You are on page 1of 51

LAPORAN PRAKTIKUM ORGANIK III

Disusun Oleh:

YUNIASARI
0621.10.011

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2013

PEMBUATAN ZAT WARNA AZO

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu Pembuatan Zat Warna Azo adalah: a. Dapat memahami mengenai cara dan prinsip-prinsip pembuatan senyawa azo itu sendiri, dalam hal ini metil orange b. Memahami mengenai asas-asas reaksi Coupling/reaksi diazotasi

1.2 Latar Belakang Percobaan Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil, yaitu sekitar 60% - 70%. Senyawa azo memiliki struktur umum R-N=N-R, dengan R dan R adalah rantai organik yang sama atu berbeda. Senyawa ini memiliki guhus -N=N- yang dinamakan struktur azo. Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula dari bahasa yunani a (bukan) dan zoe (hidup). Untuk membuat zat warna azo, dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion diazonium.

Senyawa azo dapat berupa senyawa alifatik atau aromatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik seperti lebih tidak stabil. Sehingga, beberapa senyawa azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal. Hanya sedikit zat warna azo yang dapat dioksidasi secara aerobik. Beberapa senyawa azo dapat diurai secara anaerobik setelah diolah dengan kondisi aerobik. Garam diazonium dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa aromatik yg sangat reaktif, seperti phenol-phenol atau amina-amina tanpa reaksi substitusi elektrofil pada kedudukan reaksti yaitu para dan ortho dari phenol dan amina. Substitusi para hampir selalu terjadi dan memberikan hasil senyawa warna azo.

Dalam percobaan ini akan dibuat zat warna azo, yakni metil orange dengan mereaksikan asam sulfonat amino aromatik (asam sulfanilat) degan asam nitrit (NaNO2 + HCl) menghsilkan garam diazonium. Reaksi tersebut diatas disebut juga diazotasi. Kemudian diikuti reaksi coupling dengan dimetil anilin berikut dengan penambahan NaOH akan terbentuk metil orange.

BAB II ALAT DAN BAHAN


1.1 Alat-alat yang digunakan adalah: 1. Erlenmeyer 2. Gelas ukur 3. Gelas piala 4. Corong 5. Kertas saring 6. Oven 1.2 Bahan-bahan yang digunakan adalah: 1. Asam Sulfanilat 2. Na2CO3 anhidrat 3. NaNO2 4. Air suling 5. HCl pekat 6. Es batu 7. Dimetil anilin 8. CH3COOH glasial 9. NaOH

BAB III CARA KERJA


1. Ditimbang 3,46 g Asam Sulfanilat, dan 12 g Na2CO3 anhidrat. Kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer, setelah itu ditambahkan 50 ml air suling. 2. Larutan no.1 dipanaskan hingga suhu minimal 75oC dan maksimal 95oC. Kemudian ditambahakan sedikit demi sedikit 1,58 g NaNO2 yang telah dilarutkan dalam 10 ml air suling. 3. Kemudian ditambahkan larutan tersebut, sedikit demi sedikit kedalam piala gelas yang telah berisi 10,5 ml HCl pekat dan 75 gram es batu sambil diaduk-aduk. Setelah beberapa menit akan diperoleh larutan garam diazonium yang berwarna merah, karena awalnya larutan berwarna kuning. 4. Disiapkan 2,42 g dimetil anilin dalam 1,2 g asam asetat glasial. Kemudian tuangkan campuran tersebut secara perlahan kedalam larutan yg telah berwarna merah tadi. Kemudian akan terbentuk suspensi cairan kental. 5. Setelah itu ditambahkan kedalam larutan 60 ml NaOH 1 N secara perlahan, yang kemudian dilanjutkan dengan pengadukan selama 10 menit. 6. 7. 8. 9. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih, kemudian dibiarkan sampai dingin. Kristal akan terbentuk, kemudian disaring dan diamati warnanya. Dikeringkan, dan ditimbang hasilnya. Serbuk yg dihasilkan adalah zat warna azo metil orange.

BAB IV DATA PENGAMATAN DAN REAKSI


A. DATA PENGAMATAN

B. C. D. Sebelum penyaringan Data 1 porsi Bahan Kimia Asam sulfanilat Natrium karbonat Natrium nitrat Es Dimetilanilin Kertas saring Kristal Data 1/2 porsi Bahan Kimia Asam sulfanilat Natrium karbonat Natrium nitrat Dimetilanilin Kertas saring Kristal B. REAKSI
+
N + N

Setelah disaring

Setelah dikeringkan

Bobot (gram) 3.4672 155.5619 1.58 75.752 2.5757 1.096 6.4016

Bobot (gram) 1.7372 6.005 0.8029 1.21 1.0987 2.8689

+ NaNO2 + HCl

N garam diazonium

N Cl

CH3 N2CI
+

CH3 N N N

N CH3 dimetilanilin

+ HCl
CH3

methyl orange

BAB V PEMBAHASAN
Dalam pembuatan zat warna azo ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pembuatannya. Diantaranya, pemanasan pada suhu sekitar 75oC-95oC suhu tersebut harus dijaga, dikhawatirkan zat warna azo tidak terbentuk, karena rusak saat proses pemanasan. Pada penambahan HCl dan es batu yang telah ditumbuk, harus setetes demi setetes, karena saat penambahannya menguap jadi penambahan harus secara perlahan, agar tidak berbahaya juga supaya tidak terlalu banyak larutan yang menguap. sehingga dapat diperoleh larutan yang berwarna merah. Penambahan dimetilanilin dan CH3COOH glasial akan mengakibatkan campuran kental dan berbusa, penambahannya harus perlahan karena busa yang terbentuk seperti soda. Jadi apabila penambahan disekaliguskan atau terlalu banyak dikhawatirkan busa meluap dan larutan yang terbentuk ada yang terbuang. Setelah itu penambahan NaOH secara perlahan pula, dan pengadukan selama 10 menit. Hal ini perlu diperhatikan untuk memperoleh larutan yang diinginkan. Kemudian dipanaskan kembali, warna larutan menjadi merah jingga. Kemudian terlihat pula endapan yang terbentuk. Kemudian dilakukan penyaringan sampai larutan habis, setelah itu pengeringan. Hasil yang dikeringkan ini merupakan zat warna azo yaitu metil orange yang berbentuk padatan. Metil Orange (Methyl Orange) MO adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Indikator MO ini berubah warna dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna transisinya adalah orange. Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan Pembuatan Zat Warna Azo (Metil Orange) didapatkan zat warna metil orange sebesar 6.0416 gram untuk pembuatan dengan 1 porsi dan 2.8689 gram untuk pembuatan porsi.

ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BUAH PALA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menunjukan kemahiran dalam teknik-teknik laboratorium yang pokok dalam pemisahan senyawa bahan alam. 1.2 Dasar Teori Sebagai perkenalan dan latihan isolasi bahan alam yang cukup sederhana, dilakukan isolasi trimiristin sebagai bahan aktif yang dapat dalam buah pala. Trimiristin merupakan senyawa organik yang termasuk dalam golongan lemak. Sifat sifatnya yaitu senyawa non polar, pelarut yang baik dalam pelarut non polar antara lain eter (titik didih 350C), memiliki titik leleh 560C. Proses pemisahan yang terjadi pada percobaan ini, mula-mula senyawa--senyawa atau komponen-komponen non polar akan terekstraksi dalam dengan cara dekantasi atau penyaringan bisa dipisahkan dari pala residu. Sedangkan pelarut dikeluarkan dengan destilasi (mengkisatkan), kemudian ditambahkan methanol (pelarut polar) dengan perbedaan kepolarannya maka kelarutan trimiristin dalam campuran akan berkurang, sehingga trimiristin akan mengendap atau mengkristal. Trimiristin adalah suatu gliserida atau lebih tepat trigliserida, yaitu ester yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat. Nama lain dari trimiristin adalah gliserol trimiristat. Kristalnya polimorf mempunyai titik leleh 32,1 oC dan 41,8oC (tak stabil), dan 56,5 (stabil). Larut dalam benzena, kloroform, etanol, CS2, ligroin, dan terutama dalam eter. Isolasi trimiristin pada dasarnya memanfaatjab sifat kelarutan ini. Diagram Proses Isolasi trimiristin Komponen pala
Terlarut dalam air Destilasi Pala + eter Komponen pala Ekstraksi pelarut + metanol Pala Residu Kristalisasi Eter Metanol Komponen Pala Trimiristin Eter

BAB II ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan: 1. Erlenmeyer 250 mL 2. Corong 3. Alat destilasi 4. Penangas air 5. Corong Buchner 6. Kertas saring

B. Bahan yang digunakan: 1. Larutan etil eter 2. Larutan Metanol

BAB III CARA KERJA


1. Ditimbang 15 g buah pala yang sudah dipotong-potong kecil-kecil (berupa serbuk) dalam Erlenmeyer 250 mL yang dilengkapi dengan tutup gelas atau gabus. 2. Ditambahkan dengan hati-hati keasamannya 30 mL etil eter, kemudian campuran diaduk atau dikocok dengan menggoyang-goyangkan labu dan tiap waktu tertentu tutup labu dibuka dengan hati-hati karena tekanan uap eter sangat tinggi. 3. Pengadukan dilakukan selama 15 menit sampai tercampur dengan baik, kemudian diamkan sebentar sampai residu pala terpisah dengan baik. 4. 5. Didekantasi dan disaring dengan menggunakan corong terpisah. Diulang kembali proses ekstraksi diatas sekali lagi dengan cara dan kondisi yang sama, lalu filtrat disatukan. 6. Larutan dikisatkan dengan destilasi sampai 35 mL, digunakan penangas air hangat tanpa api disekitarnya (hati-hati eter sangat mudah terbakar dan beracun). 7. Ditambahkan 70 mL methanol kedalam larutan diatas dengan hati-hati sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk. Endapan akan terbentuk selama penambahan methanol. 8. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dengan corong Buchner, kemudian dicuci sekali dengan sedikit campuran eter-metanol (1:1). Kristal trimiristin didiamkan dari pala yang diisolasi.
9.

Dimasukkan kedalam wadah dan kumpulkan.

BAB IV DATA PENGAMATAN A. DATA PENGAMATAN


Sampel 1 2 Bobot (gram) 10.005 20.009 Kristal (gram) 0.0723 2.74

Rendemen . Rendemen .

Gambar Kristal Trimiristin

BAB V PEMBAHASAN
Buah pala mengandung zat-zat : minyak terbang (myristin, pinen, kamfen (zat membius), dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asam-miristinat, asam-oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung trimyristin. Biji pala dikenal sebagai Myristicae semen yang mengandung biji Myristica fragrans dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Bijinya mengandung minyak terbang, dan memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit. Sebanyak 8 17% minyak terbang yang ditawarkan merupakan bahan yang terpenting pada fuli. Collin dan Hiilditch telah menganalisa biji pala dan hasil analisanya adalah : biji pala mengandung 73% gliserida jenuh yang terdiri atas komponen-komponen asam lemak; asam laurat 1,5%, asam miristat 76,6%, asam palmitat 10,5%, asam oleat 10,5%, dan asam linoleat 1,3%. Proporsi asam miristat yang begitu besar terikat dalam trigliserida menunjukkan bahwa senyawa trigliserida, dalam hal ini trimiritsin terdapat dalam jumlah atau proporsi yang sama dengan asam miristat. Jika asam palmitat dan asam laurat dibandingkan relatif terhadap asam miristat, maka proporsi trimiristin di dalam gliserida adalah kira-kira 77% atau 55% dari lemak total. Bomer dan Ebach berhadil mengisolasi 40% trimiristin dengan cara kristalisasi biji pala. Pada percobaan isolasi trimiristin dari biji pala terlebih dahulu biji pala dijadikan serbuk halus. Hal ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung dalam biji pala mudah larut dalam pelarut, karena semakin halus serbuk maka semakin luas permukaan sentuh antara pelarut dengan sampel sehingga akan semakin besar kontak dengan pelarut yang digunakan.
O CH2 - O - C - C ( CH2)12 - CH3 O HC - O - C - C ( CH2)12 - CH3 O CH2 - O - C - C (CH2)12 - CH3 Bentuk struktur dari trimiristin

