You are on page 1of 10

Ulumul Hadits

DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................ 2 PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2 1.0. 1.1. Latar Belakang..................................................................................................................... 2 Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II ....................................................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3 1. a. b. c. 2. a. Hadis Mutawatir ..................................................................................................................... 3 Syarat-syarat Hadist Mutawatir .......................................................................................... 3 Pembagian Hadis Mutawatir............................................................................................... 4 Kitab-kitab Yang Khusus Memuat Hadis Mutawatir ........................................................... 4 Hadis Ahad .............................................................................................................................. 5 Pembagian Hadis Ahad ....................................................................................................... 5 1. Hadits Mahsyur .............................................................................................................. 5 2. Hadits Aziz ..................................................................................................................... 6 3. Hadits Garib ..................................................................................................................... 7

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits

BAB I PENDAHULUAN
1.0. Latar Belakang

Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian Hadis ditinjau dari sudut kuantitas atau jumlah rawi yang menjadi sumber berita ini. Diantara mereka ada yang mengelompokan menjadi tiga bagian, yaitu hadis Mutawatir, Masyhur, dan Ahad, dan ada yang membaginya hanya menjadi dua, yaitu, Hadis Mutawatir dan Ahad. Ulama golongan pertama, yang menjadikan Hadis Masyhur berdiri sendiri, tidak termaksud dari bagian hadis ahad, diikuti oleh sebagian ulama ushul, diantaranya adalah Abu Bakar al-Jashshash (305-370 H). Sedangkan ulama golongan kedua, yang menjadikan Hadis Masyhur sebagai bagian dari Hadis Ahad, diikuti oleh kebanyakan ulama ushul dan ulama kalam. Mereka membagi hadist menjadi dua bagian, yaitu Muthawatir dan Ahad. Berdasarkan pembagian ini, maka Hadis Masyhur, Hadis Aziz, dan Hadis Gharib merupakan bagian dari Hadis Ahad. Pada pembahasan didalam makalah ini akan diuraikan pembagian menurut pendapat yang kedua.

1.1.

Tujuan
Untuk mengetahui pembagian hadis ditinjau dari segi kuantitas dan jumlah rawi Untuk Mengetahui Hadis Mutawatir dan hadis Ahad Untuk Mengetahui macam-macam hadis Ahad (Masyhur, Aziz dan Ghorib beserta contohnya) Untuk Memenuhi tugas matakuliah Ulumul Hadis

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian Hadis Dari Segi Jumlah Perawinya


Dari segi jumlah perawinya, hadis terbagi menjadi tiga:

1. Hadis Mutawatir
yaitu : Hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah parawi yang secara tradisi tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta dari sejumlah parawi yang sepadan dari awal sanad sampai akhirnya, dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tingkatan sanadnya. Definisi yang lain: Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak, yang menurut adat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta. ( jumlah banyak itu ) sejak awal sanad sampai akhirnya.
a. Syarat-syarat Hadist Mutawatir

Diriwayatkan oleh banyak perawi Adanya keyakinan, bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta Adanya kesamaan atau keseimbangan jumlah sanad pada tiap-tiap thabaqahnya Bedasarkan tanggapan panca indra

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits

b. Pembagian Hadis Mutawatir


1. Mutawatir Lafzhi

Yang dimaksud dengan hadis mutawatir lafzhi adalah: hadist yang mutawatir lafazh dan maknanya. Menurut definisi yang lebih lengkap disebutkan, bahwa mutawatir lafzhi, ialah hadis yangb diriwayatkan oleh banyak para rawi sejak awal sampai akhir sanadnya dengan memakai lafazh yang sama (lafzhun wahid). Diantara contoh hadis mutawatir lafzhi adalah sabda rasulullh SAW : Artinya: Barang siapa dengan sengaja berbuat dusta atas namaku, niscahya ia menempati tempat duduknya dari apai neraka. 2. Mutawatir manawi Yang dimaksud dengan mutawatir manawi ialah : Artinya : hadist yang maknanya mutawatir, tanpa dengan lafazhnya. Contoh hadist mutawatir manawi ini sangat banyak, antara lain tentang bilangan rokaat dalam shalat, membaca Al-Quran dengan nyaring pada waktu shalat maghrib, isya,dan subuh. c. Kitab-kitab Yang Khusus Memuat Hadis Mutawatir Diantara kitab-kitab itu ialah al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya as-Suyuthi. al-Laaliu al-Mutanatsirah fi al-Ahadists al-Mutawatirah karya Muhammad bin Muhammad bin Thulun, Nuzhm al-Mutanatwasir min al-Hadits alMutawatir karya muhammad bin jafar al-Kattani.

