You are on page 1of 3

Sindrom Dispepsia

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan (Pepse),berarti pencernaan. Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom atau kumpulan keluhan/gejala klinis rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama beberapa minggu /bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus Keluhan ini tidak semuanya selalu ada pada tiap pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat berganti atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan maupun kualitasnya Menurut Konsensus Roma III, dispepsia merupakan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas.

Epidemiologi Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum ditemukan. Dialami sekitar 20%-30% populasi di dunia setiap tahun. Data Depkes tahun 2004 menempatkan dispepsia di urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3%. Dispepsia terdapat pada semua golongan umur. Perbandingan antara perempuan dan laki-laki sama. Penyebaran dispepsia pada umumnya pada lingkungan yang padat penduduknya, sosioekonomi yang rendah dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Pada dispepsia fungsional, umur penderita dijadikan pertimbangan, oleh karena 45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dispepsia fungsional diatas 20 tahun. Begitu pula wanita lebih sering daripada laki-laki. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 % dispepsia fungsional, 13% ulkus dan 1% disebabkan oleh kanker lambung.

Klasifikasi Dispepsia 1. Dispepsia Organik Bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain 2. Dispepsia Fungsional Dalam konsensus Roma III, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai : a. Sedikitnya terjadi dalam 12 minggu, tidak harus berurutan dalam rentang waktu 12 minggu terakhir b. Terus menerus atau kambuh (perasaan sakit atau ketidaknyamanan) yang berpusat di perutbagian atas

c. Tidak ditemukan atau bukan kelainan organik (pada pemeriksaan endoskopi) yang mungkin menerangkan gejala-gejalanya

Etiologi Dispepsia 1. Dispepsia organik a. Obat-obatan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides, metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline b. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan) a) Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk kedelai dan beberapa jenis buah-buahan b) Non-alergi Produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein Bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit, nitrat c. Kelainan struktural a) Penyakit oesophagus Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia Akhalasia Obstruksi esophagus b) Penyakit gaster dan duodenum Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS dan sakit keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis, pembedahan, trauma, shock Ulkus gaster dan duodenum Karsinoma gaster c) Penyakit saluran empedu Kholelitiasis dan Kholedokolitiasis Kholesistitis d) Penyakit pankreas Pankreatitis Karsinoma pankreas e) Penyakit usus Malabsorbsi Obstruksi intestinal intermiten Sindrom kolon iritatif Angina abdominal Karsinoma kolon d. Penyakit metabolik / sistemik a) Tuberculosis b) Gagal ginjal c) Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar d) Diabetes melitius e) Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid

f) Ketidakseimbangan elektrolit g) Penyakit jantung kongestif e. Lain-lain a) Penyakit jantung iskemik b) Penyakit kolagen 2. Dispepsia fungsional Hipotesis yg kemungkinan menyebabkan dispepsia fungsional yaitu : a. Sekresi Asam lambung umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak diperut b. Dismotilitas gastrointestinal Pada dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung (25-80%) kasus, adanya hipomtilitas antrum ( sampai 50% kasus ), gangguan akomodasi lambung waktu makan, disritmia gaster dan hipersensitivitas viseral c. Ambang rangsang persepsi Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi, reseptor mekanik dan nociceptor. Pada kasus dispepsia terdapat hipersensitivitas viseral d. Disfungsi autonom Disfungsi persyarafan vagal diduga berperan daam hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang e. Aktivitas mioelektrik lambung Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi berupa tachygastria, bradygastria, pada lebih kurang 40% kasus dispepsia fungsional, tapi hal ini bersifat inkonsisten f. Hormonal Peran hormonal belum jelas dalam patogenesis dispepsia fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin mempengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal g. Diet, gaya hidup, dan faktor lingkungan Merokok, minuman alkohol yang berlebihan, minum kopi dalam jumlah banyak dan makan makanan yang mengandung asam h. Psikologis Stress yang lama menyebabkan perubahan aktifitas vagal, berakibat gangguan akomodasi dan motilitas gaster

You might also like