You are on page 1of 137

PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENCAPAIAN LABA (Studi Kasus Pada PT.

Pos Indonesia KAWILPOS V Bandung)

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : ENDA SUHENDA NRP : 96349670

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2001

PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENCAPAIAN LABA (Studi Kasus Pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V Bandung)

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung

Bandung, November 2001 Mengetahui,

Pembimbing,

Pembimbing Pendamping,

Prof. DR. Hj. Ria Ratna Ariawati TG.,MS.,Ak.

R. Mochammad Noch, Drs.

Dekan,

Ketua Program Studi,

Azhar Affandi, SE., Msc.

Atang Hermawan, SE., MSIE.

MOTTO: Dan Janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahala-Nya dengan cukup, sedang kamu sedikitpun tidak akan dirugikan. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang sabar. (QS. Al-Baqarah ayat 272 dan 153)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan bangga serta ikhlas kupersembahkan karyaku ini kepada Orangtuaku yang sangat aku hormati dan kakak-kakakku yang aku segani serta alo-aloku Lina dan Sofyan yang aku sayangi

ABSTRAKSI
Skripsi ini meneliti masalah pengaruh biaya pemasaran terhadap efektivitas pencapaian laba perusahaan sehingga dapat diketahui

bagaimana pengaruh biaya pemasaran tersebut, khususnya terhadap pencapaian laba. Perusahaan yang diteliti yaitu PT POS Indonesia (Persero) yang merupakan salah satu BUMN yang berusaha di bidang jasa pengiriman surat, barang, uang dan jasa keagenan lainnya. Usaha yang

dijalankannya ini terus mendapatkan persaingan baik dari perusahaan jasa titipan, bank maupu perusahaan telekomunikasi seiring dengan kemajuan teknologi. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah : apabila efisiensi biaya pemasaran tercapai maka akan meningkatkan efektivitas

pencapaian laba perusahaan. Hipotesis ini dilatarbelakangi berdasarkan asumsi bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan perusahaan akan berpengaruh pada penjualan sehingga meningkatkan pencapaian laba perusahaan. Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi sejak saat produk selesai di produksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai. Biaya pemasaran dapat digolongkan kepada order-getting costs dan order-filling cost dimana biaya pemasaran yang Penulis teliti termasuk ke dalam biaya ordergetting costs karena biaya tersebut lebih berpengaruh kepada biaya pemasaran dan tingkat pendapatan dari pada order- filling costs. Oleh sebab itu perlu dilakukan efisiensi terhadap biaya pemasaran. Efisiensi biaya pemasaran yang memadai diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan perolehan laba dan menjaga tingkat kesehatan serta kelangsungan usaha perusahaan. Efisiensi biaya pemasaran ini

berdasarkan pada anggaran yang diterima dan realisasi biaya pemasaran.

Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Efisiensi biaya pemasaran sangatlah berpengaruh didalam meningkatkan perolehan laba. Pengakuan pendapatan pada saat penjualaan lebih

efektif dibandingkan setelah penjualan hal mengurangi resiko.

ini dilakukan untuk

Penulis melakukan penelitian pada PT POS Indonesia dengan masalah yang diteliti adalah mengenai biaya pemasaran terhadap efektivitas pencapaian laba. Pada penelitian ini Penulis melakukan studi kasus dengan menggunakan metode verifikatif, hasil analisis dan pengujian hipotesis dilakukan dengan mengolah data dari responden yang disebarkan kepada 10 orang staff pegawai PT. POS Indonesia terutama pada bagian-bagian yang bersangkutan dengan penelitian yang

dilakukan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa biaya pemasaran berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pencapaian laba. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan koefisiensi korelasi yang mencapai tingkat keeratan sebesar 62,41% dan efisiensi biaya pemasaran mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pencapaian laba besar 38,95% dan sisanya yaitu 61,05% dipengaruhi oleh faktor lain. Setelah melihat hasil dan pembahasan dapat diketahui bahwa biaya pemasaran berpengaruh positif terhadap efektivitas pencapaian laba.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melindungi dan atas segala rahmat serta izin-Nya akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Efektivitas Pencapaian Laba. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. Penulis menyadari bahwa yang dikemukan dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian Penulis tetap berharap, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya serta bagi pengembangan ilmu akuntansi pada umumya. Tuntasnya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang terkait. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Apa dan Ema tercinta. Nenekku serta kakakku Endi- Suhendi, Wati Herlina, Iin Fatimah dan Junaedi M. Noer yang telah banyak memberikan doa, serta dukungan baik moril dan materil sehingga terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis ingin menghaturkan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya yang tak terhingga kepada : 1. Ibu Prof. DR. Hj. Ria Ratna Ariawati TG., MS., Ak. pembimbing utama dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak R. Mochammad Noch, Drs. Sebagai pembimbing pendamping dan juga selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Sebagai

Universitas Pasundan Bandung yang selalu memberikan semangat, arahan dan wejangan.

3. Bapak Prof. Dr. H. Imam Sudirman, Ir. DEA., selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 4. Bapak Azhar Affandi, SE., Msc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 5. Bapak Atang Hermawan, SE., MSIE., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 6. Bapak Apriyanto, SE, Ak, sebagai Dosen Wali, yang selalu memberikan nasihat, semangat, arahan dan motifasi kepada Penulis. 7. Bapak Dadang Soekardan, SE. yang selalu mendukug dan memberikan arahan kepada Penulis. 8. Bapak Enjang Tachyan. B, SE, Ak, para Dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan didikan serta ilmunya, dan para staff karyawan yang telah

memberikan fasilitas yang bermanfaat bagi Penulis selama dibangku kuliah. 9. Orang yang selalu menemani dalam suka dan duka yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan dukungannya, terima kasih atas marahnya, sayangnya, cintanya, May (nilai 9 lebih baik dari nilai 6, pertahankan dan tingkatkan nilai itu) Thanks for all. 10. Bapak Satriyo Nugroho, SE sebagai pembimbing dari perusahaan yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan semangat kepada penulis. 11. Ibu Ati dan seluruh staff karyawan perusahaan yang sangat membantu Penulis dalam pengumpulan data penelitian dan bantuan lainnya yang sangat berarti. 12. Barudak Pastelz, Cecep apey Rusmana, Asep coffee Irawan, Anugrah Sudrajat Purawinata sijangkung badag, Gugi Ahmad Fitrah SE, Tandarius chezar, Agung aa ajunh Febriyanto SE, Sani cool Yusuf Firmansyah, Deni khitonx Chandra Affandi, Budi oray kadut Herlambang, Budi Mulyadi, Yanto Rizkiyanto SE, Gumilar Riskomar, Yudi ireng Muzril, Alamsyah S.Si, Susy

Warastuti Putri, Dewi ollieve Retno Ningrum, Mira Mardiani rengganis Thaher dan teman-teman 96 AK-C lainnya. Terima kasih atas dukungannya. 13. Bapak Hasan Usmad, Almarhumah Nonoh Juhanah, Teteh Yeni Isnaeni, Aa Endin Syamsudin, Dian Rahmat Nugraha, Dini Nurdianti yang Geunit, Geeran dan Gualak Pisan tapi Cuantik sih dan Hasans Families Other. 14. Dan seluruh pihak yang Penulis tidak bisa sebutkan satu persatu terima kasih sebesar-besarnya semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT Amin. Akhirnya Penulis berharap skripsi yang telah tersusun ini dapat memberi manfaat bagi seluruh pembaca. Bandung, November 2001 Penulis

Enda Suhenda

DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN .. MOTTO ... ABSTRAKSI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL . DAFTAR LAMPIRAN .. i ii iii v viii xiii xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah . 1 4 5 5 5 6 6 7 7

1.3 Maksud dan Tujuan ... 1.3.1 1.3.2 Maksud Penelitian ..... Tujuan Penelitian ........

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ........ 1.4.1 Kegunaan Praktis ..

1.4.2 Kegunaan Teroritis .......... 1.5 1.6 Kerangka Pemikiran ..

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya ......... 2.1.1 2.1.2 2.2 12

Pengertian Akuntansi ............. 12 Pengertian Akuntansi Biaya .. 14

Biaya ......................... 15 2.2.1 2.2.2 2.2.3 Pengertian Biaya . 15 Penggolongan Biaya .. 15 Pengukuran Biaya ............. 20

2.3

Pemasaran dan Biaya Pemasaran . 23 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4 Pengertian Pemasaran ... 23 Pengertian Biaya Pemasaran . 25 Penggolongan Biaya Pemasaran ... 26 Karakteristik Biaya Pemasaran . 28

2.4

Efisiensi dan Analisis Biaya Pemasaran .. 28 2.4.1 2.4.2 Pengertian Efisiensi .. 28 Anggaran Sebagai Alat Efisiensi Biaya Pemasaran .. 31 2.4.3 Analisis Biaya Pemasaran . 33

2.5

Laba ... 43 2.5.1 2.5.2 2.5.3 Pengertian Laba ........... 43 Jenis Laba 44 Kegunaan Laba ........... 45

2.5.4 2.5.5 2.6

Pengukuran Laba ...............

46

Pusat Laba .. 48

Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Efektivitas Pencapaian Laba . 51

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 3.2 Objek Penelitian ... 53 Metode Penelitian .... 54 3.2.1 3.2.2 3.2.3 Desain Penelitian .............. 54 Operasionalisasi Variabel . 54 Populasi Penarikan Sampel ...... 58 3.2.3.1 3.2.3.2 3.2.4 3.2.5 Ukuran Sampel .. 58 Jenis Sampling ... 58

Prosedur Pengumpulan Data 60 Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis . 62 3.2.5.1 3.2.5.2 ` Analisis Data 62 Rancangan Pengujian Hipotesis .. 65

3.2.6

Proses Penelitian . 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 4.1.1 71

Gambaran Umum Perusahaan .. 71 4.1.1.1 4.1.1.2 4.1.1.3 Sejarah Singkat Perusahaan .. Struktur Organisasi Perusahaan Aktivitas Utama Perusahaan 71 82 90

4.1.2

Efisiensi Biaya Pemasaran ...... 103 4.1.2.1 Strategi dan Kebijakan Pemasaran Perusahaan 105 4.1.2.2 4.1.2.3 Program Pemasaran Perusahaan . 106 Pembebanan Biaya Pemasaran 107 111

4.1.3 4.1.4

Pencapaian Laba Perusahaan Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap

Efektivitas Pencapaian Laba . 115 4.2 Pembahasan Penelitian 117 4.2.1 4.2.2 4.2.3 Analisis Efisiensi Biaya Pemasaran . 117 Analisis Pencapaian Laba 120 Analisis Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Efektivitas Pencapaian Laba 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 5.2 Kesimpulan ...................... Saran 128 129

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR TABEL

Tabel Tabel Tabel Tabel

1.6 2.1 3.1 3.2

Alokasi Waktu Penelitian

11

Dasar Alokasi Biaya Pemasaran . 42 Indikator Variabel X dan Variabel Y 57 Batas Nilai-nilai Kritis rs Koefisien Rank Spearman 69

Tabel

4.1

Hasil Kuesioner (Jawaban) Efisiensi Biaya Pemasaran (Variabel X) ... 111

Tabel

4.2

Hasil Kuesioner (Jawaban) Perolehan Laba Perusahaan (Variabel Y) .. 115

Tabel

4.3

Skor Perhitungan Kuesioner Efisiensi Biaya Pemasaran (Variabel X) ... 118

Tabel

4.4

Skor Perhitungan Kuesioner Perolehan Laba Perusahaan (Variabel Y) .. 121

Tabel

4.5

Perhitungan Ranking dan Selisih Ranking 124

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran 1 2 3 4 5 6 Surat Tugas Membimbing Skripsi ... Surat Izin Melakukan Survey ... Surat Izin Selesai Melakukan Survey .. Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi ... Kuesioner Penelitian .. Struktur Organisasi Wilpos V Bandung 40000 . Lampiran 7 Program Kerja Bagian Bangus Wilpos V Jabar Tahun 2000 Lampiran 8 Keputusan Kepala Wilpos V Bandung 40000 . Lampiran 9 Tanggung Jawab dan Wewenang Kawilpos .. 163 Lampiran 10 Ikhtisar Skedul Waktu Rencana Kerja Wilpos V Jabar Tahun 2001 Lampiran 11 Rekapitulasi Rancangan Rencana Kerja Wilpos V Jabar Tahun 2001 Lampiran 12 Ranc. Renc. Kerja (RRKA) Biaya Ekploitasi Wilpos V Tahun 2001 Bag. Bangus . Lampiran 13 RKA (Biaya Pemasaran, Pendapatan, Laba) Target dan Realisasi ... 172 171 170 169 148 140 139 132 133 134 135 136

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian Memasuki era globalisasi ini persaingan diantara perusahaanperusahaan sangatlah ketat dan menuntut setiap perusahaan untuk dapat menyiapkan diri beroperasi secara lebih efisien dan efektif dalam bersaing, baik dalam skala nasional maupun regional untuk memperoleh laba semaksimal mungkin. Dengan mulain masuknya perusahaan-perusahaan dari pasar dunia, maka persaingan dalam skala global sudah tidak dapat terelakkan lagi. Perubahan yang cepat dan mendasar dalam ekonomi dunia dan adanya kecendrungan yang tidak menentu serta makin ketatnya persainganpasar tersebut, menuntut perusahaan untuk meningkatkan strategi dan langkah operasional dengan baik. Dalam persaingan ketat seperti ini sangat diperlukan segala upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan pemasaran hasil produksi, baik dalam negri maupun penetrasinya ke pasar internasional. Untuk itu diperlukan adanya efektifitas dan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk berkembang dan meningkatkan laba. Persaingan yang sedemikian tajam, menyebabkan perusahaan sekarang tidak dapat hanya menitikberatkan pada tujuan penjualan dengan biaya produksi seminimal mungkin. Ini bukan berarti penjualan harus diabaikan, bahkan menjadi sangat penting karena pendapatan yang diperoleh berasal dari penjualan. Dengan demikian perusahaan dituntut untuk berorientasi kepada pembeli/konsumen/pasar, yang berarti bahwa kerangka berpikir pemasaran dimulai dari penempatan konsumen sebagai titik tolak usaha perusahaan dan penekanan perlunya keahlian pemasaran dan pembinaan memperoleh pendapatan guna

distribusi pemasaran. Dengan kata lain perusahaan hendaknya menerapkan orientasi pasar tersebut dengan mengerahkan karyawan, bahan baku, dan uang yang dikuasainya secara efisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus memperoleh laba yang optimal dengan biaya yang minimal. Untuk dapat memasarkan produknya dengan baik, perusahaan harus menggunakan konsep pemasaran yang baik, yaitu bagaimana memenuhi keinginan konsumen dan pelanggan agar dapat memuaskan mereka di suatu pihak dan lain pihak perusahaan dapat mengoptimalkan laba yang dihapkan sesuai dengan tujuannya, selain itu juga harus diperhatikan mengenai produk yang dibuat dan produk pesaing yang kemungkinan besar dapat mengusai pasar, harga barang produk harus juga diperrhatikan jangan sampai barang/jasa yang kita jual lebih tinggi dibandingan dengan pesaing, pendistribusian yang cepat dan tepat sangat berpengaruh terhadap minat konsumen yang cepat dan aman selain itu juga tempat pendistribusian yang tepat guna, promosi yang menarik dapat membuat konsumen tertarik dan memilih barang/jasa yang ada. Pemasaran yang berhasil akan pendorong peningkatan produksi, sebaliknya dengan tingkat produksi yang tinggi belum tentu dapat menjamin keberhasilan dibidang pemasaran. Oleh karena itu, jika volume produksi dapat ditingkatkan tetapi tidak dapat memasarkannya, maka usaha tersebut sia-sia. Biaya pemasaran ini termasuk dalam discretionary cost, yaitu dimana output yang dihasilkan tidak berkaitan langsung dengan inputnya. Selain itu pendapatan dipengaruhi bukan hanya oleh biaya pemasaran, tetapi juga banyak faktor yang mempengaruhuinya seperti faktor manajerial dan sebagainya. Perhatian perusahaan dalam pengendalian biaya-biaya pemasaran terhadap jenis produk, daerah pemasaran atau pelanggan dan jumlah pesanan pembelian sangatlah penting, oleh karena itu perlu dilakukan analisis atas

probabilitas pemasaran yang dapat mengarahkan kegiatan pemasaran agar tidak terjadi pengurangan pendapatan. Keberhasilahn pemasaran disuatu perusahaan selain ditentukan oleh biaya pemasaran yang ada, juga terdapat pengarahan kegiatanpemasaran yang baik. Oleh karena itu, keputusan-keputusan yang telah dibuat untuk menunjang kegitan pemasaran perlu dikaji terus-menerus dengan

menggunakan berbagai proses pengendalian strategik guna menyesuaikan strategi arag kegiatan terhadap perubahan-perubahan yang dapat

mempengaruhi kehidupan perusahaan. Pada umumnya biaya pemasaran diusahakan secara tersendiri oleh perusahaan. Hal ini berbeda apa yang ada pada PT POS Indonesia. Pada perusahaan ini setiap kantor pos terutama bagian pemasaran tidak menganggarkan dan mengusahakan secara sendiri biaya pemasaran tetapi diatur oleh kantor wilayah. Kantor wilayah Pos V mengatur dan memberikan subsidi pada setiap kantor pos seluruh Jawa Barat dan Banten yang dimana bagian pemasaran hanya melakukan kegiatan pemasaran berdasarkan subsidi yang telah diberikan dan tidak dapat melebihi anggaran tersebut dalam hal ini bagian pemasaran mendapat pengawasan dari audit intern pada setiap kantor pos dan harus memberikan laporan keuangannya kepada bagian akuntansi pada setiap triwulan. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengawasan dan efisiensi sejauhmana bagian pemasaran dapat menggunakan subsidi yang telah diberikan agar tidak melebihi anggaran. Hal ini terjadi karena baru berubah status PERUM menjadi PERSERO, dan baru pada tahun 2001 ini akan dikaji dimana setiap kantor pos mengusahakan sendiri biaya pemasaran dan tidak tergantung lagi kepada kantor wilayah dan hal ini baru akan dilaksanakan pada tahun 2002.

Bertitik tolak pada hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan topik tersebut, sehingga memilih judul : PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENCAPAIAN LABA

1.2. Identifikasi Masalah Biaya pemasaran dikeluarkan dalam rangka meningkatkan pendapatan operasional perusahaan, oleh karenanya perhatian manajemen terhadap besarnya kenaikan biaya harus lebih ditingkatkan. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah terdapat pengaruh dari biaya pemasaran terhadap efektifitas pencapaian laba. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana efisiensi biaya pemasaran yang dilakukan PT. Pos Indonesia 2. Bagaimana efektifitas pencapaiaan laba yang dilakukan PT. Pos Indonesia 3. Seberapa besar efisiensi biaya pemasaran berpengaruh terhadap perolehan laba terhadap perolehan laba pada PT Pos Indonesia kantor wilayah usaha Pos V Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Berpijak pada latar belakang penelitian yang penulis kemukakan diatas, maka dapat dilihat bahwa maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam perusahaan serta untuk memperoleh informasi dan data yang relevan dengan objek penelitian

yang penulis ambil sehingga setelah diolah dan dianalisis dapat dijadikan bahan dalam penyusunan skripsi.

