You are on page 1of 8

1 PENDAHULUAN

Dalam mengatasi kemacetan lalu-lintas yang


semakin kronik di Jakarta, Dinas PU Bina Marga
DKI Jakarta merencanakan pembangunan Jalan
Layang Non Tol (JLNT) yang menghubungkan Kp.
Melayu-Tn.Abang. Analisis yang ditinjau dalam
paper ini adalah Koridor Tahap 1, yaitu dari Jalan
Mas Mansyur hingga Jalan Casablanca.

Gambar 1. Typical Potongan Model JLNT (Zone 3).


1
Paper ini ditulis saat Dr W. G. Louhenapessy masih bertugas di
PT Pamintori Cipta, sebagai Ahli Mekanika Tanah dan Ahli
Struktur (2009-2010). Sekarang bekerja di PT SNC Lavalin TPS.
Contact: Email: Wilham.Louhenapessy@snclavalin.com
dan wilham.george@gmail.com.

2
Director of Engineering and Operation di PT Pamintori Cipta.
Email: tejokusumo@pamintori.com
3
Dosen Mekanika Tanah dan Staff Lab.. Mekanika Tanah ISTN.
Email: wawankuswaya@yahoo.com
Dalam perencanaan bangunan khususnya jalan
layang, umumnya digunakan adalah analisis terpisah
antara struktur atas dan struktur bawah. Analisis
dilakukan terhadap struktur atas terlebih dahulu
untuk mendapatkan nilai gaya pada reaksi
perletakan dan selanjutnya dilakukan analisis
pondasi secara terpisah berdasarkan gaya-gaya dari
struktur atas. Metoda ini memiliki kelemahan di
mana, reaksi perletakan yang didapatkan
diasumsikan dalam keadaan jepit sehingga besar
deformasi dan gaya-gaya dalam yang dihasilkan
akan memberikan hasil yang overestimate
4
.
Dalam perencanaan ini, digunakan metoda soil-
structure interaction, dengan memodelkan pondasi-
pilecap-pier sebagai satu kesatuan struktur. Hasil
yang diharapkan dari model ini adalah disain yang
optimum bila dibandingkan dengan metoda
konvensional.

2 KONDISI TANAH

Untuk mendapatkan kondisi pelapisan tanah
dilakukan penyelidikan tanah dan uji laboratorium
dengan menggunakan bor dalam dan tes CPT.
Jumlah penyelidikan tanah awal untuk bor dalam
adalah 9 dan CPT adalah 18. Juga telah dilakukan
pengumpulan data-data sekunder dari beberapa
proyek (terakhir) di dekat dan sepanjang lokasi

4
Untuk pemodelan Struktur Atas (Analisa Pushover) pembaca
dapat melihat referensi lainnya oleh: Yosafat A. P. & Madutujuh,
Nathan (Maret 2011) dan Hoedajanto, D. & Madutujuh, Nathan (2010).
Studi Pemodelan Numerik dalam Disain Awal Jalan Layang Non
Tol Kp. MELAYU Tn. ABANG: Struktur Bangunan Bawah
Wilham G. Louhenapessy
1
, A. Tejokusumo J.
2
dan Wawan Kuswaya
3

