You are on page 1of 14

Vol.

2Minggu192008

CSR Indonesia
N e w s l e t t e r
www.csrindonesia.com media@csrindonesia.com

DariRedaksi
Kapitalisme Kreatif merupakan gagasan alternatif berbisnis yang ingin didorong melalui editorial newsletter ini. Alternatif pemikiran berbisnis tersebut terkait dengan gagasan yang dikembangkan oleh seorang Bill Gates. Melalui Global Leaders Forum Asia (GLF Asia) 89 Mei di Jakarta, Bill Gates ingin menegaskan bahwa sudah waktunya bagi perusahaan untuk turut berkontribusi dalam pembangunan secaraluas. Kiranya sudah bukan masanya lagi perusahaan hanya menempatkan diri sebagai entitas pengumpul laba semata, dengan mengabaikan halhal penting lainnya. Melihat realitas sosial dan lingkungan sedemikian kompleks belakangan ini, adalah wajar untuk berharap perusahaan jugaturutandildalammenyelesaikan berbagai problematika tersebut. Turut aktif dalam pemecahan berbagai permasalahan sosial dan lingkungan melalui aktivitas bisnis inti perusahaan sembari mencurahkan secara optimal berbagai sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan tetap konsisten mengembangkan berbagai inovasi bisnis yang konstruktif merupakan kekuatan inti dari buah pemikiran kapitalisme kreatifsangBillGates. Sehubungan dengan pentingnya pemikiran itu, newsletter ini (berusaha selalu) mempromosikan alternatif pemikiran bisnis tersebut yaitu cara berbisnis yang tetap memperhatikan keseimbangan tiga sektor kehidupanekonomisosial lingkungan. Dalam edisi ini Taufik Rahman dalam tulisannya di rubrik publikasi A+ mencoba untuk menerjemahkan gagasan bisnis yang konstruktif tersebut dalam salah satu ruang lingkup andil perusahaan bagi masyarakat, dalam hal ini perihal ketenagakerjaan, sembari masih menyambung semangat Hari Buruh awal Mei lalu. Wujud lainnya didorong oleh Reza Ramayana dalam resensi buku The High Purpose CompanykaryaChristineArena. Menerjemahkan pemikiran Bill Gatesdan pemikiran lain yang sejalurdalam sebuah strategi dan praktik bisnis yang bertanggung jawab akan menjadikan perusahaan menjadi semakin tangguh, bermanfaat, dan tidak lekang oleh zaman. Karena demikianlah keniscayaan bisnis di masa mendatang.Selamatmembaca!

entangA+CSRIndonesia A+ CSR Indonesia hadir sebagai social enterprise yang menghimpun berbagai keahlian profesional dalam isuisu seputar CSR. Dengan keahlian itu, berbagai permasalahan yang adadalampelaksanaanCSRdapatdiidentifikasikandengantepat dan peluang bagaimana melakukan perbaikan atasnya dapat direkomendasikan. Di sisi lain A+ juga menghimpun keahlian yang sama untuk memajukan konsep CSR yang substansial, agar khalayak dapat membedakannya dengan upaya menggunakan konsep tersebut untuk kepentingan di luar pembangunan berkelanjutan. A+ bertekad menjaga keseimbangan antara kritisisme terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan denganoptimismerasionaluntukperbaikannya.

CSRIndonesiaNewsletter
Editorial 2 BillGatesDatang,ApaPentingnya? 3 BeritaCSR PublikasiA+ 8 CSRdanTantanganBuatSerikatPekerja ArtikelPilihan 10 WhatDoesCSRReallyMean? 11 CorporateResponsibilitysStayingPower InfoBuku 13 MengintegrasikanTujuanMuliaPerusahaan MelaluiCSRdanPembangunanBerkelanjutan

A+CSRIndonesia

GreenAdsSpace
Untukmengiklankanprodukyangramahsosialdan lingkungan,sponsorship,linkkelaporanCSR perusahaan,agendakegiatanCSR(pelatihan,seminar, lokakarya,ekspo)ataulainnyayangrelevansilakan kontakkemedia@csrindonesia.com.

Redaksi PamadiWibowo(pamadi.wibowo@gmail.com) Jalal(jalal.csri@gmail.com) TaufikRahman(rahman.taufik@gmail.com) IrpanKadir(irpan.kadir@gmail.com) RezaRamayana(reza.ramayana@gmail.com) EndroSampurna(muhammad.endro.sampurna@gmail.com) Website&Publikasi(media@csrindonesia.com) RukanPermataSenayanNoA/6, Jl.TentaraPelajar,PatalSenayan,Jakarta12210 T:+622157940610F:+622157940611

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|1

Editorial
BillGatesDatang,ApaPentingnya?
Tanggal 89 Mei 2008 di Jakarta ada hajatan besar bernama Global Leaders Forum Asia (GLF Asia). Bintang paling terang bersinar di acara tersebut adalah Bill Gatesorang nomor tiga paling kaya di dunia tahun 2008, setelah tujuh tahun berturutturut menjadi yang nomorsatu.Orangseberpengaruhdiatentusajapenting untuk disimak pemikirannya, dan kita memang sudah menyaksikan bahwa selama setidaknya dua dekade ini dia telah banyak memengaruhi dunia dengan pemikiran pemikirannya. Bukan saja soal teknologi informasi, namun bagaimana dunia ini seharusnya diurus agar menjadilebihbaik. Jadi, layaklah kalau kita kemudian memasang telinga baikbaik atas apa yang kemarin disampaikannya di forum tersebut. Sayang, sebuah surat kabar ibukota malah tampak nyinyir dengan memuat kartun yang bertanya,Apakahbisamemberikamimakan?Mungkin si pembuat kartun tersebut tidak tahu apa saja yang sudah diperbuat oleh Gates, atau ia tak mampu mencerna apa yang disampaikan Gates, sehingga tidak melihat kaitan yang sebetulnya sangat jelas antara pemikiranGatesdengankesejahteraanumatmanusia. Masih sangat jelas terngiang bagaimana Gates mengritik kapitalisme yang menurutnya hanya melayani kebutuhan dan keingingan orang berpunya, ketika ia berbicara di Davos awal tahun ini. Gates adalah orang yang optimis bahwa dunia sedang mengalami perbaikan, bukan perburukan sebagaimana yang dinyatakan sebagian kalangan. Harapan hidup yang meningkat, pendidikan dan kesehatan yang bertambah baik, adalah pertanda pentingnya. Namun menurut dia, kecepatan perbaikan itu tak cukup tinggi dan tak cukup merata, dan ia menyatakan dirinya tidak cukup sabar untuk sekadar berpangku tangan. Ia menghimbau seluruh perusahaan untuk turut serta ke dalam transformasi menuju kapitalisme kreatif, yaitu bentuk bisnis yang menggabungkan secara optimal antara kepentingan menghasilkan keuntungan dan upaya menyelesaikan persoalanmasyarakatluasmelaluibisnisinti,sertaantara kesediaan mencurahkan sumberdaya finansial untuk aktivitas filantropis dan sumberdaya kreativitas untuk inovasi. Ia juga menekankan bahwa uang saja tak pernah cukupuntukmenyelesaikanmasalah. Karenanya, menurut Gates, perusahaan harus mendonasikan pemikiran dari pekerjapekerja terbaiknya untuk menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat. Itulah mengapa ia tak hanya tercatat sebagai filantropis nomor 2 terbanyak memberikan uangmenyumbang USD 3,5 miliar antara 2003 hingga sekarang, sambil mengelola sumbangan dari orang terkaya di dunia sekaligus filantopis nomor 1, Warren Buffett, yang tercatat menggelontorkan USD 40 miliar pada periode yang samamelainkan juga sebagai pemimpin dari perusahaan yang dengan bisnis intinya bisa membawa manfaat kepada miliaran penduduk dunia. Target ambisius Microsoft berikutnya adalah memasukkan 1 miliar penduduk dunia lainnya ke dalam manfaat teknologi informasi pada tahun 2015. Dengan kekuatan finansial dan inovasi yang telah ditunjukkan Microsoft hinggasekarang,tampaknyaitubukanhalmustahil. Kalau banyak perusahaan mendengarkan dan bersetuju dengan nasihat Gates untuk terjun menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat, maka masyarakat bukan sekadar akan mendapat makanansebagaimana yang diinginkan oleh surat kabar tersebutmelainkan juga kesejahteraan yang lebih tinggi. Pierre Omidyar, salah seorang filantropis terbesar abad ini, dikutip oleh John Elkington dan Pamela Hartigan dalam karya mutakhir The Power of Unreasonable People (Harvard Business Press, 2008) mengatakan: I have learnt that if you want global impact you cant ignore business. Perusahaan, dengan kekuatan sumberdayanya yang luar biasa besar memang akan menentukan bagaimana nasib dunia. Kalau perusahaan mengabaikan masyarakat miskindanlingkunganyangmemburukkualitasnya,maka keadilan akan semakin jauh dari jangkauan. Bila perusahaan berhenti menjadi sumber masalah, dan menjadi sadar akan perannya dalam menyelesaikan masalahmasalah duniasebagaimana yang disarankan Gatesmakaduniaakanmenjadijauhlebihbaik. Kembali ke GLF Asia, ada tiga isu penting yang dibahas dalam acara tersebut, yaitu pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui komputerisasi pedesaan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Ketiganya merupakan isu yangterusmenerus disuarakan di negara negara berkembang, selain juga telah menjadi perhatian yang sangat serius dari perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi. Dari sudut pandang tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR, perusahaan teknologi informasi memang memiliki tanggung jawab utama untuk memanfaatkan teknologi yang dikuasainya untuk membantu memecahkan berbagai masalah sosial. Ketiga isu tersebut adalah masalahmasalah di mana teknologi informasi bisa berperan sangatpenting.Pertanyaan pentingnyaadalah: (1) apa bisnis inti setiap sektor bisnis yang bisa menyumbang kepada penyelesaian masalah dunia ini? Dan (2) apakah CSR perusahaan Anda sudah berada di jalurpenyelesaianmasalahitu?

