Professional Documents
Culture Documents
Semen Gresik (Persero) Tbk. di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah) Oleh :
1
1. 1.1
Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyimpan dua jenis barang tambang yang didayagunakan oleh PT. Semen Gresik yaitu tanah liat dan batu kapur. Lokasi Kuasa Pertambangan (KP) itu sendiri terletak di daerah kawasan
potensi sumberdaya pertambangan di Jawa Tengah adalah Kabupaten Pati. Beberapa potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Pati antara lain adalah bahan galian atau tambang Lempung, Trass, Kalsit, Phospat, Sirtu Batugamping, Batugamping,
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pad atanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang sahamnya adalah Negara RI 73% dan masyarakat 27%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971, Pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara
Batugamping pasiran, Andesit, Sirtu Andesit, Andesit pasir dan Pasir Besi. Besarnya perkiraan cadangan masing-masing potensi tambang tersebut adalah tambang Trass 12.117.600 ton, Phospat 1.878.310 ton,
Batukapur 3.975.570.000 ton, Tanah Liat atau Lempung 1.790.768.000 ton, Kalsit 1.620 ton, Sirtu Batugamping 907.000 655.820.000 ton, ton,
Batugamping Pasiran
Andesit 10.923.000.000 ton, Sirtu Batuan Beku 4.899.840 ton, Andesit pasir
227.470.000 ton dan Pasir Besi 54.250 ton. Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo di
penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Paradigma baru kegiatan industri
Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal 9 Januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang semakin meningkat, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/76 dan No. 2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September 1976 dibangun pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kanada ini beroperasi pada 1980 dengan kapasitas 510.000 ton semen/tahun 590.000 dan ton
pertambangan ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :
Penyelidikan Umum (prospecting) Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal) Persiapan produksi (development, construction) Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan) Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan Pengolahan (mineral dressing) Pemurnian / metalurgi ekstraksi Pemasaran Corporate Social Responsibility (CSR) Pengakhiran Tambang (Mine Closure)
dioptimalisasi
menjadi
1.2. Rumusan Masalah Dampak apa saja yang ditimbulkan dari pertambangan kapur oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Solusi apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak yang terjadi akibat pertambangan kapur oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
2.2. Semen Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan
bangunan lainnya. Sedangkan kata semen 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan sendiri berasal dari caementum (bahasa
Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur
panjang.
Menyusul
runtuhnya
Kerajaan
Mereka juga mengkhawatirkan hilangnya sumber air yang sangat diperlukan untuk lahan pertanian. Rusaknya jalan penghubung antar dusun sepanjang 5 km dan untuk kepentingan warga
pertambangan 3. DAMPAK YANG TIMBUL 3.1. Dampak Lingkungan Perusakan yang terjadi adalah berubahnya fungsi lahan yang semula masih terdapat variasi tanaman menjadi lahan yang tidak beraturan akibat bekas penambangan yang tidak dikembalikan pada posisi sebenarnya dalam arti menjadi lahan yang produktif. Gangguan pada masyarakat hanya terjadi pada saat pengangkutan bahan galian kapur tersebut untuk di bawa ke 3.2. Dampak Sosial
memaksa
memutar melalui jalan alternatif yang panjangnya sebelumnya. Masyarakat sekitar menilai, eksploitasi akan menjadi awal rusaknya lahan. 3 kali lipat dari jalan
digantikan oleh masyarakat pendatang yang memiliki modal lebih besar. Hilangnya mata pencaharian sebagian besar masyarakat wilayah Pati Selatan yang menggantungkan hidupnya pada keberadaan lahan pertanian. Hilangnya semangat kebersamaan
pengumpul yaitu timbulnya kebisingan dan pencemaran udara yang diakibatkan oleh lalu lalangnya kendaraan/armada pengangkut kapur tersebut. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan bahan tambang kapur antara lain gangguan pernapasan saluran atas yang ditimbulkan dari debu atau asap serta gangguan pendengaran yang ditimbulkan dari knalpot kendaraan pengangkut. Mereka kembali mengkhawatirkan
dikarenakan tenaga kerja yang diserap oleh industri semen jelas tidak akan menampung seluruh tenaga kerja yang telah kehilangan lahan pertanian. Kondisi ini jelas akan memicu persaingan yang menjurus pada konflik pada masyarakat sekitar lokasi pabrik semen.
rusaknya lingkungan akibat pendirian pabrik semen yang mengandalkan bahan baku dari penambangan batu kapur.
Rusaknya tatanan sosial dan budaya karena proses industrialisasi jelas akan memunculkan banyaknya tempat-tempat hiburan yang cenderung menuju ke arah kemaksiatan.