1.3.2. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan didalam efisiensi biaya pemasaran. 2. Mengetahui usaha-usaha memperoleh laba. 3. Mengetahui pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba pada perusahaan. yang dilakukan oleh perusahaan dalam

1.4. Kegunaan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini mempunyai kegunaan praktis dan teoritis baik bagi penyusun maupun perusahaan itu sendiri: 1.4.1. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang efisiensi biaya pemasaran dalam memperoleh laba perusahaan. Merupakan latihan teknis untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan kedalam praktik atau aplikasi dilapangan. Memenuhi sebagian syarat menyelesaikan studi program S-1 di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UNPAS.

b.

Bagi perusahaan Melalui penulisan ini penulis berharap dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pngembangan perusahaan untuk masa yang akan datang.

1.4.2. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan bahan perpustakaan atau sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya yang lebih luas dan mendalam.

1.5. Kerangka Pemikiran Tujuan perusahaan dalam suatu perekonomian yang bersaing adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Organisasi perusahaan diciptakaan terutama untuk menyediakan untuk menyediakan bagi

masyarakat umum barang/jasa yang diperlukan atau yang diinginkan dan yang sejalan dengan sikap sosial dari masyarakat tersebut. Pengertian laba menurut Sopyan (1997, 147) Perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya0biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut Besarnya dana perusahaan dihitung dengan mempertamukann semua penghasilan, dengan semua biaya (proper matching of revenues with expenses) didalam satu periode akuntansi yang sama. Penghasilan yang akan akan diperolah perusahaan sangat tergantung pada terjualnya barang atau jasa yang diusahakan. Dalam hal ini keberhasilan kegiatan penjualan sangat mempengaruhi realisasi laba perusahaan. Sehubungan dengan ini diperlukan kemampuan perusahaan untuk membaca

situasi pasar yang sekarang ini berada dalam persaingan yang ketat, guna merebut pangsa pasar potensial. Perusahaan juga harus selalu mempertimbangkan faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi program pemasaran perusahaan, terutama kebijakan pemerintah, pembangunan ekonomi dunia, perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta serta situasi persaingan. Dengan demikian perusahaan harus memilih dan mencari target pasar yang tepat serta menyusun rencana pelaksanaan pemasaran. Pentingnya kegiatan pemasaran dalam dunia usaha modern dan ekspansi perusahaan untuk menjadi perusahaan yang besar memerlukan konsep pemasaran sebagai padoman bagi perusahaan. Konsep pemasaran menurut Kottler yang dialihbahasakan oleh Ancella Anitawati Hermawan (1994, 15) sebagai berikut : Kunci untuk mencapai sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar, sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara efektif dan lebih efisiendari yang dilakuakn para pesaing. Pemasaran secara umum dapat diartikan sebagai usaha sosial dari seorang individu atau kelompok untuk mencapai tujuannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukar suatu produk atau jasa yang bernilai dengan yang lain. Dalam prose kegiatan pemasaran, pihak perusahaan meciptakan produk atau jasa, menawarkannya sampai akhirnya

menawarkannya dengan suatu moneter berupa uang. Keseluruan proses ini membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran. Penggolongan biaya pemasaran menurut Mulyadi (1993, 530) adalah sebgaai berikut: Secara garis besar biaya pemasaran ini terbagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting costs), yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. 2. Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling costs) yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar supaya produk sampai ketangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari pembeli. Dari kedua golongan biaya pemasaran tersebut , order-getting costs ini mempengaruhi laba. Selain itu sifat biaya pemasaran berbeda dengan biaya produksi.hasil dari biaya produksi yang timbul dapat langsung dilihat melalui barang/jasa yang dihasilkannya, sedangkan biaya pemasaran hasilnya tidak dapat dilihat, tetapi setelah beberapa waktu hasilnya mungkin baru dapat dirasakan. Selain itu biaya produksi dapat dibebankan secara langsung

kepada produk yang dihasilkan, sedangkan biaya pemasaran merupakan biaya periode yang dibebankan pada periode biaya tersebut dikeluarkan. Pengertian biaya pemasaran menurut Supriyono (1998, 201) adalah sebagai berikut : Semua biaya yang terjadi dalam rangka memasarkan produk barang dagangan, dimana biaya tersebut timbul dari saat produk atau barang dagangan siap djual sampai dengan diterimanya hasil penjualan menjadi kas. Bila hasil penjualan produk dalam jumlah besar maka umumnya rencana pelaksanaan pemasaran dapat dikatakan berhasil, namun sebenarnya kurang mencukupi untuk secara evaluasi bagi manajemen. Untuk itu perusahaan harus menganalisis biaya pemasaran, dapat digunakan untuk menentukan secara terperinci besarnya kemampuan daerah pemasaran jenis produk dan pelanggan dalam perusahaan secara keseluruhan. Dalam proses hasil dari aktivitas manajemen selalu terdapat dua aspek penting yang berkaitan dengan aktivitas tersebut, yaitu efisiensi dan efektivitas. Sesuai dengan materi yang dibahas, maka penulis akan membatasi penelitian hanya pada pembahasan masalah efisiensi. menyumbangkan keuntungan kepada

Pada dasarnya efisiensi suatu organisasi dapat dirumuskan dengan memperhatikan kapasitasnya (kemampuannya) untk memeperoleh hasil dari sejumlah biaya, berupa pengeluaran uang atau dana tertentu. Pendeknya mengadakan perbandingan antara input (biaya) dan output (hasil). Pengertian efisiensi menurut Athony dan Vijay Govindarajan (1998, 131) dalam bukunya Manajemen Control System adalah sebagai berikut: Efficiency is the ratio of output to inputs,or the amount of output per unit to input. Sedangkan pengertian efisiensi menurut Abdul Halim, Ahmad Tjahjono, dan Muh. Fukri Husein (1994, 64) adalah sebagai berikut: Efisiensi adalah rasio antara output terhadap input atau jumlah output per unit dibandingkan input. Dari pengertian-pengertian efisiensi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk melihat sejauh mana prestasi efisiensi dari masing-masing unit organisasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara biaya

sesungguhnya dengan anggaran yang telah disusun. Apabila biaya yang sesungguhnya dikeluarkan lebih kecil dari biaya yang dianggarkan, maka prestasi efisiensi dapat dikatakan baik. Adapun hipotesis sementara yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: Apakah pencapaian laba? biaya pemasaran dapat meningkatkan efektivitas

1.6. Alokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Pos Indonesia Kantor Wilayah Usaha Pos V yang berlokasi di Jln Pahlawan No.87 Bandung. Adapun waktu yang dialokasikan dari bulan Agustus 2001 sampai dengan bulan Desember 2001. No Kegiatan Agustus X X X X X X X September Oktober Nopember Desember

1 Proposal Masuk 2 Pengumpulan Data 3 Penyusunan materi dan Bimbingan

Tabel: 1.6. Alokasi Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntansi Menurut Abdullah Shahab (1994, 1) pengertian akuntansi sebagai berikut: Proses pengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, guna memungkinkan melakukan penilaian dan pengambilan keputusan oleh pemakai informasi tersebut. Dari definisi diatas akuntansi dapat ditinjau dari dua bidang yaitu: a. Dari segi bidang ilmu akuntansi berarti suatu keseluruan pengetahuan yang bersangkutan dengan fungsi menghasilkan informasi keuangan dari suatu unit organisasi kepada pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan. b. Dari segi proes dapat diartikan sebagai kegiatan pencatatan, penyortiran, penggolongan, pengikhtisaran, peringkasan dan

penyajian transaksi keuangan dengan cara tertentudari suatu unit organisasi. Adapun pengertian dari akuntansi menurut Kieso dan Weygandt (1995, 5), adalah: Accounting provides interested parties with quantitative financial information that helps them to make decisions about the deployment and use of resources in bussiness as well as non bussiness entities. As an analitical disipline, it it identifies the mass of event and transactions that characterize economic activity. Through measurement, classification, and summarization, it reduces those data to relatively few, highly, significant, and interrelated items. When properly assembled and reported, those items describe the financial condition, result of operations, and cash flows of spesific economi entity. As an information system, it collects and

communicates economic information about business enterprise or other entity to a wide variety of persons whoose decisions and actions are related to the activity. Sementara itu Mulyadi (1993, 2) juga menyampaikan definisi akuntansi sebagai berikut: Akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambilan keputusan melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam mengambil keputusan. Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economy information), dari suatu kesatuan ekonomi (economy entity) kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi, berguna bagi pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun dilluar perusahaan. Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian transaksi serta kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kesimpulan dari kegiatan akuntansi adalah untuk: 1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan 2. Pemprosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan. 3. Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan

2.1.2. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 tipe: akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua tipe akuntansi tersebut, namun merupakan bagian dari keduanya.

Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (1993, 6), adalah: Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajan biaya pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian, serta penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen.

2.2

Biaya

2.2.1. Pengertian Biaya Pengertian mengenai biaya (expense) sangatlah penting, karena biaya merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba

perusahaandisamping komponen lainnya yaitu pendapatan. Menurut Mulyadi (1993,8) pengertingan akuntansi biaya adalah sebagai berikut : Dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit, biaya menurut Mulyadi dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.

Dari definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa biaya merupakan pengurangan aktiva atau penambahan utang atau perpaduan dari keduanya dalam suatu periode tertentu, yang terjadi akibat dari penyerahan barang atau jasa baik terkait secara langsung dalam upaya menghasilkan pendapatan atau meningkatkan aktiva perusahaan melalui perolehan laba.

2.2.2. Penggolongan Biaya Untuk menyajikan informasi biaya yang bermanfaat pada berbagai tingkatan manajemen, akuntansi manajemen harus dapat menggolongkan biaya sesuai dengan informasi yang diperlukan oleh manajemen. Kebutuhaan informasi ini mendorong timbulnya berbagai cara penggolongan biaya sehingga dikenal konsep penggolongan biaya yang bebeda untuk tujuan yang berbeda (differentcost classifications for different purpose ). Menurut Supriyono, (1996, 14) biaya dapat digolongkan menjadi berbagai cara pokok,yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok aktivitas perusahaan Penggolongna biaya sesuai dengan produk dan biaya periode. Penggolongan biaya berdasarkan perilaku biaya. Penggolongan biaya berdasar obyek dan pusat biaya. Penggolongan biaya berdasar periode akuntansi dimana biaya dibebankan. 6. Pengglongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya. 7. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. Pada dasarnya penggolongan biaya menurut Supriyono tidak jauh berbeda dengan penggolongan biaya menurut para ahli lainnya, dimana perusahaan dapat menggunakan penggolongan biaya menurut siapa saja sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan perusahaan.

Sedangkan menurut Mulyadi, (1993, 4 ) biaya dapat digolongkan menurut : 1. 2. 3. 4. Obyek pengeluaran. Fungsi pokok dalam perusahaan. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Perilaku biaya dlaam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 5. Jangka waktu manfaatnya. Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penggolongan Biaya menurut Obyek Pengeluaran. Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubugan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. 2. Penggolongan Biaya menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada 3 fungsi pokok, yaitu funsi produksi, pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya biaya depresiasi mesin dan ekuipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. b. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan

dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh ( sample). c. Biaya Administrasi dan Umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan serta biaya fotocopy. 3. Penggolongan Biaya menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannnya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : a. Biaya Langsung (direct costs) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. b. Biaya Tidak Langsung (inderect costs) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam

hubungannyadengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tiadk mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan yaitu, biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.

4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya Dengan Perubahan Volume Kegiatan. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi : a. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegitan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya Semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada volume produksi tertentu. d. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Misalnya biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Penggolongan Biaya atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: penggolongan modal dan pengeluaran pendapatan. a. Pengeluaran Modal (capital expenditures) Pengeluran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biaya periode akuntansi adalah satu tahun kalender).

Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi. Misalnya pengeuaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besarbesaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expendeture) Pengeluaran pendapatan adlah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex dan biaya tenaga kerja.

2.2.3. Pengukuran Biaya Terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai pengkuran biaya. Pendapat pertama bertitik tolak dari anggapan bahwa pengukuran besarnya harus didasarkan atas nilai barang dan jasa yang digunakan dalam operasional perusahaan. Pendapat kedua menekankan pada pelaporan arus kas perusahaan, mengajukan bahwa biaya harus diukur berdasarkan transaksi yang dilakukan perusahaan. Pada dasarnya tujuan pengukuran biyaa adalah untuk mengukur jumlah barang dan jasa yang digunakan dalam upaya menghasilkan pendapatan, kemudian diklarifikasikan bagian mana yang layak dibebankan pada periode berjalan dan bagian yang akan dibebankan pada periode mendatang. Terdapat beberapa metode pengukuran biaya yang umum digunakan, sebagaimana diungkapkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (1996, 16) adalah:

1. Harga Perolehan (Historical Cost) Alasan memilih metode ini adalah karena biaya historis diasumsikan dapat diversifikasi untuk menggambarkan pengeluran tunai perusahaan yang sekaligus dianggap dapat menunjukkan nilai tukar barang dan jasa pada waktu diperoleh. Ciri pokok dari argumentasi ini adalah bahwa manajemen menganggap nilai barang dan jasa setidak-tidaknya sebesar harga perolehan. Apabila barang dan jasa berubah menjadi berharga melebihi biaya historis, kelebihan ini menggambarkan keuntungan perusahaan. 2. Harga Berlaku (Current Prices) Metode ini beralasan, karena pendapatan biasaya diukur berdasarkan harga pasar atau sedang berlaku, maka biaya yang ditandingkan terhadap pendapatan harus juga diukur berdasarkan harga berjalan dari barang dan jasa yang digunakan dalam suatu proses produksi. Laba yang berasal dari transaksi penjualan adalah kelebihan uang kas atau hak yang diterima atas jumlah sumber daya yang digunakan. Pengukuran biaya berdasarkan harga pasar memiliki keuntungan karena membedakan : a. Laba yang timbul dari transaksi b. Keuntungan ada yang timbul karena menahan aktiva sebelum aktiva sebelum berjalan. 3. Biaya Opportunitas (Ekuivalen Kas) Pada Saat Berjalan Harga likuidasi atau ekuivalen nilai kas saat berjalan dianggap relevan dalam pengukuran biaya berdasarkan alasan sebagai berikut: a. Harga likuidasi atau ekuivalen nilai kas saat berjalan menunjukkan biaya oppurtunitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tertentu. b. Harga perolehan pengganti yang sedang berlaku menggambarkan harga perolehan pada waktu penggunaan, sehingga memungkinkan

peramalan yang lebih baik terhadap hasil kegiatan perusahaan pada masa yang akan datang.

2.3.

Pemasaran dan Biaya Pemasaran

2.3.1. Pengertian Pemasaran Menurut Stanton (1991, 5) pemasan mempunyai makna sebagai berikut: Marketing is total system of business activities designed to plan, price, promote and distribute want-satisfying products to target markets to achieve organizational objectives. Dari pengertian yang diemukakan oleh Stanton yang dialihbahasakan oleh Yohanes Lamanto, mempunyai beberapa pengertian penting, yaitu: 1. Merupakan definisi sistem yang manajerial. 2. Seluruh sistem dari kegiatan bisnis harus berorientasi kepasar atau konsumen, keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara efektif. 3. Pemasaran adalah proses yang dinamis sebuah proses integral yang menyeluruh, bukan gabungan aneka fungsi yang teurai. Pemasaran bukan kegiatan tunggal atau kegiatan gabungan, pemasaran adalah hasil interaksi dari berbagai kegiatan. 4. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan tidak terhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan, mungkin beberapa waktu setelah penjualan dilakukan. 5. Agar berhasil, pemasaran harus memaksimalkan penjualan penjualan yang menghasilkan laba dalam jangka panjang, jadi pelanggan harus benar-benar merasa kebutuhannya dipenuhi agar supaya perusahaan memmperoleh kesinambungan yang biasanya sangat vital bagi keberhasilan.

Sedangkan menurut Kottler (1994,6) pemasaran didefinisikan sebagai berikut: Marketing is a social process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating and exchanging product and and value with others. Pengertian yang dikemukakan oleh Kottler mengakui bahwa

manajemen adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pada sisi lain, pemasaran sering dianggap sebagai kegiatan distribusi belaka yaitu kegiatan usaha yang mengarahkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Anggapan tersebut kurang tepat karena tidak dapat memberikan gambaran apa sebenarnya peranan dari pemasaran dalam menentukan, barang atau jasa yang diinginkan tersebut. Dari pendapat-pendapat diatas, pemasaran dapat didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Proses pertukaran ini memerlukan banyak tenaga dan keterampilan, oleh karenanya memerlukan manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran dapat terjadi dalam organisasi dengan semua pasarnya dan bertugas mempengaruhi tingkat waktu dan komposisi permintaan untuk membantu perusahaan mencapai sasarannya. Oleh karena pentingnya pemasaran ini, maka banyak perusahaan yang menekankan kegitan pemasaran sebagai salah satu aktivitas utama perusahaan. Seperti halnya kegiatan-kegiatan lain, maka pemasaran membutuhkan biaya atau pengorbanan sumber-sumber ekonomi untuk melaksanakan aktivitasnya. Pengorbanan ini dikenal sebagai biaya pemasaran

2.3.2. Pengertian Biaya Pemasaran Biaya pemasaran mempunyai pengertian yang berbeda dalam arti sempit dan luas. Menurut Mulyadi (1993,529) dalam arti sempit biaya pemasaran adalah sebagai berikut: Dalam arti sempit biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan, yaotu biaya-biaya yang dikeluarkan untukmenjual produk kepasar. Dalam arti sempit ini biaya pemasaran hanya meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan sejak produk jadi dikirimkan kepada pembeli sampai dengan produk diterima oleh pembeli.

2.3.3. Penggolongan Biaya Pemasaran Secara garis besar biaya pemasaran dapat digolongkan menjadi dua golongan, sebagaimana disebutkan oleh Mulyadi (1993, 530), yaitu: 1. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order-getting costs), yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya gaji wiraniaga, komisi penjualan, advertansi dan promosi. 2. Biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs), yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ke tangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari pembeli. Contoh biaya yang termasuk kedalam golongan ini adalah biaya pergudangan, biaya pembungkusan, biaya pengiriman, biaya angkutan dan biaya penagihan. Sedangkan menurut fungsi atau kegiatan pemasaran, biaya pemasaran dapat digolongkan, sebagaimana disebutkan oleh Mulyadi (1993, 530) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Fungsi Penjualan Fungsi Advertensi Fungsi Pergudangan Fungsi Pembungkusan dan Pengiriman Fungsi Kredit dan Penagihan Fungsi Akuntansi Pemasaran.

Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Fungsi Penjualan Fungsi penjualan terdiri dari kegiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima dari pelanggan. Biaya fungsi penjualan terdiri dari gaji karyawan fungsi penjualan, biaya depresiasi kantor dan biaya sewa kantor. 2. Fungsi Advertensi Fungsi ini terdiri dari kegiatan perancangan dan pelaksanaan kegiatan order getting melalui kegiatan advertensi dan promosi. Biaya fungsi ini terdiri dari karyawan fungsi advertensi, biaya iklan, biaya pameran, biaya promosi dan biaya contoh. 3. Fungsi Pergudangan Fungsi ini terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya fungsi ini terdiri dari gaji karyawan gudang, biaya depresiasi gudang dan biaya sewa gudang. 4. Biaya Pembungkusan dan Pengirman Fungsi ini terdiri dari kegiatan pembungkusan produk dan pengiriman produk kepada pembeli. Biaya fungsi ini adalah biaya bahan pembungkus, biaya pengiriman, biaya depresiasi kendaraan dan biaya operasi kendaraan. 5. Fungsi Kredit dan Penagihan. Fungsi ini terdiri dari kegiatan pemantauan keuangan pelanggan dan penagihan piutang dari pelanggan. Biaya fungsi dan penagihan terdiri dari gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan piutang dan potongan tunai. 6. Fungsi Akuntansi Pemasaran. Fungsi ini terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan catatan akuntansi

penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari gaji karyawan fungsi akuntansi pemasaran dan biaya kantor.

2.3.4. Karakteristik Biaya Pemasaran Biaya pemasaran sangat bervariasi, bahkan untuk perusahaan yang sejenis. Hal ini disebabkan karena sangat bervariasinya kegiatan pemasaran. Biaya pemasaran seringkali mengalami perubahan, karena seringkalinya perubahan kegiatan pemasaran untuk menyesuaikan dengan perubahan pasar. Biaya pemasaran mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya produksi. Karakteristik biaya pemasaran menurut Mulyadi (1993, 531) adalah sebagai berikut: 1. Banyak ragam kegiatan ditempuh oleh perusahaan dalam memasarkan produknya, sehingga yang sejenis produknya belum tentu menempuh cara pemasaran yang sama. 2. Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan kondisi pasar. 3. Kegiatan pemasaran berhadapan dengan konsumen yang merupakan variabel yang dikendaliakn oleh perusahaan. Manajemen dapat mengendalikan biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, jam kerja dan jumlah mesin yang digunakan, tetapi tidak seorangpun dapat mengatakan apa yang akan digunakan oleh konsumen. 4. Dalam biaya pemasaran terdapat biaya tdak langsung dan biaya bersama (joint costs) yang lebih sulit pemecahannya bila dibandingkan dengan yang terdapat dalam biaya produksi.

2.4. Efisiensi dan Analisis Biaya Pemasaran 2.4.1. Pengertian Efisiensi Masalah efisiensi dan efektivitas didalam melaksanakan suatu aktivitas perusahaan merupakan dua hal yang paling berhubungan erat walaupun tidak selalu sejalan, karena mungkin untuk mencapai tingkat efisiensi yang

dikehendaki, efektivitas haruslah dibatasi dan kegiatan tersebut haruslah terlebih dahulu ditetapkan tujuan yang jelas. Pada dasarnya efisiensi suatu organisasi dapat dirumuskan dengan memperlihatkan kapasitasnya (kemampuannya) untuk memperoleh hasil dari sejumlah biaya, berupa pengeluaran uang atau dana tertentu. Dengan kata lain mengadakan perbandingan antara input (biaya) dan output (hasil). Beberapa ahli mngemukakan pendapatnya mengenai efisiensi, yaitu diantaranya: Menurut Alvin Arens dan James K. Loebbecke, yang dialihbahasakan oleh Ilham Tjakra Kusuma dan Herman Wibowo dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu (1995, 435), mendefinisikan efisiensi adalah sebagai berikut: Efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan organisasi, sedangan efektivitas mengacu kepada pencapaian tujuan tersebut. Peter Salim dan Yenny Salim dalam bukunya Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991, 378), mendefinisikan efisiensi sebagai berikut: Efisiensi adalah keteapatan cara, usaha dalam menjalankan suatu dengan tidak membuang-buang suatu (sebagai contoh: tidak membuang-buang tenaga, waktu dan biaya). Sedangkan Komarudin dalam bukunya Ensiklopedia Manajemen (1994, 269), memberikan efisiensi, yaitu: Rasio antara hasil yang diperoleh dengan unsur manajemen yang dipergunakan perbandingan keluaran terhadap masukan. Pengertian efisiensi dikemukakan juga oleh Supriyono dalam bukunya Akuntansi Manajemen I, Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses Perencanaan (1991, 26), yaitu: Efisiensi adalah rasio atau perbandingan antara keluaran terhadap keluaran (output) dengan masukan (input).

Dalam kaitannya dengan pusat-pusat pertanggungjawaban, Supriyono menjelaskan efisiensi sebagai berikut: Efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan suatu pusat pertanggungjawaban, dikatakan efisiensi jika pusat pertanggungjawaban tersebut: 1. Menggunakan sumber, atau biaya, atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama. 2. Menggunakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar. Adapun James L. Gibson, John M. Ivanavisch, dan James H. Donnely Junior dalam oleh bukunya Organization (1993, 31) yang

dialihbahasakan

Djorban

Wahid,

menyebutkan

syarat-syarat

pencapaian efisiensi dan efektivitas yang memadai adalah: 1. Adanya penetapan tujuan pelaksanakan yang jelas 2. Adanya pedoman teknis yang berupa kebijaksanaan program, prosedur dan standar pelaksanaan kegiatan yang memadai. 3. Adanya pola komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan. 4. Adanya prosedur pengawasan yang memadai. 5. Harus menggambarkan siklus input proses output, tidak hanya output saja. 6. Adanya hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan yang lebih luas tempat hidupnya organisasi.

Unsur efisiensi juga dapat dilakukan dengan membandingkan output tahun sekarang dengan tahun sebelumnya, dengan catatan bahwa sumber atau biaya yang digunakan adalah sama. Apabila keluaran atau output tahun sekarang lebih besar dari tahun sebelumnya berarti prestasi efisiensi dicapai oleh organisasi tersebut. Prestasi tersebut bisa dicapai antara lain melalui pengelolaan aktivitas misalnya dengan menghilangkan biaya bukan penambah nilai (non value added) dan mencurahkan biaya pada biaya penambah nilai (value added)

2.4.2. Anggaran Sebagai Alat Efisiensi Biaya Pemasaran Adanya anggaran merupakan salah satu kondisi yang menunjang terlaksananya penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Agar anggaran dapat lebih dipahami maka terlebih dahulu penulis menguraikan pengertian anggaran. Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu. Untuk perusahaan umumnya tujuan tersebut adalah untuk memperoleh laba, karena dapat dikatakan bawa tujuan utama perusahaan pada umumnya memaksimalkan laba. Tujuan tersebut dapat tercapai jika semua aktiva perusahaan yang akan dilakukan disusun secermat mungkin. Pelaksanaan perencanaan ini harus dapat dikendalikan, dikoordinasikan dan dikomunikasikan kesetiap bagian organisasi. Untuk itulah anggaran disusun sebagai penjabaran serta kuantitatif dari rencana yang dilaksanakan. Banyak ahli ekonomi memberi pengertian tentang anggaran diantaranya menurut Marinus Sinaga (1991, 14) anggaran adalah: 1. 2. 3. 4. Anggaran sebagai alat penaksiran Anggaran sebagai alat perencanaan (penentu arah) Anggaran sebagai plafon dan sekaligus alat pengatur otorisasi. Anggaran sebagai monitor pengeluaran dana / kas atau dengan kata lain anggaran sebagai alat pengendalian. 5. Anggaran sebagai alat pengukur efisiensi. Masud Machfoedz (1993, 5) anggaran adalah sebagai berikut: Anggaran Adalah suatu rencana yang terkoordinasi, menyeluruh dan dinyatakan dalam satuan uang, mengenai kegiatan operasi dan penggunaan sumber-sumber daya perusahaan untuk periode tertentu pada waktu yang akan datang.

Sedangkan menurut Supriyono (1993, 251) anggaran adalah sebagai berikut: Anggaran adalah rencana yang disusun secara kuantitatif umumnya dalam ukuran satuan moneter yang mencakup jangka waktu tertentu yang biasanya satu tahun. Anggaran sebagai alat perencanaan dalam efisiensi, maksudnya bahwa angka standar dalam anggaran merupakan hasil perencanaan dan sekaligus sebagai alat efisiensi dalam pengeluaran. Tujuan anggaran adalah sebagai suatu pedoman atau arah bagi manajemen perusahaan untuk sasaran atau pengharapan tentang laba, arus kas, posisi keuangan masa depan dan rencana pendukung. Dalam satuan perusahaan anggaran dari setiap pusat

pertanggungjawaban disusun dalam satu paket anggaran yang lengkap atau master budget. Anggaran dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya mungkin dan dapat menekan keterbatasan sekecil mungkin. Maka anggaran yang baik menurut Supriyono (1993, 19) harus memenuhi syarat-syarat yaitu: 1. 2. 3. 4. Organisasi perusahaan yang sehat Sistem akuntansi yang memadai. Penelitian dan analisis Dukungan para pelaksana.

2.4.3. Analisis Biaya Pemasaran Analisis biaya pemasaran bertujuan untuk penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, perencanaan dan pengarahan kegiatan pemasaran. Menurut Mulyadi (1993, 532) cara analisis biaya pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1. Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya atau obyek pengeluaran 2. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran 3. Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran.

Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Jenis Biaya Dalam analisis ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis biaya pemasaran seperti: gaji, biaya iklan, biaya perjalanan, biaya depresiasi peralatan kantor, biaya operasi dan pemeliharaan truk dan sebagainya. Dengan cara analisis ini, manajemen dapat mengetahui rincian rincian jenis biaya pemasaran, namun tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pemasaran tertentu. Oleh karena itu cara analisis ini hanya baik dilakukan jika manajemen tidak menghadapi masalahpengukuran efisiensi kegiatan pemasaran tertentu, kemampuan tiap-tiap produk yang terjual dalam menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap daerah pemasaran. 2. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah suatu kegiatan pemasaran yang memerlukan pengeluaran biaya. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran bertujuan untuk mengendalikan biaya dan untuk analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran. Langkah analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran adalah sbb: a. Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat ditentukan secara tepat manajer yang bertanggungjawab untuk melaksanakan fungsi tersebut. b. Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya pemasaran sesuai dengan fungsinya. c. Menentukan satuan ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap fungsi.

d. Menentukan

biaya

per

satuan

kegiatan

pemasaran

yang

dikeluarkan untuk fungsi tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan oleh fungsi yang bersangkutan. Biaya persatuan kegiatan pemasaran tersebut dipakai sebagai biaya standar dan digunakan untuk mengendalikan biaya yang sesungguhnya terjadi. 3. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Usaha Pemasaran Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya dan fungsi pemasaran berguna untuk mengendalikan biaya, tetapi membantu dalam

mengarahkan kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran tidak akan efektif jika tidak ada pengarahan yang baik, oleh karena itu perlu diadakan analisis biaya pemasaran yang dapat menyajikan informasi kepada manajemen mengenai kemampuan usaha pemasaran tertentu dalam menghasilkan laba. Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran ini dapat dibagi menjadi sbb: - Menurut jenis produk Menurut daerah pemasaran Menurut besar pesanan Menurut saluran distribusi

Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sbb: 1. Analisis Menurut Jenis Produk Untuk perusahaan yang menjual beberapa jenis produk yang berbeda, dapat menganalisis pusat laba berdasar jenis produk atau jasa yang dijual. Dari analisis ini akan diperoleh informasi yang bermanfaat untuk:

a) Menentukan kemampuan tiap-tiap jenis produk dalam menghasilkan laba. b) Membantu dalam memperkirakan pengaruh perubahan produk dan metode penjualan produk terhadap biaya dan laba. c) Memberikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan penentuan harga jual produk. Analisis berdasarkan jenis produk ini umumnya lebih memuaskan jika penentuan profitabilitasnya menggunakan konsep harga pokok variabel, karena konsep tersebut dapat mengukur besarnya batas kontribusi setiap jenis produk didalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Dalam hal ini produk yang tidak dapat menghasilkan laba belum tentu dihentikan penjualnya asalkan produk tersebut masih menghasilkan batas kontribusi, kecuali bila memilih alternatif lain yang lebih menguntungkan, misalnya dapat diganti dengan menjual produk lain yang dapat memberikan total batas kontribusi yang lebih besar. Untuk kepentingan analisis biaya pemasaran menurut jenis produk, perlu diadakan penggolongan jenis produk dengan salah satu cara sebagai berikut: a) b) c) d) Penggolongan produk menurut sifat produk. Penggolongan produk menurut cara pembungkusannya. Penggolongan produk menurut cap dagang. Penggolongan produk menurut cara penggunaan produk oleh pelanggan. 2. Analisis Menurut Daerah Pemasaran Analisis berdasarkan daerah pemasaran dilakukan apabila perusahaan menjual produknya kedaerah yang cukup luas. Analisis ini bermanfaat untuk: a) Pengendalian biaya pemasaran yang terjadi dalam tiap-tiap daerah pemasaran.

b)

Mengarahkan pemasaran produk pada daerah-daerah pemasaran yang memberikan laba yang lebih tinggi.

Analisis biaya pemasaran menurut daerah pemasaran hanya dapat diterapkan dalam perusahaan yang mempunyai daerah pemasaran yang diterapkan perusahaan yang mempunyai daerah pemasaran yang luas yang dibagi menjadi daerah-daerah pemasaran, yang tiap-tiap daerah tersebut dipimpin oleh seorang manajer. Jika tiap-tiap manajer daerah pemasaran diserahkan tanggung jawab untuk mengarahkan biaya pemasaran, maka analisis menurut

Penentuan Profitabilitas Analisis berdasarkan saluran distribusi akan dapat menunjukkan informasi kepada manajemen tentang kemampuan menghasilkan laba dari setiap saluran distribusi yang ada.

Pengendalian Biaya Pengendalian biaya penjualan lebih ditekankan kepada efektifitas penjual didalam menghasilkan laba. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh didalam melakukan analisis biaya pemasaran baik menurut jenis produk, daerah pemasaran, besar pesanan, maupun menurut saluran disribusi adalah sbb: Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya. Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan. Menggolongkan jenis biaya pemasaran ke dalam biaya langsung, biaya setengah dan biaya tak langsung. Menentukan dasar alokasi biaya pemasaran. Mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut, untuk setiap jenis produk, daerah pemasaran, besar order atau saluran distribusi. Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sbb:

1. Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya Fungsi pemasaran dimana jenis biaya dapat dialokasikan, terdiri dari fungsi pemasaran penjualan, pergudangan, kredit dan pembungkusan penagihan dan serta

pengiriman,

advertensi,

akuntansi/administrasi pemasaran.

2.

Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan Tujuannya adala untuk memilih metode menurut jenis usaha pemasaran yang akan dianalisis.

3. Menggolongkan jenis biaya pemasaran kedalam : biaya kangsung, biaya setengah dan biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan fungsi atau kegiatan pemasaran tertentu. Dalam analisis biaya pemasaran yang terjadi dalam daerah pemasaran pemasaran tertentu merupakan biaya langsung. Biaya setengah langsung (semidirect costs) adalah biaya-biaya yang mempunyai hubungan jelas dengan beberapa fungsi atau kegiatan pemasaran. Biaya setengah langsung dapat dialokasikan sesuai dengan jasa yang diberikan. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak memiliki hubungan yang jelas dengan fungsi atau kegiatan pemasaran tertentu. Jenis biaya ini sukar dialokasikan karena dasar alokasinya sangat kabur. Dalam analisis biaya pemasaran, biaya ini tidak perlu dialokasikan bilamana tidak dapat ditentukan dasar alokasi yang masuk akal. 4. Menentukan dasar alokasi biaya pemasaran Untuk biaya langsung dengan sendirinya tidak perlu dialokasikan karena jasa yang diberikan oleh biaya ini jelas hanya untuk bagian atau objek tertentu. Sedangkan biaya setengah langsung perlu dicarikan dasar alokasi yang adil agar tiap-tiap bagian atau objek menerima beban yang wajar. Dasar alokasi dapat ditentukan tidak untuk setiap jenis biaya pemasaran, tetapi untuk tiap-tiap fungsi pemasaran seperti disajikan dalam tabel 2.1

Fungsi Pemasaran Penjualan

Pergudangan

Pembungkusan dan Pengiriman

Advertensi

Kredit dan penagihan

Akuntansi Pemasaran Sumber : Mulyadi (1993, 535)

Dasar Alokasi yang Dapat Digunakan Jumlah rupiah hasil penjualan Jumlah panggilan pelanggan untuk setiap penjual Waktu kerja penjual Luas lantai gudang Perbandingan jumlah produk yang dijual Ukuran, volume atau berat produk yang dikelola Waktu dan volume rata-rata produk yang disimpan Berita produk yang dikirim dengan jarak tempuh pengiriman Rata-rata tertimbang antara ukuran dan kantitas produk yang dikirim Kuantitas produk yang dikirim Frekuensi pengiriman Kuantitas produk yang dijual Jumlah rupiah penjualan Sirkulasi media yang dipakai Luas kolom advertensi disurat kabar atau majalah Lamanya waktu advertensi dimedia radio atau televisi Frekuensi penjualan kredit Frekuensi penagihan Jumlah langganan Jumlah rupiah penjualan Jumlah faktur penjualan Jumlah pesanan pembeli Frekuensi transaksi penjualan

Tabel 2.1 : Dasar alokasi biaya fungsi pemasaran

5. Mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Untuk setiap jenis produk, daerah pemasaran, besar order atau saluran distribusi, dengan cara : Menghitung laba bruto Menghitung biaya pemasaran

2.5.

Laba

2.5.1. Pengerian Laba Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Besarnya laba perusahaan dihitung dengan memperhitungkan secara layak semua penghasilan dengan semua biaya ( proper matching of revenue with expenses) didalam satu periode akuntansi yang sama. Keberhasilan manajemen didalam jangka pendek dapat dilihat apakah laba yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan rencana laba yang semua ingin dicapai. Rencana laba dapat berupa laba yang dianggarkan (dibudgetkan), atau standar laba, atau paling tidak ada laba pada periode akuntansi sebelumnya. Pada umumnya kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang dapat dilihat dari besarnya laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Laba yang digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan.