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|2

BeritaCSR
DellAsksCustomersforPackagingAdvice
10Mei2008Sumber:http://greenbiz.com/news/2008/05/09/dellaskscustomerspackagingadvice

TexasUndercriticismfrombloggers during Earth Week over the use of oversizedboxestoshiptinyproducts, Dell sought the advice of its customers this week to help the company improve its packaging. The Consumerist and other blogs showed photos of a Kingston 2gb USB flash drive that was sent to a customer in huge box. After the company read the posts, it sent a team to meet with the vendor in Dallas to figure out how to improve shippingprocesses. On its corporate blog, Dell said it had developed several immediate and short term actions. For instance, it immediately sent a directive to use envelopes for small items like the flashdrives. In the short term, the company plans to use smaller boxes and has requestedanoptimizationanalysisof product volume to box size. It will also implement Delldefined volumetrics on void space to be included in vendor reviews. While third party items such as these make up a very small portion of our overall shipping volume, folks here know we need to fix it, Todd Dwyer, Dells community liaison of environment wroteinthecompanyblog. Dell isn't alone when it comes to publicly acknowledging issues that draw calls for action or criticism. HP, for instance, published its list of suppliers after investors, NGOs and other stakeholders consistently asked for more transparency in its supplychain.

CompaniesfromBrazilandIndiaScoopMostAwardsatInauguralGRI'sReaders ChoiceAwards
8Mei2008Sumber:http://www.csrwire.com/News/11971.html

Amsterdam The Global Reporting On announcing the GRI Readers to us that so many new voices have
Initiative (GRI) today announced the winners of the Readers' Choice Awards for sustainability reporting at the Amsterdam Global Conference on Sustainability and Transparency. The winning reports, as selected by readers in eight categories, were as follows: 1. Best Report: All Stakeholder GroupsPetrobras(Brazil) 2. Best Report: Civil Society Petrobras(Brazil) 3. Best Report: Media Gas Natural SDG(Spain) 4. Best Report: Financial Markets ABNAmroIndia(India) 5. Best Report: Employees ITC (India) 6. Best Report: NonBusiness Organization Fundacion Emprendimientos Rurales Los Grobo(Argentina) 7. Best Report: Notsobig Business Frigoglass(Greece) Report: NonOECD 8. Best CompanyTGC5(Russia) ChoiceAwards,ChiefExecutive,Ernst Ligteringen said, "People want to know how the companies the buy from, invest in and work for are addressing the pressing issues of today. They are taking note of those who are providing the best information, and rewarding them." To select the awards, GRI asked readers of sustainability reports, not a small panel of judges, to vote for thebestreportsbasedontheirneeds and preferences. More than 1,700 readers in 70 countries participated in the scoring process. Participants scored 800reportsfrom50 countries and evaluated reports based on five criteria. GRI is delighted by the large number of responses from emerging markets proving sustainability reporting has become a truly global concern. The readers want to reward companies where economic, environmental and social measures take their place alongside traditional financial ones in corporate reporting. "It is heartening beenheard.Theyarerightlyproudof thosecompaniesandgroupswhoare leading with transparency and accountability in their region", said Jacqueline Aloisi de Larderel, chair of the Readers Choice Awards Integrity Committee of the Readers' Choice Awards integrity committee and former and Assistant Executive Director of the United Nations EnvironmentProgram(UNEP). "The GRI Readers Choice Awards 2008 show that sustainability reporting has made its entrance into mainstream consciousness. This is the future of business," said Mervyn King, Chair of the GRI Board of Directors.

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|3

SemuaOperatorDinyatakanBersalah
8Mei2008Sumber:http://www.tempointeraktif.com/

Jakarta Majelis pemeriksa kasus dugaan penetapan harga pesan pendek Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merekomendasikan semua operator telekomunikasi bersalah. Meski kadar kesalahan masingmasing berbeda. Hasil pemeriksaan tim telah rampung dan dilaporkan dalam rapat pleno anggota KPPU Selasa lalu. Menurut KetuaMajelisDedieS. Martadisastra, rekomendasi itu akan menjadi bahan sidang selama 30 hari kerja. "Dalam sidang, semua operator akan diberi waktu membela diri, kata Dedie di kantornya,Jakarta,Selasalalu. Komisi mengusut dugaan penetapan harga karena tarif SMS Rp 250350 sekali kirim dinilai terlalu mahal dan seragam. Sebanyak sembilan operator diduga kuat meneken kontrak mengenai tarif retail SMS. Tapi, yang terbukti hanya sebagian karena tak semua operator meneken perjanjian. Dedie menjelaskan, pemeriksaan membagi periodesasi perkembangan industri telekomunikasi. Periode pertama, 19942004, ketika industri hanya dijalankan tiga pemain, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., PT Indosat Tbk., dan PT Exelcomindo Pratama Tbk. (XL). Periode kedua, 20042007, mulai banyak pemain baru. Sedangkan periode ketiga, 2007hinggasekarang. Hasil pemeriksaan menunjukkan, pelanggaran terindikasi kuat terjadi pada periode kedua. Ketika itu, pemain baru menjalin kerjasama dengan pemain lama yang telah memiliki jaringan luas. Mayoritas operator terbukti meneken perjanjian tentang penetapan harga. Sisanya, tak menjalin kerjasama hitamdiatasputih. Tapi,KPPUtetapmempertimbangkan bukti selain perjanjian hitam di atas putih. Seorang anggota KPPU mengatakan, salah satu operator yang tak terbukti membuat perjanjian adalah Indosat. Tapi Indosat tetap direkomendasikan bersalah karena keterkaitannya dengan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) ketika keduanya dikuasai oleh Temasek Holdings, badan usaha pelatmerahSingapura. Sumber Tempo tadi menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi ahli, pemeriksa menyoroti praktek kolusi semu antaroperator yang salah satunya terlihat dari struktur kepemilikan. Indosat memang tak meneken perjanjian, tapi Telkomsel melakukannya. Lantaran keduanya di bawah Temasek, isi perjanjian itu juga dilaksanakan oleh Indosat. "Masih ada kaitannya dengan kasus Temasek,ucapnya. KPPU memang memutus bersalah Temasekkarenakepemilikansilangdi Telkomsel dan Indosat. Akibat kepemilikan silang, tarif menjadi mahal. Salah satu sanksinya, Temasek harus melepas kepemilikan di salah satunya. Temasek pun menggugat putusan KPPU ke pengadilan. Indosat mempertanyakan rekomendasi pemeriksa KPPU dan tuduhan kolusi semu. Direktur Pemasaran Indosat Guntur S. Siboro menilai kasus Temasek terpisah dengan kasus SMS. Lagipula belum terbukti soal kepemilikan silang Temasek," ujarnya. General Manager Corporate Communication Telkomsel Azis Fuedi belum bersedia berkomentar. Saya belum dapat informasi lebih lanjut tentangmasalahini,"ucapnya.