Trimiristin merupakan suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat. Gliserida ini terkandung dalam buah pala (Myrictica fragrans) yang bersifat non polar dengan kadar yang tinggi tanpa banyak bercampur dengan ester-ester yang lain,

maka dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut non polar, misalnya heksana atau dietil eter. Dalam percobaan ini diekstrak menggunakan dietil eter. Berdasarkan percobaan diperoleh bahwa titik leleh kristal adalah trayeknya antara 430C 500C, sedangkan dari literatur titik lelehnya trayek antara 500C - 570C. Titik leleh dari hasil percobaan lebih rendah sedikit daripada dari literatur. Jadi, kemungkinan kristal yang diperoleh kurang murni, sehingga berpengaruh terhadap titik lelehnya. Tetapi karena perbedaanya tidak terlalu jauh atau mencolok, jadi kemungkinan kristal tersebut benar trimiristin, hanya saja kurang murni.

BAB VI KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh rendemen trimiristin dalam biji pala sampel 1 sebesar 0.72 % dan sampel 2 sebesar 13.69 %. Kecilnya nilai rendemen ini mungkin disebabkan oleh kurangnya proses ekstraksi sampel.

PENGUJIAN SENYAWA ALAM (FITOKIMIA)

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan Mengidentifikasi beberapa jenis senyawa organik metabolit sekunder melalui analisis kualitatif. 1.2 Dasar Teori Fitokimia adalah cabang ilmu kimia organik yang berada diantara kimia organic bahan alam dan biokimia tumbuhan. Ilmu ini mempelajari keanekaragaman senyawa organic yang dihasilkan oleh tumbuhan, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya (Habone. 1987). Pengetahuan tentang fitokimia suatu tumbuhan sangat diperlukan sebelum kita melakukan suatu proses pemisahan, pemurnian dan identifikasi suatu senyawa yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Untuk analisa fitokimia suatu jaringan tumbuhan, idealnya digunakan jaringan tumbuhan yang segar yang telah dicelup ke dalam etanol mendidih segera setelah dipetik, hal ini untuk mencegah terjadinya oksidasi ataupun hirolisis enzimatik. Selain itu dapat juga digunakan jaringan tumbuhan yang telah dikeringkan sehingga sampel tersebut masih tetap dalam keadaan yang baik untuk dianalisis. Senyawa alam yang akan dianalisis adalah terpenoid/steroid, flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin.

BAB II CARA KERJA


1. Uji Alkaloid a. Sebanyak 0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 10 ml kloroform-ammonia lalu disaring. b. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan beberapa tetes H2SO4 2M, kemudian dikocok sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (tidak berwarna) dipipet ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi Mayer, Dragendorf, dan Wagner. c. Jika terdapat endapan putih dengan pereaksi mayer, endapan merah dengan jingga dengan pereaksi Dragendorf dan endapan coklat dengan pereaksi Wagner, maka terdapt alkaloid ekstrak tersebut. 2. Uji Saponin a. Residu yang tidak larut dalam dietil eter pada uji triterpenoid-steroid dilarutkan dalam 5 ml air dan dipanaskan selama 5 menit, lalu didinginkan dan dikocok kuatkuat. b. Terbentuknya busa yang mantap selama 15 menit menunjukkan adanya saponin. 3. Uji Triterpenoid Steroid a. Sebanyak 0,3 gram ekstrak ditambahkan 25 ml dietileter dan dikocok. b. Lapisan dietil eter dipisahkan dan ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard. c. Adanya triterpenoid / steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau-biru. 4. Uji Tanin a. Sebanyak 0,1 gram ekstrak dilarutkan dengan 1 ml methanol, lalu disaring. b. Filtratnya ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. c. Adanya tannin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, biru, atau ungu. 5. Uji Flavonoid a. Sebanyak 0,1 gram ekstrak dilarutkan dengan 100 mL, kemudian dididihkan selama 5 menit lalu disaring. b. 5 mL filtrat ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. c. Adanya tannin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, biru, atau ungu.

BAB III HASIL PERCOBAAN


Uji Flavonoid Sampel Tapak Dara Kulit Jeruk Uji Alkaloid Sampel + Pereaksi Mayer Tapak Dara Kulit Jeruk Pengamatan tidak terbentuk warna lapisan atas jingga Flavonoid +

Pengamatan + Pereaksi Dragendorf + Pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat terbentuk endapan coklat

Alkaloid

terbentuk endapan tidak terbentuk endapan putih merah jingga

terbentuk endapan tidak terbentuk endapan putih merah jingga

Uji Saponin Sampel Tapak Dara Kulit Jeruk Pengamatan busa yang terbentuk sedikit busa yang terbentuk sedikit Saponin -

Uji Tanin Sampel Tapak Dara Kulit Jeruk Pengamatan terbentuk warna hijau terbentuk warna hijau Tanin + +

Uji Terpenoid Steroid Sampel Pengamatan terbentuk warna hijau Tapak Dara yang berasal dari sampel terbentuk warna hijau Kulit Jeruk yang berasal dari sampel Tanin