ABSTRACT: Dalam makalah ini disampaikan preliminary perencanaan struktur bangunan bawah Jalan Layang Non Tol
(JLNT) di Jakarta Lintasan Tanah Abang Kampung Melayu dengan menggunakan metoda Soil-Structure Interaction
dengan bantuan software FB Multipier. Analisis juga diperiksa kembali dengan bantuan software finite element PLAXIS
dan SAP 2000. Input ground motion yang digunakan adalah data ground motion dari gempa El Centro, Pasadena, dan
Kobe. Selain itu juga dilakukan analisis potensi liquifaksi di sepanjang lokasi JLNT. Desain struktur bangunan bawah
adalah dengan menggunakan pondasi borepile dengan diameter 1500 mm dan pilecap. Desain fondasi dan pilecap
dimodelkan dengan berbagai variasi bentuk disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dengan mempertimbangkan kondisi
tanah eksisting sepanjang alinyemen proyek dan besaran dari beban. Type-type pilecap menopang pier-pier bangunan
Jalan layang dalam zone-zone sbb.: Zone 1 (Struktur Jalan layang double-pier yang berada di jln Casablanca, termasuk
Pier Ramp Naik dan Ramp Turun), Zone 2 (Struktur Jalan layang single-pier di daerah terowongan Casablanca), Zone 3
(Double-pier di sepanjang Jln. Prof Dr Satrio - Mega Kuningan), Zone 4 (Single-pier di daerah FO Sudirman) dan Zone 5
(Double-pier).
Keywords: soil-structure interaction, metoda elemen hingga, perencanaan pondasi-pilecap, likuifaksi
JLNT ini. Dari hasil penyelidikan tanah dilakukan
pengklasifikasian lapisan tanah dengan
menggunakan korelasi nilai konsistensi dan
undrained shear strength pada hasil bor dalam
(Bowless 1988, Ensoft 2000) seperti terlihat dalam
Tabel 1 dan 2 (Berdasarkan N
SPT
), kurva korelasi
CPT dan jenis tanah (Robertson 1990; A.C.
Waltham, 1994; Wawan Kuswaya et.al. 2010)
seperti terlihat dalam Gambar 2 dan Gambar 3.
Dari klasifikasi tanah tsb. dan dari bentuk awal
pier JLNT serta beberapa aspek lainnya, maka
dilakukan pembagian zona untuk keperluan praktis
analisa menjadi 5 zona (Gambar 4) sbb: Zone 1
(Casablanca), Zone 2 (Trw.-Casablanca), Zone 3 (Satrio),
Zone 4 (FO Sudirman) dan Zone 5 (Jln. K.H. Mas
Mansyur).

Gambar 2. Plot Data Sondir dan Grafik Klasifikasi Tanah
berdasarkan Rasio f/q
c
dan q
c
(Waltham, A.C. 1994, Wawan
Kuswaya et.al. 2010).

Gambar 3. Plot Data Sondir dan Grafik Klasifikasi Tanah
berdasarkan SBT
n
dan Friction Ratio (Robertson, 1990,
Wawan Kuswaya et.al 2010).

Gambar 4. Pembagian Zone Analisa (Louhenapessy 2010).

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan N
SPT

Lempung Lunak (Soft) 12-24 8140 0.02 2-4
Lempung Sedang (Medium) 24-48 27150 0.01 4-8
Lempung Kaku (Stiff) 48-96 136000 0.007 8-15
Lempung Sangat Kaku (Very Stiff) 96-192 271000 0.005 15-30
Lempung Keras (Hard) 192-383 543000 0.004 > 30
Konsistensi
Undrained
Shear Strength
Sub Grade
Modulus
kN/m3
c50 Nilai N
SPT


Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berpasir Berdasarkan N
SPT

di bawah
MAT
di atas
MAT
Sangat Halus (Very Loose) 0 11-16 27-28 2-4
Pasir Halus (Loose) 0.15 14-18 30-32 5430 6790 4-8
Pasir Sedang (Medium) 0.35 17-20 32-35 16300 24430 8-15
Pasir Padat (Dense) 0.65 17-22 35-38 33900 61000 15-30
Sangat Padat (Very Dense) 0.85 20-23 < 50 > 30
Relative
Density
Unit Berat
(kN/m3)
Sudut
Sudut
Geser
Dalam
Sub Grade Modulus
kN/m3 Konsistensi


Penentuan nilai kohesi tanah didapatkan dari
hasil Uji Triaxial CU, dan/atau Uji Unconfined
Compressive. Selain itu, dapat juga digunakan
korelasi antara N
SPT
dengan undrained shear
strength (Gambar 5) dan diusulkan untuk memakai
rumus:
SPT u
N c . 6 = (Satuan: kN/m
2
) ............. (1)
dimana: c
u
= kohesi tanah = tegangan geser
undrained (undrained shear strength). N
SPT
=Nilai
N
SPT
yang sudah dikoreksi terhadap prosedur di site
dan tekanan tanah overburden.
U
n
d
r
a
i
n
e
d

s
h
e
a
r

s
t
r
e
n
g
t
h

-

k
N
/
m
SPT N-value - blows/300 mm
2
CL
CH
SC-ML
Terzaghi and pack
Sowers
Soil groups refer to
Unified system

Gambar 5. Korelasi antara N
SPT
dengan Undrained Shear
Strength Tanah Lempung (Terzaghi & Peck, 1967)

Jika memakai sondir, korelasi antara CPT (sondir)
dengan tegangan geser undrained memakai rumus
sbb.:
( )
r kt
F N log . 7 50 . 10 + =
,
( )
kt
v t
u
N
q
S
o
=

(hanya berlaku pada
SBT
n
: 1,2,3,4 dan 9
atau I
c
> I
c_cutoff
)
I
c
= ((3.47log Q
t1
)
2
+ (log F
r
+1.22)
2
)
0.5
............. (2)
dimana: S
u
= kohesi tanah = tegangan geser
undrained dan I
c
= Index SBT
n
.