Updated:AviationIndustryHitsBackOver"Suppressed"Report
8Mei2008Sumber:http://www.businessgreen.com/businessgreen/news/2216022/suppressedindustryreport Theenvironmentalimpactofaviation government figures on the number levels of NOx pollution around is increasing faster than predicted by of flights and authoritative emission airports have been underestimated, many industry and government modelling techniques, are broadly in warning that by 2025 30.3 million estimates, according to an line with the worst case scenario put people will be affected by aircraft by the UN's noise and that NOx pollution will unpublished study undertaken last forward year by an influential group of Intergovernmental Panel on Climate more than double to 6.1 million aviation experts. The report, Trends Change (IPCC), but are some 20 per tonnes. The report was compiled by in Global Noise and Emissions From cent higher than the best case representatives from US Department Commercial Aviation for 2000 scenario, which had been widely of Transport, European air traffic Eurocontrol, agency through 2025, warns total emissions endorsed by many within the control Manchester Metropolitan University from the global aviation sector will aviationindustry. soar from 572 million tonnes in 2000 and technology company QinetiQ, to between 1.2 billion and 1.4 billion The study also found that industry and was submitted at the Air Traffic tonnes by 2025. The projections, projections for the numbers of Management R&D seminar in which are based on official people affected by aircraft noise and Barcelona last year hosted by CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|4

Eurocontrol and the US Federal Aviation Authority. However, the report's authors were subsequently told that it would not be published and the document was removed from the conference website. Jeff Gazzard, a board member for the Aviation Environment Federation, thelobbygroupwhichuncoveredthe report, said that the study had been "suppressed", a charge representatives of the aviation industrystrenuouslydenied. A spokesman for the IATA insisted that far from being "suppressed" the document had instead formed part of the the ICAO 2007 environment report, which has been published on line since Summer 2007. He added that the study had failed to take account of potential improvements in technology and air traffic management designed to cut aviation emissions. His stance was

supported by a spokeswoman for Eurocontrol who argued that the failure of the report to account for such improvements meant that "to present the figures put forward in the paper or the report as a realistic scenarioisthereforemisleading". However, Gazzard insisted that the projections in the report appeared largely accurate, arguing that any significant improvements in the fuel efficiency of aircraft are likely to take decades to filter through due to the slow rate of replacement of many fleets. "The IATA [International Air Transport Association] said recently that the industry would continue to grow by between five and six per cent a year and deliver efficiency improvements of between one and two per cent," he said. "Well, if you extrapolate out those figures you are looking at emissions of between 1.2 billion and 1.4 billion tonnes a year

by 2025, just as this report warns." Should emissions reach such levels, any reduction in emissions attained by other areas of the economy will be negated, according to Gazzard. "If you accept that CO2 emitted at high altitudes has double the warming effect of that released at low altitudes, which is entirely legitimate for this type of study, then by 2025 annual aviation emissions will already account for half the total yearly emissions allowed by the entireeconomyin2050,"hewarned. Gazzardarguedtherewasanonuson the aviation industry to be more realistic in its emission projections in order to ensure policymakers are fully aware of the scale of threat posedbyaircraftemissions.

DepartemenKehutananUsutOkupasiLahanolehKPC
6Mei2008Sumber:http://korantempo.com/korantempo/2008/05/06/Ekonomi_dan_Bisnis/krn,20080506,14.id perjanjian karya Jakarta Departemen Kehutanan dari hasil kajian yang dilakukan memiliki batu Departemen Kehutanan dalam waktu pengusahaan pertambangan sedang mengusut alih fungsi lahan bara. Perjanjian tersebut, kata dia, dekat. KPC diduga melakukan yang dilakukan PT Kaltim Prima Coal izin melakukan (KPC) di lahan hak pengusahaan praktek okupasi lahan hutan merupakan hutan (HPH) milik PT Porodisa. tanaman industri (HTI) milik Porodisa penambangan di wilayah itu. "Jadi Hingga kini pemerintah masih seluas 37.007hektare. Selainitu, KPC tidak mungkin kami melakukan mengusut dugaan pelanggaran yang diduga melakukan illegal mining di penambangan tanpa izin," ujarnya dilakukan perusahaan tambang batu ataslahanHPHseluas2.200hektare. kepadaTempo. baratersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan Dinas Bumi Resource merupakan Kepala Bidang Analisis dan Informasi Kehutanan Kalimantan Timur pada perusahaan induk KPC. Namun, Departemen Kehutanan Masyud akhir 2007, KPC telah melakukan Manajer Operasional Porodisa K. mengatakan pihaknya telah penambangan batu bara di dalam Dino mengatakan okupasi lahan yang menerima berkas berita acara wilayah HPH milik Porodisa. KPC dilakukan KPC telah mengubah batas pemeriksaan dugaan okupasi bahkan telah membuka jalan yang areauntukpenambangan.Akibatnya, (pengalihfungsian) lahan yang dipergunakan untuk hauling batu perludilakukankembalipembicaraan dilakukan KPC dari Dinas Kehutanan bara dengan lebar 40 meter tentang batasbatas area sebelum kehutanan kembali Kalimantan Timur. Saat ini, kata dia, sepanjang 8.220 meter atau sekitar aktivitas sedang dilakukan pengkajian 32,88 hektare. Kegiatan itu dilakukan dilakukan. Menurut Dino, KPC tetap dokumen dan pemetaan mengenai sejak 2002. Untuk melakukan melakukan kegiatan penambangan di wilayah penggunaan lahan aktivitas kegiatan tersebut, seharusnya KPC areaHPH. tambang KPC. "Dari hasil kajian nanti memiliki persetujuan pinjampakai baru akan ditentukan solusi apa yang dari Menteri Kehutanan berdasarkan Dino menjelaskan, pada 2002 KPC bupati dan sudah mengajukan izin pinjampakai komprehensif untuk kasus ini," rekomendasi pertimbangan teknis dari Dinas kepada Menteri Kehutanan untuk ujarnyakepadaTempo. Kehutanan. Bahkan KPC juga tidak memperluas area tambangnya di Menurut Masyud, pihaknya belum memiliki izin land clearing dan lahanHPH. Menteri Kehutanan (pada menentukan pelanggaran yang pemanfaatan kayu. Vice President saat itu dijabat Prakosa) memberikan dilakukan KPC. Dia menambahkan, Legal Bumi Resource Tbk. Yanti jawaban kepada KPC. "Surat jawaban indikasi pelanggaran akan terlihat Sinaga mengatakan KPC telah itulah yang dijadikan dasar kegiatan CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|5