BAB IV PEMBAHASAN
A. Flavonoid Senyawa flavonoid termsuk kedalam senyawa fenol yang merupakan benzene tersubtitusi dengan gugus OH, senyawa flavonoid ini banyak diperoleh dari tumbuhan,zan ini biasanya berwarna merah, ungu, dan biru tetapi juga ada yang berwarna kuning.Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen yang terikatdengan 3 atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat di bagi menjadi 3struktur dasar yaitu Flavonoid, isoflavonoid, dan neoflafonoid.
3 3 B 3 A 2 1 A 1 2 B B A 2 1

1,3-diarilpropana flavonoid

1,2-diarilpropana isoflavonoid

1,1-diarilpropana neoflavonoid

Flavonoid merupakan anti oksidan yang menetralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh kita. Radikal bebas dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung dan penuaan dini. Flavonoid dapat ditemukan pada jeruk, kiwi, apel, anggur merah, brokoli dan the hijau. Flavonoidadalah bagian dari senyawa fenolik yang terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan. Kesehatan manusia sangat mengandalkan flavonoid sebagai

antioksidan untuk mencegah kanker. Manfaat utama flavonoid adalah untuk melindungi struktur sel, membantu memaksimalkan manfaat vitaminC, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotik dan antiinflamasi. Pada banyak mikro organisme seperti virus dan bakteri, kehidupan dan fungsiselnya terancam karena keberadaan flavonoid yang bertindak langsungsebagai antibiotik. Kasus ini sering terjadi. Bahkan keefektivan flavonoid juga dapat melemahkan keperkasaan virus HIV penyebab penyakitmematikan AIDS. Virus herpes pun bisa lumpuh dengan flavonoid. Bahkan lebih jauh, flavonoid juga dapat berperan dalam pencegahan danpengobatan penyakit umum lainnya seperti periodontitis, wasir (ambeien),migrain, encok, rematik, diabetes mellitus, katarak dan asma. Istilah flavanoida diberikan untuk senyawa senyawa fenol yang berasal dari kata flavon yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.

Pada uji flavonoid, daun tapak dara menunjukkan hasil negatif sedangkan kulit jeruk memberikan hasil positif. Hal ini ditandai dengan tidak terbentuknya warna pada tapak dara, sedangkan pada kulit jeruk menghasilkan lapisan atas berwarna jingga. B. Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satuatau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandungatom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen.Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun daritumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolismedari tumbuhtumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein.Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis. Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiospermae, hewan,serangga, organisme laut dan mikroorganisme. Famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae, solanaceae, rubiaceae, dan papaveraceae (Tobing,1989). Pada uji alkaloid, daun tapak dara mengandung alkaloid. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya warna putih dengan pereaksi Mayer, endapan merah jingga dengan pereaksi Dragendorf, dan endapan coklat dengan pereaksi Wagner. Begitupun kulit jeruk mengandung alkaloid, karena terbentuk endapan yang sama dengan daun tapak dara. Penambahan methanol menyebabkan tidak terbentuknya dua lapisan, sehingga tidak ada lapisan jernih yang bisa digunakan untuk larutan uji. C. Tanin Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein. Tanin juga dipakai untuk menyamak kulit. Dalam dunia pengobatan, tanin berfungsi untuk mengobati diare, menghentikan pendarahan, dan mengobati ambeien. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin. Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul500-3000. Tanin dibagi menjadi duakelompok atas dasar tipe struktur danaktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik terutama asam, tannin terkondensasi (condensed tannin) dan tanin yang dapat dihidrolisis (hyrolyzable tannin).Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah danposisinya. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarutakan

menghasilkan komponen polifenol yang berbeda pula. Sifat anti bakteri yang dimiliki oleh

setiap senyawa yang diperoleh dari ekstraksitersebut juga berbeda. Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah buahan dan sayur sayuran hijau, penelitian pada hewan dan manusiamenunjukan bahwa polifenol dapat mengatur kadar gula darah seperti antikanker, anti oksidan dan anti mikroba.

Pada uji tanin, hasil ekstrak daun tapak dara dan kulit jeruk dilarutkan dengan methanol, kemudian ditambahkan FeCl3 1% terbentuk warna hijau. Hal tersebut menunjukkan adanya Tanin dalam daun tapak dara dan kulit jeruk. D. Triterpenoid-steroid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklin dan nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam karbohidrat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, sering bertititik leleh tinggi dan aktif optic pada umumnya sukar cdicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-Burchad yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. Pada uji Triterpenoid Steroid, ekstrak daun tapak dara dan kulit jeruk ditambahkan eter dan dikocok, setelah dikocok lapisan eter dipisahkan dan ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard, tidak terbentuk warna Hijau Biru melainkan hanya larutan hijau yang warnanya memang warna dari sampel. . Hal tersebut menunjukkan tidak adanya Triterpenoid/Steroid pada daun tapak dara dan kulit jeruk.

E.

Saponin Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.

Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuhtumbuhan tidak diketahui,mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan wasteproduct dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalahsebagai pelindung terhadap serangan serangga. Sifat-sifat saponin adalah mempunyai rasa pahit, dalam larutan air membentuk busa yang stabil, menghemolisa eritrosit, merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya, sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi, berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati. Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu steroids dengan 27 C atom dan triterpenoids, dengan 30 C atom. Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti Quillage saponin (campuran dari 3 atau 4 saponin), Alfalfa saponin (campuran dari paling sedikit 5 saponin), Soy bean saponin (terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin,atau karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya). Pada uji saponin, tidak terbentuk busa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam daun tapak dara dan kulit jeruk tidak mengandung saponin.

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil yaitu tapak dara mengandung alkaloid dan tannin, sedangkan kulit jeruk mengandung flavonoid, alkaloid, dan tannin.

