You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

OLEH : RAHMI GIA 009 006 Senin,28 November 2011 Asisten:

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2011

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR & EMPEDU)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan

: Untuk mengetahui sifat sifat fisik dan kimia dari air liur dan empedu.

Hari, tanggal : Senin, 28 November 2011. Tempat : Laboraturium Biokimia Lantai III Fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Kelenjar yang ada disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau lidah. Ada 3 kelenjar yang mengeluarkan saliva yaitu kelenjar parotid, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar 1 sampai 1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99,24 % air dan 0,58 % terdiri atas ion ion dan za organik seperti musin dan enzim amilase. Saliva mempunyai pH antara 5,75 7,05. pada umumnya pH saliva adalah sedikit dibawah 7 (Poedijadi, 2007).

Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memper lacar proses menelan makanan. Cairan air liur mengandungamilase yang menghidrolisa ikatan (1-4) pada cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin menjadi glukosa, sejumlah kecil maltosa, dan suatu inti tahan hidrolisa yang disebut dekstrin. Hanya sebagian kecil amilum yang dapat dicema di dalam mulut, oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih lama untuk memberi kesempatan lebih banyak pemecahan amilum di rongga mulut (Amstrong, 1995). Tiga kelenjar saliva yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submaksilar, dan kelenjar parotid. Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di bawah lidah bagian depan. Kelenjar submaksilar terletak di belakang kelenjar sublingual dan lebih dalam. Kelenjar parotid ialah kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atau mulut di depan telinga. Setiap hari sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99.24 % air dan 0.58 % terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K +, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat

organik seperti musin dan enzim amilase (ptialin). Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual dan kelenjar submaksiari, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh parotid (Murray, 2009) Hati merupakan organ pensekresi cairan empedu. Empedu sendiri bukan sejenis enzim yang dapat mengkatalis reaksi dalam tubuh. Komposisi empedu terdiri dari air, garam empedu, pigmen empedu, kolestrol,lisitin, garam anorganik. Dari semua komposisi tersebut, yang paling penting dalam pencernaan lemak adalah efek hidrotropiknya. Tegangan permukaan rendah dari lemak dan sebagian bertanggungjawab untuk emulsifikasi lemak sebelum dicerna dan di absorpsidi dalam usus halus. Selain untuk absorpsi lemak empedu juga penting untuk proses absorpsi vitamin-vitamin yang larut dalam dalam lemak (Vitamin A,D,E, dan K). Garam empedu berfungsi sebagai penetral asam lambung yang masuk kedalam duodenum. Asam empedu merangsang produksi garam-garam empedu. (Murray, 2009) Kantung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu juga berfungsi untuk memberi warna pada feses (Vogel, 1985). Saat pencernaan makanan, kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan pankreas pada bagian akhir. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan berasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu, HCO3-, Cl-, Na+ dan K +, serta zat-zat organic yaitu asam-asam empedu, bilirubin, kolesterol ( Poedjiadi, 1994). Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu (Murray, 2003). kelenjar

C. ALAT DAN BAHAN Alat - Erlenmeyer 50 ml - Rak tabung reaksi - Tabung reaksi - Gelas kimia 500 ml - Pipet tetes - Penjepit

Bahan - Air liur - Empedu ayam - Indikator universal - Larutan NaOH 10% - Larutan CuSO4 - Pereaksi Molisch - Larutan Asam asetat encer - Larutan Asam sulfat (H2SO4) pekat - Larutan HCl - Larutan BaCl2 2% - Larutan HNO3 pekat - Larutan sukrosa 5% - Aquadest - Minyak - Kertas saring - Tissue

D. SKEMA KERJA a) Air Liur 1. Penetapan pH Air Liur ( saliva ) Air Liur - Celupkan indicator universal - Cocokkan warna pada indicator dengan standar warna pH pH air liur 2. Uji Biuret Tabung Reaksi - Masukkan 2mL air liur yang tidak disaring - + 2mL NaOH 10%, dicampur dengan baik - + tetes demi tetes CuSO4, maksimal 10 tetes. Larutan berwarna lembayung 3. Uji Molisch Tabung reaksi - Masukkan 2 mL air liur yang tidak disaring - + 2 tetes pereaksi Molisch. Campur - + 2 mL asam sulfat pekat dengan memiringkan tabung reaksi dengan menggunakan buret. Cincin berwarna ungu pada batas antar 2 lapisan 4. Uji Presipitasi Tabung reaksi - Masukkan 2mL air liur yang sudah disaring - + 1 tetes asam asetat encer Ada/tidak endapan amorf

5. Uji Sulfat Tabung reaksi Masukkan 1 mL air liur yang tidak disaring + 3-5 tetes HCl + 5-10 tetes BaCl2 2%. Campur dengan baik Perhatikan dan catat

