Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya lah Papper ini telah dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Armon Sp.PD KPTI selaku pembimbing di bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, Besar harapan penyusun agar makalah ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan suatu pengetahuan
Penyusun
Page 1
Tuberkulosis Paru
Daftar isi
Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 Pendahuluan BAB 2 Pembahasan Definisi Etiologi Epidemiologi Epidemiologi TB Di Indonesia Cara penularan Patogenesis Gejala--gejala Klinik Diagnosis Tuberkulosis Penatalaksanaan BAB 3 Kesimpulan Status Orang Sakit Daftar Pustaka 1 2 3 6 6 6 7 7 8 8 11 13 15 19 20 35
Page 2
Tuberkulosis Paru
BAB I PENDAHULUAN Mereka yang secara medis dan ekonomis kekurangan diseluruh dunia, tuberkulosis tetap menjadi penyebab utama kematian . diperkirakan bahwa diseluruh dunia 1,7 milyar orang terinfeksi , dengan 8 hingga 10 juta kasus baru dan 3 juta kematian pertahun .WHO memperkirakan tuberkulosis menyebabkan 6% dari semua kematian diseluruh dunia,yang menyebabkan nya menjadi penyebab tersering kematian akibat infeksi tunggal.4 Tuberkulosis tumbuh subur apabila terdapat kemiskinan, dan penyakit kronis yang menyebabkan debilitan. Demikian juga, orang lanjut usia, dengan daya tahan melemah,rentan terjangkit4 Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebre torak yang khas TB dari kerangka yang digali di heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dnding piramid di mesirkuno pada tahun 2000-4000SM. Hipocrates telah memperkenalkan terminologi phthisis yang diangkat dari bahasa yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini.1 Bukti yang lain dari mesir, pada mummi-mummi yang berasal dari tahun 3500 SM, jordania (200 SM), nesperehan (1000SM), peru (700), united kingdom ( 200-400 SM ) msing-masing dengan fosil tulang manusia yang melukiskan adanya potts disease atau abses paru yang berasal dari tuberculosis, atau terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok tulang belakang karena sakit spondilitis TB.1 Literatur arab : alr razi ( 850-953 M) dan ibnu sina ( 980-1037 M ) menyatakan adanya kavitas pada paru-paru dan hubungan nya dengan lesi dikulit. Pencegahan nya dengan makan-makanan yang bergizi, menghirup udara yang bersih dan kemungkinan ( prognosis ) dapat sembuh dari penyakit ini. Disebutkan juga bahwa TB sering didapat pada usia muda ( 18-30th ) dengan tanda-tanda badan kurus dan dada yang kecil.1
Page 3
Tuberkulosis Paru
Baru dalam tahun 1882 robert koch menemukan kuman penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosa secara mikrobiologis dimulai dan penatalaksanan nya lebih terarah. Apalagi pada tahun 1896 rontgen menemukan sinar x sebagai alat bantu menegakan diagnosa yang lebih tepat.1 Penyakit ini kemudian dinamakan tuberculosis dan hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang oleh nya tetapi yang paling banyak adalah organ paru.1 Pada permulaan abad 19, insidensi penyakit tuberculosis dieropa dan amerika sangat besar. Angka kematian cukup tinggi yakni 400 per 100.000 penduduk, dan anhgka kematian berkisar 15-30% dari semua kematian. Diantara nya yang meninggal tercatat orang-orang terkenal seperti : voltaire, sir walter scott, edgar allan poe, frederick chopin, laenec, anton chekov, dll. Usaha-usaha untuk mengurangi angka kematian dilakukan seperti menghirup udara segar dialam terbuka, makan/minum, makanan bergizi, memberikan obat-obat seperti tuberculin ( sebagai upaya terapi ), digitalis, minyak ikan dan lain-lain, tetapi hasil nya masih kurang memuaskan. Tahun 1840 george bodingto dari sutton inggris mengemukakan konsep sanatorium untuk pengobatan TB tetapi ia tidak mendapat tanggapan pada waktu itu. Baru tahun tahun 1859 brehmen di silesia jerman, mendirikan sanatorium dan berhasil menyembuhkan sebagian pasien nya.1 Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti denmark, amerika serikat dan kemudian terbanyak