You are on page 1of 52

BELAJAR MATEMATIKA

METODE SIGMETRIS

EDITED BY HERUMAWAN herupkp@yahoo.com

Cara Mengajar Operasi PENAMBAHAN

Penambahan adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak. Para orang tua mungkin ingin memahami bagaimana caranya mengajarkan ketrampilan penambahan ini secara benar kepada anak-anak mereka. Ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak-anak mengenai konsep penambahan ini. Tahap-tahap ini bergantung pada kemampuan (bukan pada umur) anak tersebut secara unik sehingga tidak dapat dipaksakan dalam proses pengajarannya. Dalam artikel ini diasumsikan bahwa anak telah melewati Masa Pengenalan Angka yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pengenalan konsep perbandingan (lebih banyak, sama dengan, lebih sedikit), dan bagaimana membilang benda satu per satu. 2. Penulisan Angka Arab dan konsep urutan bilangan (ke satu, ke dua dst). Setelah melalui tahap pengenalan ini diharapkan telah tumbuh perasaan mengenai proses kuantitatif dalam diri seorang anak. Untuk memudahkan, cara pengajaran operasi penambahan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengenalan penambahan, tahap penambahan tradisional, tahap penambahan mental. Yang nantinya akan dibahas secara terinci satu demi satu. 1. Tahap Pengenalan Penambahan Dalam tahap ini, diperkenalkan konsep Jumlah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan menjumlahkan suatu kumpulan benda dengan kumpulan benda yang lain. Misalnya selama membeli barang di supermarket seorang anak diajarkan menghitung jumlah barang yang telah diambil atau juga jumlah uang yang harus dibayarkan. Seorang anak juga dapat diajarkan konsep ini ketika mereka bertemu dengan teman-temannya, mereka diminta menghitung jumlah teman bermainnya atau jumlah mainan temannya dibandingkan dengan yang ia punyai. Selanjutnya kita mulai mengunakan benda-benda yang lebih abstrak seperti kelereng, kancing dan dadu untuk mengenalkan konsep jumlah ini. Cara paling efektif untuk mengenalkan Angka Desimal adalah dengan menggunakan ilustrasi jari tangan kita. Sebenarnya itulah alasan sederhana mengapa kita menggunakan bilangan basis sepuluh, karena jumlah jari tangan kita adalah sepuluh buah. Sehingga akan mudah mengajarkan konsep Desimal bila kita kembali menggunakan pendekatan ini kepada anak-anak. Pendekatan ini diiringi dengan penggunaan KATA-KATA untuk menjelaskan konsep penambahan tersebut. 2. Tahap Penambahan Tradisional Tahap ini tentunya dimulai dengan penulisan Angka dan Simbol operator penambahan (+). Pada tahap ini, anak-anak sudah harus dapat mengabstraksi konsep bilangan ke dalam sebuah Notasi desimal tertulis. Urutan pengajarannya, berdasarkan tingkat kesulitan yang harus dikerjakan oleh anak yaitu berdasarkan jumlah digit bilangan yang terlibat, misalnya satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Pada setiap digit bilangan ini dilakukan latihan yang berulang-ulang agar siswa dapat menguasai dengan mahir. Baru kemudian berpindah ke digit bilangan yang lebih banyak.

a. Cara Mengajarkan Penambahan Satuan (sebagai contoh 2 + 4) Pada level ini merupakan masa transisi, dari bentuk pengajaran verbal pada tahap pengenalan ke bentuk pengajaran tertulis. Jadi pada waktu membantu mengajarkannya tetap perlu diilustrasikan prosesnya dengan menggunakan jari tangan kita. Prosesnya sebagai berikut: 2 (DUA dengan dua jari tangan diacungkan) + (ditambah) 6 (ENAM dengan menambahkan satu persatu jari dari satu s.d enam) = (sama dengan) (delapan jari tangan diacungkan) yang kemudian dituliskan sebagai 8 (DELAPAN) Cara ini diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada b. Cara Mengajarkan Penambahan Belasan ( sebagai contoh 6 + 7) Pada tahap ini sudah muncul konsep abstrak tentang asosiasi posisi puluhan, ilustrasinya dapat dengan menuliskan Angka 1 (satu) pada kertas setelah kesepuluh jari kita teracung. Prosesnya sebagai berikut: 6 (ENAM dengan enam jari tangan diacungkan) + (ditambah) 7 (TUJUH dengan satu persatu jari dari satu s.d tujuh ditambahkan. Pada penambahan ke tiga kesepuluh jari telah teracung maka kita menuliskan Angka 1 SATU pada kertas, dan kemudian melanjutkan membilang lagi sampai selesai) = (sama dengan) (tiga jari tangan diacungkan dan Angka 1 SATU pada kertas) yang kemudian dituliskan sebagai 13 (TIGABELAS) Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Penambahan Puluhan ( sebagai contoh 40 + 50) Di sini kita mulai menggunakan cara penulisan Angka-angka bersusun dan mulai meninggalkan ilustrasi dengan jari tangan kita. Untuk mengajarkannya dimulai dengan angka puluhan murni. Letakkan satu bilangan (40) di atas bilangan yang lainnya (50) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 40 50 Tambahkan kedua digit satuannya. (0 + 0 = 0). Letakkan hasilnya (0) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 40 50 0

Tambahkan kedua digit puluhannya (4 + 5 = 9) Letakkan hasilnya (9) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 40 50 90 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Penambahan Puluhan ( sebagai contoh 45 + 53) Letakkan satu bilangan (45) di atas bilangan yang lainnya (53) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 45 53 Tambahkan kedua digit satuannya. (5 + 3 = 8). Letakkan hasilnya (0) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 45 53 8 Tambahkan kedua digit puluhannya (4 + 5 = 9) Letakkan hasilnya (9) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai 45 53 98 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada d. Cara Mengajarkan Penambahan Puluhan ( sebagai contoh 45 + 67) dengan carry digit Letakkan satu bilangan (45) di atas bilangan yang lainnya (67) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 45 67

Tambahkan kedua digit satuannya. (5 + 7 = 12). Jumlah ini adalah dua digit bilangan maka letakkan Angka 1 (SATU) diatas kolom puluhan dan letakkan Angka 2 (DUA) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 1 45 67 2 Tambahkan bilangan pada digit puluhannya (1 + 4 + 6 = 11) Letakkan hasilnya (11) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai 1 45 67 112 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. 3. Tahap Penambahan Mental Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Dalam penelitian didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan mental ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, kecepatan merespon, ingatan dan daya konsentrasi pada para praktisinya. Kunci utama dalam Penambahan secara mental adalah Ingatan (memori) dalam menjumlahkan dari 0 (nol) s.d 9 (sembilan) yang sudah diluar kepala. Serta Visualisasi (visualization) dari proses manipulasi operasi penambahan. Berdasarkan cara memvisualisasinya, Penambahan Mental dapat dibagi dalam dua kategori: A. Visualisasi Langsung (Direct Visualization) Di sini konsep Metode Horisontal mulai berperan secara dominan. Pengenalan Konsep Asosiasi Posisi dengan menggunakan Notasi Pagar adalah esensial untuk menggunakan visualisasi secara langsung ini. Kata langsung di sini artinya adalah kita langsung bermain dengan konsep abstrak dari Angka tanpa menggunakan peralatan bantuan. Mula-mula siswa diajarkan menghitung pertambahan dengan metode horisontal dengan Notasi Pagarnya secara tertulis, selanjutnya mereka dilatih untuk membayangkan (memvisualisasi) proses manipulasi yang telah dilakukannya.

Contoh: a. Cara mengajarkan Penambahan Mental Puluhan (sebagai contoh 84+35) Mula-mula diajarkan bagaimana Notasi Pagar bekerja pada setiap bilangan yang terlibat sehingga didapat 84 = 8 | 4 dan 35 = 3 | 5. Selanjutnya didapat (8 | 4) + (3 | 5) = (8 +3) | (4+5). Di sini Ingatan harus bertindak dengan menghitung setiap kolom dalam pagar sebagai berikut : (8 +3) | (4+5) = 11 | 9 sehingga didapatkan hasil 119 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: Pertama menambahkan digit satuan (4 + 5 = 9). Selanjutnya menambahkan digit puluhan (8 + 3 = 11). Sehingga jawabannya adalah 119 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu jumlahkan semua digit yang sesuai mulai dari Kanan ke Kiri b. Cara mengajarkan Penambahan Mental Puluhan (sebagai contoh 94+67) dengan carry digit Mula-mula diajarkan bagaimana Notasi Pagar bekerja pada setiap bilangan yang terlibat sehingga didapat 94 = 9 | 4 dan 67 = 6 | 7. Selanjutnya didapat (9 | 4) + (6 | 7) = (9 +6) | (4+7). Di sini Ingatan harus bertindak dengan menghitung setiap kolom dalam pagar sebagai berikut : (9 +6) | (4+7) = 15 | 11 Karena Kolom disebelah KANAN Notasi Pagar harus berisi SATU digit bilangan maka sisa digit yaitu Angka 1 harus digeser ke kiri, sehingga: 15 | 11 = 15+1 | 1 = 16 | 1 sehingga didapatkan hasil 161 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: Pertama menambahkan digit satuan (4 + 7 = 11). Selanjutnya menambahkan digit puluhan (9 + 6 = 15).

Menggeser Angka Puluhan yaitu 1 dari Digit satuan (11 - 10 = 1) dan ditambahkan ke Digit Puluhan 15 + 1 = 16) Sehingga jawabannya adalah 161 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu jumlahkan semua digit yang sesuai mulai dari Kanan ke Kiri dengan memperhatikan Jumlah Digit di sebelah KANAN Notasi Pagar. Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada sampai dapat menghitung tanpa harus mencorat-coret pada kertas. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. B. Visualisasi Objek (Visualization with Object) Biasanya objek yang digunakan disini adalah sempoa (abacus). Disini sempoa digunakan untuk membantu proses visualisasinya, terutama digunakan bagi mereka yang belum mengetahui konsep Asosiasi Posisi dan bagi mereka yang kesulitan untuk memvisualisasikan sesuatu yang abstrak seperti Angka Desimal. Dalam kenyataannya cara Visualisasi dengan menggunakan objek sempoa ini hanya sesuai untuk diajarkan pada anak-anak saja. Dan kurang sesuai untuk diajarkan pada remaja atau orang dewasa karena umumnya remaja dan orang dewasa sudah mempunyai konsep bilangan dan operasinya yang mapan dalam benaknya sehingga merasa kesulitan/bosan harus belajar lagi menghitung bilangan dari awal dengan menggunakan sempoa. (Untuk mempelajari secara lengkap Metode Sempoa dapat http://groups.yahoo.com/group/metode_horisontal/files/takashikojima1.pdf ) Contoh: a. Cara mengajarkan Penambahan Mental Puluhan dengan Sempoa (sebagai contoh 84+35) Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Tentukan batang satuan pada sempoa, misalkan batang H. Kemudian tentukan bilangan 84 pada batang GH 2. Tambahkan 3 pada batang puluhan G. Caranya dengan menggunakan bilangan komplementer 3 = 10-7, jadi tambahkan 1 pada batang ratusan F dan kurangkan 7 pada batang puluhan G hasilnya 8-7 = 1 3. Tambahkan 5 pada batang satuan H. Hasilnya 4+5 = 9 4. Sehingga didapat jawaban 119 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu jumlahkan semua digit yang sesuai mulai dari Kiri ke Kanan b. Cara mengajarkan Penambahan Mental Puluhan dengan Sempoa (sebagai contoh 94+67) dengan carry digit Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: dilihat pada

1. Tentukan batang satuan pada sempoa, misalkan batang H. Kemudian tentukan bilangan 94 pada batang GH 2. Tambahkan 6 pada batang puluhan G. Caranya dengan menggunakan bilangan komplementer 6 = 10-4, jadi tambahkan 1 pada batang ratusan F dan kurangkan 4 pada batang puluhan G hasilnya 9-4 = 5 3. Tambahkan 7 pada batang satuan H. Caranya dengan menggunakan bilangan komplementer 7 = 10-3, jadi tambahkan 1 pada batang puluhan G menjadi 5+1=6 dan kurangkan 3 pada batang satuan H hasilnya 4-3 = 1 4. Sehingga didapat jawaban 161 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu jumlahkan semua digit yang sesuai mulai dari Kiri ke Kanan. Metode sempoa menggunakan konsep bilangan komplementer jika terjadi penambahan yang hasilnya lebih dari 9 (sembilan).

Cara Mengajar Operasi PENGURANGAN

Pengurangan adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah Penambahan. Biasanya Pengurangan diajarkan hampir bersamaan dengan pengajaran Penambahan, tepatnya adalah Penambahan diajarkan terlebih dahulu baru kemudian Pengurangan kemudian keduanya akan diajarkan secara pararel. Para orang tua mungkin ingin memahami bagaimana caranya mengajarkan ketrampilan menghitung Pengurangan ini secara benar kepada anak-anak mereka. Metode untuk mengajarkan Pengurangan pada tahap awal yang paling sesuai adalah dengan menghubungkan ke konsep Penambahan, yaitu dengan pendekatan menghitung ke atas / counting up (contoh 3 + ? = 8), bukan dengan pendekatan menghitung ke bawah / counting down (contoh 8 - 3 = ?). Karena dengan pendekatan menghitung ke atas, si anak dapat menggunakan pemahaman yang telah didapat selama mempelajari operasi Penambahan untuk selanjutnya digunakan mempelajari Pengurangan. Dengan pendekatan ini konsep Pengurangan dipandang oleh si anak sebagai perkembangan wajar dari konsep Penambahan yang telah dimengerti olehnya. Dalam artikel ini diasumsikan bahwa anak telah melewati MASA Pengenalan Penambahan terlebih dahulu. Di sini, ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak-anak mengenai konsep pengurangan ini. Tahap-tahap ini bergantung pada kemampuan (bukan pada umur) anak tersebut secara unik sehingga tidak dapat dipaksakan dalam proses pengajarannya. Untuk memudahkan, cara pengajaran operasi pengurangan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengenalan pengurangan, tahap pengurangan tradisional, tahap pengurangan mental. Yang nantinya akan dibahas secara terinci satu demi satu. 1. Tahap Pengenalan Pengurangan Dalam tahap ini, diperkenalkan konsep Selisih dalam kehidupan sehari-hari. Agar perpindahan dari konsep Penambahan ke Pengurangan berjalan dengan mulus, digunakan pendekatan menghitung ke atas (counting up), yaitu dengan dengan mencari berapa kumpulan benda yang dibutuhkan agar jumlahnya sama dengan kumpulan benda lain yang lebih banyak. Misalnya selama bermain dengan kelereng, jika ada tiga kelereng di lantai, si anak dapat ditanyakan berapa kelereng yang harus ditambahkan agar jumlahnya menjadi sepuluh kelereng (contoh 3 + ? = 10). Di sini objek kelereng tentu saja dapat diganti dengan objek-objek yang lain, misalnya teman bermain mereka, barang belanjaan dan sebagainya. Setelah anak telah memahami Pengurangan dengan pendekatan menghitung ke atas (counting up), berarti mereka telah siap untuk mengenalkan pendekatan menghitung ke bawah (counting down) yang bersifat lebih langsung ke persoalannya. Pendekatan ini dapat diajarkan dengan cara mengambil satu kelereng dari sepuluh kelereng, kemudian ditanyakan hasilnya kepada si anak (contoh 10 1 = ?). Pendekatan ini harus diiringi dengan penggunaan KATAKATA untuk menjelaskan konsep Pengurangan tersebut misalnya sepuluh dikurangi satu sama dengan sembilan. Dengan mengajarkan fakta-fakta ini terus menerus kepada anakanak, mereka akan dapat menarik kesimpulan tentang operasi matematika (dalam hal ini tentang Pengurangan) dengan tepat walaupun hal ini belum disampaikan dalam bentuk Angka tertulis.