KPC. Padahal surat itu jawaban dan bukan pemberian izin," ujarnya. Menurut dia, sesuai dengan peraturan yang berlaku, perusahaan penambangan yang area tambangnya mengalami tumpang tindih dengan HPH perusahaan lain harus mendapat izin dari perusahaan pemegang HPH. Setelah itu, kata Dino, baru dilaporkan kepada Menteri Kehutanan agar dikeluarkan izin pinjampakai lahan. Kenyataannya, KPC tidak melakukan pembicaraan mengenai tata batas bersamaPorodisa. Dino menjelaskan, pada 31 Januari 2008, berdasarkan hasil kajian tim

dari Dinas Kehutanan Kalimantan Timurpada27Desember2007,pihak Porodisa melaporkan KPC ke Departemen Kehutanan. Pelaporan tersebut, kata dia, dilakukan karena pihaknya akan melakukan penegakan terhadap batasbatas HPH dari aktivitasnonkehutanan. Dampak pelaporan tersebut, kata Dino, justru menimbulkan konflik dengan KPC. Manajemen KPC malah membuka kembali area tersebut secarapaksa.Menurutdia,pihakKPC malah melaporkan Porodisa ke kepolisian. "Padahal lahan yang digarap perusahaan tambang batu bara itu milik Porodisa," ujarnya.

Yanti menjelaskan, pelaporan oleh KPC kepada polisi karena Porodisa telah secara sengaja menghalangi operasi tambangnya. Akibat gangguan tersebut, kata dia, pengiriman batu bara ke PLTU Tanjung Bati B terhambat dan mengganggu pasokan listrik di Jawa. Tentang rencana Departemen Kehutanan memeriksa perizinan KPC di lahan HPH, Yanti menyatakan pihaknya akan melakukan kerja sama. "Kami akan mengikuti proses hukumyangberlaku,"katanya.

6Mei2008Sumber:http://kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/06/01192496 Indramayu Jumlah titik semburan minta agar warga di sekitar sebagai daerah berbahaya. Ketua gas metana di persawahan Desa semburan tetap tenang. Pihaknya PanitiaKhususLumpurLapindoDPRD Dukuh Jeruk, Kecamatan telah minta bantuan Pusat SidoarjoMaimunSiroj,yanglangsung Karangampel, Kabupaten Indramayu, Laboratorium Forensik Kepolisian RI meninjau lokasi semburan, Jawa Barat, bertambah. Diameter danInstitutTeknologiBandunguntuk mendesak Dewan Pengarah Badan beberapa titik semburan semakin menguji dan menyelidiki semburan Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo membesar. Dari lubang itu kini tidak gastersebut. segera bertindak mengatasi hanya gas yang keluar, tetapi juga semburan air dan lumpur di Desa Siring Barat. Jangan tunggu sampai lumpurdanpasir.Suhaidi(38),petani MunculLagi yang lahannya menyemburkan gas, Di Desa Siring Barat, Kecamatan jatuhkorban,ujarnya. Senin (5/5), menuturkan, hampir Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, hari semua sawah di Blok Bendungan dan Senin, muncul semburan serupa Ketua Pusat Studi Kebumian dan Sirukem, Desa Dukuh Jeruk, dengan semburan di pekarangan Bencana Institut Teknologi Sepuluh rumah warga di RT 12 RW 2 di desa Nopember menyemburkangas. Surabaya Wahyudi yang sama. Semburan air bercampur Citrosiswoyo mengatakan, semburan Hasil pendataan sementara pihak gas dan pasir setinggi 50 cm keluar di Desa Siring Barat merupakan desa, semburan gas muncul di sawah hari Senin pukul 06.00 di gudang akibat semburan lumpur Lapindo 37 petani. Luas sawah yang terkena milik Hendra Sulistyo di tepi Jalan yang berjarak sekitar 800 meter dari lebih dari 5 hektar. Petani lain, Raya Porong. Jarak antara semburan desa itu. Sementara itu, untuk Kardono (23), mengaku kembali baru dan semburan sebelumnya mengurangi meluasnya semburan khawatirdengankondisiitu.Padahal, sekitar 100 meter. Mahmud lumpur di Desa Lubai Persada, warga desa itu, Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara dua pekan lalu ia sempat merasa Marzuki, tenang. Pihak desa dan PT Pertamina mengatakan, saat melewati lokasi Enim, Pertamina memasang pipa Eksplorasi dan Produksi (EP) Region semburan pada pagi hari, ia pipa untuk mengalirkan lumpur Jawa menginformasikan, gas yang mendengar suara seperti ledakan menuju bak dan sumur menyemburtidakberbahaya.Humas dari arah gudang. Ketua tim penampungan. PT Pertamina EP, Bambang Budi, pemantau gas berbahaya di sekitar mengatakan, pihaknya masih semburan lumpur Lapindo, Fergaco, Menurut Manajer Business Support mengkaji penyebab kondisi itu. Dodie Irmawan mengatakan, pada PT Pertamina EP Region Sumatera Pertamina akan memberi dana pukul 08.00 tercatat low explosive Srihadi, saat dikonfirmasi dari kepedulian bagi petani yang limit (ambang batas konsentrasi gas Palembang, Senin, semburan lumpur lahannya terganggu gas. untuk terjadinya ledakan) di masih berlangsung setinggi 2 meter. semburan baru mencapai 15 persen Pihaknya telah menutup satu titik Kepala Kepolisian Resor Indramayu pada radius 1 meter. Kondisi itu semburan. Saat ini tinggal satu titik Ajun Komisaris Besar Syamsuddin mudah terbakar, ujarnya. Pihaknya semburan. Djanieb menyatakan pemantauan segera memasang pita pembatas semburan gas terus dilakukan. Ia untuk menandai lokasi tersebut CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|6

TitiktitikGasMembesar

TimberlandtoReleaseQuarterlyCSRData
6Mei2008Sumber:http://www.environmentalleader.com/2008/05/05/timberlandtoreleasequarterlycsrdata/ No sooner than the Ceres coalition same way it reports its earnings data 4.Conducting quarterly stakeholder and the ACCA announced quarterly and online, followed by a calls with leadership; 5.Focusing on Timberlands award for best stakeholder call that will include Recreational Footwear Company sustainability reporting, the company Timberland CEO Jeffery Swartz. (RFC) with continued facilitylevel announced that beginning this reporting; and 6.Leveraging Web 2.0 month, it is releasing its 2008 first Timberland will be implementing six toscaleconversation. quarterCSRdataonline. initiatives: 1.Implementation of a twoyear cycle for full CSR reports; This marks a fundamental shift in 2.Utilizationofthewebsiteasamain communication; Timberlands CSR reporting structure. vehicle for It now plans to report CSR data the 3.Reporting quarterly CSR metrics;

UnileverTellsSuppliers:CertifiedSustainablePalmOilOnly
6Mei2008Sumber:http://www.environmentalleader.com/2008/05/05/unilevertellssupplierscertifiedsustainable palmoil In response to concerns, and on those who continue to use practices, ambushed Patricia Woertz, protests, over palm oil crops role in unlawful deforestation practices in chairman, president and CEO of Archer Daniels Midland, over ADM rainforest deforestation, food giant theharvestingofpalmoil. use of palm oil from endangered Unilever has announced it will use only palm oil certified as sustainable, Last summer, The Body Shop said it forests in Southeast Asia. In its third BusinessGreenreports. had become the first cosmetics and annual ethical reputation ranking of toiletries retailer to introduce companies Genevabased Covalence Through a collaboration with sustainable palm oil into the global ranked Unilever, along with Toyota industry group Roundtable on beauty industry. A Greenpeace and HSBC as having consolidated Sustainable PalmOil(RSPO), Unilever representative said other large users their leadership with Best Ethical said it aims to trace the origins of all of palm oil, such as Nestle and QuoteScore. thepalmoilitusesinEuropeby2012 Procter & Gamble, should follow and ensure that it is only sourcing Unilever lead to the new palm oil certifiedpalmoilby2015. sustainabilitycertification. As part of its efforts, Unilever CEO At a recent conference, the Patrick Cescau warned suppliers that RainforestActionNetwork,whichhas the company would apply sanctions campaigned for sustainable palm oil

Sisipan

IsuMaterialitaspadaKinerja KeberlanjutanPerusahaan
Sumber:AccountAbilitydanLRQA,2006. TheMaterialityReport:Aligining Strategy,PerformanceandReport, halaman32.