Pengertian laba menurut Belkoui yang dikutip oleh Sofyan (1997, 147), adalah: 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut. 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode laba itu artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu. 3. Laba akuntansi didasarkan pada Prinsip Revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil. 4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya histioris yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu. 5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama. Adapun laba menurut Hendriksen (1990, 138), adalah: Earning... are based on comventions and rules that shoud be logical and enternally consistent, even though they may not mesh with economists nations of income. FASB Statement of Accounting Concept No.1 menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan bahwa laba akuntasni dapat digunakan dalam prediksi arus datang. Dalam kaitannya dengan skripsi ini, peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan cara menekan biaya yang terjadi diperusahaan dengan menekan biaya maka diharapkan laba meningkat. yang akan

2.5.2. Jenis Laba Ada empat jenis laba yang harus diperhatikan menurut Kieso & Weygant (1992, 120) yang dialih bahasakan oleh Binarupa Aksara adalah : 1. 2. 3. 4. Laba Kotor Laba Operasi Laba dikurangi Sebelum Pajak Laba bersih atau Laba Dikurangi Pajak

Untuk lebih lanjut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Laba Kotor Laba kotor adalah selisih antara hasil penjualan dengan harga pokok produksi barang yang dijual. 2. Laba Operasi Laba operasi adalah laba kotor setelah diurangi dengan beban biaya penjualan dan administrasi. 3. Laba Sebelum Dikurangi Pajak Jenis laba ini diperoleh dengan menambahkan laba operasi dengan pendapatan atas keuntungan lain-lain dan dikurangi dengan beban atau kerugian diluar operasi perusahaan. 4. Laba Bersih atau Laba dikurangi Pajak. Laba berih merupakan hasil pengurangan laba sebelum dikurangi pajak dan pajak penghasilan dari laba iniah yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.

2.5.3. Kegunaan Laba Dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999, 251) kegunaan laba dijelaskan sebagai berikut : Laba rugi merupakan laporan untuk menentukan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu, informasi tertentu, kinerja suatu perusahaan, terutama tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan yang akan datang. Informasi tersebut seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas dimasa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.

Dalam pengertian diatas laba merupakan penentu kinerja dari suatu perusahaan pada periode tertentu dan menghasilkan informasi untuk periode berikutnya.

2.5.4. Pengukuran Laba Menurut Bedford, Dearden, Anthony yang diterjemahkan oleh Agus Maulana (1992, 273) pengukuran laba dapat dilakukan dengan lima cara yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Marjin Kontribusi Laba Divisi Langsung Laba Divisi Yang Terkendali Laba sebelum Pajak Laba Bersih

1. Marjin Kontribusi Adanya kenyataan bahwa sesungguhnya sebagian dari biaya tetap tersebut ada yang dapat dikendalikan seluruhnya, dan hampir seluruh biaya-biaya tetap tersebut dapat dikendalikan sebagian. 2. Laba Divisi Langsung Cara pengukuran ini memperlihatkan seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan oleh divisi tersebut terhadap biaya-biaya umum dan tingkat laba perusahaan secara keseluruhan. 3. Laba Divisi Yang Terkendali Biaya-biaya yang terkendali ini termasuk biaya-biaya kantor pusat yang terkendali.

4. Laba sebelum Pajak Semua biaya-biaya sebelum pajak dialokasikan kepada beberapa divisi. Dasar pengalokasianmya menggambarkan secara relatif besarnya biaya yang terjadi untuk setiap divisi, atau dengan kata lain hal ini menggambarkan besarnya manfaat yang diterima oleh masing-masing divisi. 5. Laba Bersih Hanya sedikit perusahaan-perusahaan yang menggunakan dasar pengukuran tingkat laba diantara divisi-divisisnya dengan menggunakan data laba bersih. Sedangkan menurut Hendriksen (1990, 139-140) pengukuran laba melalui dua pendekatan yaitu : 1. The Transaction Approach 2. The Activities Approach Dari pengertian yang dikemukakan oleh Hendriksen yang

dialihbahasakan oleh Nugroho mempunyai beberapa pengertian penting yaitu : 1. Pendekatan Transaksi Pendekatan ini melibatkan pencatatan perubahan dalam penilaian aktiva dan kewajiban bahwa perubahan ini hanya merupakan akibat dari transaksi. 2. Pendekatan Kegiatan Pendekatan ini berfokus pada deskripsi kegiatan pemasaran dari pada pelaporan transaksi. Artinya, laba diangggap tmbul bila kegiatan atau kejadian tertentu terjadi, dan bukan hanya sebagai hasil transaksi tertentu.

2.5.5. Pusat Laba

Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatn dan pusat pertanggungjawaban tersebut karena laba yang merupakan selirih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, maka laba perlu dibandingkan dengan investasi yang dipergunakan untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan investasi yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian untuk mengukur kinerja pusat laba umumnya digunakan dua ukuran yang digunakan untuk menghasilkan laba. Ukuran ini yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pusat laba produktivitas. Prestasi keuangan dari suatu pusat pertanggungjawaban di ukur menurut keuntungan, maka pisat pertanggungjawaban tersebut dinamakan pusat Laba (Profit Centers). Adapun pusat-pusat laba menurut Bedford, Dearden, Anthony yang diterjemahkan oleh Agus Maulana (1992, 268-270) adalah : 1. Pemasaran 2. Manufaktur/Pabrikasi 3. Organisasi Pelayanan Jasa 4. Oarganisasi-organisasi lainnya. 1. Pemasaran Setiap kegiatan fungsional pemasaran dapat kita lakukan sebagai pusat tersendiri, dengan jalan membebankan biaya pembuatab produk/jasa yang akan dipasarkan tersebut kepada manajer pemasaran yang bertanggungjawab. Oleh karena itu prestasi kerja manajer tersebut dinilai atas prestasi keuntungannya, maka cara itu sekaligus dapat dijadikan tolak ukur seberapa jauh mengelola unit kerjaan nya dengan baik. Demikian pula manajer tersebut akan termotivasi untuk memaksimalkan tingkat laba yang dihasilkan. Hanya disini harus diingat bahwa divisi pemasaran tersebut harus dibebani dengan biaya standar. Secara relatif akan lebih mudah untuk memperlakukan kegiatan pemasaran sebagai suatu laba tersendiri. Hal ini yang dilakukan hanyalah pembebanan kegiatan tersebut dengan biaya-biaya relevan.

2. Manufaktur/Pabrikasi Aktivitas manufaktur biasanya digolongkan kedalam kegiatan pusat pembiayaan dan penilaian prestasi manajemennya dilakukan atas dasar pembandingan prestasi pengelolaan biaya dengan standar biaya dan anggaran biaya umum (Overhead Budget). Masalah dapat timbul karena prrestasi biaya sesungguhnya tidak dapat dipai sebagai ukuran tentang seberapa baik pelaksanaan kegiatan manufaktur ini dilakukan. Sebagai contoh : a. Pengendalian mutu mungkin tidak begitu baik. Produk-produk yang berada dibawah standar mutu mungkin saja diloloskan untuk usaha memenuhi biaya standar. b. Manajer manufaktur mungkin akan keberatan untuk mengintruksi jadwal kegiatan produksi untuk tujuan pesanan yang sifatnya mendadak (Emergency Order) dalam melayani langganan. c. Apabila prestasi manajer tersebut diukur dalam suatu standar tertentu, ada kemungkinan produk-produk tidak yang ada sulit, dorongan ataupun untuk untuk

menghasilkan

meningkatkan jumalah produknya. d. Ada kemungkinan kurangnya intensif/kemajuan untuk

meningkatkan standar yang telah ada. Sebagai konsekuansi, dimana prestasi kerja dari aktivitas manufaktur ini diukur dengan perbandingan terhadap suatu standar tertentu. 3. Organisasi Pelayanan Jasa Banyak jenis organisasi pelayanan jasa yang cocok untuk kita dijadikan sebagai pusat laba. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan konsultan, akuntan umum, arsitek dan perusahaan-perusahaan rekayasa dapat kita bagibagi kedalam susunan pusat-pusat laba dengan cara mengatur sedemikian

rupa pembukuannya sehingga masing-masing unit tersebut dapat dinilai mengenai pendapatan yang dihasilkannya serta biaya yang harus dibebankan kepada unitnya. 4. Organisasi-Organisasi Lainnya Perusahaan yang mempunyai kantor cabang yang bertanggungjawab terhadap kegiatan pemasaran untuk area geografis tertentu, biasanya memiliki sifat sebagai suatu pusat laba. Walaupun manajer kantor tersebut tidak memiliki sfat sebagai suatu pusat laba. Walaupun manajer kantor tersebut tidak memiliki pertanggunjawaban manufaktur ataupun pengadaan, tingkat laba seringkali dapat dipakai sebagai sarana penilaian yang cukup baik, terutama untuk meningkatkan motivasi kerja. 2.6. Pengaruh Laba. Salah satu tujuan perusahaan yang berfokus pada kemampuan perusahaan yang bersangkutan ialah untuk memperoleh laba atas biaya yang dikeluarkan. Untuk memperoleh laba tersebut atau profitabilitas objektif, menempati tempat teratas dari berbagai tujuan perusahaan lainnya. Hal ini berkaitan denga adanya penilaian terhadap suatu perusahaan dimana perusahaan tersebut bertahan hidup terus dan berkembang. Adapun pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba menurut Sofyan Assari (1996, 54) adalah : yang merupakan pandangan pimpinan perusahaan yang menekankan perlunya perusahaan mengkoordinasikan kegiatan pemasaran yang diarahkan untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran pemberian kepuasan konsumen, melalui mana akan tercapai tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Jadi penekanan disini adalah pada pemasaran dan bukan pada penjualan. Sedangkan yang menjalankan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemasaran yang terpadu dan terarah pada sasarannyaadalah disebut manajer pemasaran atau direktur pemasaran. Dalam hal ini semua kegiatan Biaya Pemasaran Terhadap Efektifitas Pencapaian

yang menyangkut bidang pemasaran yang dilakukan oleh pimpinan wilayah atau pejabat lain dalam perusahaan bertanggung jawab kepada pejabat manajer pemasaran atau direktur pemasaran itu. Sebagai contoh pengendalian persediaan, pergudangan barang jadi, dan aspek-aspek perencanaan produk sering menjadi tanggung jawab atau dikoordinasikan dengan tanggung jawab manajer pemasaran. Dengan demikian dapat dikatakan manajer atau direktur pemasaran yang mengintegrasikan pemasaran kedalam operasi perusahaan sehingga semua kegiatan usaha perusahaan dapat terarah pada pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan ini. Jadi pemasaran mempengaruhi kebijakan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Efektifitas penjualan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan biaya untuk memasarkan produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan tercapainya efektivitas biaya pemasaran dapat diketahui biaya-biaya yang paling berpengaruh, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat dikendalikan, sehingga dengan sendirinya efisiensi biaya pemasaran dapat tercapai. Dengan dilakukannya pengendalian efisiensi biaya pemasaran,

manajemen perusahaan dapat memperoleh informasi untuk mengendalikan biaya pemasaran. Pengendalian efsiensi tidak akan efektif jika tidak ada sistem pengendalian yang baik, oleh karena itu perlu diadakan analisa biaya pemasaran yang dapat menyajikan informasi kepada manajemen yang berkaitan dengan pemasaran. Maka dapat dikatakan bahwa dengan mengadakan pengendalian efisiensi serta analisa biaya pemasaran menurut jenis-jenis biaya untuk masing-masing unsur biaya pemasaran tersebut akan dapat ditentukan secara lebih teliti dan akurat. Serta akan dapat diperoleh informasi tentang perencanaan dan pengawasan usaha pemasaranm sehingga perusahaan dapat meningkatkan efektifitas penjualan yang nantinya akan meningkatkan laba perusahaan, sesuai dengan tujuan awal perusahaan didirikan.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian Objek penelitian dalam skripsi ini adalah PT. Pos Indonesia (Persero), yang merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang cukup besar dengan bidang usaha pokok menyelenggarakan dan mengelola jasa antar pengiriman surat, barang dan uang serta jasan keagenan lainnya baik dalam negeri maupun diluar negeri. Penelitian pada PT Pos Indonesia ini bertujuan untuk pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba perusahaan. Pengukuran hubungan dan efisiensi biaya pemasaran penting dilakukan karena sifat usaha

perusahaan yang masih belum kokoh pada produk-produk baru yang dipasarkannya dan memilki persaingan yang ketat. Oleh karena pentingnya pengelolaan kegiatan pemasaran, maka penggunaan biaya pemasaran juga harus dilaksanakan dengan tepat. Efisiensi dan analisis biaya pemasaran ini akan membantu manajemen dalam mengambil suatu keputusan yang lebih baik dan pengarahan kegiatan pemasaran yang lebih baik pula. Adapun bagian yang akan diteliti adalah bagian pemasaran, bagian akuntansi, bagian anggaran dan bagian keuanganyang berjumlah 10 orang. Adapun data yang akan menjadi bahan dalam penelitian ini adalah penyusunan anggaran, realisasi anggaran dan realisasi laba tahun 2000 yang terjadi pada PT Pos Indonesia. Alasan dipillihnya bagian-bagian tersebut sebagai ukuran sample adalah karena setiap aktivitas bagian-bagian tersebut berhubungan dengan efisiensi biaya pemasaran dalam perolehan laba. Sehingga dalam hal ini, bagian-bagian tersebut memiliki peranan yang cukup penting.

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam skripsi ini adalah jenis penelitian verifikatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode sensus dan penelitian bermaksud mencari hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel, dengan cara mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai keadaan perusahaan yang sebenarnya dibandingkan dengan teori yang ada. Pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah studi kasus, yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada sesuatu harus secara intensif dan mendetail mengenai biaya pemasaran dan pengaruhnya terhadap perolehan laba perusahaan pada PT Pos Indonesia.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian kuantitatif biasanya penelitian melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan satu variabel dengan variabel yang lain. Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati, variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Kelompok ini akan bervariasi bila terjadi pada sekelompok orang atau objek yang diambil secara random. Dengan mengamati secara seksama banyak parameter tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga untuk data yang diperoleh dapat menunjang penyusunan laporan penelitian. Data tersebut selanjutnya diolah, dianalisa dan diproses dengan bantuan berupa dasar-dasar

teori yang telah dipelajari sebelumnya. Dari objek tersebut ditarik kesimpulan secara umum mengenai masalah yang diteliti. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi : 1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor atau variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yangmenjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. 2. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, output, atau variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Efektifitas Pencapaian Laba terdapat dua variabel yaitu: Biaya pemasaran sebagai variabel independen Efektifitas pencapaian laba sebagai variabel dependen Adapun prosedur pembuatan kuesioner adalah sebagai berikut: 1. 2. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner 3. 4. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik. Menentukan jenis data yang dikumpulkan, sekaligus untuk

menentukan teknis analisisnya.

Identifikasi operasionalisasi variabel untuk kuesioner adalah sebagai berikut: Tabel 3.1
VARIABEL
Biaya Pemasaran (Variabel Bebas) 1

: Indikator Variabel X dan Variabel Y


INDIKATOR
1 2 Dalam perusahaan telah ditetapkan pengelompokan biaya pemasaran. Dilakukan analisis-analisis biaya pemasaran menurut objek, fungsi dan menurut usaha pemasaran. Metode pemasaran yang digunakan. Penyesuaian kegiatan pemasaran sejalan aktivitas pasar. Kegiatan pemasaran berorientasi pada kepusan konsumen. Terdapat kebijakan dan standar dalam menentukan biaya pemasaran. Penetapan tujuan kegiatan pemasaran yang jelas. Terdapat pedoman teknis yang memadai Terdapat pola komunikasi yang baik. Terdapat prosedur pengawasan yang memadai. Terdapat hubungan yang timbal balik antara organisasi dan lingkungan sekitarnya. Penyusunan anggaran dilakukan oleh organisasi perusahaan yang sehat. Terdapat sistem akuntansi yang memadai. Anggaran dibuat berdasarkan penelitian dan analisis yang memadai. Anggaran mendapat dukungan dari para pelaksana. Penggolongan jenis laba yang jelas. Laba digolongkan sesuai dengan ketentuan perusahaan dan peraturan yang berlaku. Memandang laba sebagai alat ukur untuk menilai kinerja perusahaan. Memandang laba sebagai alat informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan aktiva. Penetapan metode pengukuran laba. Konsistensi pelaksanaan metode pengukuran laba. Memandang bagian pemasaran sebagai pusat laba.

SUB VARIABEL
Penggolongan dan Analisis Biaya Pemasaran

SKALA
Ordinal

Karakteristik Biaya Pemasaran

1 2 3 4

Efisiensi Biaya Pemasaran

1 2 3 4 5

Anggaran sebagai alat Efisiensi Biaya Pemasaran

1 2 3 4

Efektivitas Pencapaian Laba (Variabel Terikat)

Jenis Laba

1 2 1 2

Ordinal

Kegunaan Laba

Pengukuran Laba

1 2 1

Pusat Laba

3.2.3. Populasi Penarikan Sampel Populasi merupakan sekumpulan objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan peneliti melalui kriteria tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi terdiri dan manusia orang, file-file atau dokumen-dokumen yang dapat dipandang sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka sesuai dengan judul skripsi, yang menjadi populasi penelitian adalah bagian-bagian yang terkait dengan efisiensi biaya pemasaran dan perolehan laba.

3.2.3.1. Ukuran Sampel Pada prinsipnya ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil untuk melaksanakan penelitian. Besarnya sampel yang diambil dapat dilakukan secara statistik atau pun berdasarkan estimasi penelitian. Ukuran sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan dan populasi penelitian dengan berdasarkan estimasi penelitian, di mana sampel tersebut merupakan satu unit di PT. Pos Indonesia.

3.2.3.2. Jenis Sampling Metode dalam pengambilan sampel ada 2 yaitu metode pengambilan sampel secara acak (random sampling/probability sampling) dan metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non-probability sampling).

Metode pengambilan sampel secara acak (probability sampling) meliputi beberapa metode yaitu proportionate stratified random sampling. Disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling. Sedangkan metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non-probability sampling) meliputi beberapa metode yaitu sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sample yang tidak acak dengan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih ditentukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu dan peneliti. Teknik sampling adalah menupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasamya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu probability sampling (pengambilan sampel secara acak) dan nonprobability sampling (pengambilan sampel bersifat tidak acak). Metode pengambilan sampel secara acak (probability sampling) meliputi simple random, proportionate stratified random, dispropotionate stratified random dan area random, sedangkan metode pengambilan sampel yang bersift tidak acak (nonprobability sampling) meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak digunakan, karena jumlah populasi dalam penelitian ini sama dengan jumlah sampel yang diambil, dengan maksud supaya lebih representatif.