ISOLASI KAFEIN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum ini bertujuan agar mengetahui cara isolasi kafein dari kopi. 1.2 Dasar Teori Kafein dan Nikotin yang merupakan bahan alam dapat diisolasi melalui beberapa tahap. Tahap-tahap isolasi dalam bahan alam adalah sebagai berikut: A. Tahap isolasi Pemisahan bahan alam dan bagian tertentu tumbuhan. Pada tahapan ini diperoleh ekstrak bahan alam. Isolasi dapat dilakukan berdasarkan sifat bahan alam yang akan diisolasi. Cara-cara tersebut dapat dibagi menjadi : Cara Fisis Cara isolasi berdasarkan sifat fisis bahan alam, yaitu kelarutan dalam pelarut tertentu dan tekanan uap. Teknik isolasi yang dilakukan adalah: a. Ekstraksi Cara ini berdasarkan perbedaan kelarutan antara bahan alam yang akan diisolai dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan/hewan. Ekstraksi dapat dilakukan dalam keadaan dingin atau panas. b. Destilasi uap Teknik isolasi ini digunakan untuk bahan yang tidak larut dalam air, mempunyai titik didih yang tinggi, tetapi bahan dapat terurai/rusak sebelum mencapai titik didihnya. Cara Kimia Cara ini digunakan untuk bahan senyawa tunggal tertentu yang ingin diisolasi. Dengan cara ini bahan alam yang diisolasi direaksikan dengan pereaksi tertentu, tetapi pereaksi ini tidak bereaksi dengan bahan-bahan lainnya. B. Tahap pemisahan Pemisahan bahan alam yang diisolasi dari bahan alam yang terdapat dalam ekstrak. Ekstrak hasil isolasi bahan alam dari tumbuhan/hewan mengandung berbagai bahan yang mungkin dapat terisolasi. Untuk mendapatkan bahan alam yang diiginkan maka dilakukan tahap pemisahan dengan beberapa cara:

1. Ekstraksi cair-cair dengan pelarut tertentu menggunakan corong pisah. 2. Pemisahan menggunakan pelarut aktif (pereaksi). 3. Kromatografi. C. Tahap pemurnian Pemurnian bahan alam yang telah dipisahkan dari ekstrak. Pemurnian untuk bahan padat dilakukan dengan rekristalisasi atau subtimasi. Proses rekristalisasi dilakukan berdasarkan percobaan kelarutan bahan yang dimurnikan dengan bahan lainnya. Pemurnian untuk bahan cair dilakukan dengan destilasi bertingkat atau detilasi vakum. D. Tahap Karakterisasi Uji kemurnian bahan alam yang diisolasi dan penentuan struktur secara konvensional dan secara spektroskopi. E. Tahap Rekristalisasi Pada tahap ini dilakukan uji kemurnian bahan dan penentuan struktur. Uji kemurnian dapat dilakukan dengan penentuan sifat fisik bahan misalnya titik didih, berat jenis, indeks bias, titik leleh dan bentuk Kristal. Penentuan struktur dilakukan secara spektroskopi menggunakan alat spektrofotometer UV, Vis, IR, NMR, dan MS. ISOLASI KAFEIN DARI KOPI Kafein merupakan senyawa bahan alam (berasal dari tumbuhan) dan termasuk senyawa organic dengan nama lain kafein, tein, atau 1,5,7-trimetilxantin. Kristal kafein berupa jarum-jarum bercahaya sutra. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234oC 239oC dan menyublim pada suhu yang rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan dalam kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin, alkohol,dan beberapa pelarut organik lainnya.

BAB II CARA KERJA


1. Dicampurkan 35 gram biji kopi halus, batu didih, dan 125 ml air suling dalam labu dasar bulat 250 ml. Pasang pendingin gondok pada leher labu di atas, alirkan air pendinginnya. 2. Dipanaskan campuran dalam labu tadi selama 25 menit (teknik ini disebut Refluks). 3. Disaring campuran dalam labu sewaktu masih panas menggunakan corong Buchner yang dilengkapi labu berpenghisap. Filtrat (hasil saringan) ditempatkan dalam labu Erlenmeyer. 4. Ditambahkan 20 25 ml larutan timbal asetat 10% ke dalam filtrate. 5. Dipanaskan campuran di atas pembakar Bunsen sampai mendidih, kemudian dipanaskan di atas penangas uap untuk menjaga kehangatan selama 10 menit, selama disimpan dalam penangas uap ini campuran terus dikocok sampai terbentuk endapan sempurna. 6. Larutan disaring dalam keadaan panas dengan corong Buchner. Didinginkan hasil saringan. Larutan dingin dipindahkan ke dalam corong pisah. 7. Ditambahkan 25 ml kloroform. Dikocok larutan dalam corong pisah (jangan terlalu kuat), buka tutup corong setelah corong pisah ditempatkan dalam statif corong. 8. Lapisan kloroform dikeluarkan ke dalam lanu Erlenmeyer. Ditambahkan 25 ml kloroform ke dalam lapisan air yang masih terdapat dalam corong pisah. Dikocok pelan-pelan, tempatkan corong pisah dalam statif, tutupnya dibuka. Dikeluarkan lapisan kloroform yang telah didapat pada awal langkah ini. 9. Lapisan Kloroform dipindahkan ke dalam corong pisah,dicuci dengan 10 ml larutan Natrium Hidroksida 10%. Dikeluarkan larutan lapisan kloroformnya, dimasukkan kembali ke dalam corong pisah yang telah dikosongkan. Ditambahkan 10 ml air suling, dikocok, dibiarkan campuran memisah, dikeluarkan lapisan kloroformnya, ditempatkan dalam labu Erlenmeyer yang berisi natrium sulfat anhidrat. Dipisahkan Natrium Sulfatnya dengan penyaringan, ditempatkan filtrate dalam cawan penguap. 10. Kloroform diuapkan dengan menempatkan cawan yang berisi lapisan kloroform tadi di atas penangas uap, (langkah ini dikerjakan di dalam lemari yang dilengkapi penghisap udara). 11. Setelah kloroform menguap, pemurnian Kristal yang didapat dengan rekristalisasi dan subtimasi.

