You are on page 1of 22

Presentasi Kasus Struma Nodusa Non Toksik

Pembimbing: Dr. Suhusman Jaya, SpB

Disusun Oleh : Stephanus Haryanto (11-2008-094)

KEPANITERAAN BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS Immanuel Lampung 2009

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Alamat Jenis Kelamin Agama Pekerjaan ANAMNESA Keluhan Utama : Benjolan pada leher bagian depan sejak 5 tahun yang lalu : Ny. J : 50 tahun : Bumi Restu Palas, Kalianda : Wanita : Islam : Petani

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT SEKARANG Os datang dengan benjolan leher sejak 5 tahun SMRS, Awalnya benjolan muncul sebesar kelereng, kemudian semakin membesar hingga sebesar dua kepal tangan orang dewasa. Benjolan berbatas tegas, padat, permukaan rata, tidak berdenyut. Benjolan dirasakan pasien seperti daging, tidak nyeri, dirasakan ikut bergerak pada saat pasien menelan. Os mengaku kadang-kadang terasa sesak nafas, benjolan mengganggu saat menelan. Os berkeringat normal, tidak susah tidur, tidak sensitif terhadap suhu dingin, jantung tidak berdebar-debar, tangan tidak bergetar, melihat juga tidak melotot. Penurunan nafsu makan dan perubahan berat badan disangkal oleh os. Os juga sehari-hari makan dengan garam yang beryodium dan tinggal jauh dari laut. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Kencing manis, sakit jantung, asma disangkal. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Keluarga tidak ada yang menderita pembesaran leher seperti ini. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum Kesadaran Tanda Vital : Tampak sakit ringan : Compos Mentis :Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Kepala Mata

Nadi : 92 x /menit Suhu : 37,2 C Pernafasan : 18 x/menit

: Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam dan mulai beruban, tidak mudah dicabut, tidak mudah patah. : Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra superior dan inferior tidak oedema, konjungtiva anemis -/-, sclera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat, isokor, 3mm,.Exophtalmus (-)

Telinga Hidung Mulut

: Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen -/-, nyeri tarik aurikel -/-, nyeri tekan tragus -/: Bentuk normal, sekret -/: Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak kotor, tonsil T1 T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis, arkus faring simetris, uvula ditengah.

Leher (lihat status lokalis) : Thorax - Paru-paru - Inspeksi - Palpasi - Perkusi - Auskultasi - Jantung - Inspeksi - Palpasi - Perkusi - Batas Atas - Batas Kanan - Batas Kiri - Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi : Datar tidak tampak benjolan, tidak ada gambaran vena dan gambaran gerakan usus. : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defence muskuler (-), hepar dan : Tidak tampak pulsasi ictus cordis : Teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V MCLS : Redup : ICS II Parasternal Line Sinistra : ICS V Midsternal line : ICS MCLS : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) : Tampak simetris dalam diam dan pergerakan napas : fremitus kanan dan kiri sama kuat : Sonor di kedua lapang paru : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, stidor -

lein tidak teraba membesar. Perkusi Auskultasi Ekstremitas Tulang Belakang Kulit : Timpani. : Bising usus (+) normal. : Ekstremitas Superior et Inferior dextra et sinistra tidak ada deformitas, tidak ada udem, akral hangat. Tremor : Tidak ada skoliosis, tidak ada lordosis, tidak ada Kiphosis : Warna sawo matang, Turgor baik, petechie (-)

Status lokalis Regio Coli Anterior Inspeksi : - Tampak benjolan - Pada saat menelan, benjolan ikut bergerak - Warna sama seperti daerah sekitar, Tidak ada tanda-tanda radang Palpasi : - Teraba massa / benjolan di regio coli anterior dextra - Ukuran massa 20 cm - Stabil - Batas tegas - Konsistensi padat - Nyeri tekan (-) - Permukaan licin Auskultasi : Tidak ada bruit

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium: Tanggal 5 Agustus 2009 Hormon Thyroid FT4 TSHs Masa Perdarahan Masa Pembekuan GDS Hasil 0,92 mg/dl 1,685 mg/dl 2 menit 8 menit 148 mg/dl Nilai normal 0,7 -1,55 mg/dl 0,27-4,2 mg/dl 1,00 - 6,00 menit 9,00-15,00 menit <200mg/dl

Urea BUN Creatinin Tanggal 9 Agustus 2009 Hb Leukosit Trombosit Foto Rontgen Thorax