Sesuai Environmental
anjuran
United
Nations 1999)
Programme (UNEP,
terutama kapur di Kabupaten Pati tidak terlepas dari perijinan yang dikeluarkan oleh pemeritah Kabupaten Pati. Sementara itu, ijin pertambangan daerah kawasan Pegunungan Kendeng Utara yang tercatat PT. Semen Gresik menduduki peringkat terbanyak ijin penambangan galian C berupa tanah liat dan batu kapur. Daerah Kuasa Pertambangan PT.Semen Gresik bukan merupakan daerah yang subur karena termasuk lahan gersang karena mempunyai jenis tanah campuran antara kapur dan phospat. Pada awal kegiatan penambangan kapur dilaksanakan, akan terjadi perusakan lahan yang diakibatkan oleh penggalian bahan tambang tersebut. Perusakan yang terjadi adalah berubahnya fungsi lahan yang semula masih terdapat variasi tanaman menjadi lahan yang tidak beraturan akibat bekas
tanggungjawab kepada pemilik penambangan baik perusahaan maupun perorangan untuk tetap memperhatikan lingkungan hidup. Bekas penambangan perlu dilakukan pengurugan kembali kemudian dilakukan pemadatan serta penanaman pohon sehingga nantinya kondisi pada wilayah tersebut tetap terjaga. Upaya dilakukan tersebut dengan di atas harus agar tetap tidak
maksimal
menganggu sumber daya lingkungan yang ada terutama sumber daya air. Sumber daya air harus tetap dijaga kelestariannya agar tetap dapat digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang, upaya seperti ini adalah salah satu upaya dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Untuk mengantisipasi kondisi lingkungan agar tetap terjaga maka perlu dilakukan pemantauan lingkungan oleh pihak terkait secaa konsisten sehingga upaya pengelolaan tidak berhenti begitu saja. Pemantauan
penambangan yang tidak dikembalikan pada posisi sebenarnya dalam arti menjadi lahan yang produktif.
lingkungan lahan ini dapat dilakukan setiap enam (6) bulan sekali. Sesuai saran Otto
(1991) bahwa apabila hubungan timbal balik antara manusia dengan komponen-komponen alam terlaksana tidak seimbang, maka akan mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan hasil pengukuran (Bappeda, 2008) menunjukkan bahwa kualitas udara ambien pada kondisi rona awal di tapak proyek dan sekitarnya secara umum masih baik dan masih memenuhi nilai ambang batas baku mutu kualitas udara ambien menurut Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 tahun 2001, Tentang Baku Mutu Udara Ambien di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan menunjukkan bahwa tingkat bising di tapak proyek dan sekitarnya antara 65.69 dBA 69,26 dBA. Tingkat bising ini masih memenuhi baku tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri
dengan komponen-komponen alam harus berlangsung dalam batas keseimbangan. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan phospat diperkirakan tidak
memberikan dampak yang berbahaya karena letak/lokasi penambangan cukup jauh dari permukiman warga sehingga dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan penambangan tidak begitu dirasakan oleh masyarakat. Gangguan pada masyarakat hanya terjadi pada saat pengangkutan bahan galian kapur tersebut untuk di bawa ke pengumpul yaitu timbulnya kebisingan dan pencemaran udara diakibatkan oleh lalu yang
lalangnya
kendaraan/armada pengangkut kapur tersebut. Gangguan tersebut akan sangat terasa jika armada yang lewat cukup banyak setiap harinya.. Dampak dari aktivitas pengangkutan
Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 dengan peruntukan kawasan wisata (70 dBA). Hal sesuai dengan United Nations
tersebut jika tidak ditangani dengan maksimal maka dapat memberikan dampak negatif pada masyarakat yang dilalui oleh aktifitas tersebut. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan bahan tambang kapur antara lain gangguan pernapasan saluran atas yang ditimbulkan dari debu atau asap serta
Environmental
Programme (UNEP,
1999) menggolongkan dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan antara lain limbah tambang dan pembuangan tailing yang pada ujungnya terjadi pencemaran air dan
lingkungan hidup. Hal ini perlu diantisipasi sesuai dengan pendapat Zein (2005)
seperti ini jika tidak segera ditangani dengan baik dan maksimal maka dalam jangka panjang nantinya dapat merugikan masyarakat
sekitar yang dilewati oleh armada tersebut yaitu menurunnya sehingga tingkat dapat kesehatan berpengaruh
1. Penghijauan Mendukung program penghijauan yang dicanangkan pemerintah, PT. Semen Gresik dengan menggunakan dana TJSL telah
masyarakat