12. Rekristalisasi: a. Ditambahkan benzene panas ke dalam Kristal dalam cawan sampai semua Kristal melarut (pemakaian benzene jangan terlalu banyak). b. Diteteskan petroleum eter hingga diperoleh kekeruhan. c. Didinginkan campuran yang keruh di atas, Kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong Buchner. 13. Subtimasi: a. Ditempatkan Kristal kafein yang diperoleh pada langkah 12 dalam gelas kimia. b. Gelas kimia tersebut ditempatkan di atas kassa yang diletakkan di atas kaki tiga. c. Ditempatkan labu dasar bulat yang berisi air es di atas mulut gelas kimia. d. Kristal dalam gelas kimia dipanaskan menggunakan api kecil. e. Dibiarkan semua Kristal kafein menyublim. f. Dikumpulkan kafein hasil subtimasi yang terdapat pada bagian bawah labu dasar bulat. 14. Kafein yang diperoleh ditimbang dan titik leleh kafein ditentukan dengan menggunakan alat penentu titik leleh. 15. Kadar kafein dihitung dalam biji kopi yang digunakan.

BAB III DATA PENGAMATAN DAN REAKSI


A. DATA PENGAMATAN Isolasi Kafein dari Kopi Sampel Kopi Kopi merk 1 Kopi merk 2 bobot kopi (gram) 35 35.017 bobot kafein (gram) 0.0179 0.0491

a) Kopi dan air dipanaskan lalu disaring, warna filtrate (hasil saringan) berwarna hitam. b) Ketika filtrate ditambahkan larutan timbale asetat terbentuk endapan coklat susu. c) Warna lapisan kloroform saat ekstraksi adalah coklat muda (emulsi). d) Kafein terbentuk kristal berwarna coklat (seharusnya terbentuk kristal berwarna putih). e) Massa kafein yang diperoleh adalah 0.0179 gram/35 gram untuk kopi merk 2 adalah 0.0491 gram/35.017 gram kopi untuk merk 2.

BAB IV PEMBAHASAN
Kafein merupakan alkaloid dari turunan metil xantin yang bekerja menstimulasi atau merangsang pusat sistem saraf, otot, dan otot jantung. Kafein dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Hal yang menonjol ketika kita banyak mengkonsumsi kopi adalah rasa kantuk, namun efek sampingnya adalah insomnia dan gelisah. Oleh karena itu, perlu mengenal lebih jauh tenteng kafein, dalam hal ini mengisolasi tanaman, lalu mensintesis kafein yang terdapat didalamnya. Kafein merupakan senyawa bahan alam (berasal dari tumbuhan) dan termasuk senyawa organic. Pemisahan kandungan lain dari kafein bergantung pada perbedaan kelarutan masing masing senyawa kandungan tersebut dalam pelarut tertentu. Tahap tahap dalam isolasi bahan alam adalah sebagai berikut: Tahap isolasi Tahap pemisahan Tahap pemurnian Tahap karakterisasi Pereaksi yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah kloroform. Pemurnian kristal yaitu dengan rekristalisasi dan subtimasi. Pada proses rekristalisasi digunakan benzene panas untuk melarutkan kristal.

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kopi merk 1 memiliki kafein sebsear per 35 gram kopi, sedangkan untuk kopi merk 2

memiliki kafein sebesar 0.2188 gram per 35 gram kopi.

ISOLASI NIKOTIN TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan Agar mahasiswa/i mengetahui dan mampu melakukan isolasi nikotin dari tembakau. 1.2 Dasar Teori Nikotin merupakan bahan alam yang termasuk ke dalam golongan alkaloid. Di dalam dau tembakau nikotin adalah alkaloid yang terbanyak. Selain nikotin, daun tembakau mengandung alkaloid lain dalam jumlah kecil seperti nornikotin, anabasin, dan paling sedikit tujuh alkaloid lain yang jumlahnya lebih kecil. Gugus amina pada struktur nikotin merupakan amina tersier yang dapat terprotonasi untuk membentuk garam. Gugus amina tertier pada struktur nikotin terikat pada cincin piridin dan cincin pirolidin. Dilihat dari harga pK, cincin pirolidin sekitar 8 dan pK cincin piridin sebesar 3 maka pada pH 7 gugus amina pada cincin pirolidin akan terprotonisasi sekitar 90%. Nikotin dengan gugus amina terprotonasi ini dapat bereaksi dengan basa kuat menghasilkan basa bebas. Kemudian nikotin dalam bentuk basa bebas ini akan dapat diekstraksi/dilarutkan dalam pelarut organic, misalnya diklorometana, eter. Nikotin yang diperoleh setelah penguapan pelarut berupa cairan seperti minyak dengan titik didih 246oC dan jumlahnya sedikit. Pemisahan dan pemurnian zat cair akan lebih sukar dibandingkan dengan zat padat. Maka nikotin yang berbentuk cair, diubah menjadi garamnya yang berbentuk padat. Nikotin dapat bereaksi dengan asam pikrat membentuk nikotin dipikrat yang berbentuk padat. Jumlah/masa nikotin dipikrat akan jauh lebih besar dibandingkan massa nikotin sehingga pemurniannya akan lebih mudah. Di dalam daun tembakau juga terkandung selulosa dan asam tanat yang tidak akan terekstrak di dalam eter. Dalam larutan basa (isolasi menggunakan larutan NaOH 5%) selulosa, asam tanat dan hasil oksidasi klorofil akan berbentuk garam anorganik yang tidak akan larut dalam eter. Untuk isolasi nikotin sebaiknya digunakan daun tembakau, bukan tembakau yang sudah menjadi rokok. Pada pengolahan daun tembakau menjadi rokok, kemungkinan telah dilakukan pengurangan nikotin dari daun tembakaunya.