Endapan putih b) Empedu 1. Sifat Empedu Empedu Perhatikan dan catat sifat fisik empedu

Warna hijau, bentuk oval dan lembek 2. Uji Gmelin Tabung reaksi - Masukkan 3 mL HNO3 pekat - Miringkan tabung, + 3mL larutan empedu encer sehingga larutan tak bercampur - Perhatikan warna pada perbatasan kedua larutan. Terbentuk warna merah kekuningan 3. Uji Pettenkofer Tabung reaksi - Masukkan 5mL (3 pipet) larutan empedu encer - + 5 tetes larutan sukrosa 5% - Miringkan tabung reaksi + 3 mL (2 pipet) asam sulfat pekat hingga terbentuk 2 lapisan - Pehatikan cincin yang terbentuk pada perbatasan antara kedua lapisan.

3 lapisan. Atas: keruh mengental berwarna hijau; Tengah : hijau kehitaman tidak terlalu kental; Bawah : cair berwarna hijau muda. 4. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator Tabung I Tabung reaksi - Masukkan 3mL air suling - + 1 tetes minyak - Kocok tabung - Catat dan perhatikan Hasil emulsi tidak stabil/warna tidak bercampur rata Tabung II Tabung reaksi - Masukkan 3mL air suling - + 1 tetes minyak - + 3mL larutan empedu encer - Kocok tabung - Catat dan perhatikan Emulsi stabil/ warna bercampur rata = hijau tua

E. HASIL PENGAMATAN

1. Air Liur No 1

Langkah kerja

Hasil Pengamatan pH = 7 (netral)

Penetapan pH air liur (saliva): - Sepotong indikator universal ke dalam air liur yang tidak disaring. - Warna pada indikator dicocokkan dengan standar warna pH.

Uji Biuret: - 2 ml air liur yang tidak disaring dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Ditambahkan 2 ml NaOH 10 % dan dicampur dengan baik - Ditambahkan setetes larutan CuSO4. Dicampur dengan baik. Bila belum terbentuk warna lembayung, ditambahkan lagi setetes CuSO4 hingga maksimum 10 tetes + 2 ml NaOH : larutan menjadi keruh di bagian atas dan bening di bagian bawah + CuSO4 : terbentuk warna bercak biru. Semakin banyak ditetesi CuSO4, warnanya menjadi semakin ungu. Hasil (+) : larutan berwarna ungu karena mengandung protein. Air liur berwarna bening dan berbuih

Uji Molisch Masukkan 2 ml air liur yang tidak disaring dalam tabung reaksi Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati. Tambahkan 2 ml As.sulfat pekat. Reaksi positif ditandai dengan + asam sulfat : terbentuk 3 lapisan yaitu putih keruh (atas), cokelat tua (tengah), dan bening kecoklatan (bawah) Setelah dikocok, warna larutan menjadi + molish : terbentuk bercak hitam Air liur berwarna bening dan berbuih

pembentukan cincin ungu antara 2 lapisan cairan.

putih keruh sedikit crem dan terdapat cincin ungu di bagian atas. Seharusnya cincin berada di tengah, tapi kemungkinan hal ini dikarenakan larutan yang buruk.

Uji Presipitasi Masukkan 2 ml air liur yang disaring dalam tabung reaksi Ditambahkan 1 tetes asam asetat encer. Dicampur dengan baik. Diperhatikan dan dicatat, apa ada presispitasi amorf terbentuk? Terbentuk endapan amorf Berwarna bening

Uji Sulfat Dimasukkan 1 ml air liur yang disaring ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 3-5 tetes HCl Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2%. Dicampur dengan baik Diperhatikan dan dicatat, apakah ada endapan putih yang menyatakan adanya sulfat 2. Empedu + HCl : tidak terjadi perubahan + BaCl2 : terbentuk 2 lapisan yairu bening (bawah), dan keruh (atas). Terdapat adanya endapan putih Berwarna bening

No 1 Sifat empedu -

Langkah kerja

Hasil Pengamatan - Warna : hijau tua - Bentuk : lonjong - Tekstur : lembek

Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu

Uji Gmelin - Dimasukkan 3 ml HNO3 pekat ke Berwarna bening

dalam tabung reaksi - Dimiringkan tabung reaksi, dialirkan dengan pipet 3 ml larutan empedu encer melalui dinding tabung sehingga kedua larutan tidak bercampur. - Diperhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan antara kedua cairan 3 Uji Pettenkofer Dimasukkan 5 ml larutan empedu encer dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5% Terbentuk 2 lapisan yaitu hijau muda (atas) dan hijau tua (bawah) Berwarna hijau Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan yaitu orange (atas) dan kuning bening (bawah). Terasa panas pada tabung Terbentuk 3 lapisan yaitu hijau (atas), merah kekuningan (tengah), dan bening (bawah)

Dimiringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 3 ml Asam sulfat pekat melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2 lapisan cairan. Diperhatikan cincin yang terbentuk pada perbatasan antara kedua lapisan.

