You are on page 1of 15

TUGAS TRIBOLOGY

NAMA NIM

: KOKO FAHMI SETIAWAN : 03091005031

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN MESIN 2013/2014

TRIBOLOGY
Siapapun tahu bila dua benda bersentuhan sambil bergerak akan timbul gesekan. Siapapun juga dengan mudah mengerti bahwa akibat yang ditimbulkan gesekan bisa bermacam-macam misalnya bunyi mencicit, kenaikan temperatur permukaan, atau permukaan yang aus. Namun barangkali tidak banyak yang mengetahui bahwa gesekan atau dalam bahasa ilmiahnya friction merupakan salah satu penyebab pemborosan energi yang cukup signifikan. Pada tahun 1966 di negeri pelopor industri modern Inggris, menteri pendidikan waktu itu H.P.Jost memberikan laporan yang mengejutan kepada parlemen tentang besarnya energi yang terbuang karena gesekan. Dalam laporannya yang terkenal dengan nama The Jost Report, disebutkan bahwa energi yang hilang di Inggris karena gesekan bila dikonversi setara dengan 1.3% GNP Inggris waktu itu, atau sekitar 500 juta poundsterling. Dari laporan Host inilah muncul istilah baru untuk ilmu tentang gesekan dan cara menguranginya yaitu, Tribology (berasal dari bahasa Yunani, Tribo). Negara-negara industri maju terkejut atas laporan Jost dan mulai mengadakan investigasi di negaranya masing-masing. Jepang yang baru saja menjadi negara industri segera mengadakan penelitian besar-besaran untuk mengurangi gesekan. Pada tahun 1971, pemerintah Jepang mengumumkan bahwa besar energi yang telah dihemat berdasarkan hasil penelitian mengenai tribology setara dengan 2.6% GNP atau sekitar 2 trilyun yen. Meski relatif telat, beberapa tahun kemudian Amerika Serikat mengumumkan bahwa penghematan energi berkat tribology mencapai 0.9% GNP atau sekitar enam persen dari konsumsi energi AS saat itu.

A. Definisi dan akar Tribology


Dari laporan Jost diartikan bahwa Tribology adalah ilmu yang menangani gesekan (friction), pelumasan (lubrication) dan aus (wear). Tribology sendiri berasal

dari bahasa Yunani, tribo yang artinya menggesek atau menggores. Dewasa ini secara saintifik dirumuskan bahwa Tribology adalah ilmu tentang interaksi permukaan benda padat yang bergerak dan implikasi yang muncul dari interaksi tersebut. Definisi dan istilah ini tidak terlalu mengikat dan baku, bahkan para ilmuwan Cina lebih sreg memakai istilah Friction Engineering daripada Tribology. Sesungguhnya akar tribology bermula pada gesekan dari dua permukaan yang bersentuhan. Dari adanya gesekan ini timbullah ide untuk melakukan pelumasan agar suatu benda bergerak lebih mudah. Dalam literatur kuno didapatkan bahwa bangsa-bangsa peradaban tua seperti Mesir dan Assyria sudah memakai prinsip-prinsip tribology dalam kegiatan keseharian mereka ribuan tahun lalu. Diketahui bahwa di jaman itu, ketika memindahkan barang yang berat mereka menggunakan minyak hewan untuk melicinkan permukaan. 1. Gesekan (Friction) Gaya yang dikenal sebagai friksi didefinisikan sebagai perlawanan pada suatu benda yang bergerak mengelilinginya (Hutchings, 1992). Definisi yang lebih luas tentang friksi mencakup dua kelompok penting pada gerakan relatif yaitu rolling (perputaran) dan sliding (pergeseran). Keduanya tidak saling sendirian, tetapi saling berkaitan satu sama lainnya. Gaya tangensial (F) yang diperlukan untuk bergerak ke atas adalah tetap. Besarnya gaya gesek digambarkan dengan koefisien gesek yang mempunyai range dari 0,001 sampai dengan 10. Untuk nilai koefisien gesek dalam udara antara 0,1 sampai 1 (Hutchings, 1992). Tribology dan gesekan tidak dapat dipisahkan, penting untuk menelusuri sejarah manusia modern mencoba membedah fenomena gesekan. Adalah si jenius Leonardo Da Vinci (1452-1519) yang mulamula merumuskan cara mengurangi gesekan dalam bentuk yang riil dan terstruktur. Da Vinci meninggalkan sketsa ball bearing kayu yang sangat mirip dengan ball bearing logam yang dipakai saat ini. Di dunia modern