di inggris yakni wales, england, skotlandia. Setelah sukses dengan sanatorium, barulah dipikirkan usaha pencegahan seperti memusnahkan sapi yang tercemar TB, memberikan pendidikan kesehatan dan perbaikan lingkungan pada penduduk seperti makan/minum yang baik, tidak menghirup udara buruk, menghindari lingkungan hidup yang terlalu padat, mengurangi pekerjaan yang meletihkan.1 Sejak awal abad 19, angka kesakitan dan kematian pertahun dapat diturunkan karena program perbaikan gizi dan kesehatan lingkungan yang baik serta adanya pengobatan lain/tindakan bedah seperti collapse therapy1. Pada tahun 1892 robert koch mengidentifikasikan basil tahan asam M.tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab Tb ini. Ia mendemonstrasikan bahwa hasil ini bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan, yang akan memenuhi kriteria postulat koch yang merupakan prinsip utama dari
SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Haji Medan
Page 4
Tuberkulosis Paru
patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia menggambarkan suatu percobaan yang memakai guinea pig, untuk memastikan observasi nya yang pertama yang menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti infeksi primer sebagai suatu fenomena koch. Konsep daripada imunitas yang didapat ( acquired immunity ) diperlihatkan dengan pengembangan guerin ( BCG ) dibuat dari suatu strain mikobakterium bovis, vaksin ini ditemukan oleh albert calmette dan camille guerin di institut pasteur perancis dan diberikan pertama kali kemanusia pada tahun 1921. 1 Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai pada tahun 1944 ketika seorang perempuan umur 21 tahun dengan penyakit TB paru lanjut menerima injeksi pertama streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh selman waksman. Segera disusul dengan penemuan asam para amino salisilik ( PAS ) . kemudian dilanjutkan dengan penemuan isoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh robitzek dan selikoff 1952, kemudian diikuti penemuan berturut-turut pirazinamid tahun 1954 dan etambutol 1952, rifampisin 1963 yang menjadi obat utama TB sampai saat ini.1
Page 5
Tuberkulosis Paru
BAB II PEMBAHASAN DEFINISI Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan ditubuh. Biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis perkejuan.4 Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, merupakan organisme patogen maupun saprofit. Jalan masuk untuk organisme MTB adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi 7 ETIOLOGI Mikobacterium adalah organisme berbentuk batang langsing yang tahan asam (yakni mengandung banyak lemak kompeks dan dan mudah mengikat pewarna ziehlneelsen (karbol fuksin) dan kemudian sulit didekolorisasi). M.tuberculosis hominis merupakan penyebab sebagian besar kasus tuberculosis : reservoar infeksi biasanya ditemukan pada manusia dengan penyakit paru aktif. Penularan biasanya langsung, melalui inhalasi organisme diudara dalam aerosol yang dihasilkan oleh ekspetorasi atau oleh pajanan kesekresi pasien yang tercemar. Tuberculosis orofaring dan usus yang terjangkit melalui usus yang tercemar oleh M. Bovis kini jarang ditemukan dinegara yang memiliki sapi perah yang mengidap tuberculosis dan susu yang tidak dipasteurisasi. Baik spesies M. Hominis maupun M.bovis, adalah aerob obligat yang pertumbuhannya (yang lambat) terhambat oleh ph kurang dari 6,5 dan oleh asam lemak rantai panjang. Oleh karena itu, basil tuberculosis sulit ditemukan dibagian tengah lesi perkijuan besar karena terdapat anaerobiosis, ph rendah, dan kadar asam lemak meningkat. Mikobakteri lain, terutama avium-intracelulare, jauh kurang virulen dibandingkan dengan M. Tuberculosis serta jarang menyebabkan penyakit pada
Page 6
Tuberkulosis Paru