Sudut geser dalam, | , digunakan dalam analisa
dan disain pondasi tiang. Ditentukan berdasarkan
hasil uji Triaxial CU, dan/atau uji Unconfined
Compressive. Sudut ini, | dapat juga diperoleh
dari korelasi sudut geser dalam dengan N
SPT

(Gambar 6).

Gambar 6. Korelasi antara sudut geser dalam, | dengan
N
SPT
tanah berpasir (Terzaghi & Peck, 1967)
Besarnya nilai Modulus subgrade reaction
Tanah, k dan regangan tanah,
50
c yang
direkomendasi dapat dilihat di Tabel 1 dan 2
diatas.

3 DAYA DUKUNG PONDASI DALAM

Daya dukung boredpile dengan data sondir yang
kedalamannya terbatas (Gambar 7), maka data yang
lebih dalam dari total lekatan diakhir sondir,
dilakukan ektrapolasi sampai kedalaman 30 m, atas
dasar nilai lokal lekatan rata 105 kg/cm dan nilai q
c

di ujung tiang diambil 100 kg/cm
2
, rumus daya
dukung yang dipakai adalah:
Q
all
=
(

+
5 3
6 . 0
kel f p c
O t A q

dimana: q
c
= Tahanan ujung (kg/cm
2
)
A
p
= Luas penampang (cm
2
), O
kel
= Keliling (cm)
t
f
=Total lekatan sampai ujung tiang (kg/cm)
Daya dukung Boredpile dihitung berdasarkan data
hasil Boring (DB) sondir. Hasil tersebut, kemudian
dikorelasikan terhadap nilai kohesi, c untuk lapisan
tanah lempung lanau atau sebaliknya dan nilai
sudut, | untuk lapisan tanah pasir. Rumusnya
adalah:
Q
ult
= Q
s
+ Q
p

Q
s
= ( o c +
v
k
o
tan ) A
s ,
Q
p
= (c N
c
+ q N
q
) A
p

dimana :
Q
s
dan Q
p
= Daya Dukung dari tahanan tanah
terhadap selimut tiang & Daya Dukung dari ujung
tiang
= sudut geser dalam antara tanah dan tiang

v
= Tekanan vertikal efektif akibat berat sendiri
N
c
, N
q
= Faktor-faktor daya dukung
c = Nilai kohesi, o = Faktor adhesi
A
s
= Luas selimut tiang, A
p
= Luas penampang tiang











Perhitungan Daya Dukung Boredpile hasil sebuah Borehole

Gambar 7. Lembar Perhitungan Daya Dukung disebuah
lokasi Boredpile (Wawan Kuswaya et.al. 2010).

Tabel 3. Daya dukung Boredpile (data CPT)

Titik
Qizin tekan (ton) Qizin tarik (ton)
120 cm 150 cm 120 cm 150 cm
S8 515 762 138 173
S18 541 794 164 206

4 PRELIMINARY DISAIN PENULANGAN
PILECAP DAN BOREPILE: FB-MULTIPIER
Analisa Preliminary Perhitungan
Pada Perencanaan Preliminary JLNT setiap Pier
telah ditentukan memiliki pilecap sendiri. Hal ini
dilakukan untuk meminimalkan atau meniadakan
ganguan terhadap Pipa Air Baku milik PT. Jasa
Tirta-2 berdimensi 2 x d=2.00 m, dengan ruang
bebas minimal adalah 7 meter (Contoh di Zona 3).
Beban yang diperhitungkan dalam analisis
berupa: a) Beban mati, b) Beban hidup dan c)
Beban gempa, d) dll. Beban mati dan beban hidup
yang bekerja sebesar 678,27 kN yang ditumpu pada
masing masing pot bearing. Ilustrasi pemodelan
beban yang bekerja dapat dilihat pada Gambar 9.
Beban gempa diinput dalam bentuk input
motion, menggunakan input motion gempa El
Centro (1940), Kobe (1995) dan Pasadena (untuk
analisa dengan Plaxis) yang diskalakan terhadap
kondisi kegempaan Jakarta berdasarkan
predominant periodnya. Nilai PBA yang digunakan
dalam kajian ini adalah 0.20 g 0.23 g.

a)

b)

c)

Gambar 8. a) dan b) Konsep Disain dengan Pipa Air Baku
berdimensi 2 x d=2.00 m, [Contoh di Zona 3]. c) Konsep
Awal Sumber: PT Pamintori Cipta (Bpk Tedjokusumo).