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|7

PublikasiA+

CSRdanTantanganBuatSerikatPekerja

TaufikRahman AktivisLingkarStudiCSR www.csrindonesia.com


CorporateSocialResponsibility(CSR)adalahkomitmenpelakubisnis untukberkontribusikepadapembangunanberkelanjutan denganmeningkatkankualitaskehidupanparapekerja, keluargapekerja,komunitaslokaldanmasyarakatluas (WBCSD,2003).

Di mata sebagian besar pemilik perusahaan dan jajaran direksi perusahaan, istilah corporate social responsibility (CSR) dipandang hanya sebagai tindakan filantropi. CSR ditempatkan sebagai derma perusahaan atau bahkan sedekah pribadi. Selain itu, terdapat juga pandangan yang cukup kuat di mata pelaku bisnis yang memandang CSR sebagai strategi bisnis. CSR dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai dan meningkatkan tujuan ekonomi melalui aktivitas sosial. Kedua tipe ini memiliki kesamaan di mana CSR hanya diletakkan sebagai bakti sosial keluar ditujukan kepada masyarakat lingkungan sekitar perusahaan atau kepada lingkungan yang lebih luas lagi. Karenanya, sebagian besar pelaku bisnis melupakan para pekerja, para pekerja, karyawan yang sebenarnya merupakan seperlima utama modal utama bisnis merekaselain money, method, machine, dan sumberdayaalam. Dalamwacana,isu,danpraktikCSRposisidankedudukan pekerja sering ditinggalkan. Tidak sedikit perusahaan yang mendapatkan citra agung di luar, sedemikian mewah dan ramah di iklan media, sementara praktik hubungan industrial dengan pekerja sedemikian tidak manusiawi. Bahkan hingga kini para pelaku bisnis demikian pula sebaliknyamenempatkan pekerja sebagai lawan. Pemilik perusahaan dan jajaran direksi masih enggan bersikap egaliter dan duduk bersama dengan pekerja. Pun dengan pekerja, wacana dan pola pikirnya masih dipenuhi dengan berbagai macam kecurigaan dan sedemikian sensitif dengan ancaman eksploitasi. Sudah menjadi pandangan umum bahwa serikat buruh/serikat pekerja (SB/SP) adalah macan yang amat galakdanselalukelaparandihadapanpemilikdanjajaran direksi perusahaan. Pun dengan mindset pekerja. Atas berbagai pengalaman tentang penderitaan, luka, tekanan, dan penindasan, pekerja harus berpandangan bahwa pemilik dan jajaran direksi adalah para penghisap darah, lintah berkepala dingin dan musang berbulu domba.

Hingga kini berbagai perundingan bipartit, perjanjian kerja bersama dan aneka ragam kesepakatan hubungan industrial antara pekerja dengan direksi perusahaan, tidak pelak lagi lebih banyak menguntungkan perusahaan. Pun dengan perundingan tripartit dengan mediasi dari pemerintah. Semuanya cenderung pro perusahaan. Pekerja dibiarkan, ditinggalkan, dan digolekkan begitu saja harus menerima nasib sebagai pekerja outsourcing dengan pendapatan paspasan bahkan minim. Posisi dan kedudukan sebagai pekerja secara struktural menjadi kedudukan yang sedemikian rentan, tidak bermasa depan, dan aneka ragam ancaman danfaktapenderitaanlainnya. Kendati demikian, pekerja tidak punya banyak pilihan. Pun dengan paradigma low cost high benefit yang sedemikian dipercaya sepenuh hati oleh pemilik dan jajaran direksi perusahaan. Semua gerakan pekerja sebenarnya hanya memiliki satu agenda: hidup wajar dan sejahtera. Sebaliknya pihak perusahaan juga bercitacita yang mirip: untuk mendapatkan untung dan mampu mensejahterakan banyak orang. Namun sayang, citacita itu dalam praktik hubunganindustrialseringkalidicederaidenganberbagai praktik yang tidak bertanggung jawab. Mungkin desakan dan tekanan mengenai keharusan berbisnis yang ramah sosial dan ramah lingkungan dalam CSR bisa menjadi jalantengahdarikebuntuanini. Dwight W. Justice (2006) menyebutkan bahwa salah satu peluang terbaik dari isu CSR dalam kaitannya dengan peran SP/SB adalah makna dari CSR sebagai tindakan sukarela untuk mematuhi dan melampaui seluruh regulasi. Adopsi penuh konvensi ILO, deklarasi HAM, dan deklarasi PBB dalam konferensi Rio kembali dalam perspektif CSR sudah bukan sebagai pilihan anjuran namun sebaiknya menjadi kewajiban. Isu mengenai perlakuanyangsetara,jaminankeamanansetiappekerja, kebebasan berserikat, memberikan rasa hormat dengan sepenuh hati atas hakhak politik dan hakhak sipil,

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|8

pemberian kompensasi dan standar kehidupan bagi pekerja dan keluarga secara wajar, memberikan proteksi penuh atas kesepakatankesepakatan kolektif, dan seterusnya seharusnya sudah bukan lagi sebagai isu, wacana atau citacita. Tapi itu semua menjadi standar yangharusdipraktikkansecarasaksama. Selanjutnya, Justice menyatakan jika kesadaran akan hal di atas sudah menjadi bagian etis dan praktis pelaku bisnis, maka SP/SB atau bahkan individu pekerja bisa secara sukarela menyatakan dan mengusulkan ide mengenai apa dan bagaimana sebaiknya CSR perusahaan dimanaiabekerja.Selainmelakukanpartisipasiproaktif, SP/SBjugabisaberperansebagaikelompokkontroluntuk memverifikasi laporan keberlanjutan perusahaan untuk kemudian memberikan masukan untuk perbaikan kinerja CSRperusahaan. Tentunya kondisi di atas mempersyaratkan adanya kesadaranyangsamakeduabelahpihak(perusahaandan pekerja). Untuk mendapatkan kesadaran ini, Luke Wilde (2003) menyatakan bahwa hal itu bisa terjadi jika praktik bisnis di sebuah perusahaan menunjukkan kinerjakinerja sebagaiberikut: 1. Menghormati para pekerjanya sebagai bagian terpentingdaripraktikbisnis,terusmempromosikan, melindungi, menjamin keamanan dan menjamin perlindunganatashakhakparapekerja; 2. Perusahaan menjamin bahwa proses produksi mereka tidak melanggar HAM dan tidak digunakan untukkepentinganyangbertentangandenganHAM; 3. Perusahaan harus meneguhkan pandangan positif bahwa mereka memiliki kewajian kepada seluruh pemangku kepentingan (internal dan eksternal) untuk meminimumkan dampak negatif sosial, ekonomi dan lingkungan dari eksistensi dan operasinya;dan 4. Perusahaan harus benarbenar merasa berkewajiban untuk mendatangkan dampak positif bagi kesejahteraan sosial, ekonomi dan lingkungan kepada seluruh pemangku kepentingan (internal dan eksternal). Dalam kaitannya dengan praktik hubungan industrial, persyaratandiatashanyadapatdipenuhijikaperusahaan mampu memanusiawikan para pekerja, setidaknya dengan merujuk pada aturan dasar regulasi, berbagai konvensi dan sebaiknya melampaui berbagai ketetapan kewajiban regulasitermasuk berbagai konvensi tentang pekerja. Hanya dengan cara ini berbagai ide tentang kedermawaan perusahaan atau bahkan socially responsible investment bisa merepresentasikan bahwa sebuah perusahaan itu benarbenar bertanggung jawab. Perusahaan benarbenar bertanggung jawab kepada