2. Tahap Pengurangan Tradisional Tahap ini tentunya dimulai dengan penulisan Angka dan Simbol operator pengurangan (-). Pada tahap ini, anak-anak sudah harus dapat mengabstraksi konsep bilangan ke dalam sebuah Notasi desimal tertulis. Urutan pengajarannya, berdasarkan tingkat kesulitan yang harus dikerjakan oleh anak yaitu berdasarkan banyaknya digit bilangan yang terlibat, misalnya satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Pada setiap digit bilangan ini dilakukan latihan yang berulang-ulang agar siswa dapat menguasai dengan mahir. Baru kemudian berpindah ke digit bilangan yang lebih banyak. a. Cara Mengajarkan Pengurangan Satuan (sebagai contoh 4 - 2) Pada level ini merupakan masa transisi, dari bentuk pengajaran verbal pada tahap pengenalan ke bentuk pengajaran tertulis. Jadi pada waktu membantu mengajarkannya tetap perlu diilustrasikan prosesnya dengan menggunakan jari tangan kita. Prosesnya sebagai berikut: 4 (EMPAT dengan empat jari tangan diacungkan) + (dikurangi) 2 (DUA dengan mengurangkan satu persatu jari dari satu s.d dua) = (sama dengan) (dua jari tangan diacungkan) yang kemudian dituliskan sebagai 2 (DUA) Cara ini diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. Fokuskan pengulangannya untuk bilangan 10, misalnya 10-1=9, 10-2=8 dan seterusnya (dalam metode sempoa ini disebut bilangan saling komplementer). b. Cara Mengajarkan Pengurangan Belasan ( sebagai contoh 12 - 7) Pada tahap ini sudah muncul konsep abstrak tentang asosiasi posisi puluhan, ilustrasinya dapat dengan menuliskan Angka 1 (satu) pada kertas untuk menggambarkan kesepuluh jari kita yang teracung. Prosesnya sebagai berikut: 12 (DUA BELAS dengan membilang sepuluh jari pertama sampai diacungkan semua, kemudian kita tuliskan angka 1 (satu) di kertas dan setelah itu proses membilang dilanjutkan sampai dua jari tangan diacungkan) + (dikurangi) 7 (TUJUH dengan satu persatu jari dari satu s.d tujuh dikurangkan. Pada pengurangan ke dua, kesepuluh jari telah turun maka kita mencoret Angka 1 SATU pada kertas, dan kemudian melanjutkan mengacungkan ke sepuluh jari kita lagi. Selanjutnya dilanjutkan pengurangannya sampai dengan tujuh) = (sama dengan) (lima jari tangan diacungkan) yang kemudian dituliskan hasilnya sebagai 5 (LIMA) Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Pengurangan Puluhan ( sebagai contoh 50 - 30) Di sini kita mulai menggunakan cara penulisan Angka-angka bersusun dan mulai meninggalkan ilustrasi dengan jari tangan kita. Untuk mengajarkannya dimulai dengan angka puluhan murni.

10

Letakkan satu bilangan (50) di atas bilangan yang lainnya (30) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 50 30 _ Kurangkan kedua digit satuannya. (0 - 0 = 0). Letakkan hasilnya (0) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 50 30 0 Kurangkan kedua digit puluhannya (5 - 3 = 2) Letakkan hasilnya (2) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 50 30 20 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Pengurangan Puluhan ( sebagai contoh 53 - 21) Letakkan satu bilangan (53) di atas bilangan yang lainnya (21) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 53 21 _ Kurangkan kedua digit satuannya. (3 1 =2). Letakkan hasilnya (2) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 53 21 _ 2

11

Kurangkan kedua digit puluhannya (5 - 2 = 3). Letakkan hasilnya (3) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai 53 21 _ 32 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada d. Cara Mengajarkan Pengurangan Puluhan ( sebagai contoh 53 - 26) dengan carry digit Letakkan satu bilangan (53) di atas bilangan yang lainnya (26) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 53 26 _ Kurangkan kedua digit satuannya. (3 - 6). Di sini bilangan pengurang (6) lebih besar dari bilangan yang dikurangi (3), maka kurangi Satu dari digit puluhan dan tambahkan Sepuluh pada digit satuan sebelum melakukan operasi pengurangan sehingga (13 6 = 7). Letakkan hasilnya (7) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. -1 53 26 _ 7 Kurangkan kedua digit puluhannya beserta pengurangan Angka Satu sebelumnya (5 - 2 -1 = 2) Letakkan hasilnya (2) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai -1 53 26 _ 27 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya.

12

3. Tahap Pengurangan Mental Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Dalam penelitian didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan mental ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, kecepatan merespon, ingatan dan daya konsentrasi pada para praktisinya. Kunci utama dalam Pengurangan secara mental adalah Ingatan (memori) dalam mengurangkan dari 0 (nol) s.d 9 (sembilan) yang sudah diluar kepala. Serta Visualisasi (visualization) dari proses manipulasi operasi Pengurangan. Berdasarkan cara memvisualisasinya, Pengurangan Mental dapat dibagi dalam dua kategori: A. Visualisasi Langsung (Direct Visualization) Di sini konsep Metode Horisontal mulai berperan secara dominan. Pengenalan Konsep Asosiasi Posisi dengan menggunakan Notasi Pagar adalah esensial untuk menggunakan visualisasi secara langsung ini. Kata langsung di sini artinya adalah kita langsung bermain dengan konsep abstrak dari Angka tanpa menggunakan peralatan bantuan. Mula-mula siswa diajarkan menghitung pengurangan dengan metode horisontal dengan Notasi Pagarnya secara tertulis, selanjutnya mereka dilatih untuk membayangkan (memvisualisasi) proses manipulasi yang telah dilakukannya. Contoh: a. Cara mengajarkan Pengurangan Mental Puluhan ( sebagai contoh 53 - 21) Mula-mula diajarkan bagaimana Notasi Pagar bekerja pada setiap bilangan yang terlibat sehingga didapat 53 = 5 | 3 dan 21 = 2 | 1. Selanjutnya didapat (5 | 3) - (2 | 1) = (5 - 2) | (3 - 1). Di sini Ingatan harus bertindak dengan menghitung setiap kolom dalam pagar sebagai berikut : (5 - 2) | (3 - 1) = 3 | 2 sehingga didapatkan hasil 32 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: Pertama mengurangkan digit satuan (3 - 1 = 2). Selanjutnya mengurangkan digit puluhan (5 - 2 = 3). Sehingga jawabannya adalah 32 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu kurangkan semua digit yang sesuai mulai dari Kanan ke Kiri b. Cara mengajarkan Pengurangan Mental Puluhan (sebagai contoh 53 - 26) dengan carry digit Mula-mula diajarkan bagaimana Notasi Pagar bekerja pada setiap bilangan yang terlibat sehingga didapat 53 = 5 | 3 dan 26 = 2 | 6. Selanjutnya didapat

13

(5 | 3) - (2 | 6) = (5 - 2) | (3 - 6). Di sini Ingatan harus bertindak dengan menghitung setiap kolom dalam pagar sebagai berikut : (5 - 2) | (3 - 6). = 3 | -3 Karena Kolom terakhir bernilai NEGATIF maka Kolom disebelah kirinya dikurangi 1 (Satu) kemudian Kolom yang mempunyai nilai negatif tersebut ditambah dengan 10 (Sepuluh), sehingga: 3 | -3 = 2 | 10 - 3 = 2 | 7 sehingga didapatkan hasil 27 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: Pertama mengurangkan digit satuan (3 6 = -3). Selanjutnya mengurangkan digit puluhan (5 2 = 3) Membuat Kolom yang bernilai NEGATIF menjadi bernilai positif dengan cara Kolom disebelah kirinya dikurangi 1 (Satu) sehingga menjadi 3 - 1 = 2 kemudian Kolom yang mempunyai nilai negatif tersebut ditambah dengan 10 (Sepuluh) sehingga 10 3 = 7. Sehingga jawabannya adalah 27 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu kurangkan semua digit yang sesuai mulai dari Kanan ke Kiri. Kemudian ubah kolom yang mempunyai nilai negatif menjadi positif dengan mengurangi 1 (satu) kolom di sebelah kirinya dan menambah 10 (sepuluh) di kolom tersebut.. Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada sampai dapat menghitung tanpa harus mencorat-coret pada kertas. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. B.. Visualisasi Objek (Visualization with Object) Biasanya objek yang digunakan disini adalah sempoa (abacus). Disini sempoa digunakan untuk membantu proses visualisasinya, terutama digunakan bagi mereka yang belum mengetahui konsep Asosiasi Posisi dan bagi mereka yang kesulitan untuk memvisualisasikan sesuatu yang abstrak seperti Angka Desimal. Dalam kenyataannya cara Visualisasi dengan menggunakan objek sempoa ini hanya sesuai untuk diajarkan pada anak-anak saja. Dan kurang sesuai untuk diajarkan pada remaja atau orang dewasa karena umumnya remaja dan orang dewasa sudah mempunyai konsep bilangan dan operasinya yang mapan dalam benaknya sehingga merasa kesulitan/bosan harus belajar lagi menghitung bilangan dari awal dengan menggunakan sempoa. (Untuk mempelajari secara lengkap Metode Sempoa dapat http://groups.yahoo.com/group/metode_horisontal/files/takashikojima1.pdf ) dilihat pada

14

Contoh: a. Cara mengajarkan Pengurangan Mental Puluhan dengan Sempoa (sebagai contoh 53 - 21) Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Tentukan batang satuan pada sempoa, misalkan batang H. Kemudian tentukan bilangan 53 pada batang GH 2. Kurangkan 2 pada batang puluhan G, sehingga hasilnya 5 - 2 = 3 3. Kurangkan 1 pada batang satuan H. Hasilnya 3 - 1 = 2 4. Sehingga didapat jawaban 32 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu kurangkan semua digit yang sesuai mulai dari Kiri ke Kanan b. Cara mengajarkan Pengurangan Mental Puluhan dengan Sempoa (sebagai contoh 53 - 26) dengan carry digit Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Tentukan batang satuan pada sempoa, misalkan batang H. Kemudian tentukan bilangan 53 pada batang GH 2. Kurangkan 2 pada batang puluhan G, sehingga hasilnya 5 - 2 = 3 3. Kurangkan 6 pada batang satuan H. Karena 6 lebih besar dari 3 maka Caran menghitungnya adalah dengan meminjam 1 (satu) dari batang puluhan G sehingga didapat 3 1 = 2, kemudian kurangkan 10 (Sepuluh) dengan angka 6 tersebut, hasilnya 10 6 = 4. Akhirnya Tambahkan 4 (empat) ini dengan 3 pada batang satuan H, dan didapat 4 +3=7 4. Sehingga didapat jawaban akhir 27 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu kurangkan semua digit yang sesuai mulai dari Kiri ke Kanan. Metode sempoa menggunakan peminjaman (borrowing) angka 1 (satu) pada batang disebelahnya yang mempunyai orde yang lebih besar jika terjadi pengurangan yang hasilnya negatif.

15

Cara Mengajar Operasi PERKALIAN

Perkalian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Bila operasi pertambahan dan pengurangan ini sudah diperkenalkan pada kelas satu di sekolah dasar, maka biasanya operasi perkalian mulai diperkenalkan pada kelas tiga di sekolah dasar. Para orang tua mungkin ingin memahami bagaimana caranya mengajarkan ketrampilan perkalian ini secara benar kepada anak-anak mereka. Metode untuk mengajarkan Perkalian pada tahap awal yang paling sesuai adalah dengan menghubungkan ke konsep Penambahan, yaitu dengan memandang perkalian sebagai penambahan beruntun (3*4 = 3+3+3+3 = 12). Karena dengan pendekatan penambahan beruntun ini, si anak dapat menggunakan pemahaman yang telah didapat selama mempelajari operasi Penambahan untuk selanjutnya digunakan mempelajari Perkalian. Dengan pendekatan ini konsep Perkalian dipandang oleh si anak sebagai perkembangan wajar dari konsep Penambahan yang telah dimengerti olehnya. Ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak-anak mengenai konsep perkalian ini. Tahaptahap ini bergantung pada kemampuan (bukan pada umur) anak tersebut secara unik sehingga tidak dapat dipaksakan dalam proses pengajarannya. Untuk memudahkan, cara pengajaran operasi perkalian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengenalan perkalian, tahap perkalian tradisional, tahap perkalian mental. Yang nantinya akan dibahas secara terinci satu demi satu. 1. Tahap Pengenalan Perkalian Dalam tahap ini, diperkenalkan konsep Perkalian sebagai Penambahan Beruntun dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menggunakan wadah telur (atau wadah lain yang dalamnya bersekat-sekat), dan dengan menggunakan kelereng untuk mengajarkan operasi perkalian, misalnya 3*4. Langkah pertama adalah menjelaskan bahwa Operasi Perkalian 3*4 mempunyai arti tiga kelompok dari 4 (empat) kelereng. Kemudian diilustrasikan dengan mengisi tiga ruang dalam wadah telor tersebut masing-masing dengan 4 (empat) kelereng. Selanjutnya siswa diminta untuk membilang semua kelereng yang ada dalam wadah telor tersebut dari 1 (satu) s.d 12 (duabelas). Selanjutnya kita mengenalkan Sifat Komutatif dari Perkalian, dengan mengambil kembali keduabelas kelereng tadi. Kemudian mengajarkan bahwa 3*4 = 4*3, dengan menjelaskan 4*3 mempunyai arti empat kelompok dari 3 (tiga) kelereng sembari meletakkan keduabelas kelereng tersebut ke dalam empat ruang dalam wadah telor tersebut masing-masing dengan 3 (tiga) kelereng. Lakukan permainan ini berulang-ulang dengan kasus-kasus perkalian dasar yang lain. Cara alternatif yang lain untuk mengajarkan menggunakan kertas berpetak dan pensil berwarna. Misalkan untuk mengajarkan 3*4, yang di sini mempunyai arti tiga kelompok dari 4 (empat) kotak. Sehingga siswa akan mewarnai 3 baris dengan 4 (empat) kotak pada masingmasing baris (4 + 4 + 4). Selanjutnya untuk mengajarkan 4*3, yang disini mempunyai arti empat kelompok dari 3 (tiga) kotak, siswa dapat mewarnai 4 baris dengan 3 (tiga) kotak pada masing-masing baris (3 + 3 + 3 + 3). Untuk membandingkan kedua gambar tersebut, gambar kedua dapat diputar 90 derajat sehingga akan sama persis dengan gambar pertama. Kunci pada tahap pengenalan perkalian ini adalah seluruh pengajarannya menggunakan Contoh Nyata dan Kata-kata, belum ada notasi angka tertulis dalam tahap ini.