BAB II CARA KERJA


1. Dipotong-potong 10 gram daun tembakau kering atau tembakau dari cerutu. Masukkan ke dalam gelas kimia 400 ml. 2. Ditambahkan 100 ml larutan NaOH 5%. Aduk menggunakan batang pengaduk selama 20 menit. 3. Campuran dalam gelas kimia disaring dengan menggunakan corong Buchner tanpa kertas saring. Ditekan daun tembakau dalam corong Buchner menggunakan bagian bawah gelas kimia. 4. Daun tembakau dikembalikan ke dalam gelas kimia, ditambahkan 30 ml air, diaduk. Disaring menggunakan corong Buchner. 5. Untk menghilangkan partikel (daun tembakau) dalam hasil saringan (filtrate), filtrate disaring dengan menggunakan corong gelas yang diberi glasswool. 6. Filtrat dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambahkan 30 ml diklorometan, dikocok. Tutup corong pisah dibuka setiap kali selesai mengocok. Dipisahkan lapisan diklorometan ke dalam labu Erlenmeyer. Ditambahkan lagi 30 ml diklorometan ke dalam sisa cairan (lapisan air) ke dalam corong pisah, dikocok. Dipisahkan lapisan diklorometan. Langkah ekstraksi ini dilakukan sampai semua nikotin terekstrak ke dalam diklorometan. Dikumpulkan semua lapisan diklorometan. Ekstraksi ini dapat juga dilakukan menggunakan eter. 7. Diuapkan diklorometan menggunakan rotary vacuum evaporator. Penguapan diklorometan atau eter dilakukan menggunakan teknik penguapan dengan

pengurangan tekanan dan jangan menggunakan api. Penguapan diklorometan atau eter dapat pula menggunakan teknik dengan set alat. 8. Ditambah 1 ml air suling ke dalam sisa penguapan, aduk perlahan-lahan, ditambahkan 4 ml methanol, disaring dengan menggunakan corong gelas yang diberi glass wool. Dituangkan 5 ml methanol ke atas glasswool untuk mencuci glasswool-nya. Disatukan kedua larutan methanol. 9. Ditambahkan 10 ml larutan jenuh asam pikrat dalam methanol. 10. Disaring nikotin dipikrat padat menggunakan corong Buchner (digunakan kertas saring). 11. Dimurnikan nikotin, dipikrat ; dengan rekristalisasi.

Rekristalisasi Nikotin Dipikrat 1. Buat larutan methanol 50% volume (1 bagian volume methanol ditambah 1 bagian volume air suling). 2. Dipanaskan larutan methanol 50% tadi di atas penangas listrik. 3. Nikotin dipikrat ditempatkan dalam labu Erlenmeyer 50 ml ditambahkan larutan methanol 50% sedikit demi sedikit sampai semua nikotin dipikrat larut. Larutan nikotin dipikrat dibiarkan menjadi dingin dan Kristal nikotin dipikrat terbentuk. 4. Nikotin dipikrat disaring dengan menggunakan corong Buchner (digunakan kertas saring). Dibiarkan nikotin dipikrat menjadi kering. 5. Nikotin dipikrat ditimbang. Dihitung kadar nikotin dalam tembakau. 6. Ditentukan titik leleh nikotin dipikrat.

BAB III DATA PENGAMATAN DAN REAKSI


A. Data Pengamatan Isolasi Nikotin Tembakau Sampel Rokok bobot contoh (gram) Sejati 10.065 Sampoerna 10.341 Reaksi yang terjadi: bobot endapan (gram) 1.825 1.183

N N Nikotin
CH3

N+ H N Nikotin terprotonisasi
OH NO2 NO
2

N
+

+ OH-

CH3 N

+ H2 O

CH3 Nikotin sebagai basa bebas

O
-

NO2

NO2
NO2

N
+

H N

N
+

N Nikotin

2
CH3

CH
3

NO2

NO2

Asam Pikrat

Nikotin dipikrat

Setelah tembakau ditambah larutan NaOH 5% didapat ekstrak berwarna coklat kehitaman. Lapisan eter berwarna kuning muda. Setelah eter diuapkan didapatkan residu berwarna kuning. Nikotin dipikrat berupa endapan halus berwarna kuning terang. Massa nikotin dipikrat yang diperoleh adalah 1.825 gram/ 10.065 gram rokok sejati, dan 1.183 gram/10.341 gram rokok Sampoerna.

BAB IV PEMBAHASAN
Kafein adalah alkaloid pahit, putih xantina kristal yang adalah obat stimulan psikoaktif. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah '' kaffein'', senyawa dalam kopi, yang dalam bahasa Inggris menjadi '' kafein ''. Kafeina ditemukan dalam jumlah yang berbeda-beda di kacang, daun dan buah dari beberapa tanaman, di mana ia bertindak sebagai pestisida alam yang melumpuhkan dan mematikan serangga tertentu yang memakan tanaman.

Penambahan NaOH 5% berfungsi untuk menghasilkan basa bebas, karena yang dapat diekstraksi oleh pelarut organic adalah nikotin dalam bentuk basa bebasnya. Penambahan asam pikrat adalah untuk membentuk Nikotin Dipikrat (dalam bentuk garamnya) yang berbentuk kristal, karena pemurnian zat padat akan lebih mudah dibandingkan zat cair. Massa atom nikotin dipikrat lebih besar dibandingkan dengan massa nikotin, sehingga pemurnian juga akan lebih mudah. Pemurnian kristal dilakukan dengan cara rekristalisasi.