individu imunokompeten. Namun dengan pasien AIDS, strain ini sering dtemukan, mengenai 10% hingga 30% pasien.3 EPIEMIOLOGI GLOBAL Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.1 Sebagian besar kasus TB ini ( 95 % ) dan kematiannya ( 98 % ) terjadi dinegaranegara yang sedang mengkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tinggi nya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi diasia.1 Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain disebabkan : 1. Kematian pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di negara maju. 2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk yang dikelompok yang rentan terutama dinegeri-negeri miskin. 4. Tidak memadai pendidikan mengenai TB diantarapara dokter 5. Terlantar dan berkurang nya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat 6. Adanya epidemi HIV terutama diafrika dan asia.1 EPIDEMIOLOGI TB DI INDONESIA Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan tb di China, India dan indonesia berturut-turut 1.828.000, 1,414.000 dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survey
SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Haji Medan
Page 7
Tuberkulosis Paru
kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan nasional 2001, TB menempati rangking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%.1 Sampai sekarang angka kejadian TB diindonesia relatif terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih relatif rendah infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun. Suatu survei mengenai prevalensi TB yang dilaksanakan di 15 provinsi indonesia tahun 1979-1982.1 Cara penularan Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman diwilayah pekotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB, proses terjadinya infeksi oleh M. tuberkulosis ,biasanya secara inhalasi,sehingga TB paru merupakan manifstasi klinis yang paling sering dibandingkan organ lainya, penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei.kasus yang didapat dari pasien Tb paru dengan batuk berdarah atau beradahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui inokulasi langsung infeksi yang disebabkan oleh M.boris dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi. sudah dibuktikan bahwa lingkungan social ekonomi yang baik,pengobatan yang teratur dan pengawasan obat yang ketat berhasil mengurangi angka morbiditas di Amerika selam tahun 1950-19601 PATOGENESIS Tuberculosis primer Tuberkulosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum pernah terpajan(sehingga tidak pernah tersensitisasi). Pasien usia lanjut dan mengidap imunosupresi berat mungkin kehilangan sensitivitas mereka terhadap basil tuberkel sehingga dapat menderita tuberkulosis primer lebih dari sekali. 4 Pada tuberkulosis primer, sumber organism adalah eksogen, sekitar 5% dari mereka yang baru terinfeksi kemudian memperlihatkan gejala4 Prevalensi
Page 8
Tuberkulosis Paru
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobroncial bersama gerakan silia dan sekret nya.1 Bila kuman menetap dijaringan paru, berkembang dalam sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk keorgan tubuh lainnya. Kuman yang bersarang dijaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang (fokus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk kedalam vena dan menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk kearteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier. 3 Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = komplek primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : 1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi. 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm dan kurang lebih 10% diantara nya dapat terjaid reaktivasi lagi karena kuman yang dormant. 3. Berkomplikasi da menyebar secara ; a. Perkontinuitatum yakni menyebar kesekitar nya b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru
Page 9
Tuberkulosis Paru
disebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludahsehingga menyebar keusus, c. secara limfogen, keorgan tubuh lain-lainnya. d. Secara hematogen keorgan tubuh lainnya. Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.1 Tuberculosis pasca primer ( tuberculosis sekunder ) Tuberkulosis sekunder (pasca primer) merupakan pola penyakit yang terjadi pada penjamu yang telah tersensitisasi4 Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa ( tuberculosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder ). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal posterior lobus posterior atau inferior). Invasi nya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodeus hiler paru. 5 Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia langhans ( sel besar dengan banyak inti ) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. 5 TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogenn dari usia muda Tergantung dari jumlah kuman,
virulensi nya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi : Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuhkan dengan serbukan jaringan fibrosis. perkapuran. Yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengah nya mengalami nekrosis, menjadi lembek berbentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dinding nya menenbal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar,
SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Haji Medan
Page 10
Tuberkulosis Paru
sehingga menjadi kavitas sklerosis (kronik). Terjadi nya perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut. 5 Di sini lesi sangat kecil , tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat : a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk dalam peredaran dalah arteri, maka akan terjadi TB miler. Dapat juga masuk keparu sebelah nya atau tertelan masuk lambug dan selanjut nya keusus menjadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura b. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuhkan atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergilus dan kemudian menjadi mycetoma c. Bersih dan menyembuhkan, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuhkan dengan membungkus diri menjadi kecil. bintang disebut stellate shaped. 7 Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni : 1. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi 2. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna 3. Sarang yang berada antara akitf dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadi nya eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga.1 Gejala-gejala Klinis Gejala-gejala yang dikeluhkan penderita Tuberkulosis Paru beragam, atau malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali, dalam pemeriksaaan kesehatan, keluhan yang terbanyak adalah Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti
Page 11
Tuberkulosis Paru
a. Demam Biasanya subfebris menyyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badann dapat mencapai 40-410c. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar , tetapi kemudian dapat tiblul kembali, begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringan nya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk b. Batuk/Batuk berdarah Gejala ini banyak ditemukan . batuk terjadi karena iritasi pada bronkus , batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-miinggu atau berbulanbulan peradangan bermula, sifat batuk dimulai dai batuk kering(nonproduktif)kemudian setelah timbul peradangan mejadi produktif(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah,kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus c. Sesak nafas Keadaan ini biasanya dijumpai pada TB paru dimana infiltrasinya sudah mencapai setengah bagian paru-paru. namun pada awal penyakit, keadaan ini jarang dijumpai. d. Nyeri dada Gejala ini agak jarang ditemukan,nyeri dada ini timbul jika infiltrasi radang telah mencapai pleura dimana telah terjadi pleuritis. Maka akan terjadi gesekan antara kedua pleura sewaktu inspirasi atau ekspirasi e. Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus(berat
Page 12
Tuberkulosis Paru