16

2. Tahap Perkalian Tradisional Pada tahap ini tentunya dimulai dengan penulisan operator perkalian ( * ). Yang menjadi masalah paling pokok dalam mengajarkan operasi perkalian adalah mengajarkan Tabel Perkalian dari 1 (satu) s.d 9 (sembilan) dengan bertahap sampai siswa dapat menghafal di luar kepala tabel perkalian ini. Selanjutnya setelah tabel perkalian ini dikuasai, urutan pengajarannya adalah berdasarkan jumlah digit bilangan yang terlibat, misalnya satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Pada setiap digit bilangan ini dilakukan latihan yang berulang-ulang agar siswa dapat menguasai dengan mahir. Baru kemudian berpindah ke digit bilangan yang lebih banyak. Tabel Perkalian 0 0x0 1x0 2x0 3x0 4x0 5x0 6x0 7x0 8x0 9x0 1 0x1 1x1 2x1 3x1 4x1 5x1 6x1 7x1 8x1 9x1 2 0x2 1x2 2x2 3x2 4x2 5x2 6x2 7x2 8x2 9x2 3 0x3 1x3 2x3 3x3 4x3 5x3 6x3 7x3 8x3 9x3 4 0x4 1x4 2x4 3x4 4x4 5x4 6x4 7x4 8x4 9x4 5 0x5 1x5 2x5 3x5 4x5 5x5 6x5 7x5 8x5 9x5 6 0x6 1x6 2x6 3x6 4x6 5x6 6x6 7x6 8x6 9x6 7 0x7 1x7 2x7 3x7 4x7 5x7 6x7 7x7 8x7 9x7 8 0x8 1x8 2x8 3x8 4x8 5x8 6x8 7x8 8x8 9x8 9 0x9 1x9 2x9 3x9 4x9 5x9 6x9 7x9 8x9 9x9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

a. Cara Mengajarkan Perkalian dengan bilangan 0 (nol) dan 1 (satu) [ Bagian berstabilo hijau dalam tabel perkalian] Pada level ini diperkenalkan sifat yang mendasar dari operasi perkalian terhadap bilangan 0 (nol) dan 1 (satu). Mula-mula perkalian dengan bilangan 0 (nol), misalnya 0*3. Berdasarkan pemahaman bahwa perkalian merupakan pertambahan berulang maka dapat dijelaskan bahwa 0*3 = 0 + 0 + 0 = 0. Sedangkan untuk perkalian 3*0 dapat dijelaskan mengunakan Konsep komutatif yang telah dipahami siswa dalam tahap sebelumnya, sehingga 3*0 = 0*3 = 0. Demikian pula untuk perkalian bilangan-bilangan lain dengan bilangan 0 (nol). Selanjutnya untuk perkalian dengan bilangan 1(satu), misalnya 1*4. Berdasarkan pemahaman bahwa perkalian merupakan pertambahan berulang maka dapat dijelaskan bahwa 1*4 = 1+1+1+1 = 4. Sedangkan untuk perkalian 4*1dapat dijelaskan mengunakan Konsep komutatif yang telah dipahami siswa dalam tahap sebelumnya, sehingga 4*1 = 1*4 = 4. Demikian pula untuk perkalian bilangan-bilangan lain dengan bilangan 1 (satu). Cara ini diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada b. Cara Mengajarkan Perkalian dengan bilangan 2 (dua), 5 (lima) dan 9 (sembilan) [ Bagian berstabilo kuning dalam tabel perkalian] Di sini akan dipelajari cara mengajarkan perkalian dengan bilangan 2 (dua), 5 (lima) dan 9 (sembilan). Mengapa bilangan ini didahulukan dalam pengajarannya dibandingkan dengan bilangan yang lain? Hal ini karena bilangan 2 (dua), 5 (lima) dan 9 (sembilan) mempunyai pola yang mudah untuk dipahami.

17

Mula-mula perkalian dengan bilangan 2 (dua), misalnya 2*3. Berdasarkan pemahaman bahwa perkalian merupakan pertambahan berulang maka dapat dijelaskan bahwa 2*3 = 2+2+2 = 6. Sedangkan untuk perkalian 3*2 dapat dijelaskan mengunakan Konsep komutatif yang telah dipahami siswa dalam tahap sebelumnya, sehingga 3*2 = 2*3 = 6. Demikian pula untuk perkalian bilangan-bilangan lain dengan bilangan 2 (dua) yang selalu menghasilkan bilangan GENAP, yaitu dari 2 (dua) s.d 18 (delapanbelas). Untuk perkalian dengan bilangan 5 (lima), misalnya 5*3. Berdasarkan pemahaman bahwa perkalian merupakan pertambahan berulang maka dapat dijelaskan bahwa 5*3 = 5+5+5 = 15. Sedangkan untuk perkalian 3*5 dapat dijelaskan mengunakan Konsep komutatif yang telah dipahami siswa dalam tahap sebelumnya, sehingga 3*5 = 5*3 = 15. Demikian pula untuk perkalian bilangan-bilangan lain dengan bilangan 5 (lima) yang selalu menghasilkan bilangan dengan DIGIT terakhir 5 (lima) atau 0 (nol), yaitu dari 5, 10, sampai dengan 45.. Selanjutnya untuk perkalian dengan bilangan 9 (sembilan), misalnya 9*3. Berdasarkan pemahaman bahwa perkalian merupakan pertambahan berulang maka dapat dijelaskan bahwa 9*3 = 9+9+9 = 27. Sedangkan untuk perkalian 3*9 dapat dijelaskan mengunakan Konsep komutatif yang telah dipahami siswa dalam tahap sebelumnya, sehingga 3*9 = 9*3 = 27. Demikian pula untuk perkalian bilangan-bilangan lain dengan bilangan 9 (sembilan) yang selalu menghasilkan bilangan dengan JUMLAH digitnya selalu 9 (sembilan) contohnya 27 [2+7=9]. Perhatikan pula hasilkali yang lain dengan bilangan 9, yaitu 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, dan 81 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Perkalian dengan bilangan 3 (tiga), 4 (empat), 6 (enam), 7 (tujuh) dan 8 (delapan) [ Bagian berstabilo merah muda dalam tabel perkalian] Untuk Perkalian 3*3, 3*4, dan 4*4 masih mudah diajarkan. Caranya dapat dengan menggunakan pemahaman pertambahan berulang. Contohnya 3*4 = 3+3+3+3 = 12. Sedangkan untuk perkalian dengan bilangan 6, 7 dan 8 dapat menggunakan Sifat Distributif dari perkalian untuk mempermudah penjelasannya. Pertama Sifat Distribusi ini diterapkan untuk perkalian 6, 7 dan 8 dengan bilangan yang kecil (3 dan 4) terlebih dahulu. Contohnya untuk kasus perkalian 3*7 dapat disederhanakan menjadi 3* (4+3) = 3*4 + 3*3 = 12 +9 = 21. Atau contoh lain 4*8 = 4* (4+4) = 4*4 +4*4 = 16 + 16 = 32. Dengan menguasai perkalian di atas maka dapat diajarkan 6, 7 dan 8 dengan bilangan yang besar. Misalnya 6*7 = 6* (3+4) = 6*3 + 6*4 = 18 + 24 = 42. Atau contoh lain 7*8 = 7* (4+4) = 7*4 + 7*4 = 28 + 28 = 56. Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada KETERANGAN : Bagian Tabel Perkalian dengan stabilo berwarna biru dapat dipelajari dengan mudah dengan menggunakan Sifat komutatif dari Perkalian. d. Cara Mengajarkan Perkalian Puluhan dan Satuan ( sebagai contoh 43 * 5)

18

Letakkan satu bilangan (43) di atas bilangan yang lainnya (5) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 43 5 Kalikan kedua digit satuan dari dua bilangan tersebut (3*5 = 15). letakkan Angka 1 (SATU) diatas kolom puluhan dan letakkan Angka 5 (LIMA) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 1 43 5 5 Kalikan digit puluhan dari bilangan pertana dengan bilangan ke dua. (4*5 = 20). Tambahkan hasilnya dengan Angka 1 (SATU) diatas kolom puluhan, sehingga didapat 20+1 = 21. Letakkan hasilnya (21) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai 1 43 5 215 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada e. Cara Mengajarkan Perkalian Puluhan ( sebagai contoh 12 * 43) Letakkan satu bilangan (12) di atas bilangan yang lainnya (43) sedemikian sehingga baik puluhan maupun satuannya berada dalam satu garis lurus. Dan tarik garis horisontal dibawah bilangan kedua. 12 43 Kalikan bilangan pertama dengan digit satuan dari bilangan ke dua. (12*3 = 36). Letakkan hasilnya (36) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai. 12 43 36

19

Kalikan bilangan pertama dengan digit puluhan dari bilangan ke dua. (12*4 = 48). Letakkan hasilnya (48) pada bawah garis horisontal dengan letak yang sesuai 12 43 36 48_ Kemudian jumlahkan hasil yang telah didapat dari dua perkalian sebelumnya : 12 43 36 48_ 516 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. 3. Tahap Perkalian Mental Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Dalam penelitian didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan mental ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, kecepatan merespon, ingatan dan daya konsentrasi pada para praktisinya. Kunci utama dalam Perkalian secara mental adalah Ingatan (memori) dalam menjumlahkan dari 0 (nol) s.d 9 (sembilan) yang sudah diluar kepala. Serta Visualisasi (visualization) dari proses manipulasi operasi perkalian. Berdasarkan cara memvisualisasinya, Perkalian Mental dapat dibagi dalam dua kategori: A. Visualisasi Langsung (Direct Visualization) Di sini konsep Metode Horisontal mulai berperan secara dominan. Pengenalan Konsep Asosiasi Posisi dengan menggunakan Notasi Pagar adalah esensial untuk menggunakan visualisasi secara langsung ini. Kata langsung di sini artinya adalah kita langsung bermain dengan konsep abstrak dari Angka tanpa menggunakan peralatan bantuan. Mula-mula siswa diajarkan menghitung perkalian dengan metode horisontal dengan Notasi Pagarnya secara tertulis, selanjutnya mereka dilatih untuk membayangkan (memvisualisasi) proses manipulasi yang telah dilakukannya.

20

Contoh: a. Cara mengajarkan Perkalian Mental Puluhan dengan Satuan (sebagai contoh 84*6) Mula-mula diajarkan pola horisontal dari operasi perkalian ab*c = a*c | b*c. Selanjutnya didapat: (8 | 4) * (6) = (8*6) | (4*6) Di sini Ingatan harus bertindak dengan menghitung setiap kolom dalam pagar sebagai berikut : (8*6) | (4*6) = 48 | 24 Selanjutnya dilakukan perggeseran agar jumlah digit pada kolom sesuai dengan jumlah Notasi Pagarnya, sebagai berikut: 48 | 24 = 48+2 | 4 = 50 | 4 Sehingga hasilnya adalah 504 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Mengalikan Bilangan sesuai Pola Horisontal untuk Perkalian a*b | a*c = 48 | 24 2. Menggeser agar jumlah digit pada kolom sesuai dengan jumlah Notasi Pagarnya 48 | 24 = 50 | 4 3. Sehingga jawabannya adalah 504 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kanan ke Kiri b. Cara mengajarkan Perkalian Mental Puluhan (sebagai contoh 84*35) Mula-mula diajarkan pola horisontal dari operasi perkalian ab*cd = a*c | a*d + b*c | b*d, selanjutnya diajarkan bagaimana Notasi Pagar bekerja pada setiap bilangan yang terlibat sehingga didapat 84 = 8 | 4 dan 35 = 3 | 5. Selanjutnya didapat (8 | 4) * (3 | 5) = (8*3) | (8*5 + 4*3) | (4*5) Di sini Ingatan harus bertindak dengan menghitung setiap kolom dalam pagar sebagai berikut : (8*3) | (8*5 + 4*3) | (4*5) = 24 | 40+12 | 20 = 24 | 52 | 20 Selanjutnya dilakukan perggeseran agar jumlah digit pada kolom sesuai dengan jumlah Notasi Pagarnya, sebagai berikut:

21

24 | 52 | 20 = 24 | 52+2 | 0 = 24 | 54 | 0 Kemudian, 24 | 54 | 0 = 24+5 | 4 | 0 = 29 | 4 | 0 Sehingga hasilnya adalah 2940 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Mengalikan Bilangan sesuai Pola Horisontal untuk Perkalian a*c | a*d + b*c | b*d = (24 | 52 | 20) 2. Menggeser agar jumlah digit pada kolom sesuai dengan jumlah Notasi Pagarnya (24 | 52 | 20) = (24 | 54 | 0 ) = (29 | 4 | 0) 3. Sehingga jawabannya adalah 2940 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kanan ke Kiri Cara ini kemudian di ulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada sampai dapat menghitung tanpa harus mencorat-coret pada kertas. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. B.. Visualisasi Objek (Visualization with Object) Biasanya objek yang digunakan disini adalah sempoa (abacus). Disini sempoa digunakan untuk membantu proses visualisasinya, terutama digunakan bagi mereka yang belum mengetahui konsep Asosiasi Posisi dan bagi mereka yang kesulitan untuk memvisualisasikan sesuatu yang abstrak seperti Angka Desimal. Dalam kenyataannya cara Visualisasi dengan menggunakan objek sempoa ini hanya sesuai untuk diajarkan pada anak-anak saja. Dan kurang sesuai untuk diajarkan pada remaja atau orang dewasa karena umumnya remaja dan orang dewasa sudah mempunyai konsep bilangan dan operasinya yang mapan dalam benaknya sehingga merasa kesulitan/bosan harus belajar lagi menghitung bilangan dari awal dengan menggunakan sempoa. (Untuk mempelajari secara lengkap Metode Sempoa dapat http://groups.yahoo.com/group/metode_horisontal/files/takashikojima1.pdf ) Contoh: a. Cara mengajarkan Perkalian Mental Puluhan dengan Sempoa (sebagai contoh 6 * 84) Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Tentukan batang untuk bilangan pertama dan kedua pada sempoa. Kemudian tentukan bilangan 84 pada batang AB dan 6 pada batang E. 2. Kalikan 8 dari 84 dengan 6 dan tentukan hasilnya 48 pada batang FG. dilihat pada

22

3. Kemudian Kalikan 4 dari 84 dengan 6 dan tentukan hasilnya 24 dan tambahkan pada batang GH 4. Sehingga didapat jawaban 504 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kiri ke Kanan b. Cara mengajarkan Perkalian Mental Puluhan dengan Sempoa (sebagai contoh 35 * 84) Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Tentukan batang untuk bilangan pertama dan kedua pada sempoa. Kemudian tentukan bilangan 84 pada batang AB dan 35 pada batang EF. 2. Kalikan 5 dari 35 dengan 8 dari 84 dan tentukan hasilnya 40 pada batang GH dan 5 dari 35 dengan 4 dari 84 dan tambahkan hasilnya 20 pada batang HI. Maka akan didapat totalnya 420 pada batang GHI. 3. Kalikan 3 dari 35 dengan 8 dari 84 dan tambahkan hasilnya 24 pada batang FG. Sehingga hasilnya adalah 2820. Selanjutnya 3 dari 35 dengan 4 dari 84 dan tambahkan hasilnya 12 pada batang GH. Maka akan didapat totalnya 2940 pada batang FGHI. 4. Sehingga didapat hasil akhir 2940. KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kiri ke Kanan. Metode Sempoa untuk perkalian sebenarnya mempunyai langkah mirip dengan perhitungan perkalian secara tradisional, hanya arah menghitungnya yang berbeda.