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits
2. Hadis Ahad
Secara bahasa kata ahad atau wahid berarti satu. Maka khabar ahad atau khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Sedangkan yang dimaksud dengan hadis ahad menurut definisi yang singkat ialah: Artinya: Hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir. Ulama lain mendefinisikanya dengan : Hadis yang sanadnya shahih dan bersambung hingga sampai kepada sumbernya (Nabi SAW), tetapi kandunganya memberikan pengertian zhanni ddan tidak sampai kepada qati atau yakin. Dari dua definisi diatas ada dua hal yang harus digaris bawahi, yaitu: pertama, dari sudut kwantitas parawinya, hadis ahad berada dibawah kuantitas hadis mutawatir. Kedua, dari sudut isinya, hadis ahad memberi faedah zhanni bukan qati. Kedua hal inilah yang membedakanya dengan hadis mutawatir. a. Pembagian Hadis Ahad 1. Hadis Masyhur Kata masyhur dari kata syahara, yasyharu, syahran, yang berarti al maruf baina an-nas (yang terkenal, atau yang dikenal, atau yang populer dikalangan sesama amanusia dengan arti kata diatas, maka kata adis masyhur adalah segala hadis yang populer dalam masyarakat meskipun tidak mempunyai sanad sama sekali, dengan tanpa membedakan apakah memenuhi kwalitas shahih atau dhaif. Misalnya hadis yang berbunyi: Artinya : Rasulullah SAW melarang jaual beli yang didalamnya terdapat tipu daya. (HR. Muslim) Hadis masyhur dapat dikatakan bahwa perawinya jumlahnya dibawah hadis mutawatir. Artinya, jumlah perawi pada hadis ini banyak akan tetapi dari jumlah tersebut belum sampai memberikan faidah ilmu dharuri, sehingga kedudukan hadisnya menjadi zhanni. Hadis ini dinamakan masyhur karena telah tersebarr luas diatara kalangan masyarakat.

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits
a. Kitab-kitab Yang Memuat Hadis Masyihur

kasyf al-Khifa wa Mazil al-Ilbas karangan Ismail bin Muhammad alAjaluni (1162H) AL-Maqasid al-Hasanah fi bayani Katsir min al-Ahadist al-Musytaharah ala al-Alsina pleh Syams ad-Din Abu al-Khair Muhammad bin AbdarRahman as-Sakhawi (w. 902H) Tamyiz ath-Thayib min al-Khabits fima Yaduru ala Alsinah an-Nas min al-Hadits oleh Ibn ad-Daiba asy-Syaibani.

2. Hadis Aziz Kata aziz dari kata azza, yaizzu, yang berarti qalla (sedikit) atau nadara (jarang terjadi). Bisa juga berasal dari azza, yaazzu yang berarti qawiya atau isytadda (kuat). Arti lainya bisa juga berarti syarif (mulia atau terhormat) dan mahbub (tercinta). Maka hadis aziz dari sudut pendekatan kebahasaan, bisa berarti hadis yang mulia, hadis yang kuat, atau ahadis yang sedikit, atau yang jarang terjadi. Secara terminologis, hadis aziz didefinisikan antara lain : Hadis yang diriwayatkan sedikitnya oleh dua oarang parawi, diterima dari dua orang pula. (Ibn Hajar Al-asqalani) Dengan definisi ini, menunjukan bahwa apabila dalam salah satu thabaqah-nya kurang dari dua perawi, hadist tersebut bukan termaksud hadis aziz. Sebab, jumlah minimal para perawi untuk hadis aziz, adalah dua orang. Dengan definisi itu juga menunjukan, apabila ada satu atau dua thabaqah-nya yang memiliki tiga atau empat orang perawi, hadis tersebut masih termaksud kedalam kelomok hadis aziz, jika pada thabaqah-thabaqah lainya hanya terdapat dua orang perawi saja. Sebab, hadis aziz tidak mengharuskan atau mengsyaratkan adanya keseimbangan antara thabaqah-thabaqahnya. Contoh hadisnya : Nabi SAW bersabda, Tidak (sesungguhnya) beriman salah seorang dari kamu, sehingga adalah aku (nabi) lebih tercinta kepadanya daripada ia(mencintai) bapaknya dan anaknya serta semua orang. Keterangan : Hadis tersebut diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari jalan anas. Dan diriwayatkan juga oleh Bukhari dari jalan Abu Hurairah.

