You are on page 1of 51

Makalah Sistitis

Disusun untuk melengkapi penilaian mata kuliah Sistem Urinari

Disusun oleh: Kelompok Tutorial 4 Erita Yunistisia R Evelin Aprilianty Fitria Nurjannah Laela Ghaniya Fatra Nela Fardilah Nonny Tentia Maulida Rosma Diar Suci Puspitasari Wanda Karroma Aristya W S Qonita Nur Miladi Astri Mutiar 220110090039 220110090040 220110090032 220110090034 220110090031 220110090037 220110090036 220110090042 220110090035 220110090046 220110090138 220110090043

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

Kasus 1 Ny.W 25 tahun, status : menikah satu minggu yang lalu. Datang ke rumah sakit X dengan keluhan sakit pada saat berkemih, berkemih keluar sedikit sedikit disertai rasa nyeri. Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat, dari hasil wawancara didapatkan ; klien mengeluh urgency, frequency, dysuria, dan diare. Tanda tanda vital : TD = 120/80 mmHg, P = 90x/menit, RR = 24x/menit, S = 39oC. Setelah melakukan pemeriksaan fisik didapatkan dari hasil palpasi area supra publik teraba tegang tenderness. Perawat menganjurkan kepada Ny. W supaya bamyak minum minimal 3L/hari. Hasil pemeriksaan urine : warna keruh , WBC (+++), cultur + bakteri, pyuria, eritrosit +. Ny W mendapatkan terapi : Bachtrim 3x1 tab 400 mg PO, dan Phenazopyridine 3x1 tab PO. Step 1 1. Supra publik Perut bagian bawah

2. Urgency Keinginan kencing yang sangat terdesak

3. Bahtrim Antibiotik

4. Pyuria Terdapat pus pada kemih juga bakteri Adanya kandungan sel darah putih dalam urin

5. Frequency Waktu kencing yang sering Setiap sepuluh menit sekali Phenazopyridine

Antibiotik

6. WBC White blood count , sel darah putih

7. Tegang tenderness Benjolan

8. Dysuria Step 2 1. Diagnosa medis? 2. Hubungan status klien yang sudah menikah apakah berpengaruh pada penyakit tersebut 3. Kenapa di daerah supra publik teraba tegang? 4. Kenapa terjadi diare? 5. Apa ada hubungannya dengan gaya hidup? 6. Kenapa disuruh banyak minum? 7. Penatalaksanaan yang lain? 8. Kandungan urin normal dan karakteristik urin? 9. Karakteristik nyeri? 10. Anfis urinari 11. Infeksi yang terkena dimana? 12. Komplikasi yang mungkin terjadi? Sakit saat berkemih Sedikit saat berkemih

13. Pemeriksaan fisik? 14. Manifestasi klinis 15. Kenapa pasien demam? 16. Perhitungan masukan cairan sesuai umur 17. Pencegahan 18. Pemeriksaan diagnostik 19. Kenapa kencing sedikit sedikit ,apakah ada yang menghambat? 20. Apakah penyakit menular? Lewat apa? 21. Faktor resiko, prognosis? Step 3 & Step 4 1. Sistitis : infeksi pada saluran kemih. 2. Status menikah,dilihat dari KB, KB spiral dapat menyebabkan infeksi Ada hubungan dengan hubungan seks yang dilakukan. 3. Ada terkumpulnya urin Tidak normalnya kontraksi dan relaksasi 4. Bakteri e.coli dapat berhubungan dengan pencernaan Sistemik 5. Pola hidup ga sehat, mis : jarang minum, merokok,dan banyak minum kopi. Sering nahan kencing Sering mengkonsumsi jengkol 6. Bakteri dikeluarkan oleh air yang diminum Membantu kerja ginjal

7. Kateter 8. Volume 250 400 ml. Komposisi ; Air: 93-97%, Ph : 4,5-6 Urea, amonia, tidak mengandung protein 9. Ditusuk-tusuk 10. 11. Kapsul renal Saluran kemih 12. Kencing berdarah , batu ginjal. 13. 14. 15. Karena ada infeksi Peningkatan satu derajat suhu dapat meningkatan RR 16. 17. 18. Kebersihan alat kelamin Cara membersihkan alat kelamin yang benat Pakaian dalam, ganti pembalut 6 jam sekali. 19. Karena bakteri. 20. Menular, lewat berhubungan . 21. Prognosis baik bila antibiotik dimakan teratur dan kebersihan dijaga, jika tidak diselesaikan akan menimbulkan kekambuhan. 22. Ibu hamil : karena relaksasi , jadi tidak ingin kemih.

Menopause : perlindungan terhadap bakteri menurun. Wanita : uretra lebih pendek. MINDMAP Bakteri (etiologi) Menempel di uretra Masuk ke sistem perkemihan Infeksi Kontraksi terus menerus Tegang tenderness WBC (+++) Pus Urin keruh Kental Semakin susah keluar Step 5 LO : 1. Anfis sistem urinari. 2. Konsep penyakit ( definisi, etiologi, manifestasi klinis, faktor resiko, komplikasi, klasifikasi, pemeriksaan doagnostik, penatalaksanaan, pendidikan kesehatan) 3. Asuhan keperawatan Step 6 Self study Step 7 (Reporting) 1. Anatomi dan fisiologi sistem urinaria Suhu meningkat

1. Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk peampungan sementara; dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh. Ginjal terdiri dari ginjal kanan dan kiri, yang mana ginjal kanan terletak lebih bawah dikarenakan ada hati. Struktur ginjal terdiri dari hilus, sinus ginjal, pelvis ginjal, dan parenkim ginjal. Dalam ginjal juga terdapat glomelurus yang dikelilingi oleh kapsul bowman. (Aristya) 2. Aliran darah ke ginjal Arteri renalis bercabang pada arteri interlobaris arteri arkuata arteriola interlobaris arteriola afferen glomerulus arteriola efferan sistem porta kapiler jaringan vena vena interlobularis vena arkuata vena renalis venacava inferior. (Suci) 3. Ureter adalah dua buah saluran yang menghubungkan ke kandung kemih, panjangnya 25 30 . Proses filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus ginjal bagian bawah, augmentasi di tubulus pengumpul. (Fitria) 4. Lapisan ureter terdiri dari : lapisan fibrosa, lapisan muskularis longitudinal, lapisan epitelium. Struktur kandung kemih : dinding (selusa, otot detrusor, sub mukosa, mukosa), trigonum. (Nela) 5. Fungsi ginjal : pembentukan urin, mengatur keseimbangan keluaran cairan, keseimbangan elektrolit, otoregulasi tekanan darah. (+) Filtrasi glomerular. GFR : filtrasi yang dibentuk oleh dua ginjal oleh semua nefron / menit. Minimal laki laki 125 ml/menit, perempuan 110ml/menit. Hormon yang mempengaruhi pada ginjal : paratiroid