23

Cara Mengajar Operasi PEMBAGIAN

Pembagian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan, pengurangan dan perkalian. Biasanya operasi pembagian mulai diperkenalkan pada kelas tiga di sekolah dasar hampir bersamaan dengan pengajaran Perkalian, tepatnya adalah Perkalian diajarkan terlebih dahulu baru kemudian Pembagian dan kemudian keduanya akan diajarkan secara paralel. Para orang tua mungkin ingin memahami bagaimana caranya mengajarkan ketrampilan pembagian ini secara benar kepada anak-anak mereka. Metode untuk mengajarkan Pembagian pada tahap awal yang paling sesuai adalah dengan menghubungkan ke konsep Pengurangan, yaitu dengan memandang pembagian sebagai pengurangan beruntun (24/4 = 6 artinya adalah 24 4 4 4 4 4 4 = 0). Karena dengan pendekatan pengurangan beruntun ini, si anak dapat menggunakan pemahaman yang telah didapat selama mempelajari operasi pengurangan untuk selanjutnya digunakan mempelajari Pembagian. Cara selanjutnya untuk mengajarkan operasi Pembagian adalah dengan memandang Pembagian sebagai Invers Perkalian (20/5 = ? 5 * ? = 20). Cara pengajaran Pembagian sebagai Invers Perkalian dilakukan setelah siswa telah memahami operasi perkalian dengan cukup baik. Dengan kedua cara di atas diharapkan siswa mampu melihat hubungan yang erat antara pembagian dengan ke tiga operasi dasar aritmatika yang lain. Ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak-anak mengenai konsep pembagian ini. Tahaptahap ini bergantung pada kemampuan (bukan pada umur) anak tersebut secara unik sehingga tidak dapat dipaksakan dalam proses pengajarannya. Untuk memudahkan, cara pengajaran operasi pembagian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengenalan pembagian, tahap pembagian tradisional, tahap pembagian mental. Yang nantinya akan dibahas secara terinci satu demi satu. 1. Tahap Pengenalan Pembagian Dalam tahap ini, diperkenalkan terlebih dahulu konsep Pembagian sebagai Pengurangan Beruntun dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menggunakan wadah telur (atau wadah lain yang dalamnya bersekat-sekat), dan dengan menggunakan kelereng untuk mengajarkan operasi pembagian, misalnya 12/4. Langkah pertama adalah ambil duabelas kelereng, dan meminta siswa untuk membilangnya. Kemudian ambil 4 (empat) kelereng dan di masukkan ke dalam ruangan dalam wadah telur tersebut, ulangi terus hal ini dan letakkan dalam ruangan yang berbeda sampai keduabelas kelereng tersebut habis (12 4 4 4 = 0). Jika hal ini telah selesai, maka hitunglah jumlah ruangan dari wadah telur yang terisi 4 (empat) kelereng tersebut, yaitu sebanyak 3 (tiga) ruangan. Akhirnya siswa dijelaskan bahwa jumlah ruangan yang terisi kelereng tersebut adalah jawaban dari soal pembagian 12/4, yang sama dengan 3. Cara alternatif yang lain untuk mengajarkan operasi pembagian dengan menggunakan kertas berpetak dan pensil berwarna. Misalkan untuk mengajarkan 12/4, di sini siswa diminta untuk mewarnai 12 (duabelas) kotak. Kemudian siswa diminta memotong empat kotak-empat kotak sampai 12 (duabelas) kotak tadi habis. Hasil potongannya kemudian dihitung jumlahnya, yang merupakan solusi dari masalah pembagian 12/4 tersebut, yang sama dengan 3 (tiga). Selanjutnya untuk mengenalkan konsep Pembagian sebagai Invers Perkalian, susun ulang lagi tiga bagian dari empat kotak - empat kotak tersebut sampai membentuk 12 (duabelas) kotak semula [3*4 = 12]. Proses pengajaran ini terus dibolak-balik sampai siswa mengerti makna dari konsep Invers.

24

Sebagai Keterangan tambahan, cara mengajarkan fakta-fakta pembagian dapat menggunakan gambar-gambar benda nyata dalam bentuk soal secara berulang-ulang. Selanjutnya sebagai keterangan notasi pembagi yang sering digunakan adalah a/b atau a b ,dimana a disebut Pembilang / Yang Dibagi dan b adalah Penyebut / Pembagi. 2. Tahap Pembagian Tradisional Pada tahap ini tentunya dimulai dengan penulisan operator pembagian ( ). Yang menjadi masalah paling pokok dalam mengajarkan operasi pembagian adalah mengajarkan Pembagian Dasar dengan penyebut (denominator) 1 (satu) s.d 9 (sembilan) TANPA RESIDU terlebih dahulu. Baru kemudian Pembagian Dasar dengan penyebut (denominator) 1 (satu) s.d 9 (sembilan) dengan RESIDU. a. Cara Mengajarkan Pembagian dengan pembagi 0 (nol), 1 (satu), 2 (dua) dan 3 (tiga) 1. Dibagi dengan bilangan 0 (nol) Bilangan pembilang tidak akan dapat dibagi dengan bilangan 0 (nol) karena tidak mungkin untuk membuat 0 kelompok dari sebuah bilangan. 2. Dibagi dengan bilangan 1 (satu) Sembarang bilangan dibagi dengan bilangan 1 (satu), hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Jika kita membagi dengan bilangan 1 (satu) berarti akan mempunyai satu kelompok benda saja maka semua benda akan termuat dalam satu kelompok tersebut 3. Dibagi dengan bilangan 2 (dua) dan 3 (tiga) Contoh dari pembagian dengan Pembilang 2 (dua) dan 3 (tiga) sebagai berikut: 2 (Dua) 42=2 14 2 = 7 3 (Tiga) 63=2 21 3 = 7

02=0 10 2 = 5 03=0 15 3 = 5

22=1 12 2 = 6 33=1 18 3 = 6

62=3 16 2 = 8 93=3 24 3 = 8

82=4 18 2 = 9 12 3 = 4 27 3 = 9

Cara ini diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada b. Cara Mengajarkan Pembagian dengan pembagi 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam) Contoh dari pembagian dengan Pembilang 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam) sebagai berikut:

25

04=0 20 4 = 5 05=0 25 5 = 5 06=0 30 6 = 5

44=1 24 4 = 6 55=1 30 5 = 6 66=1 36 6 = 6

4 (empat) 84=2 28 4 = 7 5 (lima) 10 5 = 2 35 5 = 7 6 (enam) 12 6 = 2 42 6 = 7

12 4 = 3 32 4 = 8 15 5 = 3 40 5 = 8 18 6 = 3 48 6 = 8

16 4 = 4 36 4 = 9 20 5 = 4 45 5 = 9 24 6 = 4 54 6 = 9

Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Pembagian dengan pembagi 7 (tujuh), 8 (delapan), dan 9 (sembilan) Contoh dari pembagian dengan Pembilang 7 (tujuh), 8 (delapan), dan 9 (sembilan) sebagai berikut: 7 (tujuh) 14 7 = 2 49 7 = 7 8 (delapan) 16 8 = 2 56 8 = 7 9 (sembilan) 18 9 = 2 63 9 = 7

07=0 35 7 = 5 08=0 40 8 = 5 09=0 45 9 = 5

77=1 42 7 = 6 88=1 48 8 = 6 99=1 54 9 = 6

21 7 = 3 56 7 = 8 24 8 = 3 64 8 = 8 27 9 = 3 72 9 = 8

28 7 = 4 63 7 = 9 32 8 = 4 72 8 = 9 36 9 = 4 81 9 = 9

Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada d. Cara Mengajarkan Pembagian Puluhan dengan Residu.(Cara Umum) Untuk mengajarkan Pembagian dengan Residu (atau Pembagian secara Umum) cara yang paling efektif adalah dengan notasi Kurung Bagi (Division Bracket). Misalnya untuk soal 43 7, sebagai berikut: - Letakkan Pembagi/ Penyebut (7) sebelum notasi Kurung Bagi dan letakkan bagian yang Dibagi/ Pembilang dibawah notasi Kurung Bagi tersebut.. ___ 7 ) 43 - Uji digit pertama dari yang Dibagi (4), yang lebih kecil dari 7 maka tidak bias dibagi dengan bilangan 7 untuk mendapatkan hasil baginya. Kemudian pandang dua digit pertama dari yang Dibagi (43) dan tentukan berapa banyak 7 dapat membaginya. Dalam hal ini 42 memenuhi syarat tersebut (6*7 = 42). Selanjutnya letakkan 6 di atas Notasi Kurung Bagi. __6_ 7 ) 43

26

Kalikan 6 dengan 7 dan letakkan hasilnya (42) dibawah yang dibagi (43). __6_ 7 ) 43 42 Selanjutnya tarik garis bawah 42, dan kurangkan 42 ini dengan yang dibagi (43). Tuliskan hasilnya (43-42 = 1) dibawah garis bawah tersebut. __6_ 7 ) 43 42 1 Karena hasil selisihnya (1) lebih kecil daripada Pembagi (7) maka selesailah proses pembagiannya. Dan bilangan 1 (satu) ini adalah Residu dari pembagian di atas, solusi pembagian tersebut ditulis sebagai 6 1/7 atau dapat ditulis juga sbb: __6 R 1_ 7 ) 43 42 1 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. e. Cara Mengajarkan Pembagian secara Umum Secara umum ketika Pembagi mempunyai digit lebih dari satu, prosedur pembagian tradisional adalah sama dengan sebelumnya tetapi mungkin kita membutuhkan lebih banyak corat-coret untuk melakukan operasi perkalian dalam langkah pendugaan (guessing) pada proses pembagian tersebut ______ Sebagai contoh akan dihitung 14 ) 7434 , dengan langkah-langkah sbb: - Karena bilangan 7 dalam 7434 lebih kecil dari pada 14, maka dilihat bilangan 74. Untuk mencari berapa banyak kelipatan 14 yang paling mendekati 74 terkadang harus melakukan beberapa langkah pendugaan. Cek sampai mendapatkan kelipatan 14 maksimum yang masih lebih kecil dari 74. 2 14 = 28 4 14 = 56 5 14 = 70 6 14 = 84

27

Dari tabel perhitungan, dapat dilihat kelipatan 14 yang sesuai untuk mendekati 74 adalah 5, sehingga: _5____ 14 ) 7434 70__ 434 - Ulangi langkah diatas, sekarang pandang angka 43 dari 434. Dan lakukan perkalian untuk menduga kelipatan dari 14 yang sesuai, sbb: 2 14 = 28 3 14 = 42 4 14 = 56 Dari tabel perhitungan, dapat dilihat kelipatan 14 yang sesuai untuk mendekati 43 adalah 3, sehingga: _53___ 14 ) 7434 70__ 434 42_ 14 - Ulangi langkah diatas, sekarang pandang angka 14, , dapat dilihat kelipatan 14 yang sesuai adalah 1, sehingga: _531__ 14 ) 7434 70__ 434 42_ 14 14 0

28

Karena sisa pembagian telah mencapai 0 (nol), maka proses pembagian telah selesai tanpa Residu. Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. 3. Tahap Pembagian Mental Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Dalam penelitian didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan mental ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, kecepatan merespon, ingatan dan daya konsentrasi pada para praktisinya. Kunci utama dalam Pembagian secara mental adalah Ingatan (memori) dalam melakukan Perkalian Mental yang sudah diluar kepala. Serta Visualisasi (visualization) dari proses manipulasi operasi pembagian Berdasarkan cara memvisualisasinya, Pembagian Mental dapat dibagi dalam dua kategori: A. Visualisasi Langsung (Direct Visualization) Di sini konsep Metode Horisontal mulai berperan secara dominan. Pengenalan Konsep Asosiasi Posisi dengan menggunakan Notasi Pagar adalah esensial untuk menggunakan visualisasi secara langsung ini. Kata langsung di sini artinya adalah kita langsung bermain dengan konsep abstrak dari Angka tanpa menggunakan peralatan bantuan. Mula-mula siswa diajarkan menghitung pembagian dengan metode horisontal dengan Notasi Pagarnya secara tertulis, selanjutnya mereka dilatih untuk membayangkan (memvisualisasi) proses manipulasi yang telah dilakukannya. Perlu diperhatikan bahwa Operasi Pembagian merupakan operasi yang paling sukar dibandingkan ketiga operasi dasar aritmatika yang lain (pertambahan, pengurangan dan perkalian). Hal ini dikarenakan dalam proses pembagian terdapat langkah Pendugaan (guessing), sehingga untuk melakukan proses pembagian yang efektif tidak hanya sekedar menguasai prosedur pembagian saja tetapi siswa harus dapat melihat POLA yang dapat memudahkan proses pembagian tersebut. Hal ini dapat diajarkan melalui pelatihan yang intens dan berulang-ulang. Contoh: a. Cara mengajarkan Pembagian Mental yang Umum (sebagai contoh 837 3) Untuk melakukan proses pembagian secara efektif dibutuhkan kemampuan untuk menghitung perkalian dengan cepat, yaitu mengalikan Pembagi (3) dengan bilangan dari 1 s.d 9. [Perhatikan ini hanya merupakan penambahan yang berurutan, jadi jika perhitungan mental telah dikuasai akan cepat dikerjakan]

