You are on page 1of 9

STANDAR KEPERAWATAN PENGERTIAN

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat. Tenaga tersebut terdiri dari berbagai jenis dan mutu yang jumlahnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sering menjadi tolok ukur baik buruknya asuhan kesehatan rumah sakit. Dengan demikian perlu adanya pembenahan khusus untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan melalui pembuatan standar yang disyahkan oleh kesepakatan tenaga keperawatan itu sendiri. Standar menurut Wiyono D, 1999, adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dilakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat: kesehatan, keteladanan, perkembangan ilmu pengtahuan dan teknologi, pengalaman serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang guna memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Standar menurut Potter dan Perry, 2005, adalah pengkuran atau pedoman yang berfungsi sebagai dasar untuk perbandingan ketika mengevaluasi fenomena. Beberapa pengertian tentang standar keperawatan disampaikan oleh beberapa sumber sebagai berikut : 1. Standar keperawatan merupakan bimbingan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga dapat menjamin kualitas pelayanan dan konsisten. Dengan mengikuti standar, perawat dapat terhindar dari kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan, karena standar paling efektif dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan (Schweiger, 1980). 2. Standar keperawatan adalah sesuatu pernyataan yang absah dan sangat efektif untuk menilai asuhan keperawatan yang diberikan, karena berisi kriteria-kriteria keberhasilan yang dapat dievaluasi (Mason, 1984). 3. Standar keperawatan adalah pernyataan atau kelompok pernyataan yang menentukan tanggung jawab dan akontabilitas keperawatan (Marker, 1988). 4. Standar keperawatan berisi kriteria-kriteria yang perlu dilaksanakan dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, sehingga asuhan keperawatan yang dihasilkan mempunyai mutu, efektifitas serta efisiensi sesuai dengan harapan (Dep Kes RI, 1994). 5. Standar praktik keperawatan menurut Gillies, 1996 adalah pernyataan deskriptif dari penampilan yang diinginkan sehingga kualitas struktur, proses dan hasilnya dapat dinilai. 6. Standar praktik keperawatan memberikan arahan dan bimbingan langsung terhadap perawat yang ingin melakukan praktik keperawatan (Mc Closkey & Grace, 1990). 7. Standar asuhan keperawatan menurut Potter dan Perry, 2005, adalah tingkat minimal asuhan yang diterima untuk memastikan diberikannya asuhan berkualitas tinggi pada klien. Standar asuhan mendefinisikan jenis-jenis terapi yang biasanya diberikan pada klien dengan masalah atau kebutuhan tertentu. Menurut American Nurses Association (ANA), 1991, standar praktik keperawatan menggambarkan tanggung jawab perawat dalam melaksanakan pekerjaannya, standar merupakan: (1.) refleksi nilai dan prioritas pekerjaan bagi perawat, (2.) memberikan bimbingan langsung dalam praktik keperawatan, (3.) menyediakan kerangka kerja untuk