ADH : meningkatkankan kalsitonin, Aldosteron :menghambat ADH dan aldosteron natriuretik atrial. (Qonita) 6. Proses berkemih : kandung kemih maksimal menampung 150 cc, setelah penuh urin menstimulasi reseptor peregang pada dinding kandung kemih, kemudian terjadi kontraksi otot detrusor dan relaksasi sfingter sehingga urin bisa keluar (Laela) 7. Aliran darah pada ginjal itu 25% dari jantung. (+) Fungsi ginjal : mengeluarkan racun. Hasil pengeluaran urin : Na, Ka, asam fosfat, air 95%, warna kuning bening, bau amoniak, Ph asam : 4,5-7,5 . (Rosma) 8. Proses berkemih Urin terkumpul peregangan kandung kemih mengimpuls saraf eferen mengirim sinyal ke korda spinalis mengirimkan sinyal ke saraf parasimpastis otot polos membuka sfingter interna meuron motorik yang berjalan motorik dihambat sfingter eksterna relaksasi berkemih. Proses menahan berkemih Peregangan kamdung kemih mengirimkan ke batang otak korteks serebrum merasakan ingin berkemih menghambat refleks spinal kontraksi otot panggul sfingter eksterna kemih tertahan. (Erita) 9. Urin normal : Nitrogen urea (BUN), 10-20 mg/100 ml. Konsentrasi kreatinin plasma 0,7 1,5 mg/100ml. Aliran darah ke ginjal 600ml/menit. BJ urin : 1,001 1,030 Jumlah urin normal : 1,5 liter/hari (Evelin) 10. Urin sisa normalnya <50 ml perhari.

Normalnya urin tidak refluks ke ginjal, jika itu terjadi ada distensi yang timbul (Nonny)

2. Definisi 1. Sistitis adalah inflamasi kandung kemih biasanya disebabkan oleh e.coli atau pemasangan kontrasepsi , spermisid, diafragma. (Wanda) 2. Bisa jadi dari inflamasi infeksi mekanin pada kandung kemih (Aristya) 3. Wanita : uretra distal Laki laki : prostatitis (Evelin)
4. Infeksi pada kandung kemih disertai bakteri uria bermakna, karena

ditemukan mikroorganisme 105. (Fitria)

3. Etiologi 1. Kuman masuk lewat uretra : ecoli. 2. Imunitas menurun. 3. Kateter tidak steril. 4. Perempuan : keputihan, laki laki : air mani. 5. Laki laki infeksi prostat, epididimitis ( Laela) 6. ISK : virus, jamur = candida albicans. 7. Kehamilan 8. Bendungan air urin. 9. Refluks vesica ureter. (Qonita)

4. Faktor resiko 1. Panjang uretra wanita lebih pendek dibanding pria sehingga lebih mudah terjangkit. Orang tua lebih mudah terkena karena terjadi penurunan fungsi organ. Wanita hamil mudah terkena karena perubahan fungsi hormornal pada ginjalnya. Menopouse Gangguan pada anatomis dan fisiologis urin (Astri) 2. Hubungan seksual - pijatan pada uretra , berkemih setelah hubungan seks. Kontrasepsi, HIV , diabetes (Nela) 3. Obstruksi parsial. 4. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna. 5. Bakteri prosteus (Wanda) 6. Dapat menginfeksi kandung kemih (Aristya) 7. Gag- dapat dirusak - metabolik (Nonny)

5. Klasifikasi 1. Primer : radang akibat penyakit 2. Sekunder : radang akibat penyakit sekunder (Rosma) 3. Infeksi : virus, bakteri dan jamur. 4. Non infeksi : bahan kimia, radiasi idiopatik (Laela) 5. Infeksi saluran kemih atas dan bawah. Pada laki laki : prostatitis, epidimidis.

Pada perempuan : sistitis.

6. Manifestasi klinis.

1. Dysuria 2. Frequency 3. Polyuria 4. Pyuria 5. Nyeri punggung 6. Demam, hematuria. 7. Abnormal komposisi 8. Stanguria 9. Mual, muntah 10. Nyeri pada skrotum 11. Nyeri tekan angulus vertebrata. 12. Nokturia : pemeriksaan kultur bakteri (+)
13. Jika ada lesi dan bakteri mencapai 105, bisa saja ada virus herpes simpleks.

14. Infeksi pada ginjal (Rosma, Evelin, Nela)

7. Komplikasi 1. Pembentukan abses ginal

2. Gagal ginjal : gagal ginjal berawal dari batu ginjal yang menyumbat perkemihan sehingga lama lama menjadi gagal ginjal. 3. Sepsis (Astri, Aristya, Laela)

8. Pemeriksaan diagnostik 1. Urinalisis : positif sistitis bila leukosuria, pyuria, bila terdapat >5 leukosit/LPB. Hematuria : eritrosit 5-10/LPB satuan eritrosit darah. 2. Bakteriologis : mikroskopis , positif bila dijumpai 1 BLP minyak emersi. Biakan bakteri. (Suci) 3. 102-103 organisme klorifom /ml. Hitung kalori, tes PMS (Evelin) 4. Sistokopi : pemeriksaan dengan biopsi sample dari kandung kemih nya. 5. Sistogram : untuk memvisualisasikan kandung kemih. 6. Radiologis : untuk melihat ada nya batu ginjal yang dapat menjadi etiologi . (Astri) 7. Sistouretrografi : untuk mengetahui arus balik dari kandung kemih dan penyempitan uretra. 8. Uretrogram retrograf : penyempitan diretikular sama vesikular. 9. Foto BNO : Blast Nier Overseas. (Rosma) 10. Gambaran / gejala, langsung pemeriksaan diagnostik pemeriksaan mikroskopis, biakan urin, uji kepekaan. (Nela)

9. Penatalaksanaan. 1. Preparat antibakteri.

2. Obat sulfixozale, TMD (Bachtrim, spitra) , Nitrourantonin (Maluro dantin) , Chepalexin. 3. Jangan tahan berkemih. (Evelin) 4. Pyridium (analgesik) (Suci) 5. Phenazopyridine , zat pewarna tapi memiliki efek analgesik (Rosma) 6. Memberi warna kuning pada kelenjar air mata dan urin, dilarang pake lensa kontak. Non farmako. 1. Asam askorbat 2. Jus mentimun
3. Jus bayam. (Nonny)

10.