29

Selanjutnya diajarkan bagaimana Notasi Pagar bekerja pada bilangan yang Dibagi (837), perhatikanlah bilangan tersebut, mulai dari bilangan paling kiri yaitu 8 sampai dengan bilangan paling kanan yaitu 7. Digit bilangan paling kiri yi 8 dapat didekati dengan 6 (3*2), selanjutnya bilangan 3 dapat dibagi 3 (3*1), dan terakhir 7 dapat didekati dengan 6 (3*2) sehingga notasi pagarnya dapat ditulis sbb: (8 | 3 | 7) 3 = (8/3 | 3/3 | 7/3) = (2 | 1 | 2) + 201 / 3 = 212 + 201/3 Selanjutnya perhatikan bilangan residunya (201), dimana bilangan 20 dapat didekati dengan 18 (3*6) dan bilangan 1 tidak bias didekati lagi karena lebih kecil dibandingkan bilangan pembagi, sehingga didapat: 212 + 201/3 = 212 + (20/3 | 1/3) = 212 + (6 | 0) + 21 / 3 = 272 + 21/3 Yang dapat langsung diselesaikan menjadi 272 + 21/3 = 272 +7 = 279 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Menyisipkan Notasi Pagar ke dalam Bilangan yang Dibagi (837) seoptimal mungkin (837) = (8 | 3 | 7) 2. Selanjutnya melakukan Pagarsehingga didapat: operasi pembagian di dalam Notasi

(8/3 | 3/3 | 7/3) = 212 + 201/3 3. Ulangi prosedur 1 dan 2 untuk bilangan residu yang dihasilkan sampai menghasilkan residu yang kurang dari bilangan Pembagi Sehingga didapat jawabannya adalah 279 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kiri ke Kanan Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada sampai dapat menghitung tanpa harus mencorat-coret pada kertas. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi. b. Cara mengajarkan Pembagian Mental yang Berpola (sebagai contoh 34170 17) Perhatikanlah bilangan yang Dibagi (34170), mulai dari bilangan paling kiri yaitu 3 sampai dengan bilangan paling kanan yaitu 0. Dua digit bilangan paling kiri yi 34 dapat dibagi 17, selanjutnya bilangan 17 dapat pula dibagi 17, sehingga notasi pagarnya dapat ditulis sbb:

30

(34 ||| 170) 17 = (34/17 ||| 170/17) = (2 ||| 10) Sehingga hasilnya adalah (2 ||| 10) = 2010 Jadi disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Menyisipkan Notasi Pagar ke dalam Bilangan yang Dibagi (34170) seoptimal mungkin 2. Selanjutnya melakukan operasi pembagian di dalam Notasi Pagar (34/17 ||| 170/17) Sehingga didapat jawabannya adalah 2010 KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kiri ke Kanan Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada sampai dapat menghitung tanpa harus mencorat-coret pada kertas. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi. B. Visualisasi Objek (Visualization with Object) Biasanya objek yang digunakan disini adalah sempoa (abacus). Disini sempoa digunakan untuk membantu proses visualisasinya, terutama digunakan bagi mereka yang belum mengetahui konsep Asosiasi Posisi dan bagi mereka yang kesulitan untuk memvisualisasikan sesuatu yang abstrak seperti Angka Desimal. Dalam kenyataannya cara Visualisasi dengan menggunakan objek sempoa ini hanya sesuai untuk diajarkan pada anak-anak saja. Dan kurang sesuai untuk diajarkan pada remaja atau orang dewasa karena umumnya remaja dan orang dewasa sudah mempunyai konsep bilangan dan operasinya yang mapan dalam benaknya sehingga merasa kesulitan/bosan harus belajar lagi menghitung bilangan dari awal dengan menggunakan sempoa. (Untuk mempelajari secara lengkap Metode Sempoa dapat dilihat pada http://groups.yahoo.com/group/metode_horisontal/files/takashikojima1.p df ) Contoh: a. Cara mengajarkan Pembagian Mental yang Umum (sebagai contoh 837 3) Disini terdapat tahap-tahap manipulasi sebagai berikut: 1. Tentukan batang bilangan 837 pada batang FGH dan 3 pada batang A. 2. Dekati bilangan 8 dari 837 dengan 6 (3*2), simpan kelipatannya (2) pada batang D. Kemudian kurangi 8 dengan 6 (8-6=2) pada batang F. Selanjutnya pandang residu pada batang FG (23), dekati bilangan 23

31

dengan 21 (3*7), simpan kelipatannya (7) pada batang E. Dan Kurangkan 23 dengan 21 (23-21 = 2) 3. Selanjutnya pandang residu pada batang GH sekarang yang memuat bilangan 27, bilangan ini akan habis dibagi dengan 3 (3*9 = 27). Simpan kelipatannya (9) pada batang F. Kurangkan 27 dengan 27 (27-27=0). 4. Karena residu sudah sama dengan nol maka proses pembagian selesai. Hasilnya adalah pada batang DEF yaitu 279. KETERANGAN: Perhatikan pola perhitungan yang tetap konsisten untuk setiap soal yang ada yaitu mulai dari Kiri ke Kanan b. Cara mengajarkan Pembagian Mental yang Berpola (sebagai contoh 34170 17) Untuk kasus seperti ini Metode Sempoa tidak efisien karena harus melakukan langkah-langkah perhitungan yang panjang. Padahal jika dikenali polanya, dapat dilakukan operasi pembagian yang singkat dengan Metode Horisontal.

32

Bagaimana Melakukan Visualisasi yang Benar? Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Kunci utama dalam pehitungan mental ini adalah Visualisasi (visualization) dari proses manipulasi operasi perhitungan. Sekarang yang menjadi pertanyaan kita adalah bagaimana cara melakukan visualisasi ini secara benar, sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai?. Banyak lembaga mental aritmatika tidak mengajarkan hal ini secara benar kepada siswanya, sehingga apa yang dicapai hanya bersandarkan pada tingkat ketekunan siswanya sendiri. Untuk menjelaskan hal ini secara lengkap akan dimulai dengan uraian latar belakang dari visualisasi ini sebagai suatu bentuk meditasi konsentrasi. A. Meditasi Konsentrasi Kata 'meditasi' [meditation] didefinisikan sebagai "praktek berpikir secara mendalam dalam keheningan, terutama untuk alasan keagamaan atau untuk membuat batin tenang." (Oxford Advanced Learner's Dictionary). Dalam kamus yang bersifat umum ini, 'meditasi' dianggap sebagai proses 'berpikir'. Ini hampir sama dengan 'kontemplasi' yang didefinisikan secara persis sama. Pada dasarnya, 'meditasi' adalah "pemusatan perhatian pada suatu obyek batin secara terus-menerus." Memang ada obyek-obyek meditasi tertentu yang berupa pikiran atau ide/konsep, sehingga terjadi tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan secara tegas antara 'meditasi' dan 'kontemplasi'. Salah satu bentuk dari meditasi yang umum adalah Meditasi Konsentrasi. Dalam Meditasi Konsentrasi ini, perhatian pemeditasi dipusatkan pada satu obyek meditasi, dengan tujuan (spiritual) untuk memperoleh ketenangan di dalam tingkat-tingkat kesadaran yang lebih tinggi [altered states of consciousness]. Di sini, pemeditasi memusatkan batinnya pada suatu hal, seperti doa, suatu kotak, suatu mantra, suatu nyala lilin, suatu gambar religius atau apa pun, dan menyingkirkan semua pikiran dan persepsi yang lain dari kesadarannya. Apabila yang dipakai sebagai objek konsentrasi tersebut adalah suatu gambaran visual, maka meditasi konsentrasi ini disebut sebagai proses visualisasi. Cara ini banyak digunakan dalam Budhisme Tibet. Dalam penerapannya untuk hal-hal praktis, visualisasi ini dapat digunakan untuk memotivasi diri sendiri, untuk membantu menguasai suatu skill tertentu, atau untuk merencanakan sesuatu hal secara menyeluruh. Dalam artikel ini, proses visualisasi digunakan agar kita dapat menguasai perhitungan mental dengan cepat dan benar. B. Visualisasi Proses Visualisasi untuk perhitungan mental ini dimulai dengan siswa mengerjakan perhitungan soal tertentu secara tertulis dengan menggunakan Metode Horisontal. Perhitungan dilakukan sampai diperoleh hasil yang benar, kemudian soal-soal yang diberikan harus diingat-ingat oleh siswa. Bila perhitungan secara tertulis ini telah dilakukan dengan sempurna, maka siswa telah siap melakukan proses visualisasi. Untuk melakukan proses Visualisasi secara benar untuk menguasai perhitungan mental, ikutilah enam langkah berikut : 1. Pilihlah lingkungan agar dapat duduk yang nyaman dan tenang. Kemudian duduklah dengan santai tetapi di sini perlu ditekankan disini bahwa sebaiknya posisi punggung kita sebaiknya tetap tegak.

33

2. Lemaskan semua otot-otot kita, usahakan agar diri kita dalam kondisi santai sepenuhnya. Hal ini sangat penting dalam visualisasi untuk mendapatkan hasil yang positif. Tutup mata anda sejenak, kemudian bernafaslah perlahan-lahan dan secara mendalam untuk mecapai keadaan batin yang tenang. Setelah melakukan hal ini, seharusnya batin kita telah menjadi hening dan tenang. 3. Sekarang, secara mental anda memvisualisasi proses perhitungan mental yang sebelumnya telah dikerjakan secara tertulis. Usahakan untuk melakukan proses perhitungan secara perlahan-lahan dan secara mendetail dengan cara memvisualisasi proses perhitungan Metode Horisantal tersebut. 4. Gunakan semua indera kita untuk mewarnai semua proses visualisasi kita. Gunakan indera sentuhan untuk merasakan bagaimana kita mengerjakan perhitungan dengan pensil, gunakan mata kita untuk melihat bilangan-bilangan yang dihitung beserta Notasi Pagar yang membatasinya, gunakan pendengaran kita bagaimana bunyi denting pensil setiap kita melakukan perhitungan dan seterusnya. Semua ini digunakan untuk memperkuat gambaran mental yang kita buat mengenai proses perhitungan metode horisontal. 5. Lakukan afirmasi setiap anda melakukan proses perhitungan secara benar dengan cara berkata pada diri anda sendiri bahwa anda seorang yang ahli menhitung. Katakan kepada diri anda sendiri, Saya ahli menghitung secara berulang-ulang. 6. Lakukan hal ini setiap hari. Lakukan perhitungan mental untuk proses perhitungan yang berurutan setiap kita mempunyai waktu luang. Misalnya 1+2 = 3, 2+3 =5, 3+5 = 8, 4+8 = 12, 5+12 = 17 dan seterusnya. Perhitungan secara berurutan ini tentunya dilakukan sesuai dengan banyaknya digit bilangan yang telah anda kuasai, kuncinya adalah kuasai dulu setiap level baru berpindah ke dalam level untuk menghitung digit bilangan yang lebih banyak Terakhir adalah tentukanlah waktu dan tempat yang tetap untuk melakukan hal ini setiap hari kurang lebih selama lima menit. Proses visualisasi ini yang kita lakukan ini harus dikerjakan secara benar agar menghasilkan sesuatu secara efektif. Bila dilakukan secara serampangan, visualisasi ini dapat menjadi suatu proses yang hanya menghabiskan waktu atau malah dapat membuat anda melakukan sesuatu perhitungan mental secara salah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada tiga kunci untuk melakukan visualisasi secara efektif, yaitu: 1. Kebenaran. Visualisasi hanya akan meningkatkan kemampuan perhitungan anda apabila anda telah dapat menghitung dengan proses yang BENAR. Oleh karena itu, siswa yang akan melakukan proses visualisasi harus sudah mampu mengerjakan soal-soal dengan metode horintal secara SEMPURNA secara tertulis terlebih dahulu. Untuk ini memang dibutuhkan seorang pembimbing agar proses Visualisasi ini tidak dilakukan secara serampangan sehingga malah membuat siswa melakukan kesalahan perhitungan secara berulang-ulang 2. Keakuratan. Visualisasi yang dilakukan harus akurat dan mendetail untuk menjadi efektif. Untuk itu pertama kali proses Visualisasi harus dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan, tidak boleh terburu-buru dalam melakukan hal ini. Pada mulanya, lakukan semua proses perhitungan secara spesifik, jangan langsung menjawab berdasarkan perkiraan semata. Baru setelah anda sudah menguasai perhitungan mental secara mekanis, maka proses perhitungan dapat dipotong sesuai dengan kemampuan anda. Selain itu gunakan semua indera yang ada untuk memperkuat hasil visualisasinya, disini dibutuhkan imajinasi untuk mewarnai proses perhitungan mental yang kita lakukan. 3. Terdistribusi. Visualisasi paling efektif jika dilakukan pada waktu yang terdistribusi secara merata. Di sini berlaku prinsip, melakukan visualisasi selama sepuluh menit setiap hari

34

selama seminggu dianggap lebih efektif daripada melakukan proses visualisasi selama satu jam nonstop.

Bagaimana caranya melatih ingatan tentang perhitungan dasar?

Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Kunci utama dalam perhitungan mental selain dari proses visualisasi adalah INGATAN akan fakta perhitungan dasar yaitu penambahan / pengurangan dari 0 (nol) s.d 9 (sembilan). Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana melatih ingatan akan fakta perhitungan dasar tersebut, yang sering disebut proses mekanisasi. Inti dari proses mekanisasi ini adalah latihan yang berulang-ulang sehingga fakta tentang perhitungan dasar dapat diingat diluar kepala dengan kecepatan optimal dalam mengambil memori dari dalam otak kita. Langkah pertama dalam melakukan proses mekanisasi ini adalah meminta agar siswa menghitung dalam lembar perhitungan dasar.-- Lembar perhitungan ini berisi angka-angka dari 0 (nol) s.d 9 (sembilan) secara acak dalam jumlah yang sangat banyak.-- Dalam menugaskan siswa misalnya untuk menghitung operasi penambahan, tentukan waktu pengerjaannya, tetapkanlah selama 3 menit. Perintahkan siswa melakukan operasi penjumlahan sebanyak-banyaknya dalam waktu pengerjaan tersebut. Setelah dilakukan latihan awal ini, siswa diminta untuk mengoreksi hasil dari perhitungan mereka sendiri dan menghitung berapa perhitungan yang berhasil ia kerjakan. Bila mereka telah mampu menghitung kurang lebih 100 perhitungan dengan tingkat keakuratan hasil perhitungan lebih dari 97%, maka proses mekanisasi ini dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. Bila belum dapat mereka harus mengulangi tahap ini sampai berhasil. Pada tahap awal ini, dilatih keakuratan dan kecepatan dalam menghitung. Setelah mereka menyelesaikan tahap awal di atas, maka dapat dilanjutkan dengan mengulang proses persis seperti tahap pertama secara berulang dengan jeda waktu sekitar setengah menit. Jadi dalam tahap ini dilakukan proses perhitungan jeda proses perhitungan jeda dan seterusnya. Lakukan hal ini sampai 4 (empat) kali perulangan proses perhitungan, hal ini akan membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Kemudian koreksi hasil akhirnya, dan untuk lulus maka siswa harus dapat melakukan perhitungan kurang lebih 100 perhitungan setiap 3 menit dengan tingkat keakuratan lebih dari 97 %. Bila belum dapat mereka harus mengulangi tahap ini sampai berhasil. Di tahap ini dilatih daya tahan (endurance) siswa dalam menghitung dalam jumlah yang banyak. Bila hal ini telah dapat dilakukan dengan baik, maka landasan dari proses mekanisasi telah terbentuk. Selanjutnya adalah dilakukan latihan rutin secara mandiri dengan pola latihan yang sama dengan menetapkan target akhir, yaitu dapat melakukan 1 (satu) perhitungan dasar setiap satu detik sehingga dalam 3 menit dapat menghitung 180 buah perhitungan, dengan daya tahan untuk menghitung selama setengah jam. Lakukanlah proses mekanisasi ini bersamaan dengan proses visualisasi secara rutin agar dapat menguasai penghitungan mental dengan cepat

35

RINGKASAN DISKUSI DI MILIS 1 Latar belakang metode horisontal Metode Horisontal merupakan bentuk deduktif dari Metode sempoa, ia bukan sekedar rumus atau formula untuk mempercepat perhitungan tetapi merupakan cara berpikir (the way of thinking). Secara umum konsep yang mendasari baik Metode Horisontal dan Metode Sempoa adalah sama yaitu konsep asosiasi posisi. Di dalam metode Sempoa, konsep asosiasi posisi ini dipelajari secara tidak langsung dengan menggunakan media sempoa (abacus) secara berulang-ulang sehingga dapat disebut logika induktif. Dalam Metode Horisontal, konsep asosiasi posisi ini dipelajari secara langsung dengan mengenalkan konsep asosiasi posisi dengan Notasi Pagar kepada para siswanya. Metode penyampaian Notasi Pagar ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan anaknya, dapat dengan berbagai media permainan untuk anak-anak yang masih kecil atau langsung menggunakan konsep matematika untuk mereka yang sudah cukup dewasa. Oleh karena itu jelas bahwa seperti halnya Metode Sempoa, metode Horisontal dapat digunakan untuk menghitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian. Terlebih lagi dengan menggunakan Notasi Pagar, bidang Aritmatika akan dapat digali lebih dalam lagi sehingga masuk pada Tahap Perhitungan Mental dan selanjutnya Tahap Kreatifitas. Tahap Perhitungan mental artinya anak akan dapat menghitung tanpa menggunakan alat bantu apapun kecuali pikirannya sendiri. Sedangkan dalam tahap kreatifitas, anak dapat diajarkan untuk membuktikan suatu formula aritmatika dan juga membuat formula yang lebih cepat bagi diri mereka sendiri

CONTOH I Sebagai motivasi untuk diskusi kita, kami memberikan contoh sederhana mengenai kasus perhitungan kuadrat: 1. Misalkan soal 25^2 dalam metode horisontal dituliskan sebagai (2|5)^2 dengan "|" adalah notasi pagar yang menunjukkan asosiasi posisi dari bilangan tersebut. Selanjutnya notasi posisi ini dapat diperlakukan seperti operator, seperti halnya operator tambah "+" dsb. Sehingga dapat dihitung sebagai berikut : 2^2 | 2*2*5 | 5^2 = 4 | 20 | 25 Oleh karena notasi pagar mengindikasikan posisi dari bilangan maka dalam setiap pagar dalam kasus di atas harus terdapat hanya satu digit bilangan, bila lebih dari satu harus digeser ke kolom sebelah kirinya (Kita selalu bekerja dalam arah kanan ke kiri). Cara menggesernya dengan cara menambahkan bilangan 'yang berlebihan' ke kolom sebelah kirinya. Perhatikan: 4 | 20 | 25 = 4 | 20+2 | 5 = 4 | 22 | 5 Selanjutnya proses diulangi lagi sbb: 4+2 | 2 | 5 = 6 | 2 | 5

36

Setelah dalam notasi pagar hanya terdapat satu digit bilangan maka perhitungan selesai. Sehingga : 6 | 2 | 5 = 625 Jika anda memperhatikan pola perhitungan kuadrat maka secara umum dapat dirumuskan sebagai: (ab)^2 = a^2 | 2*a*b | b^2

2. Contoh selanjutnya 205^2 Di tuliskan sebagai (2 | 0 | 5)^2 = (2 ||5)^2 Disini, notasi pagar berbobot dua sehingga harus ada 2 digit bilangan di dalam notasi pagar tersebut. Sehingga didapat : (2 || 5)^2 = 2^2 || 2*2*5 || 5^2 = 4 || 20 || 25 Di sini setiap bilangan dalam notasi pagar sudah memenuhi syarat sehingga hasilnya adalah: 4 || 20 || 25 = 42025

CONTOH II 1. 89^2 =8^2 | 2*8*9 | 9^2 =64 | 144 | 81 =64 | 144+8 | 1 =64 | 152 | 1 =64+15 | 2 | 1 =79| 2 | 1 = 7921 tadinya saya menghitung angka 7 ditambahkan lagi dgn angka 9 jadi: 7+9 | 2 | 1 = 16| 2 | 1= 1+6 | 2 | 1= 721. Pertanyaan saya, kenapa angka 79 tidak dijumlahkan lagi? 2. 809^2 = (8||9)^2 = 8^2|| 2*8*9 || 9^2 = 64 || 144 || 81 = 64+1 || 44 || 81=65 || 44 || 81=654481 yang no 2 ini saya betul.

37

3. 8009^2 = 8 ||| 9^2 = 8^2 ||| 2*8*9 ||| 9^2 = 64 ||| 144 ||| 81 = 6414481 jawaban saya salah, seharusnya 64144081 tapi saya tidak mengerti, angka 0 itu dari mana? JAWABAN: Ingat kembali arti dari notasi pagar "|" sebagai representasi dari konsep asosiasi tempat. Simbol "|" berarti posisi dari bilangan disebelah kanan simbol tersebut. (Memang lengkapnya simbol tersebut ada bilangan subscript... karena word prosesor milis tidak support kasusnya memang disederhanakan). Untuk mudahnya saya menggunakan simbol "|" seperti dalam contoh-contoh yang lalu. Tanda "|" untuk satu posisi bilangan di sebelah kanannya. Jika "||" berarti untuk dua posisi bilangan di sebelah kanannya. Dst. Jika "kuota"nya berlebihan harus di geser ke kiri, dengan cara menambahkannya. kalau kekurangan "kuota" nya harus disubtitusi dengan angka nol

CONTOH III Untuk menyederhanakan pertanyaan anda, saya sedikit merubah pertanyaannya menjadi 289^2 karena disini kita bi memanfaatkan perhitungan 89^2 sebelumnya. Perhatikan 289^2 = (2||89)^2 = 2^2 || 2*2*89 || 89^2 =4 || 356 || 7921 =4 || 356+79 || 21 = 4 || 435 || 21 =4+4 || 35 ||21 =8 || 35 || 21 = 83521 Untuk persoalan 8,9^2 memang lebih rumit karena disini kita harus benar-benar memahami konsep asosiasi posisi. Perhatikan dalam metode horisontal kita bisa menuliskan 89,8 = 8*10^1+9*10^0+8*10^(-1) = 8 | 9 -|8 -|. Di sini simbol adalah posisi satuan dan -| adalah posisi persepuluhan. Disini simbol menunjukkan posisi bilangan disebelah kanannya. Sehingga dengan notasi seperti di atas persoalan kita dapat di tulis sebagai 8,9^2 = (8 9 -|)^2 = 8^2 2*8*9 -| 9^2 -| = 64 144 -| 81 -| = 46 144+8 -| 1 -| = 16 152 -| 1 -| = 64+15 2 -| 1 -| = 79 2 -| 1 -| = 79,21

38

atau 8,9^2 = (89*10^-1) ^2 = 89^2 * 10^(-2) = 8^2 | 2*8*9 | 9^2 *10^(-2) = 64 | 144 | 81 *10^(-2) = 7921 *10^(-2) = 79,21

CONTOH IV untuk soal yg 8090^2 yg dulu, saya akan coba jawab berdasarkan kira-kira : 8090^2 = 8||9||^2 = 8^2 || 2*8*9 || 9^2 || = 64 || 144 |||| 81 = 64+1 || 44 |||| 81 = 65 || 44 |||| 81 = 65440081 JAWABAN: Ada kesalahan sedikit 8090^2 = 64|| 44 || 81 || (Notasi Pagar tetap) Notasi Pagarnya tidak menjadi seperti anda 64|| 44 |||| 81 (artinya akan berbeda) Sehingga hasilnya adalah 64|| 44 || 81 || = 64448100 (Pagar terakhir direpresentasikan dengan angka 00)

CONTOH V Sebagai contoh, diambil kasus pangkat tiga misalnya 79^3 1. Misalkan soal 79^3 dalam metode horisontal dituliskan sebagai (7|9)^3 dengan "|" adalah notasi pagar yang menunjukkan asosiasi posisi dari bilangan tersebut. Selanjutnya notasi posisi ini dapat diperlakukan seperti operator, seperti halnya operator tambah "+" dsb. Jika anda memperhatikan pola perhitungan kuadrat maka secara umum dapat dirumuskan sebagai: (ab)^2 = a^2 | 2*a*b | b^2 MAKA untuk pola perhitungan pangkat tiga: (ab)^3 = (a|b) * (a|b)^2 bila diuraikan maka didapat : = a^3 | 3*a^2*b | 3*a*b^2 | b^3

39

Perhatikan ini mirip dengan perhitungan polinom (Binomial Newton), sehingga sekarang anda dapat mengembangkan formula sendiri untuk pangkat yang lebih tinggi. Sehingga dapat dihitung sebagai berikut : (79)^3 = (7|9)^3 = (7^3 | 3*7^2*9 | 3*7*9^2 | 9^3) = 343 | 1323 | 1701 | 729 Oleh karena notasi pagar mengindikasikan posisi dari bilangan maka dalam setiap pagar dalam kasus di atas harus terdapat hanya satu digit bilangan, bila lebih dari satu harus digeser ke kolom sebelah kirinya (Kita selalu bekerja dalam arah kanan ke kiri). Cara menggesernya dengan cara menambahkan bilangan 'yang berlebihan' ke kolom sebelah kirinya. Perhatikan: 343 | 1323 | 1701 | 729 = 343 | 1323 | 1701+72 | 9 = 343 | 1323 | 1773 | 9 Selanjutnya proses diulangi lagi sbb: 343 | 1323 | 1773 | 9 = 343 | 1323+177 | 1773 | 9 = 343 | 1500 | 3 | 9 Selanjutnya proses diulangi lagi sbb: 343 | 1500 | 3 | 9 = 343+150 | 0 | 3 | 9 = 493 | 0 | 3 | 9 Setelah dalam notasi pagar hanya terdapat satu digit bilangan maka perhitungan selesai. Sehingga : 493 | 0 | 3 | 9 = 493039 2. Untuk perhitungan kuadrat digit lebih dari 2, sepertinya harus digunakan rumus dari metode horisontal 2 kali, contohnya (1234)^2 = (12|34)^2 kalo tidak salah :) berarti jika memakai rumus abc (pelajaran smp)=a^2+2ab+b^2, utk mencari 12^2 dan 34^2 harus pake metode horisontal juga kan? belum lagi perkalian 2ab, berarti 2*12*34 yang jika kita cari hasilnya juga cukup memakan waktu, adakah cara lain yg lebih mudah ? Metris: Bagus sekali pertanyaan anda. Memang ada cara lain yang lebih mudah tetapi cara ini melibatkan penurunan formula, yang dalam metris disebut OPERASI GABUNGAN. Dalam hal ini menghafal formula bukan cara yang efektif, lebih baik anda dapat menurunkan formula tersebut. Perhatikan (word processor disini terdapat keterbatasan Notasi, karena itu harap dicorat-coret kembali):

40

Misalnya 132^2, cara untuk menurunkan formula dalam kasus tiga digit seperti ini sbb: (abc)^2 = (a | bc)^2 = a^2 | 2 * a *(bc) | (bc)^2 = a^2 | 2*a*b | 2*a*c + b^2 |2*b*c | c^2 Sekarang dapat dihitung secara langsung: 132^2 = 1^2 | 2*1*3 | 2*1*2 + 3^2 | 2*3*2 | 2^2 = 1 | 6 | 4+9 | 12 | 4 = 1 | 6 | 13 | 12 |4 Oleh karena notasi pagar mengindikasikan posisi dari bilangan maka dalam setiap pagar dalam kasus di atas harus terdapat hanya satu digit bilangan, bila lebih dari satu harus digeser ke kolom sebelah kirinya (Kita selalu bekerja dalam arah kanan ke kiri). Cara menggesernya dengan cara menambahkan bilangan 'yang berlebihan' ke kolom sebelah kirinya. Perhatikan: 1 | 6 | 13 | 12 |4 = 1 | 6 | 13+1 | 2 |4 = 1 | 6 | 14 | 2 |4 Selanjutnya proses diulangi lagi sbb: 1 | 6 | 14 | 2 |4 = 1 | 6+1 | 4 | 2 |4 = 1 | 7 | 4 | 2 |4 Setelah dalam notasi pagar hanya terdapat satu digit bilangan maka perhitungan selesai. Sehingga : 1 | 7 | 4 | 2 |4 = 17424

CONTOH VI coba menghitung 1110^3 : 1110^3 = (11|10)^3 = 1331 | 3630 | 3300 | 1000 = 1331 | 3630 | 3300+10 | 00 = 1331 | 3630 | 3310 | 00 = 1331 | 3630+33 | 10 | 00 = 1331 | 3663 |10 | 00 = 1331+36 | 63 | 10 | 00 = 1367631000 benar begitu ?... Metris :

41

Disini ada kesalahan notasi 1110^3 = (11 || 10 )^3 = 1331 || 3630 || 3300 || 1000 Notasi || berarti harus ada 2 digit dalam Notasi pagar tersebut.

