You are on page 1of 5

A

ngin pagi yang berhembus yang telah membangunkanku dari tidur. Dinginnya yang memasuki ke dalam tubuh ku melalui lobang pori-

pori melaju menuju tulang rusuk sehingga membuat bulu badanku berdiri. Aku terkejut karena sang surya telah lama terbangun dan sangat siap untuk memberikan ejekan, karena wajahku masih ditutupi oleh kabut yang sebenarnya telah lama hilang disapu oleh angin sepoi-sepoi yang sangat enak dirasakan oleh dedaunan, pohon dan alam ini. Yea nama ku Ardi panggilan biasanya. Aku telah 1 tahun di pesantren, yang pada awalnya sangat tidak aku sukai untuk menimba ilmu di sebuah pesantren manapun. Namun demi kemauan ku yang masih ingin bersekolah, sedangkan orang tuaku hanya menyuruhku untuk mengabdi di Pesantren tidak di sekolah-sekolah umum. Dia yang bertubuh kekar seperti Chriss John petinju no.1 di Indonesia, Dia berumur kurang lebih 60 tahun. Ia! Dia adalah Ayahku yang sangat aku hormati dan aku sayangi. Karena Dialah aku bisa melihat alam semesta yang sangat luas ini. Dia bilang, Ardi anakku kalau Ardi mau sekolah, Bapak hanya mengizinkan di Pesantren, tidak akan pernah Bapak menyekolahkan Ardi di sekolah-sekolah umum. Aku hanya terdiam dan hanya bisa mengikuti apa yang diucapkan. Karena Aku tidak mau membuat orang yang telah mengorbankan kebahagiaan demi kehidupanku. Kecewa atas apa yang dia kehendaki tidak Aku patuhi. *****

1 tahun berlalu Aku berada di Pesantren, dimana tempatku mengabdi untuk menuntut ilmu. Namun pada tanggal 1 November 2008 Aku diangkat oleh Ustadz menjadi ketua OSIS. Kata hati ku , Aku mendapat tanggungjawab yang sangat besar di Pesantren. Hari-hari ku lalui dengan banyak halangan yang selalu siap menghadang. Aku mulai mempelajari semua karakter murid di Pesantren ini. Namun terkadang, Aku kewalahan menghadapi mereka yang selalu menentang dengan peraturan yang aku berlakukan. dan terkadang aku diserang oleh emosi yang sangat sulit untuk aku kontrol. Itu semua memberi dampak buruk bagi kepemimpinanku. Tidak sedikit dari murid laki-laki yang membenciku, tapi bagi murid perempuan aku menjadi idola mereka dan itu mengembalikan beberapa senyuman yang hanyut oleh angin yang berlalu. Terkadang kebosanan menghampiriku, dan rasanya sangat ingin aku melepaskan tanggungjawab yang berada di pundakku saat ini. Aku merasa sangat berat himpitan yang berada di atas bahu ku ini, sehingga aku dibuatnya kelelahan dalam merangkai kata-kata untuk jalan hidupku di Pesantren ini. ***** Tapi dengan masalah yang aku hadapi, ternyata Tuhan tidak sia-sia. Dia (Tuhan) mengirim kepada ku seorang bidadariyang setiap saat memberi kesejukan dalam hati ini melalui nasehat, ajakan, semangat yang terangkai indah dari bibirnya. Dia bertubuh sedang, wajahnya cantik, senyumnya begitu manis.

Yeadialah seorang wanita yang menjadi tumpuan semangatku dalam menjalani organisasi ini. Dia bernama Desi.