sekarang, hampir semua alat yang bergerak memakai bearing , dalam bahasa Indonesia disebut klaher. Diilhami oleh Da Vinci, hukum-hukum fisika mengenai gesekan dirumuskan oleh dua ilmuwan secara terpisah yaitu Amontons (1699) dan selanjutnya Coulomb (1751) dan disebut Hukum Gesekan Amontons-Coulomb. Hukum ini sederhana dan berisi empat butir postulat: 1. Gaya gesekan pada permukaan yang bersentuhan berbanding lurus dengan gaya permukaan tersebut. 2. Gaya gesekan tidak bergantung pada luas proyeksi permukaan yang bersentuhan. 3. Gaya gesekan tidak berhubungan dengan kecepatan sliding permukaan. 4. Gaya gesekan statis lebih besar daripada gaya gesekan dinamis. Kemudian semua 4okum friksi ini dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, kecuali dalam beberapa kasus yang sangat penting menyediakan ringkasan yang bermanfaat pada penelitian empiris. Hukum yang pertama dapat digambarkan sebagai berikut : F=W F merupakan gaya gesek (Newton), merupakan koefisien gesek dan W merupakan gaya normal (Newton). Hukum yang pertama juga sering dipatuhi untuk pergeseran yang tidak diolesi. Koefisien gesek secara efektif adalah konstan meskipun beban divariasikan dengan sebuah faktor yang mendekati 106. Hukum 1 dan 2, terbukti melalui penelitian (emprically proved) akurat untuk gesekan benda padat (lihat Gambar 1 dan Gambar 2). Sementara itu, Hukum 3 dan 4 dalam beberapa kasus tidak sesuai dengan hasil percobaan. Selama lebih dari dua ratus tahun tegak lurus pada

hukum gesekan di atas (terutama hukum 1 dan 2) dipakai secara luas dan hampir semua disain alat mekanik modern menerapkan hukum ini.

Friction coefficient il

Load N (KN) Gambar1. Hubungan antara gaya normal dan koefisien gesekan

Friction coefficient #

wood/copper no lubricant, normal force .3 N

Luas proyeksi permukaan [mmz] Gambar 2. Hubungan luas permukaan dan antara koefisien gesekan

Yang unik, Hukum Amontons-Coulomb tidak memiliki pembuktian ilmiah yang akurat. Kehebatan hukum ini terletak pada hasilnya yang sesuai dengan eksperimen pada banyak kasus. Seolah-olah dua orang ilmuwan itu berkata, "Kami memang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi buktinya hukum ini sesuai dengan percobaan." Pada kenyataannya, sampai sekarang tak seorangpun yang berhasil menguak misted yang terjadi di lapisan molekul dua permukaan yang

bergesekan. Misalnya pada fenomena anomali kekasaran permukaan (surface roughness ) dan gaya gesekan. Secara sederhana kita akan mengambil kesimpulan bahwa semakin kecil kekasaran permukaan (artinya permukaan semakin licin) semakin kecil pula gaya gesekan yang timbul. Namun ternyata, bila kekasaran permukaan dikurangi terus sampai lebih kecil dari nilai kekasaran tertentu (kira-kira 0.5 micron,) gaya gesekan berbalik menjadi lebih besar (lihat Gambar 3). Fenomena ini gagal dijelaskan oleh hukum Amontons-Coulomb.

Friction coefficient II

kekasaran permukaan [ m] Gambar 3. Hubungan antara kekasaran permukaan dan koefisien gesekan

Selain hukum Amontons-Coulomb, teori modern tentang friksi dikembangkan oleh Bowden dan Tabor dengan teorinya yang disebut Adhesive Friction Theory . Teori ini menjelaskan secara ilmiah hukum 1 dan 1 dari teori Amontons - Coulomb dan berhasil menjelaskan fenomena pada gambar 3 di atas, tetapi tetap saja gagal menjelaskan fenomena gesekan secara tuntas. Alhasil, gesekan yang merupakan sistem sangat sederhana (hanya melibatkan dua permukaan) tetap menjadi misted.