42

FILOSOFI PENDIDIKAN METODE HORISONTAL oleh Alexander Agung Metode Horisontal lahir dengan keinginan untuk memecahkan permasalahan yang paling mendasar dari pendidikan matematika di negara ini. Dan yang menjadi masalah terbesar dalam pendidikan Matematika adalah membangkitkan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan numerik & logika dan daya kreatifitas siswa dalam memecahkan soal, bukan sekedar mengajari bejibum topik matematika, yang akhirnya malah cenderung hanya memberikan formula jalan pintas agar siswa KELIHATAN menguasai matematika seperti yang terjadi di negara ini dan akhirnya membuat siswa muak dengan Matematika karena mereka sebenarnya tidak mengerti apa yang sedang mereka kerjakan. Ketika seorang siswa sudah mempunyai kepercayaan diri pada kemampuan numerik & logika dan mempunyai daya kreatifitas untuk memecahkan masalah, mereka telah siap menerima pendidikan Matematika yang bersifat deduktif, yang biasa disebut Modern Mathematics. Di sini mereka akan benar-benar diajarkan bagaimana BERPIKIR LOGIS dan KONSISTEN secara mandiri. Bila mereka mampu memahami hal yang tersulit dalam matematika yaitu untuk berpikir secara logis dan konsisten ini, maka jalan untuk mempelajari jenis Matematika apapun akan terbuka lebar. Jadi kalau seorang siswa yang rajin sebenarnya tidak perlu kursus apapun juga asalkan dia sudah bisa BERPIKIR LOGIS dan KONSISTEN karena topik2 matematika yang harus diajarkan dalam kurikulum kita sebenarnya sudah ada di dalam bukubuku teks yang beredar. Dengan pemikiran seperti ini, Metode Horisontal membuat sebuah CARA BERHITUNG yang BARU beserta CARA PENGAJARAN yang BARU pula, dan tentunya pengajaran siswa diawali dari Tahap Pengenalan Bilangan sampai dengan Tahap Kreatifitas. Sebagai Cara Menghitung yang baru, Metode Horisontal merupakan bentuk deduktif dari Metode Sempoa, secara umum konsep yang mendasari baik Metode Horisontal dan Metode Sempoa adalah sama yaitu konsep Asosiasi Posisi. Di sini metode Horisontal bukan sekedar rumus atau formula untuk mempercepat perhitungan tetapi merupakan cara berpikir (the way of thinking). Jadi jelas bahwa Metode Horisontal bekerja mulai pada bidang paling fundamental dari Matematika yaitu Aritmatika Dasar. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada: www.sigmetris.com Kemudian sebagai Cara Pengajaran yang baru, tentunya Metode Horisontal akan mengikuti standar kurikulum yang sudah ditetapkan pemerintah. Selain itu Metode Horisontal perlu membangun sebuah filosofi pendidikannya sendiri yang menjadi landasan bagi Cara Pengajarannya. Dalam artikel ini, akan diuraikan mengenai Filosofi Pendidikan dari Metode Horisontal, yang mempunyai beberapa kata-kata kunci yaitu Kongkrit, Penyelidikan dan Transformatif. Filosofi Pendidikan ini dibangun berdasarkan tahap-tahap yang harus dilalui seorang siswa dalam mempelajari sebuah materi pelajaran, terutama dalam bidang Matematika, yang secara garis besar adalah tahap Mengenal (know), tahap Memahami (understand), dan tahap Menguasai (mastering) suatu materi pelajaran tertentu. Karena itu sesuai dengan tahap-tahap ini, dibangun tiga dasar filosofi pendidikan yang mendasari proses pendidikan di dalam tahap-tahap tersebut, sebagai berikut: 1. Pendidikan yang Kongkrit Tahap Mengenal Dalam tahap pengenalan suatu ilmu pengetahuan pastilah akan timbul pertanyaan: Bagaimana siswa bisa bertanya dan tertarik mengenai suatu topik jika mereka belum tahu bidang tersebut sama sekali?. Pastilah di sini harus ada guru yang memperkenalkan topik tersebut dan memotivasi siswa agak tertarik dengan bidang tersebut. Jadi sebelum menginjak pada proses Penyelidikan (tahap Pemahaman), siswa perlu diperkenalkan dengan ilmu pengetahuan yang

43

bersifat kongkrit (nyata) bagi mereka. Pendidikan seperti ini dinamakan sebagai Pendidikan yang Kongkrit. Pendidikan yang Kongkrit adalah jenis pendidikan yang menekankan segala materi yang diajarkan ke siswa sebaiknya terhubung dengan realitas kehidupan sehari-hari dan menggunakan konteks nyata sebagai sumber inspirasi untuk memperkenalkan siswa pada suatu pengetahuan tertentu. Singkatnya di sini siswa akan dapat mencerap bahwa materi yang diajarkan adalah hal yang nyata bagi dirinya, bukan sesuatu yang terlepas dari kehidupannya sehari-hari. Hal ini tentunya tidak perlu berupa materi yang berbentuk benda nyata, bisa saja topik tersebut berwujud suatu soal cerita atau sebuah puzzle. Melalui materi yang bersifat kongnrit seperti ini, kemudian mulai dibangun materi-materi yang bersifat lebih abstrak sebagai sebuah kontinuitas yang wajar darinya. Pendidikan yang Kongkrit mempunyai beberapa karakteristik dasar, yaitu: Menggunakan konteks kehidupan nyata sebagai awal proses pembelajaran Menggunakan model sebagai jembatan antara dunia nyata dan ilmu pengetahuan. Di sini model berperan untuk menyederhanakan dunia nyata sehingga bisa dilihat karakteristik-karakteristik yang penting sehingga dapat dipahami prinsip dasar ilmunya. Model yang dibangun tersebut harus dipahami benar oleh siswa sehingga harus menggunakan istilah, simbol, diagram dan gambar yang mudah ditangkap atau yang sudah biasa digunakan oleh siswa Menggunakan proses pengajaran yang interaktif sehingga siswa dapat merasakan benar-benar bahwa konteks yang dibahas relevan dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak menolak untuk membahas suatu subjek secara lintas ilmu bila hal ini memang dapat membuat materi yang diajarkan semakin Kongkrit dalam sudut pandang siswa. Bila karakteristik ini dipenuhi dalam suatu proses pengajaran, maka siswa akan mencerap suatu bidang bukan sebagai hal yang abstrak tetapi sebagai hal yang nyata dan berguna bagi dirinya. Dan tentunya karena ditekankan pula penggunaan istilah, simbol, diagram dan gambar yang mudah dipahami siswa, hal ini akan membuat mereka merasa nyaman dan tentunya mereka juga otomatis akan merasa tertarik dengan bidang tertarik karena merasa mudah memahaminya. Bila hal ini telah terjadi maka Pendidikan dengan cara Penyelidikan telah siap untuk dilakukan oleh siswa, karena prasyaratnya dari sebuah proses penyelidikan adalah antusiasme dan rasa ingin tahu. Selanjutnya dalam Pendidikan yang Kongkrit ini, peran seorang guru adalah sebagai berikut: Sebagai seorang pengajar, yaitu ia harus memperkenalkan suatu topik di depan kelas dengan mulai pada hal-hal yang kongkrit di sekitar kehidupan siswanya. Kemudian dalam interaksinya dengan siswa, guru harus memberikan sebuah tantangan (challenge) dan sekaligus bantuan (clue) yang dibutuhkan siswa untuk memahami topik yang diajarkan. Bantuan tersebut dapat berupa sebuah diagram, gambar atau penjelasan yang dibutuhkan untuk memecahkan tantangan yang diberikan. Perlu pula ditekankan dalam pendidikan yang kongkrit ini, guru juga berperan sebagai motivator, hal ini dapat dengan bermacam-

44

macam cara misalnya dengan menceritakan tokoh yang berperan dalam bidang tersebut, dengan mendemonstrasikan kegunaan ilmu tersebut di depan kelas dan sebagainya. Selain itu mereka harus selalu memandang secara positif setiap Keberhasilan dari setiap siswa yang diajarnya dalam memecahkan soal dan berusaha membantu siswanya dalam mengkonstruksi konsep diri yang positif. Terakhir guru perlu terus-menerus memantau keaktifan siswanya di dalam kelas ketika berusaha memahami topik yang diajarkan dengan mengamati caranya bertanya atau menjawab tantangan (challenge) yang diberikan. 2. Pendidikan dengan Penyelidikan Tahap Memahami Dalam model Pendidikan yang menekankan proses Penyelidikan, siswa didorong untuk bertanya tentang suatu topik tertentu yang menarik bagi dirinya. Tentunya topik ini harus diperkenalkan oleh seorang guru yang berperan sebagai fasilitator di sini. Pertanyaanpertanyaan siswa ini tidak perlu merupakan hal yang masuk akal atau mudah dijawab, dan guru tidak bertugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa, tetapi bertugas untuk memfokuskan pertanyaan-pertanyaan ini sehingga siswa dapat memberikan alternatif jawabannya sendiri. Pendidikan dengan cara menyelidiki dimotivasi oleh fakta bahwa seorang Pembelajar yang baik ternyata mempunyai perhatian terhadap aktifitas bertanya dan menyelesaikan pertanyaan itu sendiri, bukan hanya tertarik pada hasil akhir pengetahuan saja. Aktifitas penyelidikan ini sebaiknya dilakukan secara sosial, yaitu bersama-sama dengan guru dan juga teman-teman sebayanya. Di sini terdapat daftar dari seorang Pembelajar yang baik, yaitu: Percaya diri terhadap kemampuan belajar mereka Kesenangan dalam memecahkan suatu masalah Tajam dalam melihat hubungan-hubungan yang relevan Bersandar pada pendapatnya sendiri bukan pada pendapat orang banyak. Tidak takut untuk salah Tidak terburu-buru untuk menjawab Mempunyai sudut pandang yang fleksibel Menghargai Fakta diatas sebuah Opini dan dapat membedakan dengan jelas antara sebuah Fakta dan Opini. Merasa nyaman dalam Ketidaktahuan, sehingga tidak merasa perlu untuk menjawab semua pertanyaan yang muncul secepat mungkin. Dan tidak puas dengan suatu jawaban yang sangat disederhanakan. Untuk melakukan model pendidikan dengan cara Penyelidikan ini diperlukan peran baru bagi seorang guru yang berbeda dari model pendidikan tradisional. Di sini, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan penuntun dibandingkan sebagai seorang pengajar yang memberikan kuliah saja. Ada beberapa hal yang harus dipahami seorang guru dalam metode pengajaran ini:

45

Mereka harus menghindari siswa bahwa mereka harus tahu sesuatu hal agar siswa merasa nyaman jika mempunyai pertanyaan yang belum bisa terjawab olehnya. Mereka berbicara dengan siswa dengan cara bertanya kembali yang berfungsi untuk memfokuskan setiap pertanyaan siswa. Mereka tidak dapat menerima jawaban siswa yang disederhanakan saja Mereka harus mendorong siswa untuk bertukar pikiran dengan siswa-siswa yang lain dan mendidik siswa untuk tidak menghakimi apa yang telah dikatakan temannya. Mereka harus memperkenalkan suatu masalah tertentu agar menarik minat siswanya. Mereka mengukur keberhasilan siswa berdasarkan sifat-sifat seorang Pembelajar yang baik, yang ditetapkan sebagai tujuan Pembelajaran ini. 3. Pendidikan Transformatif Tahap Menguasai Setelah kita membahas tentang Pendidikan dengan cara Penyelidikan, selanjutnya akan dibahas mengenai Pendidikan Transformatif sebagai akibat wajarnya. Dengan menerapkan cara Penyelidikan dalam kehidupannya sehari-hari, seorang siswa pastilah akan menggali banyak informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Pada suatu tahap tertentu, pastilah ia akan mempertanyakan kembali informasi-informasi yang didapat karena biasanya informasi2 tersebut tidaklah selaras satu dengan yang lainnya atau mungkin pula karena ia tidak dapat menjawab suatu masalah dengan informasi yang telah dimilikinya. Bila hal ini telah terjadi, maka sangatlah dibutuhkan apa yang dinamakan Pendidikan Transformatif. Jadi proses transformatif diawali dengan Kegagalan siswa untuk memahami suatu bidang ilmu pengetahuan yang bersifat individual, yang berakibat pada kebingungan terhadap konsistensi pemikirannya atau ketidakmampuannya dalam memesahkan suatu masalah tertentu. Untuk memudahkan pembahasan, maka proses kognitif manusia secara sederhana dibagi menjadi dua macam: Berpikir tingkat Pertama meliputi - menghitung, mengingat, membaca dan memahami. Meta-kognisi, yaitu proses memantau perkembangan dan hasil dari dari Berpikir tingkat Pertama. Dalam Pendidikan dengan cara penyelidikan, berpikir-tahap-pertama digunakan secara intensif untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri seorang siswa. Tetapi selain tahap pemikiran ini, perlu juga disadari bahwa siswa terus memantau setiap informasi2 baru yang mereka dapat dan berusaha membandingkan dengan informasi2 yang telah didapat sebelumnya, proses ini dinamakan dengan meta-kognisi. Dilain pihak seorang siswa pastilah sampai suatu saat akan terbentur dengan suatu pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan segala informasi yang telah dipunyai. Ada satu kata kunci yang perlu dipahami dalam Pendidikan transformatif pada tahap ini, yaitu Perubahan. Jika hal-hal di atas telah dialami oleh seorang siswa, maka disini saatnya siswa tersebut harus berubah. Apanya yang berubah? Tentu yang berubah adalah sudut pandangnya dalam memandang hal-hal yang telah diketahuinya tersebut. Ia harus mulai lagi memeriksa informasi2 yang telah mereka dapat satu persatu, dan memisahkan mana yang sekedar opini dan mana yang benar-benar berupa fakta. Setelah proses menyaring tersebut maka akan didapatkan semua hal-hal yang relevan, dan mulailah ia mempertanyakan Landasan sudut

46

pandangnya terhadap informasi yang relevan tersebut, terutama dikaitkan dengan Asumsi dasar yang telah dipegang mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, Asumsi dasar ini adalah berupa suatu Makna Kehidupan dan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena mau tidak mau hampir semua sudut pandang dan tingkah lakunya bermuara pada makna kehidupan tersebut. Sehingga dalam kehidupan nyata, dengan menyesuaikan makna kehidupan terhadap informasi2 yang relevan tersebut, seorang siswa akan memandang segala sesuatu secara berbeda. Bila kita mendaftar apa sebenarnya yang terjadi pada seorang siswa dalam proses transformatif ini terutama dalam bidang Akademik, maka didapat sebagai berikut: Memahami kerangka berpikir yang telah digunakan selama ini Mempelajari kerangka berpikir alternatif yang lain Mentranformasi sudut pandang yang digunakan.agar dapat mengakomodasi kerangka berpikir yang lain tersebut (yang dianggap relevan tentunya) Dan akibatnya akan Mentranformasi segala kebiasaan berpikirnya Untuk melakukan hal ini seorang siswa perlu dibantu oleh guru (atau orang tuanya) yaitu dalam melalui proses transformatif yang sangat kritis ini. Tentunya tidak dengan memaksakan kerangka berpikir mereka sendiri kepada siswa tersebut, tetapi membiarkan siswa membangun kerangka berpikirnya sendiri. Proses transformatif ini bisa diajarkan dalam bidang akademis dan di sini tugas seorang guru adalah sebagai berikut: Memberikan suatu masalah atau menunjukkan suatu kejadian tertentu yang dapat menyadarkan siswa akan Keterbatasan pengetahuan dan pendekatan mereka. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan Asumsi-asumsi dasar yang mendasari pengetahuan dan pendekatan yang mereka gunakan. Mendorong siswa untuk menelaah dari mana Asumsi-asumsi ini berasal dan bagaimana asumsi tersebut membatasi pemahaman mereka Mendiskusikan apa yang telah mereka telaah kepada guru dan siswa yang lain. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk menguji perspektif mereka yang telah diperbaharui. Bila siswa telah biasa dengan proses Transformatif dalam bidang akademisnya, maka kemungkinan besar mereka juga akan dapat menerapkan hal ini dalam kehidupan sehariharinya terutama dalam melalui perubahan-perubahan dalam tahap kehidupannya dengan sukses.