Pendidikan kesehatan

1. Meningkatkan daya tahan tubuh. 2. Menggunakan celana dalam katun. 3. Menjaga kebersihan alat kelamin, bersihkan alat kelamin dari depan ke belakang. 4. Tidak menahan berkemih,m 5. Banyak minum. 6. Hindari kopi dan minuman bersoda tidak menahan berkemih. 7. Jangan sering menggunakan sabun kelamin. 8. Keputihan cepat ditanganin. 9. Gunakan toilet jongkok.

10. Jangan malas ganti pembalut. 11. Sebaiknya tidak menggunakan pantyliners. 12. Berkemih setiap 2-3 jam sehari. 13. Kosongkan kandung kemih secara sempurna setiap berkemih. 14. Segera berkemih setelah melakukan hubungan seks. 15. Minum medikasi antibiotik secara tuntas sesuai resep. 16. Mandi sebaiknya menggunakan shower dan menghindari penggunaan bath up. (Laela, Aristya, Fitria, Astri, Evelin, Suci, Rosma)

11.

Pengkajian (Wanda)

A. Identitas Klien Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Status Diagnosa Medis B. Riwayat Kesehatan Keluhan utama keluar sedikit sedikit. : Klien merasakan sakit ketika berkemih dan : Ny.W : 25 tahun : Perempuan ::: Menikah 1 minggu yang lalu : Sistitis

Riwayat kesehata sekarang dysuria, diare.

Klien

mengeluh

urgency,

frequancy,

Riwayat kesehatan masa lalu : Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penggunaan obat C. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : TTV ; TD = 120/80 mmHg, P = 90x/menit, RR = 24x/menit, S = 39oC Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi :: area suprapublik teraba tegang tenderness ::::-

D. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan urine : Warna = keruh, WBC (+++) , cultur bakteri (+) , pyuria, eritrosit (+) E. Terapi Bachtrim : 3x1 tab 400 mg PO Phenazopyridine : 3x1 tab PO Perawat menganjurkan untuk minum minimal 3 Liter perhari

KONSEP I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

A. GINJAL Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang, sebagai bagian dari sidtem urinaria, ginjal berfungsi menyaring kotoran dari darah dan membuangbersama dengan air dalam bentuk urin. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limfa. Di bagian atas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Ginjal bersifat retroperineal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk member ruang untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yang membantu merendam goncangan. Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter. Bagian paling luar ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla, bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia

dapat pula dilihat adanya pyramid yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjjumlah lebih dar satu juta buah dalam satu ginjal normal orang dewasa. Nefron ini berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kontranspor.sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (badan Malpighi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kopsula bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus meiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding ephitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah filtrate yang dihasilkan aan masuk kedalam tubulus ginjal. Darah yang telah terrsaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri aferen. Diantara darah dalam glomerulus dan ruangan berisii cairan dalam kapsula bowman terdapat 3 lapisan : 1. Kapiler selapis sel endothelium pada glomerulus 2. Lapisan kaya protein sebagai membrane dasar 3. Selapis sel epitel melapisi dinding kapsula bowman Dengan bantuan tekanan, cairan dalam darah didorong keluar dar glomerulus, melewati ketiga lapisan tersebt dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula bowman dalam bentuk filtrate glomerular. Filtrate plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrate ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menitnya, menghasilkan 125 cc filtrate glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk mendiagnose fungsi ginjal. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula bowman. Bagian yang mengalirka filtrate glomerular dari kapsula bowman disebut tublus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung henle yang bermuara pada

tubulus konvulasi distal. lengkung henle menjaga gradient osmotic dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yabng menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transport aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97,7%) dalam filtrate masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam system pengumpulan yang terdiri dari : Tubulus penghubung Tubulus kolektivus kortikal Tubulus kolektivus medularis

Tempat lengkung henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut apparatus juxtaglomerular, mengandung mocula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesi dan sekresi rennin ciran menjadi makin kentaldi sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter. Ginjal mengatur pH, konsetrasi ion mineral dan komposisi air dalam darah. Ginjal mepertahankan pH plasma darah pada kisaran 7.4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melaui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi. Kenaikan atau penurunan tekanan osmotic darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memebri sinyal; pada kelenjar pituitary dengan umpan balik negative. Kelenjar pituitary mensekresikan hormone antidiuretik sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Beberapa fungsi ginjal : 1. Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mengekresikan urea, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormone 2. Pengaturan ion-ion penting. Ginjal mengekresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. asam urat,

3. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.ginjal mengendalikan ekresiion hydrogen, bikarbonat, dan ammonium serta meproduksi urine asam atau basa bergantung pada kebutuhan tubuh. B. URETER Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis yang merentang sampai kandungkemih. a. Panjang ureter 2-30 cm/ 10-12 inchi dan diameter 4-6 mm. b. Dinding ureter terdiridari3 lapsan 1. Lapisan terluar adalah lapisan fibrosa 2. Lapisan tengah adalah muskularis longitudinal 3. lapisan terdaloam adalah epithelium mukosa lapisan otot ureter meiliki aktivitas peristaltrik. Gelombang peristaltic mengalirkan urine dari kandung jkemih keluar tubuh. C. KANDUNG KEMIH Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simfisis fubis. Kandung kemih meiliki 3 muara, yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Sebagian besar kandung kemih tersusun dari otot muscular destrusor. Dua fungsi kandung kemih. 1. Tempat penyimpanan urin smentara sebelum meninggalkan tubuh 2. Mendorong urin keluar tbuh dengan dibantui uretra. Dinding kandung kwemih terdiri dari 4 lapisan. 1. Serosa, adalah lapisan terluar tyang merupakan perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada dibagian atas pelvis. 2. Otot destrusor, merupakan lapisa tengah lapioan ini trsusun dari berkasberkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. 3. Submukosa merupakan lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah mukosa dab menghubungkan dwengan muskularis. 4. Mukosa merupakan lapisan terdalam, lapisan ini merupakan lapisan epitel yang tersusun dari epithelium transisional.