29 mg/dl 13 mg/dl 043 mg/dl

10-50 mg/dl 6-20 mg/dl <1,1 mg/dl

11,9 g/ dl 6300 /uL 378.000 /uL

12,00-16,00 g/dl 5000-10000 /uL 150.000 450.000 /uL

Kesan : Tampak massa soft Tissue di cervical bawah Pada tanggal 10 Agustus 2009 pasien direncanakan operasi tetapi batal karena kapasitas paru belum memadai kemudian pasien dikonsulkan dengan dokter spesialis RM : Nebulizer Ventolin ampul, Bisolvon 20 tetes IRR 5 menit dada dan 5 menit punggung setelah nebulizer Dilakukan Tapping-Clapping Latihan Deep Therapy 10x/jam

Hasil Spriometri : Inspirasi >2500 cc kemampuan respirasi baikbisa untuk operasi RESUME : Telah diperiksa seorang perempuan berusia 50 tahun dengan keluhan benjolan leher sejak 5 tahun SMRS, Awalnya benjolan muncul sebesar kelereng, kemudian semakin membesar hingga sebesar dua kepal tangan orang dewasa. Benjolan berbatas tegas, padat, permukaan rata, tidak berdenyut. Benjolan dirasakan pasien seperti daging, tidak nyeri, dirasakan ikut bergerak pada saat pasien menelan. Os mengaku kadang-kadang terasa sesak nafas, benjolan mengganggu saat menelan. Os berkeringat normal, tidak susah tidur, tidak sensitif terhadap suhu dingin, jantung tidak berdebar-debar, tangan tidak bergetar, melihat juga tidak melotot. Penurunan nafsu makan dan perubahan berat badan disangkal oleh os. Os juga sehari-hari makan dengan garam yang beryodium dan tinggal jauh dari laut.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Status lokalis Regio Coli Anterior Inspeksi : - Tampak benjolan - Pada saat menelan, benjolan ikut bergerak - Warna sama seperti daerah sekitar, Tidak ada tanda-tanda radang Palpasi : - Teraba massa / benjolan di regio coli anterior dextra - Ukuran massa 20 cm - Stabil - Batas tegas - Konsistensi padat - Nyeri tekan (-) - Permukaan licin Auskultasi : Tidak ada bruit Pemeriksaan Rontgen thorax Kesan : suspect massa di cervical bawah Pada tanggal 10 Agustus 2009 pasien direncanakan operasi tetapi batal karena kapasitas paru belum memadai kemudian pasien dikonsulkan dengan dokter spesialis RM : Nebulizer Ventolin ampul, Bisolvon 20 tetes IRR 5 menit dada dan 5 menit punggung setelah nebulizer Dilakukan Tapping-Clapping Latihan Deep Therapy 10x/jam

Hasil Spriometri : Inspirasi >2500 cc kemampuan respirasi baikbisa untuk operasi Pemeriksaan Laboratorium : Dalam batas normal

DIAGNOSA KERJA DIAGNOSA BANDING

: Struma Nodosa Non Toksik : - Struma kistik - Struma Difusa - Neoplasma Tiroid

ANJURAN PEMERIKSAAN

:- Sidik radioaktif dengan Teknitium (Tc99m) dan yodium ( I 131) - USG Tiroid - Sitologi

PENATALAKSANAAN - Pro Operatif Lobektomi - Azithromicin 1x 500mg - Pamol 3x 500 mg PROGNOSA : Ad Vitam Ad fungsionam

: bonam : bonam

Operasi : Dilakukan ismolobektomi sinistra Post Operasi : Hasil Pa : Kista pendarahan tiroid

STRUMA
Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid. Kata tiroid berasal dari bahasa Yunani thyros yang berarti perisai atau berbentuk perisai.

Anatomi
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang kecil, berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak tepat di bawah jakun. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kurang lebih 20 gram. Kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutupi cincin trakhea 2 dan 3. Kadang-kadang terdapat lobus tambahan, yaitu lobus piramidalis (sekitar 40%), merupakan sisa dari duktus tiroglosus. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, antara fascia colli media dan fascia prevertebralis. Pendarahan kelenjar tiroid yang kaya berasal dari empat sumber yaitu kedua cabang A. Karotis eksterna (A.Tiroidea superior) dan kedua cabang A. Brakialis (A. Tiroidea inferior). A. Tiroidalis superior adalah cabang pertama dari A. Karotis eksterna (langsung setelah bifurcatio dari A. Karotis komunnis terbagi menjadi A. Karotis eksterna dan interna) yang menuju kebawah dan memperdarahi daerah laring. A. Tiroidalis inferior adalah cabang ketiga dari trunkus tiroservikalis, yang merupakan cabang kedua dari A. Subclavia setelah A. Torakal interna. Kelenjar tiroid terdiri dari nodul-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Folikel-folikel ini dibatasi oleh sel epitel kubus lumennya terisi oleh koloid. Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya ke sirkulasi. Setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Persarafan yang terdapat di sekitar kelenjar tiroid adalah cabang dari Nervus Vagus yaitu N. laryngeus superior dan N. laryngeus inferior atau N. laryngeus recurrens.