seluruh pemangku kepentingannya, dengan diawali oleh kinerjatanggungjawabkepadaparapekerja. Kondisi di atas dalam banyak penilaian dan pengamatan aktivis pekerja hanyalah isapan jempol semata. Bahkan Michael Hopkins dan Ivor Hopkins (2002) menyatakan bahwa untuk sampai pada kondisi di atas, kaum pekerja sedunia harus bersatu. Agenda ini bukan sebagai agenda lokal, namun harus menjadi gerakan global. Dan bagi Hopkins dan Hopkins gerakan ini harus dimulai dengan meneguhkandan memastikan kebebasan serikat pekerja. Kaum pekerja harus sepenuhnya sadar bahwa mereka bebas dan memiliki hak untuk melakukan tawar menawar secara kolektif. Sekali lagi gerakan ini, sebagaimana kuatnya hukum besi pasar global harus menjadi agendaglobal. Secara global kaum pekerja harus memberikan tekanan yang efektif kepada perusahaan untukmemastikanbahwa: 1. Kaum pekerja memiliki kebebasan untuk melakukan tawarmenawarsecarakolektif; 2. Kaum pekerja harus memastikan bahwa mereka bekerjatidakdalamkondisidibawahtekanan;dan 3. Kaum pekerja dengan kebebasannya harus menjaminbahwamerekabekerjadilingkunganyang kondusif (jam kerja yang wajar, ada batasan usia kerja, mendapatkan upah yang adil dengan standar yang disepakati, ada jaminan keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, tereliminasinya berbagai praktikdiskriminasi,danseterusnya). Bibliografi Dwight W. Justice, Corporate Social Responsibility: Challenges and Opportunities for Trade Unionists, LabourEducation,2003/1No.130. Hu Xiaoyong, Corporate Codes of Conduct and Labour relatedCorporateSocialResponsibility,2006. Jon Robinson, Workers Capital and Corporate Social Responsibility,LabourEducation,2003/1No.130. Luke Wilde, Business, Human Rights and Governance, paper, Prepared for the Business Leaders Initiative onHumanRights,June2003. Michael Hopkins and Ivor Hopkins, Labour Standards and Corporate Social Responsibility: The Need for a Planetary Bargain, dalam Michael Hopkins, CSR Matters,Earthscan,London,UK,2002. Peter Muchlinski, The Development of Human Rights Responsibility for Multinational Enterprises, dalam Andrew Crane, Dirk and Laura J. Spence, Corporate Social Responsibility and Cases in a Global Context, Routledge,2008. Patrick Maclagon, CSR as A Participative Process, Andrew Crane, Dirk and Laura J. Spence, Corporate Social Responsibility and Cases in a Global Context, Routledge,2008.

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|9

ArtikelPilihan
WhatDoesCSRReallyMean?
JamesThuoGathii 7Mei2008Sumber:http://www.bdafrica.com/index.php?option=com_content&task=view&id=7456&Itemid=5821 The late Milton Friedmann once argued that in a free enterprise, privateproperty system, a corporate executive is an employee of the owners of the business. He has direct responsibility to his employers. That responsibility is to conduct the business in accordance with their desires, which generally will be to make as much money as possible while conforming to the basic rules of the society, both of those embodied in law and thoseinethicalcustom. Many free market thinkers have invoked these arguments advanced by Friedman to argue that corporationshavenoroleinsocietybesidesmakingprofit whileproducinggoodsandservicesofthehighestquality. Friedman, a Nobel Prize economist noted in the same 1970 essay that these arguments were not inconsistent withafactorybuildingsomepublicfacilitiesinthetownit is located. After all, it was in the interest of the company to have access roads and other utilities to be able to conductitsbusinessaffairs. The fact that theseutilitieshaddual usefor thecompany and its residents was Friedmans version of a companys social responsibility. Friedmans arguments in this regard are known as the classical theory of corporate social responsibility. It is a narrow concept since the shareholders are the primary and near exclusive constituencyofthecorporationanditsprofitmakinggoal rises above all others. Friedmans essay was written duringtheheightofthecoldwarandtogetherwithsome of his writings of the period, were some of the best refutations of government control of business and the economy. That is why Friedman argued that road construction and other public amenities were the concernofgovernmentandnotoftheprivatesector. Unlike Friedmans classical theory, modern understandings of corporate social responsibility are premised on the fact that companies have roles that are ancillary to and indirectly related to their profit making objectives. Under this understanding companies are regarded as citizens in an economic community. The community is therefore not just a companys shareholders or even its customer base. Rather a companys constituency includes the community that the company must relate to in order to win good will and a favourable business environment. Thus our leading corporations have a business credo and institutions to support good works. Many companies have established foundationstoengageinsuchactivities. Under this modern understanding of corporate social responsibility, companies can justify funding causes such asuniversitiesonthepremisethattheyarepreparingthe kind of workforce and business leaders that strong fountains of knowledge are created to produce. Supporting public welfare initiatives incidental even if only remotely to the primary objectives of a corporation therefore fall within this modern understanding of corporate social responsibility. That is why after the postelection violence earlier this year, company after company donated to the plight of those internally displacedandaffectedbythecrisis. These humanitarian gestures demonstrated that these companies understood themselves as members of the Kenyan community. This giving happened notwithstanding the fact that our Companies Act does not require them to undertake such public interest and welfare initiatives. This is because charitable, benevolent andphilanthropicobjectiveshavebecomeanexpectation of our public corporation. In 2002, the Capital Markets Authority issued guidelines on good corporate governance for listed public companies. They are largely unenforceable and do not in any event say anything aboutcorporatesocialresponsibility. Similarly, the Central Bank of Kenyas Prudential GuidelinesforInstitutionslicensed underthe BankingAct do not address issues of corporate social responsibility. In recent times, the Kenya Bureau of Standards has been involved in drafting some guidelines on corporate social responsibility. These standards as well as those that companies have voluntarily adopted and the voluntary ISO standards being developed form a backdrop against whichtomeasurecorporatesocialresponsibility. Onecannotofcourseforgetherethenumerouseffortsof the United Nations to promulgate guidelines on the behaviour of multinational corporations. Such recent efforts include the Global Compact and the UNs Norms on the Responsibilities of Transnational Corporations and Other Business Enterprises with Regard to Human Rights. Corporate giving for purposes indirectly related to a corporations profit making goals may be controversial. However, a companys responsibility to comply with the law should not. In fact, the kernel of corporate social

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|10

responsibility as understood by classicists such as Friedman regard compliance with the law as a supreme objective of a company. That is why we expect our companies to comply with laws prohibiting corruption, economicaswellasfinancialcrimes.Ourcompaniesmust also comply with other laws passed by parliament includingthosecontainedinourbillofrights. Thisresponsibilityattaches to all citizens whethernatural or corporate. Compliance with environmental laws remains a big challenge for our companies. One need only visit those gapping excavation sites for building stones, sand and other building materials around the country to witness the height of corporate irresponsibility. A draft Companies Bill lying in the Kenya Law Reform Commission provides that the objectives of a company are unrestricted. This provision if passed into law would removeamajorpotentialimpedimenttocorporatesocial responsibility. This is because shareholders intent on enforcingthecurrentlawmayarguecompaniesengaging in corporate social responsibility such as giving are exceeding their legally mandated objectives. This is knownastheultraviresdoctrine.