terhadap mata pencaharian sehari-hari. Hal ini sama dengan pandangan United Programme (UNEP, Nations 1999)
mengeluarkan dana sebesar Rp. 2,7 milyar yang berupa pemberian bibit pepohonan jenis Mahoni, Trembesi, Sengon, Matoa, dan Jambu Mente yang diperuntukkan bagi penghijauan dibeberapa wilayah kabupaten di Jawa Timur, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Environmental
menggolongkan dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan, antara lain kesehatan masyarakat tambang. dan pemukiman di sekitar
5. SOLUSI 5.1. Usaha yang Dilakukan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Dalam melakukan pengelolaan
lingkungan, PT. Semen Gresik membuat program CSR (Corporate Social Gambar 3.1 Pabrik PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati
Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011
Responsibility) yang bertujuan menunjang pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup. PT. Semen Gresik mengambil inisiatif untuk memadukan berbagai fungsi pelestarian lingkungan hidup yang terintegrasi ke dalam kebijaksanaan perusahaan, penataan, 2. Program Green Belt Peningkatan Greenhouse Gases (GHG) emissions atau emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat pertumbuhan ekonomi dan penduduk selama dua abad terakhir telah memperburuk dampak dari pemanasan global, yang dapat Berikut merupakan beberapa usaha yang dilakukan PT. Semen Gresik, yaitu: mengarah pada perubahan iklim yang tidak dapat dipulihkan.
Sabuk Hijau (Green Belt), merupakan upaya untuk menjaga kualitas lingkungan, salah satu syarat dalam Clean Development Mechanism (CDM). Clean Development
Mechanism (CDM) project atau Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih merupakan suatu upaya/usaha dalam rangka mengurangi dampak dari pemanasan global. Salah satu penyebab dari pemanasan global adalah adanya emisi CO2 yang dihasilkan dari berbagai proses dalam industri. Indonesia meratifikasi Perubahan Iklim melalui UU No. 6 Tahun 1994. Sedangkan ratifikasi Protokol Kyoto disetujui oleh DPR tanggal 28 Juni 2004. Di Indonesia Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KOMNAS MPB) merupakan lembaga yang memiliki otoritas memberikan persetujuan proyek CDM. Ada beberapa program di SGG dalam upaya mengurangi dampak dari Area green belt yang menempati sekeliling area terluar selebar 50 meter di area sepanjang penambangan ini ditanami dengan beberapa jenis pepohonan, yaitu pohon mangga, Gambar 3.2 Hasil Uji Rata-rata Konsentrasi di Cerobong Pabrik Tahun 2010
Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011
nangka, dan mahoni. Tanaman tersebut dipilih, selain karena manfaatnya kesesuaian Pepohonan juga dengan itu tak karena pertimbangan tanahnya. menciptakan
kondisi hanya
lingkungan menjadi lebih sejuk sehingga tanah yang dahulu kering dan gersang kini berubah menjadi tempat yang nyaman untuk hunian, dan sekaligus menjaga keseimbangan
pemanasan global (Global Warming) yaitu: 1. Pemakaian bahan bakar alternatif, yaitu biomass (sekam padi) yang berbasis nabati 2. Efisiensi energy, semakin kecil listrik yang dibangkitkan maka semakin kecil pula pemakaian bahan bakar, sehingga mampu mereduksi emisi CO2. 3. CDM (Clean Development Mechanism)
alam, menahan debu akibat penambangan, sebagai pengamanan area, serta menimbulkan nilai ekonomis bagi masyarakat disekitar pabrik.
Sementara itu, tanah bekas penambangan, baik di Gresik maupun Tuban, dimanfaatkan sebagai telaga buatan seperti di daerah Ngipik Gresik, yang dapat dimanfaatkan untuk tempat wisata. Sedangkan dibekas penambangan tanah liat di Tuban juga dimanfaatkan untuk pembudidayaan ikan air tawar sistem jala apung ataupun keramba. Aktivitas mewujudkan yang hal itu dilakukan melalui dalam kegiatan
Gambar 3.3 Kolam Penampungan Air Hujan
Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011
yang
dilakukan para pelaku industri semen, kini dikenal teknologi proses kering. Dengan teknologi ini maka tidak lagi diperlukan penggunaan air karena semua material
penghijauan / green belt, bantuan penyediaan air bersih / sumur, pembuatan wisata air dan pembuatan real estate bekas daerah tambang dan juga penggunaan antara teknologi lain ramah
diproses menggunakan teknik penggilingan dan blending, kemudian dibakar hingga menghasilkan semen. Proses kering
lingkungan
electrostatic
precipitator (EP), pengelolaan air bersih (water treatment) dan penampungan air hujan berupa waduk yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan.