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits
Susunan sanad dari dua jalan itu adalah yang meriwayatkan dari anas: Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib. Yang meriwayatkan dari qatadah : Syubah dan said. Yang meriwayatkan dari Abdul Aziz: Ismail bin illiyyah dan Abdul Warits. 3. Hadis Garib a. Pengertian Hadis Garib Kata garib dari garaba, yagrubu, yang menurut bahasa berarti munfarid (menyendiri) atau ba id an wathanih (jauh dari tanah airnya). Bisa juga berarti asing, pelik, atau aneh. Maka kata hadis secara bahasa, berarti hadis yang menyendiri atau yang aneh. Secara terminologis ulama ahli hadist seperti Ibn Hajar al-Asqalani mendefinisikan hadis garib sebagai berikut: Artinya : Hadis yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkany, dimana saja penyendirian itu terjadi. b. Pembagian Hadis Garib Hadis Garib dilihat dari penyendirian perawi a. Garib mutlaq, disebut juga al fardul mutlaq, yaitu bilamana kesendirian (gharabah) periwayatan terdapat pada asal sanadnya (sahabat). Contoh hadisnya : bahwa setiap perbuatan itu tergantung dengan niatnya. Hadis ini diriwayatkan sendiri oleh Umar, lalu dari beliau hadis ini diriwayatkan oleh Alqamah, Muhammad bin Ibrahim lalu meriwayatkanya dari Alqamah, kemudian yahya bin said meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim, kemudian setelah itu dia diriwayatkan oleh banyak perawi melelui Yahya bin Said. Dalam garib mutlak ini yang menjadi pegangan adalah apabila seorang sahabat hanya ssendiri meriwayatkan sebuah hadis. b. Garib Nisbi, disebut juga al fardu an-nisbi, yaitu apabila kegariban terjadi pada pertengahan sanadnya bukan pada asal sanadnya. Maksudnya satu hadist yang diriwayatkan oleh lebih dari satu orang perawi pada asal sanadnya, kemudian dari semua perawi itu hadis ini diriwayatkan oleh satu orang perawi saja yang mengambil dari para perawi tersebut. Misalnya: Hadis Malik, dari Zuhri, dari Anas Ra, bahwa Nabi SAW masuk kota mekah dengan mengenakan penutup kepala diatas kepalanya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits

Hadis ditinjau dari segi Kuantitas dan Jumlah Rawi


1. Hadis Mutawatir 2. Hadis Ahad (Masyhur, Aziz dan Garib beserta contohnya)
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah ulumul hadits

Disusun Oleh : 1. Nadi Ilal Haq (111205100041) 2. Tika Yulianti (1112051000048)

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Ulumul Hadits
3. Sinta Sulistyoningrum (1112051000063)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan Hadis ditinjau dari kualitas dan jumlah rawi terbagi atas dua bagian, yaitu : 1. Hadis Mutawatir 2. Hadis Ahad Hadis Mutawatir dibagi menjadi dua bagian yaitu Mutawatir Lafzhi dan Manawi. Sedangkan hadis Ahad dibagi menjadi tiga bagian yaitu hadis Masyhur, hadis Aziz dan Hadis Garib. Adapun hadis Garib dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu Garib Mutlaq dan Garib Nisbi. Untuk lebih jelasnya lagi, kami gambarkan dalam bentuk skema berikut :

Hadis ditinjau dari kualitas dan Jumlah Rawi

Hadis Mutawatir

Hadis Ahad

Lafhzi

Manawi

Masyhur

Aziz

Garib

Mutlaq Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

Nisbi

Ulumul Hadits

Referensi

Drs. Fathur Rahman . Ikhtisar Mustahalul Hadis. Bandung : PT. Al-Maarif. 1987 Drs. Utang Ranu Wijaya, MA . Ilmu Hadis. Jakarta : Gaya Media Pratama. 1998 Dr. Muhammad Ajaj Al-Khatab. Ushulul Hadits (Terjemahan). Jakarta : Gaya Media Pratama. 2001 Syaikh Manna Al-Qathan . Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. 2004

Hadi Il Haq, Tika Yulianti, Sinta Sulistiyoningrum

10

You might also like