You are on page 1of 24

STATUS PASIEN I.

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Tanggal Lahir Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama Bangsa Status Pernikahan Tanggal Masuk RS II. ANAMNESIS Autoanamnesa dari pasien pada tanggal 10 April 2013. A. Keluhan Utama: Pasien merasa hidung sebelah kiri tersumbat B. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poli THT RSPS dengan keluhan utama hidung sebelah kiri sering merasa tersumbat. Keadaan ini dirasakan sudah sejak lama 6 bulan yang lalu. Sering disertai bersin sampai 3-5x tiap kali, keluhan ini disertai dengan kadang hidung meler dan kadang tersumbat. Cairan yang kadang keluar warna putih bening, encer, tidak berdarah, dan tidak berbau. Hal ini membuat os terganggu untuk melakukan aktivitas sehariharinya. Alergi makan (-), debu (+), obat-obatan (-). Nyeri kepala () gangguan tidur (-). Keluhan berhubungan dengan pekerjaan atau stress (-). Pembauan dbn. : Sdr T : laki-laki : 5 Juni 1958 : 51 Tahun : Sanden RT 5,Trirenggo, Sewon, Bantul : Tamat SMA : Petani : Islam : Indonesia : Menikah : 10 April 2013

C. Riwayat Penyakit Dahulu: Os baru pertama kali merasakan gejala seperti ini. Os menyangkal mempunyai penyakit diabetes melitus, darah tinggi, asma, penyakit jantung, maag D. Riwayat Penyakit Keluarga: Dalam keluarga pasien (istri, anak) , tidak ada yang sakit sama dengan pasien E. Anamnesis Sistem Sistem serebrospinal Sistem respiratorius Sistem Kardiovaskuler Sistem gastrointestinal Sistem genitalia : demam (-), mual (-), pusing (-) : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-) : berdebar-debar (-) : tidak ada keluhan : tidak ada keluhan

Sistem muskuloskeletal : tidak ada hambatan dalam bergerak Sistem Integumentum : Akral teraba hangat

III. PEMERIKSAAN Keadaan Umum Kesadaran Vital Sign Suhu Nadi cukup Respirasi Rate : 20 x/menit, reguler, thorako abdominal : Sedang : Composmentis : : 110/70 mmHg : Afebris : 76 x/menit, reguler, isi dan tegangan

Tekanan Darah

Status Lokalis 1. Hidung dan Paranasal Inspeksi Simetris (+), deformitas (-), deviasi nasal (-), massa (-), rhinorea (-), pembengkakan (-),hiperemis (-) SPN: edema(-), warna normal. Palpasi nyeri tekan (-), massa (-/-) SPN : nyeri tekan sinus (-) Transluminasi (+/+) Aliran udara tak ada hambatan (-/+) Rhinoskopi Anterior Septum letak sentral, deviasi septum (-), deformitas os nasal(-), perforasi septum (-), discharge (-). ND/NS: Mukosa hiperemis(+/+), mukosa pucat (-/-), edema concha (-/-) ukuran d=0,5 cm, tidak mengecil pada pemberian efedrin, tidak mudah berderah, permukaan concha licin dan bersih, massa (-), vimbrissae (+/+), discharge (-/-), darah (-), polip (+), polip bertangkai (+), licin (+), berbau (-) Rhinskopi Posterior Tidak dilakukan

2. Telinga Inspeksi, Palpasi AD/AS : hematom (-/-), edema (-/-), otore (-/-), CAE (+/ +), nyeri tragus (-/-), nyeri mastoid (-/-), nyeri retro auriculer (-/-), fistel (-/-), nll. tidak teraba. Otoskopi AD/AS : CAE hiperemis (-/-), nyeri (-/-), otore (-/-), cerumen (/), membrana timpani utuh, mukosa tidak hiperemis. Fungsional (Test Pendengaran: Garpu Tala) Rinne Webber : tidak dilakukan : tidak dilakukan

Schwabh : tidak dilakukan

3. Tenggorokan dan Laring (Leher) Inspeksi, Palpasi Trakhea letak sentral, gld.thyroid tak teraba, nll.tak teraba, massa(-), NT(-), retraksi(-). Cavum oris : karies(-), gigi tanggal(-), mukosa mulut dalam batas normal, papil lidah dalam batas

normal,

lidah

mobile,

protrusi

asimetris

lidah(-), uvula sentral, massa(-) Faring : mukosa tidak hiperemis, edema(-), massa(-) Tonsil : tidak hiperemis, T1-T1, abses peritonsiler(-) Arcus palatoglosus : tidak hiperemis, protrusi asimetris(-), massa(-) Arcus palatopharingeus : tidak hieperemis, protrusi asimetris(-), massa(-) Laringoskopi Indirek Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan V. DIAGNOSIS Sinusitis maxillaris ec DD : Dengan polip nasi sinistra VI. RENCANA TERAPI 1. Edukasi : - Hindari kontak dengan allergen Hindari udara dingin, AC, kipas angin. Minum air hangat, hindari minum es Menjaga kebersihan terutama hidung Antihistamin oral : Difenhidramin 0,5 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam 3x 25mg Decongestan : simpatomimetik pseudoefedrin 34x60mg/hari 5 1. Rhinitis Alergika 2. Rhinitis virus

2. Medikamentosa

Mukolitik spray .

