Professional Documents
Culture Documents
Penelitian Teratogenik
Penelitian teratogenik menjadi penting Percobaan pada hewan dapat memberikan informasi tentang efek teratogenik suatu obat. (ekstrapolasi dari hewan ke manusia, tidak selalu bisa) Efek teratogenik dikenal sebagai malformasi anatomi.
Penelitian Teratogenik
Efek teratogenik berkaitan dengan dosis, lama pemakaian dan masa pertumbuhan janin yang beresiko tinggi, yaitu selama 3 bulan pertama kehamilan.
OBAT PADA KEHAMILAN Mekanisme teratogenik tidak diketahui dengan pasti terutama pada manusia Obat dapat mempengaruhi reseptor maternal dengan efek tidak langsung pada janin atau efek langsung pada perkembangan janin atau mempengaruhi nutrisi janin yang melewati plasenta Bahaya yang mungkin akibat penggunaan obat pada wanita hamil : malformasi anggota tubuh dan atau kecacatan pada mental janin.
Kategori A
Obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil trimester I (penelitian terkontrol) tidak menimbulkan efek buruk atau kemungkinan efek buruknya terhadap fetus sangat jarang.
Kategori B
Penelitian terkontrol pada ibu hamil tidak menunjukkan peningkatan risiko kelainan janin walaupun dijumpai kelainan pada hewan atau jika penelitian pada manusia tidak mencukupi, penelitian pada hewan tidak menunjukkan risiko pada janin. Tetap ada kemungkinan terjadinya kelainan pada janin, sangat kecil.
Kategori C Penelitian terkontrol pada ibu hamil tidak mencukupi untuk menunjukkan efek merugikan pada janin sedangkan penelitian pada hewan menunjukkan resiko pada janin atau kurangnya penelitian pada hewan terhadap obat tersebut Obat kategori C dapat dibenarkan pemakaiannya pada ibu hamil, jika keuntungan > efek buruknya terhadap fetus.
Kategori D Obat yang diberikan pada ibu hamil (trimester I, II, III) pasti menimbulkan efek buruk terhadap fetus Obat kategori D terpaksa diberikan pada ibu hamil untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil, sebab tidak ada obat lain yang efektif sebagai obat pengganti.
Kategori X Obat-obat yang diberikan pada kelompok hewan hamil dan kelompok ibu hamil (trimester I, II, dan III) pasti menimbulkan efek buruk terhadap fetus. Kerugian dari pemakaian obat ini jauh lebih besar dari pada manfaatnya. Pemakaian obat kategori X tidak dibenarkan pada ibu hamil atau ibu yang mungkin hamil ataupun ibu yang diduga hamil.
ANGKA KEJADIAN
Di United States, malformasi fetus terjadi 3-6 % dari kehamilan. Kejadian ini termasuk malformasi mayor dan minor dengan berbagai sebab, termasuk : obat, infeksi, keadaan penyakit maternal, cacat genetik atau polutan. Jumlah kejadian malfofmasi di Indonesia belum diketahui
Gambar, Variasi teratogen susceptibility sistem organ selama tahap perkembangan di dalam uterus manusia
Stage : Cleavage Gastrula Neurula Tailbud Embrio &Blatusta 3 4 5 6 7 8 Fetal 9 10-12 13-17 18-20 21-36 37-40A
Week 1-2 Tidak lazim Menyebabkan Teratogen sebab Se-sel belum Berdiferensiasi
Eyes/Mata
Genitals Legs and Toes Teeth Periode sangat mudah, ke teratogen Periode rendah ke teratogen Masalah Kematian Abnormalitas morfologi utama Cacat fisiologi dan StillbirthB Utama Prenatal Ketidaknormalan morfologi minim A : Waktu rata-rata fertilisasi hingga partus adalah 38 minggu B : Obat diberi selama periode ini dapat menyebabkan depresi neonatal pada saat bayi lahir, berhubungan dengan efek farmakologi obat yang diberikan
Obat antimigrain
Ergotamin Ergotamin dapat menstimulir kontraksi uterus dan potensial menyebabkan abortus.
OBAT OPIOID
Analgesik opioid tidak menyebabkan malformasi fetus tetapi penyalahgunaan narkotik selama kehamilan atau penggunaan pada dekat term mengakibatkan toleransi fetus dan withdrawal neonetus. Gejala withdrawal antara lain : Iritabilitas, Meningkatnya tonus otot, Kejang Depresi napas neonatal baru lahir dapat terjadi bila analgetik narkotik digunakan selama persalinan dan hal ini tergantung pada obat narkotik, dosis, interval dosis dan rute pemberian (IV>IM).
OBAT ANTIMIKROBA- Aminoglikosida Tidak ada bukti menyebabkan teratogen. Streptomisin dapat menyebabkan hilangnya pendengaran congenital ringan - total, bila diberikan pada wanita hamil yang terinfeksi tuberkulosis. Prevalensinya rendah jika digunakan pada terapi dengan dosis yang diperhitungkan pada rentang terapi. Resiko nefrotoksisitas dan ototoksisitas terjadi pada semua aminoglikosida.
Pengobatan tuberkulosis
Obat pilihan pada wanita hamil adalah isoniazid dan rifampisin dengan etambutol di tambahkan bila diduga isoniazid resisten. Isoniazid paling aman dan sangat efektif sebagai antituberkulosis selama kehamilan. Resiko hepatotoksik meningkat pada penggunaan obat ini pada kehamilan. Terpapar Isoniazid menunjukkan malformasi 1%.
Sulfonamid
Resiko kernikterus neonatal. Resiko hemolisis pada fetus atau neonatus disebabkan defisiensi enzim G6PD dan glutation.
Tetrasiklin Menyebabkan depresi pertumbuhan tulang fetus dan pewarnaan gigi permanent bila diberikan setelah 12 minggu kehamilan. Resiko diskolorasi enamel gigi bertambah oleh peningkatan dosis, lama terapi dan peningkatan usia kehamilan.
Kloramfenikol Resiko diskarsia darah, gray baby syndrome, toksisitas akibat akumulasi kloramfenikol pada neonatus.
PUSTAKA
Philip O. Anderson., James E. Knoben, William G Troutman, Handbook of CLINICAL DRUG DATA, 10TH Edition, Mc Graw Hill, 2002, p 877-913 Triaging Rudy dan Anita P Rahman, Pertimbangan Penggunaan Obat pada Kehamilan, Rasional, Volume 1,.
TERIMA KASIH