Whileitmaybedeadinpractice,itisstillaliveandwellin our statute books. As the Kenya Law Reform Commission continues soliciting comments on the humongous draft Companies Bill, it could well consider amplifying the provisions relating to corporate social responsibility. For example, would it not be wise and prudent to limit reasonablecorporategivingtosayonepercentofcapital and surplus unless the board of directors got shareholderstoapproveadditionalgiving? There is nothing that prevents the new law to provide that corporate giving not only be reasonable in relation toacompanysinterestbutalsotobearsomereasonable relation to the companys financial condition. That way, directors would be restrained from abusing their discretiontodecideonsuchmattersoronlytogivetopet charities or engage in such other conduct that would run counter to the objectives of corporate social responsibility.
Gathii is the Governor George E. Pataki Professor of International Commercial Law and Associate Dean for Research and Scholarship DesignateatAlbanyLawSchool,NY.

CorporateResponsibilitysStayingPower
OliverPhillips 8MeiSumber:http://www.thecro.com/node/676 Companies have made their environmental, social and ethical performance a priority over the past decade. Despite a softening economy, three factors guarantee that corporate responsibility is here to stay: A New Deal between corporations, governments and nongovernmental organizations (NGOs); Millennials; and globalization. NewDeal A New Deal is emerging between global corporations, governments and nonprofits. It is steadily replacing a traditional relationship of distrust with a spirit of collaboration. A key impetus for this change is the shifting gravity of power from governments to corporations. Today, 41 of the one hundred largest economies in the world are companies. Exxon Mobil is bigger than Poland and Austria. WalMart is bigger than Denmark. Governments are realizing that they simply cannot solve major social issues without the active involvement of the corporate world and are reaching out tothemasneverbefore. The U.K.s Prime Minister Gordon Brown typifies the new outreach. He is calling on industry to lift Africa out of poverty by helping achieve the UN Millennium Development Goals (MDGs). Not too long ago, had you asked a global CEO what MDG meant, he or she might have replied that Chinese food tastes better without it.

Today a growing number can recite all eight and list their specifictargets. Underpinning this outbreak of altruism is a healthy dose of mutual selfinterest. Governments clearly see an advantage in spreading the burden of expectation that they alone must solve societys endemic problems, and CEOsareseeinganopportunitytomakestrategicinroads into emerging markets. Concurrently, many NGOs have radically altered their view of the corporate world. Several UN agencies have recently restructured their department of private partnerships to reflect this changing attitudeno longer regarding corporations as the enemy, nor as faceless checkbooks, but as constructive partners for progress on issues of joint concern. RiseoftheMillennials Born after 1982, Millennials represent a distinct break from preceding generations in their global, optimistic outlook. They genuinely believe they can make a positive change in the world, and expect institutions and companies vying for their loyalty to share their values. Now that they have come of age, they are suddenly commandingspecialattentionfromcorporationsbecause they represent the current and future crops of MBAs entering the work force. The first question recruiters encounter at career fairs is no longer Whats my first

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|11

year bonus? but What is the carbon footprint of your company? Globalization The speed of transmission of good news, bad news and everything in between has transformed the global marketplace. Britney Spears kid sisters pregnancy is newsinAucklandandOmaha.U.S.electionsarefollowed as closely in Bangalore as in Boise. Child labor abuses in the developing world make headlines worldwide within thesamenewscycle. Early adapters to CR were responding to this new norm. Nike and Starbucks had their CR epiphanies in the crucible of battles around distant supply chain problems. Today, CR programs have progressed from reactions to external prompts on a single issue to proactive mechanisms for radically overhauling reputations. The most successful CR programs combine three elements thattogetherseparatethemfrompurelymarketingorPR exercises: they are authentic, they are organic and they are amplified through effective partnerships. The most evolved CR program is no longer a siloed activity largely operated at arms length by a companys philanthropic

foundation, but is thoroughly integrated at all levels product line, supply chain, workplace practices and operations. Communications around these efforts need tobealignedinternallyandexternally. Althoughthereisstillno provenlinkbetweendoinggood and nearterm profit, CEOs are attracted to CR for long term reasons. They fear missing out on the best young talent will erode their competitiveness over time. They are concerned about providing insulation for their companys reputation, which can take generations to build but can unravel in a single news cycle. So while CR may not make money now, ignoring it could be costly in the future. And beyond the profit motive, some CEOs may even be motivated by the desire to leave the planet betteroff.
Oliver Phillips is a partner in Brunswick Group, a corporate communications partnership. He joined the firm in 2007 and focuses on clients with crises and broad corporate reputation issues. Phillips brings highly specialized expertise on matters involving corporate social responsibility, and has significant experience creating mutually beneficialalliancesbetweencorporationsandNGOsacrossawiderange ofareas.

CSRWORKSHOPSERIES: DebunkingCSRPracticesUnleashingCSRPotentials
CrownePlazaHotel,Jakarta,11Juni2008,08.0017.00 CSRWorkshop:RequiredKnowledge
Sesi1:KesalahanPemahamandanPraktikCSR Pembicara:TomMalik(Director,BursonMarstellerIndonesia) Sesi2:PembangunanBerkelanjutandanGenesisCSR Pembicara:Jalal(ManagingDirector,A+CSRIndonesia) Sesi3: Stakeholder:IdentifikasidanStrategiHubungan Pembicara:PamadiWibowo(ExecutiveDirector,LingkarStudiCSR) Sesi4: ISO26000danBerbagaiStandarCSR Pembicara:TimotheusLesmana(ExecutiveDirector,EkaTjiptaFoundation) Sesi5: TransparensidanAkuntabilitasmelaluiPelaporanCSR Pembicara:SonnySukada(Partner,KiroyanandPartners)

BiayaInvestasi:Rp2.000.000 Investasiinitermasukworkshopkitberupaseluruhbahanyangrelevan,bibittanaman,coffebreakdanmakansiang.

InfodanPendaftaran RezaRamayana,A+CSRIndonesia02157940610/611,HP0817800094,reza.ramayana@gmail.com RianaFitriani,DEKAMarketingResearch0217236901,HP08170796066,riana.fitriani@dekaresearch.co.id

TestimonialPesertaCSRWorkshopSeries:RequiredKnowledge,26Maret2008 Verygoodtraining....PoespoOetomo,ChevronGeothermalIndonesia,Ltd. Presenter:NOQUESTION,sangatkompeten.WELLDONE!JantiWignjopranoto,PTHutchisonCPTelecom. ...membukapemahamanyangkomprehensiftentangCSR.TaufikAbuRahman,konsultanlepas. Bergunasekali!DewiAnggraini,UniversitasMercubuana. CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|12

InfoBuku
MengintegrasikanTujuanMuliaPerusahaan melaluiCSRdanPembangunanBerkelanjutan
Judul Penulis Penerbit Halaman RezaRamayana
AktivisLingkarStudiCSR www.csrindonesia.com AlurCeritayangMenarik Membaca dan menghayati tulisan Christine Arena dalam buku ini menjadi tambahan pengalaman dan pengetahuan yang menarik. Buku ini dihasilkan bukan saja oleh Arena yang bertindak sebagai penulis, namun juga masih terdapat 10 orang mahasiwa program MBA dari McGill University yang telah bahu membahu untuk menyelesaikan projek ini selama kurun waktu dua semester. Ketajaman bisnis, dan pemikiran kritis itulah yang kemudian mendorong Arena dan timnya untuk mampu menyelesaikan buku ini hingga mencapai sebuah kesimpulan yang menarik untuk direnungkan bahwa sebuah tujuan mulia perusahaan paling baik diwujudkan sepanjang kehidupannya. Seperti kesempurnaan, ada kemungkinan tujuan itu tak bisa sepenuhnya terwujud, namun pantas ditempuh untuk membawa perusahaan sampaipadabeberapapencapaianyangpalingberharga. Dari awal hingga akhir cerita buku ini, Arena dan timnya sangat optimis menyatakan bahwa perusahaan terus menerus berkecenderungan berevolusi menjadi perusahaan yang bertanggung jawab. Pada epilognya, Arena mengungkapkan kesenangannya tentang semakin banyaknya perusahaan multinasional yang berinvestasi ke dalam proses yang bertanggung jawab. McDonalds, Wall Mart, Ford adalah contoh perusahaan besar yang tengah berevolusi. Arena juga mengungkapkan bahwa perbaikan yang terjadi telah menghasilkan dampak ekonomi positif yang cukup signifikan. Keoptimisannya bukan saja terletak kepada keinginan sukarela perusahaan untuk berubah, namun jauh ke depan bahwa bentukan ekonomi baru sebagai akibat dari kesadaraan berubahnya perusahaan juga semakin menguat. Contoh yang dikemukakan adalah perdagangan karbon yang diramalkan akan mengalami booming pada tahun 2010 ke atas dengan nilai kapitalisasi atas perdagangan tersebutbisamencapaimiliarandolarAmerika.