Gambar 9. Disain Awal di Zone 3: Pembebanan
(Beban Mati dan Beban Hidup)
Input dimensi-dimensi Pier, Pile-Cap, Boredpile
dan input data-data lapisan-lapisan tanah dapat
dilihat pada gambar-gambar berikut ini.

Gambar 10. Box Input dimensi Pier. (Preliminary)


Gambar 11. Grafik Input Pile-Cap (Preliminary)

5 SOIL STRUCTURE INTERACTION
5.1 Analisa FB-Multipier
Dalam analisa nonlinear, persamaan gerak dinamis
berikut ini harus diselesaikan:
....... (3)
dimana [M] adalah matriks massa, [C] adalah
matriks viscous damping, [K] matriks kekakuan
(stiffness), adalah vektor percepatan relatif titik,
adalah vektor kecepatan relatif titik dan {}
adalah vektor perpindahan relatif titik.
Sedangkan adalah percepatan di dasar kolom
(pemodelan) tanah dan {I} adalah vektor unit
satuan.

Gambar 12. Box Input Data Tanah.

Dengan mempergunakan Rayleigh Damping,
dimana matriks damping didapat dari hasil
penjumlahan dua matriks, sbb.:
[C] = a
o
[M] + a
1
[K] ............... (4)

Gambar 13. Data Input SSI (Damping Formulation)

dimana [C] adalah matriks viscous damping, [M]
adalah matriks massa, [K] matriks kekakuan
(stiffness), a
o
dan a
1
adalah nilai skalar yang dipilih
agar didapat harga damping yang diinginkan untuk
dua nilai frekwensi yang terkontrol (Gambar 13
sub-judul Rayleigh Damping Factor di kiri bawah).

Beberapa hasil analisa dengan menggunakan FB-
Multipier dapat dilihat di Gambar 14, dengan
Momen Maksimum di Pile Cap Zone 5 rata-rata
adalah 3476 kN m / m (Dead Load & Live Load).

a)

b)

Gambar 14. Hasil Analisa Untuk Disain Tulangan :__
a) Typical Result Deformasi & Momen di Pile Cap Zone 3
b) Typical Results Deformasi & Momen di Pile Cap Zone 5
(Momen maksimum M2 rata
2
Load 1 & 2:, 3476 kN m / m).
5.2 Analisa Struktur SAP2000
Untuk preliminary pemodelan dengan SAP 2000,
strategi yang digunakan adalah dengan membuat
material properties tanah (Lempung, Lanau-1 dan
Lanau-2) menjadi non-linear dengan
mempergunakan data-data hasil lab. (Unconfined
Compression Test & Triaxial Test).




Gambar 15. Data Input SAP 2000
5.3 Preliminary Study dengan PLAXIS
**

Analisis dinamik riwayat waktu dilakukan
dengan menggunakan PLAXIS Dynamic (Gambar
16). Kondisi batas pemodelan adalah absorbend
boundary pada sisi kanan dan kiri pemodelan,
sedangkan pada bagian bawah dimodelkan sebagai
prescribed dispalcement sebagai lokasi input
beban gempa (input gempa sintetik). Batas bawah
pemodelan diletakkan pada kedalaman 60 m dari
permukaan tanah (catatan: kedalaman baserock di
Jakarta berkisar 120-300m).
Beban gempa diinput dengan pertimbangan
sebagai berikut:
Walaupun dalam SNI 1726-2002 Jakarta
merupakan wilayah gempa 3 dengan PBA 0.15g,
tetapi beberapa hasil studi terakhir untuk Jakarta
menunjukkan bahwa nilai PBA berkisar antara
0.19-0.23 g (Irsyam, M. et.al. 2010).
Mempertimbangkan bahwa kondisi baserock
di Jakarta berkisar antara 150-300 m dan
sedangkan batas bawah pemodelan diletakkan pada
kedalaman 60 m, maka diasumsikan ada
peningkatan nilai PBA dari kedalaman 150-300 m
sampai pada kedalaman 60 m.

**
Bagian komunikasi dgn Dr Dedi Apriadi (April & Juni
2010).
Hasil-hasil M2 (Bending Moment) maksimum
3450 kN m / m (Gambar 17).


Gambar 16. Pemodelan awal potongan melintang pier, pile
cap dan boredpile.