badan turun), sakit kepala , meriang, nyeri otot, keringat malam dll.gejaa malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur1 Diagnosis Tuberculosis Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah: * Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. * Pemeriksaan fisik. * Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). * Pemeriksaan patologi anatomi (PA). * Rontgen dada (thorax photo). * Uji tuberkulin.6 Diagnosis TB Paru Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak. 2 Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
Page 13
Tuberkulosis Paru
S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P(Pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. 2 Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. 2 Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut: Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon). Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis
SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Haji Medan
Page 14
Tuberkulosis Paru
atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).7 Diagnosis TB Ekstra Paru Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.7 Penatalaksanaan (pengobatan) Tujuan Pengobatan 1. Menyembuhkan pasien dengan gangguan seminimal mungkin dalam hidupnya. 2. Mencegah kematian pada pasien yang sakit sangat berat 3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait. 4. Mencegah kambuhnya penyakit 5. Mencegah kuman TB menjadi resisten (resisten yang dieroleh) 6. Melindungi keluarga dan masyarakat penderita terhadap infeksi 3 Prinsip pengobatan Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut: OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Page 15
Tuberkulosis Paru
Pengobatan TB memiliki dua prinsip dasar, yaitu: Pertama adalah bahwa terapi yang berhasil, memerlukan minimal 2 macam obat yang basilnya peka terhadap obat tersebut, dan salah satu daripadanya harus bakterisidik 8. Kedua adalah bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya, perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk mengeliminasi basil yang persisten 7
Keluhan terbanyak pada penderita TB yaitu: Demam, Batuk/Batuk darah, Malaise, Nyeri dada, Sesak napas. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti TB adalah dengan menemukan kuman MTB dalam sputum atau jaringan paru secara biakan 7 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 7
Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan2 Terapi pada tuberculosis terdiri dari terapi umum dan terapi medikamentosa. Terapi Umum Istirahat Stop merokok Hindari polusi Tata laksana komorbiditas Nutrisi Vitamin2
Page 16
Tuberkulosis Paru
Terapi Medikamentosa Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 1. Obat Utama (Lini 1) Dosis yang direkomendasikan Jenis OAT Isoniazid (H) Ripampicin (R) Pyrazinamide (Z) Streptomycin (S) Ethambutol (E) Sifat Harian Bakterisid Bakterisid Bakterisid Bakterisid Bakteriostatik 5 (4-6) 10 (8-12) 25 (20-30) 15 (12-18) 15 (15-20) (mg/kg) 3x seminggu 10 (8-12) 10 (8-12) 35 (30-40) 15 (12-18) 30 (20-35)
2. Obat Tambahan (Lini 2) Dosis OAT 1. Ripamfisin 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 x / minggu atau BB > 60 kg BB 40-60 kg BB < 40 kg : 600 mg : 450 mg : 300 mg Kanamisin Amikasin Kuinolon5
Page 17
Tuberkulosis Paru
2. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, -10 mg/kg BB 3 x seminggu, -15 mg/kg BB 2 x seminggu, -300 mg/hari untuk dewasa -intermiten : 600 mg/kali 3. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x seminggu, 50 mg/kg BB 2 x seminggu atau : BB > 60 kg BB 20-60 kg BB <40 kg :1500 mg :1000 mg :750 mg
4. Etambutol : fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30 mg/kg BB 3x seminggu, 45 mg/kg BB 2x seminggu atau: BB > 60 kg BB 40-60 kg BB < 40 kg BB > 60 kg BB 40-60 kg BB < 40 kg Panduan OAT Kategori I : untuk penderita baru TB paru, sputum BTA positif penderita TB paru, sputum BTA negatif dengan kelainan paru luas penderita TB ekstra paru berat 2RHZE/4RH 2RHZE/4R3H3 2RHZE/6HE Kategori II : untuk penderita kambuh penderita gagal
Page 18
Terapi dengan :
Tuberkulosis Paru