evaluasi dalam praktik klinik dan (4.) menegaskan/memberikan gambaran tentang hasil pekerjaan dan tanggung jawab profesi keperawatan kepada masyarakat dan klien. Tanggung jawab yang melekat pada profesi dalam menegakkan dan menerapkan standar praktik keperawatan menurut Phaneuf & Lang, 1985 meliputi: (1.) menegakkan, menjaga dan memperbaiki standar, (2.) semua anggota profesi memegang teguh standar yang telah ditentukan, (3.) mendidik masyarakat untuk menghargai standar, (4.) melindungi masyarakat dari praktik individu yang tidak memenuhi standar serta, (5.) melindungi anggota profesi dalam pelaksanaan tugasnya. MODEL STANDAR Menurut Marker, 1988, pembuatan standar adalah system dan filosofi untuk menegaskan perawatan yang profesional, mengelola organisasi keperawatan, para praktisinya serta perawatan pada pasien itu sendiri. Model segitiga Marker mempunyai tiga lapisan utama, setiap lapis mewakili bangunan profesi yang paling utama yakni struktur, proses dan hasil. STANDAR STRUKTUR Struktur merupakan dasar pyramid dibuat untuk meningkatkan kejadian yang negatif dalam lingkungan praktik keperawatan. Standar struktur adalah isi pokok tentang perawatan serta keputusan mengenai keperawatan. Standar ini dapat berkembang meliputi pemberian penyuluhan terhadap pasien dan keluarganya, pola komunikasi terapeutik, konferensi antar tenaga kesehatan, pengambilan keputusan tentang keperawatan, pencatatan laporan keperawatan serta sistem pelaporannya. Secara umum standar struktur/input meliputi filosofi dan obyektif tentang: (1.) organisasi dan administrasi, (2.) kebijakan dan peraturan, (3.) staffing dan pembinaan serta (4.) fasilitas dan peralatan. STANDAR PROSES Standar proses merupakan standar yang terkait dengan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Berisi perilaku dan kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat. Perawat melakukan serangkaian tindakan yang ditujukan untuk kemajuan dan kepentingan klien dengan cara mengubah lingkungan internal dan eksternal, membantu klien beradaptasi dan mencegah timbulnya masalah kesehatan, meningkatkan rasa nyaman psikologik dan fisiologik serta mengkoordinasikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan klien bersama dengan tim kesehatan lain. Pendapat lain mengatakan bahwa standar proses mempunyai fokus kinerja dari petugas professional di lapangan yang meliputi: (1.) fungsi tugas, tanggung jawab dan akontabilitas, (2.) manajemen kinerja klinis serta (3.) monitoring dan evaluasi kinerja klinis. Menurut Marker dan Rothrock, 1990, standar proses ditujukan pada perawat (standar praktik) dan pasien (standar perawat). Standar proses ditulis dalam enam format berbeda yaitu: uraian tugas, standar kinerja yang berdasarkan unit, standar, protocol, pedoman dan standar perawat.

STANDAR HASIL Merupakan hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan berdasarkan standar struktur dan standar proses. Standar ini berorientasi pada klien yang merupakan perubahan status kesehatan dan perilaku yang dapat diukur, peningkatan pengetahuan dan keterampilan, perubahan serta kepuasan klien terhadap asuhan keperawatan. Hasil asuhan keperawatan dan kaitannya dengan status pasien dapat dinilai melalui (1) kepuasan klien, (2) keamanan pasien dan (3) kenyamanan pasien. MANFAAT STANDAR Manfaat standar dalam keperawatan antara lain meliputi manfaatnya pada praktik klinik, administrasi pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan, riset keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan secara umum. MANFAAT PADA PRAKTIK KLINIK Standar praktik keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu asuhan keperawatan. Bagi perawat penampilan kerja yang berdasarkan pada standar akan meningkatkan moral dan memberi kepuasan terhadap asuhan keperawatan terbaik yang telah diberikannya. Standar juga berfungsi untuk mengukur penampilan kerja perawat yang sangat diperlukan sebagai umpan balik. MANFAAT PADA ADMINISTRASI PELAYANAN KEPERAWATAN Administrasi menggunakan standar praktik keperawatan sebagai sumber informasi yang penting untuk perencanaan pola staff, sebagai acuan pengembangan ketenangan serta menjadi acuan dalam mengidentifikasi program orientasi. PENDIDIKAN KEPERAWATAN Bagi pendidikan standar dapat menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum baik teori maupun praktek/laboratorium, mengembangkan evaluasi terhadap pengalaman belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa dapat menggunakan standar untuk mengevaluasi kemampuan dan penampilan kerjanya serta untuk mempelajari isi kurikulum. RISET KEPERAWATAN Proses evaluasi standar dapat saja menunjukkan berbagai kekurangan. Riset perawat menjadikan hal ini sebagai area penelitian yang sangat penting untuk menemukan dan memecahkan masalah yang hanya berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN SECARA UMUM Penerapan standar keperawatan dapat meningkatkan fungsi kesehatan. Perawat dapat menggunakan standar untuk mengkomunikasikan inti asuhan keperawatan kepada profesi lain dan konsumen sehingga membantu mereka untuk mengerti tentang asuhan keperawatan yang bermutu dan klasifikasi peran perawat dalam tim kesehatan, dengan demikian akan terbina kolaborasi dengan baik.