Gambar 17. Distribusi momen pada pile-cap
(Zone 5) akibat gempa El Centro dengan PBA
0.2g, Momen maks. 3450 kN m / m.


6 POTENSIAL LIKUIFAKSI

Laporan Mekanika Tanah melaporkan tentang
terjadinya Potensial Likuifaksi. Untuk hasil di
Borehole DB 1 berikut ini (Gambar 18 dan 19)
menunjukkan indikasi terjadinya likuifaksi.
Lokasinya di sekitar existing Fly Over Sudirman.
Dengan rumus yang kami gunakan seperti dibawah
ini.

CSR = 0,65*r
d
*(a
max
/g)*(
vo
/
vo
). . (5)

Dimana: r
d
= 1 0,012*z ( z = kedalaman ).
a
max
= percepatan gempa maksimum tergantung dari
wilayah dan kekerasan tanah.

vo
= Tegangan total = *h

vo
= Tegangan efektive = h.
= -
w

(N
1
)
60
= 1.67 E
m
C
b
C
r
C
N
N.
E
m
= 0,45 untuk hammer donut
C
b
= Koreksi N dari diameter lubang bor,
C
b
= 1.0 untuk 65 - 115 mm,
C
b
= 1.05 untuk 150 dan
C
b
= 1.15 untuk 200 mm
C
r
= Koreksi dari panjang stang ke lapisan,
C
r
= 0.75 untuk panjang stang 0 - 4 m,
C
r
= 0.85 untuk panjang stang 4 - 6 m,
C
r
= 0.95 untuk panjang stang > 10 m.
C
N
=
Koreksi dari tekanan lapisan tanah

dengan rumus C
N
=(
vo
'
100
o
)
0,5
,
dimana
vo
dalam KPa.
Selanjutnya perhitungan dibuat dalam sisitim tabel
seperti dibawah ini.


Gambar 18. Analisa Potential Likuifaksi DB1 Rekomendasi
NCEER 1997 dan Seed et.al. (2004).



Gambar 19. Analisa Potential Likuifaksi DB1 (Berdasarkan
Metode Sharmer Prakash 1981).

7 KESIMPULAN

Dalam analisa preliminary Design JLNT ini
penulis telah melakukan perhitungan 5 zona JLNT
Kamp.Melayu-Tn.Abang Koridor 1, sepanjang 3.5
km. Kesimpulan yang didapatkan diantaranya:

1. Penggunaan metoda SSI dapat memberikan
gambaran yang lebih mendekati kenyataan,
mengingat seluruh struktur ditinjau sebagai
satu sesatuan analisa yang utuh.
2. Pendekatan ini memungkinkan dilakukan
analisa gempa untuk melihat prilaku dinamika
struktur 3 D.
3. Perbandingan hasil output bending momen
(M2) maksimum atas hasil-hasil perhitungan
dengan menggunakan perangkat lunak FB-
Multipier dan PLAXIS adalah hasil yang
berdekatan (Gambar 14.b dan Gambar 17),
sehingga, ..
4. kedua software tsb. diatas dapat saling
mendukung dan digunakan dalam analisa SSI
(Soil Structure Interaction) disain jembatan
layang lainnya dikemudian hari.
5. Dapat diketahui lebih pasti time history dari
besaran gaya-gaya dalam yang terjadi di
sembarang titik, termasuk dititik perbatasan
antara Upper Structure (Pier) dengan Pile Cap,
serta antara Pile Cap dengan BoredPile.
6. Dengan SSI, dapat diketahui defleksi /
pergeseran disembarang titik, terutama pada
lokasi dekat dengan Pipa Air Baku (milik PT.
Jasa Tirta-2) yang secara prinsip tidak boleh
terganggu oleh pergerakan dinamis struktur
JLNT yang sedang direncanakan.
7. Untuk memberi ruang aman kepada Pipa Air
Baku, PileCap dibuat untuk masing-masing
kaki Pier JLNT. Namun untuk membuat
prilaku kedua PileCap sebagai satu Pile Cap
yang saling memperkuat, maka antara kedua
PileCap dihubungkan dengan balok TieBeam.
TieBeam ini memperkecil besaran pergerakan
dinamis struktur yang membahayakan Pipa Air
Baku.
8. Dengan bantuan software-software komputer,
maka kerumitan dan banyaknya pekerjaan
komputasi numerik yang harus dilakukan
sebagai akibat dari pemodelan SSI tidak
menjadi masalah penghambat.
9. Pada lokasi sekitar Flyover Sudirman yang
diperkirakan bisa berpotensi terjadinya
Likuifaksi, maka perlu dilakukan penelitian
tanah yang lebih rinci.
10. Penggunaan metoda Finite Elemen (SOLID
model dengan SAP2000 Gambar 15),
memungkinkan pemaduan berbagai
karakteristik material yang berbeda dalam satu
model simulasi, dalam hal ini meterial
konstruksi yang bersifat elastis dan tanah yang
bersifat elasto-plastis.
11. Program FB Multipier mampu memberikan
perkiraan sebaran gaya dalam secara numerik
dan grafis / visual dengan menggunakan
warna, yang memudahkan perencana
mengetahui letak dari titik-titik pada
konstruksi yang kritis.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk.
Ir. Novizal MT, Wakil Kepala Dinas PU DKI yang
pada saat tulisan ini dibuat masih menjabat sebagai
Kepala Bidang Jembatan Dinas PU Provinsi DKI
Jakarta, Bpk. Ahmad Saipul (Kep. Seksi
Perencanaan Teknik Jembatan Dinas PU Provinsi
DKI Jakarta), Bpk. Ir. Deddy Arief MBA. MIHT.
(PT Pamintori Cipta), Bpk. Dr. Dedi Apriadi (ITB)
dan Usama Juniansyah Fauzi, MT. untuk bantuan
dan dukungannya sehingga karya tulis ini dapat
dipublikasikan. Terima kasih juga kepada Bpk. Lee
Shaw (PT.SNC Lavalin TPS), Bpk. Hary
Samudra dan Bpk. Ir. Fauzie Buldan Y. atas segala
bantuannya.
REFERENSI
Ahmed Elgamal, Zhaohui Yang, and Jinchi Lu,
Jan. 2010 Cyclic1D: Seismic Ground Response,
Version 1.2 - Users Manual; University of
California, San Diego, Dept. of Structural
Engineering.
Bowles, J. E. 1988. Foundation Analysis and
Design, 4th Edition, McGraw-Hill.
Ensoft, 2000. Manual of LPILE Software.
Geologismiki-CLiq, http:// www.geologismiki.gr/
Products/ CLiq.html
Matlock, H. dan Reese, L.C. Generalised solutions
for laterally loaded piles.
Hoedajanto, D. dan Madutujuh, N. 2010. Laporan
Perencanaan dan Analisis Pushover Struktur
Pier Projek Jalan Flyover Non Tol Kampung
Melayu-Casablanca.
Irsyam, M. et.al. 2010 Ringkasan Hasil Studi Tim
Revisi Peta Gempa Indonesia
(http://www.unisdr.org/files/14654_AIFDR.pdf)
Louhenapessy, W.G. 2010. Hasil Analisa
Perhitungan Boredpile (Boredpile) Zone 3, P55
(STA 3+000) s/d P.85 (STA 4+500), Laporan
Presentasi kepada Dinas PU DKI (April 2010)
dan Presentasi Gubernur DKI (Juni 2010).
Prakash, Sharmer. 1981. Soil Dynamics. The
McGraw-Hill Companies, Inc.
PT. Pamintori Cipta. 2010. DED Ruas Jalan
Layang Kampung Melayu-Tanah Abang (Draft
Laporan Antara/Laporan Akhir).
Robertson, P.K. 1990. Soil classification using the
cone penetration test. Canadian Geotechnical
Journal, 27 (1), 151-8.
Robertson, 2009, Interpretation of Cone
Penetration Tests a unified approach;
Canadian Geotech. Journal May 2009.
Terzaghi, K. & Peck, R.B.; 1967. Soil Mechanics
in Engineering Practice, 2nd edn.. John Wiley,
New York, London, Sydney.
Waltham, A.C., 1994. Foundation of Engineering
Geology. Blackie Academic & Professional.
London.
Wawan Kuswaya et. al. (Lab. Mektan ISTN), April
2010. Soil Investigation Report Proyek Jalan
Layang Kamp. Melayu-Tn. Abang).
Wawan Kuswaya et. al. (Lab. Mektan ISTN), Juli
2010. Laporan Hasil Penyelidikan Tanah
(Final Report Soil Investigation Tahap ke 2)
Proyek Jalan Layang Kamp. Melayu-Tn.
Abang.
Yosafat Aji P. dan Nathan Madutujuh, 2011.
Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta
Jalur Tn.Abang Kp.Melayu. ESRC National
Conferences 2011, Universitas Nurtanio,
Bandung, 22 Maret 2011.

You might also like