Terapi dengan : 2 RHZES/1 RHZE/5 RHE 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 Kategori III : untuk penderita baru TB paru, sputum BTA negatif, rontgen positif dengan kelainan paru tidak luas penderita TB Ekstra Paru ringan
Terapi dengan : Kategori IV : untuk penderita TB kronik H seumur hidup OAT lini kedua (bila mampu)2 Terapi dengan : 2 RHZ/4 RH 2 RHZ/ 4 R3H3 2 RHZ/6 HE
Jenis OAT Isoniazid (H) Ripampicin (R) Pyrazinamide (Z) Streptomycin (S) Ethambutol (E)
Page 19
Tuberkulosis Paru
BAB III KESIMPULAN Tuberkulosis ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, merupakan organisme patogen maupun saprofit. Jalan masuk untuk organisme MTB adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nukleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seseorang yang terinfeksi Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman diwilayah pekotaan kemingkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB, proses terjadinya infeksi oleh M. tuberkulosis Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Terapi pada tuberculosis terdiri dari terapi umum dan terapi medikamentosa. Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
Page 20
Tuberkulosis Paru
Jenis kelamin/status kawin : laki-laki/menikah Agama Pekerjaan Alamat Suku : islam :buruh bangunan : Jalan bangun sari III medan,denai : Jawa
Anamnesa penyakit Keluhan utama Telaah : Batuk : OS mengeluh batuk ,Batuk yang disertai dahak, konsistensi kental,berwarna putih,tadi pagi os batuk disertai darah dan nyeri dada sewaktu batuk sejak 3 bulan yang lalu. OS mengatakan ada sesak nafas sejak 3 bulan yang lalu. OS mengeluh demam diseratai menggigil tadi malam, dan menyangkal adanya keringat pada malam hari. Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan. OS merasa lemas dan cepat lelah. OS juga mengeluh nyeri ulu hati,mual dan muntah isi cairan,bewarna putih sejak 1 bulan yang lalu,os juga mengeluhakan sakit kepala dan pening sejak masuk rumah sakit, Riwayat penyakit terdahulu : OS mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit Riwayat minum obat :
OS mengatakan datang kepuskesmas dan mengkonsumsi obat puskesmas jika os sakit tapi os tidak tau nama-nama obatnya
SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Haji Medan
Page 21
Tuberkulosis Paru
Anamnesa umum Badan kurang enak Merasa capek/lemas Merasa kurang sehat Menggigil Nafsu makan : Ya : Ya : Ya : ya : Menurun Tidur Malas Demam Pening : Susah tidur : Ya : Ya : Ya
Anamnesa organ 1. Cor Dyspnoe deffort Dyspnoe drepos Odema Nyturia Claudicatio interitten Sakit waktu istirahat Rasa mati ujung jari Batuk Berdahak Haemapto : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Ya : Ya : ya stridor sesak nafas : Tidak ada : Tidak ada Cyanosis Angina pectoris Palpitasi Asma broncial gangguan tropis kebas-kebas : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada
2. Sirkulasi perifer
3. Tractrus respiratorius
4. Tractus digestivus A. Lambung Sakit diepigastrium Sebelum/sesudah makan Rada panas diepigastrium Muntah (freq, warna, isi, dll) Hematemesis Ructus : ya : Tidak ada : ya(putih,cairan ) : Tidak ada : Tidak ada sendawa anoreksia mual-mual dysphagia pyrosis : Tidak ada : Ya : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada
B. Usus
Page 22
Tuberkulosis Paru
Diare ( freq, warna, konsistensi ): Tidak ada Sakit perut kanan Memancar ke Kolik Icterus Muka sembab ada Kolik : Tidak ada : Normal : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada sakit digerakkan bengkak stand abnormal fraktur spontan deformasi kejang-kejang atrofi muka pucat bengkak penyakit darah : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada oligouria anuria polakisuria : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada Miksi (freq, warna, sebelum/ Polyuri Sakit Sakit kaku Merah Sakit Bengkak Sakit Kebas-kebas : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada gatal-gatal pada kulit : Tidak ada asites oedema : Tidak ada : Tidak ada
7. Tulang
8. Otot