Pada prinsipnya ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil untuk melaksanakan penelitian. Besamya sampel yang diambil dapat dilakukan secara statistik ataupun berdasarnya estirnasi penelitian.

3.2.4

Prosedur Pengumpulan data Dalam penyusunan skripsi mi penulis rnemperoleh data dan dua sumber yaitu :

1.

Data Primer Data ini diperoleh langsung dan penelitian lapangan dengan pengamatan langsung pada

PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah Usaha Pos V sebagai objek penelitian serta mengadakan wawancara langsung dengan bagian-bagian yang terkait, seperti Bagian Akuntansi, Bagian pemasaran, Bagian anggaran, dan Bagian keuangan. 2. Data Sekunder Data ini penulis peroleh dan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari literaturliteratur serta dan sumber lain yang berhubungan dan relevan dengan masaah-masalah yang sedang diteliti. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian mi dapat dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut :

1.

Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini dilakukan langsung pada PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah Usaha Pos V untuk memperoleh gambaran sebenarnya tentang pelaksanaan dan masalahmasalah yang diteliti serta untuk menghimpun data yang diperlukan dalam rangka pembahasan penerapannya. Dalarn melaksakan penelitian lapangan untuk memperoleb data primer langsung dan perusahaan dapat digunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, mencermati dokumen-dokumen perusahaan. Tehnik ini dimaksudkan untuk rnendapatkan keyakinan bahwa data yang diperoleh sebelumnya adalah benar dan memperoleh gambaran yang nyata mengenai operasi perusahaan. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara penulis dengan pihak yang memberikan informasi. Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh data atau informasi tentang kegiatan perusahaan dan dapat diketahui masalah khusus yang dihadapi. Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftan pertanyaan mengenai hal - hal yang berhubungan dengan masaah yang diteliti.

2.

Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara membaca, mempelajari

dan menelaah literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dibahas. Penelitian kepustakaan

dimaksudkan untuk memperoleb data sekunder dalam menunjang data primer yang telah di dapat dari penelitian lapangan.

3.2.5. Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1. Analisis Data Analisa data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Data yang akan di analisis merupakan data hasil pendekatan survey penelitian dan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Adapun analisis data yang dilakukan Penulis antara lain 1. Menganalisis efisiensi Biaya Pemasaran pada PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah Usaha Pos V. 2. Menganalisis Perolehan laba pada PT. Pos Indonesia Kantor Wilayah UsahaPos V. Berdasarkan dan indikator-indikator setiap variabe (variabel X dan vaniabel Y), maka dibuatlah suatu dafiar pertanyaan (kuesioner) yang berhubungan dengan penelitian Penulis. Kuesioner tersebut ditujukan bagi para responden perusahaan. Data yang dihimpun dan hasil penelitian akan Penulis bandingkan antara data yang di lapangan dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan analisis. Setiap item dan kuesioner tersebut memiliki 5 jawaban dengan masing-masing nilai yang berbeda yaitu Jawaban Sangat Setuju, memiliki nilai = 5 Jawaban Setuju, memiliki nilai = 4 Jawaban Ragu-ragu, memiliki nilai =3

Jawaban Tidak Setuju memiliki nilai 2 Jawaban Sangat Tidak Setujumemiliki nilai =1 Untuk menilai variabel X dan variabe Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan

rata-rata dan masing-masing variabel. Nilai Rata-rata ini didapat dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden Rumus rata-rata adalah sebagai berikut :

Untuk Variabel X =

Untuk Variabel Y =

Dimana : : Rata-rata X : Rata-rata Y : Epsolom (Jumlah) : Nilai X ke i sampai ke n : Nilai Y ke i sampai ke n n : Jumlah responden

Setelah didapat rata-rata dan masing-masing variabel kemudian dibandingkan dengan kriteria yang Penulis tentukan berdasarkan nilai terendah dan nilai tertinggi dan hasil kuesioner.

Nilai terendah dan nilai tertinggi itu masing-masing Penulis ambil dan banyaknya pertanyaan dalam kuesioner (20 pertanyaan) dikalikan dengan skor terendah (1) untuk nilai terendah dan skor tertinggi (5) untuk nilai tertinggi. Untuk variabel X nilai terendahnya adalah (1 x 20 ) = 20 dan nilai tertingginya adalab (5 x 20 ) = 100. Atas dasar nilai terendah dan tertinggi tersebut maka kriteria untuk menilai efisiensi biaya pemasaran (variabel X) Penulis tentukan sebagai berikut : Nilai 20 35, dirancang untuk kriteria Tidak efisien Nilai 36 51, dirancang untuk kriteria Kurang efisien Nilai 52 67 , dirancang untuk kriteria Cukup efisien Nilai 68 83, dirancang untuk kriteria Efisien Nilai 84100, dirancang untuk kriteria Sangat efisien

Selanjutnya untuk menilai laba (variabel Y), caranya sama dengan penilaian untuk variabel X , dimana nilai terendah dan variabel Y adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 100. Atas dasar nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut maka kriteria untuk menilai perolehan laba (variabel Y), Penulis tentukan sebagai berikut: Nilai 20 35, dirancang untuk kriteria Tidak meningkat Nilai 36 51 , dirancang untuk kriteria Kurang meningkat Nilai 52 67, dirancang untuk kriteria Cukup meningkat Nilai 68 --83, dirancang untuk kriteria Meningkat Nilai 84100, dirancang untuk kriteria Sangat meningkat

Perhitungan dan hasil kuesioner dilakukan setelah adanya analisis data antara lapangan dengan kepustakaan agar hasil akhir analisis dapat teruji dan dapat diandalkan.

3.2.5.2. Rancangan Pengujian Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dan kedua vaniabel yang diteliti dalam hal ini adaah korelasi antara efisiensi biaya pemasaran dan perolehan laba dengan menggunakan perhitungan statistik. Langkah-Iangkah dalam pengujian hipotesis ini dimulai dengan rnenetapkan hipotesis nol dan hipotesis afternatif, pemilihan test statistik dan perhitungan nilai statistik penetapan tingkat signifikan dan penetapan kritenia pengujian. : Adapun penjelasan dan langkah-Iangkah tersebut adalah sebagai berikut 1. Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Penetapan Hipotesis Altematif (Ha) digunakan dengan tujuan untuk rnengetahui ada tidaknya hubungan positif antara dua variabel di atas. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha), sedangkan untuk keperluan analisis statistik hipotesisnya berpasangan antara hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis alternatif (Ha) Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah Ho=O (efisiensi biaya pernasaran tidak dapat benpengaruh dalam perolehan laba) Ha>0 (efisiensi biaya pernasaran berpengaruh dalam perolehan laba)

2. Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Tes Statistik. Data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini berasal dan variabel X dan vaniabel Y yang pengukurannya menggunakan skala ordinal yaitu tingkat ukuran yang memungkinkan Peneliti mengurutkan respondennya dan tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi. Melalui pengukuran ini, Peneliti dapat membagi respondennya ke dalam urutan ranking atas dasar sikapnya pada objek atau tindakan tertentu. Oleh sehab itu dalam menguji hipotesis

ini di gunakan teknik statistik nonparametris. Data tersebut diperoleh melalui kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup dan setiap item memiliki skor tersendri. Pada penelitian mi Penulis menggunakan analisa korelasi Rank Spearinan dalam pengujian hipotesis, menurut Anto Dajan dalam bukunya Pengantar Metode Statistik dengan rumus sebagai berikut:

= 1

2 6 =1 3

Di mana: Rs = Koefisien korelasi Rank Spearman Di = Xi Yi (Selisih ranking) n = Jumlah responden Apabila dalarn penelitian tersebut terdapat ranking yang berangka sama maka digunakan faktor koreksi sebagai berikut 3 12

Di mana : T = Faktor koreksi

= Banyaknya angka yang sama pada suatu rank

Sesuai dengan faktor koreksi tersebut di atas, maka rumusan r dihitung sehagai berikut (Anto Dajan, 350-35 1) : 2 + 2 2
2

2 . 2

2 =

3 12 3 12

2 =

Di mana : Tx Ty = Jumlah rangking yang sama dalam variable X = Jumlah rangking yang sama dalam variabel Y Untuk melihat seberapa besar variable X (efisiensi biaya pemasaran) dapat memberikan pengaruh terhadap variabel Y (perolehan laba), maka digunakan koefisien determinasi (KD) yang merupakan kuadrat koefisien korelasi dan biasanya dinyatakan dalam persen. KD = rs2 x 100 %

3.

Taraf Signilikan atau Taraf Nyata (cx)

Sebelum pengujian dilakukan, maka terlebih dahulu harus ditentukan taraf signifikan/taraf nyata. Hal ini dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian agar dapat diketahui batas-batas untuk menentukan pilihan antara Ho dan Ha. Taraf nyata yang dipilih adalah = 0,05. Angka ini dipilih karena dapat mewakili hubungan antara variabel yang diteliti dan merupakan suatu signifikansi yang sudah sering digunakan dalam bidang penelitian ilmu sosial.

4.

Kriteria Pengujian Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan pada nilai

tabel pada taraf signifikan = 0,05. Tabel nilai-nilai rs menurut Sidney Siegel dalarn Statistik nonparametris untuk ilmu-ilmu sosial dapat di lihat pada tabel 3.1. Bila nilai penelitian ( rs hitung ) lebih besar dari nilai tabel, ini berarti bahwa hipotesis terdapat hubungan positif antara efisiensi biaya pemasaran dengan perolehan laba. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Tabel 3.2. Batas Nilai-Nilai Kritis rs Koefisien Rank Spearman

Traf Signifikan () 0,05 0,01 1,000 0,943 0,893 0,833 0,783 0,746 0,712 0,645

Taraf Signifikan () 0,05 0,01 0,601 0,564 0,534 0,508 0,485 0,465 0,448 0,438

4 5 6 7 8 9 10 12 14

1,000 0,900 0,829 0,714 0,643 0,600 0,564 0,506 0,456

16 18 20 22 24 26 28 30

0,425 0,399 0,377 0,359 0,343 0,329 0,317 0,306

3.2.6. Proses Penelitian Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus - menerus, terencana dan sistematis dengan maksud untuk mendapatkan pemecahan masalah. Oleh karena itu langkah-langkah yang diambil dalam penelitian haruslah tepat dan saling mendukung antara

komponen satu dan komponen lainnya. Proses penelitian yang dilakukan Penulis dalam menyusun skripsi ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian Berdasarkan data yang penulis peroleh selama penelitian pada PT. Pos Indonesia

(Persero) Kantor Wilayah Pos V Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bagian keuangan, bagian Akuntansi, bagian Pemasaran dan bagian Anggaran, maka penulis akan menguraikan hasil penelitian tersebut mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan efisiensi biaya pemasaran dan perolehan laba pada Kantor Wilayah Pos V Bandung.

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Pos Indonesia (Persero) adalah badan usaha milik negara di lingkungan Departemen Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara, dipimpin oleh suatu direksi yang bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pos Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, sudah lama berdiri dan beroperasi seiring dengan laju perjuangan bangsa Indonesia sampai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa Pos indonesia

sudah memiliki pengalaman yang sangat luas dan telah berhasil melalui berbagai rintangan sampai sekarang. PT. Pos Indonesia (Persero) mempunyai tugas pokok melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan PT. Pos Indonesia

(Persero) rnempunyai tugas pokok melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, pada khususnya di bidang pelayanan jasa pos dan giro bagi masyarakat baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, PT. Pos Indonesia (Persero) dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Usaha jasa pos dan giro 2. Usaha jasa komunikasi, jasa logistik, jasa keuangan dan jasa-jasa lain 3. Usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber daya yang dimiliki untuk menunjang kegiatan usaha perusahaan. Selain itu juga, PT. Pos Indonesia (Persero) memiliki visi, misi, falsafah dan moto perusahaan sebagai berikut 1. Visi PT Pos Indonesia (Persero) senantiasa berupaya untuk menjadi penyedia sarana telekomunikasi kelas dunia yang peduli terhadap lingkungan, dikelola oleh sumber daya manusia yang profesional sehingga mampu memberikan layanan terbaik bagi masyarakat serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan konsep bisnis yang sehat.

2. Misi a. Menyediakan sarana telekomunikasi yang handal dan terpercaya bagi masyarakat dan pemerintah guna menunjang pembangunan nasional serta memperkuat kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara. b. Mengernbangkan usaha yang bertumpu pada pengembangan mutu pelayanan untuk mencapal kepuasan pelanggan serta memberikan nilai tarnbah yang optimum bagi karyawan, pemegang saham, masyarakat dan mitra kerja. 3. Falsafah PT. Pos Indonesia senantiasa berusaha untuk meningkatkan mutu layanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan dengan memperhatikan efisiensi, efektivitas dan produktivitas sumber daya serta kemampuan laba usaha melalui pernanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Moto a. Tepat waktu (punctual) b. Tepat sasaran (Accurate) c. Terpercaya (Realible) PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan suatu hal yang patut dibanggakan, karena perjalanan yang sangat panjang membawa PT. Pos Indonesia menjadi perusahaan yang sangat

besar. Untuk lebih jelasnya, bagairnana sejarah perusahaan dan berbagai periode sampai saat ini dapat kita lihat pada uraian berikut ini :

A. Periode 17001808 (Masa Kompeni Bataafsche Repubtika) Kedatangan bangsa Belanda di bumi indonesia merupakan titik awal tirnbulnya hubungan surat rnenyurat antara Indonesia dengan Belanda. Hal ini ditandai dengan kedatangan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman pada tahun 1559 yang membawa surat-surat untuk raja-raja Banten dan Sunda Kelapa. Pada masa ini pengiriman surat rnelalui darat belum dapat dilakukan karena masih banyak daerah yang menjadi wilayah kekuasaan kerajaan-kerajaan Indonesia pada waktu itu. Pada tahun 1575 pengiriman surat berjalan dengan teratur sebanyak dua minggu sekali antara Batavia, Cirebon, Tegal dan Bandung. Menurut buku sejarali Pos dan Giro, kantor pos yang pertama didirikan di Jakarta yang pada saat itu lebih dikenal dengan Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746 oleh seorang Gubemur Jenderal berkebangsaan Belanda bernama G.W.Van Inhoff. Bersamaan dengan ditemukannya telegram dan telepon dibentuklah dinas pos telegraf dan telpon yang disingkat P.T.T.

B. Periode 18081811 (Masa Pemerintahan Deandels) Pada masa pemerintahan Deandels, pengantaran surat-surat dan berita-berita dilakukan dengan menggunakan fasilitas kendaraan kuda yang disertai dengan petunjuk jalan. Perkembangan selanjutnya, pengiriman surat dilakukan dengan kereta pos pada jalan yang sudah baik. Pada waktu itu lalu lintas surat menyurat dan berita berjalan dengan tertib.

C. Periode 1811 1816 (Masa Pemeriutalian Inggris) Pada permulaan masa pemerintahan Inggris, dimana Rafless sebagai Luitnant Government, tidak terjadi penambahan-penambahan di dalam peraturan-peraturan Pos. Kernudian pada tanggal 6 Maret 1813 dikeluarkan peraturan-peraturan baru yang disebut Regulation for The Post Establishment on Island of Java. Dalam peraturan tersebut antara lain ditetapkan bahwa porto untuk surat kabar lebih rendah dari pada surat biasa, untuk pertama kalinya pula diadakan porto barang cetakan. Selain itu yang terpenting adalah pencabutan dan cara pengaturan pos dengan berkuda (Paardenpost) dan Pos berkereta (Postwagen).

D. Periode 18161942 (Masa Pemerintahan Belanda) Pada masa pemerintahan Belanda ini, pengantaran Pos dengan menggunakan kuda dan Kereta dilakukan kembali seperti masa pemerintahan Deandels. Tetapi pengantaran pos bukan lagi monopoli pemerintah, karena Raja mengatur urusan posnya sendiri. Pada periode ini perkembangan pos telah mengukir sejarah baru, tepatnya pada tahun 1840, Sir Rowland dan Inggris, mengusulkan untuk persamaan tarif yang disebut Penny Post yaitu sejumlah penny untuk tiap-tiap surat dalam negeri. Penny post ini merupakan prangko pertama yang diciptakan oleh Sir Rowland Hill dengan nama The Penny Black, yaitu prangko bergambar Ratu Elizabeth dengan tulisan One Penny. Pada tahun 1874 diadakan pertemuan Pos Internasional yang bertempat di Bern Swiss, yang dihadiri oleh pejabat-pejabat dan dua negara peserta organisasi TJPU (Universitas Postals Union). Pada tahun 1875 Dinas Pos disatukan dengan Dinas Telegraf dengan nama Post en Telegraafdiens. Dengan ditemukannya telepon, maka sejak tahun 1884 Jawatan

Telepon dimasukkan ke dalam Jawatan Pos dan Telegraf, serta mendirikan badan yang bernama Post and Telegraf Dienst yang bertujuan untuk mengelola lalu lintas berita dan informasi tertulis. Hal ini merupakan asal muasal dan PT. Pos Indonesia (Persero). Pada tahun 1906 dengan Staatblad No.395 terbentuklah Dinas Pos, Telegraf dan Telepon dengan sebutan Post Telegraaf en Telefoondiensi yang disingkaf P.T.T. Dinas Pos, Telegraf dan Telepon pada masa itu berada di bawah lingkungan Departemen Lalu Lintas dan Pengairan.

E. Periode 1942 1945 (Masa Pemerintahan Jepang) Pada masa ini, tidak terdapat perkembangan yang berarti dalam bidang pos. Pada waktu Jepang memasuki Hindia Belanda, beberapa peralatan telekomunikasi radio diungsikan ke Bandung (kantor pusat), sedangkan peralatan komunikasi yang tidak sempat terbawa dikuasai Jepang. Adapun metode pengirirnan dan penerimaan surat-surat kawat, dilakukan dengan dua tulisan yaitu tulisan latin dan tulisan katakana. Selama pendudukan Jepang jawatan P.T.T terpecah-pecah mengikuti struktur-struktur organisasi pemerintah militer Jepang sehingga pada masa itu terdapat jawatan P.T.T Sumatera, P.T.T Sulawesi. Sedangkan dalam organisasi diadakan perubahan sedemikian rupa, sehingga administrasi keuangan dipegang oleh pemerintah Jepang, dan penyelenggaraan usaha dilakukan oleh Maskapai telegraf yaitu Kokusai Denki Tsushin KK. Sampai dengan tahun 1944 hubungan telegrap berjalan seperti biasa, hanya kurangnya peralatan dan tidak diperbaikinya saluran darat pada tahun hubungannya cepat Jakarta, Semarang dan Surabaya terpaksa dihentikan.