2. Pelumasan (Lubrication) Pelumasan adalah tindakan menempatkan pelumas antara

permukaan yang saling bergeser untuk mengurangi keausan dan friksi. Pengembangan dan uji pelumas merupakan aspek tribologi yang menerima perhatian sangat besar. Satu perusahaan pelumas bisa memasarkan ratusan jenis pelumas dan tidak ada. Penggunakan pelumas pada jaman kuno, seperti tergambar pada relief dinding batu di Mesir 4,000 yl., yaitu orang melumasi jalan saat menyeret patung batu yang berat. Pelumasan pada jaman modern, sistim pelumasan didesain untuk mengurangi keausan alat sehingg dapat beroperasi lama dan tanpa pemeliharaan. Alam menggunakan cairan yang disenbut synovial fluid pada pelumasan tulang sendi hewan dan manusia. Sedangkan manusia jaman prasejarah menggunakan lumpur untuk menarik seluncur. Pelumas dari lemak binatang dipakai untuk gerobak pertama, dan terus digunakan sampai abad 19 ketika industri minyak bumi (petroleum) muncul, yang kemudian mejadi sumber utama pelumas mineral (mineral oil) atau pelumas petro (petroleum lubricant). Kemampuan pelumas petro terus dikembangkan untuk memenuhi bervariasi kebutuhan spesifik seperti sepeda motor, mobil, pesawat, mesin turbo, kereta api, mesin pembangkit tenaga dll. dan tuntutan bertambahnya kecepatan dan kapasitas mesin transportasi maupun mesin industri. Zaman jet dan ruang angkasa memperbaharui minat orang pada pelumas sintetik (synthetic lubricants) karena menawarkan unjuk kerja superior dibandingkan pelumas petro. Minyak lumas sintetik walaupun sudah banyak dipasarkan namun harganya masih beberapa kali lebih mahal dibandingkan dengan pelumas petro konvensional. Ada tiga jenis pelumasan yaitu pelumasan oleh lapisan cairan (Fluidfilm), pelumasan Batas (Boundary Lubrication), Pelumasan padat (Solid Lubrication).

a. Pelumasan Lapisan Fluida (Fluid-film lubrication) Pelumasan ini dilakukan dengan menyisipkan

(interposing) lapisan cairan yang dapat memisahkan secara sempurna permukaan yang bergerak. Lapisan cairan mungkin secara sengaja disediakan seperti minyak lumas pada bantalan (bearings) atau tanpa sengaja misalnya air yang tergenang di jalan dan roda mobil. Meskipun umumnya fluida berupa cairan, tetapi dapat juga dari gas. Gas yang digunakan umumnya adalah udara. Untuk menjaga agar permukaan tetap terpisahkan maka perlu adanya kesetimbangan antara gaya tekanan oleh lapisan fluida dan gaya beban pada permukaan yang bergesek. Jika tekanan antara dua permukaan ditimbulkan oleh hasil gerakan dan bentuk daari permukaan tersebut, sistim ini disebut pelumasan hidrodinamik ( hydrodynamic lubrication). Jenis pelumasan ini bergantung pada viskositas dari pelumas cair. Jika tekanan fluida diantara dua permukaan diberikan dari luar, misalnya pompa, pelumsan ini disebut pelumasan hidrostatik (hydrostatic lubrication).

b. Pelumasan Batas (Boundary lubrication) Suatu kondisi antara pelumasan lapisan fluida dan keadaan tanpa pelumas dan ada disebut pelumasan batas (boundary lubrication). Pada kondisi ini properti permukaan dan properti pelumas menentukan besarnya friksi sistim ini. Pelumasan batas menunjukkan salah satu fenomena pelumasan yang sangat penting, yang dijumpai terutama pada saat mesin start dari keadaan berhenti.

c.