mengandung keunggulan terutama terkait pelestarian lingkungan, karena tidak lagi menggunakan air dalam proses produksi semen. Namun, PT. Semen Gresik mengakui,
3. Efisiensi Pemakaian Air Beberapa dekade silam, proses produksi semen hanya mengenal teknologi berbasis proses basah yang semua bahan bakunya dicampur dengan air, untuk kemudian
secara terbatas masih memanfaatkan air yang bersumber dari air permukaan dan air tanah, yang digunakan terutama untuk pendinginan serta kebutuhan domestik. Air tanah yang digunakan berasal dari sumur artesis dengan memanfaatkan keberadaan pompa. Sedangkan air permukaan yang digunakan PT Semen Gresik (Persero) Tbk berasal dari telaga atau temandang dalam bahasa daerah setempat, yang merupakan tampungan air tadah hujan. Selain itu temandang juga menampung air dari
dihancurkan dan diuapkan, lalu dibakar hingga menghasilkan semen. Proses basah tentu saja menyisakan persoalan pelik yang berdampak langsung pada kelestarian
proses pendinginan yang telah diolah lebih dulu. Untuk meminimalisasi dampak yang dapat ditimbulkan akibat pemanfaatan air, maka diupayakan memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dalam proses pendinginan dengan menerapkan sistem sirkulasi tertutup. Secara keseluruhan jumlah air yang digunakan dalam proses pendinginan dialirkan ke dalam kolam penampungan untuk penurunan
4. Penggunaan Bahan Daur Ulang Upaya optimalisasi penggunaan material dilaksanakan dengan mendaur ulang atau menggunakan kembali beberapa material
bahan pembantu di dalam proses produksi. Material yang didaur ulang dalam proses produksi semen di PT Semen Gresik (Persero) Tbk adalah copper slug, gypsum, fly ash, valley ash, dan return dust. Jumlah material daur ulang tersebut mencapai 827.960 ton atau 6,25% dari seluruh material yang digunakan selama tahun 2010. Material cooper slag merupakan bahan limbah dari pengolahan tembaga PT Freeport Indonesia di Timika, Provinsi Papua,
temperatur dan pengendapan suspensi. Setelah temmperatur air normal barulah dialirkan ke waduk atau temandang sehingga bisa
sedangkan gipsum didapat dari bahan daur ulang limbah industri PT Petrokimia di Gresik, dan fly ash diperoleh dari limbah pembakaran batubara.
Gambar 3.4 Jumlah Air Tanah dan Jumlah Air Permukaan yang Digunakan oleh PT. Semen Gresik pada Tahun 2010
Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Di antaranya dengan konservasi energi untuk menggantikan pemakaian bahan bakar fosil termasuk batubara, dengan pemakaian sekam padi yang lebih ramah lingkungan karena mengeluarkan CO2 lebih sedikit. Selain itu kami juga memastikan setiap kendaraan bermotor, baik untuk keperluan penambangan maupun pengangkutan produk, selalu
menjalani uji emisi yang dilakukan berkala setiap enam bulan, bekerjasama dengan Dinas Perhubungan setempat. Secara terbatas PT. Semen Gresik telah melakukan
Gambar 3.4 Material Digunakan dan Material Didaur Ulang di Tahun 2010
Sumber:http//csrsemengresik.com, 2011
pendataan
peralatan
berbasis
penggunaan gas chloroflourocarbon (CFC), penyebab utama penipisan dan rusaknya lapisan ozon di atmosfer karena radikal
5. Pengendalian Emisi Selama periode pelaporan, PT. Semen Gresik telah melakukan perhitungan total emisi karbon dalam bentuk CO2 sekitar 7.043.500 ton (gross absoulut CO2 emission), yang secara berpotensi menimbulkan efek rumah kaca pemicu pemanasan global dan perubahan iklim. Sebagian besar CO2
bebasnya mampu menguraikan ikatan O3 di udara. Secara bertahap dan berkesinambungan masing-masing Perseroan telah memulai
lingkungan, sehingga pelepasan CFC ke udara bisa diminimalkan bahkan ditiadakan. Secara ringkas, aktivitas yang terkait langsung dengan upaya mengurangi efek pemanasan global (global warming) adalah :
dihasilkan dari proses penggunaan bahan bakar fosil dalam proses produksi maupun kegiatan pendukung lainnya. Menyadari besarnya dampak yang
diakibatkan emisi gas rumah kaca, maka dilakukan beberapa inisiatif yang ditujukan
a) Implementasi CDM (Clean Development Mechanism) b) Melakukan peningkatan dan rekondisi peralatan pabrik serta pengendalian
Gresik menetapkan luasan tertentu sebagai zona penyangga (buffer zone). Untuk
perlindungan kawasan di sekitar daerah pertambangan, area ini disebut sebagai sabuk hijau (green belt) yang mencakup kawasan sekeliling daerah terluar kegiatan
operasi pabrik dalam rangka penghematan energi. c) Meningkatkan kapasitas produksi sehingga indeks kebutuhan bahan bakar/produk menjadi lebih kecil. d) Meningkatkan produksi blended cement dan optimalisasi penggunaan substitusi terak. e) Pemasangan filter harmoni untuk efisiensi penerimaan listrik dari PLN. f) Pemanfaatan bahan bakar alternatif. g) Penggantian halon atau BCF sebagai bahan pengisi APAR (alat pemadam api ringan) dengan AF11, AF11e dan dry powder. h) Penggantian secara bertahap freon AC kantor dan kendaraan dari R11, R12, R22 menjadi hidrokarbon R134.