+ asam sulfat pekat : terbentuk 3 lapisan yaitu yaitu hijau muda (atas), hijau kehitaman (tengah) dan hijau tua (bawah) dan terdapat cincin berwarna merah keunguan diantara dua lapisan

Fungsi empedu sebagai emulgator Disediakan 2 tabung reaksi pada masing-masing tabung masukkan 3 ml air suling

Tabung I (aquades + minyak) : Tidak dapat bercampur (emulsi tidak stabil) Tabung II : aquades + minyak, tidak dapat bercampur + empedu, larutan menjadi tercampur (emulsi stabil) dan berwarna hijau tua.

Pada kedua tabung dimasukkan 1 tetes minyak Pada tabung kedua ditambahkan 3 ml

larutan empedu encer Dikocok kedua tabung. Dicatat dan diperhatikan, apakah terbentuk emulsi yang stabil.

F. ANALSIS DATA Persamaan Reaksi


1) Air liur

pH air liur adalah 7 (Netral)

Uji Molisch H CH2OHHCOHHCOHHCOH HCOHC=O + H2SO4 Glukosa Furfural Rumus cincin yang terbentuk O C SO3H OH O C H + | OH naftol

H2C

Cincin ungu senyawa kompleks

Reaksi biuret
HO C R O CH C R CH NH2 NH2 O + CaSO4 O + NaOH H R CH NH3 O Na C O

Larutan Lembayung

Uji Presipitasi

C R C NH2

+ Asam

Denaherasi

Presipitasi

Uji Sulfat SO42+


(as)

+ Ba2+
(as)

BaSO4
(s)

2) Cairan empedu 1.Uji Gmelin Bilirubun + HNO3 pekat larutan merah muda

2. Uji pettenkoffer O H HO H H OH H OH OH OH Garam empedu O OH H2S04 AS. empedu Empedu Cincin merah antara dua lapisan O H2SO4 OH O

3. Empedu sebagai emulgator Tabung I Air suling + minyak Tabung II Garam empedu + Minyak Micelles + air emulsi stabil (larut) micelles emulsi tidak stabil

G. PEMBAHASAN Praktikum kali ini adalah mengenai uji sifat fisik dan kimia cairan tubuh yaitu air liur dan empedu. Pada air liur, uji pertama yaitu penetapan pH air liur dengan kertas lakmus dan dicocokkan dengan indikator universal di peroleh pH air liur yaitu 7 (bersifat netral), ini merupakan pH normal air liur pada umunya. . Saliva terdiri atas 99,24 % air dan 0,58 % terdiri atas
ion ion dan za organik seperti musin dan enzim amilase. Saliva mempunyai pH antara 5,75 7,05 (Poedijadi ,2007).

Kedua Uji Biuret, pengujian biuret yang dilakukan pada air liur bertujuan untuk menentukan apakah didalam air liur terdapat protein (ikatan peptida). Bahwa protein memiliki ikatan peptida yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu atau berwarna biru lembayung

(keunguan). Secara umum prinsip uji biuret adalah protein akan bereaksi dengan NaOH dan selanjutnya dengan CuSO4 yang akan menghasilkan warna ungu. Dari hasil pengamatan diperoleh larutan terdapat bercak biru dan lama kelamaan berwarna ungu yang artinya saliva (air liur) mengandung protein. Protein yang ada dalam saliva ini berasal dari enzim yang terdapat di dalamnya yang berupa enzim amilase yang tersusun atas protein (Amstrong, 1995). Ketiga Uji Molisch, reaksi molisch merupakan uji umum untuk karbohidrat artinya uji ini tidak spesifik untuk mengenali karbohidrat jenis tertentu Uji Molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu atau uji positif (cincin ungu) karena terjadi reaksi

