You are on page 1of 3

TUJUAN Ada beberapa pengertian tujuan dalam konteks perencanaan wilayah dan kota, yaitu:

Pernyataan yang memberikan pedoman nyata tentang tindakan yang diinginkan dari suatu kegiatan perencanaan (Bendavid). Suatu artikulasi dari nilai-nilai yang dirumuskan dalam kaitannya dengan issue dan persoalan yang diidentifikasikasi terhadap pencapaian hasil kebijakan dan keputusan yang ditentukan (Dickey). Suatu pencapaian yang diinginkan dari kegiatan perencanaan, yang dinyatakan dalam istilah yang bersifat kualitatif (Dusseldorp). Keinginan atau kehendak yang bersifat umum, yang pencapaiannya sangat diharapkan, bersifat jauh dan belum tentu dapat dirumuskan dan diprogram dengan cukup spesifik untuk dikaitkan secara kuantitatif dalam rencana komprehensif. Tujuan lebih menunjukkan apa yang ingin dicapai sehingga sasaran kebijakan dan perencanaan lebih lanjut dapat diarahkan (Branch).

Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan perumusan tujuan setidak-tidaknya adalah suatu pernyataan yang bersifat kualitatif berkenaan dengan pencapaian yang diinginkan dari hasil kebijakan atau keputusan, yang dapat menjadi pedoman dalam menentukan tindakan yang sesuai. Meskipun tujuan bersifat abstrak, tujuan berbeda dengan aspirasi yang yang merupakan konsep abstrak pada tingkat paling tinggi yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Tujuan biasanya berupa pernyataan tentang sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dalam jangka panjang dan menengah. Tujuan mempunyai sifat:

Pernyataan yang bersifat umum; common sense. Pencapaiannya tidak terbatas (biasanya jangka panjang). Tingkat keberhasilannya sulit diukur. Diwujudkan sesuai kebijakan atau rencana terhadapnya.

SASARAN Setingkat lebih rinci dari tujuan, sasaran merupakan pernyataan operasional dari keinginan yang lebih jelas sekaligus menyajikan tahap-tahap spesifik untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa pengertian tentang sasaran adalah:

Sasaran perencanaan adalah pernyataan tentang kehendak yang sudah diidentifikasi, dianalisis, dan diekspresikan secara spesifik untuk menunjukkan bagaimana hal itu dapat dicapai dalam waktu dan sumberdaya yang tersedia (Branch). Suatu standar dari mana kemajuan pencapaian tujuan diukur, bersifat kuantitatif dan mempunyai kerangka waktu berkenaan dengan kinerja target (Bendavid). Suatu pernyataan spesifik yang menyatakan hasil terukur yang dicapai, suatu kelompok atau orang tertentu selama kurun waktu waktu tertentu pula (Dickey). Suatu keinginan yang diharapkan untuk dicapai merupakan spesifikasi dari tujuan meskipun tidak selalu harus diungkapkan secara kuantitatif (Disseldorp).

Dari pengertian di atas, kegiatan perumusan sasaran dalam perencanaan diharapkan menghasilkan suatu pernyataan spesifik yang menyangkut pencapaian tujuan yang bersifat terukur dan mempunyai kerangka waktu dalam pencapaiannya.

TEKNIK DALAM PERUMUSAN TUJUAN DAN SASARAN Banyak teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran, dari yang sederhana sampai yang rumit. Tiap teknik memiliki mempunyai kelebihan dan kekurangan, dalam kaitannya dengan akurasi, waktu dan biaya. Beberapa di antaranya adalah: 1. INTUITIVE JUDGMENT Teknik ini mengandalkan intuisi dalam merumuskan tujuan. Dengan mengacu pada beberapa hal penting yang menjadi masukan, secara intuitif ditetapkan tujuan perencanaan pada wilayah yang menjadi obyek.

Teknik ini memiliki kelebihan, karena sedikit waktu dan biaya yang dibutuhkan, mudah dapat mengakomodasikan faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan, tidak memerlukan banyak data, memungkinkan bekerjanya proses politik. Kelemahannya adalah: membutuhkan kepakaran, banyak pertimbangan bersifat umum yang membatasi manfaat dan keandalannya, sulit diulang karena sifatnya tidak eksplisit.

2. CHECKLIST OF GOALS

Metoda ini dilakukan dengan cara menciptakan sekumpulan atribut yang memungkinkan dipertimbangkan sebagai calon tujuan. Untuk mengembangkan atribut Dickey dan Broderik telah mengembangkan teknik yang terdiri dari 4 komponen, yaitu: manusia (dan kelompok), lingkungan alamiah, lingkungan binaan, dan kegiatan. 2. CHECKLIST PLUS CRITERIA Teknik ini mengkaitkan tujuan yang telah diidentifikasi dengan kriteria yang dikembangkan, baik dalam hal nilai yang diskrit maupun interval yang masih layak diterima. Teknik ini sifatnya terukur. Analisis Proses Hirarki Teknik ini memungkinkan dilibatkannya pakar dalam pengambilan keputusan, sehingga permasalahan kepakaran dan representasi dapat diatasi. Dengan teknik ini proses dapat diulang kembali dan hipotesa dapat diuji, karena teknik ini mengikuti prosedur yang teridentifikasi dengan baik.

You might also like