F. Periode 1945 sekarang 1. Periode 1945 1962 ( Masa Jawatan P.T.T)

Pada tangga 14 Agustus 1945 Pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Pemerintah Indonesia diproklamasikan. Namun penyerahan jawatan P.T.T ke tangan Pemerintah Republik Indonesia ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, tanggal 27 September 1945 sekelompok pemuda yang bergabung dalam angkatan muda P.T.T (A.M.P.T.T) dengan gagah berani merebut kekuasaan atas jawatan P.T.T dari tangan Jepang yang terjadi di Bandung, maka secara resmi jawatan P.T.T Republik Indonesia pada tanggal 27 September 1945. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 September 1949, maka Pemerintah Republik Indonesia (Jawatan P.T.T) menyatakan diri menjadi anggota Union Postel Universitas (UPU) yang berkedudukan di Bern Swiss, menggantikan kedudukan Pemenintah Hindia Belanda yang sudah menjadi anggota UPU sejak tahun 1878. Pada awal tahun 1950 setelah perang kemerdekaan, jawatan P.T.T berusaha untuk memulihkan kembali kegiatan usahanya. Pada tahun 1953 lalu lintas pos, telegraf dan telepon bertambah luas, jumlah pengiriman surat, kartu pos, warkat pos, paket pos, dan lain-lainnya semakin meningkat. Pada tahun 1960 pemerintah mengadakan re-organisasi terhadap alat produksi dan distribusi yang ditentukan ke arah pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang No.19 tahun 1960 yang mengusahakan adanya keseragaman baik dalarn cara mengurus dan menguasai perusahaan maupun dalam bentuk hukumnya. Sejak direbutnya Jawatan P.T.T dan Pemerintah Jepang ke Pemerintah Repuhhk Indonesia, maka diangkatlah kepala jawatan P.T.T pertama yaitu Mas Soeharto didampingi R. Dijar sebagai wakilnya. Dalam perkembangan selanjutnya, jawatan P.T.T sebagai perusahaan negara yang bersumber pada Inclisehe Bedrijven Wet (IBW) dinyatakan telah memenuhi syarat untuk dijadikan perusahaan negara (PN) dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang (PERPU) No.19 tahun 1960. Oleh karena itu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.240 tahun 1961 dan dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata status jawatan P.T.T yang bersumber pada peraturan IBW (Indisehe Bedzjjven Wet) dilebur menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekornunikasi (PN Postel), berlaku mulai tanggal 1 Januari 1962. 2. Periode 1962 1965 (Masa PN Postel) Perubahan jawatan P.T.T menjadi PN Postel diharapkan akan rnemperoleh kebebasan bergerak yang cukup luas dalam bidang keuangan, yang akan memberi kemungkinan lebih besar untuk memperbaiki nasib pegawai, memperbesar penghasilan dan untuk memenuhi akan perlengkapan guna memperlancar organisasi-organisasi buruh guna mendapatkan hubungan sosial dan pengawasan social. Setelah dikeluarkan SK Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata tanggal 24 Mei 1963 No.47/ 113, status jawatan P.T.T yang bersumber pada peraturan IBW dilebur menjadi Perusahaan Pos dan Telekornunikasi (PN Postel), sedangkan struktur organisasinya untuk sementara tetap struktur organisasi dan jawatan P.T.T dan sampai dikeluarkannya SK Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata tanggal 13 Agustus 1964 No.UM/ 11/ 7 yang rnenetapkan struktur baru bagi PN.Postel. Mengingat lapangan kerja PN Postel mengalami perkembangan demikian pesatnya pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi dua Perusahaan Negara, masing-masing Perusahaan Negara Pos dan Giro berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1965 dan Perusahan Negara Telekornunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 36 tahun 1965. Sekalipun Peraturan Pemerintah No 29 tahun 1965 telah dikeluarkan pada tanggal 6 Juli 1965, namun ketentuan-ketentuannya baru empat bulan kemudian setelah dikeluarkannya SK Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata tanggal 25 November 1965 No.U/14.8

yang menetapkan struktur organisasi Perusahaan Negara Pos dan Giro. Pelaksanaan peralihan itu diatur oleh Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekornunikasi dan Pariwisata.

3. Periode 1965 1978 (Masa PN Pos dan Giro) Mengenai nama PN Pos dan Giro (bukan nama lainnya), karena pada waktu itu Dinas Paket Pos dan Giro belurn begitu dikenal karena baru dibuka pada tanggal 23 Nopember 1961. Paket Giro dan Cek Pos ini ditujukan untuk mempermudah atau mengkonsolidasikan sistem pembayaran yang ada. Oleh karena itu nama PN Pos dan Giro tersebut diharapkan dapat lebih memasyarakatkan Dinas Giro Pos yang dapat dijadikan saluran pembayaran yang serba guna dan berhasil guna, dengan harapan bahwa secara giral akan meningkatkan dana. Dalam PP No.29/1965 tujuan perusahaan dan sistem pertanggungjawaban, sama dengan yang tertera pada PP No.240/ 1961. Berdasarkan Inpres RI No.17/ 1967 tentang pengarahan dan penyederhanaan Perusahaan Negara ke dalam dua bentuk usaha negara, yaitu: 1. Usaha-usaha negara perusahaan (negara) jawatan, (Departemental Agency)

2. Usaha-usaha negara perusahaan (negara) perseroan, (Publich/ State Company) Selanjutnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 yang menetapkan status Badan Usaha Milik Negara menjadi Perjan, Perum dan Persero, maka status Perusahaan Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1978.

4. Periode 1978 1995 (Masa Perum Pos dan Giro) Sebagai dasar pertimbangan mengapa bentuk ini yang dipilih dan dipergunakan ialah bahwa Dinas Pos dan Giro merupakan cabang produksi jasa yang paling penting serta merupakan fungsi vital sebagai prasarana pembangunan nasional. Disamping itu untuk lebih menyempurnakan dan mendayagunakan pengusahaan dan pengelolaan Dinas Pos dan Giro semasa PN Pos dan Giro. Perurn Pos dan Giro rnempunyai tugas pokok membangun, mengusahakan, mengembangkan pelayanan dalam bidang lalu lintas berita, informasi barang, dan uang guna mempertinggi kelancaran hubungan masyarakat dalam rnenunjang pembangunan negara. Dalam PP No.9/ 1978 ditetapkan bahwa tujuan Perurn Pos dan Giro ialah membangun dan mengusahakan pelayanan pos dan giro guna mempertinggi kelancaran hubungan masyarakat untuk menunjang pembangunan negara dalam rangka rneningkatkan ketahanan nasional dan mencapai masyarakat adil dan makmur. Dengan Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1983 ditetapkan cara penggunaan dan pembinaan Perjan, Perum, dan Persero. Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan ini, Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1978 yang mengatur tentang Perusahaan Umum Pos dan Giro diserah terirnakan kepada direksi PT. Pos Indonesia (Persero).

5. Periode 1995 sekarang (Masa PT Pos Indonesia (Persero) Dalam PP No.9/1978 ditetapkan bahwa tujuan Perum Pos dan Giro ialah membangun dan mengusahakan pelayanan pos dan giro pos guna mempertinggi kelancaran hubungan masyarakat untuk menunjang pembangunan negara dalamrangka rneningkatkan ketahanan nasional dan kemakmuran. Dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan pelayanan jasa pos serta dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha penyelenggaraan jasa pos dan giro, maka Perum Pos dan Giro dirubah statusnya menjadi PT. Pos Indonesia (Persero) yang diatur rnelalui PP No.5/1995 tertanggal 27 Februari 1955 tentang pengalihan status Perum Pos dan Giro menjadi Perusahaan Perseroan dengan nama PT. Pos Indonesia (Persero) yang secara resmi telah terdaftar dengan akta notaris Sutjipto, SH. No.117/1995 tanggal 20 Juni 1995. Adapun tugas pokok dan PT. Pos Indonesia (Persero) ini adalah untuk menyelenggarakan usaha jasa Pos dan Giro untuk umum, dalam dan luar negeri yang meliputi jasa pos, jasa giro, jasa keuangan, jasa keagenan, serta usaha-usaha lain yang menunjang jasa pos dan giro, yang sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.

4.1.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang berlaku di PT Pos Indonesia (Persero) adalah berdasarkan keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 92/ OT 001/ MPPT 92 tanggal 21 Oktober 1992 yang menggantikan keputusan Menteri Kenangan tanggal 14 Februari 1984 NO. KM 92/ OT 001/ MPPT/84 dengan beberapa

perubahan dan penambahan seperlunya seperti disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan perisahaan. Dalam keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi NO.KM 92/ OT 001/ MPPT 92 tanggal 21 Oktober 1992 tentang organisasi dan tata kerja perusahaan Umum Pos dan Giro menyatakan bahwa organisasi perusahaan dibagi dalam tiga tingkat yaitu 1. Tingkat Pusat 2. Tingkat Wilayah 3. Tingkat Pelaksanaan Teknis Untuk tingkat pusat PT. Pos Indonesia (Persero) adalah BUMN di lingkungan kerja Menteri Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara dipimpin oleh suatu direksi yang bertangung jawab kepada Menteri Keuangan dan Menteri Pendayagunaan BUMN melalui pembinaan terhadap PT. Pos Indonesia (Persero). Menteri Keuangan dan Menteri Pendayagunaan BUMN dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan PT. Pos Indonesia (Persero) termasuk rencana kerja, anggaran tahunan perusahaan dan lain-lain diwakili oleh Dewan Komisaris yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dan Menteri Pendayagunaan BUMN. Wilayah usaha pos (WILPOS) adalah unsur pelaksana pengelolaan jasa pos dan giro di wilayah dan berkedudukan langsung di bawah Kantor Pus Pusat. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unit organisasi di bawah WILPOS yang melaksankan tugas-tugas operasiona pengolahan pos dan tugas teknis operasional pelayanan jasa pos dan giro.

Disamping organisasi wilayah usaha pos dibentuk pula unit organisasi yang berdiri sendiri dan langsung bertanggung jawab kepada direksi PT Pos Indonesia, yaitu divisi yang merupakan usaha bersifat profit centre dan dibentuk berdasarkan kebutuhan antara lain Divisi Teknologi dan Sistem Informasi, Divisi Filateli, Divisi Paket, Divisi Transport dan Divisi Properti. Mengingat banyaknya uraian tugas pada PT. Pos Indonesia (Persero) maka penulis hanya menguraikan beberapa jabatan yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilakukan. Adapun susunan organisasi dan uraian tugas secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagian Bina Mutu Layanan, terdiri dari : a. Sub Bagian Jaringan b. Sub Bagian Pengendahan Mutu c. Sub Bagian Standarisasi dan Pengembangan Mutu 2. Bagian Pengembangan Usaha, Terdiri dari : a. Sub Bagian Perencanaan Usaha dan Promosi b. Sub Bagian Penata Layanan c. Sub Bagian Pengolahan Data 3. Bagian Sumber Daya Manusia, terdiri dari :

a. Sub Bagian Perencanaan, Pengembangan dan Pelatihan. b. Sub Bagian Kinerja dan Penghargaan c. Sub Bagian Kesejahteraan 4. Bagian Keuangan, terdiri dari: a. Sub Bagian Pengendalian dan Perbendaharaan b. Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi 5. Bagian Teknik dan Sarana, terdiri dan: a. Sub Bagian Teknik b. Sub Bagian Peralatan c. Sub Bagian Kendaraan d. Sub Bagian Gedung 6. Sekretariat Wilpos V, terdiri dari : a. Staf Profesional Humas b. Staf Profesional Hukum 7. Staf Profesional lainnya: a. Staf Profesional PUKIC Selanjutnya penulis akan menjelaskan mengenai uraian tugas masing-masing bagian yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sebagai benikut :

A. Bagian Bina Mutu Layanan. Tugas BINTUYAN: Merencanakan, mengendalikan dan mengembangkan jaringan lalu lintas pos, jaringan pelayanan serta mutu operasi dan mutu layanan. Tanggung jawab BINTUYAN: 1. Menyediakan standar mutu operasi dan layanan di wilayah; 2. Memenuhi kinerja mutu operasi dan mutu layanan berdasarkan standar mutu yang ditetapkan; 3. Menjaga efektivitas dan efisiensi jaringan perhubungan pos di wilayah; 4. Menyediakan titik pelayanan yang mudah diakses dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat dengan rnempertimbangkan kelayakan bisnis; 5. Mengembangkan dan rnenyempumakan jaringan pelayanan pos yang mampu mengakomodasi perubahan lingkungan bisnis; 6. Mengimplernentasikan budaya sadar mutu di wilayah; 7. Menindak lanjut perbaikan proses operasi atas penyimpangan hasil temuan SPI/BPKP/Pemeriksa Independen;

8. Memelihara hubungan yang harmonis dengan pihak pengelola Angkutan Darat, Laut, dan Udara.

B. Bagian Pengembangan Usaha Tugas Bagian Pengembangan Usaha: Melakukan pengembangan bisnis di wilayah melalui kegiatan perencanaan bisnis, pemasaran serta melakukan aktivitas pengolahan data.

Tanggung Jawab Bagian Pengembangan Usaha: 1. Meujaga efektivitas dan efisiensi kegiatan pemasaran di wilayah; 2. Menyediakan produk sesuai dengan harapan pelanggan; 3. Merurnuskan rencana strategis wilayah yang jelas, komunikatif, komprehensif dan aplikatif 4. Menjaga efektivitas dan efisiensi penyusunan RRKA di wilayah; 5. Menyediakan data wilayah yang aktual, akurat, mutakhir (terbaru) untuk mendukung pengembangan bisnis wilayah; 6. Menciptakan hubungan yang harmonis dengan Mitra Usaha; 7. Menindak lanjut perbaikan proses pengembangan usaha atas penyimpangan hasil temuan pemeriksaan SPI/BPKP/Pemeriksa Independen.

C. Bagian Sumber Daya Manusia Tugas bagian SDM: Merencanakan, rnengembangkan dan memelihara SDM di wilayah. Tanggung jawab bagian SDM: 1. Menyediakan SDM sesuai dengan kebutuhan wilayah; 2. Menyediakan program pengembangan SDM wilayah; 3. Menjaga efektivitas pelaksanaan penilaian kinerja dan penghargaan; 4. Menyediakan basis data kepegawaian yang mutakhir (terbaru); 5. Menjaga ketertiban administrasi kepegawaian baik untuk Kantor WILPOS maupun UPT; 6. Menyediakan uraian jabatan (Job Description) dan persyaratan jabatan (Job Requirement) yang mutakhir (terbaru); 7. Menjaga efektivitas dan efisiensi program pemeliharaan SDM dan sisial di wilayah; 8. Menjalin hubungan industrial yang harmonis; 9. Mengkoordinir pelaksanaan WASKAT di wilayah; 10. Menindak lanjut perbaikan proses pengembangan usaha atas penyimpangan hasil temuan pemeriksaan SPI/BPKP/Pemeriksa Independein.

D. Bagian Kenangan Tugas bagian Keuangan :

Mengelola seluruh aktivitas keuangan guna mengendalikan kinerja keuangan wilayah pos V sesuai dengan arah dan strategi dan kebijakan wilayah yang bersangkutan. Tanggung jawab bagian Keuangan: 1. Menjaga likuiditas keuangan wilayah V; 2. Menjaga kelancaran pengendalian anggaran; 3. Menjaga keakuratan dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan manajemen; 4. Menjaga konsistensi dan standarisasi pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi; 5. Mengajaga kewajaran perhitungan harga referensi untuk pengadaan barang dan jasa.

E. Bagian Tehnik dan Sarana Tugas bagian Tehnik dan Sarana: Menyediakan teknologi tepat guna dan sarana untuk mendukung kegiatan operas Tanggung jawab bagian Tehnik dan Sarana: 1. Menjamin tersedianya teknologi dan sarana yang dibutuhkan dalam upaya mendukung kegiatan operasi; 2. Menjaga ketertiban sistem penata usahaan naskah-naskah yang berkaitan dengan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pertanggungan peralatanl perlengkapan teknik dan sarana yang dipergunakan.

F. Bagian Sekretaris Wilayah Tugas Sekretaris Wilayah: Mengelola kegiatan kesekretariatan, kegiatan protokoler, kehumasan serta advokasi hukum. Tanggung jawab Sekretaris Wilayah: 1. Menjaga kelancaran kegiatan Kawilpos; 2. Menjaga kelancaran kegiatan tata usaha Wilpos;

3. Menjaga kelancaran kegiatan kehumasan; 4. Menjamin setiap keputusan manajemen Wilpos terhindar dan dampak hukum yang dapat merugikan dan merusak citra perusahaan.

