You are on page 1of 3

PENYAKIT PADA SUKU BANGSA

Pendahuluan: Frekuensi epidemic penyakit berbeda-beda pada setiap lingkungan, hal ini karena persebaran penyakit dipengaruhi oleh beberapa variable yaitu waktu, lingkungan maupun orang dan lain sebagainya. Dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan respon yang berbeda-beda terhadap suatu penyakit, sehingga kita bisa menyaksikan suatu penyakit lebih mudah terjadi pada kelompok masyarakat pada waktu tertentu atau lingkungan tertentu ataupun pada orang dengan klasifikasi tertentu. Sebagai salah satu variable yang berpengaruh, penyebaran penyakit berdasarkan variable orang perlu diketahui secara mendalam, salah satu yang sangat sulit untuk dideteksi adalah penyakit berdasarkan suku bangsa, karena membutuhkan penelitian yang lebih kompleks yaitu harus terjun pada kelompok bangsa tertentu. Namun hal tersebut harus tetap dilakukan karena sangat penting untuk penanganan kesehatan masyarakat, terlebih dalam dunia keperawatan kita dituntut untuk memahaminya sehingga dapat memberikan asuhan pada suku bangsa sesuai ciri khasnya masing-masing termasuk penyakit yang mudah terjadi pada masyarakat tertentu sehingga mempermudah dalam antisipasi. Setiap bangsa atau ras memilki keunikan tersendiri dalam penyakitnya, dan setiap bangsa beresiko tinggi terhadap penyakit tertentu yang berbeda-beda, atau bahkan memilki status kesehatan yang berbeda pula. Dengan adanya kondisi tersebut, sangat penting untuk mengetahui bangsa ataupun populasi dengan prevalensi tinggi terhadap penyakit tertentu untuk dijadikan sebagai kajian ilmu sebagai referensi bagi perawat, sehingga ia mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien terutama dalam tindakan promotiv dan preventif sebagai bentuk antisipasi dini terhadap penyakit. Pembahasan:

1. Hubungan Penyakit Tay-Sachs dengan Suku Bangsa Yahudi Ashkenazi Sejumlah gangguan genetic lebih sering terjadi pada etnik atau populasi tertentu. Pada bangsa Yahudi Askenazi (orang-orang keturunan Eropa Timur), telah diperkirakan bahwa satu dari empat orang adalah pembawa salah satu dari beberapa penyakit genetic salah satunya adalah Tay Sachs disease. Penyakit Tay-Sachs (disingkat TSD,juga dikenal sebagai GM2 gangliosidosis atau Hexosaminidase defisiensi A) adalah suatu kelainangenetik resesif autosom. Dalam varian yang paling umum dikenal sebagai penyakit anak, Tay-Sachs ini menimbulkan kerusakan tanpa henti dari kemampuan mental dan fisik yang dimulai pada usia 6 bulan dan biasanya menyebabkan kematian pada usia empat tahun. Hal ini disebabkan oleh cacat genetik dalam gen tunggal dengan satu salinan gen cacat dari yang diwariskan dari setiap orangtua. Penyakit ini terjadi ketika jumlah berbahaya dari Gangliosida terakumulasi dalam sel-sel saraf otak, akhirnya mengarah pada kematian dini sel-sel. Saat ini tidak ada obat atau pengobatan.Penyakit Tay-Sachs adalah penyakit langka. Gangguan autosomal lain seperti cysticfibrosis dan anemia sel sabit jauh lebih umum

Faktor Penyebab: Penyebab utama dalam penyakit tersebut adalah factor genetis. Dimana dalam inti dari setiap sel terdapat 46 kromosom, setiap paket gen memiliki DNA yang mebawa pesan-pesan genetis, dan pada bangsa Yahudi Ashkenazi telah memiliki struktur gen yang telah bermutasi menjadi struktur gen yang sangat mirip dengan susunan gen penyakit-penyakit tersebut. Dimana pada bangsa ini terjadi penyisipan sepasang basa empat ekson 11 (1278insTATC) yang disebut sebagai gen hexa. Penelitian di akhir abad 20 menunjukkan bahwa mutasi ini terjadi pada kromosom 15 hexa. Hal inilah yang akhirnya memicu munculnya penyakit Tay-sachs pada bangsa tersebut. 2. Hubungan Penyakit Mag dengan Suku Batak di Indonesia Penyakit maag ternyata mempunyai hubungan dengan ras. Berdasarkan penelitian di RS PGI Cikini dan RSCM, Jakarta Pusat, diketahui bahwa suku Batak, Sumatera Utara, mempunyai kecenderungan menderita maag lebih besar dari suku lain.

Penyakit dispepsia atau yang lebih dikenal sebagai maag di antaranya disebabkan oleh helicobacter pylori (HP), satu-satunya kuman yang mampu hidup di lambung manusia yang memiliki kondisi asam. International Agency for Research of Cancer (IARC), sebuah komisi di WHO, menyatakan, HP adalah zat karsinogen tingkat satu, sama seperti virus hepatitis B dan C. Berdasarkan survey, 75 persen dari kelompok positif infeksi HP di Indonesia adalah orang Batak. Faktor Penyebab: Dalam hal ini memiliki kaitan erat dengan budaya suku tersebut, yaitu kebiasaan memapahkan makanan pada anak yang disebut dengan memei. Selain itu, dia juga berdasarkan penelitian juga erkait dengan factor agama. Dimana dari 11 orang Batak Muslim hanya satu yang positif, sedangkan dari 36 orang Batak Kristen, 26 orang positif infeksi HP. Hal ini erat kaitannya dengan konsumsi makanan, seperti babi yang sering kali dikonsumsi oleh orang non muslim.

Daftar Pustaka https://newsdunia.wordpress.com/2010/08/page/3/ (diakses tanggal 11 Oktober 2012) http://www.genetics.html.com (diakses tanggal 11 Oktober 2012) http://www.Medical_genetics_of_Jews.htm.com (diakses tanggal 11 Oktober 2012) http://www.scribd.com/doc/93326456/tay-sachs (diakses tanggal 11 Oktober 2012) Http://www.orang-batak-mudah-terserang-maag.com (diakses tanggal 10 Oktober 2012)

You might also like