: Ambroxol 10 mg 3x1

Kortikosteroid : Fluticasone intranasal spray 1 dd 2 Observasi selama 2-4 minggu evaluasi.

3. Lakukan pemeriksaan penunjang : cek darah lengkap dan tes alergi (Skin End Point Titration).

VII. PROGNOSIS Que ad vitam Que ad sanam Que ad fungsionam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 38 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis. Secara klinis sinusitis dibagia atas : 1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu. 2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan. 3. Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun. Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis 1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi 2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya adalah 7

Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis B. ANATOMI SINUS Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinussinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, yang mampu mengkasilkan mukus, dan bersilia. Sekret yang dihasilkan disalurkan ke dalam kavum nasi. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara.

Gambar 1 anatomi sinus Sinus maksilaris merupakan satu satunya sinus yang rutin ditemukan pada saat lahir. Sinus maksilaris terletak di dalam tulang maksilaris, dengan dinding inferior orbita sebagai batas superior, dinding lateral nasal sebagai batas medial, prosesus alveolaris maksila sebagai batas inferior, dan fossa canine sebagai batas anterior. C. ETIOLOGI Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalam terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. 8

Penyebab nonifeksius antara lain adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atau tumor sinus (squamous (Wegeners menyebabkan dapat mukus. Di rumah sakit, penggunaan pipa nasotrakeal adalah faktor resiko mayor untuk infeksi nosokomial di unit perawatan intensif. Infeksi sinusitis akut dapat disebabkan berbagai organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur. Virus yang sering ditemukan adalah rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus adalah influenza. Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis Streptococcus pneumoniae, cell carcinoma), ostia dan atau juga penyakit granulomatus juga konsisi dapat yang granulomatosis obstruksi rhinoskleroma) sedangkan mengganggu

sinus, dengan

menyebabkan perubahan kandungan sekret mukus (fibrosis kistik) menyebabkan sinusitis pengeluaran

Haemophilus influenzae, dan moraxella catarralis. Bakteri anaerob juga terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada gigi premolar. Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif yang mengancam jiwa. Jamur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah dari spesies Rhizopus, rhizomucor,Mucor, Absidia, Cunninghamella, Aspergillus, dan Fusarium . D. EPIDEMIOLOGI Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis 9

akut yang paling umum ditemukan. Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat. Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat. E. PATOFISIOLOGI Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa. Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza A dan B, parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. memberikan dinding Sekitar bukti 90 % pasien yang mengalami yang ISPA akan sinus gambaran sinus radiologis sehingga melibatkan

paranasal. Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada hidung dan menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi, polyps, tumor,

10

trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga menyebabkan menurunya patensi sinus ostia. Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan pada sinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri, environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa, parut, primary cilliary dyskinesia (Kartagener syndrome). Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen. Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. 11

Bila

hal

ini

terjadi

maka

organisme

yang

bertanggung

jawab

kemungkinan adalah jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus. Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi. F. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen, kongesti nasal, rasa tertekan pada wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. Gejala seperti ini sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas karena virus, sehingga durasi gejala menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala diatas selama lebih dari 7 hari mengarahkan diagnosis ke arah sinusitis. Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih 12

dirasakan di dahi dan depan telinga. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada. Gambaran radiologik sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Biakan bakteri yang muncul biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, bakteri anaerob, Branghamella catarrhalis. Jika tidak mendapatkan penanganan yang adekuat Sinusitis maksilaris akut dapat berubah menjadi sinusitis maksilaris kronis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun.

Gambar 2 sinusitis maksilaris G. DIAGNOSA

Kriteria diagnosis sinusitis : 13

Gejala mayor Gejala minor Nyeri atau rasa tertekan pada Sakit kepala wajah Sekret nasal purulen Batuk Demam Rasa lelah Kongesti nasal Rasa lelah Obstruksi nasal Halitosis Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari. H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Pemeriksaan transluminasi. Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit. 2. Pencitraan Dengan foto kepala posisi Waters, PA, dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis. 3. Kultur Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus. 4. Rontgen gigi Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum. I. PENATALAKSANAAN 14

Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah: 1. Mempercepat penyembuhan 2. Mencegah komplikasi 3. Mencegah perubahan menjadi kronik. Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu: 1. Antibiotik. Berikan lokal. golongan Berupa penisilin obat selama tetes 10-14 hari untuk meskipun gejala klinik sinusitis akut telah hilang. 2. Dekongestan hidung memperlancar drainase hidung. 3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit. 4. Irigasi Antrum. Indikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium sinus sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal. 5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi 6. Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus. Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat sekret yang tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan J. DIAGNOSA BANDING Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif dan spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan 15

rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal. Rhinorrhea cairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing nasal. Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah. Pasien dengan demam memerlukan perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial.