D. URETRA Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sapai keluar tubuh. Pnjang pada wanita 1.5 inchi dan laki-laki 8 inchi. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. Uretra pada laki-laki: a. Uretra prostatia Uretra prostatia dikelilingi oleh kelenjar prostate, menerima 2 duktus ejaculator yang terbentuk dari penyatuan duktus afereen danduktus kelenjar visikel seminalis. b. Uretra membranosa Uretra membaranosa adalah bagian yang berdinding tipis dan dikelilingi oto rangka sfingter uretra eksterna. c. Uretra kavernosa Uretra kavernosa merupakan bagian yang menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai arifisium uretra eksternal pada ujung penis. II. Etiologi

Mikroorganisme yang sering menyebabkan ISK adalah bakteri aerob, bisa juga oleh virus (Adenovirus tipe 11 dan 12), ragi dan jamur (Candida Albicans dan Candida Tropicalis).
MIKROORGANISME Eschericia coli Klebsiella atau Enterobacter Proteus Morganella atau providencia Pseudomonas aeruginosa Staphylococcus epidermidis Enterococci Candida Albicans Staphylococcus aureus PRESENTASE BIAKAN (dgn > 105 cfu/ml) 50-90 % 10-40 % 5-10 % 2-10 % 2-10 % 2-10 % 1-2 % 1-2 %
Sumber: L Bart Ruller, 1981

Penyebab terbanyak adalah gram negatif termasuk bakteri yang biasa menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E. coli menduduki urutan teratas yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter dan Pseudomonas. Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan enterokokus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dan hipertrofi prostat atau pada pasien pengguna kateter. Bila ditemukan S. aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginvasi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi Salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui hematogen adalah brusela, nokardia, aktinomises dan Mycobacterium tuberculosae. (Buku Ilmu Perawatan Dasar, 2001, Hal 370)

III.

Manifestasi Klinis

1. Disuria (nyeri waktu berkemih) disebabkan karena adanya inflamasi pada mukosa akibat infeksi 2. Peningkatan frekuensi berkemih dalam selang waktu pendek, terjadi akibat kandung kemih terasa penuh namum sesungguhnya disebabkan oleh iritasi sehingga teraasa penuh walaupun kenyataannya tidak 3. Urgensi : keinginan berkemih sangat kuat akibat kandung kemih mengalami iritasi atau inflamasi 4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin karena terjadi proses antigen antibodi 5. Distensi kandung kemih akumulasi urin yg tertahan 6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah. (Horrison.2000)

IV.

Klasifikasi

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu; 1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. 2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. (Bruner & Sudarth.2002) V. Komplikasi

1. Pyelonefritis. Infeksi bakteri pada ginjal. Ini terjadi bila bakteri sudah menginfeksi ke kedua ginjal. 2. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis). (Nursalam, 2008) 3. Pembentukan abses ginjal atau perirenal. 4. Gagal ginjal setelah infeksi berulang jika kedua ginjal terkena. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
5. ISK (Infeksi Saluran Kemih) akut tipe sederhana (sistitis) merupakan

penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama bila diberikan penanganan yang tepat. (Enday Sukandar, 2006) VI. Diagnosa Banding

Pyelonefritis Yang membedakan dengan sistitis adalah bila pyelonefritis didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum , adanya faktor predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respon terhadap antibiotik kurang baik. (Muhammad Sjaifullah Noer, 2006) VII. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalis urin tengah

Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood Cell), RBC (Red Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal.
2. Tes sensitifitas banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic dan

antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang. 3. Pengkajian radiographic Cystitis ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat, jika terdapat retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi perubahan dan abnormalitas structural)
4. Culture untuk mengidentifikasi bakteri penyebab 5. Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur

nyata

VIII.

Penatalaksanaan Farmako

Antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih antara lain: 1. Cotrimoxazole 2. Fluoroquinolone 3. Betalactam: Penicillin dan Cephalosporin 4. Aminoglycoside

1. TRIMETHOPRIM-SULFAMETHOXAZOLE

Nama Generik : Co-trimoxazole Nama Dagang : Bactrim (Roche), Kaftrim (Kimia Farma), Inatrim (Indo Farma), Primadex (Dexa Medica), Sanprima (Sanbe), Triminex (Konimex)

Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Infeksi Saluran Pencernaan, Infeksi Saluran Pernapasan, Infeksi kulit

Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik

Bentuk Sediaan : Tablet ( 80 mg Trimethoprim 400 mg Sulfamethoxazole Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim 800 mg Sulfamethoxazole ) Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim 200 mg Sulfamethoxazole ) Dosis :

Anak diatas 2 bulan : 6-12 mg trimethoprim/ kg/ hari, terbagi dalam 2 dosis (tiap 12 jam) Dewasa : 2 x sehari 2 tablet atau 2 x sehari 1 kaplet forte Efek Samping : mual, muntah, hilang nafsu makan, kemerahan pada kulit Resiko Khusus : defisiensi G6PD, defisiensi asam folat, wanita

hamil dan menyusui, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.

2.

CIPROFLOXACIN Nama Generik : Ciprofloxacin

Nama

Dagang

Ciproxin (Bayer),

Interflox (Interbat), Renator (Fahrenheit),

Nilaflox (Nicholas),

Quidex (Ferron),

Scanax (Tempo Scan Pasific) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit, Infeksi Tulang dan Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia Nosokomial Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan

quinolon lain Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet

lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg ) Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit

kepala, susah tidur, jantung berdebar-debar, halusinasi Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan

menyusui.

3.

COTRIMOXAZOLE merupakan antibiotik sulfonamide kombinasi dari

Cotrimoxazole

sulfamethoxazole dan trimethoprime. Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, dan daya antibakteri trimetophrim sekitar 20-100 kali lebih kuat dibandingkan sulfamethoxazole. Mikroba yang peka terhadap kombinasi ini ialah: S. pneumonia, C. diphteriae, N. meningitis, 50-95% strain S.aureus, S. pyogenes, S. viridans, S. faecalis, E. coli, P. mirabilis, P. morganii, P. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter spesies, Salmonella, Shigella, Serratia dan Alcaligenesspesies dan Klebsiella spesies. Di mana pada infeksi saluran kemih yang paling banyak berperan adalahE. coli, Proteus dan Klebsiella. Mekanisme kerja cotrimoxazole adalah dengan menghambat reaksi enzimatik pembentukan asam tetrahidrofolat (lihat gambar di bawah).