kondensasi antara furfural dengan naftol (Amstrong, 1995). Dari hasil pengamatan warna larutan menjadi putih keruh sedikit crem dan terdapat cincin ungu di bagian atas, ini menujukkan uji positif saliva mengandung karbohidrat. Seharusnya cincin berada di tengah, tapi kemungkinan hal ini dikarenakan volume larutan yang berlebihan. Keempat Uji Presipitasi, uji ini untuk mengetahui apakah ada presispitasi amorf yang terbentuk. Uji ini saliva yang disaring dan ditambahkan asam asetat encer, dari percobaan larutan menghasilkan atau terbentuk endapan amorf. Hal ini dapat membuktikan adanya mucin pada saliva dengan adanya pembentukan presipitat/endapan amorf. Kelima Uji Sulfat, pada uji Sulfat pada air liur ditambahkan beberapa tetes HCl dan BaCl2 2% , terdapat endapan putih, sehingga ini menunjukkan bahwa pada air liur terdapat senyawa sulfat. Pada empedu, pertama memperhatikan sifat fisiknya yaitu berwarna hijau tua, berbentuk lonjong atau kapsul dengan tekstur yang lembek/permukaan halus serta berbau amis dan cairannya berwarna hijau tua. Kedua Uji Gmelin, Gmelin yang merupakan nama dari ilmuan Inggris. Tes Gmelin, yaitu tes yang berdasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna menghasilkan serangkaian warna hasil oksidasi Prinsip pengujian ini meliputi reaksi antara bilirubin dengan HNO3 yang akan menghasilkan larutan berwarna sesuai dengan konsentrasi HNO3 yang dipakai. Jika kita mengunakan HNO3 pekat maka akan terbentuk larutan merah muda.. Dari percobaan setelah dikocok larutan terbentuk 2 lapisan yaitu orange (atas) dan kuning

bening (bawah). Adanya cincin yang terbentuk menandakan dalam empedu terdapat bilirubin, dan setelah dikocok diperoleh larutan yang berwarna jingga (Kimbal, 1983). Ketiga Uji Pettenkofer, Pengujian pettenkoffer akan membuktikan adanya garam dan asam empedu yang terkandung di dalamnya. Prinsip pengujian ini adalah garam pada empedu akan diasamkan oleh H2SO4 dan adanya hasil kondensasi heksosa dari sukrosa akan bereaksi dengan asam empedu membentuk kompleks warna merah di antara 2 lapisan yang terbentuk. Dari percobaan larutan terbentuk 3 lapisan yaitu yaitu hijau muda (atas), hijau kehitaman (tengah) dan hijau tua (bawah) dan terdapat cincin berwarna merah diantara dua lapisan. Ini menunjukkan empedu mengandung garam dan asam empedu. Pengujian empedu lainnya yaitu mengetahui sifat pengemulsi lemak (emulgator) dari cairan empedu. Sifat ini wajib di miliki cairan empedu. Hal ini berkaitan dengan fungsinya dalam pencernaan makanan didalam tubuh yaitu sebagai pencerna lemak. Lemak akan mudah di hidrolisis dengan cara mengubah bentuknya menjadi emulsi. Empedu bersifat emulsi yaitu menyatukan dua jenis larutan yang berbeda dengan mengubah sifat larutan tersebut . Zat yang berperan disini adalah enzim lipase (Murray, 2009). H. PENUTUP Kesimpulan:

a. pH air liur (saliva) yaitu 7 (bersifat netral), ini merupakan pH normal air liur pada umunya dimana saliva mempunyai pH antara 5,75 7,05 b. Pengujian biuret penentuan adanya protein (ikatan peptida) pada saliva yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu atau berwarna biru lembayung (keunguan). Berdasarkan Uji Biuret saliva mengandung protein (ikatan peptida) c. Reaksi molisch uji umum untuk menentukan adanya karbohidrat pada air liur dengan terbentuk warna ungu (cincin ungu) pada batas antara kedua lapisan itu. Berdasarkan uji tersebut saliva mengandung suatu karbohidrat d. Adanya musin pada saliva ditandai dengan adanya pembentukan presipitat/endapan amorf. e. Berdasarkan uji sulfat air liur mengandung sulfat dengan terbentuknya endapan putih

f. Sifat fisik dari empedu yaitu berwarna hijau tua, berbentuk lonjong atau kapsul dengan tekstur yang lembek/permukaan halus dan cairannya berwarna hijau tua g. Cairan empedu yang diuji mengandung billirubin dengan larutan yang berwarna jingga agak kemerahan dengan ditunjukan uji positif Gmelin h. Cairan empedu yang diuji mengandung garam-garam empedu dengan terdapat cincin berwarna merah diantara dua lapisan dengan ditunjukan uji positif Pettenkoffer i. Empedu memiliki sifat pengemulsi lemak (emulgator) yaitu menyatukan dua jenis larutan yang berbeda dengan mengubah sifat larutan tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi Ketiga. EGC: Jakarta. Murray, Robert. Dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Murray, Robert. Dkk. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC: Jakarta Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Poedijadi, Anna. 2007. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press. Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro, Penerjemah L. Setiono dan A.H Pudjaatmaka, Jakarta : Kalman Media Pustaka.

You might also like