4.1.1.3. Aktivitas Utama Perusahaan Sebagai agen pembangunan, PT. Pos Indonesia (Persero) mengemban misi sosial yang sudah lama dirasakan manfaatnya. Oleh masyarakat luas karena ditunjang adanya jaringan pelayanan pos yang mencapai daerah-daerah terpencil di seluruh tanah air. Layanan pos tersebut terselenggara untuk memenuhi berhagai kebutuhan masyarakat mulai dari kehutuhan agar sarana komunikasi, jasa penginiman paket, sarana informasi dan lain-lain. Pada dasarnya usahausaha yang dilaksanakan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) dalam memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat bergerak dalam bidang 1. Menyampaikan Berita dan Informasi Tertulis

Dalam memberikan jasa penyampaian berita dan informasi tertulis PT. Pos Indonesia (Persero) melayani masyarakat dengan menyediakan sarana-sarana sebagai benikut: a. Surat biasa b. Surat Tercatat c. Sunat kilat d. Surat Kilat Khusus e. Kantor pos

f. Warkat pos g. Penyebaran surat pos tanpa alamat 2. Menyampaikan Pengirirnan Uang Dalarn memberikan jasa penyampaian pengiriman uang PT. Pos Indonesia (Persero) melayani masyarakat dengan menyediakan sarana-sarana sebagai berikut : a. Wesel Pos b. Wesel Pos berlangganan c. Dinas Pos dan Cek pos d. Cek Pos Wisata 3. Menyampaikan Pengiriman Barang

Dalam memberikan jasa menyampaikan pengiriman barang PT. Pos Indonesia (Persero) melayani masyarakat dengan menyediakan sarana-sarana sebagai berikut : a. Surat tercatat b. Paket Pos Macam-macam Paket Pos adalah sebagai berikut: 1. `Paket Pos Biasa : Darat / Laut 2. Bulk Paket Pos : minimum berat Bulk Paket Pos 10 Kg dan maksimum berat kotor tiap kantong 40 Kg. 3. Paket Pos Udara Domestik Pengirirnan barang di dalam negeri dengan menggunakan alat angkutan Udara. Sebagai penyedia semua komunikasi usaha pos tidak terlepas dengan perkembangan teknologi informasi secara garis besar usaha pokok (Cone Business) dan usaha penunjang (Non Cone Business) serta berdasarkan sifat media penyimpanannya. Di bawah mi disebutkan jenisjenis pelayanan yang diberikan oleh PT Pos indonesia (Persero) : 1. Layanan Fisik a. Layanan surat pos b. Layanan paket pos c. Layanan Keuangan d. Layanan Filateli 2. Layanan Elektronik

Layanan ini menjadikan Wasantara-net sebagai tulang pungungnya. Fasilitasfasilitas yang disajikan adalah: a. Internet Untuk menyajikan fasilitas-fasilitas layanan pertukaran informasi rnelalui internet, yaitu 1. Surat Elektronik (E-mail) 2. Kotak Pos Elektronik 3. Warung Pos Internet (Warposnet) b. Electronic Data Intercharge (EDT) untuk membentuk jaringan komunikasi berbagai data, antara lain Eko-net, Sosio-net, Agro-net, Sekolah Terbuka, Perpustakaan Terbuka, dan sebagainya.

c. Hybrid Mail 1. Surat Bisnis Elektronik 2. Direct Mail 3. Wesel Pos Elektronik 4. Advertensi Elektronik 5. Internet Hibrida 3. Layanan Properti

Selain itu terdapat usaha penunjang yaitu usaha properti yang antara lain dapat memberikan pelayanan sebagai berikut a. b. e. d. Penyewaan ruang/ tempat Usaha transportasi Belanja lewat pos Pos pelayanan keagenan Berikut ini akan penulis kemukakan lebih rinci mengenai aneka layanan dan pelayanan pos, yaitu sebagai berikut: 1. LayananPos a. Surat Pos Layanan standar pengiriman berita yang tersedia di semua kantor pos dengan tarif seragarn baik untuk perhubungan di dalarn maupun di uar negeri. Klasifikasi kiriman jenis surat pos alamat yaitu surat, kartu pos, warket pos, barang cetak majalah, surat kilat. Layanan untuk kiriman pos cepat di dalam negeri (express mail) yang menjangkau seluruh Indonesia dengan prioritas kecepatan dalam penyaluran dan pengantaran. b. Surat Kilat Khusus (SKI-I) Layanan dokumentasi sebagai solusi tempat kiriman pos di dalam negeri sehingga dapat dilakukan jejak lacak, guna rnengetahui status kiriman. Jaringan SKH diatur di lebih 220 kota di Indonesia dengan waktu tempuh antara 24 jam sampai dengan 48 jam.

c. Express Mail Service (EMS) EMS merupakan sarana untuk pengirirnan surat, dokurnen dan barang ke luar negeri secara cepat dengan menggunakan alat angkut udara tujuan negaranegara yang termasuk dalam jaringan EMS. EMS merupakan solusi tepat untuk kiriman pos internasional dengan fasilitas jejak lacak, guna mengetahui status kiriman. Jaringan EMS tersebat luas ke dan dari 46 negara terkemuka dengan waktu tempuh antara satu sampai empat hari. d. Ratron (Surat Pos Elektronik) Layanan surat elektronik yang merupakan gabungan antara surat secara fisik dengan kombinasi transmisi data melalui jaringan telekomunikasi. Hasil transfer data berupa copy naskah asli akan diantarkan kepada alamat penerirna dalam sampul tertutup dengan jaminan waktu tempuh maksirnal enam jam.

e. Ratron Simpati Adalah pengiriman surat secara elektronik untuk ucapan/ pesan simpati, umpamanya ucapan selamat hari raya, ulang tahun, natal, perhitungan, pernikahan dan lain sebagainya. Hasil transfer data berupa pesan pribadi dalam bentuk atau kiriman ucapan akan diantarkan kepada alamat yang akan dituju. f. Surat Bisnis Elektronik (SBE) Layanan gabungan antara transmisi data elekronik dengan fisik surat pos, jenis layanan ini sangat tepat untuk pengiriman surat atau berbagai jenis tagihan

dalarn jumlah besar sehingga merupakan solusi korespondensi massal. Proses pekerjaan yang dapat dilakukan oleh SBE antara mulai percetakan, pelipatan, pemasukkan ke dalarn sampul dan pengeleman yang diproses secara komputerisasi dengan mesin berkecepatan tinggi sampai dengan pengantaran layanan SBE sementara barn dapat dilakukan di Sentral Pengelolaan Pos Jakarta. g. Wesel Pos Layanan transfer uang sebagai solusi kiriman uang ke seluruh Indonesia. Tersedia berbagai jenis layanan tambahan untuk wesel pos yaitu wesel pos kilat, wesel pos kilat khusus, wesel pos elektronik (westron), wesel pos berlangganan, wesel pos tembusan dan wesel pos luar negeri dan beberapa negara. Westron (Wesel Pos Elektronik) merupakan cara mengirim uang di dalam jaringan westron dengan waktu tempuh maksimal 6 jam sejak pengiriman di kantor pos sampai alamat tujuan. h. GiroPos Layanan keuangan untuk menampung, menyimpan dan pembayaran berbagai transaksi, baik untuk rekening maupun perusahaan atau keperluan bisnis di Indonesia. i. Cek Pos Wisata Layanan keuangan sebagai solusi dana perjalanan karena dapat diuangkan di semua kantor pos. Tersedia beberapa harga nominal CPW mulai dan Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 250.000,00. Berbagai hotel, travel biro dan tempat-tempat lainnya menerima CPW sebagai alat pembayaran. j. PaKet Pos

Layanan untuk pengiriman barang yang dapat dilakukan kantor pos, baik untuk perhubungan domestik maupun internasional. k. Mail Order (Belanja Lewat Pos / BLP) Menyadari bahwa penyebaran masyarakat sangat luas di seluruh Indonesia, PT. Pos Indonesia (Persero) bekerja sama dengan mitra kerja rnenyediakan layanan BLP sebagai sarana belanja jarak jauh berbagai produk. Manfaat bagi konsumen antara rnendapatkan produk-produk pilihan dengan harga yang sama di seluruh Indonesia. Deskripsi dan ilustrasi produk-produk digelar dalarn katalog atau brosur yang diterbitkan secara berkala. BLP juga memberikan manfaat yang positif bagi produsen, melalui BLP dapat langsung mengakses pasar nasional tanpa harus membangun jaringan distribusi sendiri. Pelayanan ini bertujuan lehih mendekatkan jarak antara produsen dan konsumen, yang kelak masyarakat dapat memesan berbagai barang dan menyelesaikan urusan pembayarannya melalui kantor pos. Dalam pelayanan mail order barang dipesan konsumen pada produsen dan akan disampaikan lewat pelayanan paket pos ke alamat pemesan. Masyarakat merupakan konsumen untuk barang-barang tertentu, sebaiknya produsen tidak terdapat dimana-mana, artinya tidak setiap tempat selalu ada produsen, sehingga panjang antara produsen dan konsumen dapat diperpendek. PT. Pos Indonesia (Persero) berupaya untuk melayani masyarakat di daerah-daerah yang jauh dari kota besar sehingga pemerataan kesempatan berbelanja dapat diwujudkan di seluruh wilayah Indonesia tanpa dibebani biaya yang mahal bagi konsumen yang memerlukan barang yang tidak terdapat di tempat ia berada.

l. Pos Plus Berbagai layanan dengan nilai tambah yang dikemas melalui sarana pelayanan pos plus sehingga dapat memberikan solusi untuk semua jenis kiriman pos. Fleksibilitasi kehandalan layanan antara prioritas utama yang diberikan oleh pos plus sehingga layanan antara pos sesuai dengan kebutuhan pelanggan antara lain : a. Kiriman Hari ini Sampai (KHIS) Merupakan jawaban atas kebutuhan kiriman pos yang tiba di tempat pada hari yang sama. b. Kiriman Esok Sampai (KES) Merupakan jawaban atas kebutuhan kiriman pos yang baru tiba di tempat tujuan keesokan harinya. c. Penanganan khusus atas kiriman, termasuk di dalamnya tata cara pengeposan kiriman pos, pernbayaran dan pembuatan atas penerirnaan kiriman oleh alamat yang dituju. m. Filateli Dalam upaya meningkatkan kualitas dan memperkaya kegemaran mengumpulkan prangko (filateli) telah berkembang pula produk-produk filateli yang lebih atraktif dengan tema penerbitan yang bervariasi. Menyadari bahwa filateli merupakan benda koleksi yang banyak diminati dengan penggemarnya maka usaha bisnis filateli telah ditangani oleh suatu divisi agar lebih fleksibel dan akrab dalam melangkah bersama filateli masyarakat. n. Wasantara - net (w-net)

Layanan pertukaran informasi melalui internet, solusi komunikasi baik untuk lingkup dalam maupun luar negeri. Sehingga jaringan telekomunikasi maksimal Wnet yang tersebar luas memberikan dampak efisiensi dalam mengakses informasi global. Masyarakat dapat pula memanfaatkan W-net fasilitas warung pos internet (warpos - cyhercofe) yang tersedia di Kantor Pos dan tempat lainnya. o. Pos Patas (Pos Cepat Antaran Kota Terbatas) Jasa pengiriman surat atau dokumen di dalarn negeri dengan menggunakan alat angkutan udara dan diberikan ganti rugi untuk keterlambatan atau kehilangan. Jangka waktu pengiriman rnaksimal adalah 12 (dua belas) jam sejak keberangkatan alat angkut dan kantor pos asal sampai alamat tujuan. p. Pos CANTA (Pos Cepat Antaran Kota) Adalah pengirirnan surat atau dokumen di dalarn kota dan diberikan ganti rugi apabila terjadi keterlambatan/kehilangan. Tujuan pengiriman yang terdapat di dalam kota dan memilih pelayanan Pos CANTA dengan waktu tempuh 8 (delapan) jam sejak pengiriman di Kantor Pos sarnpai di alamat kecuali yang akan diantar keesokan harinya. q. JasaKeagenan Selain memberikan pelayanan pokok yang telah diuraikan tersebut diatas, PT. Pos Indonesia (Persero) dalam melayani kepentingan masyarakat juga rnemberikan bermacam-macam pelayanan dalam bidang keagenan, seperti: 1. Penjualan Benda Materai (Kepunyaan Diijen Pajak) 2. Tabanas (Kepunyaan BIN)

3. Penerimaan Setoran Pajak 4. Pembayaran uang Pensiun 5. Pendaftaran dan Peiua1an Modul UT (Milik Depdikbud) 6. Penjualan Benda Agraria 7. Pengadaan Warpostel dan lain-lain. r. Kotak Pos Eiektronik Kotak pos elektronik merupakan sarana yang disediakan oleh Wasantara-net bagi pengguna jasa informasi. Wasantara-net adalah jaringan informasi nusantara yang dikembangkan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) bekerjasama dengan PT. Telekornunikasi Indonesia dan SIT Telkorn, disediakan untuk masyarakat luas sebagai layanan kemudahan untuk memperoleh dan mempertukarkan informasi. Kotak pos ini selain berfungsi sebagai tempat penerima juga dipergunakan sebagai tempat pengiriman informasi elektronik. Kotak pos elektronik ini serupa dengan kotak pos biasa, perbedaannya terletak pada bentuk fisik informasi/ surat yang dikirim. Kotak pos biasa dokumennya tertulis biasa dalam kertas, sedangkan kotak pos elektronik dokumennya adalah data elektronik. Masyarakat yang membutuhkan informasi dapat berlangganan pos elektronik mi yang memungkinlcan untuk berhubungan dengan sumber informasi nasional ataupun berhubungan dengan pelanggan kotak pos lainnya. 2. PelayananPos a. Pos Serba Ada (Poserba)

Poserba hadir untuk melayani tuntas segala kebutuhan pos yang dikemas dalarn tatanan baru untuk memberikan kemudahan dan kenyaman bagi setiap pengunjung yang datang. Poserba menyediakan untuk semua kebutuhan yang berhubungan dengan pos dan berbagai alat tulis menulis termasuk kartu ucapan atau benda filateli dalam kemasan khusus, poserba berada baik di kantor pos maupun di tempat lain yang strategis. b. Pos Pemasaran Keliling (Posarling) Pelayanan pengantar pos yang selain mengantarkan kiriman pos juga ditambah dengan pelayanan kebutuhan pos lainnya seperti penjualan benda pos dan materai, penerirnaan kirirnan pos dan lain-lain sehingga mendekatkan layanan pos kepada masyarakat. c. Halo Pos Kebutuhan masyarakat agar mudah menghubungi kantor pos rnelalui saluran telepon yang praktis diwujudkan dalam Halo Pos 161 yang merupakan media infonnsi dan layanan pos. Nomor telepon tiga digit 1 6 1 mudah untuk diingat dan seragam di setiap kota yang dapat digunakan baik untuk permintaan informasi tentang pelayanan pos, seperti penjemputan kiriman pos dan lain-lain. Sarana Pos 161 menjadikan kantor pos selalu siap rnelayani setiap saat. Fasilitas ini ditujukan agar pelanggan hemat, biaya dan upaya untuk selalu dekat dengan jangkauan pelayanan pos. 3. Sarana Pelayanan Pos Sarana pelayanan pos terdiri dari :

a. Pos Dirian 1. Kantor Pos I-VII Adalah sarana pelayanan yang didirikan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) yang tersebar di seluruh Indonesia. 2. Kantor Pos VIII X (KPTB) Kantor Pos Tambahan (KPTB) adalah sarana pelayanan yang beroperasi di wilayah perkotaan di wilayah pengawasan Kantor Pos I VII. 3. Kantor Pos VIII X (KPP) Kantor Pos Pembantu (KPP) beroperasi di wilayah kecamatan (luar kota) dan daerah pemukiman transrnigrasi di bawah pengawasan kantor pos VIII X (KPP). 4. Kantor Pos Desa (KPD) KPD adalah sarana pelayanan pos dan giro di ibukota kecamatan yang belum ada Kantor Pos, bertempat di kantor kecamatan atau tempaat lain yang disediakan oleh Pemda dan diselenggarakan oleh pegawai Pemda. 5. Sentral Giro Berfungsi sebagai penyelenggara administrasi rekening koran dan para rekening giro dalarn wilayah kerjanya yang telah ditentukan.

6. Sentral Pengolahan Pos Yaitu rnenyelenggarakan pengolahan dan pendistribusian kiriman pos serta pengantaran kiriman pos untuk wilayah kerjanya. b. Pos Pelayanan Bergerak Yang dimaksud dengan pelayanan bergerak adalah pos keliling kota (PKP), pelayanan keliling (Poserling) dan pos keliling desa (PKD). Pengadaan PKK dan PKD dimaksudkan untuk memperluas jangkauan pelayanan pos dan giro tanpa membangun atau menyewa gedung guna memberikan kemudahan pelayanan. Sedangkan pengadaan Posarliug dimaksudkan memberikan kemudahan pelayanan pos termasuk informasi dan pengaduan atas pelayanan. Berdasarkan atas uraian rnengenai aktivitas PT Pos Indonesia (Persero) maka dapat disimpulkan bahwa PT. Pos Indoneisa (Persero) menjadi pelopor dalarn membuka keterisolasian daerah, baik di bidang komunikasi, maupun distribusi barang dan jasa. Jadi untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya Sumber Daya Manusia yang profesioanal dan terampil untuk mendukung tercapainya mutu layanan yang tinggi.

4.1.2. Efisiensi Biaya Pemasaran Dalam melakukan penelitian ini penulis mengumpulkan data dari PT. Pos Indonesia. Biaya pemasaran dalarn arti luas meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sarnpai dengan produk diubah kembali dalam bentuk uang tunai jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran dimulai sebelum produk didistribusikan ketempat diluar lingkungan perusahaan. Dalam hal ini kegiatan advertansi

biasanya mengawali kegiatan pernasaran produk. Berikut mi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan 1. Biaya Produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk rnelaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya ikian, biaya promosi, biaya angkutan dan gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang meaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample). 3. Biaya Administrasi dan Umurn Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, Akuntansi, Personalia dan bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy

4.1.2.1. Strategi dan Kebijakan Pemasaran Perusahaan Strategi pemasaran diarahkan untuk terpenuhinya kepuasan pelanggan melalui peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan, serta terselenggaranya pelaksanaan operasional yang efesien dan produktif dengan memanfaatkan teknologi tepat guna secara optimal. Strategi

bidang ini juga diarahkan untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan pangsa pasar, memperluas segmentasi pasar, inovasi dan renovasi produk. Sejalan dengan maksud tersebut maka strategi yang ditempuh adalah: 1. Penyederhanaan produk suratpos dalam negeri yang dikelompokkan menjadi enam kelompok yaitu Pos Biasa, Pos Kilat, Pos Kilat Khusus, Pos Patas, Pos Plus, Dan Pos Elektronik. 2. Diversikasi jenis-jenis pelayanan dengan jasa-jasa baru yang mampu meningkatkan jaminan kepastian kecepatan, ketepatan, dan keamanan. (Paket Esok Sampai, Wasantara Net, Telegram) 3. Restrukturisasi jaringan pelayanan pos baik di perkotaan maupun daerah perintisan, sampai desa dan lokasi-lakasi transmigrasi dengan sasaran peningkatan mutu pelayanan, rnelalui peningkatan keberhasilan antaran, penanggulangan gangguan keamanan kiriman, mengacu kepada standar-standar yang ditetapkan United Postal Union ( UPU). 4. Mengembangkan budaya layanan yang berorientasi pada kemudahan dan kepuasan masyarakat.

Secara garis besar strategi pemasaran ini terbagi menjadi tiga strategi yaitu : 1. Revitalisasi pemasaran. 2. Reorientasi internal.

3. Reorientasi eksternal. Dalarn rangka menjalankan strategi pemasaran tersebut, PT. Pos Indonesia (Persero) memiliki dasar kebijakan pemasaran, yaitu : Pemanfaatan Iptek. Pengembangan pasar. Penggeseran profit pelanggan menjadi segman industri/bisnis. Pengembangan layanan nilai tambah. Pemindahan pada layanan yang paling profit. Pengembangan Sistern Informasi Manajernen. Peningkatan kerjasama dengan pihak lain. Penyusunan data base. Pengembangan jaringan pemasaran Pencapaian target pendapatan

4.1.2.2. Program Pemasaran Perusahaan Dengan mengacu kepada kebijakan dan srategi pemasaran yang telah ditetapkan dalam usaha mencapai sasaran dan target perusahaan, maka disusun program pemasaran perusahaan sebagai implementasi strategi.

Adapun program pemasaran yang direncanakan sampai saat ini adalah : 1. 2. Mekanisme dan otomatisasi pengolahan pos. Penggunaan system elektronik dalam jejak lacak kiriman pos dan pelaporan data produksi. 3. 4. Implementasi pengolahan pos dengan New Zealand Post Evaluasi pilot project pengantar pos wanita di Jakarta untuk pengembangan secara nasional. 5. 6. 7. 8. 9. Pembenahan sistem pencatatan ( statistik ) Review pendekatan pemasaran Poserba, (CPW). Pengembangan kerjasama dengan mitra dalam pembentukan Posarling Plus. Pengembangan kerjasama produk melalui pendekatan Consumer oriented. Pengembangan Sistem Informasi Pemasaran berbasis teknoiogi.