KARAKTERISTIK STANDARD PRAKTIK KEPERAWATAN Standar praktik keperawatan hanya dapat diimplementasikan dan dapat berfungsi secara optimal apabila memiliki karakteristik sebagai berikut (Mason, 1984): a. Apsah Berdasarkan pada keyakinan dan fakta. Menentukan dengan benar aspek-aspek pelayanan keperawatan yang harus dilaksanakan atau hasil asuhan keperawatan yang diharapkan apabila dalam memberikan asuhan tersebut dilaksanakan secara efektif. b. Jelas dan dapat diterima Dapat memberikan penjelasan dan mudah untuk dimengerti. Selain itu perawat dapat menerima dan menggunakan standard tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. c. Memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat Standar harus dapat memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. d. Realitas dan fleksibel Dapat diterapkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor tenaga, biaya, fasilitas penunjang serta situasi dan kondisi dari tempat dimana standar dikeluarkan, tidak kaku tetapi memberikan pengarahan dan meningkatkan kreativitas perawat. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN Menurut standar asuhan kaperawatan yang disusun oleh Dep. Kes. RI, 1994, dijelaskan bahwa dalam melaksanakan praktiknya, seorang perawat dituntut untuk dapat bekerja sesuai dengan yang telah ditentukan. Di Indonesia, kebutuhan adanya standar asuhan keperawatan sebagai pedoman dan sebagai dasar evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan, telah dipenuhi oleh pemerintah dengan keputusan Mentri Kesehatan RI No. 660/Menkes/SK/IX/1987, yang dilengkapi dengan surat edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 105/Yan Med/RS Umdik/Raw/1/88, tentang penerapan standar praktek keperawatan bagi perawat di Rumah Sakit. Berdasarkan ke dua surat tersebut, dinyatakan bahwa semua tenaga perawat perlu memperhatikan serta menerapkan standar praktik keperawatan yang telah ditentukan. Lingkup dari standar asuhan keperawatan tersebut meliputi: falsafah, tujuan, pengkajian, diagnosa, perencanaan dan intervensi keperawatan. Standar 1: Falsafah Keperawatan Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat meyakini bahwa: 1. Manusia merupakan individu yang mempunyai kebutuhan bio-psiko-sosialspiritual yang unik. Kebutuhan tersebut harus dipertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. 2. Keperawatan merupakan bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang membutuhkan, tidak membedakan bangsa, suku, agama/kepercayaan dan statusnya, disetiap tempat pelayanan kesehatan. 3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim kesehatan dan pasen/keluarganya.

4. Dalam memberikan asuhan keperawatan.perawat menggunakan proses keperawatan dengan 5 tahapan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasen/keluarganya. 5. Perawat bertanggungjawab dan bertanggung gugat,memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan Standar Asuhaan Keperawatan. 6. Pendidikan Keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan keperawatan. Standar II : Tujuan Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan dilakukan dengan tujuan: 1. Memberikan bantuan paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukannya 2. Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasen dan mengurangi /menghilangkan kesenjangan. 3. Mengembangkan standar keperawatan yang ada 4. Memberikan kesempatan kepada semua perawat yang mengembangkan kemampuan profesionalnya 5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan 6. Melibatkan pasen dalam perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan 7. Menciptakan iklim yang menunjangproses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan 8. Menunjang program kependidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan perkembangan profesi tenaga keperawatan Standar III : Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan Paripurna memelurkan data kesehatan yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus,untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.komponen pengkajian keperawatan meliputi: pengumpulan data,pengelompokkan data,perumusan masalah. Standar IV: Diagnosa Keperawatan Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasen kesehatan pasen,dianalisa dan

