatan Pembelajaran Melaksanakan diskusi Mencatat siapa yang berbicara dan apa pokok yang dibicarakan. Mengajukan pertanyaan atau tanggapab dengan menggunakan alasan yang logis. Mengemukakan persetujuan atau penolakan pendapat dalam diskusi dengan alas an yang logis. Mengajukan argumentasi yang dapat mendukung atau menentang pendapat pembicara.

Indikator Mengajukan pertanyaan atau tanggapan dengan menggunakan alasan yang logis. Mengemukakan persetujuan atau penolakan dengan alasan yang logis Mengajukan pertanyaan dan atau persetujuan dengan menggunakan kata sambung dalam kalimat Mengajukan argumentasi yang dapat mendukung atau menentang pendapat pembicara

Penilaian Jenis Tagihan: Praktik Tugas individu Tugas kelompok

Bentuk Instrumen: Performansi Format pengamatan

58

2.2 Menyampaikan intisari buku nonfiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam diskusi

Buku nonfiksi Intisari buku Penggunaan kalimat yang efektif dalam diskusi Hal-hal yang menarik dalam buku Memberikan komentar

Membaca buku nonfiksi* Menulis intisari buku Menyampaikan intisari buku nonfiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif Memberikan komentar terhadap isi penyampaian teman

Mencatat hal-hal yang menarik atau yang mengagumkan dalam isi buku nonfiksi Menyampaikan halhal yang menarik atau yang mengagumkan tentang tokoh Memberikan komentar terhadap isi penyampaian teman

Jenis Tagihan: Tugas individu

Bentuk Instrumen: Performansi Format pengamatan

SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas : : Bahasa Indonesia : XII PONTIANAK

59

Semester Standar Kompetensi

:1 : Membaca 3. Memahami artikel dan teks pidato

Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel melalui kegiatan membaca intensif

Materi Pembelajaran Artikel ilmiah media cetak atau elektronik (internet) Ide pokok Masalah dalam artikel Rangkuman artikel

Kegiatan Pembelajaran Membaca artikel M enemukan ide pokok tiap paragraf Merangkun isi seluruh artikel Mencari permasalahan dalam artikel Membahas ide pokok dan rangkuman isi artikel yang telah dibuat Menandai bagianbagian informasi penting dan bagian informasi pendukung Membacakan teks pidato dengan pemakaian intonasi dan ekspresi Menanggapi pembacaan teks pidato yang dilakukan teman

Indikator Menemukan ide pokok tiap paragraf Menemukan kalimat pendukung ide pokok Menemukan masalah dalam artikel Membahas ide pokok dan rangkuman isi artikel yang telah dibuat

Penilaian Jenis Tagihan: Tugas individu

Tugas kelompk ulangan

Bentuk Instrumen: uraian bebas

3.2 Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat

Naskah Pidato Cara membacakan naskah pidato Cara menanggapi pembacaan teks pidato

Menandai bagianbagian yang merupakan informasi penting Menandai bagianbagian yang merupakan informasi pendukung Membacakan teks pidato dengan intonasi dan ekspresi yang tepat Menanggapi pembacaan teks pidato

Jenis Tagihan: Tugas individu

Bentuk Instrumen: Performansi Format pengamatan Pilihan ganda Uraian bebas

SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN

Nama Sekolah Mata Pelajaran

: : Bahasa Indonesia

PONTIANAK

60

Kelas Semester Standar Kompetensi

: XII :1 : Menulis 4. Mengungkapkan informasi dalam bentuk surat dinas, laporan, resensi

Kompetensi Dasar 4.1 Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur

Materi Pembelajaran Contoh surat lamaran Unsur-unsur surat lamaran pekerjaan Struktur surat lamaran pekerjaan Penggunaan bahasa dalam surat lamaran pekerjaan Penggunaan EYD dalam penulisan surat lamaran pekerjaan

Kegiatan Pembelajaran Membaca contoh surat lamaran pekerjan berdasarkan iklan atau inisiatif sendiri Mengidentifikasi unsur-unsur dalam surat lamaran pekerjaan Mendiskusikan unsurunsur surat lamaran Menyusun surat lamaran pekerjaan berdasarkan iklan atau inisiatif sendiri Memperbaiki surat dari segi struktur, diksi, kejelasan kalimat, penggunaan EYD

