You are on page 1of 7

DEBIT ALIRAN

A. PENDAHULUAN Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada daerah aliran sungai (DAS) yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut (Giancoli, 2001). Untuk menjaga agar air yang keluar dari DAS tidak melebihi dari kapasitas penerimaan dihilir, perlu dilakukan perhitungan debit air. Perhitungan debit air ini penting untuk menentukan langkah selanjutnya agar fungsi DAS dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan bagi manusia dan ekosistem. Untuk menaksir atau memperkirakan debit aliran dan laju aliran air bersih terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu berdasarkan jumlah pemakai, jenis, dan jumlah alat plambing, unit beban alat plambing, dan pemakaian air terhadap waktu. B. TUJUAN Tujuan dari praktikum Debit Aliran ini adalah untuk memahami prinsip pengukuran debit aliran.

C. DASAR TEORI Pada umumuya aliran fluida dapat dibedakan atas aliran dalam saluran, yaitu aliran yang dibatasi oleh permukaan-permukaan keras, dan aliran sekitar benda, yang dikelilingi oleh fluida yang selanjutnya tidak terbatas. Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut Dictionary of Scientic and Technical Term (Lapedes et al, 1974), DAS (Watershed) diartikan sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air ke satu sungai utama. DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara ke laut (Giancoli, 2010).

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Streeter, 1895). Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya sama dengan kecepatan rerataV, sehingga debit aliran adalah: Q= A. V Dengan : Q = Debit Aliran (m3/s) A = Luas Penampang (m2) V = Kecepatan Aliran (m/s) ` Aliran zat cair dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis seperti berikut

Aliran invisid dan viskos. Aliran invisid adalah aliran dimana kekentalan zat

cair

dianggap nol (zat cair ideal). Aliran viskos adalah aliran di mana kekentalan diperhitungkan (zat cair riil). Semua fluida (termasuk zat cair) adalah kompresibel sehingga rapat massanya berubah dengan perubahan tekanan. Pada aliran mantap dengan mantap dengan perbuhan rapat massa kecil, sering dilakukan penyederhanaan dengan menganggap bahwa zat cair adalah tak kompresibel dan rapat massa adalah konstan (Halliday dan Resnick, 1991). Aliran laminer dan turbulen. Aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminer terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair mempunyai kekentalan besar. Pada aliran turbulen , partikel- partikel zat cair bergerak tidak teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen terjadi apabila kecepatan aliran

besar, saluran besar dan zat cair mempunyai kekentalan kecil. Aliran di sungai, saluran irigasi/drainasi dan di laut adalah contor dari aliran turbulen. Aliran mantap (steady flow) dan tak mantap (unsteady flow). Aliran mantap (steady flow) terjadi jika variabel dari aliran (seperti kecepatanV, tekanan p, rapat massa r, tampang aliranA, debit Q, dsb) disembarang titik pada zat cair tidak berubah dengan waktu. Aliran tak mantap (unsteady flow) terjadi jika variabel aliran pada setiaP titik berubah dengan waktu. Aliran seragam dan tak seragam. Aliran disebut seragam (uniform flow) apabila tidak ada perubahan besar dan arah dari kecepatan dari satu titik ke titik yang lain di sepanjang aliran. Aliran tak seragam (non uniform flow) terjadi jika semua variabel aliran berubah dengan jarak. Aliran satu, dua dan tiga dimensi. Dalam aliran satu dimensi (1-D), kecepatan di setiap titik pada tampanglintang mempunyai besar dan arah yang sama. Dalam aliran dua dimensi (2-D), semua partikel dianggap mengalir dalam bidang sepanjang aliran, sehingga tidak ada aliran tegak lurus pada bidang tersebut.Kebanyakan aliran di alam adalah tiga dimensi, di mana komponen kecepatan u,v, dan w adalah fungsi dari koordinat ruang x, y, dan z. analisa dari aliran ini adalah sangat sulit (Tipler, 1998). Aliran rotasional dan tak rotasional. Aliran rotasional terjadi apabila setiap partikel zat cair mempunyai kecepatan sudut terhadap pusat massanya. Partikel zat cair akan berotasi apabila distribusi kecepatan tidak merata. Pada aliran tak rotasional, distribusi kecepatan di dekat dinding batas merata sehingga partikel zat cair tersebut tidak berotasi terhadap pusat massanya. Aliran Kritis, Subkritis dan Superkritis. Aliran kritis merupakan kondisi aliran yang dipakai sebagai pegangan dalam menentukan dimesi bangunan ukur debit. Aliran subkritis dan aliran superkritis dapat diketahui melalui nilai bilangan Froude (F) . Bilangan Froude tersebut membedakan jenis aliran menjadi tiga jenis yakni: Aliran kritis, Subkritis dan superkritis (Young, 2002).