Kak Ardi, kita harus tetap fokus dalam menjalani organisasi ini meskipun banyak masalah yang meski kita hadapi! Tapi Kak Desi, aku merasa sangat sulit untuk menerima kenyataan ini, jawabku. Hmmm yang jelas kita harus tetap semangat, apapun yang terjadi aku yakin kak Ardi bisa, katanya. Aku hanya bisa tersenyum dan berpamitan kepada dia untuk kembali ke tempat di mana aku meluruskan tulang-tulang ku. YeaDia berumur 2 tahun lebih tua dari A ku, tapi Dia memanggilku kakak. Itu sebagai ungkapan dan pelajaran kepada murid di Pesantren, untuk tetap sopan dalam panggilan kepada orang-orang yang lebih dulu tinggal di Pesantren dalam artian kakak kelas mereka. Dan ternyata Doa, Usaha dan perjuangan kami tidak sia-sia. Dari banyaknya masalah yang datang menghampiri kepemimpinan ku, sehingga aku sempat rapuh dan putus asa. Akupun mendapatkan kembali senyumku yang hilang dari wajah stress ku. ***** 3 bulan lebih aku menghadapi karakter-karakter murid di pesantren ini, yang semua itu sangat mengganggu jalan hidup ku di Pesantren. Karena pemikiran ku terfokus bagaimana caranya agar mereka yang menentang dari peraturan-peraturan yang ku buat bisa mereka ikuti. Tidak sedikit dari mereka yang menyimpan dendam sehingga aku sering kehilangan makanan dari lemariku. Terkadang setelah shalat aku memberikan pengarahan.

Kawan-kawan ku semua., ikutilah, patuhilah peraturan yang ada janganlah dilanggar, karena mengikuti peraturan akan memberikan nilai plus bagi kalian dalam menjalani aktifitas di Pesantren ini. Lalu aku tanya kepada mereka dengan tegas. Siapa diantara kalian yang tidak mau mengikuti peraturan? Semua terdiam, hening membisu, sedangkan kak Desi tersenyum kepada ku. Lalu Aku lanjutkan... Siapa diantara kalian yang siap mengikuti peraturan? Kami siap, jawab mereka semua. Lanjut ku, jika ada yang melanggar, siapkah kalian untuk dihukum? Yeakami siap, kata mereka semua kompak. Beberapa menit setelah itu akupun menutup pembicaraanku dan seperti biasa kami semua berdiri berkeliling dan saling bersalaman satu dengan yamg lainnya sebagai ungkapan bahwa kami semua yang tinggal di Pesantren ini bersaudara. ***** Namun keesokan harinya, banyak juga diantara mereka yang kena hukuman dan berjemur di tengah lapangan karena mereka tidak sholat dan semua itu mereka lakukan dengan rasa bersalah dan aku menghukum mereka dengan peraturan yang ada. Dan setelah 2 bulan berlalu dari kepemimpinanku yang sangat pahit, aku dan teman-teman mendapatkan hasil yaitu selama 1 minggu lebih semua murid di Pesantren tidak ada yang terkena hukuman atau melanggar dari peraturan yang ada. Bahkan kawan-kawan yang ikut dalam organisasi pun ikut serta membantu,

yang dulunya mereka juga salah satu acuan bagi murid-murid yang junior untuk melanggar peraturan yang berlaku di Pesantren ini. Terima kasih kawan-kawan semua, karena hati kalian sudah terbuka untuk menjalani tugas yang ada di bahu kita ini. Dan mereka semua tersenyum. Akupun menutupi perkumpulan kami. Kak Ardi, aku berbalik, ternyata sosok berjilbab memanggilku yaitu kak Desi, HPD katanya singkat sambil memberiku sebungkus kado plus senyum manisnya. Aku pun tersenyum, terima kasih Kak kata ku. Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun ku. Ternyata kita berhasil Kak, tambahku. Iya, jawabnya, Aku bangga padamu Kak Ardi meskipun banyak masalah yang datang menghampiri organisasi ini. tambahnya semua ini juga tidak lepas dari kita semua Kak, sahut ku dan aku sangat berterima kasih karena Kak desi selalu memberi ku support yang semua itu mengembalikan semangat ku yang mulai redup. Kami berduapun berlalu dengan sama-sama tersenyum yang terpancar dari bibir kami, yang menyajikan kebahagiaan yang tidak ternilai oleh apapun. Semua itu memberi pelajaran yang besar bagi ku. Bagi kami semua bahwa semua permasalah akan terasa ringan jikalau kita semua saling bahu membahu karena dengan itu semua senyum yang redup akan kembali terang.

______ SEKIAN ______

You might also like