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa massa nikotin dipikrat yang diperoleh adalah 1.825 gram/ 10.065 gram rokok sejati, dan 1.183 gram/10.341 gram rokok Sampoerna.

EKSTRAKSI SOKHLET LEMAK

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami, mengenai: Penentukan kadar lemak kasar senyawa senyawa yang larut dalam pelarut lemak Ekstraksi lemak dengan menggunakan sokhlet.

1.2 Dasar Teori Pada penentuan kadar lemak kasar senyawa senyawa yang larut dalam pelarut lemak seperti eter, heksan dan petroleum eter di ekstrak dari sample kering oven (dapat dipakai sample hasil penentuan kadar air) dengan menggunakan sokhlet. Ekstrak eter, heksan atau petroleum eter disebut lemak kasar. Ekstrak ini di samping mengandung lemak (trigliserida) juga terdapat senyawa senyawa lain seperti fosfolipid, sterol, minyak atrisi, pigmen pigmen yang larut dalam lemak. Senyawa senyawa yang larut dalam air tidak terekstrak karena sample telah dikeringkan sebeleum di ekstrak dengan eter, heksan atau petroleum eter.

BAB II CARA KERJA


1. Ditimbang dengan teliti sekitar 5 gram contoh kedalam thimble. 2. Pasang radas sokhlet lalu masukkan thimble dan pelarut organik ( 1 x isi tabung atas) labu lemak kosong harus di timbang terlebih dahulu (a). 3. Lakukan ekstraksi selama 2 jam. Setelah ekstraksi selesai, pelarut diuapkan rotary dengan evaporator dengan suhu 400 450C. 4. Labu lemak diangkat dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050C. 5. Dinginkan dalam desikator, lalu timbang (b).penimbangan di ulangi sampai bobot tetap. 6. Lakukan percobaan 1-5 pada sampel kedua yaitu Kacang tanah.

BAB IV DATA PENGAMATAN


A. DATA PENGAMATAN Sampel Kemiri Kacang tanah adar emak adar emak adar emak bobot sampel awal (gram) 5.0184 5.0188 bobot setelah ekstraksi (gram) 3.2218 3.1000

bobot setelah setelah ekstraksi bobot sampel a al . . gram . . gram

BAB IV PEMBAHASAN
Ekstraksi Soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor-pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut. Sampel yang digunakan dan yang dipisahkan dengan metode ini berbentuk padatan. Dalam percobaan ini kami menggunakan sample kemiri. Ekstraksi soxhlet ini juga dapat disebut dengan ekstraksi padat-cair. Padatan yang diekstrak ditumbuk terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam ekstraktor soxhlet, sedangkan pelarut organik dimasukkan kepadal labu alas bulat kemudian seperangkat ekstraktor soxhlet dirangkai dengan kondensor. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut sampai semua analit terekstrak (kira-kira 6 x siklus). Hasil ekstraksi dipindahkan ke rotary evaporator vacum untuk diekstrak kembali berdasarkan titik didihnya . Metode ekstraksi soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang

kelaarutannya terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor-pengotor tidak larut dalam pelarut tersebut. Prinsip kerja dak ekstraks isoxhlet adalah memisahkan senyawa tertentu dari sampel padat dengan menggunakan titik didih tertentu dan senyawa tertentu. Pelarut yang baik dalam ektraksi soxhlet adalah pelarut yang mempunyai titik didih rendah seperti nheksana yang mempunyai titik didih 69oC agar cepat menguap sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada alat dan juga tidak membutuhkan watu yang lama untuk melakukan satu sirkulasi ektraksi. Dalam praktikum ini, kita melakukan dua tahap yang pertama menggunakan alat ektraktor soxhlet yang berfungsi untuk mengekstraksi kemiri sehingga pada tahap pertama ini akan diperoleh ektrak kemiri dann-heksana. Kedua, menggunakan rotary evaporator untuk memisahkan antara ektrak kemiri dengan n-heksana (pelarutnya) dengan menggunkan perbedaan titik didih. Ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organic. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu dengan cara ditumbuk atau juga diiris-iris. Kemudian padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang terbungkus kertas saring dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan kedalam labu alas bulat. Kemudian alat ektraksi soxhlet dirangkai dengan kondensor . Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic sampai semua analit terekstrak. (Khamnidal, 2009)

Massa jenis (densitas) hasil ekstraksi dihitung dengan mennggunakan persamaan: D = M/V Ket: D = densitas (gram/lt) M = Massa cairan (gram) V = Volume cairan (Liter) Kemiri (ateuris moluena) adalah tumbuhan yang memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai penyubur rambut. Untuk memperoleh ekstrak kemiri maka harus diekstraksi terlebih dahuliu. Biji kemiri dimasukkan dalam esktraktor soxhlet dan diekstraksi selama waktu tertentu. Dalam ekstrkasi dapat digunakan berbagai macam pelarut, misalnya nheksan dengan volume tertentu. Pada hasil ekstraksi akan dihasilkan berupa minyak kemiri yang relative murni. (Alfin, 2008). Komposisi lemak dalam kemiri sebesar 1.211 %, sedangkan dalam kacang tanah 0.505%.

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar lemak dalam kemiri sebesar 64.20 % dan ppada kacang tanah sebesar 61.68%.

DAFTAR PUSTAKA
Aminingsih,Tri, dan Nashrianto,Husain.2009.Penuntun Praktikum Kimia Organik III. Bogor: Laboratorium Kimia Universitas Pakuan. Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press) Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Penerbit EGC: Jakarta. http://danangkurang-kerjaan.blogspot.com/2011/05/analisa-lipid.html http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/02/analisis-kadar-lemak-pada-bahanpangan.html Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

You might also like