You are on page 1of 2

Muka > Konsultasi > Ibadah

Bacaan Shodaqallahul'adhim Sesudah Tilawah Bid'ahkah?


Assalamualaikum Wr. WB. Kepada Ustadz Pengasuh yang saya hormati. Saya pernah diberitahu oleh saudara dari seorang ustadz bahwa bacaan Shodaqallahul'adhim sesudah tilawah adalah bid'ah. Ustadz tersebut mengutip fatwa Syaikh dari Saudi Arabia (kalau tidak salah namanya adalah Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu). Mohon penjelasan!. Assalamualaikum Wr. WB. Salman JL. P. Diponegoro III 2004-06-08 10:40:11

Jawaban: Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba?d. Umumnya fatwa di kalangan ulama Saudi memang demikian terhadap bacaan shadaqallahul ? azhim. Sebab memang tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu mengakhiri bacaan Al-Quran Al-Kariem dengan lafaz itu. Sehingga menurut para ulama di sana, tindakan selalu mengucapkan lafaz itu selepas membaca Al-Quran Al-Kariem bisa dikategorikan sebagai penambahan atas ajaran Islam. Dan istilah yang paling mudah untuk menyebutkan hal itu adalah bid?ah. Beberapa ulama terkadang memang sangat jeli dalam hal-hal yang kecil seperti itu dan ini tentu baik, sebab hal itu membuat bahwa di setiap lini kehidupan ada orang-orang yang selalu tetap menjaga kemurnian dan keaslian agama ini. Sampai urusan baca lafaz shadaqallahul ?azhiem pun bisa tetap diperhatikan. Ini sebenarnya adalah karunia Allah Subhanahu Wata`la yang amat besar bagi ummat ini. Tinggal masalahnya adalah sejauh mana dampak hukum terhadap bacaan itu. Bahwa tidak ada riwayat yang mewajibkan atau mengajurkan membacanya, sudah jelas dan pasti. Namun bila ada orang yang membacanya juga, apakah orang itu lantas bisa divonis sebagai ahli bid? ah, sesat dan calon penghuni neraka ? Disinilah para ulama berbeda pandangan. Sebagian berpendapat bahwa masalah itu meski tidak ada riwayat dari Rasulullah SAW, tetapi menganggap hal itu mubah saja, karena bagian dari ta?zhim kepada firman Allah Subhanahu Wata`la. Dan secara nash pun tidak ada

larangan yang bersifat sharih yang melarang hal itu. Sehingga masalah itu menjadi mubah. Sebagian lagi merasa bahwa pembacaan lafaz itu terus menerus pada setiap selesai bacaan tilawah akan melahirkan kesalah-pahaman manusia suatu saat, sehingga seolah-olah menjadi bagian dari agama ini. Lalu mereka memakruhkannya tapi tidak sampai mengharamkannya. Dan yang lainnya agak lebih hati-hati lagi sehingga sampai kepada mengharamkannya. Dan yang lebih dari itu semua adalah vonis bahwa yang membacanya adalah ahli bid?ah dan calon penghuni neraka. Tentu pendapat yang terakhir ini agak terlalu bersemangat sampai mengancam-ngancam masuk neraka hanya karena masalah yang sebenarnya tidak ada larangan secara sharih. Lepas dari perbedaan pandangan itu, memang sebaiknya kita terlibat terlalu jauh pada halhal yang tidak ada contoh sunnahnya dari Rasulullah SAW. Tetapi juga tidak terburu-buru memvonis orang lain yang tidak sama pandangannya dengan kita sebagai ahli bid?ah. Sebab tiap pendapat pasti punya hujjahnya sendiri-sendiri yang perlu kita hormati. Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. [ kirim pertanyaan ]

Office: Jalan Basuki Rahmat no. 1 A Kampung Melayu Jakarta telp. 021 70361559 fax. 021-7996126

Syariah Consulting Center (SCC)

You might also like