Standar V: Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan meliputi: proritas masalah,tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan. Standar VI : Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek

peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarganya. Prosedur keperawatan umum yang biasanya dilakukan dalam tindakan keperawatan meliputi : 1. Memenuhi kebutuhan oksigen 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit 3. Memenuhi kebutuhan eliminasi 4. Memenuhi kebutuhan keamanan 5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik 6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur 7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani 8. Memenuhi kebutuhan spiritual 9. Memenuhi kebutuhan emosional 10. Memenuhi kebutuhan komunikasi 11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi 12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan 13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan 14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi Standar VII : Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Standar VIII : Catatan Asuhan Keperawatan Catatan dilakukan secara individual. STANDAR KINERJA PROFESIONAL Selain standar asuhan keperawatan, diperlukan juga panduan kinerja profesional yang terdiri dari 8 standar. Menurut American Nurses Association (ANA), 1991 Standar Penampilan Profesional Keperawatan terdiri dari : (1) Jaminan Mutu, (2) Penilaian kinerja perawat, (3) Edukasi, (4) Kesejawatan, (5) Etika, (6) Kolaborasi, (7) Penelitian dan (8) Penggunaan sumber daya. Standar I : Jaminan Mutu Secara sistematis perawat melakukan evaluasi mutu dan efektivitas praktek keperawatan. Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek merupakan satu cara untuk memenuhi kewajiban profesi yaitu menjamin klien untuk mendapat asuhan yang bermutu. Didunia keperawatan sebetulnya program ini sudah dilakukan sejak tahun 1860, ketika Florencce Nightingale menganjurkan sistem yang seragam untuk mengumpulkan dan mengevaluasi berbagai statistik rumah sakit selama perang. Tahun 1955, Joint Commision on Accreditation of Hospital (JCAH), mewajibkan rumah sakit berpasrtisipasi untuk membentuk konsep audit medis untuk memeriksa kualitas perawatan yang diberikan di rumah sakit, tahun 1975 rumah sakit diwajibkan untuk mempunyai program audit medis yang aktif. Tahun 1981, JCAH, menerapkan Standar Jaminan Mutu yang baru , yang mewajibkan integrasi proses pemantauan terpisah dari rumah sakit. Menurut Rutstein, 1974 dalam Rothrock. J.C, 1990, jaminan mutu termasuk pengukuran tingkat perawatan yang diberikan dan jika perlu, usaha untuk

meningkatkannya. Dalam menilai mutu, pasien/klien, perawat/provider dan institusi pelayanan harus membuat indikator yang jelas sehingga semua pihak terkait dapat memahaminya dengan persepsi yang sama. Menurut Rothrock, J.C, 1990, pada umumnya pendekatan metodologi yang baik harus 1. Mengukur apa yang terjadi berkaitan dengan hasil, 2. Relatif sederhana, praktis, tepat waktu, dan tidak mahal, 3. Tidak mengganggu sistem medis, 4. Konsisten dan objektif sehingga dapat diterapkan berulang-ulang, 5. Dapat diterima secara luas oleh komunitas medis. Standar II : Penilaian Kerja Perawat Perawat mengevaluasi praktiknya berdasarkan standar praktek profesional dan ketentuan lain yang terkait. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek. Menurut Gomes. F.C, 2003, penilaian pekerjaan keperawatan dilakukan berdasarkan perilaku yang spesifik, yaitu : 1. Quantity of work; jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. 2. Quality of work; kualitas kerja yang dicapai berdasarkansyarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. 3. Job Knowledge; luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. 4. Creativeness; keaslian gagasan-gagasan yang muncul dan tindakan-tindakan yang muncul dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. 5. Cooperation; kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama anggota profesi. 6. Dependability; kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan. 7. Intiative; semangat untuk menyelesaikan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. 8. Personal Qualities; menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi. Standar III : Edukasi Perawat harus dapat menjaga dan memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan praktik. Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin canggih menuntut komitmen perawat untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi. Standar IV : Kesejawatan (kolegalitas) Perawat mempunyai kontribusi dalam mengembangkan profesionalisme dari kelompoknya. Evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, melalui pembahasan dalam kelompokkeperawatan merupakan suatu cara untuk memenuhi kewajiban profesi guna menjamin pelayanan prima pada klien. Standar V : Etika Setiap keputusan dan tindakan keperawatan atas nama klien ditentukan dan dilakukan dengan cara yang etis (sesuai dengan nama, nilai budaya dan idealisme). Kode etik