10. Kerjasama dengan pemda untuk intensifikasi pemungutan PBB 11. Kerjasama dengan PT Telkom dalarn penerimaan setoran pembayaran telepon.

4.1.2.3. Pembebanan Biaya Pemasaran Dalam menganalisi biaya pemasaran sebaiknya biaya pemasaran terlebih dahulu digolongkan dalam biaya pemasaran contoh biaya pemasaran langsung operasi dan produksi.

terhadap fungsi pemasaran adalah biaya penyusutan gudang, merupakan biaya pemasaran langsung terhadap fungsi penyimpanan dan pergudangan. Biaya penyusutan gudang ini dapat ditelusuri secara langsung(a)-1de fungsi penyimpanan dan pergudangan. Elemen-elernen biaya pemasaran yang tergolong(a)-1sebagai biaya masaran pe tidak langsung terhadap fungsi pemasaran harus dialokasikan dengan dasar yang tepat. Sebagai

fungsi pembungkusan dan pengirirnan, biaya bahan pembungkus, biaya pengiriman, biaya depresiasi kendaraan, biaya operasi kendaraan. 5. Fungsi kredit dan penagihan. Fungsi kredit terdiri dari kegiatan pemantauan kemampuan keuangan pelanggan dan penagihan piutang dan pelanggan. Biaya fungsi dan penagihan terdini dan gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan piutang dan potongan tunai. 6. Fungsi akuntansi pemasaran. Fungsi akuntansi pemasaran terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan catatan akuntansi penjualan. Biaya fungsi pemasaran terdiri dari gaji karyawan fungsi akuntansi pemasaran dan biaya kantor. Didalarn penggolongan berdasarkan fungsinya untuk mendapatkan pesanan ( order getting ) perusahaan melakukan kegiatan advertansi dan prornosi, sedangkan untuk mernenuhi pesanan ( order filling ) perusahaan melakukan kegiatan pergudangan, penjualan, pembungkusan dan pengirirnan, pemberian kredit, dan penagihan serta kegiatan akuntansi pemasaran. Oleh karena itu pembebanan biaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan penggolongan biaya pemasaran adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Biaya tenaga kerja Biaya administrasi dan rumah tangga Biaya pemeliharaan dan perbaikan Biaya penyusutan Biaya amortisasi

Pengendalian dan efisien biaya harus bertujuan menjamin bahwa biaya akhir pemasaran tidak melebihi anggaran. PT. Pos Indonesia rnelaksanakan anggaran biaya pemasaran dengan maksud untuk rnencegah penyirnpangan anggaran biaya pemasaran. Penerapan efisiensi biaya pemasaran pada PT. Pos Indonesia Bandung, dapat diketahui melalui hasil jawaban atas kuesioner yang disebarkan. Adapun hasil dari jawaban kuesioner efisiensi biaya pemasaran (Variabel X) dapat dilihat pada tabel 4.1 pada halaman berikut :

Tabel 4.1 Hash Kuesioner (Jawaban) Efisiensi Biaya Pemasaran (Variabel X)

Responden/ Item 1 2 3

1x

2x

3x

1y

2y

3y

1a

2a

1b

2b

4 4 4

5 4 5

4 4 4

5 5 4

5 5 5

4 4 3

3 3 2

4 2 5

4 4 4

4 4 4

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

4 4 4 4 5 3 5 5 5 4 5

2 4 3 4 5 3 4 4 5 4 4

4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 2

4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5

5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5

4 4 4 4 5 4 4 4 4 4

4 4 5 4 4 4 4 4 4 3

5 5 4 4 4 4 5 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 3 3 3

1. Penjualan jasa Dengan rneningkatnya penjualan jasa, pada umumnya akan mendukung juga dalarn peningkatan pendapatan. 2. Beban pokok penjualan Beban pokok penjualan jasa merupakan biaya-biaya yang berkaitan langsung maupun tidak langsung terhadap seluruh kegiatan perusahaan. 3. Beban pemasaran Beban pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan bagian pemasaran dalam usahanya untuk penjualan jasa. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh PT. pos Indonesia akan menimbulkan perolehan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dan kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan laba bagi perusahaan. Seperti yang telah dikemukakan sebelumya bahwa aktivitas pemasaran merupakan salah satu sumber untuk rnemperoleh pendapatan bagi perusahaan. Oleh sebab itu pendapatan yang timbul sebagai akibat dan kegiatan pemasaran akan mempengaruhi laba perusahaan secara keseluruhan. Suatu pengakuan pendapatan terutama berhubungan dengan pengakuan pendapatan dalam laporan rugi-laba suatu perusahaan. Jumlah pendapatan yang terjadi dan suatu transaksi tersebut. Namun kadang kala timbul ketidakpastian dalam menentukan jumlah pendapatan atau biaya yang berhubungan dengan pendapatan tersebut.

Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada penyelesaian dan transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi ini terpenuhi : 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan 3. Tingkat penyelsaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal 4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Nilai tukar produk atau jasa perusahaan adalah sebagai ukuran terbaik bagi pendapatan. Nilai tukar ini menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dan pendiskontoan tagihan uang yang akhimya akan diterirna dan transaksi pendapatan. Sebagai produk perusahaan sebagairnana diukur dengan nilai tukar atau ekuivalen kas, masih rnenghadapi masalah untuk memutuskan saat yang tepat untuk mengukur dan melaporkan pendapatan. Dalam upayanya mengefisiensikan biaya pemasaran perusahaan bertujuan untuk dapat meningkatkan perolehan laba di PT. Pos Indonesia laba selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang sifatnya mendukung peningkatan laba maupun faktor yang sifatnya justru menurunkan laba pelaporan pendapatan selama kegiatan produksi berdasarkan atas akuntansi akrual yang tradisional mengakui pendapatan pada saat dihasilkan jika pada saat yang sama tagihan (klaim) terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip ini umunya berlaku pada perusahaan jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa diberikan. Jumlah tagihan biasanya ditentukan berdasarkan persetujuan atau kontrak sebelumnya, atau seringkali berdasarkan harga

perdagangan yang telah ditetapkan, walaupun klien atau penyewa tidak dituntut rnembayar sampai suatu tanggal kemudian atau setidak-tidaknya sarmpai sejumlah jasa tertentu diberikan. Untuk lebih jelasnya kondisi tingkat laba yang terjadi pada PT. Pos Indonesia dapat diketahui melalui hasil jawaban kuesioner yang disebarkan. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 pada halaman berikut :

Table 4.2 Hasil Kuesioner (Jawaban) Perolehan Laba (Variable Y)

Responden/ Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 JUMLAH

1x

2x

3x

1y

2y

3y

1a

2a

1b

2b

5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 5 83

4 5 4 5 3 4 5 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 84

4 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 68

5 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 93
4

5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 99

5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 87

5 4 5 2 2 2 4 4 5 3 4 3 3 3 4 5 5 5 4 4 76

5 4 5 5 2 4 5 5 5 5 5 4 4 2 4 5 5 5 5 4 88

4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85

5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83

4.1.4. Pengaruh Efisiensi Biaya Pemasaran Terhadap Perolehan han Laba Laba Keberhasilan suatu pemasaran mencapai tujuan dan saran perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan per Perole

2b JUMLAH

80 804

Nilai rata-rata (Mean) dari skor perhitungan pada tabel 4.3. adalah: 804 = = , 10

Maka nilai rata-rata (Mean) Variabel X = 80,4 %=


80,4 100

Nilai rata-rata dalam

100 % = , % %

Jika kita bandingkan nilai rata - rata tersebut dengan kriteria yang telah Penulis tetapkan (dapat dilihat pada Bab III) maka nilai rata-rata Variabel X yaitu 80,4% terletak di antara nilai 68 83 yang dirancang untuk kriteria efisien, sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi biaya pemasaran yang diterapkan pada PT. Pos Indonesia efisien (sekitar 80 %). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. Adanya penggolongan dan analisis biaya pemasaran yaitu, perusahaan telah rnenetapkan pengelompokkan biaya pemasaran; perusahaan telah melakukan analisisanalisis biaya pemasaran menurut objek, fungsi dan menurut usaha pemasaran; adanya dokumen yang saling mendukung dalam setiap transaksi pemasaran; anggaran biaya pemasaran dan realisasainya relatif telah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. 2. Telah memenuhi karakteristik biaya pemasaran yaitu, perusahaan telah menetapkan dengan konsisten metode pemasaran yang digunakan; dalam melakukan kegiatan pemasaran selalu disesuaikan dengan keadaan aktivitas pasar; terdapat kebijakan dan standar dalam menentukan biaya pemasaran; telah terdapat pengendalian biaya pemasaran yang memadai untuk mencapai tingkat laba yang telah ditetapkan.

3.

Efisiensi biaya pemasaran yaitu, Perusahaan telah menetapkan target yang ingin dicapai dengan jelas dalam kegiatan pemasaran; telah adanya penetapan kriteria dan batas yang berbeda-beda mengenai efisien atau tidaknya biaya pemasaran antara bagian keuangan, akuntansi, anggaran, dan bagian pemasaran; telah adanya pelaksanaan peninjauan dan penilaian efisiensi dan efektivitas pemasaran; telah adanya pelaksanaan audit pemasaran serta pengendalian fungsi-fungsi pemasaran yang penting dalam kegiatan pemasaran; telah adanya pelaksanaan pengukuran efisiensi dan efektivitas biaya pemasaran dan berbagai macam biaya pemasaran.

4.

Anggaran sebagai alat efisiensi yaitu, dalam perusahaan biaya pemasaran selalu melalui usulan anggaran; penyusunan anggaran dilakukan oleh organisasi / departernen perusahaan yang sehat; anggaran dibuat berdasarkan penelitian dan analisis yang memadai; anggaran mendapat dukungan dan para pelaksana.

4.2.2. Analisis Perolehan Laba Laba yang terjadi pada PT. Pos Indonesia dapat diketahui melalui hasil kuesioner yang tersaji pada label 4.2. Untuk menganalisis mengenai perolehan laba yang ada pada Pos Indonesia (Variabel Y), maka cara yang dilakukan adalah menggunakan nilai rata-rata (mean) dan skor perhitungan kuesioner Variabel Y masing-masing responden yang kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan penulis berdasarkan nilal terendah (10) dan nilai tertinggi (100) seperti yang telah dikemukakan pada Bab III. Skor perhitungan masing-masing responden dan kuesioner perolehan laba (Variabel Y) dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Skor Perhitungan Kuesioner Perolehan Laba (Variabel Y)

Responden A B C D E F G H I J JUMLAH

Nilai Variabel Y 83 84 68 93 99 87 76 88 85 86 846

Nilai rata-rata (Mean) dan skor perhitungan pada tabel 4.4 adalaH : 846 = = , 10

Maka nilai rata-rata (mean) Variabel Y = 84,6 Nilai rata-rata dalam % =


84,6 100

100% = 84,6 % 85 %

Jika kita bandingkan nilai rata-rata tersebut dengan kriteria yang telah penulis tetapkan (bisa dilihat di Bab III) maka nilai rata-rata Variabel Y yaitu 84,6 terletak di antara nilai 84 100 yang dirancang untuk kriteria sangat meningkat, sehingga dapat disimpulkan bahwa perolehan laba pada PT Pos Indonesia sangatlah meningkat (sekitar 85%), Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. Jenis laba yaitu, perusahaan telah menggolongkan jenis laba yang diperoleh dan setiap kegiatan dengan jelas; laba digolongkan sesuai dengan ketentuan perusahaan dan peraturan yang berlaku. 2. Kegunaan laba yaitu, semua komponen perusahaan memandang laba sebagai alat ukur untuk menilai kinerja perusahaan; semua komponen perusahaan memandang laba sebagai alat informasi untuk menilal kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan aktiva; perusahaan telah menetapkan laba yang harus diperoleh sebagai dasar/acuan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. 3. Pengukuran laba yaitu, perusahaan telah menetapkan metode pengukuran laba yang jelas yang dilakukan dengan konsisten; konsistensi pengukuran laba diawasi dan dievaluasi secara rutin; kegiatan operasi perusahaan khususunya bagian pemasaran telah berjalan dengan reiatif efektif.

4.

Pusat laba yaitu, bagian pemasaran menjadi salah satu pusat laba perusahaan; pengukuran pusat laba menggunakan tingkat produktivitas kegiatan pemasaran dalam menghasilkan laba; telah adanya tugas dan wewenang manajer pemasaran dalam mengendalikan pendapatan dan pusat pertanggungjawaban divisinya; adanya prioritas utama dalam mengembangkan kegiatan pemasaran; adanya pelaporan dan tiap bagian yang berhubungan langsung dengan laba.

4.2.3. Analisis Pengaruh Efisiensi Biaya Pemasaran Terhadap Perolehan Laba Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi mengenal pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba. Untuk itu perlu dilakukan pengujian hipotesis yang dikemukakan sebelumnya yaitu Apabila efisiensi biaya pemasaran tercapai maka akan meningkatkan perolehan laba . Langkah - langkah untuk menguji hipotesis yaitu : 1. Penetapan Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian terdiri dari hipotesis nol (Ho) dengan hipotesis Iaternatif (Ha), yang pada penelitian ini adalah : Ho : = 0 ( efisiensi biaya pemasaran tidak dapat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan laba) Ha : 0 ( efisiensi biaya pemasaran dapat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan laba) 2. Penghitungan Nilai Statistik

Penghitungan nilai statistik pada penelitian ini menggunakan analisa korelasi Rank Spearman dengan rumus:

Dimana

: rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman di= Rank Xi Rank Yi ( selisih ranking) n = Jumlah responden Sebelum memakai rumus di atas terlebih dahulu haus ditentukan ranking dan skor

perhitungan kuesioner masing-masing variabel. Skor perhitungan kuesioner masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Sedangkan ranking atas skor perhitungan kuesioner masing-masing variabel tersaji pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Perhitungan Ranking dan Selisih Ranking

Responden 1x 2x 3x 1y 2y

X 87 80 70 83 99

Y 83 84 68 93 99

Rank X 9 5,5 2 8 10

Rank Y 3,5 5 1 9 10

d 5,5 0,5 1 -1 0

Di2 30,25 0,25 1 1 0

3y 1a 2a 1b 2b JUMlAH

77 67 80 80 80

87 76 88 85 83

3 1 5,5 5,5 5,5

7 2 8 6 3,3

-4 -1 -2,5 -0,5 2

16 1 6,25 0,25 4 60

Berdasarkan data yang diperlihatkan pada Tabel 4.5 di atas maka dapat kita ketahui koefisien korelasi Rank Spearman dengan memasukan data-data tersebut ke dalam rumus:

()

= , = ,

Koefisien Korelasi Spearman Rank antara Variabel X dan Variabel Y yang didapat dan hasil perhitungan di atas adalah 0,636.

Karena dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat ranking yang berangka sama, maka dalam perhitungan rs digunakan faktor koreksi sebagai berikut :

3 = 12 3 3 12 12 103 10 43 4 12 12 1000 10 60 12 12 60 12

2 =

2 =

2 =

= 82,5

= 82,5 5 = 77,5

2 =

3 12

2 =

3 3 12 12 103 10 23 2 12 12 1000 10 6 12 12

2 =

2 =

= 82,5 0,5 = 82

Sesuai dengan faktor koreksi tersebut di atas, maka rumusan rs dihitung sebagai berikut :

2 + 2 2 2 2 2

77,5 + 82 60 2 77,5 . (82)

99 159,43650773

= , ,

Untuk melihat seberapa besar Variabel X (Efisiensi Biaya Pemasaran) dapat berpengaruh terhadap Variabel Y ( Perolehan Laba ) Maka koefisien determinasi dan r s = 0,624 adalah : KD = rs2 x 100% = (0,624)2 x 100% = 0,38946695515 x 100% = 38,946 %

Artinya bahwa Efisiensi biaya pemasaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan laba sebesar 38,946%. 3. Hasil pengujian Hasil pengujian dibuat sesuai dengan kriteria pengujian yang telah ditetapkan pada bab III yaitu dengan membandingkan nilai rs hitung dengan nilai rs tabel pada taraf signifikan = 0,05. Dan penghitungan nilai statistik didapat rs hitung adalah 0,624. Sedangkan rs tabel dengan taraf nyata / signifikansi ( = 0,05) untuk n = 10 adalah 0,564 (lihat tabel 3.3.). Ini berarti bahwa rs hitung ( 0, 624) > rs tabel (0,564), sehingga Hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti Apabila efisiensi biaya pemasaran tercapai maka akan meningkatkan perolehan laba. Dan perhitungan di atas , dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya efisiensi biaya pemasaran pada PT. Pos Indonesia sangat berpengaruh dalam meningkatkan perolehan laba sebesar 38,946 % 39 %. Besamya pengaruh efisiensi biaya pemasaran terhadap perolehan laba sebesar 39 %, hal itu membuktikan bahwa selain dadi efisiensi biaya pemasaran, ada faktor faktor lain (61%) yang juga ikut berpengaruh dalam meningkatkan perolehan laba.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Pengaruh Biaya

Pemasaran terhadap Efektifitas Pencapaian Laba, maka Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Biaya pemasaran pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V telah efisien karena perusahaan telah menjalankan kebijkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta telah terpenuhinya indikator penelitian yang dikemukakan oleh Penulis pada Bab III. 2. Pencapaian laba pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V meningkat, karena telah adanya penetapkan jenis, kegunaan, pengukuran dan pusat laba. 3. Biaya pemasaran berpengaruh positif terhadap efektivitas

pencapaian laba perusahaan. Hal tersbut dapat dibuktikan dengan pengujian hipotesis menggunakan koefisien korelasi Rank

Spearman sehingga dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh positif biaya pemasaran terhadap efektivitas pencapaian laba 0.624. Dengan menggunakan uji statistik koefisien determinasi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa biaya pemasaran memiliki pengaruh terhadap efektivitas pencapaian laba sebesar 39%

Sedangkan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini sebesar 61%.

Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat diketahui bahwa Biaya Pemasaran mempunyai pengaruh positif Laba. terhadap Efektivitas Pencapaian

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Peneliti memberikan saran pada PT. Pos Indonesia KAWILPOS V harus mampu mempertahankan kinerja perusahaan yang sudah berjalan dengan baik khusunya dalam kegiatan pemasaran dan harus mampu meningkatkan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

Enda Suhenda

Tempat / Tanggal Lahir Alamat

: :

Karawang, 16 Juli 1976 Babakan Kedaung RT. 01 RW. 07 Desa Jatimulya, Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang 41353

Agama Nama Ayah Nama Ibu

: : :

Islam Wardi Hj. Suhaeni

Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Kamurang

: Tahun 1984 1990 Tahun 1990 1993 Tahun 1993 1996

2. SMP NEGERI 2 Rengasdengklok 3. SMEA Negeri Karawang 4. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung

Tahun 1996 2001

You might also like