Pelumasan Padat (Solid lubrication) Materi padat seperti graphite, molybdenum disulfide (holy) dan PTFE (Teflon) digunakan secara luas jika pelumas biasa tidak memiliki kemampuan menahan beban dan suhu yang ektrim. Pelumas tidak hanya dari lemak, serbuk, gas tapi juga kadang bahan logam dipakai sebagai permukaan gesek pada beberapa mesin. Beberapa puluh tahun terakhiri ini juga dikenal jenis pelumas baru yang disebut pelumas sol (sol-lube). Pelumas ini merupakan koloid, yaitu suspensi pelumas padat dalam pelumas cair.

3. Aus (Wear) Secara umum wear didefinisikan sebagai erosi bahan dari permukaan padatan karena aksi padatan lain (sering disebut ketahanan pakai suatu bahan). Pembelajaran tentang proses wear merupakan bagian dari tribologi. Ada empat prinsip pada proses wear antara lain adhesive wear, abrasive wear, corrosive wear dan surface fatigue. Wear mungkin lebih baik jika didefinisikan sebagai sebuah proses yang berinteraksi dengan permukaan atau batas permukaan pada benda padat dengan hasilnya berupa dimensi yang hilang pada benda padat dengan atau tanpa ada material yang hilang. Wear dapat berupa beban (memasukkan tipe pergeseran yang tidak searah, perputaran, tumbukan), kecepatan, temperatur, jenisnya (padat, cair, gas), tipe pada kontak (fase tunggal atau multi fase). Standar untuk hasil tes wear berupa kehilangan material yang digambarkan dengan fungsi volume. Wear dengan proses penyimpanan seperti fatigue, creep dan kekerasan yang patah menyebabkan penurunan pada material terhadap waktu. Di bawah parameter operasi yang normal, sifatnya dapat berubah selama pemakaiannya terdapat dalam tiga perbedaan keadaan. Keadaan

yang pertama atau tingkat yang mudah di mana kecepatan dapat berubah menjadi tinggi, yang kedua atau proses menengah di mana kecepatannya tetap pada proses penyimpanan. Keadaan yang ketiga di mana kecepatannya cepat pada petunjuk penyimpanan untuk

memudahkan pengabaian. Wear merupakan faktor dalam performa pada sistem teknik mesin. Dalam penambahannya, wear sering menyebabkan pengurangan efisiensi dalam operasi mesin. Metode yang digunakan untuk mengurangi wear dengan membuat mekanisasinya dan juga memahami faktor yang dapat mengontrolnya. Metode-metode yang digunakan untuk memprediksikan kecepatan wear antara lain yang pertama tidak menggunakan metode dalam pembuatan awalnya meskipun begitu prediksi akhir lifetime sangat berharga pada sistem operasi. Misalnya, pengukuran pada erosif wear dalam transport saluran pipa di bawah kondisi yang dapat digunakan untuk perkiraan waktu sebelum dinding pipa mengurangi ketebalan. Metode yang kedua pada perkiraan kecepatan wear akan menghasilkan data dari komponen tes pada sistem. Metode ini digunakan untuk memprediksi wear dalam hubungannya terhadap beban, kecepatan, temperatur dan keadaan pada lubrikasi. Dalam tes percepatan digunakan untuk menghasilkan wear lebih cepat daripada yang terjadi dalam servis, contohnya dengan meningkatkan kecepatan pergeseran suatu bahan. Ada empat jenis wear yaitu Aus yang terjadi antara lain: adhesive wear, abrasive wear, surface fatigue wear dan tribo chemical wear.

a. adhesive wear

Keausan adhesif adalah salah satu jenis keausan yang disebabkan oleh terikat dan berpindahnya partikel dan suatu permukaan material yang lemah ke material yang lebih keras. Pada Gambar proses itu bermula ketika benda dengan kekerasan yang lebih tinggi menyentuh permukaan yang lemah kemudian terjadi

pengikatan. Pengikatan ini terjadi secara spontan dan dapat terjadi dalam suhu yang rendah atau moderat. Adhesive wear sering juga disebut galling, scoring, scuffing, seizure, atau seizing.

Gambar 4. Proses perpindahan dart logam secara adhesi

Hasil pengujian terhadap galling yang dilakukan oleh Carlsson (2005) memperlihatkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara ketebalan coating 55%Al-Zn pada permukaan pelat dengan perilaku fracture. Pengujian ini dilakukan dengan metode Bending Under Tension (BUT). Spesimen yang digunakan adalah strip pelat ukuran 650 x 50 x 1 mm yang distretch 90 di atas silinder dengan radius 5,0 mm.