9. Darah Sakit dimulut dan lidah : Tidak ada Mata berkunang-kunang: Tidak ada Pembengkakan Merah dikulit : Tidak ada : Tidak ada
10. Endokrin
SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Haji Medan
Page 23
Tuberkulosis Paru
a. Pankreas b. Tiroid 13. Psikis Mudah tersinggung Takut Gelisah Pekerjaan Hygiene : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : buruh bangunan : Cukup : pelupa : Tidak ada lekas marah : Tidak ada Nervositas Exoftalmus Akromegali Hipoastesia Parastesia Paralisis Penglihatan Pendengaran Penciuman : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Baik : Baik : Baik pengecapan : Baik perasaan : Baik struma miksodem : Tidak ada : Tidak ada Polidipsi Polifagi Poliuri : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada pruritus pyorrhea : Tidak ada : Tidak ada
c. Hipofisis distrfi adipos kongenital: Tidak ada sakit kepala : ya gerakan tics : Tidak ada 11. Susunan syaraf
OS mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit Riwayat minum obat :
OS mengatakan pernah mengkonsumsi obat puskesmas jika os sakit,dan os tidak tau nama obanya apa
Page 24
Tuberkulosis Paru
: tidak ada
sayur-sayuran daging
: Ya : jarang
Status praesens KEADAAN UMUM Sensorium Tekanan darah Temperatur Pernafasan Nadi : Compos Mentis : 90/50 mmHg : 37,5 C : 24x / i : 100x / i
Keadaan penyakit Anemia Ikterus Sianosis Dispnoe Edem : Ya : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada eritema turgor gerakan aktif sikap tidur paksa : Tidak ada : Baik : Tidak ada : Tidak ada
Page 25
Tuberkulosis Paru
PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala Pertumbuhan rambut Sakit kalau dipegang Perubahan lokal b. Mata e. Bibir f. Gigi Karies Jumlah : Ya molar 2 kanan atas, molar 3 kanan bawah : 28
Page 26
a. Muka Sembab Pucat Kuning Stand mata Gerakan Exoftalmus Ptosis Sekret Radang Bentuk Atrofi Secret Bentuk Benjolan-benjolan Sianosis Pucat Kering Radang : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Normal : Normal : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Normal : Tidak ada : Tidak ada : Normal : Tidak ada ikterus anemia : Tidak ada : Ya parase gangguan lokal : Tidak ada : Tidak ada
c. Telinga
d. Hidung
Pertumbuhan : Normal
Tuberkulosis Paru
: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada
Palpasi Posisi trachea Sakit/nyeri tekan Tekanan vena jugularis Kosta servicalis : Medial : Tidak ada : R-2 CMH2O : Tidak ada
3. Thorax depan Inspeksi Bentuk Simetris/asimetris Bendungan vena Ketinggalan bernafas : Fusiformis : Simetris : Tidak ada : Tidak ada venektasi : Tidak ada pembengkakan : Tidak ada pylsasi verbal : Tidak ada mammae : tidak ada
Page 27
Tuberkulosis Paru
Palpasi Nyeri tekan Fremitus suara Fresmisement : Tidak ada : Tidak ada iktus : Tidak Teraba a. lokasi b. Kuat angkat c. melebar d. iktus negatif perkusi Suara perkusi paru : Sonor Batas paru hati a. Relatif b. Absolut Gerakan bebas Batas jantung Auskultasi Paru-paru o Suara pernafasan o Suara tambahan A. Ronchi basah B. Roncki kering C. Krepitasi D. Gesek pleura Cor o Heart rate o Suara katup o Suara tambahan :100 x / i : M1>M2 : Tidak ada A2>A1 P2>P1 A2>P2 : Ada Ronkhi basah : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Bronkhial Apek paru kiri : ICS 5 : ICS 6 : 1 cm Atas : ICS 3 Sin Kanan : LSD Kiri : 1 cm Medial LMCS
Page 28
Tuberkulosis Paru
4. Thorak belakang Inspeksi Bentuk Benjoaln-benjolan : Fusiformis : Tidak ada scapulae alta venektasi : Tidak ada : Tidak ada Simetris/asimetris : Simetris ketinggalan bernafas : Tidak ada
Palpasi Nyeri tekan Fremitus suara : Tidak ada : Dex > Sin penonjolan-penonjolan: Tidak ada
Perkusi Suara perkusi paru Batas bawah paru a. Kanan :proc,spin,vert,tyh b. Kiri Auskultasi Suara pernafasan Suara tambahan : Bronkhial Apek paru kiri : ada ronki basah :proc,spin.vert,tyh VT 8 VT 9 gerakan bebas : 1 cm : Sonor
5. Abdomen Inspeksi Palpasi Defens muskular Nyeri tekan Lien : Tidak ada : Tidak ada : Tidak teraba
Page 29
Tuberkulosis Paru