Fisiologi
TRH Hipotalamus Hipofisis TSH Tiroid

T3/T4

Efek metabolik hormon tiroid antara lain: Kalorigenik, Termoregulasi, Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, Vitamin A Sintesis gonadotropin, hormon pertumbuhan, reseptor beta adrenergic. ETIOLOGI 1. Perubahan fungsi thyroid Berkurang dari normal (Hipothyroidisme) Bertambah dari normal (Hiperthyroidisme)

2. Radang atau gangguan autoimun 3. Hiperplasia dan gangguan metabolic 4. Neoplasma

Klasifikasi
Secara umum dibagi menjadi KLASIFIKASI dan KARAKTERISTIK 1. Berdasarkan jumlah nodul a. Struma nodus soliter b. Struma multinodosa 2. Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif a. Nodul dingin : bila tidak ada penangkapan iodium atau kurang jaringan sekitarnya. b. Nodul hangat : bila penangkapan iodium sama dengan jaringan sekitarnya. c. Nodul panas : bila penangkapan iodium melebihi jaringan sekitarnya. 3. Berdasarkan konsistensi a. Struma nodul lunak b. Struma nodul kistik c. Struma nodul keras d. Struma nodul sangat keras 4. Berdasarkan manifestasi klinis a. Struma non toksik dari

b. Struma toksik

Diffuse : Endemic goiter, Gravida goiter Nodosa : Neoplasma Diffuse : Grave disease Nodosa : Tirotoksikosis
Toksik

Diffuse
Non Toksik

Struma

Toksik

Nodul

Non Toksik

Faalnya bisa : 1. Eutiroid (normal) 2. Hipotiroid (kurang dari normal) 3. Hipertiroid (berlebihan) Istilah ini menunjukkan keadaan pada suatu saat, bukan gambaran dari penyakitnya. Akan tetapi lebih tepat digunakan istilah klinik : a. Non toksik b. Toksik : yang dimaksud adalah eutiroid atau hipotiroid. : yang dimaksud adalah hipertiroid.

Dikenal beberapa macam morfologi (konsistensi) berdasarkan gambaran mikroskopiknya yang diketahui dengan palpasi atau auskultasi : 1. Bentuk kista : struma kistik 2. Bentuk noduler : struma nodosa 3. Bentuk diffusa : struma diffusa 4. Bentuk vascular : struma vaskulosa

Gejala-gejala dari hipertiroid : 1. Berat badan menurun 2. Banyak keringat 3. Emosional 4. Berdebar-debar 5. Sesak napas 6. Lemah otot 7. Diare 8. Gemetar 9. Haid tidak teratur 10. Rambut mudah rontok 11. Mata melotot 12. Kelenjar gondok membesar Gejala-gejala dari hipotiroid 1. Penambahan berat badan 2. Sensitif pada udara dingin 3. Masalah mental 4. Penurunan kemampuan berbicara 5. Masalah jantung 6. Konstipasi (sulit buang air besar) 7. Menstruasi yang berlebihan 8. Masalah kulit dan rambut, Kulit cenderung menjadi kering dan kasar. Kelopak mata, tangan dan kaki membengkak. Sebagian orang mengalami vitiligo (bercak-bercak putih pada kulit). Rambut menjadi kering dan kusut serta sebagian alis rontok.

Pemeriksaan Kelenjar Tiroid


Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian klinik mempunyai peran yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. 1. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik untuk tiroid terdiri dari inspeksi dan palpasi.

Bila tiroid teraba membesar, amati : kesimetrisan lobus kanan dan lobus kiri, unilateral/bilateral, apakah berbentuk nodul, konsistensi, ukuran, batas, permukaan, mobile/imobile, nyeri tekan, adakah kelainan kulit.

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay yang dapat memberi gambaran fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, TBG, dan TSH dalam plasma. Sidik radioaktif menggunakan unsur teknetium (Tc99m) atau yodium (I131) dapat memperlihatkan gambaran jaringan tiroid yang berfungsi. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak. Teknik ultrasonografi (USG) digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid yang teraba pada palpasi adalah nodul tunggal atau multipel, dan berkonsistensi padat atau kistik. Keuntungan USG : dapat dilakukan kapan saja, tidak perlu persiapan, lebih aman, dapat dilakukan pada wanita hamil dan anak-anak, dapat membedakan antara yang jinak dengan yang ganas.

Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Bajah) atau Fine Needle Aspiration (FNA). Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma. Keuntungan : tidak nyeri. Kerugian : dapat memberikan hasil negative palsu Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran susu kulit pada suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Telethermography. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 C dan dingin apabila < 0,9 C. Cara pemeriksaan dengan termografi dibandingkan dengan yang lain adalah yang paling sensisitif dan spesifik. Petanda tumor (tumor marker). Dari semua petanda tumor yang telah diuji hanya peninggian tiroglobulin (Tg) serum yang mempunyai nilai bermakna. Kadar Tg serum normal 1,5-3,0 ng/ml. Pada kelainan jinak rata-rata 323 ng/ml dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.

Struma Nodosa Non Toksik


Struma nodosa atau struma adenomatosa, terutama ditemukan di daerah dekat pegunungan disebabkan karena defisiensi yodium. Struma endemic ini dapat dicegah dengan substitusi yodium. Diluar daerah endemic, struma nodosa karena insufisiensi yodium, struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Struma multinodosa biasanya terjadi pada wanita berusia lanjut dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hyperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma multi nodosa dapat dihambat oleh tiroksin. DEFINISI Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme. ETIOLOGI 1. Lingkungan Defisiensi yodium : struma endemic Obat-obatan : sulfonylurea, sulfonamide, tiosianat, lithium, propitiourasil, kobalt, aminoglutetimid Yodium yang berlebihan Radiasi Stress fisiologik Belum diketahui : florida, kalsium, singkong, kedelai 2. Imunology: Tiroiditis Hashimoto 3. Genetik 4. Virus 5. Infeksi PATOGENESIS Defisiensi yodium atau gangguan kimia intratiroid dapat mengakibatkan kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresi tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hyperplasia dan hipertrofi folikel-folikel tiroid. Mula-mula terjadi hyperplasia kemudian terjadi involusi. Hyperplasia dan involusi ini terjadi fokal. Hyperplasia mungkin : Dishormonogenesis, refraksi jaringan terhadap hormone tiroid : Tiroiditis sub-akut : Tiroiditis akut

bergantian dengan fibrosis dan dapat timbul nodul-nodul yang mengandung folikel-folikel tiroid. GEJALA KLINIS Biasanya penderita struma tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tapi kebanyakan akan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol ke depan, sebagian yang lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai jauh kearah kontralateral. Pendorongan demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernapasan. Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampai akhirnya terjadi dispnoe dengan stridor inspiratoar. Biasanya struma adenomatosa benigna walaupun besar, tidak menyebabkan gangguan neurologik, musculoskeletal, vaskuler atau menelan karena tekanan atau dorongan. Keluhan yang ada adalah rasa berat di leher. Sewaktu menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglottis sehingga tiroid terasa berat karena terfiksasi pada trakea. MANIFESTASI KLINIS Anamnesa yang teliti, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis mempunyai peranan yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. Dalam sejumlah keadaan klinik, diagnosis dan terapi dapat ditegakkan serta dilakukan hampir tanpa pemeriksaan. Adanya massa keras dalam satu atau kedua lobus tiroid dengan fiksasi ke struktur lebih profunda dan kulit, limfadenopati keras penyerta, efek tekanan atas trakea dan esophagus serta kemungkinan paralysis nervus recurren laryngeus sangat menggambarkan keganasan tiroid invasive. Bila terjadi pembesaran di leher yang berasal dari tiroid, akan tampak pembesaran ini bergerak naik turun waktu menelan. Pemeriksaan status lokalis perlu disebutkan : 1. Jumlah nodul : satu(soliter), lebih dari satu (multiple) 2. Konsistensi : lunak, kistik, keras, sangat keras

3. Nyeri pada penekanan : ada atau tidak 4. Perlekatan dengan sekitarnya : ada atau tidak 5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak Keganasan umumnya terjadi pada nodul yang soliter dan konsistensinya keras sampai sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas, kecuali apabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya. Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan mudah digerakkan, kemungkinan terjadi suatu perdarahan ke dalam kista, suatu adenoma atau tiroiditis, tetapi kalau nyeri dan sukar digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma. Nodul yang tidak nyeri, multiple dan bebas digerakkan mungkin merupakan struma difus atau hyperplasia tiroid. Apabila nodul multiple tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan ada kemungkinan itu suatu keganasan. Adanya limfadenopati mencurigakan suatu keganasan dengan anak sebar.