Gambar 5. Perbedaan coating yang baik dan buruk dan skematis alat
pengujian BUT

Hasil pengujian terlihat dalam Gambar 4, Gambar ini memperlihatkan tiga buah spesimen tersebut. Gambar 4 (a) adalah performa coating yang baik, (b) hilangnya warna pada permukaan akibat tingginya derajat scratching karena galling dan (c) fracture karena tingginya gaya gesek yang disebabkan galling. Di bagian sebelah bawah, Gambar 6.ii ialah gambar skematis alat uji. Gambar berikut memperlihatkan berpindahnya metal coating ke permukaan tool karena galling.

Gambar 6. Hasil SEM pada permukaan tool dengan pengujian BUT yang
memperlihatkan kecenderungan galling yang tinggi

b.

Abrasive wear Keausan abrasif disebabkan oleh hilangnya material dart

permukaan sebuah benda oleh material lain yang lebih keras. Ada dua kategori keausan ini, yaitu: Two body abrasion Keausan ini disebabkan oleh hilangnya material karena proses rubbing (penggarukan) oleh material lain yang lebih keras dibanding material yang lain. Sehingga mateial yang lunak akan terabrasi. Contohnya pada proses permesinan, antara lain cutting, atau turning seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Proses cutting

Three body abrasion Aus yang disebabkan proses galling sehingga serpihan

basil gesekan yang terbentuk (debris) mengeras serta ikut berperan dalam hilangnya material karena proses gesekan yang terjadi secara berulangulang. Jadi pengertian "tiga benda" disini adalah dua material yang saling bergesekan dan sebuah benda serpihan basil gesekan. Sedangkan pada keausan "dua benda", debris atau serpihan basil gesekan tidak ada.

Gambar 8. Perpindahan material karena adhesive wear yang menghasilkan formasi penggarukan sehingga menyebabkan abrasife wear.

Debris berasal dart logam lembaran yang teradhesi pada permukaan alat cetak, kemudian karena proses pembentukan yang terjadi, serpihan ini akan menggaruk permukaan pelat, sehingga terjadilah keausan secara abrasif. Gambar di atas

adalah ilustrasi keausan jenis adhesif yang terjadi pada sheet metal

forming antara tool dan logam lembaran yang berlanjut dengan keausan abrasive.

Surface fatigue wear Keausan lelah pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi

balk secara abrasif atau adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi secara berulang-ulang dan periodik. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya tegangan geser. Pada Gambar 10 mengilustrasikan tentang pertumbuhan retak pada permukaan benda.

Ketidalcsempumaan dalam struktur material salah satu penyebabnya adalah lokasi yang kosong yang ada dalam susunan butir pembentuk material. Karena tekanan yang terjadi seiatna gesekan antara dua benda, maka lubang yang ada akanngan keausan abrasif. melebar. Proses berikutnya adalah menyatunya lubang yang telah melebar tadi menjadi alur retak sehingga perambatan retak yang terjadi akan tnengaldbat terlepasnya permukaan menjadi debris.

- Tribo chemical wear Keausan kimiawi rnerupakan kombinasi antara proses mekanis dan proses termal yang terjadi pada permukaan benda serta lingkungan sekitarnya.

Gambar 9. Model interaksi antara agen dan permukaan yang rusak

Sebagai contoh, proses oksidasi yang sering terjadi pada sistem kontak luncur (sliding contact) antar logam. Proses ini lama kelamaan akan menyebabkan perambatan retak dan juga terjadi abrasi. Peningkatan suhu dan perubahan sifat mekanis pada asperiti adalah akibat dart keausan kimiawi. Keausan jenis ini akan menyebabkan korosi pada logam. lnteraksi antara agen korosif dan permukaan yang rusak seperti terlihat dalam Gambar 11. Korosi diawali dengan keausan adhesif yang merusak lapisan film. Sliding yang tents menerus akan menghilangkan lapisan. Karelia adanya bahan yang reaktif maka korosi berlangsung dengan cepat.

You might also like