BAB III PENUTUP III.1 KESIMPULAN Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 38 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis. 16

Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Kriteria diagnosis sinusitis : Gejala mayor Gejala minor Nyeri atau rasa tertekan pada Sakit kepala wajah Sekret nasal purulen Batuk Demam Rasa lelah Kongesti nasal Rasa lelah Obstruksi nasal Halitosis Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

17

PR 1. Macam-macam kesadaran N o 1. Nama Compas Mentis (Normal) Penjelasan Sadar penuh atau ia sadar terhadap diri dan lingkungannya. Dapat dirangsang oleh rangsangan : rangsangan nyeri, bunyi atau gerak Tanda-tanda Sadar, mengantuk atau tidur. Bila tidur dapat disadarkan dengan memberi rangsangan

2.

Apatis (Acuh Tak Acuh) Somnolent (Ngantuk)

3.

Acuh tak acuh dan Sadar tapi lama untuk menjawab koeperatif terhadap rangsangan yang diberikan Keadaan mengantuk atau disebut juga dengan letargi atau obtundasi. Dapat dirangsang dengan rangsangan : dibangunkan atau diberikan rangsangan nyeri.

tidak

4.

Derilium (Menggigau)

Sadar tapi kadangkadang tertidur, penderita mudah dibengunkan, mampu memberikan jawaban verbal dan menangkis rangsangan nyeri Gaduh, gelisah, kacau, berteriak-teriak, meronta-ronta, aktivitas motoriknya meningkat dan disorientasi

5.

Koma (Sapor) (tidak Sadar)

Penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktivitas psikomotor dan siklus tidur bangun yang terganggu. Dapat dirangsang dengan rangsangan : dengan cubitan Tidak adanya jawaban terhadap rangsangan Keadaan tidak yang diberikan. sadarkan diri yang penderitanya tidak dapat dibangunkan bahkan dengan

18

rangsangan yang kuat

2. Tipe pernafasan Pernafasan thorako abdominal pada wanita Pernafasan abdominal thorako pada pria, perbedaan ini berdasarkan anatomis Pernafasan thorakal : hanya kontraksi otot-otot dada, tanpa diikuti otot diagfragma, nafas dangkal, biasa pada keadaan panik, cemas, atau tumor perut Pernafasan abdominal : hanya kontraksi otot diafragma tanpa diikuti otot-otot dada, nafas dalam, biasa pada kondisi penyakit paru kronik 3. Macam-macam tes alergi : Skin Prick Test (Tes tusuk kulit). Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini : Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 7 hari, tergantung jenis obatnya. Umur yang di anjurkan 4 50 tahun.

Patch Tes (Tes Tempel). Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila 19

positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit. Syarat tes ini : Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat, mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan. 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep. RAST (Radio Allergo Sorbent Test). Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan. Skin Test (Tes kulit). Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal. Tes Provokasi.

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST. Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind Placebo Control) atau uji samar ganda. caranya pasien minum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15 30 menit.

20

Dalam satu hari hanya boleh satu macam obat yang dites, untuk tes terhadap bahan/zat lainnya harus menunggu 48 jam kemudian. lambat. Ada sedikit macam obat yang sudah dapat dites dengan metode RAST. Semua tes alergi memiliki keakuratan 100 %, dengan syarat persiapan tes harus benar, dan cara melakukan tes harus tepat dan benar. 4. Perbandingan rhinitis virus dengan rhinitis alergi 1 Rhinitis virus Pilek dgn sekret jernih, encer Hidung buntu bilateral Bersinbersin Suhu tubuh subfebris Pilek dgn sekret jernih, encer Bersin 5x tiap bersin Buntu hidung Hidung terasa gatal Mukosa Cavum Nasi & Concha Nasi oedema + hiperemi Tujuannya untuk mengetahui reaksi alergi tipe

2 Rhinitis allergi

Mukosa oedema & pucat Concha oedema & pucat Cavum Nasi bersih

5. Contoh-contoh dari steroid-steroid hidung termasuk:


beclomethasone (Beconase), flunisolide (Nasarel), budesonide (Rhinocort), fluticasone propionate (Flonase), mometasone furoate (Nasonex), dan luticasone furoate (Veramyst). 21

Ini umumya digunakan sekali atau dua kali dalam sehari. Direkomendasikan untuk memiringkan kepala kedepan sewaktu memasukannya untuk menghindari menyemprot belakang tenggorokan sebagai gantinya dari hidung.

LONG CASE RHINOSINUSITIS dengan POLIP NASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Kedokteran di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Diajukan kepada : dr. I Wayan Marthana, Sp.THT Disusun oleh: Puguh Danu Sanjaya 22

20070310145

SMF ILMU KESEHATAN THT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL 2013 LEMBAR PENGESAHAN RHINOSINUSITIS dengan POLIP NASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Program Pendidikan Profesi Kedokteran di Bagian Ilmu Kesehatan THT

Disusun Oleh: Puguh Danu Sanjaya, S.Ked 20070310145

23

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal Oleh : Dokter Penguji

April 2013

dr. I Wayan Marthana, Sp.THT

24

You might also like