D. PEMBAHASAN Pada percobaan untuk mengukur debit air ini dilakukan dengan cara mengamati daun kering yang melaju pada aliran fluida. Sebelum itu, dilakukan pengukuran lebar, tinggi dan panjang pipa kaca. Pengukuran ini dilakukan agar dapat mengetahui luas penampang pipa. Debit aliran adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang pada sungai per satuan waktu. Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui seberapa banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam satu detik. Praktikum tentang debit aliran kali ini dilakukan pada aliran terbuka yang terbuka dari kaca dengan panjang 1 meter dan lebar 0,06 meter. Yang diisi air hingga mencapai tinggi 0,06 m sehingga luas penamapang dari pipa tersebut adalah 0,0036 m2. Hasil pengamatan yang dilakukan tiga kali ini berbeda. Waktu yang ditempuh oleh daun kering pada ketiga percobaan tersebut berturut-turut adalah 42,36 s, 38,87 s, dan 39,08 s. Karena berbedanya waktu yang ditempuh, maka kecepatan daun kering tersebut juga berbeda-beda. Kecepatan daun kering untuk ketiga percobaan tersebut adalah 0,024 ms, 0,026 ms dan 0,026 ms. Dengan mengalikan luas penampang pipa dengan kecepatan daun kering, maka didapatkan debit air tersebut masing-masing adalah 8,610-5 m3/s, 9,3610-5 m3/s dan 9,3610-5 m3/s. Hasil perhitungan pada percobaan kedua dan ketiga adalah sama, hal ini karena dilakukannya pembulatan bilangan pada hasil kecepatan. Sehingga nilai untuk debit juga relatif sama. Dengan mengamati pergerakan daun kering, dapat disimpulkan bahwa fluida dalam pipa tersebut mengalami suatu pergerakan yang disebut dengan aliran laminer. Aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminer terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan zat cair mempunyai kekentalan besar. Seperti yang telah disinggung diatas, waktu yang ditmpuh untuk ketiga percobaan tersebut berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, seperti adanya pengaruh dari luar

(angin, getaran,) yang mempengaruhi kecepatan mengalirnya fluida. Jika angin yang bertiup meningkat, maka aliran fluida akan bertambah cepat. Jika terdapat getaran mendadak seperti karena pipa tersenggol praktikan, maka fluid akan berpencar dan tidak stabil alirannya dan menghambat gerakkan fluida. Adanya perbedaan massa daun kering juga mempengaruhi hasil pengamatan. Karena setiap sobekan daun kering pada tiap-tiap percobaan berbeda-beda. Sedangkan faktor yang mempengaruhi debit aliran adalah : 1. Angin Karena angin berpengaruh pada kecepatan aliran fluida, maka berpengaruh pula pada debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran tersebut, maka debit aliran akan semakin tinggi. Dan semakin lambat angin yang berhembus maka aliran akan memiliki kecepatan yang rendah dan debit air pun akan rendah. 2. Kecepatan aliran Kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat aliran mengalir, maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin lambat aliran mengalir, maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan. 3. Permukaan saluran Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran yang dihasilkan. Hal ini juga mempengaruhi kehilangan head aliran yang berpengaruh pada debit. Aplikasi pemanfaatan debit aliran saluran terbuka dalam bidang pertanian dapat terlihat dalam perencanaan bangunan air bersih, pengolahan air limbah, bendungan, bangunan pengendalian banjir, penanggulangan erosi pantai, pengumpulan dan distribusi air, pembangkit tenaga mekanis (turbin air, turbin uap, turbin gas, pompa hidrolis, kompresor, gerak pesawat, dan lain lain

E. KESIMPULAN Dari praktikum yang kami lakukan dapat kami tsrik kesimpulan : o Waktu yang ditempuh oleh daun kering pada ketiga percobaan tersebut berturut-turut adalah 42,36 s, 38,87 s, dan 39,08 s. Kecepatan daun kering untuk ketiga percobaan tersebut adalah 0,024 ms, 0,026 ms dan 0,026 ms. Debit air tersebut masing-masing adalah 8,610-5 m3/s, 9,3610-5 m3/s dan 9,3610- 5 m3/s. o Fluida dalam pipa tersebut mengalami suatu pergerakan yang disebut dengan aliran laminer karena partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. o Sedangkan faktor yang mempengaruhi debit aliran adalah angin, kecepatan aliran, dan kontur permukaan saluran. o Aplikasi pemanfaatan debit aliran saluran terbuka dalam bidang pertanian dapat terlihat dalam perencanaan bangunan air bersih, pengolahan air limbah, bendungan, bangunan pengendalian banjir, penanggulangan erosi pantai, pengumpulan dan distribusi air, pembangkit tenaga mekanis (turbin air, turbin uap, turbin gas, pompa hidrolis, kompresor, gerak pesawat, dan lain lain).

DAFTAR PUSTAKA Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Giancoli, Douglas C. 2010. Fisika Jilid V (terjemahan). Jakarta : Erlangga Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Streeter L, Victor. 1985. Mekanika Fluida. Erlangga: Jakarta TIM PENYUSUN. 2009. Modul Praktikum Mekanika Fluida. Purwokerto: UNSOED Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Young, Hugh D. & Roger A Freedman. 2002. Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta : Erlangg

You might also like