Struma nodular

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pengukuran hormon T3 T4 : T3 RU adalah normal, namun pengukuran TSH dapat sedikit meninggi, begitu juga uptake iodium. 2. Pemeriksaan Sidik Tiroid Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini, pasien diberi NaI peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk yaitu nodul dingin, nodul hangat dan nodul panas. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak. Gambaran histologi : terlihat koloid dalam folikel yang membentuk nodul-nodul

3. USG Dengan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair tetapi belum dapat membedakan apakah suatu nodul ganas atau jinak. Kelainan yang dapat diketahui seperti kista, adenoma/nodul padat, tiroiditis, kemungkinan karsinoma. 4. Biopsi aspirasi jarum halus Biopsi ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. 5. Termografi Termografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus untuk kecurigaan keganasan. Hasilnya panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya >0.9C dan dingin apabila <0.9C. Tanda keganasan apabila semua hasilnya panas.

6. Petanda tumor Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peningkatan tiroglobulin (Tg) serum. Kadar Tg serum normal 1.5-30 ng/ml, pada kelainan jinak rata-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml. Diagnosa banding Pada umumnya kelainan-kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma nodosa non toksik adalah adenoma, kista, pendarahan, tiroiditis dan karsinoma.

Penatalaksanaan
1. Pembedahan Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik dan terapeutik. Bedah diagnostik berupa biopsi insisi atau biopsi eksisi. Bedah terapeutik bersifat ablatif berupa: Tiroidektomi totalis: Pengangkatan semua kelenjar tiroid Tiroidektomi subtotal: Pengangkatan sebagian besar lobus kanan dan sebagian besar lobus kiri dari jaringan tiroid dengan masing-masing disisakan kapsul posterior kurang lebih 3 gram. Nearly total tiroidektomi : Pengangkatan hampir seluruh jaringan kelenjar tiroid dengan meninggalkan sebagian kecil jaringan. Subtotal lobektomi : Pengangkatan sebagian besar lobus kanan atau kiri lalu disisakan 3 gram Lobektomi totalis : Pengangkatan satu lobus tiroid kiri atau kanan Tiroidektomi subtotalis : Pengangkatan sebagian besar lobus kanan/kiri dengan meninggalkan kapsul posterior kurang lebih 3 gram. Istmolobektomi : Pengangkatan satu lobus tiroid dengan istmus. Radical Neck Disection :Pengangkatan seluruh jaringan limfoid di daerah leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan pengangkatan N. Acessorius, V. Jugularis eksterna dan interna, M. Sternocleidomastoideus dan M. Omohyoideus, kelenjar ludah submandibularis dan tail parotis. RND modifikasi 1 : RND dengan mempertahankan N. Accessorius RND modifikasi 2 : RND dengan mempertahankan N. Accessorius dan V. Jugularis interna

RND fungsional : RND dengan mempertahankan N. Accessorius, V. Jugularis interna dan M. Sternocleidomastoideus

2. L-tiroksin selama 4-5 bulan Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid ulang. Apabila nodul mengecil maka terapi diteruskan. Namun apabila tidak mengecil atau bahkan membesar dilakukan biopsi aspirasi atau operasi. 3. Biopsi aspirasi jarum halus Cara ini dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10 mm. Komplikasi pembedahan

Saat kejadian Langsung sewaktu pembedahan

Komplikasi perdarahan, cidera n rekurens uni atau bilateral, cedera pada trakea, esophagus atau saraf di leher, terangkatnya seluruh kelenjar paratiroid, terpotongnya duktus torasikus di leher kanan. perdarahan dileher, perdarahan di mediastinum, udem laring, kolaps trakea, krisis tiroid/tirotoksikosis hematom, infeksi luka, udem laring, paralisis

Segera pascabedah

Beberapa jam sampai nevus rekurens Beberapa hari pasca cedera nervus laringeus superior menjadi nyata, bedah Lama pasca bedah hipokalsemia hipotiroid, hipoparatiroidi/hipokalsemi, paralisis nervus rekurent cedera nervus laringeus superior, nekrosis kulit, kebocoran torasikus LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS NODUL TIROID NON TOKSIK DAN THERAPINYA

Nodul tiroid non toksik

Sidik tiroid

Panas

Hangat

Dingin

Obsevarsi

L-Thyroxin 4-5 bulan

USG

Kista

Padat

Campuran

FNA

FNA

FNA

Panas

Dingin

Obsevarsi

FNA

You might also like