Indikator Mengidentifikasi unsur-unsur dalam surat lamaran pekerjaan Menyusun surat lamaran pekerjaan Memperbaiki surat dari segi struktur, diksi, kejelasan kalimat, dan penggunaan EYD

Penilaian Jenis Tagihan: Praktik Tugas individu Ulangan

Bentuk Instrumen: Uraian bebas

Kompetensi Dasar 4.2 Menulis surat

Materi Pembelajaran Contoh surat dinas

Kegiatan Pembelajaran Membaca contoh

Indikator Mengidentifikasi

Penilaian Jenis Tagihan:

61

dinas berdasarkan isi, bahasa, dan format yang baku

Unsur-unsur surat dinas Struktur surat dinas Penggunaan bahasa dalam surat dinas Penggunaan EYD dalam penulisan surat lamaran pekerjaan

surat dinas Mengidentifikasi struktur surat dinas (undangan rapat) Menentukan komponen-komponen surat undangan rapat Menulis surat undangan rapat kedinasan Menyunting surat undangan rapat dengan memperhatikan penggunaan EYD, diksi, dan bahasa Membaca contoh laporan diskusi Mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam laporan hasil diskusi Menyusun laporan hasil diskusi (kelas atau seminar) Melengkapi laporan dengan lampiran (notulen, dan daftar hadir peserta) Mendiskusikan laporan diskusi

struktur surat dinas Menentukan komponenkomponen surat undangan rapat Menulis surat undangna rapat Menyunting surat undangan dengan memperhatikan penggunaan EYD, diksi, dan bahasa

Tugas individu

Bentuk Instrumen: uraian bebas

4.3 Menulis laporan diskusi dengan melampirkan notulen dan daftar hadir

Contoh laporan diskusi unsur-unsur laporan diskusi

Mengidentifikasi unsur-unsur laporan hasil diskusi Menyusun laporan hasil diskusi (kelas atau seminar) Melengkapi laporan dengan lampiran

Jenis Tagihan: Tugas individu

Bentuk Instrumen: Performansi Format pengamatan Pilihan ganda Uraian bebas

62

Kompetensi Dasar 4.4 Menulis resensi buku pengetahuan berdasarkan format baku

Materi Pembelajaran Resensi buku pengetahuan Unsur-unsur resensi antara lain: 1. Identitas buku 2. Isi yang penting/ menarik 3. Bahasa pengarang 4. Keunggulan 5. Kelemahan 6. Kesimpulan

Kegiatan Pembelajaran Membaca buku (yang dimiliki sekolah atau siswa itu sendiri) yang akan diresensi dan menulis intinya (di rumah) Menulis resensi buku dengan memoerhatikan kelengkapan unsurunsur resensi antara lain: 1. Identitas buku 2. Isi yang penting/ menarik 3. Bahasa pengarang 4. Keunggulan 5. Kelemahan 6. Kesimpulan

Indikator Mencatat identitas buku Mendaftar pokokpokok isi Mencatat keunggulan dari isi buku Mencatat kekurangan isi buku Menulis resensi buku dengan memperhatikan kelengkapan unsurunsur resensi Mendiskusikan resensi yang telah dibuat

Penilaian Jenis Tagihan: Tugas individu Ulangan

Bentuk Instrumen: Uraian bebas Pilihan ganda Jawaban singkat

SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN

63

Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester Standar Kompetensi

: : Bahasa Indonesia : XII :1 : Mendengarkan

PONTIANAK

5. Memahami pembacaan novel Kompetensi Dasar 5.1 Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan Materi Pembelajaran Penggalan novel Menanggapi segi vokal Intonasi Penghayatan Kegiatan Pembelajaran Mendengarkan pembacaan penggalan novel Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan Indikator Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan Penilaian Jenis Tagihan: Tugas individu Tugas kelompk Ulangan praktik

Bentuk Instrumen: performansi format pengamatan

5.2 Menjelaskan unsur-unsur intrisik dari pembacaan penggalan novel

Penggalan novel

Menjelaskan unsurunsur pembangun sastra (tema, latar, penokohan, alur, pesan atau sudut pandang, konflik) dalam penggalan novel yang dibacakan teman Mendiskusikan unsurunsur intrisik penggalan novel

Menjelaskan unsurunsur intrisik dalam penggalan novel yang dibacakan teman

Jenis Tagihan: Tugas individu Tugas kelompk Ulangan praktik

Bentuk Instrumen: Uraian bebas Pilihan ganda Jawaban singkat

64

You might also like