6. Extremitas a. Atas Bengkak Merah Stand abnormal Gangguan fungsi Tes rumpelit Reflex : Biceps Triceps b. Bawah Bengkak Merah Oedema Pucat Gangguan fungsi Varises Refleks o KPR o APR o Struple + + +
Page 30
Radio periost : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada
Tuberkulosis Paru
rutin Pemeriksaan laboratorium Hematologi Darah Rutin Haemoglobin Hitung Eritrosit Hitung Leukosit Hematokrit Hitung Trombosit Index Eritosit MCV MCH MCHC Hitung Jenis Leukosit Eosinofil Basofil N. Stab N. Seg Limfosit Monosit KIMIA KLINIK Glukosa darah 136 mg/dL 2 0 0 88 5 5 % % % % % % 76,1 25,6 33,7 fL pg % 8,2 3,2 14.200 24,3 611.000 mg/dL x10^6/uL /uL % /uL
Page 31
Tuberkulosis Paru
Fungsi hati Bilirubin Total Bilirubin direct AST (SGOT) ALT (SGPT) 0,24 0,08 37 32 mg/dL mg/dL U/I U/I
Page 32
Tuberkulosis Paru
RESUME Anamnesa Keluhan utama Telaah : Batuk : OS mengeluh batuk, Batuk yang disertai dahak (+) , batuk disertai darah(+) dan nyeri dada (+) . sesak napas (+). demam diseratai menggigil (+), keringat pada malam hari (-). Nafsu makan menurun dan penurunan berat badan (+). lemas dan cepat lelah (+). nyeri ulu hati (+) ,mual (+) dan muntah (+) , sakit kepala dan pening (+)
7. Status praesent Sens TD HR RR T : compos Mentis : 90/60 mmHg : 100x / i : 24x / i : 37,5 C
Pemeriksaan fisik Kepala Leher Trorak Abdomen Extremitas : Conjunctiva anemis, ikterik (-) : Dalam Batas Normal : s.p. Bronkhial s.t. Ronkhi basah
Pemeriksaan laboratorium Urin Darah Tinja Dll :::: Tes Sputum SPS +++
Page 33
Tuberkulosis Paru
Differensial diagnosa ( diagnosa banding ) 1. TB Paru 2. Pneumonia 3. Ca Paru Diagnosa sementara TB Paru Terapi 1. Aktifitas 3. Medikamentosa : Istirahat : 2 RHZES / 1 RHZE / 5 RHE Ripampisin 450 1x1 Isoniazid 300 1x1 Pirazinamid 500 2x1 Etambutol 250 1x3 Streptomisin 250 1x3 Paracetamol 500 2x1 Curcuma 200mg 1x1
Pemerksaan anjuran/usul: BTA Sputum Kultur resistensi sputum terhadap M. Tuberculosis Foto Toraks PA Tes Tuberkulin
Page 34
Tuberkulosis Paru
DAFTAR PUSTAKA 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, InternaPublishing 2. Crofton, john, 2002, Tuberkulosis Klinis, Widya Medika ;Jakarta 3. Djojodibroto, R. Darmanto, 2012, Respirologi, EGC, jakarta 4. Robbins, 2007, buju ajar patologi edisi 7, EGC, jakarta 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, DEPKES RI, Jakarta, hal 19-24 6. Mubin, A. Halim, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, edisi II. Jakarta : EGC, 2008 7. Staff.ui.ac.id/internal/0107050183/material/PATO_DIAG_KLAS.pdf
Page 35
Tuberkulosis Paru
DISKUSI KASUS
Gejala dan tanda 1. Batuk > 2 minggu Disertai dahak Disertai darah
Gejala dan tanda yang didapat pada pasien 1. OS batuk sudah 3 bulan Berdahak, kental, warna putih disertai darah
2. ada keluhan sesak nafas 3. ada keluhan nyeri dada 4. OS mengeluh demam disertai menggigil Diukur suhu tubuhnya : 37,5O C
5. OS mengeluh lemas dan cepat lelah 6. OS mengeluh nafsu makan menurun 7. OS mengatakan sebelum batuk 3 bulan ini, badan nya lebih gemuk 8. OS tidak mengeluh suka berkeringat ketika tidur malam hari
9. Sakit kepala 10. Suara nafas bronkial 11. Suara nafas tambahan Amforik Ronki basah
9. OS mengeluh pusing, sakit kepala 10. Suara nafas bronkial di bagian apeks paru kiri 11. Terdengar suara nafas tambahan Amforik tidak terdengar Ronki basah terdengar di apeks paru kiri
Page 36
Tuberkulosis Paru
12. BTA Sputum SPS 13. Foto Toraks 14. Fungsi Hati
12. Hasil BTA Sputum +++ 13. KESAN; TB Paru 14. Bilirubin Total 0,24 mg/dL Bilirubin direct 0,08 mg/dL AST (SGOT) 37 U/I ALT (SGPT) 32 U/I Aktifitas : Istirahat :
15. Therapy
15.Terapi: Diet ( jumlah, jenis, jadwal ) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein Medikamentosa:2 RHZES/1 RHZE /5RHE Ripampisin 450 1x1 Isoniazid 300 1x1 Pirazinamid 500 2x1 Etambutol 250 1x3 Streptomisin 250 1x3 Paracetamol 500 2x1 Curcuma 200mg 1x1
Page 37
Tuberkulosis Paru
TUBERKULOSIS PARU
Dokter pembimbing
KEPANITRAAN KERJA SENIOR RUMAH SAKIT HAJI MEDAN SUMATERA UTARA 2013
Page 38