perawat merupakan parameter bagi perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagi isu tentang etik yang menjadi kepedulian perawat seperti : Kerahasiaan klien dan informed consent. Standar VI : Kolaborasi Perawat bekerjasama dengan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan. Kolaborasi multidisiplin mutlak dilakukan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas asuhan kesehatan serta membantu klien untuk mencapai sehat yang optimal. Melalui proses kolaborasi yang terjadi pertukaran informasi tentang perencanaan, penyelesaian masalah serta evaluasi pelayanan yang telah diberikan. Satndar VII : Penelitian Perawat menggunakan hasil penelitian untuk memperbaiki prakteknya. Sebagai tenaga profesional perawat mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan pendekatan baru dalam praktek keperawatan melalui penelitian. Standar VIII : Penggunaan sumber daya Perawat mempertimbangkan berbagai faktor yang berhubungan dengan keamanan, keefektifan dan dana dalam membuat perencanaan untuk pelayanan klien. Setiap standar kinerja mempunyai berbagai kriteria pada input, proses maupun outputnya. Oleh karena itu setiap manajer keperawatan harus mampu membawa SDM keperawatannya untuk melaksanakan tugas berdasarkan pada dua standar yang telah disepakati, yaitu : Standar Asuhan Keperawatan dan Standar Kinerja Profesional. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pengertian Standar Operasional Prosedur Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah spesifikasi teknis yang dibakukan, merupakan catatan minimum berupa model yang akan ditiru, yang mengandung harapan spesifik, patokan pencapaian tingkatan dengan ketepatan kuantitatif dan kualitatif yang lebih terjamin. SOP juga diartikan sebagai tahapan yang harus dilalui dalam proses kerja yang dapat diterima dan dipertanggungjawabkan. SOP pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah, atau tindakan dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi SOP juga diartikan sebagai tatacara tertulis yang dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan tertentu yang diacu oleh seluruh anggota kelompok. Untuk memudahkan pemahaman, ada ciri SOP yang telah disepakati kelompok yaitu SMART, yang mengandung arti sebagai berikut : S : Spesifik (Specific) M : Terukur ( Measureable) A : Tepat (Appropiate) R : Andal (Reliable) T : Tepat waktu (Timely)

Pendapat lain mengatakan bahwa ada tujuh kriteria manual dalam SOP yang harus dipenuhi (Tambunan. R. M, 2008), yaitu : Khas atau spesifik (Specific) Lengkap prosedur (complete) Jelas dan mudah dipahami (Understandable) Layak-Terap (Applicable) Layak- Kontrol (Controllable) Layak-Audit (Auditable) Layak-Ubah (changeable) Tujuan Pembuatan SOP Tujuan khusus dari pembuatan SOP adalah: 1. Menjaga konsistensi tingkat kerja 2. Meminimalkan kegagalan, kesalahan, kelalaian dalam proses pembuatan pelaksanaan kegiatan 3. Parameter untuk menilai mutu kinerja 4. Penggunaan sumberdaya supaya efektif dan efisien 5. Menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab 6. Mengarahkan pendokumentasian yang adekuat dan akurat. Fungsi SOP Fungsi SOP meliputi: 1. Memperkuat tugas pelaksana atau tim untuk melakukan tindakan keperawatan 2. Sebagai dasar hukum dan etik yang harus diacu oleh seluruh anggota keperawatan 3. Mengetahui kendala yang ada secara jelas 4. Mengarahkan perawat untuk disiplin dalam melaksanakan tugasnya 5. Merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan tugas rutin. Jenis dan ruang lingkup Jenis dan ruanglingkup SOP ada dua yaitu : 1. SOP Pelayanan profesi a. SOP untuk aspek keilmuan, yakni SOP tentang diagnostik dan terapi seperti Standar Asuhan Keperawatan dan Standar Pengobatan Minimal b. SOP untuk aspek manajerial, yaitu SOP yang menunjang aspek keilmuan/ profesi 2. SOP Admistrasi a. Perencanaan kegiatan b. Keuangan, Kepegawaian & perlengkapan c. Pelaporan

You might also like