Sulfonamid/sulfamethoxazole menghambat masuknya molekul PABA (pTrimethoprim menghambat reaksi reduksi dari asam dihidrofolat menjadi

amibobenzoic acid) ke dalam molekul asam folat asam tetrahidrofolat Tetrahidrofolat tersebut penting untuk reaksi-reaksi pemindahan atom C, seperti pada sintesis basa purin dan asam amino. Trimethoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase secara selektif, mengingat enzim tersebut juga terdapat pada manusia. Resistensi terhadap cotrimoxazole lebih rendah dari pada terhadap masingmasing obat penyusunnya. Resistensi terhadao bakteri Gram-negatif disebabkan oleh adanya plasmid yang membawa sifat menghambat kerja obat terhadap enzim dihidrofolat reduktase. Secara farmakokinetik, rasio yang ingin dicapai antara kadar sulfamethoxazole dan trimethoprim dalam darah adalah 20:1. Karena Vd trimethoprim lebih besar daripada sulfamethoxazole, maka pada pemberian peroral rasio sulfamethoxazole dan trimethoprim adalah 5:1 (dengan harapan ketika mencapai darah rasionya menjadi 20:1). Trimethoprim cepat terdistribusi ke jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfamethoxazole. Kira-kira 65%

sulfamethoxazole terikat pada protein plasma. Sampai 60% trimethoprim dan 2550% sulfamethoxazole diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Cotrimoxazole digunakan untuk infeksi ringan saluran kemih bagian bawah. Dosis 160 mg trimethoprim dan 800 mg sulfamethoxazole setiap 12 jam selama 10 hari menyembuhkan sebagian besar pasien. Pemberian dosis tunggal (320 mg trimethoprim dan 1600 mg sulfamethoxazole) selama 3 hari juga efektif untuk pengobatan infeksi akut saluran kemih yang ringan, infeksi kronik dan berulang pada saluran kemih. Efek samping dari cotrimoxazole antara lain: megaloblastosis, leukopenia, trombositopenia (pada orang dengan defisiensi folat), dermatitis eksfoliatif, sindroma Steven-Johnson, nekrolisis epidermal toksik (jarang), mual, muntah, sakit kepala, dll. 4. FLUOROQUINOLONE

Fluoroquinolone merupakan antibiotik yang memiliki spektrum terutama untuk bakteri Gram negatif (dayanya terhadap bakteri Gram positif relatif lemah). Walaupun dalam beberapa tahun terakhir telah dikembangkan fluoroquinolone baru yang berdaya antibakteri baik terhadap kuman Gram positif (S. pneumoniae dan S. aureus) serta untuk kuman atipik penyebab infeksi saluran napas bagian bawah (Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Legionella). Yang termasuk ke dalam golongan fluoroquinolone adalah ciprofloxacin, norfloxacin, levofloxacin, ofloxacin, moxifloxacin, dll. Fluoroquinolone mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H. influenzae, Providencia, Serratia, Salmonella, N. meningitidis, N. gonorrhoeae, B. catarrhalis dan Yersinia enterocolitica. Fluoroquinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan menghambat enzim topoisomerase II dan topoisomerase IV. Enzim topoisomerase II (= DNA gyrase) berfungsi untuk merelaksasikan DNA bakteri yang

mengalamipositive supercoiling, sedangkan topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru. Resistensi pada fluoroquinolone dapat terjadi melalui mekanisme berikut: Mutasi pada gen gyr A yang menyebabkan enzim gyrase A (topoisomerase

II) tidak dapat diduduki oleh molekul obat Perubahan pada permukaan sel kuman yang menghambat penetrasi obat Peningkatan mekanisme pemompaan obat keluar (efflux)

Fluoroquinolone terdistribusi dengan baik pada berbagai organ tubuh. Dalam urin, semua fluoroquinolone mencapai kadar yang melampaui kadar hambat minimal untuk kebanyakan kuman patogen selama minimal 12 jam. Waktu paruhnya relatif panjang sehingga cukup diberikan dua kali sehari. Kebanyakan fluoroquinolone dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal. Fluoroquinolone dapat digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan/tanpa penyulit, termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P. aeruginosa. Efek samping yang ditimbulkan oleh fluoroquinolone antara lain: mual, muntah, sakit kepala, halusinasi, kejang, delirium (jarang), hepatotoksisitas (jarang), kardiotoksisitas (penutupan kanal kalium menyebabkan aritmia ventrikel/torsades de pointes) dll. Absorpsi fluoroquinolone dihambat oleh antasid dan preparat besi, oleh karena itu pemberiannya harus berselang 3 jam. Selain itu fluoroquinolone juga tidak boleh diberikan dengan teofilin dan obat-obat yang memperpanjang interval QTc. Obat ini tidak diindikasikan untuk anak di bawah 18 tahun dan wanita hamil. 5. BETALACTAM: Penicillin dan Cephalosporin

A. Penicillin Penicillin merupakan antibiotik spektrum luas yang memiliki mekanisme kerja sebagai berikut:

Penicillin bergabung dengan penicillin-binding protein (PBP) pada kuman Terjadi hambatan sintesis dinding sel karena proses transpeptidase antra rantai peptidoglikan terganggu Aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel

Terdapat beberapa klasifikasi penicillin, yaitu penicillin alami (penicillin G), aminopenicillin (amoxicillin dan ampicillin), penicillin anti stafilokokal (dicloxacillin, flucloxacillin), penicillin anti pseudomonal (ticarcilin) dan ureidopenicillin (piperacillin). Khusus untuk infeksi saluran kemih, yang sering digunakan adalah amoxicillin dan ampicillin. Absorpsi ampicillin pada pemberian peroral dipengaruhi oleh dosis dan ada tidaknya makanan. Adanya makanan akan menghambat absorpsi (hanya 40%). Sedankan absorpsi amoxicillin di saluran cerna lebih baik dibanding ampicillin (7590% karena tidak dipengaruhi oleh makanan), dan mencapai kadar dalam darah 2 kali lebih tinggi dibanding ampicillin. Kedua obat ini memiliki ikatan protein 1720% dan waktu paruh 1 jam. Efek samping yang dapat timbul antara lain reaksi alergik. Adapun mekanisme resistensi terhadap penicillin adalah sebagai berikutL: Pembentukan enzim betalaktamase Enzim autolisin kuman tidak bekerja Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma)

Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP

B. Cephalosporin Cephalosporin merupakan antibiotik yang resisten terhadap penisilinase, tetapi dapat dirusak oleh cephalosporinase. Obat ini menghambat sintesis dinding sel mikroba, yaitu pada reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Cephalosporin aktif terhadap kuman Gram positif dan negatif, sesuai dengan derivat/generasinya: - Cephalosporin generasi 1 (cefazolin, cephradine), aktif terhadap kuman Gram positif dan bakteri penghasil penisilinase - Cephalosporin generasi 2 (cefamandole, cefuroxime), aktif terhadap kuman Gram negatif seperti H. influenzae, P mirabilis, E. coli danKlebsiella. Tidak efektif terhadap P. aeruginosa dan enterokokus. - Cephalosporin generasi 3 (cefotaxime, ceftriaxone), kurang aktif terhadap kuman Gram positif dibanding generasi pertama, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae dan P. aeruginosa - Cephalosporin generasi 4 (cefepime), mempunyai spektrum lebih luas dibanding generasi 3, dan lebih stabil terhadap kuman penghasil betalaktamase. Untuk infeksi saluran kemih, semua generasi Cephalosporin di atas dapat digunakan, namun generasi 1 memiliki aktivitas yang lebih terbatas. Efek samping yang dapat timbul dari pemberian Cephalosporin antara lain: hipersensitifitas, nefrotoksisitas, dll.