47

Aljabar Aljabar (Algebra) adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Untuk mempelajari hal-hal ini dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa huruf) untuk merepresentasikan bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu memecahkan masalah. Contohnya, x mewakili bilangan yang diketahui dan y bilangan yang ingin diketahui. Sehingga bila Andi mempunyai x buku dan kemudian Budi mempunyai 3 buku lebih banyak daripada Andi, maka dalam aljabar, buku Budi dapat ditulis sebagai y = x + 3. Dengan menggunakan aljabar, Anda dapat menyelidiki pola aturan aturan bilangan umumnya. Aljabar dapat diasumsikan dengan cara memandang benda dari atas, sehingga kita dapat menemukan pola umumnya. Aljabar telah digunakan matematikawan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Sejarah mencatat penggunaan aljabar telah dilakukan bangsa Mesopotamia pada 3.500 tahun yang lalu. Nama Aljabar berasal dari kitab yang ditulis pada tahun 830 oleh Matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Kwarizmi dengan judul Al-Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala (yang berarti "The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing"), yang menerapkan operasi simbolik untuk mencari solusi secara sistematik terhadap persamaan linier dan kuadratik. Salah satu muridnya, Omar Khayyam menerjemahkan hasil karya AlKhwarizmi ke bahasa Eropa. Beberapa abad yang lalu, ilmuwan dan matematikawan Inggris, Isaac Newton (1642-17 27) menunjukkan, kelakuan sesuatu di alam dapat dijelaskan dengan aturan atau rumus matematika yang melibatkan aljabar, yang dikenal sebagai Rumus Gravitasi Newton. Aljabar bersama-sama dengan Geometri, Analisis dan Teori Bilangan adalah cabang-cabang utama dalam Matematika. Aljabar Elementer merupakan bagian dari kurikulun dalam sekolah menengah dan menyediakan landasan bagi ide-ide dasar untuk Ajabar secara keseluruhan, meliputi sifat-sifat penambahan dan perkalian bilangan, konsep variabel, definisi polinom, faktorisasi dan menentukan akar pangkat. Sekarang ini istilah Aljabar mempunyai makna lebih luas daripada sekedar Aljabar Elementer, yaitu meliputi Ajabar Abstrak, Aljabar Linier dan sebagainya. Seperti dijelaskan di atas dalam aljabar, kita tidak bekerja secara langsung dengan bilangan melainkan bekerja dengan menggunakan simbol, variabel dan elemen-elemen himpunan. Sebagai contoh Penambahan dan Perkalian dipandang sebagai operasi secara umum dan definisi ini menuju pada struktur bilangan seperti Grup, Ring, dan Medan (fields). Asal Mula Aljabar Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari bangsa Babilonia Kuno yang mengembangkan sistem aritmatika yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung dalam cara yang mirip dengan aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan persamaan Linier, Persamaan Kuadrat dan Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya, bangsa Mesir, dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina dalam milenium pertama sebelum masehi, biasanya masih menggunakan metode geometri untuk memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam the Rhind Mathematical Papyrus, Sulba Sutras, Euclid's Elements, dan The Nine Chapters on the Mathematical Art. Hasil karya bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab Elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula matematika di luar solusi khusus dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk menyatakan dan memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.

48

Seperti telah disinggung di atas istilah Aljabar berasal dari kata arab "al-jabr" yang berasal dari kitab Al-Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala (yang berarti "The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing"), yang ditulis oleh Matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Kwarizmi. Kata Al-Jabr sendiri sebenarnya berarti penggabungan (reunion). Matematikawan Yunani di jaman Hellenisme, Diophantus, secara tradisional dikenal sebagai Bapak Aljabar, walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan siapa sebenarnya yang berhak atas sebutan tersebut Al-Khwarizmi atau Diophantus?. Mereka yang mendukung Al-Khwarizmi menunjukkan fakta bahwa hasil karyanya pada prinsip reduksi masih digunakan sampai sekarang ini dan ia juga memberikan penjelasan yang rinci mengenai pemecahan persamaan kuadratik. Sedangkan mereka yang mendukung Diophantus menunjukkan Aljabar ditemukan dalam Al-Jabr adalah masih sangat elementer dibandingkan Aljabar yang ditemukan dalam Arithmetica, karya Diophantus. Matematikawan Persia yang lain, Omar Khayyam, membangun Aljabar Geometri dan menemukan bentuk umum geometri dari persamaan kubik. Matematikawan India Mahavira dan Bhaskara, serta Matematikawan Cina, Zhu Shijie, berhasil memecahkan berbagai macam persamaan kubik, kuartik, kuintik dan polinom tingkat tinggi lainnya. Peristiwa lain yang penting adalah perkembangan lebih lanjut dari aljabar, terjadi pada pertengahan abad ke-16. Ide tentang determinan yang dikembangkan oleh Matematikawan Jepang Kowa Seki di abad 17, diikuti oleh Gottfried Leibniz sepuluh tahun kemudian, dengan tujuan untuk memecahkan Sistem Persamaan Linier secara simultan dengan menggunakan Matriks. Gabriel Cramer juga menyumbangkan hasil karyanya tentang Matriks dan Determinan di abad ke-18. Aljabar Abstrak dikembangkan pada abad ke-19, mula-mula berfokus pada teori Galois dan pada masalah keterkonstruksian (constructibility) Tahap-tahap perkembangan Aljabar simbolik secara garis besar adalah sebagai berikut: - Aljabar Retorik (Rhetorical algebra), yang dikembangkan oleh bangsa Babilonia dan masih mendominasi sampai dengan abad ke-16; - Aljabar yang dikontruksi secara Geometri, yang dikembangkan oleh Matematikawan Vedic India dan Yunani Kuno; - Syncopated algebra, yang dikembangkan oleh Diophantus dan dalam the Bakhshali Manuscript; dan - Aljabar simbolik (Symbolic algebra), yang titik puncaknya adalah pada karya Leibniz.

Klasifikasi dari Aljabar Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam kategori berikut ini: 1. Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam simbol sebagai konstanta dan variabel, dan Aturan yang membangun ekspresi dan persamaan Matematika yang melibatkan simbol-simbol.(bidang ini juga mencakup materi yang biasanya diajarkan di sekolah menengah yaitu Intermediate Algebra dan college algebra); 2. Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Struktur Aljabar semacam Grup, Ring dan Medan (fields) yang didefinisikan dan diajarkan secara aksiomatis;

49

3. Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matriks); 4. Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Struktur aljabar. Dalam studi Aljabar lanjut, sistem aljabar aksiomatis semacam Grup, Ring, Medan dan Aljabar di atas sebuah Medan (algebras over a field) dipelajari bersama dengan telaah Struktur Geometri Natural yang kompatibel dengan Struktur Aljabar tersebut dalam bidang Topologi. Aljabar Elementer Aljabar Elementer adalah bentuk paling dasar dari Aljabar, yang diajarkan pada siswa yang belum mempunyai pengetahuan Matematika apapun selain daripada Aritmatika Dasar. Meskipun seperti dalam Aritmatika, di mana bilangan dan operasi Aritmatika (seperti +, , , ) muncul juga dalam Aljabar, tetapi disini bilangan seringkali hanya dinotasikan dengan simbol (seperti a, x, y). Hal ini sangat penting sebab: Hal ini mengijinkan kita menurunkan rumus umum dari aturan Aritmatika (seperti a + b = b + a untuk semua a dan b), dan selanjutnya merupakan langkah pertama untuk penelusuran yang sistematik terhadap sifatsifat sistem bilangan riil. Dengan menggunakan simbol, alih-alih menggunakan bilangan secara langsung, mengijinkan kita untuk membangun persamaan matematika yang mengandung variabel yang tidak diketahui (sebagai contoh Carilah bilangan x yang memenuhi persamaan 3x + 1 = 10"). Hal ini juga mengijinkan kita untuk membuat relasi fungsional dari rumus-rumus matematika tersebut (sebagai contoh "Jika anda menjual x tiket, dan kemudian anda mendapat untung 3x 10 rupiah, dapat dituliskan sebagai f(x) = 3x - 10, dimana f adalah fungsi, dan x adalah bilangan dimana fungsi f bekerja.").

50

Tahap Kreatifitas: bermain-main dengan Aljabar "Being creative is seeing the same things as everybody else but thinking of something different"

Kreatifitas didefinisikan sebagai proses mental yang melibatkan penciptaan suatu konsep dan ide-ide yang baru, atau melihat hubungan yang baru antara berbagai konsep dan ide-ide yang telah ada.. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, hasil dari pikiran yang kreatif dapat diukur dari Keasliannya (originality) dan Kelayakannya (appropriateness). Robert Epstein, Ph.D, seorang psikolog mengatakan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki kemampuan kreatifitas. Dengan demikian tidak ada alasan kita mengatakan "Saya bukan orang yang kreatif", yang ada hanyalah belum mengasah potensi kreatifitas yang dimilikinya. Semakin sering kita mengikuti pelatihan yang mengasah kreatifitas, semakin baik potensi kreatifitas yang dimiliki. Kreatifitas bisa terjadi karena kita mencoba sesuatu dengan sengaja. Dari sengaja kita mampu untuk mengerjakannya dan akhirnya terbiasa. Jadi kreatifitas dapat muncul karena kita terbiasa untuk berkreasi. Secara singkat, kita dapat menyebutkan keuntungan yang diperoleh Menjadi Orang yang Kreatif , yaitu: 1. Dapat mengembangkan potensi kita diluar batasan inteligensi 2. Menemukan cara yang baru dan lebih baik untuk memecahkan masalah 3. Dapat meningkatkan pengetahuan dan Meningkatkan proses belajar Dalam artikel ini, pengertian kreatifitas difokuskan pada bidang Matematika, yaitu dalam kemampuan memecahkan masalah-masalah matematika. Untuk memecahkan masalah matematika terdapat banyak cara, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas disini baik untuk membuat pemecahan yang baru, maupun untuk melihat hubungan dengan pemecahanpemecahan yang telah ada.sebelumnya. Secara umum langkah untuk memecahkan masalah adalah Memahami masalah yang dihadapi secara jelas, Menganalisa penyebab dari masalah tersebut, Merencanakan alternatif-alternatif penyelesaiannya, menggali setiap alternatif yang ada dan terakhir adalah Mengevaluasi apakah masalah telah terpecahkan atau belum. Dalam tahap awal pengajaran Matematika, biasanya akan difokuskan pada Aritmatika Dasar sampai anak menguasai perhitungan mental dengan baik sehingga telah tumbuh kepercayaan diri akan kemampuan menghitungnya, yang dengan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya anak dapat melangkah ke tahap berikutnya yaitu tahap kreatifitas, yang terutama adalah mengajarkan Aljabar Elementer. Dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa huruf) untuk merepresentasikan bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu memecahkan masalah. Dengan menggunakan aljabar, Anda dapat menyelidiki pola aturan aturan bilangan umumnya. Dalam tahap kreatifitas ini, mula-mula anak diajarkan untuk menurunkan setiap formula yang telah mereka pakai dalam tahap sebelumnya. Dan kemudian diajarkan bagaimana untuk memodifikasi formula-formula tersebut untuk mempercepat dan mempermudah perhitungan. Selanjutnya mereka diperkenalkan dengan teka-teki (puzzle) matematika yang umumnya berupa soal-soal cerita untuk mengasah kreatifitas mereka dalam memecahkan permasalahan.

51

Dalam memecahkan masalah matematika ini, ada beberapa pendekatan yang telah diidentifikasikan, misalnya Analogi, Induksi, Variasi Masalah, Melihat Masalah yang Berkaitan, Spesialisasi, Dekomposisi Masalah, Menggunakan Langkah Terbalik, Membuat Gambar, dan Menambahkan Elemen Bantuan.Untuk membangun kreatifitas pada seorang anak, pendekatan-pendekatan ini dapat diperkenalkan sejak awal untuk membantu mereka memecahkan soal-soal matematika yang dihadapi agar selanjutnya mereka dapat memecahkan masalah tersebut secara mandiri Sebagai contoh sederhana, adalah mencari pola dari bilangan pangkat. Setelah anak terbiasa dengan menghitung pangkat dua atau pangkat tiga. Mereka secara spontan akan bertanya mengenai formula-formula yang lebih tinggi. Padahal untuk pangkat yang tinggi, polanya hampir sama saja, dan secara umum membentuk semacam Binomial Newton. Penurunan pola-pola horisontal inilah yang dapat diajarkan untuk melatih kreatifitas anak. Perhatikan pola-pola berikut ini: ab^2 = a^2 | 2*a*b | b^2 ab^3 = a^3 | 3*a^2*b | 3*a*b^2 | b^3 sehingga bisa memperkirakan pola untuk pangkat empat sbb: ab^4 = a^4 | 4*a^3*b | 6*a^2*b^2 | 4*a*b^3 | b^4 Jika diperhatikan pola untuk Konstantanya akan membentuk Pola Segitiga Pascal, sbb: 1 11 121 1331 14641

52

You might also like