penambangan dengan luas 50 hektar. Pada zona ini dinyatakan tidak boleh ada kegiatan produksi, sehingga menjadi semacam kawasan terlindungi. Dengan demikian, habitat yang ada di lokasi tempat kegiatan penambangan dilaksanakan, tetap dapat dijaga keasliannya dan keanekaragaman hayati di dalamnya ikut terlindungi.
6. Biodiversitas Pengaruh paling besar adalah perubahan kontur tanah permukaan yang diikuti
PT. Semen Gresik mensyaratkan adanya pendataan terhadap berbagai habitat di dalam wilayah KP pada masing-masing Perseroan, guna memetakan keanekaragaman hayati yang ada sekaligus mengidentifikasi keberadaan spesies flora maupun fauna yang dilindungi. Selanjutnya data pemetaan yang ada
reklamasi atau pemulihan lahan pascatambang melalui penanaman hayati kembali, yang sehingga ada bisa
lahan yang naik turun dikhawatirkan akan terdapat ceceran kapur sepanjang jalan sehingga dapat menimbulkan pencemaran udara dilingkungan sekitar. Melakukan pemantauan lingkungan secara konsisten sehingga upaya pengelolaan tidak berhenti. Menaati peraturan hukum yang berlaku termasuk perijinan dalam menambang dan
keanekaragaman
mendekati kondisi semula. Sementara bila ditemukan spesies flora maupun fauna yang dilindungi, selanjutnya dilakukan relokasi ke tempat lain yang bukan menjadi kawasan kegiatan penambangan.
7. Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Untuk limbah yang tergolong B3 yang umumnya dilakukan pengelolaan berbentuk prosedur pelumas penanganan bekas, dan
memperhatikan lingkungan sekitar. Menggunakan alat yang sesuai dengan standart , dan jangan menambang dengan sistem tradisional yaitu dengan cara ngerong, karena cara ini membahayakan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan sekitar.
yang ketat.
Sebagian besar
pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan pabrik, yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas bagus dalam prosedur
5.3. Kesimpulan Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah
perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas bekas yang tidak dapat digunakan kembali dan grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar.
sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat 5.2. Saran Untuk mengatasi upaya pencemaran udara dan kebisingan yang diakibatkan oleh kegiatan pengangkutan tersebut sebaiknya truk pembawa bahan galian kapur dan tanah liat tersebut perlu ditutup dengan terpal yang cukup kuat, mengingat kondisi negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat
bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana.
6. Referensi Bappeda Pati. 2008. Studi Kelayakan Peluang Investasi Sumber Daya Pertambangan Kab. Pati. Pati. De Genevraye ,P. , Samuel , Luki . 1972. Geology of the Kendeng Zone (Central and East Java). Indonesian Petroleum
http://gresikkab.go.id, 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan http://id.wikipedia.org/wiki/Semen, 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Indonesia http://ptbudie.wordpress.com, 2013 http://www.esdm.go.id, 2013 http://www.semengresik.com, 2011 http://www.semengresik.com, 2013
Association. Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan sekitarnya. Jakarta Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Usaha Pertambangan Daerah Bahan Galian C. Rahardjo, Wartono. 2004. Buku Panduan Ekskursi Geologi Regional Pegunungan
Selatan dan Zona Kendeng. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Subagyo, Lingkungan P. Joko. Masalah 2002. Hukum dan
Penanggulangannya. Rineka Cipta. Jakarta. Sumarwoto, Otto. 1989. Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. Undang-Undang No.11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan Zein, M.T. Editor. 1985. Menuju