6. basil

AMINOGLYCOSIDE Gram-negatif seperti P. aeruginosa, Klebsiella, Proteusdan E. coli.

Aminoglycoside merupakan antobiotik dengan aktivitas yang terutama tertuju pada Aminoglycoside bekerja dengan berikatan pada ribosom 30S sehingga menghambat sintesis protein (menyebabkan salah baca-misreading). Antibiotik ini bersifat

bakterisidal. Berbagai derivat aminoglycoside adalah streptomisin, neomisin, kanamisin, paromomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, dll.

Obat ini sangat polar sehingga sukar diabsorpsi melalui saluran cerna. Oleh karena itu pemberiannya kebanyakan secara parenteral. Pada pemberian parenteral (IM), kadar puncak dicapai dalam waktu sampai 2 jam dan diekskresikan melalui ginjal terutama dengan filtrasi glomerulus. Pada infeksi saluran kemih, yang sering digunakan adalah gentamisin, netilmisin, tobramisin dan amikasin. Adapun mekanisme terbentuknya resistensi antara lain: Kegagalan penetrasi obat ke dalam kuman Rendahnya afinitas obat pada ribosom Inaktivasi obat oleh enzim kuman (fosforilase, adenilase, asetilase) yang

dapat ditansferkan melalui plasmid Efek samping dari pemberian aminoglycoside adalah: ototoksisitas, nefrotoksisitas, dan paralisis respiratorik (jarang)

7.

PHENAZOPYRIDINE

Komposisi : Setiap kaplet mengandung Phenazopyridine HCl 100 mg. Farmakologi : Phenazopyridine HCl mempunyai efek analgesik topikal pada mukosa saluran kemih. Phenazopyridine HCl akan mengurangi gejala-gejala sakit, perih atau rasa terbakar urgensi, frekuensi dan lain-lain keadaan tidak enak yang timbul karena iritasi pada selaput lendir saluran kemih bagian bawah. Gejala-gejala ini dapat timbul karena adanya infeksi, trauma, pembedahan, tindakan endoskopik atau kateterisasi. Penggunaan obat ini hendaknya tidak memperlambat penentuan diagnosa dan pengobatan kausalnya. Indikasi : Untuk mengurangi gejala-gejala sakit, perih atau rasa terbakar, urgensi, frekuensi dan lain-lain keadaan tidak enak yang timbul karena infeksi pada selaput lendir saluran kemih bagian bawah. Dosis : Anak-anak 6-12 tahun Dewasa Diminum setelah makan. : 3 x sehari 100 mg. : 3 x sehari 200 mg.

PERINGATANPERHATIAN : - Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.

- Penderita diberi informasi bahwa obat dapat menyebabkan urine berwarna merah. EFEK SAMPING : Kadang-kadang dapat timbul keluhan sakit kepala, vertigo, nausea, hepatotoksik, renal failure dan rashes. Pada dosis berlebih dapat timbul efek samping berupa methemoglobinemia dan hemolytic anemia. KONTRA INDIKASI : - Pada pasien yang hipersensitif terhadap Phenazopyridine HCl. - Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan pasien hepatitis.

Non Farmako Jus Ketimun

Jus mentimun merupakan salah satu pengobatan rumah paling berguna dalam pengobatan sistitis. Ini adalah diuretik yang sangat efektif. Secangkir jus ini, dicampur dengan satu sendok teh madu dan satu sendok makan air jeruk nipis segar, harus Daun Lobak diberikan tiga kali sehari.

Jus dari daun lobak berharga dalam sistitis. Secangkir jus ini harus diberikan sekali dalam sehari, di pagi hari, selama dua minggu. Bayam

Sejumlah 100 ml jus bayam segar, diambil dengan kuantitas yang sama tender air kelapa dua kali sehari, dianggap bermanfaat dalam pengobatan sistitis. Bertindak

sebagai diuretik yang sangat efektif dan aman karena tindakan gabungan dari kedua nitrat dan kalium. Lemon

Lemon telah terbukti berharga dalam sistitis. Sebuah sendok teh jus lemon harus diletakkan dalam 180 ml air mendidih. Kemudian harus dibiarkan dingin dan 60 ml air ini harus dilakukan setiap dua jam dari 8 pagi sampai 12 siang untuk perawatan kondisi ini. Hal ini memudahkan sensasi terbakar dan juga menghentikan pendarahan di Sistitis Barley

Masing-masing setengah gelas bubur gandum, dicampur dengan mentega dan jus jeruk nipis setengah, adalah diuretik yang sangat baik. Hal ini bermanfaat dalam pengobatan sistitis, dan dapat diambil dua kali sehari. Minyak Cendana

Minyak cendana juga dianggap berharga dalam penyakit ini. Minyak ini harus diberikan dalam dosis lima tetes pada awal dan berangsur-angsur meningkat sampai sepuluh untuk 30 tetes. Kemanjuran minyak ini dapat ditingkatkan dengan penambahan satu sendok teh biji karambol dicampur dalam segelas air, atau sepuluh gram jahe dicampur dalam secangkir air. Menahan semua makanan padat, air atau air kelapa lembut

Pada awal sistitis akut, sangat penting untuk menahan semua makanan padat. Jika ada demam, pasien harus berpuasa tender air atau air kelapa selama tiga atau empat hari. Sayuran mentah jus terutama jus wortel

Jika tidak ada demam, sayuran mentah jus, terutama jus wortel, harus diminum setiap dua atau tiga jam. Setengah gelas jus wortel harus dicampur dengan kuantitas yang sama air dan diambil pada satu waktu. Selama dua atau tiga hari, hanya buahbuahan matang dapat diambil tiga atau empat kali sehari.