TheHighPurposeCompany ChristineArena Collins 304

Semua ungkapan Arena dan timnya dalam buku ini tentang perubahan fundametal perubahan terasa ringan. Sama ringannya dengan jawaban Arena dalam wawancaranya dengan Rich Mavrovich yang termuat dalam http://www.thereblogging.com yaitu this book demonstrates why corporate responsibility is good for business.It enables readers to easily distinguish between true and false corporate responsibility. Or, if youre an executive, that basically translates to the difference between winning and losing strategic approaches. Pesannya sederhana, bahwa tidak ada tujuan lain dari perusahaandewasainiselainberubahdanpekaterhadap tujuantujuanpembangunanberkelanjutan. KomentaruntukDirenungkan Membaca setiap uraian bab yang terdapat dalam buku ini, ada halhal menarik dan direnungkan kembali, antara lain: Pertama, hipotesa Arena tentang langkahlangkah bagaimana perusahaan berubah. Kesadaran, integrasi dantransformasiadalahbagianpentingdalamperubahan perusahaanuntukmencapaitujuanmulianya.Padatahap kesadaran timbul ketika perusahaan telah melakukan evaluasi terhadap seluruh rangkaian operasinya. Pada tahap evaluasi, wawasan sosial dan lingkungan adalah tujuan lainnya yang tepat untuk diterapkan dalam tujuan bisnis perusahaan. Namun, pernyataan Arena luput dari aspek dampak yang harusnya menjadi butir penting ketika berbicara tentang apa yang disebut kesadaraan. Dia mengabaikan kasuskasus semacam Exxon Valdez, Delta Niger, eksekusi atas Ken Sarowiwa, Bhopal, Chernobyl atau Lapindo. Padahal faktanya, semua kasus ini yang menjadi titik tolak mengapa kemudian perusahaanharusberubah. Kedua, Arena dan tim menyajikan banyak contoh kasus tentang bagaimana kemudian GE, Ford, dan Starbucks

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|13

berevolusi. Contoh kasus yang diungkapkan sebetulnya mampu menjadi pokok pemikiran karena tuntutan perubahan bukan saja ditentukan oleh tekanan eksternal namun juga pola hubungan antara perusahaan dan pemangku kepentingannya. Bila di telaah lebih dalam hubungan ini sebetulnya juga bisa menjadi bagian dari tekananyangmengakibatkanadanyaperubahan.Namun, samasepertipoinpertama,Arenadantimnyasamasekali tidak menyentuh aspek ini untuk diramu menjadi satu kesatuan bersamaan dengan timbulnya kesadaraan perusahaan. Apakah yang diungkapkan Arena dalam tahap kesadaran yaitu evaluasi atas semua operasi perusahaan bisa dikatakan juga terkait dengan tekanan atas dampak atau pola hubungan antara perusahaan dan pemangku kepentingannya bersifat negatif ataukah dia hanya ingin menyitir bahwa perubahan yang terjadi murnihasilintrospeksidiriperusahaan? Ketiga, Arena tidak memiliki benchmark yang pasti untuk menilai apakah proses revolusi perusahaan telah menuju ke arah yang benar atau sebaliknya. Cukup rumit mengurai sajian contoh yang diungkapkan karena beragam standar yang lumrah di jagat CSR seperti Global Reporting Initiative (GRI) atau UN Global Compact atau mungkin yang terbaru tentang Working Draft 4.1 ISO 26000 tidak tersebut dalam alur cerita buku ini. Agak kurang masuk akal contoh keluaran yang diungkapkan seperti yang tabel yang terdapat pada halaman 241. Dari beberapa contoh perusahaan multinasional yang disebutkan, dalam bagian projeksi jelas ungkapan itu menjadi hal yang kabur. Karena ungkapan projeksi itu tidak disertai dengan indikator acuan yang bisa secara tegasmenjelaskanbagaimanaprojeksiinidibuat. PeluangdanKesempatan Untuk melihat secara detail dan jernih, sebetulnya alangkah nikmatnya jika Arena melihat beberapa standar CSR. Yang terbaru seperti Working Draft 4.1 ISO 26000 yang secara tegas meyebutkan bahwa social responsibility is responsibility of an organization for the impact of its decions and activities on society and

environment,thoughttransparencyandethicalbehaviour that 1. contributes to sustainability development, health and welfare of society, 2. takes into account the expectations of stakeholders, 3. is in compliance thoughout the organization and practiced in its relationship, 4. is integrated thoughout the organization andpracticed in relationsip.Kutipanini tergambarmakna yang sangat kuat tentang arti sebuah tanggung jawab sosial perusaaan yang menurut Arena menjadi tujuan mulia perusahaan. Menjadikan ISO 26000 atau standar CSR lainnya sebagai benchmark sebetulnya bisa menjadi pembelajaran menarik bagi perusahaan. Lebih mudah memetakan apa yang menjadi dampak dari kegiatan operasi dan lebih tajam merangkai apa yang menjadi tujuanmuliaperusahaan. Karena untuk tujuan mulia, maka kaitannya bukan hanya untuk perusahaan semata namun juga untuk dunia. Pembangunan berkelanjutan adalah kuncinya. Hipotesis Arena seharusnya dibalik dengan menyatakan bahwa perusahaan hendaknya mementingkan keberlanjutan Bumi terlebih dahulu, baru kemudian perusahaan itu sendiri. Jadi perusahaan harus bisa memastikan apakah pembangunan berkelanjutan itu terjadi, baru selanjutnya bisa dipastikan bahwa perusahaan bisa berkelanjutan. Meskipun, menurut Bobby Banerjee dalam artikelnya berjudul Who Sustains Whose Development? Sustainable Development and the Reinvention of Nature (Organization Studies, Vol. 24/1, 2003) pembangunan berkelanjutan lebih didominasi oleh unsur ekonomi semata, namun dalam perkembangannya, tujuan sosial dan lingkungan juga termaktub di dalamnya. Dan bila kemudian beragam standarisasi CSR serta konsep pembangunan berkelanjutan itu dimasukkan ke dalam sistem yang dibangun Arena dan tim tentang bagaimana perusahaan mencapai tujuan mulianya. Maka bukan mustahil, setiap tahapan dengan mudah terpetakan dan bisa memberikan pembelajaran bagi pihakpihak yang berkepentingan tentang apa yang ingin dicapai perusahaanuntuktujuanmulianya.

GreenAdsSpace
Untukmengiklankanprodukyangramahsosialdan lingkungan,sponsorship,linkkelaporanCSR perusahaan,agendakegiatanCSR(pelatihan,seminar, lokakarya,ekspo)ataulainnyayangrelevansilakan kontakkemedia@csrindonesia.com.

CSR Indonesia Newsletter Vol.2 Minggu 19 2008|14

You might also like