Istirahat dan tetap hangat

Selama tiga atau empat hari sistitis akut, ketika pasien berada pada diet cairan, disarankan untuk istirahat dan tetap hangat.Rendam panggul dalam air panas untuk menghilangkan rasa sakit. Sakit dapat dihilangkan dengan merendam panggul dalam air panas. Atau, panas dapat diterapkan pada perut, dengan menggunakan handuk diperas di air panas dan menutupnya dengan handuk kering untuk mempertahankan kehangatan. Perawatan ini dapat dilanjutkan selama tiga atau empat hari, dengan waktu yang rutin sampai peradangan mereda dan suhu kembali normal. Oleskan kompres dingin di perut

Selama dua atau tiga hari, kompres dingin harus diterapkan ke perut. Sementara kompres panas dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sakit, penggunaan kompres air dingin yang paling berharga dalam mengurangi kemacetan panggul dan meningkatkan aktivitas kulit. Perhatian, bagaimanapun, harus diambil untuk memastikan bahwa tidak menyebabkan kompres dingin. Irigasi Kandung Kemih Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memberi pengobatan, memanaskan mukosa kandung kemih, membersihkan kandung kemih. Persiapan pasien sama seperti persiapan pada pelaksanaan tindakan kateterisasi. Indikasi tindakan: Radang kandung kemih Peradangan saluran kemih bagian atas Peradangan kandung kemih Pasien menggunakan kateter.

Rendam duduk

Rendam duduk adalah merendam daerah anus dan sekitarnya serta daerah genetalia. Tujuan tindakan ini ialah memberikan perawatan/penanggulangan untuk membersihkan luka dan untuk mengurang rasa sakit. Tindakan ini dilakukan untuk pasien dengan peradangan, luka terbuka-yang kotor pada daerah anus dan genetalia,

Persiapan alat dan bahan:

Zeil bak rendam duduk spiritus bakar dalam tempatnya Korek api Termometer air Peniti Handuk Plester taunting . Bak steril bertutup berisi kain kasa dan pinset Cairan obat yang diperlukan (mis. kalium permanagat 4%) Selimut mandi Tirai

Cara mengaiar:

Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dikerjakan. Alat-alat disiapkan dan diletakkan dekat pasien. Tirai dipasang. Perawat mencuci tangan. Zeil rendam duduk di flambir, kemudian diisi cairan obat sebanyak sepertiga bagian,, ukur suhu cairan dengan menggunakan termometer air, dengan suhu 40-43C Pasang Selimut mandi sampai menutupi seluruh bokong pasien, pakaian bawah pasien dilepaskan. Pakaian pasien bagian atas dilipat dan diberi

peniti agar tidak terendam air. Pasien diminta untuk duduk di atas zeil selama 10-15 menit.

Bila sudah selesai, bokong pasien dikeringkan dengan handuk. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril dan pinset, kemudian luka diplester. Pakaian bawah pasien dipakaikan kembali, selimut diangkat. Pasien dianjurkan untuk istirahat kembali di tempat tidur. Alat-alat dibereskan dan dibersihkan.

IX.

Pencegahan 1. Menjaga kebersihan daerah genital dengan air bersih. Jangan terlalu sering menggunakan tisu basah/sabun khusus organ kewanitaan karena bisa mematikan bakteri baik dalam organ genital. Kalau kita tetap ingin menggunakan sabun, gunakan sabun dengan PH 3,5. 2. Jika mencuci alat kemaluan, arah cebok dari depan ke belakang dan tidak berulang. Jadi daerah depan (uretra) dibersihkan dahulu baru kemudian daerah vagina dan terakhir anus untuk menghindari perpindahan kuman dari anus atau vagina ke uretra. 3. Segera mengobati keputihan yang berlebih. 4. Tidak menahan kencing. 5. Banyak minum air putih. 6. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi suplemen vitamin C atau buah-buahan sumber vitamin C. 7. Hindari cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih, seperti: kopi, teh, dan minuman bersoda.

X.

Pendidikan kesehatan

1. Hygiene - Mandi pancuran, kurangi mandi berendam

- Bersihkan perineum sehabis defekasi dengan gerakan depan ke belakang 2. Masukan cairan Minum air putih minimal 2L/hari Hindari kopi, teh, dan alkohol

3. Kebiasaan berkemih Berkemih setiap 2-3 jam sehari Kosongkan kandung kemih dengan sempurna setiap hari Segera berkemih setelah melakukan hubungan seksual

4. Terapi medis - Minum medikasi tepat sesuai resep - Lakukan tes urine drip-slide jika diresepkan.

XI.

Patofisiologi Kehamilan Kekuatan ureter Kurang minum Menahan kemih Batu hipertrofi prostat Diabetes Mieletus Kadar glukosa Hub.seksual Pijatan pd uretra Bakteri mudah masuk ke uretra Perawatan area genital kurang bersih Katrerisasi

Gerakan peristaltik ureter Traktus urinarius rentan mengalami infeksi

Iritasi pd area traktus urinarius

Ketidakmampuan/ kegagalan vesika urinaria mengosongkan isinya secara lengkap Tekanan vesika urinaria Refluks Urovesikal

Bakteri masuk ke ureter

Bakteri masuk ke G.I Diare

Uretra yg mengandung bakteri kembali ke vesika urinaria Bakteri mencapai vesika urinaria Bakteri melekat dan berkolonisasi di dinding epitel Vesika Urinaria

Faktor anti lekat glikosaminoglikan (GAG) dirusak WBC (++) Barier air sbg lap.pertahanan antara vesika urinaria dan urin tdk terbentuk Demam Set point Kontak langsung urin dengan dinding mukosa vesika urinaria Infeksi Vesika Urinaria antibody serum secara signifikan Terjadi reaksi inflamasi Saat miksi tekanan mendorong daerah radang Hipotalamus Merangsang IL 1

Pyuria kemampuan ginjal mengonsentrasikan defek leukosit

Hematuria

Iritasi

Lap.epitel vesika urinaria radang Mekanisme pengosongan vesika urinaria terganggu Sinyal miksi ke otak & spinalcord terganggu Frequency & urgency Perubahan pola berkemih

Merangsang saraf nyeri Dysuria

Urin tertahan di vesika urinaria Supra pubik terasa tegang & tenderness

Nyeri

XII.

Asuhan Keperawatan

1.

Pengkajian Identitas

a. Nama b. Umur c. Jenis Kelamin d. Alamat e. Agama f. Pekerjaan g. Status

: Ny. W : 25 tahun : Perempuan :::: menikah 1 minggu lalu :-

h. Tanggal masuk dirawat: i. Tanggal pengkajian


j.

Diagnosa Medis

: Sistitis

2.

Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama nyeri 2. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengeluh sakit pada saat berkemih, berkemih keluar sedikitsedikit disertai rasa nyeri. saat dikaji lebih lanjut klien mengeluh : urgency, frequency, dysuria, dan diare. 3. Riwayat masa lalu 4. Riwayat kesehatan keluarga 5. Psikososial 6. Pola fungsi kesehatan ::::

sakit pada saat berkemih, berkemih keluar sedikit-sedikit disertai rasa

a.

Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat :

menanyakan kebiasaan menjaga kebersihan daerah kelamin b. c. Pola nutrisi dan metabolisme : Pola eliminasi :

Frequency, berkemih sedikit-sedikit disertai rasa nyeri, urgency, dysuria d. e. f. g. h. i. Pola tidur dan istirahat : Pola aktivitas : Pola sensori dan kognitif : Pola reproduksi seksual : Pola penanganan stress : Pola tata nilai dan keyakinan :

3. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Tanda Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg HR : 90x/menit RR : 24x/menit S : 390 C

4.

Pengkajian fokus

Area pubik terasa tegang tenderness

- Frequency - Dysuria - Urgency - Diare

5. Pemeriksaan Diagnostik a) Urinalisis Leukosuria : dinyatakan positif bila terdapat >5 leukosit/LPB sedimen air kemih Hematuria : bila ditemukan 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih b) Bakteriologis Mikroskopis : digunakan air kemih segar tanpa diputar atau

pewarna. Bakteri dinyatakan positif bermakna bila dijumpai adanya minyak emersi Biakan bakteri : bila ditemukan bakteri dalam jumlah

bermakna sesuai dengan criteria Catell. Criteria umum untuk diagnose bakteriuria yang bermakna.

6.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologis - Pielografi intravena - Ultrasonografi

- CT Scan

7. Terapi - Bachtrim 3x1 tab 400 mg PO - Phenozopyridine 3x1 tab PO

8. Analisa data No Data 1. DO : DS : berkemih sedikit-sedikit disertai rasa nyeri Etiologi Bakteri menginfeksi Proses inflamasi Spasme otot Nyeri Diagnosa Nyeri

2.

DO : DS : Ny. W mengeluh berkemih keluar sedikit-sedikit, ergency, frequency, dysuria

Proses inflamasi Penyempitan saluran Kandung kemih tidak mampu menampung urin >500 ml

Perubahan pola berkemih

Urgency, frequency, keluar sedikit-sedikit Perubahan pola berkemih

9. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan klien

mengeluh berkemih keluar sedikit-sedikit disertai rasa nyeri


2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan sering berkemih,

urgency, dysuria

Rencana Asuhan Keperawatan No 1. Data DS: Klien mengeluh sakit saat brkemih , berkemih sedikit-sedikit disertai rasa nyeri DO: Area suprapubik terasa tegang T= 120/80mmhg P= 90x/menit R=24x/menit S= 39C Urine keruh, WBC (+++), culture (+), Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada area suprapubik dan merasa nyeri saat BAK, disuria, frekuensi miksi (+) Tujuan Tujuan jangka pendek : Dalam 3x24 jam perawatan nyeri dirasakan dapat berkurang. Tujuan jangka panjang: Nyeri dapat teratasi dengan Kriteria Hasil: -Klien menyatakan tidak sakit lagi pada area suprapubik dan tidak sakit lagi saat miksi -Kandung kemihan tid tidak tegang Intervensi 1. Kaji TTV klien setiap 4 jam 2. Pantau: a. Haluaran urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih b. Masukkan da haluaran setiap 8 jam sekali c. Hasil urinalisis ulang 3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi 4. Berikan perawatan perianal, pertahankan tetap bersih dan 3. Untuk dapat mengontrol dan mngalihkan nyeri yang dirasakan klien. 4. Mencegah infeksi lanjutan oleh bakteri Rasional 1. Untuk memantau status kondisi klien 2. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

bakteri pyuria, eritrosit (+) -Klien mendapat terapi Bachtrim 3x1 tab PO 400mg -Phenazopyridine 3x1 tab PO

-Klien tampak tenang -Nilai culture urine negative -Urine bening dan tidak bau

kering 5. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses untuk ke kamar mandi, pispot tempat tidur atau bedpan. Anjurkan klien untuk berkemih kapan saja bila ada keinginan 6. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minuma, termasuk air di tempat tidur. Pemberian air hingga 2400 mL/hari 7. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi 8. Berikan waktu istirahat dan aktivitas toleran 5. Berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri 6. Akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan. 7. Analgesik mampu memblok lintasan nyeri, sehingga dapat mengurangi nyeri. 8. Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot.

9. Kolaborasikan dengan dokter, apabila: - sebelumnya urine kuning gading, jingga gelap, berkabut atau keruh -pola berkemih berubah sebagai contoh sering berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing -nyeri menetap/bertambah sakit 2. DS: Klien mengeluh urgency, frekuensi DO: Perubahan pola eliminasi (disuria,frekuensi) berhubungan dengan inflamasi pada kandung kemih Setelah dilakukan perawatan: -Klien dapat berkemih setiap 3 jam sekal 1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih 2. Anjurkan berkemih setiap 2-3 jam sekali

9. Temuan-temuan ini dapat member tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan lebih luas seperti pemeriksaan radiologi, jika sebelumnya tidak dilakukan.

1. Mengetahui adanya perubahan urine untuk mengetahui input output. 2. Mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika

- Klien tidak mengalami kesulitan saat berkemih - Klien dapat berkemh dengan baik

3. Palpasi kandung kemih setiap 4 jam

urinaria. 3. Mengetahui adanya distensi

4. Ubah posisi setiap 2 jam sekali kandung kemih jika tidak ada kontraindikasi 5. Bantu klien ke kamar mandi

memakai pispot 2. 6. Bantu klien mendapat posisi berkemih yang nyaman

4. Mencegah statis urine

5. Untuk memudahkan klien berkemih. 6. Supaya memudahkan klien dalam berkemih.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Egram, Barbara. 1998. Rencana Auhan Keperawatan Medical Bedah Volume 1. Jakarta : EGC Harison. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Noer, Muhammad Sjaifullah. 2006. Infeksi Saluran Kemih. (online). Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC. Syarif A et.al. Farmakologi dan Terapi. 5thed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotik-untuk-infeksisaluran-kemih/ www.farmasiku.com

You might also like